Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

4

TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Inceptisol
Inceptisol (“ept” = inception atau awal), merupakan tanah di wilayah
humida yang mempunyai horison teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya
iluviasi, eluviasi, dan pelapukan yang ekstrim. Kurang lebih tanah yang ekuivalen
adalah brown-forest, gley-humik, dan gley-humik rendah (Manurung, 2013).
Inceptisol merupakan tanah yang mempunyai karakteristik dari kombinasi
sifat-sifat: (1) tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih
dari tiga bulan berturut-turut dalam musim kemarau, (2) satu atau lebih horison
pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silika amorf,
(3)tekstur lebih halus dari pasir berlempung dengan beberapa mineral lapuk dan
(4) kemampuan menahan kation dari fraksi lempung yang sedang sampai tinggi.
Kisaran kadar C-organik dan KTK Inceptisols sangat lebar, demikian pula
kejenuhan basanya, oleh karena itu tidak berarti bahwa semua Inceptisols
memiliki produktivitas yang rendah.Produktivitas alami Inceptisols sebenarnya
sangat bervariasi tergantung dari proses pembentukan tanah Inceptisols itu sendiri
(Sandrawatidkk, 2007).
Karena Inceptisol merupakan tanah yang baru berkembang, biasanya
mempunyai tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, dalam hal ini

tergantung pada tingkat pelapukan bahan induknya. Masalah yang dijumpai
karena nilai pH yang sangat rendah (< 4), sehingga sulit untuk dibudidayakan.
Kesuburan tanahnya rendah, jeluk efektifnya beragam dari dangkal hingga dalam.
Di dataran rendah pada umumnya solumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah

Universitas Sumatera Utara

5

lereng curam solumnya tipis. Pada tanah berlereng cocok untuk tanaman tahunan
atau tanaman permanen demi menjaga kelestarian tanah (Manurung, 2013).
Ciri khas Inceptisol ini adalah tanah mulai berkembang, mempunyai
epipedon Ochric (pucat), meskipun masih sedikit memperlihatkan bukti adanya
eluviasi dan iluviasi. Golongan tanah ini dapat terjadi hampir dalarn semua zone
iklim yang memungkinkan terjadinya proses pencucian. Inceptisol merupakan
tanah yang mempuyai horizon alterisasi yang telah kehilangan basa-basa atau besi
dan aluminium tetapi mengandung mineral-mineral terlapuk, tampa horizon
iluviasi yang diperkaya dengan liat silikat yang mengandung aluminium dan
bahan organik amorf (Sevindrajuta, 2012)
Inceptisol yang banyak dijumpai pada tanah sawah memerlukan masukan

yang tinggi baik untuk masukan anorganik (pemupukan berimbang N, P, dan K)
maupun masukan organik (percampuran sisa panen pada tanah saat pengolahan
tanah, pemberian pupuk kandang atau pupuk hijau) terutama bila tanah sawah
dipersiapkan untuk tanaman palawija setelah padi. Kisaran kadar C-organik dan
kapasitas tukar kation (KTK) pada Inceptisol sangat lebar, demikian juga
kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat, kecuali
daerah kering, mulai dari kutub sampai tropika (Manurung, 2013).
Pupuk Fosfor (SP-36)
Fosfor (P) merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam
pertumbuhan tanaman. Fosfor tidak terdapat secara bebas di alam. Fosfor
ditemukan sebagai fosfat dalam beberapa mineral, tanaman dan merupakan unsur
pokok dari protoplasma. Fosfor terdapat dalam air sebagai ortofosfat. Sumber P
alami dalam air berasal dari pelepasan mineral dan biji-bijian (Sianturi, 2008).

Universitas Sumatera Utara

6

Unsur hara fosfat adalah unsur haramakro yang dibutuhkan tanaman
dalamjumlah banyak dan essensial bagipertumbuhan tanaman. Fosfat sering juga

disebut sebagai kunci kehidupan karenaterlibat langsung hampir pada seluruh
proseskehidupan. Fosfat merupakan komponen setiap sel hidup dan cenderung
lebih ditemui pada biji dan titik tumbuh (Pasaribu dkk, 2014).
Unsur hara fosfor (P) merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan
tanaman. Tidak ada unsur hara lain yang dapat mengganti fungsinya di dalam
tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup
untuk pertumbuhannya secara normal, oleh karena P dibutuhkan tanaman cukup
tinggi. Fungsi penting P dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintetis, transfer
dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di
dalam tanaman lainnya yang membantu mempercepat perkembangan akar dan
perkecambahan. Unsur P dapat merangsang pertumbuhan akar, kemudian
berpengaruh pada pertumbuhan bagian di atas tanah. Kekurangan unsur P dapat
menunjukkan gejala menurunnya sintesis protein, seperti: lambatnya pertumbuhan
bibit dan daun berwarna keunguan (Winarso, 2005).
Sumber fosfat yang dalam tanah sebagai fosfat mineral yaitu batu kapur
fosfat, sisa-sisa tanaman dan bahan organik lainnya. Perubahan fosfor organik
menjadi fosfor anorganik dilakukan oleh mikroorganisme. Selain itu, penyerapan
fosfor juga dilakukan oleh liat dan silikat. Fosfat anorganik maupun organik
terdapat dalam tanah. Bentuk anorganiknya adalah senyawa Ca, Fe, Al, dan F.
Fosfor organik mengandung senyawa yang berasal dari tanaman dan

