Pengaruh Variabel Makroekonomi, Indeks Eido dan Indeks Nikkei 225 terhadap Tingkat Pengembalian dengan Indeks Harga Saham Gabungan sebagai Variabel Intervening pada Reksadana Saham di Bapepam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Reksadana
Reksadana berasal dari kata “Reksa” yang berarti jaga atau pelihara dan kata
“Dana” berarti uang, sehingga reksadana dapat diartikan sebagai kumpulan uang
yang dipelihara. Berikut ini pengertian reksadana menurut beberapa ahli dan
menurut Undang-Undang sebagai berikut:
1. Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 ayat 27,
reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
manajer investasi.
2. Menurut Saunders, et al, (2011:128) mengatakan bahwa “mutual fund is
financial institutions that pool the financial resources of individuals and
companies and invest in diversified portofolio of assets.”
3. Menurut Elton, et al, (2011:35) mengatakan bahwa “the investor can instead
choose to invest indirectly by purchasing the share of investment companies. A
mutual fund holds a portofolio of securities usually in line with a started policy
and objective.”
4. Menurut Tandelilin (2001:21), reksadana adalah sertifikat yang menyatakan
bahwa pemiliknya menciptakan sejumlah dana kepada perusahaan reksadana

untuk digunakan sebagai modal beriinvestasi baik dipasar modal maupun pasar
uang.

11
Universitas Sumatera Utara

Didalam reksadana sendiri terdapat sebuah pepatah “Jangan menaruh telur
didalam satu keranjang”, artinya investasi pada reksadana adalah melakukan
investasi menyebar pada sekian instrument investasi yang diperdagangkan dipasar
modal dan pasar uang. Jadi, reksadana dapat didefinisikan sebagai surat berharga
yang diterbitkan oleh manajer investasi, kemudian dijual kepada investor. Hasil
penjualan tersebut digunakan untuk membuat resiko didalam portofolio menurun
dan keuntungan relatif lebih besar (Widoatmodjo, 2009:109).
Menurut

Gumanti

(2011:211),

reksadana


merupakan

wadah

untuk

mempermudah pemodal berinvestasi dipasar modal. Wahana inii menghimpun dana
secara kolektif dengan cara menerbitkan saham unit penyertaan kepada individu
maupun lembaga.

Didalam melakukan investasi reksadana, terdapat seorang

manajer investasi dalam membantu investor dalam mengambil keputusan. Definisi
manajer investasi menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1993 adalah
pihak yang kegiatannya mengelola kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali
perusahaan asuransi, dana pension dan bank yang melakukan sendiri kegiatan
usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Samsul,,
2006:346)


2.1.1.1 Klasifikasi Reksadana
Reksadana dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.

Berdasarkan Sifat Reksadana
Menurut Simatupang (2010:186), reksadana dapat dibagi menjadi dua
yaitu:

12
Universitas Sumatera Utara

1. Reksadana Tertutup (Close-Ended)
Reksadana tertutup adalah reksadana dimana manajer investasi
sebagai pengelola reksadana maupun direksi sebagai pihak yang
menerbitkan reksadana tidak dapat membeli kembali unit saham
reksadana yang telah terjual kepada investor dan jual beli dilakukan
melalui bursa efek dimana unit saham reksadana dicatatkan
2. Reksadana Terbuka (Open-Ended)
Menurut undang-undang pasar modal, reksadana terbuka dalah
reksadana yang menawarkan atau menjual unit penyertaan reksadana

serta dapat membeli kembali unit penyertaan dari investor. Unit
penyertaan terbuka tidak dicatat di bursa efek karena jual beli dapat
berlangsung secar terus-menerus antara manajer investasi dan
investor.
2.

Berdasarkan bentuk hukum reksadana
Menurut Darmadji (2006:212), reksadana dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Reksadana berbentuk perseroan.
Dalam reksadana ini, perusahaan penerbit reksadana menghimpun
dana

dengan

menjual

saham

kemudian


hasil

penjualannya

diinvestasikan pada berbagai jenis efek di pasar modal dan pasar
uang.
2. Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK)

13
Universitas Sumatera Utara

Dalam reksadana ini, kontrak antara manajer investasi dengan
Bank Kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan dimana
manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio
investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk
melaksanakan penitipan kolektif.
3.

Berdasarkan Jenis Reksadana

Menurut Hariyani dan Serfianto(2010:239), reksadana dapat dibagi
menjadi empat yaitu:
1. Reksadana Pasar Uang (Money Market Funds)
Reksadana yang hanya melakukan investasi pada efek bersifat
utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 tahun. Tujuannya adalah
menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal.
2. Reksadana pendapatan tetap (Fixed Income funds)
Reksadana ini melakukan investasi melakukan investasi minimal
80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat utang, reksadana ini
juga mempunyai resiko relatif lebih besar dari pasar uang dan
bertujuan menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil.
3. Reksadana Saham (Equity funds)
Reksadana ini melakukan investasi minimal 80% dari aktivanya
dalam bentuk efek bersifat ekuitas. Karena investasinya pada saham,
resikonya lebih tinggi tetapi menghasilkan tingkat pengembalian
yang tinggi juga. Menurut Simatupang (2010:195), reksadana ini
mengupayakan untuk memperoleh capital gain dalam jangka

14
Universitas Sumatera Utara


panjang dengan komposisi saham sebagai komposisi utamanya.
Sedangkan, menurut Widoatmodjo (2009:115), reksadana ini
memiliki portofolio saham biasa artinya reksadana ini khusus
menggunakan dana yang dihimpunnya untuk dibelanjakan saham
biasa.
Reksadana saham memiliki sasaran dalam bentuk pertumbuhan.
Sasaran

pertumbuhan

dimana

reksadana

selalu

berusaha

meningkatkan harga - harga surat berharga yang menjadi objek

investasinya sehingga reksadana ini mendapatkan tujuan untuk
mendapatkan penghasilan yang besar dimasa mendatang.
4. Reksadana Campuran (Discretionary Funds)
Reksadana jenis ini melakukan investasi dalam efek yang bersifat
ekuitas dan efek bersifat utang. Tujuan reksadana ini agar manajer
investasi dapat lebih fleksibel melakukan diversifikasi terhadap
portofolio efek reksadana yang dikelola.
Seperti

yang dijelaskan sebelumnya,

jenis

reksadana menurut

Simatupang (2010:195-204), terbagi menjadi 10 reksadana, berikut ini
lanjutan dari jenis reksadana sebagai berikut:
5. Reksadana Terproteksi
Reksadana ini memberikan jaminan kepada investor bahwa dana
yang diinvestasikannya tidak akan mengalami kerugian karena dana

yang diinvestasikan para investor diharapkan sekurang-kurangnya
tetap sama dengan jumlah investasi diawal.

