Determinan Pemanfaatan KB Metode Operasi Pria di Puskesmas Batang Kuis Tahun 2016

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Puskesmas

2.1.1 Pengertian Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75
tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Peraturan

Menteri Kesehatan RI, 2014).

2.1.2 Visi Puskesmas
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun
2014 diatur visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
yaitu tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin

Universitas Sumatera Utara

9

dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator kecamatan sehat adalah lingkungan
sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta derajat
kesehatan penduduk kecamatan. Untuk mendukung kecamatan sehat salah satu
upaya yang dikembangkan saat ini adalah dengan adanya Desa Siaga yang salah
satu indikatornya adalah ada Pos Kesehatan Desa sebagai Upaya Kesehatan

Berbasis Masyarakat (UKBM), dengan penggerakan masyarakat wilayah
desa/kelurahan, dan sebagai upaya Pertolongan Pertama Pada Penyakit (P3P) dan
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

2.1.3 Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan
pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya
saing sumber daya manusia Indonesia (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2014).

Universitas Sumatera Utara

10

2.2

Keluarga Berencana


2.2.1 Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah upaya pengaturan kehamilan bagi pasangan usia
subur untuk memmbentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas. Dalam rangka
menegakkan upaya KB, pemerintah bertanggung jawab dan menjamin
ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan
pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh
masyarakat (UU No.36, 2009)

2.2.2 Tujuan Program Keluarga Berencana
Gerakan Keluarga Berencana (KB) memiliki beberapa tujuan yaitu :
a. Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikutsertakan seluruh lapisan
masyarakat dan potensi yang ada.
b. Meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemerataan serta kualitas
peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi efektif dan mantap dengan
pelayanan bermutu.
c. Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan
ibu dan anak, memperpanjang harapan hidup, menurunkan tingkat kematian
bayi dan anak-anak dibawah usia lima tahun serta memperkecil kematian
ibu karena resiko kehamilan dan persalinan.
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penerimaan, penghayatan dan

pengalaman norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera sebagai cara
hidup yang layak dan bertanggung jawab.

Universitas Sumatera Utara

11

e. Meningkatkan peranan dan bertanggung jawab wanita, pria dan generasi
muda

dalam

pelaksanaan

upaya-upaya

penanggulangan

masalah


kependudukan.
f. Mencapai kemantapan, kesadaran, tanggung jawab dan peran serta keluarga
dan masyarakat dalam pelaksanaan gerakan KB sehingga lebih mampu
meningkatkan kemandiriannya di wilayah masing-masing.
g. Mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu sumber daya manusia
untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat dalam mempercepat pelembagaan nilai-nilai.
h. Memeratakan penggarapan gerakan KB keseluruh wilayah dan lapisan
masyarakat perkotaan, pedesaan, kumuh, miskin dan daerah pantai.
i. Meningkatkan jumlah dan mutu tenaga dan atau pengelola gerakan KB yang
mampu memberikan pelayann KB yang dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat diseluruh pelosok tanah air dengan kualitas yang tinggi dan
kenyamanan yang memenuhi harapan (Meilani dan Niken, 2010).
Tujuan dari Keluarga Berencana (KB) juga dikemukakan oleh Anggraini
dkk (2012), yaitu :
a. Tujuan umum Keluarga Berencana (KB) adalah membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,

peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

Universitas Sumatera Utara

12

c. Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa.
Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan
bangsa; memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang
berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi
dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

2.2.3 Sasaran Program Keluarga Berencana
Sasaran program KB meliputi:
a. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14
persen pertahun
b. Menurunnnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per
perempuan
c. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan
kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet

need) menjadi 6 persen.
d. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen
e. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi rasional, efektif, dan efisien
f. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21
tahun
g. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak
h. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang
aktif dalam usaha ekonomi produktif

Universitas Sumatera Utara

13

i. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelajaran
Program KB Nasional (Anggraini dkk, 2012).

2.3

Kontrasepsi


2.3.1 Pengertian Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu berdasarkan
maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah
pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki
kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008)
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini
dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat
dilakukan dengan cara, alat atau obat – obatan (Proverawati, 2009).