mikroorganisme dan tersusun dari asam nukleat, fosfolipid, dan fitin. Bentuk P
anorganik tanah lebih sedikit dan sukar larut. Walaupun terdapat CO2 didalam

Universitas Sumatera Utara

7

tanah tetapi menetralisasi fosfat tetap sukar, sehingga P yang tersedia dalam tanah
relatif rendah. Fosfor tersedia didalam tanah dapatdiartikan sebagai P- tanah yang
dapat diekstraksikan atau larut dalam air dan asam sitrat.P-organik dengan proses
dekomposisi akan menjadi bentuk anorganik (Sianturi, 2008).
Peningkatanserapan P tanaman disebabkan olehkandungan bahan organik
yang terdapat padapupuk kandang kambing. Bahan organik akanmelepaskan
senyawa-senyawa

organik

yangmampu

berikatan


dengan

kation-kation

dalamtanah seperti Al dan Fe, sehingga terjadiproses pertukaran muatan didalam
kompleksjerapan. Hal ini mengkibatkan konsentrasiion-ion basa akan semakin
tinggi sehingga pHpun menjadi naik. Begitu juga dengan P-tersediatanah akan
meningkat karenasenyawa organik mampumelepaskan ikatan Al-P dan Fe-P
sehinggadengan lepasnya ikatan tersebut, maka P yangtersedia di dalam tanah
akan lebih banyak.Dengan demikian, P yang diserap tanaman pun semakin
meningkat (Simanjuntak dkk, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kriteria P-tersedia pada
kebun inti tanaman gambir tergolong rendah. Hal ini diduga terjadi karena tanah
yang terdapat di Kebun Inti Gambir ini memiliki sifat andik, yang dapat dilihat
dari ketebalan lapisan bahan organiknya dimana pada tanah yang memiliki sifat
andik terdapat mineral amorf (mineral Alofan dan Imagolit) yang dapat meretensi
fosfat

dalam


jumlah

besar

sehingga

tidak

tersedia

bagi

tanaman

(Arviandi dkk, 2015).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk SP-36 dan pupuk
kandang serta interaksi keduanya berpengaruh nyata dalam meningkatkan
C-organik tanah, P-tersedia tanah, kadar P-daun, serapan P-tanaman, tinggi


Universitas Sumatera Utara

8

tanaman, berat kering tajuk tanaman dan berat kering akar tanaman pada tanah
Inceptisol Kwala Bekala (Siregar dkk, 2015).
Faktor yang mempengaruhi ketersedian P dalam tanah menurut Winarso
(2005) adalah:
a. Tipe liat: Fiksasi P akan lebih kuat pada liat tipe 1:1 daripada tipe 2:1.
Tipe liat 1:1 yang banyak mengandung kaolinit lebih kuat mengikat P.
Disamping itu oksida hidrous dari Al dan Fe pada tipe liat 1:1 juga ikut
menjerap P.
b. Reaksi tanah: Ketersediaan dari bentuk P di dalam tanah sangat erat
hubungannya dengan pH tanah. Pada kebanyakan tanah, ketersediaan P
maksimum dijumpai pada kisaran pH antara 5.5-7. Ketersediaan P akan
menurun bila pH tanah 7. Adsorpsi P dalam larutan tanah oleh oksida Al
dan Fe dapat menurun apabila pH meningkat. Apabila pH tanah makin
tinggi, maka ketersediaan P juga akan berkurang yang terfiksasi oleh Ca
dan Mg yang banyak pada tanah-tanah alkalis. P sangat rentan untuk diikat
atau terjerap pada kondisi masam maupun alkalis. Semakin lama antara P

dan tanah bersentuhan, semakin banyak P yang terfiksasi.
c. Waktu reaksi: Semakin lama antara P dan tanah bersentuhan, semakin
banyak P yang terfiksasi. Apabila pada waktunya Al akan diganti oleh Fe,
maka kemungkinan akan terjadi ikatan Fe-P yang lebih sukar terlarut jika
dibandingkan dengan ikatan Al-P.
d. Temperatur: Tanah yang berada pada iklim panas umumnya lebih banyak
mengikat P jika dibandingkan dengan tanah pada iklim sedang. Iklim