15
Universitas Sumatera Utara

6. Reksadana Penjaminan
Reksadana penjaminan adalah reksadana yang memberikan
jaminan atas nilai investasi awal pada saat jatuh tempo. Penjaminan
tidak dilakukan oleh manajer investasi tetapi pihak ketiga seperti
bank asuransi.
7. Reksadana Indeks
Reksadana yang portofolio efeknya yang terdiri atas efek yang
menjadi bagian dari suatu indeks yang menjadi acuannya. Kelebihan
reksadana indeks adalah diversifikasi otomatis mengacu kedalam
komposisi efek indeks tersebut.
8. Reksadana Syariah
Reksadana ini produk keuangannya harus mengacu kepada sistem
keuangan islam. Reksadana ni muncul karena semakin banyak animo
masyarakat terhadap produk investasi yang berpedoman pada kaidah

islam.
9. Reksadana Exchange Trade Fund (ETF)
Reksadana dimana portofolio didasarkan pada suatu indeks
tertentu seperti indeks LQ-45, indeks Hang-Seng dan lain-lain.
10. Reksadana Real State
Reksadana yang manajer investasi membeli dan mengelola
gedung, seperti gedung perkantoran atau apartemen.

16
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.2 Manfaat Reksadana
Manfaat yang diperoleh jika melakukan investasi dalam reksadana
seperti yang dicakup dari (www.idx.co.id), antara lain:
1.

Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat
melakukan

diversifikasi


dalam

bentuk

efek,

sehingga

dapat

memperkecil resiko sebagai contoh, seorang pemodal dengan dana
terbatas dapat memiliki portofolio obligasi yang tidak mungkin
dilakukan jika tidak memiliki dana besar. Dengan reksadana, maka akan
terkumpl jumlah dana yang besar sehingga akan memudahkan
diversifikasi baik untuk instrument di pasar modal maupun pasar uang,
artinya investasi dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti
deposito, saham dan obligasi.
2.

Reksadana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi dipasar
modal. Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah
pekerjaan yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian
tersendiri, dimana tidak semua pemodal memiliki pengetahuan tersebut.

3.

Efesiensi Waktu
Dengan melakukan investasi pada reksadana dimana dana dikelola oleh
manajer investasi professional, maka pemodal tidak perlu repot untuk
memantau kinerja investasinya karena hal tersebut telah dikerjakan oleh
manajer investasi.

17
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.3 Biaya Reksadana
Menurut Simatupang, (2010:161), biaya reksadana dapat berpengaruh
langsung dengan kinerja reksadana yang bersangkutan. Berikut ini biaya
reksadana sebagai berikut:
1.

Biaya Pengelolaan (Manajement fee)
Biaya pengelolaan adalah biaya yang merupakan jasa manajer
investasi sebagai pihak yang mengelola reksadana dan biaya
manajemen menjadi tanggungan para investor dan besarnya sangat
tergantung dari masing-masing manajer investasi. Besarnya biaya
pengelolaan suatu portofolio reksadana dapat dipengaruhi oleh jenis
reksadana. Jenis reksadana akan menimbulkan tingkat kesulitan yang
berbeda-beda yang akan dihadapi oleh manajer investasi dalam
mengelola reksadana dimana prinsipnya semakin sulit tingkat
pengelolaan yang dihadapi para manajer investasi maka akan semakin
besar beban biaya pengelolaan yang ditanggung oleh para investor
reksadana.

2.

Biaya Penyimpanan (Kustodian fee)
Biaya penyimpanan adalah jasa bagi kustodian atas peranannya
dalam pengamatan aset reksadana serta fungsinya sebagai pihak yang
melakukan fungsi administrasi atas seluruh transaksi atas efek-efek
yang terjadi didalam portofolio

18
Universitas Sumatera Utara

3.

Biaya Penjualan (Selling fee)
Biaya penjualan adalah biaya yang dikenakan kepada setiap investor
akan membeli reksadana melalui manajer investasi maupun melalui
agen penjual reksadana yang ditunjuk , dimana ketentuan mengenai
besaran biaya penjualan ini mengacu pada penetapan besaran biaya
pengelolaan. Semakin sulit atau berisiko jenis produk reksadana yang
akan dikelola manajer investasi maka akan semakin besar biaya
penjualan yang dikenakan kepada setiap investor.

4.

Biaya Penjualan Kembali (Redemption fee)
Biaya penjualan kembali adalah biaya yang dikenakan kepada para
investor reksadana ketika akan menjual kembali reksadana yang
dimilikinya. Hanya seluruh produk reksadana yang berbentuk KIK,
kecuali untuk reksadana KIK, ETF, penjualan unit reksadana dilakukan
investor kepada manajer investasi dan manajer investasi wajib untuk
membelinya sesuai dengan NAB per unit yang diumumkan setiap hari
kerja bursa.

5.

Biaya Penggantian (Switching fee)
Biaya penggantian adalah biaya yang dikenakan kepada investor
reksadana apabiila ingin mengganti jenis reksadana yang dimilikinya
kepada jenis reksadana lain yang juga dikelola oleh manajer investasi
yang sama. Penggantian ini dapat dilakukan oleh investor apabila
manajer investasi mengelola beberapa jenis reksadana.

19
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.4 Pihak-pihak dalam Reksadana
Menurut Rodoni (2009:87), seorang calon investor yang akan
menginvestasikan dananya pada salah satu reksadana terbuka umumnya
akan menghadapi pihak-pihak yang terkait didalamnya yaitu:
1.

Perusahaan Reksadana
Merupakan perusahaan yang telah memperoleh izin usaha dari
Bapepam-LK yang akan mengelola dan bertanggung jawab atas dana
dari pemegang saham reksadana.

2.

Manajer Investasi
Merupakan pihak yang berperan penting dalam kegiatan investasi
reksadana.

Kegiatan

manajer investasi

yang dimaksud

adalah

manajemen portofolio (jual beli), dan analisa efek serta perdagangan
(jual beli) efek dengan harga terbaik. Menurut Simatupang (2010:163),
peran manajer investasi adalah:
1. Mengelola portofolio efek atas kepentingan nasabah
2. Mengelola reksadana
3. Mengadakan riset atas efek
4. Menganalisis kelayakan investasi.
3.

Agen Penjual Efek Reksadana (APERD)
Agen Penjual adalah pihak yang melakukan penawaran dan
penjualan efek reksadana berdasarkan kontrak kerja sama dengan
manajer investasi kepada investor.

20
Universitas Sumatera Utara

4.

Bank Kustodian
Bank Kustodian adalah institusi yang berfungsi memberikan jasa
penitipan dan mengamankan efek (surat berharga). Bank kustodian
tidak terlibat dalam operasi sehari hari yang berhubungan dengan
keputusan investasi. Menurut Undang-undang Pasar Modal Pasal 43
ayat 1, menyebutkan bahwa yang dapat bertindak sebagai Bank
Kustodian adalah lembaga penyimpanan dan penyelesaian (LPP),
perusahaan efek dan bank umum yang telah memperoleh persetujuan
dari Bapepam dan lembaga-lembaga keuangan.