2.3.2 Metode Kontrasepsi
Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun yang efektif secara
menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektif dibanding
metode yang lainnya. Efektifitas metode kontrasepsi yang digunakan bergantung
pada kesesuaian pengguna dengan instruksi. Perbedaan keberhasilan metode juga
tergantung pada tipikal penggunaan (yang terkadang tidak konsisten) dan


Universitas Sumatera Utara

14

penggunaan sempurna (mengikuti semua instruksi dengan benar dan tepat).
Perbedaan efektifitas antara penggunaan tipikal dan penggunaan sempurna
menjadi sangat bervariasi antara suatu metode kontrasepsi dengan metode
kontrasepsi yang lain. Sebagai contoh: kontrasepsi oral sangat efektif bila
digunakan secara tepat, tetapi banyak wanita yang sering kali lupa untuk
meminum pilnya secara teratur, sehingga penggunaan kontrasepsi oral secara
tipikal kurang efektif dibandingkan penggunaan sempurna. Pada kontrasepsi
implant, saat implant dimasukkan ke dalam tubuh, tidak diperlukan perlakuan
apapun lagi (Mulyani dkk, 2013).

2.3.3 Jenis-jenis Alat Kontrasepsi
1.

KB metode sederhana terdiri dari :

a. Kondom

b. Pantang berkala yaitu system kelender dan system suhu basal
c. Senggama terputus atau Koitus Interuptus
d. Spermisisda
2.

KB metode efektif terdiri dari:

a. Kontrasepsi hormonal
b. Kontrasepsi hormonal pil
c. Kontrasepsi hormonal suntikan
d. Kontrasepsi hormonal susuk (Implant)
3.

Kontarsepsi mekanis yaitu AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri
dari:

Universitas Sumatera Utara

15


a. Seven cupper
b. Multi load
c. Cupper T 380
d. Medosa
e. Progestaset (AKDR dengan progesterone)
4.

Metode KB darurat terdiri dari:

a. Metode

hormonal:

pemberian

esterogen

dosis

tinggi,

pemberian

antiprogestin mifeppriston, metode yupze, metode postinar buatan Gedeon
Richter Hongaria dan penggunaan Danazol
b. Metode insersi AKDR
2.

Metode kontrasepsi mantap pria (sterilisasi) atau yang dikenal dengan
sebutan Metode Operasi Pria (MOP)/ Vasektomi

3.

Metode kontrasepsi mantap wanita (sterilisasi) atau yang dikenal dengan
sebutan Metode Operasi Wanita (MOW)/ Tubektomi (Manuaba, 2010).

2.4

Pelayanan KB pada Pria
Pilihan kontrasepsi yang tersedia bagi pria terbatas dibandingkan yang

tersedia bagi wanita. Hal ini dikarenakan pengendalian kemampuan reproduksi
pria secara biologis lebih sulit dilaksanakan sebab pria selalu dalam kondisi subur
karena banyaknya sperma yang dihasilkan (± 100 juta /ml). Pada akhirnya
penelitian dan pengembangan alat kontrasepsi lebih banyak dialokasikan pada
metode kontrasepsi untuk perempuan.

Universitas Sumatera Utara

16

2.4.1 Koitus Interuptus
Koitus Interuptus adalah saat pria menarik penisnya dari vagina sebelum
ejakulasi selama koitus. Ini adalah metode kontrasepsi yang tertua yang dikenal
oleh manusia dan digunakan secara luas oleh komunitas muslim dan kristiani
sebagai sebuah metode kontrasepsi.
Manfaat koitus interuptus adalah meningkatkan keterlibatan suami dalam
Keluarga Berencana serta memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian
yang sangat dalam sesama pasangan. Hal ini dapat dipakai untuk suami yang ingin
berpartisipasi aktif dalam Keluarga Berencana.
Efektifitas cara ini umumnya dianggap kurang karena dapat menyebabkan
beberapa kegagalan seperti adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi yang
dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang, terlambatnya
pengeluaran penis dari vagina dan pengeluaran semen dekat dengan vulva pada
masa ovulasi yang dapat menyebabkan kehamilan.

2.4.2 Pantang Berkala
Pantang Berkala adalah salah satu cara KB tradisional yang melibatkan
peran serta pria dalam ber KB dimana pasangan secara sukarela menghindari
sanggama pada masa subur untuk menghindari terjadinya kehamilan.
Manfaat metode pantang berkala :
a. Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
b. Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami dan istri.