Universitas Sumatera Utara

9

panas akan menyebabkan kadar oksida hidrous Al dan Fe dalam tanah
cukup tinggi.
e. Bahan organik: Peran bahan organik terhadap ketersediaan hara dalam
tanah tidak terlepas dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap
akhir dari proses perombakan bahan organik. Dalam proses mineralisasi
akan dilepas mineral-mineral hara tanaman dengan lengkap (unsur hara
makro dan mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil.
Pupuk Kandang Sapi

Bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikrotanah dan tanpa
bahan organik semua kegiatan biokimiaakan terhenti, efektivitas penyerapan
unsur hara juga sangatdipengaruhi oleh kadarnya di dalam tanah. Pemberian
bahanorganik terutama pada tanah masam mampu meningkatkanefisiensi
pemberian pupuk P. Asam organik yang terkandungpada pupuk organik mampu
bertindak sebagai pengkelatsenyawa Al, sehingga P menjadi lebih tersedia
(Hanum, 2013).
Kandungan unsur hara pada pupuk kandang berbeda-beda, tapi pada
prinsipnya semua jenis pupuk kandang sangat baik untuk tanaman cabai, jagung,
dan yang terpenting pupuk kandang tersebut haru benar-benar matang karena
pupuk kandang yang tidak matang akan berbahaya bagi tanaman sebab masih
mengeluarkan gas selama proses pembusukannya (Pranjnanta, 2009).
Penggunaan pupukkandang yang disebarkan secara langsung kepermukaan
tanah

dapat

menjadi

sumber


patogenbagi

tanaman,

dan

sangat

menghambatperkembangan akar dan pertumbuhan tanaman. Oleh karenanya
perludilakukan inkubasi terlebih dahulu selamabeberapa hari agar unsur hara,

Universitas Sumatera Utara

10

terutama Ptersedia,dapat dimanfaatkan secara efektif danefisien oleh tanaman.
Umumnya pupuk kandangyang telah matang ini dapat diberikan 1 – 2minggu
sebelum


tanam

dengan

cara

mencampurkannya

dengan

tanah

(Dahlan dkk, 2008).
Pupuk kandang sapi adalah salah satu bahan organik yang memiliki
kandungan

hara

yang

mendukung

kesuburan

tanah

dan

pertumbuhan

mikroorganisme di dalam tanah. Pemberian pupuk kandang sapi selain dapat
meningkatkan ketersediaan unsur hara, juga dapat mendukung pertumbuhan
mikroorganisme serta mampu memperbaiki struktur tanah. Pupuk kandang
memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah. Pupuk kandang menyediakan
unsur hara makro (N, P, K, Ca, dan S) serta unsur hara mikro (Fe, Zn, B, Co, dan
Mo) (Hermawansyah, 2013).
Pupuk kandang kotoran sapi adalah pupuk yang berasal dari kandang
ternaksapi, baik berupa kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan
maupun air kencing (urine), sehingga kualitas pupuk kandang sapi beragam
tergantung pada jenis, umur serta kesehatan ternak, jenis dan kadar serta jumlah
pakan yang dikonsumsi, jenis pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan
kondisi penyimpanan, jumlah serta kandungan haranya. Pupuk kandang sapi
biasanya terdiri atas campuran 0,5% N; 0,25% P2O5 dan 0,5% K2O. Pupuk
kandang sapi padat dengan kadar air 85% mengandung 0,40% N; 0,20% P2O5 dan
0,1% K2O dan yang cair dengan kadar air 95% mengandung 1% N; 0,2% P2O5
dan 1,35% K2O (Soepardi, 1983).
Jenis kotoran sapi yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti
selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter rasio C/N yang cukup

Universitas Sumatera Utara

11

tinggi > 40. Tingginya kadar C dalam kotoran sapi menghambat penggunaan
langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama.
Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan
N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman
utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan kotoran sapi harus
dilakukan pengomposan agar menjadi kompos kotoran sapi dengan rasio C/N di
bawah 20 (Hartatik dkk, 2005).
Pupuk kandang sapi mengandung bahan organik yang berperan penting
memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah Bahan organik tersebut dapat
membantu pembentukan agregat, struktur tanah dan mempermudah penyerapan
unsur hara. Pupuk kandang sapi mempunyai komposisi kandungan unsur hara
yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah walaupun
kandungan bahan organik di dalamnya sangatlah tinggi (Gustiana dkk, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Aplikasi Pupuk SP-36 Dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Ketersediaan Dan Serapan Fosfor Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L)Pada Ultisol Kwala Bekala

2 68 46

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 7 63

Aplikasi Pupuk Organik Cair Dari Sabut Kelapa dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Ketersediaan dan Serapan Kalium Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung Pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

1 9 54

Dampak Pemberian Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap aaKetersediaan dan Serapan Fosfor Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung Pada aaTanah Inceptisol Kwala Bekala

0 3 59

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 2 10

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 2

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 3

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 2

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 16

Aplikasi Pupuk Organik Cair Dari Sabut Kelapa dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Ketersediaan dan Serapan Kalium Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung Pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 10