2.1.1.5 Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Menurut Simatupang (2010:159), ukuran dari nilai portofolio efek suatu
reksadana adalah nilai aktiva bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV).
Kinerja portofolio suatu produk reksadana dapat dilihat dari masing-masing
reksadana yang menjadi acuan dari nilai aset suatu reksadana. Nilai aktiva
bersih reksadana dapat berfluktuasi walaupun tidak sesering saham. Secara
umum, nilai aktiva bersih (NAB) reksadana sangat bergantung pada kinerja
sekuritas yang menjadi portofolio reksadana yang bersangkutan yaitu harga
pasar reksadana.
Menurut Widoatmodjo (2010:120), harga pasar reksadana merupakan
harga yang telah disesuaikan dengan kondisi pasar (mark to market). Harga
pasar reksadana tergantung pada nilai reksadana. NAB sangat bergantung
pada portofolio yang dilakukan manajer investasi. NAB dipengaruhi oleh

21
Universitas Sumatera Utara

harga saham setiap hari. Faktor yang mempengaruhi harga pasar adalah
dividen dan capital gain.
Menurut Samsul (2006:350), kinerja suatu produk reksadana dapat
dilihat dari NAB masing-masing reksadana yang menjadi satuan dari nilai
aset suatu reksadana. Nilai aktiva bersih suatu reksadana dapat berfluktuasi
seperti saham. Manajer investasi wajib menerbitkan NAB, investor yang
membeli NAB dengan unit penyertaan hari ini sebelum jam 13.00 wib
kemudian akan memperoleh hasilnya di hari berikutnya. Total nilai wajar
aktiva dapat berubah karena nilai pasar setiap aset investasi berubah,
pendapatan bunga bank harian, perhitungan pendapatan kupon obligasi
harian dan instrumen dari pasar keuangan ditambah dividen dikurangi biaya
operasional reksadana. Rumus menghitung NAB yaitu:
Total NAB

= Nilai Wajar Aset Investasi – Biaya Operasional

NAB Unit Penyerataan

= Total NAB / Jumlah unit penyertaan

Menurut Simatupang (2010:159), dalam Undang-Undang Pasar Modal
No.8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 29, menjelaskan bahwa unit penyertaan
adalah satuan ukuran yang menunjukkan bagian kepentingan setiap pihak
dalam portofolio investasi kolektif. Unit penyertaan memiliki arti yang
sangat penting bagi para investor reksadana. Hak-hak pemegang unit
penyertaan reksadana yaitu:
1. Hak untuk memperoleh bukti penyertaan.
2. Hak untuk memperoleh pembagian hasil investasi.
3. Hak untuk menjual kembali sebagian atau seluruh unit penyertaan.

22
Universitas Sumatera Utara

4. Hak untuk memperoleh informasi mengenai NAB per unit harian.

2.1.1.6 Tingkat Pengembalian Reksadana
Menurut Samsul (2006:304), return portofolio adalah return investasi
dalam berbagi instrumen keuangan selama suatu periode tertentu. Reksadana
merupakan portofolio yang dikelola manajer investasi untuk dijual kepada
masyarakat luas dan tunduk pada peraturan Bapepam. Portofolio yang bukan
merupakan reksadana yang tidak akan terikat pada Bapepam, tetapi terikat
pada peraturan tertentu.
Menurut Manurung (2010:113), tingkat pengembalian reksadana adalah
capital gain atas investasi reksadana tersebut. Capital gain adalah selisih
positif antara harga jual dikurangi harga beli. Dalam mengambil keputusan
membelia atau

menjual

reksadana diperlukan

informasi

mengenai

kecenderungan harga akan naik atau turun. Apabila harga naik maka
keputusan yang diambil adalah membeli namun jika harga turun maka
keputusan yang diambil adalah menjual. Sehingga, dapat diketahui, return
positif jika harga naik sedangkan return negatif jika harga turun.
Menurut Samsul (2006:370), didalam reksadana, nilai aktiva bersih
(NAB) merupakan harga pasar suatu reksadana yang harus dibayar jika
membeli akan diterima jika menjual. NAB dapat membantu investor dalam
menghitung return harian, mingguan, atau bulanan dengan rumus sebagai
berikut:
������ Reksadana =

NAB� − NAB�−1
NAB�−1
23
Universitas Sumatera Utara

Keterangan:
NABt = nilai aktiva bersih pada waktu ini
NABt-1 = nilai aktiva bersih pada waktu sebelumnya.
2.1.2 Makroekonomi
Menurut

Mankiw

(2003:13),

makroekonomi

adalah

studi

tentang

perekonomian secara menyeluruh termasuk pertumbuhan, pendapatan, perubahan
harga dan tingkat pengangguran. Para ekonom makro berusaha menjelaskan
peristiwa ekonomi dan memikirkan kebijakan untuk meningkatkan kinerja
ekonomi. Menurut Widoatmodjo (2015:233), musuh utama investasi adalah
makro ekonomi. Beberapa variabel makroekonomi yang mempengaruhi suatu
negara adalah inflasi, nilai tukar dan suku bunga BI.

2.1.2.1 Inflasi
Menurut Abimanyu (2004:12), inflasi adalah kecenderungan kenaikan
harga barang dan jasa secara umum yang langsung secara terus menerus.
Menurut teori Keynes, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup
diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini
adalah keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu
melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Laju inflasi adalah tingkat
perubahan harga umum dan dapat diukur sebagai berikut:

Laju Inflasi =

IHK � − IHK �−1
IHK �−1

Keterangan:
IHKt = Indeks harga konsumen pada waktu ini
IHKt-1 = Indeks harga konsumen pada waktu sebelumnya.

24
Universitas Sumatera Utara

Menurut Mankiw (2000:308), beberapa indeks harga yang sering
digunakan untuk mengukur inflasi antara lain:
1.

Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)
Pengukuran inflasi yang paling banyak digunakan adalah indeks
harga konsumen yang dikenal juga dengan IHK, IHK mengukur biaya
sekelompok barang-barang dan jasa dipasar, termasuk harga harga
makanan, pakaian, pemukiman, bahan bakar, transportasi dan lain lain
yang menunjang kehidupan masyarakat sehari-hari.

2.

Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholescale Price Index)
Indeks ini sering dikenal dengan indeks harga produsen yang
mengukur tingkat produsen atau perdagangan besar. Timbangan tetap
yang digunakan dalam menghitung IHP adalah penjualan bersih
komoditi, indeks ini banyak digunakan oleh dunia usaha.

3.