Universitas Sumatera Utara

17

c. Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui hubungan melalui
peningkatan komunikasi antar suami dan istri.
d. Dapat digunakan untuk menghindari kehamilan.
e. Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
f. Tidak ada efek samping.
g. Murah tanpa biaya.

2.4.3 Kondom
Kondom adalah suatu kantong karet yang tipis, berwarna atau tak berwarna,
dipakai untuk menutupi penis yang ereksi sebelum dimasukkan ke dalam vagina
sehingga mani tertampung di dalamnya dan tidak masuk vagina, dengan demikian
mencegah terjadinya pembuahan. Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi pria
berbentuk sarung tipis yang diujungnya tertutup rapat untuk menampung sperma.
Kondom ini terbuat dari bahan karet atau latek atau bahan lainnya seperti plastik
(Anggraini dkk, 2012).
Sarung karet tipis dimaksudkan untuk menutupi seluruh penis pada saat
melakukan hubungan seksual. Kondom lateks dan polyuretan merupakan kondom
yang efektif untuk mencegah penularan HIV dan mengurangi risiko penyakit
menular seksual. Dan ada pula kondom yang terbuat dari lateks alami yang
terbuat dari karet alami berkualitas tinggi sehingga virus penyakit menular seksual
tidak akan berhasil menembus bahan lateks selama kondom digunakan dengan
baik dan benar (Anggraini dkk, 2012).
1.

Keuntungan Kondom

Universitas Sumatera Utara

18

a. Mencegah kehamilan
b. Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan
seks
c. Dapat diandalkan
d. Relatif murah dan sederhana
e. Tidak memerlukan pemeriksaan medis
f. Pria ikut secara aktif dalam program KB (Anggraini dkk, 2012).
2.

Kerugian Kondom
a. Angka kegagalan relatif tinggi
b. Perlu mengendalikan aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna
memasang kondom
c. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus-menerus pada setiap
senggama (Anggraini dkk, 2012).

2.4.4 Metode Operasi Pria/ Vasektomi
Metode operasi pria/vasektomi adalah cara KB permanen bagi pria yang
sudah

memutuskan

tidak

ingin

mempunyai

anak

lagi.

Klien

harus

mempertimbangkan secara matang sebelum mengambil keputusan. Metode
Operasi Pria/Vasektomi adalah operasi yang aman, mudah dan hanya memerlukan
beberapa menit di rumah sakit atau klinik KB yang terstandar untuk melakukan
pembedahan ringan. KB ini baru efektif setelah ejakulasi 20 kali atau 3 bulan
pasca operasi. Sebelum waktu tersebut masih harus menggunakan barier lain
(kondom). Secara umum MOP/vasektomi tidak memiliki efek samping jangka

Universitas Sumatera Utara

19

panjang, tidak berpengaruh terhadap kemampuan maupun kepuasan seksual
(Meilani dan Niken, 2010).
Sehabis operasi ini peserta Metode Operasi Pria/ vasektomi baru boleh
melakukan hubungan intim dengan pasangannya setelah 6 hari, itupun harus wajib
memakai kondom selama 12 hari hubungan demi pengamanan (BKKBN, 2013).
1.

Jenis dan Mekanisme Metode Operasi Pria/ Vasektomi
Menurut BKKBN (2013), ada dua jenis Metode Operasi Pria/ vasektomi

yang secara umum dilakukan yaitu:
a. Metode konvensional atau tradisional (menggunakan pisau bedah)
Metode konvensional yaitu metode dengan menggunakan pisau bedah,
menggunakan bius lokal, titik saluran vas sebagai jalan dari sperma akan
sedikit disayat di masing-masing testis untuk mengeluarkan saluran vas yang
kemudian di potong saluran vas tersebut, diikat dan dilakukan penjahitan
dari bekas luka sayat kecil tadi. Prosesnya antara 30-45 menit.
b. Metode tanpa pisau bedah (No Scalpel Vasectomy)
Metode tanpa pisau bedah adalah metode yang menggunakan bius lokal,
setelah itu titik vas akan diangkat menggunakan jarum suntik sebagai jalan
pembuka kulit yang menutupi area saluran vas tersebut. Prosesnya hanya
membutuhkan waktu tidak lebih dari 30 menit dan tidak membutuhkan
jahitan karena hampir tidak ada sayatan di kulit.
Pada kedua proses itu, baik metode konvensional maupun metode tanpa
pisau bedah biasanya saluran vas hanya dipotong dan diikat, namun dalam
perkembangannya ada yang menggunakan tambahan klip (clip vasectomy),

