Analisis Kausalitas antara Indeks Harga Saham Asia Tenggara dengan Indeks Harga Saham Gabungan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INDEKS HARGA SAHAM

ASIA TENGGARA DENGAN INDEKS HARGA SAHAM

GABUNGAN INDONESIA

OLEH

Yolanda Margarenta Hutauruk

100501060

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INDEKS HARGA SAHAM ASIA TENGGARA DENGAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas antara indeks harga saham Asia Tenggara dengan Indeks Harga Saham Gabungan. Variabel dalam penelitian ini adalah Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange (^KLCI), Indeks Strait Times (^STI), Indeks Philippines Stock Exchange (^PSE), Indeks Stock Exchange of Thailand (^SET), Indeks Vietnamese (^VN), dan Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Granger Causality dengan program Eviews 6. Penelitian ini dimulai dari periode tahun Januari 2005 hingga Oktober 2013.

Hasil penelitian dari Granger Causality menjelaskan Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange (^KLCI) mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE), Indeks Philippines Stock Exchange (^PSE) mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE), Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) mempengaruhi Indeks Stock Exchange of Thailand (^SET), sedangkan Indeks Strait Times (^STI) dan Indeks Vietnamese (^VN) tidak memiliki hubungan kausalitas dengan Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE)

Kata Kunci : Indeks Harga Saham Asia Tenggara, Indeks Harga Saham Gabungan, dan Granger Causality


(3)

ABSTRACT

This study aims to analyze Causality among Southest Asia Index and Jakarta Composite Index. The variables in this study are Kuala Lumpur Stock Exchange Index (^KLCI), Strait Times Index (^STI), Philippines Stock Exchange Index (^PSE), Stock Exchange of Thailand Index (^SET), Vietnamese Index (^VN), and Jakarta Composite Index (^JKSE). The method of analysis used in this research is Granger’s Causality method with the program Eviews 6. This study starts from January 2005 until October 2013

The result found that Kuala Lumpur Stock Exchange Index (^KLCI) cause Jakarta Composite Index (^JKSE), Philippines Stock Exchange Index (^PSE) cause Jakarta Composite Index (^JKSE), Jakarta Composite Index (^JKSE) cause Stock Exchange of Thailand Index (^SET), sedangkan Strait Times Index (^STI) and Vietnamese Index (^VN) do not Granger Cause Jakarta Composite Index (^JKSE).


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan pertolonganNya yang diberikan kepada penulis dalam kehidupan ini sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi berjudul “Analisis Kausalitas antara Indeks Harga Saham Asia Tenggara dengan Indeks Harga Saham Gabungan“. Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu di dalam memberikan bimbingan, motivasi dan saran kepada penulis baik dalam masa perkuliahaan maupun dalam meyelesaikan penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai Ketua Departemenn Ekonomi pembangunan Sumatera Utara.

3. Bapak Syarief Fauzie, SE, M.Ak, Ak sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Drs. Rachmat Sumanjaya HSB, M.Si sebagai Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis.

5. Bapak Paidi Hidayat, S.E, M.Si sebagai Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.


(5)

6. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi USU yang selama ini telah mendidik dan membimbing penulis dengan baik.

7. Kedua orangtua penulis Ayahanda Maruasas Hutauruk dan Ibunda Elvi Diana Sidabalok, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak atas semangat, perhatian, dan bantuan materil yang diberikan kepada penulis untuk menunjang terselesaikannya skripsi ini.

8. Semua teman-teman Jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2010 (Rotua, Desny, Fiona, dan Theodosia) atas dukungan, kritik, dan kecerian serta kebersamaan yang diberikan selama penulisan skripsi

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih memiliki kekurangan maupun keterbatasan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, saran dan kritik diharapakan oleh penulis guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal ... 9

2.2 Saham ... 9

2.3 Pengertian Stock Index Future ... 10

2.4 Indeks Harga Saham Gabungan (Composite Stock Index) ... 11

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19

2.6 Kerangka Konseptual ... 20

2.7 Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Batasan Operasional ... 22