GNP Deflator
GNP deflator adalah rasio GNP nominal terhadap GNP riil dan dapat
diinterprestasikan

sebagai

harga dari

seluruh

komponen

GNP

(konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor neto) daripada
sebagai harga pada sektor tunggal.
Menurut Sukirno (2006:339), kenaikan harga-harga yang tinggi dan
terus-menerus bukan saja menimbulkan beberapa efek buruk ke atas
kegiatan ekonomi tetapi juga kepada kemakmuran individu dan masyarakat
diantaranya:

25
Universitas Sumatera Utara

1.

Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang

berpendapatan tetap. Pada umumnya, kenaikan upah tidaklah secepat
kenaikan harga-harga maka inflasi akan menurunkan upah riil individuindividu berpendapatan tetap.
2.

Inflasi dapat mengurangi kekayaan yang berbentuk uang, sebagian
kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang, sehingga nilai riil
akan turun juka inflasi berlaku.

3.

Memperburuk

pembagian

kekayaan

telah

menunjukkan

bahwa

penerimaan pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai
riil pendapatan dari pemilik kekayaan bersifat keuangan yang
mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya.
Menurut Sukirno (2006:354), bentuk kebijakan pemerintah perlu
dilakukan secara serentak untuk meningkatkan keefektifannya. Bentuk
masing-masing kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah inflasi
adalah sebagai berikut:
1.

Kebijakan fiskal yaitu menambah pajak dan mengurangi pengeluaran
pemerintah.

2.

Kebijakan moneter yaitu mengurangi, menaikkan suku bunga dan
membatasi kredit.

3.

Dari segi penawaran yaitu mendorong lebih banyak investasi,
mengembangkan infrastruktur, meningkatkan efesiensi administrasi
pemerintah, memberi subsidi dan mengurangi pajak perusahaan dan
individu.

26
Universitas Sumatera Utara

Menurut Abimanyu (2004:12), inflasi dapat dikelompokkan menjadi
tiga kategori sebagai berikut:
1.

Berdasarkan parah tidaknya inflasi, inflasi terbagi menjadi empat
macam yaitu:
a. Inflasi ringan, apabila berada dibawah 10% setahun.
b. Inflasi sedang, apabila berada antara sekitar 10% sampai 30%
setahun.
c. Inflasi berat, apabila berada antara 30% sampai 100% setahun.
d. Hiperinflasi, apabila berada antara 30% sampai 100% setahun.

2.

Berdasarkan Penyebabnya, inflasi terbagi menjadi dua macam yaitu:
a. Demand-pull Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan kenaikan
permintaan barang dan jasa. Masyarkat terlalu tnggi sedangkan
produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh sehingga tidak
akan mungkin meningkatkan produksi lagi.
b. Cosh-push Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan penurunan dan
penawaran barang dan jasa. Penurunan ini disebabkan karena
kenaikan harga input didalam negeri maupun harga barang impor.
Pada inflasi seperti ini, harga input naik lebih dahulu dan diikuti oleh
kenaikan harga output.

3.

Berdasarkan Asalnya, inflasi terbagi menjadi dua macam yaitu:
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri, yaitu inflasi yang sumbernya
berasal dari defisit anggaran belanja pemerintah.

27
Universitas Sumatera Utara

b. Inflasi yang berasal dari luar negeri, yaitu inflasi yang sumbernya
berasal dari kenaikan harga barang impor merupakan salah satu
komponen indeks harga konsumen sehingga akan meningkatkan
biaya produksi sehingga inflasi pun terjadi.

2.1.2.2 Nilai Tukar
Menurut Sukirno (2006:397), nilai tukar adalah nilai yang menunjukkan
jumlah nilai mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan
satu unit mata uang asing. Nilai tukar mata uang akan dipengaruhi oleh
sejumlah faktor, seperti kondisi perekonomian, politik, intervensi bank
sentral dan lain-lain. Menurut Booke dan Kurtz (2007:159), nilai mata uang
berfluktuasi bergantung pada permintaan dan penawaran terhadap masingmasing mata uang dipasar internasional. Sedangkan menurut Samuelson
(2004:305), nilai tukar adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan
mata uang lain.
Nilai tukar ditentukan oleh pasar valuta asing, yaitu pasar yang tempat
berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan. Kurs valuta asing yang
bergejolak tinggi akan membuat rupiah mengalami depresiasi sehingga
menyebabkan memburuknya perekonomian dan perdagangan saham
menjadi lesu. Permintaan dan penawaran valuta asing pada foreign exchange
market menentukan besarnya kurs mata uang dalam negeri. Jika kurs
mengalami depresiasi berarti permintaan terhadap mata uang dalam negeri
menurun sedangkan permintaan terhadap mata uang asing meningkat. Hal
ini membuat masyarakat sebagai investor lebih cenderung bermain di pasar

28
Universitas Sumatera Utara

valuta asing dengan membeli mata uang asing tersebut dengan tujuan
spekulatif sehingga membuat permintaan saham mengalami penurunan
(Tandelilin, 2010:344).
Menurut Heru (2008), nilai tukar terhadap mata uang asing mempunyai
pengaruh negatif terhadap

ekonomi dalam

pasar modal. Dengan

menurunnya nilai tukar terhadap mata uang asing akan mengakibatkan
meningkatnya biaya impor bahan baku yang digunakan untuk produksi dan
meningkatkan suku bunga. Walaupun menurunnya nilai tukar membuat
perusahaan untuk melakukan ekspor. Adapun faktor utama yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap valuta asing sebagai
berikut:
1.

Faktor Pembiayaan Impor dan Faktor Penerimaan Ekspor
Semakin tinggi impor barang dan jasa akan semakin besar
permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung
melemah, sedangkan dalam penerimaan ekspor, semakin besar volume
penerimaan ekspor barang dan jasa akan semakin besar jumlah valuta
asing sehingga nilai tukar terhadap mata uang asing cenderung
menguat.

2.

Faktor Aliran Modal Masuk dan Keluar
Semakin banyak aliran modal keluar maka akan semakin besar
permintaan valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah.
Sedangkan, semakin banyak aliran modal masuk akan membuat nilai
tukar cenderung menguat.

29
Universitas Sumatera Utara

3.

Kegiatan Spekulasi
Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan oleh
spekulan maka akan semakin besar permintaan terhadap valuta asing
sehingag memperlemah nilai tukar mata uang domestik.
Menurut Samuelson (2004:319), jenis-jenis kurs terbagi menjadi 3

macam yaitu:
1.

Kurs fleksibel yang bebas yaitu kurs yang murni ditentukan oleh
permintaan dan penawaran tanpa adanya intervensi pemerintah.

2.

Kurs tetap adalah ketika pemerintah menetapkan suatu kurs resmi yang
dipertahankan melalui intervensi dan kebijakan moneter.

3.