Universitas Sumatera Utara

20

maupun menggunakan sinar laser (laser vasectomy). Kedua sarana ini
dipercaya oleh beberapa pihak mampu mengurangi efek rasa nyeri dan
pendarahan pada saat proses vasektomi. Selain itu kedua sarana tersebut juga
diyakini memberikan jaminan tidak terjadinya kebocoran saluran sperma, yang
bila terjadi maka kehamilan akan tetap terjadi pada pasangan pria tersebut.
2.

Kelebihan Metode Operasi Pria/ Vasektomi
Ada beberapa kelebihan dari metode operasi pria/vasektomi yaitu :
a. Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja.
b. Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan.
c. Baik dilakukan pada laki-laki yang tidak ingin punya anak.
d. Metode Operasi Pria/ vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi
(Mulyani dkk, 2013).
e. Tidak akan menggangu ereksi, potensi seksual dan produksi hormon.
f. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat
digunakan seumur hidup (permanen).
g. Tidak menggangu kehidupan seksual suami istri.
h. Lebih aman (keluhan sedikit).
i. Lebih praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan).
j. Lebih efektif (tingkat kegagalannya sangat kecil).
k. Tidak harus dingat-ingat, tidak harus selalu ada persediaan (Meilani dan
Niken, 2010).

3.

Kekurangan Metode Operasi Pria/ Vasektomi
Beberapa kekurangan Metode Operasi Pria (MOP)/ Vasektomi yaitu:

Universitas Sumatera Utara

21

a. Harus dilakukan tindakan pembedahan.
b. Tidak dilakukan pada pria yang masih ingin memiliki anak lagi (Meilani
dan Niken, 2010).
c. Seringkali harus dikompres dengan es selama 4 jam untuk mengurangi
pembengkakan, perdarahan dan rasa tidak nyaman dan harus memakai
celana yang dapat mendukung skrotum selama 2 hari
d. Pasien

diminta

untuk

memakai

kondom

terlebih

dahulu

untuk

membersihkan saluran sperma dari sisa sperma yang ada. Untuk
mengetahui yang steril atau tidak, pemeriksaan mikropis biasanya
dilakukan 20-30 kali setelah ejakulasi
e. Metode Operasi Pria/ Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap
infeksi menular seksual termasuk HIV.
4.

Efek Samping Metode Operasi Pria/Vasektomi
Adapun efek samping dari tindakan Metode Opersi Pria (MOP)/

Vasektomi
a. Sperma yang diproduksi tubuh laki-laki hanya 1% dan 99% cairan seminal
dan tidak akan menimbulkan kehamilan karena sel benih tidak ikut serta
oleh karena itu tidak akan mengalami pembengkakan buah zakar dan
kanker prostat karena sperma terperangkap dalam tubuh (BKKBN, 2013).
b. Beberapa orang yang menggunakan Metode Operasi Pria/vasektomi
mengeluh tentang gangguan terhadap gairah seksual mereka, tetapi itu
hanya bersifat psikologis bukan gejala fisiologis.

Universitas Sumatera Utara

22

c. Rasa nyeri atau ketidaknyamanan akibat pembedahan yang biasanya hanya
berlangsung beberapa hari.
d. Efek samping vasektomi hampir tidak ada kecuali infeksi apabila
perawatan pasca operasinya tidak bagus atau disebabkan karena
lingkungan luar bukan dari Metode Operasi Pria(MOP)/ Vasektomi itu
sendiri. Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk divasektomi, pasien
harus ada persiapan baik itu fisik maupun mental dan tentunya konsultasi
terlebih dahulu dengan petugas kesehtan.
5.