3.3 Defenisi Operasional ... 23

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 24

3.5 Metode dan Pengumpulan Data ... 24

3.6 Teknik Analisis ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia ... 31

4.2 Gambaran Umum Indeks Harga Saham Gabungan Asia Tenggara ... 31

4.3 Hasil ... 33

4.3.1 Hasil Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) ... 33

4.3.2 Hasil Estimasi Kausalitas Granger ... 37


(7)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 46 5.2 Saran ... 47


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19 3.1 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 23 4.1 Hasil Uji Akar Unit Variabel Indeks Harga Saham Gabungan

(^JKSE) ... 34 4.2 Hasil Uji Akar Unit Variabel Indeks Kuala Lumpur Stock

Exchange (^KLCI) ... 35 4.3 Hasil Uji Akar Unit Variabel Indeks Strait Times (^STI) ... 35 4.4 Hasil Uji Akar Unit Variabel Indeks Philippine Stock

Exchange (^PSE) ... 36 4.5 Hasil Uji Akar Unit Variabel Indeks Stock Exchange of

Thailand (^SET) ... 36 4.6 Hasil Uji Akar Unit Variabel Indeks Vietnamese ... 37 4.7 Hasil Penentuan Lag Length ... 38 4.8 Hasil Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan

Variabel KLCI ... 39 4.9 Hasil Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan

Variabel STI ... 40 4.10 Hasil Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan

Variabel PSE ... 41 4.11 Hasil Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan

Variabel SET ... 42 4.12 Hasil Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Indeks Harga Saham Asia Tenggara dan Indeks Harga Saham Gabungan ... 50 2 Uji Akar Unit Variabel Indeks Harga Saham Gabungan

(^JKSE) ... 52 3 Uji Akar Unit Variabel Indeks Kuala Lumpur Stock

Exchange (^KLCI) ... 53 4 Uji Akar Unit Variabel Indeks Straits Times (^STI) ... 54 5 Uji Akar Unit Variabel Indeks Philippine Stock

Exchange (^PSE) ... 55 6 Uji Akar Unit Variabel Indeks Stock Exchange of

Thailand (^SET) ... 56 7 Uji Akar Unit Variabel Indeks Vietnamese Stock

Exchange (^VN) ... 57 8 Lag Length ... 58 9 Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan

Variabel KLCI ... 59 10 Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan

Variabel STI ... 60 11 Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan

Variabel PSE ... 61 12 Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan

Variabel SET ... 62

13 Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan Variabel VN ... 63


(11)

ABSTRAK

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INDEKS HARGA SAHAM ASIA TENGGARA DENGAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas antara indeks harga saham Asia Tenggara dengan Indeks Harga Saham Gabungan. Variabel dalam penelitian ini adalah Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange (^KLCI), Indeks Strait Times (^STI), Indeks Philippines Stock Exchange (^PSE), Indeks Stock Exchange of Thailand (^SET), Indeks Vietnamese (^VN), dan Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Granger Causality dengan program Eviews 6. Penelitian ini dimulai dari periode tahun Januari 2005 hingga Oktober 2013.

Hasil penelitian dari Granger Causality menjelaskan Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange (^KLCI) mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE), Indeks Philippines Stock Exchange (^PSE) mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE), Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) mempengaruhi Indeks Stock Exchange of Thailand (^SET), sedangkan Indeks Strait Times (^STI) dan Indeks Vietnamese (^VN) tidak memiliki hubungan kausalitas dengan Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE)

Kata Kunci : Indeks Harga Saham Asia Tenggara, Indeks Harga Saham Gabungan, dan Granger Causality


(12)

ABSTRACT

This study aims to analyze Causality among Southest Asia Index and Jakarta Composite Index. The variables in this study are Kuala Lumpur Stock Exchange Index (^KLCI), Strait Times Index (^STI), Philippines Stock Exchange Index (^PSE), Stock Exchange of Thailand Index (^SET), Vietnamese Index (^VN), and Jakarta Composite Index (^JKSE). The method of analysis used in this research is Granger’s Causality method with the program Eviews 6. This study starts from January 2005 until October 2013

The result found that Kuala Lumpur Stock Exchange Index (^KLCI) cause Jakarta Composite Index (^JKSE), Philippines Stock Exchange Index (^PSE) cause Jakarta Composite Index (^JKSE), Jakarta Composite Index (^JKSE) cause Stock Exchange of Thailand Index (^SET), sedangkan Strait Times Index (^STI) and Vietnamese Index (^VN) do not Granger Cause Jakarta Composite Index (^JKSE).