Kurs terkendali adalah gabungan antara kurs tetap dengan kurs fleksibel
dengan pemerintah yang berusaha mempengaruhi kurs secara langsung
dengan membeli atau menjual mata uang asing melalui kebijakan
moneter dengan menaikan atau menurunkan suku bunga.
Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta menyebabkan

perubahan dalam kurs valuta, menurut Sukirno (2006:402) faktor faktor
yang mempengaruhi kurs yaitu:
1.

Perubahan citarasa masyarakat
Citarasa

masyarakat

mempengaruhi

corak

konsumsi

maka

perubahaan citarasa masyarakat akan mengubah konsumsi keatas.
Perbaikan kualitas barang-barang domestik menyebabkan keinginan
untuk melakukan impor berkurang, sedangkan perbaikan kualitas
barang impor akan membuat masyarakat cenderung untuk melakukan

30
Universitas Sumatera Utara

impor semakin besar. Perubahan ini akan mempengaruhi permintaan
dan penawaran valuta asing.
2.

Perubahan harga barang ekspor dan impor
Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan apakah suatu barang akan diimpor atau diekspor. Barangbarang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga relatif murah akan
menaikan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspor akan
berkurang. Begitu juga impor, peningkatan harga barang impor akan
mengurangkan jumlah impor.

3.

Kenaikan harga barang umum (inflasi)
inflasi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kurs valuta
asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung utnuk
menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan ini akan
menyebabkan harga-harga didalam negeri lebih mahal daripada harga
luar negeri sehingga impor bertambah dan ekspor pun berkurang.

4.

Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi memiliki peranan
yang penting dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan
tingkat pengembalian investasi yang rendah akan membuat modal
dalam negeri mengalir ke luar negeri sedangkan suku bunga dan tingkat
pengembalian yang tinggi akan membuat modal luar negeri masuk ke
negara itu, sehingga nilai tukar akan melemah.

5.

Pertumbuhan ekonomi

31
Universitas Sumatera Utara

Nilai mata uang tergantung pada pertumbuhan ekonomi yang
berlaku. Apabila kemajuan ini diakibatkan ekspor maka permintaan
mata uang akan meningkat sehingga nilai tukar menguat, tetapi apabila
kemajuan diakibatkan karena impor maka permintaan mata uang akan
menurun sehingga nilai tukar melemah.

2.1.2.3 Suku Bunga
Menurut Sukirno (2006:128), suku bunga dapat dipandang sebagai
pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan. Suatu rumah tangga
akan membuat lebih banyak tabungan apabila suku bunga tinggi karena
lebih banyak pendapatan dari penabung akan diperoleh. Pada suku bunga
rendah, investor tidak begitu suka membuat tabungan karena mereka merasa
lebih baik melakukan pengeluaran konsumsi atau berinvestasi daripada
menabung. Dengan demikian, apabila suku bunga rendah, masyarakat akan
cenderung menambah pengeluaran konsumsinya atau pengeluaran untuk
berinvestasi.
Menurut Samsul (2006:201), kenaikan tingkat bunga pinjaman memiliki
dampak negatif terhadap setiap emitmen, karena akan meningkatkan beban
bunga kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan
mengakibatkan laba per saham juga menurun dan akhirnya akan berakibat
turunnya harga saham dipasar. Disisi lain, naiknya suku bunga deposito
akan mendorong investor untuk menjual saham dan kemudian menabung
hasil penjualan didalam deposito.

32
Universitas Sumatera Utara

Menurut Bank Indonesia dalam website (www.bi.go.id), suku bunga
yang dijadikan adalah BI rate. BI rate adalah suku bunga yang kebijakan
yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI rate diumumkan
oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam setiap Rapat Dewan Gubernur
bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan oleh
Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas. Dengan mempertimbangkan
faktor-faktor lain, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI rate
apabila inflasi kedepan melampaui sasaran yang telah ditetapkan sebaliknya
jika inflasi dibawah sasaran maka Bank Indonesia akan menurunkan BI rate.
Tingkat suku bunga dalam suatu perekonomian memiliki beberapa
fungsi (Sunariyah, 2006:80), sebagai berikut:
1.

Sebagai daya tarik bagi penabung individu, institusi atau lembaga yang
mempunyai dana yang lebih untuk diinvestasikan.

2.

Dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap dana
langsung investasi pada sektor-sektor ekonomi.

3.

Sebagai alat moneter dalam mengendalikan penawaran dan permintaan
uang beredar dalam suatu perekonomian.

4.

Pemerintah

dapat

memanipulasi

tingkat

suku

bunga

untuk

meningkatkan produksi, sehingga dapat digunakan untuk mengontrol
tingkat inflasi.
Menurut Brigham dan Houston (2001:158), faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat suku bunga adalah sebagai berikut:

33
Universitas Sumatera Utara

1.

Kebijakan Bank Sentral

2.

Besarnya defisit anggaran pendapatan dan belanja negara

3.

Neraca perdagangan luar negeri

4.

Tingkat kegiatan usaha

2.1.3 Indeks Eido
Eido merupakan kepanjangan dari iShares MSCI Indonesia Investable Market
Index Fund. Eido adalah indeks mutual funds sejenis ETF atau reksadana di bursa
“NYSE/ New York Stock Exchange” yang didalamnya terdapat saham saham
Indonesia yang dipilih berdasarkan dari Morgan Stanley Composite Index. Indeks
Eido ini mulai diperdagangkan sejak 7 Mei 2010. Indeks Eido yang terdaftar
saham-saham perusahaan terbesar di Indonesia merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh dalam pergerakan IHSG karena terdapat perusahaan-perusahaan besar
Indonesia.
Untuk investor dunia yang tidak dapat berinvestasi di pasar saham
Indonesia, maka dapat langsung beriinvestasi seperti reksadana dengan cara
membeli saham iShares MSCI Indonesia (EIDO). Secara teknikal, berdasarkan data
indeks Eido menunjukkan penguatan maka kecenderungan indeks harga saham
gabungan akan meningkat. Indeks Eido juga merupakan salah satu acuan untuk
dijadikan sebagai patokan dalam melihat naik turunnya dari indeks harga saham
gabungan yang terjadi keesokan harinya.