Syarat Metode Operasi Pria/Vasektomi
Syarat untuk melakukan Metode Operasi Pria (MOP)/ Vasektomi yaitu:

a. Sukarela, artinya pasien telah mengerti dan memahami segala akibat dari
prosedur vasektomi selanjutnya memutuskan pilihannya atas keinginan
sendiri (Mulyani dkk, 2013).
b. Oncent (persetujuan tindakan)
1) Bahagia, artinya pasien terikat dalam perkawinan yang sah dan telah
mempunyai jumlah anak minimal 2 orang anak
2) sehat, melalui pemeriksaan oleh dokter pasien dianggap sehat dan
memenuhi persyaratan medis untuk dilakukan prosedur tindakan Metode
Operasi Pria (MOP)/ Vasektomi.
3) Umur calon akseptor tidak kurang dari 30 tahun (Suratun, 2008).

Universitas Sumatera Utara

23

2.5

Pelayanan Kesehatan

2.5.1 Pengertian pelayanan kesehatan
Pelayanan merupakan proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang
lain secara langsung. Pelayanan bukan hanya memberikan pelayanan setelah
penjualan sekaligus diimbangan dengan kualitas seluruh produk. Adapun
pelayanan pelanggan adalah pelayanan kepada pemakai jasa rumah sakit dengan
tujuan memberikan kepuasan seoptimal mungkin yang dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung (Sari, 2012).
Perkembangan pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia tidak terlepas
dari sejarah kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka, pelayanan kesehatan
masyarakat (public health services) dikembangkan sejalan tanggung jawab
pemerintah. Pemerintah melindungi masyarakat Indonesia dari gangguan
kesehatan. Pemerintah mengembangkan infra stuktur di berbagai wilayah tanah
air untuk melaksanakan kewajiban melindungi masyarakat dari gangguan
kesehatan. Program kesehatan yang dikembangkan adalah yang sangat dibutuhkan
masyarakat terutama oleh penduduk miskin (Sari, 2012).

2.5.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat erat kaitannya dengan waktu
kapan kita memerlukan pelayanan kesehatan, dan seberapa jauh efektifitas
pelayanan tersebut. Hubungan antara keinginan sehat dan permintaan (demand)
akan pemanfaatan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana tetapi
sebenarnya sangat kompleks, penyebab utamanya adalah misalnya karena

Universitas Sumatera Utara

24

persoalan informasi yang umumnya dilakukan oleh para ahli kesehatan kepada
masyarakat. Dari informasi yang mereka sebarkan itulah masyarakat kemudian
terpengaruh

untuk

mengambil

keputusan

melakukan

permintaan

akan

pemanfaatan pelayanan kesehatan (Sari, 2012).
Menurut Levey yang dikutip oleh Azwar (2010), pelayanan kesehatan
adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersamasama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah

dan

menyembuhkan

penyakit

serta

memulihkan

kesehatan

perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
Menurut Notoatmodjo (2012), perilaku pencarian pengobatan adalah
perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau
mencari pengobatan. Perilaku pencarian pengobatan di masyarakat terutama di
negara sedang berkembang sangat bervariasi.
Berdasarkan pendapat Green (1980), dapat disimpulkan bahwa masalah
kesehatan seseorang disebabkan oleh dua hal yaitu Non Behavioral causes
(penyebab non prilaku) dan Behavioral causes (penyebab prilaku). Behavioral
causes dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu (1) Predisposing Factors (Faktor-faktor
predisposisi/yang mempengaruhi) yaitu faktor yang menggunakan rasional dan
motivasi untuk berprilaku. Faktor-faktor tersebut antara lain: pengetahuan,
pendidikan, sikap, kepercayaan, nilai, dan-lain-lain; (2) Enabling Factors (faktorfaktor pemungkin) yaitu faktor yang memungkinkan motivasi dan inspirasi utnuk
direalisasikan melalui keterampilan, sumber daya pribadi dan sumber daya
masyarakat.

Faktor-faktor

tersebut

antara

lain:

pendapatan,

pekerjaan,

Universitas Sumatera Utara

25

keterjangkauan, informasi, fasilitas, dan lain-lain; (3) Reinforcing Factors (faktorfaktor penguat) yaitu faktor-faktor yang memperkuat terjadinya prilaku. Faktorfaktor tersebut antara lain: dukungan keluarga, penghargaan, hukuman, dan lainlain. Masing-masing faktor ini mempunyai pengaruh yang berbeda atas perilaku
seseorang dalam memanfaatkan kesehatan. Model ini dikembangkan untuk
keperluan diagnosis, perencanaan dan intervensi pendidikan kesehatan, dan
dikenal sebagai kerangka kerja PRECEDE yang merupakan singkatan dari
“Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes of Educational Diagnosis and
Evaluation”.