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi sekarang ini, hampir semua negara menaruh perhatian lebih terhadap pasar modal karena memiliki peranan penting pada perkembangan suatu negara. Pasar modal dipandang sebagai salah atu sarana yang efektif untuk ikut serta mempercepat pembangunan suatu negara. Pasar modal merupakan bagian dari pasar finansial atau keuangan. Era globalisasi yang melanda dunia saat ini telah membuat hubungan dan pergaulan antar masyarakat dunia semakin terbuka, batas-batas negara dalam pengertian ekonomi dan hukum semakin erat dimana kedua hal ini selalu berjalan bersamaan.

Perekonomian di dunia pada era globalisasi ditandai dengan semakin interdependensi antar negara yang semakin mengarah pada integrasi ekonomi secara global. Ketidakpastian berbagai aspek yang mencakup perekonomian dunia akan terus meningkat. Selama beberapa tahun terakhir pasar modal di Indonesia telah berkembang dengan pesat yang ditandai dengan melonjaknya jumlah saham yang diperdagangkan dan semakin tingginya volume perdagangan saham. Seiring dengan perkembangan keputusan investasi pasar modal yang juga semakin meningkat (Alishina, 2012).

Era globalisasi juga terjadi di kawasan Asia Tenggara. Kedekatan geografis dan kesamaan karakteristik memungkinkan negara di kawasan Asia Tenggara memiliki keterkaitan yang sangat tinggi (Muzzamil, 2011). Negara-negara di kawasan Asia Tenggara mencatat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.


(14)

IMF menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan kondisi perekonomian terkuat di antara negara-negara di ASEAN (Ferdiansyah, 2012, para. 2). Hal tersebut meningkatkan ketertarikan investor untuk berinvestasi di Indonesia. Berdasarkan Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV tahun 2012 (www.bi.go.id), dapat diketahui bahwa proporsi kepemilikan oleh investor asing mencapai 59,15% dari total saham yang diperdagangkan di dalam negeri dengan dominasi kepemilikan oleh para investor Asia Tenggara. Meningkatnya proporsi investor asing di IHSG, memungkinkan terjadinya hubungan kausalitas yang searah maupun dua arah antara IHSG dengan indeks-indeks negara Asia Tenggara. Keterkaitan antara indeks Indonesia (IHSG) dengan indeks-indeks negara Asia Tenggara didorong oleh hubungan diplomatik dan perdagangan yang mengindikasikan adanya keterkaitan berupa hubungan kausalitas.

Perekonomian di dunia pada era globalisasi ditandai dengan semakin interdependensi antar negara yang semakin mengarah pada integrasi ekonomi secara global. Ketidakpastian berbagai aspek yang mencakup perekonomian dunia akan terus meningkat. Selama beberapa tahun terakhir pasar modal di Indonesia telah berkembang dengan pesat yang ditandai dengan melonjaknya jumlah saham yang diperdagangkan dan semakin tingginya volume perdagangan saham. Seiring dengan perkembangan keputusan investasi pasar modal yang juga semakin meningkat (Alishina, 2012).

Pasar modal merupakan sarana penghimpun modal dari masyarakat melalui kegiatan investasi, yaitu kegiatan peminjaman dana untuk mencapai berbagai tujuan perusahaan yang membutuhkan dana, dimana masyarakat selaku


(15)

pemilik modal mengharapkan akan mendapatkan keuntungan yang lebih dari kegiatan investasi tersebut dimasa yang akan datang. Keberadaan pasar modal di Indonesia dinilai sangat penting, selain dapat memberikan informasi yang berarti bagi para investor domestik, pasar modal dapat menarik perhatian bagi para investor asing untuk dapat menginvestasikan modalnya di Indonesia, sehingga dana yang dioperasikan dalam negeri jauh lebih besar untuk masa jangka panjang.