34
Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Indeks Nikkei 225
Indeks Nikkei 225 merupakan sebuah indeks pasar saham di Bursa Efek
Tokyo. Indeks ini telah dihitung oleh harian Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) sejak 7
September 1950. Metode perhitungannya menggunakan perhitungan harga rata- rata
(unit dalam yen), dan komponen saham perusahaan yang tercantum dalam indeks
akan ditinjau setahun sekali. Saham perusahaan yang tercatat dalam Indeks Nikkei
225 merupakan saham yang paling aktif diperdagangkan dalam bursa efek Tokyo.
Saat ini, Nikkei adalah indeks yang paling banyak digunakan sebagai panduan bagi
investor ketika akan berinvestasi. Metode perhitungan indeks Nikkei 225
menggunakan weighted averaged sama seperti perhitungan pada indeks Dow Jones
(www.en.wikipedia.org).
Menurut Sunariyah (2006: 142), Perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei
225 merupakan perusahaan besar yang telah beroperasi secara global, termasuk di
Indonesia. Dengan naiknya Indeks Nikkei 225 ini berarti kinerja perekonomian
Jepang ikut membaik. Sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia,
pertumbuhan ekonomi Jepang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia
melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung
maupun melalui pasar modal. Menurut Samsul (2008: 35) mengungkapkan bahwa
pergerakan indeks di pasar modal suatu negara dipengaruhi oleh indeks-indeks
pasar modal dunia. Hal ini disebabkan aliran perdagangan antar negara, adanya
kebebasan aliran informasi, serta deregulasi peraturan pasar modal yang
menyebabkan investor semakin mudah untuk masuk di pasar modal suatu negara.

35
Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Indeks Harga Saham Gabungan
Menurut Samsul (2006:185), indeks harga saham gabungan atau dikenal
sebagai Jakarta Composite Index = JCI atau JSX Composite. Indeks harga saham
gabungan merupakan indeks gabungan dari jenis saham yang tercatat dibursa efek.
Indeks harga saham gabungan diterbitkan oleh bursa efek. Pihak yang diluar bursa
efek tidak tertarik menerbitkan IHSG karena indeks tersebut masih kalah dengan
indeks harga saham parsial seperti untuk keperluan hedging. Perhitungan IHSG
sangat berbeda dengan indeks harga saham parsial berbeda pada jumlah emitennya.
IHSG dihitung setiap hari bahkan setiap detik selama jam perdagangan sesuai
dengan kebutuhan. IHSG berubah setiap saat disebabkan karena:
1. Perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari.
2. Adanya saham tambahan.
Menurut Lubis (2006:158), dalam menghitung indeks harga saham gabungan
(IHSG) maka dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
IHSG = �

H�
� x 100
H0

Keterangan :
Ht

= Total harga semua saham pada waktu yang berlaku

H0

= Total harga saham pada waktu dasar
Bila IHSG berada diatas 100, berarti kondisi pasar sedang dalam keadaan

ramai, sedangkan IHSG berada dibawah 100, berarti kondisi pasar sedang dalam
keadaan lesu. Namun bila IHSG berada didalam kendaraan 100, maka kondisi pasar
masih dalam keadaan stabil. Naiknya IHSG tidak berarti seluruh jenis saham

36
Universitas Sumatera Utara

mengalami kenaikan. Jika suatu saham naik maka IHSG akan naik sehingga saham
memiliki korelasi positif terhadap IHSG.

2.2

Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu dirangkum secara singkat karena mengingat

penelitian ini mengaju kepada penelitian terdahulu. Meskipun ruang lingkup dari
beberapa penelitian yang akan dirangkum ini sama, namun memiliki objek dan
waktu yang berbeda. Berikut ini adalah beberapa rangkuman penelitian sebelumnya
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1.

2.

Peneliti
Yenita
Maurina, R
Rustam
Hidayat, Sri
Sulasmiyati
(2015)

Fatharani
Sholibat,
Moch
Dzulkirom
Ar dan
Topowijono
(2015)

Judul
Penelitian
Pengaruh
Tingkat inflasi,
Kurs Rupiah
dan Tingkat
Suku Bunga BI
terhadap IHSG

Pengaruh
Inflasi, Tingkat
Suku Bunga
Sertifikat Bank
Indonesia dan
Indeks Harga
Saham
Gabungan
terhadap
Tingkat
Pengembalian
Reksadana

Variabel
Penelitian
Variabel
Dependen:
IHSG
Variabel
Independen:
1. Tingkat
Inflasi
2. Kurs
Rupiah
3. Tingkat
Suku
Bunga BI

Variabel
Dependen:
Tingkat
Pengembalian
Reksadana
Variabel
Independen:
1. Inflasi
2. Tingkat
Suku Bunga

Analisis
Hasil Penelitian
Data
Regresi
1. Tingkat
Linear
inflasi
Berganda
berpengaruh
positif
dan
tidak
signifikan.
2. Kurs rupiah
berpengaruh
negatif
signifikan
3. Tingkat suku
bunga
BI
berpengaruh
negatif
signifikan.
Regresi
1. Inflasi
Linear
berpengaruh
Berganda
negatif
signifikan
terhadap
tingkat
pengembalia
n reksadana.
2. Tingkat Suku
Bunga
Sertifikat BI
berpengaruh

37
Universitas Sumatera Utara

(Lanjutan Tabel 2.1)
Penelitian Terdahulu
saham

Sertifikat BI
3.Indeks harga
saham
gabungan

3.

2. Fatharani
Sholibat,
Moch
Dzulkirom
Ar dan
Topowijono
(2015)

Pengaruh
Inflasi, Tingkat
Suku Bunga
Sertifikat Bank
Indonesia dan
Indeks Harga
Saham
Gabungan
terhadap
Tingkat
Pengembalian
Reksadana
Saham

Variabel
Dependen:
Tingkat
Pengembalian
Reksadana

Regresi
4.
Linear
Berganda

Variabel
Independen:
3. Inflasi
4. Tingkat
Suku Bunga
Sertifikat BI
5. Indeks
Harga
Saham
Gabungan

5.

6.

3

Rowland
Bismark F
Pasaribu
dan
Dionysia
Kowanda

Pengaruh Suku
Bunga Sertifikat
Bank Indonesia,
Tingkat Inflasi,
Indeks Harga
Saham

Variabel
Dependen:
Tingkat
Pengembalian
Reksadana

Regresi
Linear
Berganda

1.

positif
signifikan
terhadap
tingkat
pengembalian
reksadana.
IHSG
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
terhadap
tingkat
pengembalian
Inflasi
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
tingkat
pengembalian
reksadana.
Tingkat Suku
Bunga
Sertifikat BI
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
tingkat
pengembalian
reksadana.
IHSG
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
terhadap
tingkat
pengembalian
reksadana.
Suku Bunga
SBI
berpengaruh
signifikan
terhadap
tingkat

38
Universitas Sumatera Utara

(Lanjutan Tabel 2.1)
Penelitian Terdahulu
(2015)
Gabungan dan
Bursa Asing
terhadap
Tingkat
Pengembalian
Reksadana
Saham

4.

Mohammad
Reza
Monjazeb
dan Esmael
Ramazan
Pour
(2015)

The Effect of
Economic
Factors on the
efficienct of
Mutual Funds In
Iran

Variabel
Independen:
1. Suku Bunga
Sertifikat BI
2. Tingkat
Inflasi
3. IHSG

Variabel
Dependen:
Tingkat
Pengembalian
Reksadana
Variabel
Independen:
1. Nilai Tukar
2. Inflasi

5.