2.6

Determinan Pemanfaatan KB Metode Operasi Pria (MOP)/ Vasektomi
Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode

kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat
efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anestesi
umum. Tetapi diseluruh dunia, kontap pria masih merupakan metode yang
terabaikan dan kurang mendapat perhatian atau partisipasi dari pria/suami
(Hartanto, 2010). Hal ini berkaitan dengan kesehatan, karena bukan hanya wanita
saja yang bisa ber-KB namun pria juga bisa ikut berpartisipasi dalam ber-KB.
Prilaku hidup sehat adalah prilaku-prilaku yang berhubungan dengan upaya
atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.
Meskipun prilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

26

Faktor-faktor yang membedakan tersebut disebut dengan determinan prilaku yang
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal (tingkat kecerdasan/pemgetahuan,
tingkat emosional, jenis kelamin, atau sebagainya) dan faktor eksternal
(lingkungan) (Notoatmodjo, 2012).
Menurut BkkbN (2013) faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi pria
dalam KB antara lain: terbatasnya sosialisasi dan promosi KB pria, adanya
persepsi bahwa wanita yang menjadi target program KB, terbatasnya akses
pelayanan KB pria, tingginya harga yang harus dibayar untuk MOP,
ketidaknyamanan dalam penggunaan KB pria (kondom), terbatasnya metode
kontrasepsi pria, rendahnya pengetahuan pria terhadap KB, kualitas pelayanan KB
pria belum memadai, istri tidak mendukung suami ber-KB, adanya stigmatisasi
tentang KB pria di masyarakat, kondisi Politik, Sosial, Budaya Masyarakat,
Agama, dan komitmen pemerintah masih belum optimal dalam mendukung KB
pria.
Menurut penelitian yang dilakukan Manurung (2012) mengenai beberapa
faktor yang dapat memengaruhi pemakaian alat kontrasepsi Metode Operasi Pria
(MOP)/ vasektomi salah satunya adalah faktor pengetahuan yang mana
pengetahuan tentang KB berpengaruh terhadap keputusan suami dalam memilih
metode operasi pria/vasektomi sebagai alat kontrasepsi, hal ini menjelaskan
bahwa pengetahuan merupakan cara seseorang mengetahui segala sesuatu.
Dukungan istri juga berpengaruh terhadap keputusan suami dalam memilih
vasektomi sebagai alat kontrasepsi, hal ini menjelaskan bahwa istri adalah orang
yang paling dekat dengan suami, istri selalu mendampingi suami dalam

Universitas Sumatera Utara

27

mengambil keputusan dalam rumah tangga. Jika istri mendukung suatu keputusan
maka umumnya suami tidak akan ragu untuk mengambil keputusan dan tidak
menimbulkan penyesalan terhadap keputusan.
Banyak faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam keluarga
berencana yang dilihat dari berbagai aspek, yaitu dari sisi klien pria itu sendiri
(pengetahuan, sikap dan praktik serta kebutuhan yang ia inginkan), faktor
lingkungan yaitu sosial budaya, dukungan orang terdekat (istri, keluarga, dan
sahabat), tokoh masyarakat, keterbatasan informasi dari tenaga kesehatan dan
aksesibilitas terhadap pelayanan keluarga berencana pria, keterbatasan jenis
kontrasepsi pria disertai masih adanya persepsi dimasyarakat mengenai keluarga
berencana pria (BkkbN, 2013).

2.6.1 Pengetahuan
Pengetahuan biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai
macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
kesehatan,media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan dapat
membentuk keyakinan (Notoatmojo, 2012).

2.6.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek, dengan kata lain bahwa manifestsi sikap itu
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi

Universitas Sumatera Utara

28

terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap juga dinyatakan juga
sebagai kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakam suatu tidakan atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek (Notoatmojo, 2012).