Gholam
Hossein
Asadi dan
Salman
Khadrum
Olmelleh
(2015)

Defining and
designing a
model to predict
the performance
of mutual funds
by using
macroeconomics
variables in
Tehran Stock
Exchange

Variabel
Dependen:
Pengembalian
Reksadana
Variabel
Independen:
1. Harga
minyak
2. Inflasi
3. Nilai Tukar
4. Harga Emas
Indeks Harga
Perumahan

pengembalian
reksadana
2. Tingkat
inflasi tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
tingkat
pengembalian
reksadana.
3. IHSG
berpengaruh
positif
signfikan
terhadap
tingkat
pengembalian
reksadana.
GLS
1. Nilai
tukar
Prosedur
berpengaruh
dengan
positif
dan
Eviews 7
signifikan
Software
terhadap
tingkat
pengembalian
reksadana.
2. Inflasi
berpengaruh
dan
signifikan
terhadap
tingkat
pengembalian
reksadana
Regresi
1. Harga minyak
Linear
berpengaruh
Berganda
signifikan
terhadap
pengembalian
reksadana.
2.Inflasi
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengembalian
reksadana

39
Universitas Sumatera Utara

(Lanjutan Tabel 2.1)
Penelitian Terdahulu
3.

6.

7.

Hocky Dimas
Prasetya, Dr.
Deni
Saepudidin,
Rian Febrian
Umbara
(2014)

Prediksi
Indeks Harga
Saham
Gabungan
Menggunakan
Metode
Support
Vector
Machine

Variabel
Dependen:
IHSG

Ria Astuti,
Apriatni E. P
dan Hari
Susanta
(2013)

Analisis
Pengaruh
Tingkat Suku
Bunga, Nilai
Tukar Rupiah,
Inflasi, dan
Indeks Bursa
Internasional
terhadap IHSG

Variabel
Dependen:
IHSG

Variabel
Independen:
1.Indeks Dow
Jones
2.Indeks Eido
3.Nilai Kurs
Dollar

Variabel
Independen:
1.Tingkat
Suku Bunga
2.Nilai Tukar
Rupiah
3.Inflasi
4.Bursa
Internasional
yaitu Indeks
Nikkei
225
dan
Indeks
Hangseng

Kennel
Trick
dengan
metode
SVM

Regresi
Linear

Nilai tukar
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengembalian
reksadana.
4. Harga Emas
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengembalian
reksadana.
Dengan Metode
SVM, rata-rata
akurasi
testing
terbaik diperoleh
sebesar 62,93%
pada kombinasi
feature
input
IHSG terhadap
Indeks Eido.

1. Tingkat Suku
Bunga
dan
Nilai Tukar
berpengaruh
negatif
terhadap
IHSG
2. Inflasi
berpengaruh
negatif
dan
tidak
signifikan
terhadap
IHSG.
3. Indeks Nikkei
225
dan
Indeks
Hangseng
berpengaruh
positif
dan
Signifikan
terhadap
IHSG

40
Universitas Sumatera Utara

(Lanjutan Tabel 2.1)
Penelitian Terdahulu
The Impact of
8. Pramod
Kumar
Macroeconomic
Naik, Puja
fundamentals on
Padhi
stock prices :
(2012)
evidence from
Indian Data

9.

Mohamed
Asmy Bin
Mohd Thas
Thaker,
Wisam
Rohilina
Aris
Hassama
and Md.
Fouad Bin
Amin
(2010)

10. Sujoko
(2009)

Effects of
Macroeconomic
variables on
Stock Prices in
Malaysia: An
Approach of
Error
Correction
Model

Analisis
Pengaruh Suku
Bunga, Inflasi,
Kurs Mata
Uang dan Dana
kelolaan
terhadap Imbal
Hasil

Variabel
Dependen :
Indeks pasar
saham India
Variabel
Independen:
1. Indeks
Produksi
Industri
2. Inflasi
3. Jumlah
Uang
Beredar
4. Tingkat
Suku
bunga
5. Nilai
tukar Riil

Variabel
Dependen:
Indeks
Malaysia
(KLCI)

Cointegrasi
Johansen
dengan
Kerangka
VECM

Model
ECM

Variabel
Independen:
1. Inflasi
2. Nilai
Tukar
3. Jumlah
Uang
Beredar
Variabel
Eviews 7
Dependen:
Imbal Hasil
Reksadana

1. Indeks
produksi
industri dan
jumlah uang
beredar
berpengaruh
positif
terhadap
indeks pasar
saham India.
2. Inflasi
berpengaruh
negatif
terhadap
indeks pasar
saham India.
3. Tingkat suku
bunga
dan
nilai
tukar
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
indeks pasar
saham India
Variabel
Makroekonomi
seperti
inflasi,
nilai
tukar,
jumlah
uang
beredar
berpengaruh
signifikan
terhadap KLCI

1. Suku Bunga
berpengaruh
negatif
dan
tidak
signifikan
terhadap imbal
hasil
reksadana.

41
Universitas Sumatera Utara

(Lanjutan Tabel 2.1)
Penelitian Terdahulu
Reksadana
Saham

2.3

Variabel
Independen:
1.Suku
Bunga
2. Inflasi
3.Kurs Mata
Uang
4. IHSG
5.Dana
Kelolaan

2. Inflasi
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap imbal
hasil
reksadana.
Mata
3. Kurs
Uang
berpengaruh
negatif sangat
kecil terhadap
imbal
hasil
reksadana.
4. IHSG
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap imbal
hasil
reksadana.
5. Dana Kelolaan
berpengaruh
positif
dan
tidak
signifikan
terhadap
tingkat
pengembalian
reksadana.

Kerangka Konseptual
Menurut Sugiyono (2004:49), Kerangka konseptual adalah hubungan antar

variabel terikat dengan variabel bebas yang disusun dari berbagai teori yang
didefinisikan. Penjelasan mengenai keterkaitan variabel makroekonomi seperti
inflasi, nilai tukar dan suku bunga Bi Indonesia, indeks EIDO, indeks Nikkei 225 ,
indeks harga saham gabungan dan tingkat pengembalian reksadana adalah sebagai
berikut:

42
Universitas Sumatera Utara

1.

Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Menurut Abimanyu (2004:12), inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa
secara umum dan terus menerus. Hal ini sejalan dengan pendapat Tandelilin
(2001:214) yang menyatakan bahwa kenaikan inflasi akan memberikan
dampak negatif para investor karena inflasi meningkatkan pendapatan dan
biaya produksi. Jika peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi dari
peningkatan harga oleh perusahaan, maka profitabilitas akan turun sehingga
efek ekuitas menjadi kurang kompetitif akan membuat saham menjadi menurun
dan berdampak pada indeks harga saham gabungan juga akan menurun. Hal ini
sesuai pada penelitian Wibowo (2016), Laila (2014) dan Astut (2013)
menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
indeks harga saham gabungan

2.