2.6.3 Ketersediaan Pelayanan Metode Operasi Pria
Ketersediaan

sumber

daya

kesehatan/fasilitas

pelayanan

kesehatan,

keterjangkauan sumber daya kesehatan, prioritas dan komitmen pemerintah
terhadap kesehatan dan ketrampilan yang berkaitan dengan kesehatan. Tersedia
atau tidaknya sarana yang dapat dimanfaatkan adalah hal penting dalam
munculnya perilaku seseorang dibidang kesehatan. Betapapun positifnya latar
belakang, kepercayaan dan persiapan mental yang dimiliki tetapi jika sarana
kesehatan tidak tersedia tentu seseorang tidak akan dapat berbuat banyak dan
perilaku kesehatan tidak akan muncul (Maryani, 2006).

2.6.4 Keterjangkauan Sarana Kesehatan
Jarak dengan fasilitas kesehatan juga berkontribusi terhadap terciptanya
suatu perilaku kesehatan pada masyarakat. Pengetahuan dan sikap yang baik
belum menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan faktor lain yaitu jauh
dekatnya dengan fasilitas kesehatan. Jarak fasilitas kesehatan yang jauh dari

Universitas Sumatera Utara

29

pemukiman penduduk akan mengurangi pemanfaatan pelayanan kesehatan, dan
sebaliknya jarak yang relatif lebih dekat akan meningkatkan pemanfaatan
pelayanan kesehatan (Hasibuan, 2014).

2.6.5 Dukungan Istri
Menurut Hasibuan (2014) yang mengutip pendapat Awen, persetujuan
seorang istri kelihatannya menjadi kunci dalam memutuskan untuk menjalani
Metode Operasi Pria/vasektomi. Seluruh pasangan yang suaminya menjalani
vasektomi di Tanzania mengatakan bahwa keputusan merupakan hasil diskusi
dengan istri, bahkan lebih dari 50% diantaranya mengatakan bahwa persetujuan
istri sebagai salah satu faktor dalam pengambilan keputusan. Banyak istri yang
justru tidak mau suaminya ber KB, khususnya alat kontrasepsi vasektomi karena
khawatir dimanfaatkan untuk selingkuh. Padahal penggunaan alat kontrasepsi
vasektomi akan mengakibatkan wanita tidak perlu menggunakan kontrasepsi lagi,
sehingga terhindar dari efek samping penggunaan kontrasepsi seperti: keputihan,
kegemukan, perdarahan dan lebih leluasa untuk mengurus keluarga.

2.6.6 Peran Petugas Kesehatan
Perilaku pemanfaatan fasilitas atau produk kesehatan juga sangat
dipengaruhi oleh petugas kesehatan. Seseorang yang sudah mengetahui manfaat
kesehatan dan ingin memanfaatkannya dapat terhalang karena sikap dan tindakan
petugas kesehatan yang tidak ramah dan memotivasi individu yang akan
memanfaatkan fasilitas kesehatan. Selain itu, kurangnya tenaga terlatih untuk

Universitas Sumatera Utara

30

vasektomi, kurangnya motivasi provider untuk pelayanan vasektomi dan
kurangnya dukungan peralatan dan medical suplies untuk vasektomi (Hasibuan,
2014).

2.7

Kerangka Konsep

Variabel Independen

Variabel Dependen

Faktor Predisposisi:
1. Pengetahuan
2. Sikap

Faktor Pemungkin
1. Ketersediaan
Pelayanan MOP
2. Keterjangkauan
sarana kesehatan

Pemanfaatan KB Metode
Operasi Pria

Faktor Penguat
1. Dukungan istri
2. Peran Petugas
Kesehatan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

2.8

Hipotesis Penelitian

1.

Ada hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan metode operasi pria

2.

Ada hubungan sikap dengan pemanfaatan metode operasi pria

3.

Ada hubungan ketersediaan pelayanan netode operasi pria dengan
pemanfaatan metode operasi pria

Universitas Sumatera Utara

31

4.

Ada hubungan keterjangkauan sarana kesehatan dengan pemanfaatan
metode operasi pria

5.

Ada hubungan dukungan istri dengan pemanfaatan metode operasi pria

6.

Ada hubungan peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan metode operasi
pria

Universitas Sumatera Utara