Nilai Tukar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Menurut Samuelson (2004:305), nilai tukar adalah harga satu satuan mata uang
dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar ditentukan oleh pasar valuta asing.
Pada saat kurs valuta asing mengalami apreasiasi menandakan bahwa nilai
tukar mata uang domestik melemah. Melemahnya mata uang domestik
membuat perekonomian negera tersebut menjadi lamban. Jika nilai tukar
melemah atau depresiasi maka investor lebih cenderung bermain di valuta
asing sehingga menyebabkan permintaan di pasar modal, khususnya saham
turun dan membuat indeks harga saham gabungan turun (Tandelilin, 2010:344).
Hal ini sesuai pada penelitian Maurina, dkk (2015) menyatakan bahwa nilai

43
Universitas Sumatera Utara

tukar memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap indeks harga saham
gabungan.
3.

Suku Bunga BI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Kenaikan suku bunga memiliki dampak negatif bagi perusahaan, apabila terjadi
kenaikan suku bunga kredit karena akan meningkatkan beban bunga sehingga
menurunkan laba bersih (Samsul, 2006:201). Hal ini membuat orang cenderung
menabung dengan harapan untuk menghadapi resiko menjadi kecil sehingga
permintaan saham menurun dan saham yang ada di indeks haga saham
gabungan menurun. Hal ini sesuai pada penelitian Maurina, dkk (2015) dan
Laila,dkk (2014) menyatakan bahwa BI rate berpengaruh negatif signifikan
terhadap indeks harga saham gabungan.

4.

Indeks Eido terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Menurut Wikipedia, Indeks Eido merupakan indeks harga saham yang berasal
Indonesia yang diperdagangkan di bursa Amerika Serikit berjenis ETF.
Didalam indeks Eido terdapat saham-saham yang didalamnya merupakan milik
dari perusahaan terbesar yang ada di Indonesia. Indeks ini sangat membantu
para investor asing yang tidak bisa melakukan investasi secara langsung
terhadap perusahaan besar di Indonesia. Indeks Eido juga merupakan salah
satu acuan yang dijadikan sebagai patokan dalam melihat naik turunnya indeks
harga saham gabungan. Apabila Indeks EIDO menurun maka IHSG akan
menurun.

44
Universitas Sumatera Utara

5.

Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Perusahaan yang telah tercatat di Indeks Nikkei 225 merupakan perusahaan
besar yang telah beroperasi secara global, termasuk di Indonesia. Dengan
naiknya indeks Nikkei 225 maka kinerja perekonomian Jepang ikut membaik
karena sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia membuat
pertumbuhan ekonomi jepang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi
langsung maupun tidak langsung melalui pasar modal (Sunariyah, 2006:142).
Hal ini tentu saja akan berdampak pada indeks harga saham gabungan. Hal ini
sesuai pada penelitian Astuti (2013) menyatakan bahwa indeks Nikkei 225
memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap indeks harga saham
gabungan.

6.

Indeks harga saham gabungan terhadap Tingkat pengembalian reksadana
saham
Indeks harga saham gabungan merupakan indeks gabungan dari jenis saham
yang tercatat di bursa efek. Bila IHSG berada diatas 100 berarti kondisi
didalam pasar saham sedang dalam keadaan ramai sedangkan bila IHSG berada
dibawah 100 berarti kondisi didalam pasar saham sedang dalam keadaan lesu
(Lubis, 2006: 158). Jika suatu saham mengalami kenaikan menandakan
keadaan pasar saham sedang ramai sehingga indeks harga saham gabungan
akan mengalami kenaikan sehingga akan dapat berpengaruh terhadap nilai
aktiva bersih reksadana dan tingkat reksadana saham. Hal ini sesuai dengan
penelitian Sholihat, dkk (2015), Pasaribu dan Kowanda (2015) dan Sujoko

45
Universitas Sumatera Utara

(2009) menyatakan bahwa IHSG memiliki hubungan positif dan signifikan
terhadap tingkat pengembalian reksadana saham.
Maka, berdasarkan hubungan dari variabel diatas maka kerangka konseptual
dari penelitian ini untuk melihat pengaruh variabel makroekonomi, indeks Eido dan
Indeks Nikkei 225 terhadap tingkat pengembalian reksadana saham dengan indeks
harga saham gabungan sebagai variabel intervening sebagai berikut:
Inflasi
(X1)
Nilai Tukar
(X2)
Suku Bunga BI
(X3)

Tingkat
Pengembalian
Reksadana Saham
(Y)

IHSG
(Z)

Indeks EIDO
(X4)
Indeks Nikkei
225
(X5)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4

Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual diatas penulis menarik hipotesis sebagai

berikut:
1. Variabel Makroekonomi, Indeks Eido, Indeks Nikkei 225 berpengaruh dan
signifikan secara parsial dan simultan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
2. Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh dan signifikan terhadap Tingkat
Pengembalian Reksadana Saham.

46
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Kausalitas antara Indeks Harga Saham Asia Tenggara dengan Indeks Harga Saham Gabungan

5 55 74

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI DAN INDEKS HARGA SAHAM LUAR NEGERI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 7 14

Pengaruh Variabel Makroekonomi, Indeks Eido dan Indeks Nikkei 225 terhadap Tingkat Pengembalian dengan Indeks Harga Saham Gabungan sebagai Variabel Intervening pada Reksadana Saham di Bapepam

33 129 125

Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Harga Saham Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Harga Saham Luar Negeri Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 1 14

Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Harga Komoditas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

1 15 27

Pengaruh Variabel Makroekonomi, Indeks Eido dan Indeks Nikkei 225 terhadap Tingkat Pengembalian dengan Indeks Harga Saham Gabungan sebagai Variabel Intervening pada Reksadana Saham di Bapepam

0 0 10

Pengaruh Variabel Makroekonomi, Indeks Eido dan Indeks Nikkei 225 terhadap Tingkat Pengembalian dengan Indeks Harga Saham Gabungan sebagai Variabel Intervening pada Reksadana Saham di Bapepam

0 0 2

Pengaruh Variabel Makroekonomi, Indeks Eido dan Indeks Nikkei 225 terhadap Tingkat Pengembalian dengan Indeks Harga Saham Gabungan sebagai Variabel Intervening pada Reksadana Saham di Bapepam

0 0 10

Pengaruh Variabel Makroekonomi, Indeks Eido dan Indeks Nikkei 225 terhadap Tingkat Pengembalian dengan Indeks Harga Saham Gabungan sebagai Variabel Intervening pada Reksadana Saham di Bapepam

0 5 5

Pengaruh Variabel Makroekonomi, Indeks Eido dan Indeks Nikkei 225 terhadap Tingkat Pengembalian dengan Indeks Harga Saham Gabungan sebagai Variabel Intervening pada Reksadana Saham di Bapepam

0 0 25