Indeks Harga Saham Gabungan merupakan hasil perhitungan dari harga seluruh saham yang tercatat dengan dipengaruhi oleh faktor besarnya nilai kapitalisasi pasar suatu saham. Salah satu informasi untuk mengetahui perkembangan suatu bursa terletak pada perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan ( Composite Indeks).

Penelitian Rey (2001) menemukan bahwa informasi buruk tentang suatu pasar diterima oleh pelaku pasar berlebihan, berbeda dengan informasi baik. Akibatnya saat pasar mengalami goncangan maka korelasi antar pasar dengan pasar negara lain meningkat. Namun demikian penelitian Forbes dan Rigabon (2001) yang meneliti contagion dalam krisis keuangan di Asia tidak menemukan peningkatan korelasi dengan pasar lain saat suatu pasar mengalami penurunan. Menurutnya yang ada hanyalah hubungan interdependensi antar pasar saja. Tidak ada mekanisme perambatan baru karena reaksi berlebihan pelaku pasar terhadap informasi buruk di suatu pasar sehingga korelasi dengan pasar lain meningkat.

Adanya interdependensi pasar saham dunia, seperti yang ditemukan dalam penelitian Forbes dan Rigabon (2001), menurunkan manfaat diversifikasi portfolio antar pasar untuk mengurangi risiko. Namun apabila justru penelitian


(16)

Rey (2001) yang terjadi maka diversifikasi antar pasar saham internasional semakin sulit dilakukan dan menjadi sangat berisiko kehilangan manfaatnya sama sekali. Jika suatu pasar mengalami penurunan maka akan menyebabkan pasar lain menurun lebih besar dibanding pengaruh normalnya akibat korelasi meningkat. Baik hanya ada interdipendensi pasar atau mekanisme baru perambatan menyebabkan diversifikasi yang dilakukan hanya berlaku pada kondisi pasar normal dan sangat merugikan jika suatu pasar mengalami penurunan yang signifikan.

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Asia Tenggara tidak terjadi serentak dan tidak memiliki satu korelasi yang pasti. Oleh karena itu jika pada pasar domestik memiliki indeks harga saham gabungan yang lebih rendah dibandingan indeks harga saham gabungan di negara-negara lain, maka akan menawarkan keuntungan yang lebih besar baik bagi para investor domestik maupun investor asing dengan jalan melakukan diversifikasi investasi di negara tersebut. Dengan melakukan diversifikasi investasi tersebut, investor dapat mengurangi resiko fortofolio tanpa adanya penurunan pengembalian yang diharapkan atau dengan kata lain, meningkatkan pengembalian yang diharapkan dari suatu fortofolio tanpa adanya peningkatan risiko (F.J. Fabozzi , 1995 ; 58).

Penurunan IHSG yang begitu besar dapat menjadikan bursa domestik sebagai lahan perburuan oleh para investor asing untukmengejar keuntungan yang lebih besar. Dengan kata lain pemodal asing mendapatkan kesempatan untuk melakukan diversifikasi portofolio yang dianggap mampu memberikan keuntungan di masa yang akan datang.


(17)

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Noer Azam Achsani (2000) tentang bagaimana bursa merespon terhadap shock dari bursa lain, apabila terjadi shock di Amerika Serikat maka bursa-bursa regional tidak akan terlalu meresponnya. Hanya di Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, dan New Zealand yang akan langsung merespon, dan respon pun tidak cukup besar. Sebaliknya jika shock di Singapura, Autralia atau Hongkong, secara cepat shock tersebut akan ditransmisikan ke hampir semua bursa saham di Asia Pasifik termasuk Bursa Efek Indonesia.

Pada tahun 2008, Pasar Modal Indonesia terkena imbas krisis keuangan dunia. Pada tanggal 9 Januari IHSG menyentuh titik tertinggi 2.830,26 kemudian terperosok jatuh hingga 1.111,39 pada tanggal 28 Oktober 2008 sebelum ditutup pada level 1.355,41 pada akhir tahun 2008. Hal ini juga terjadi di negara – negara kawasan Asia Tenggara, seperti Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange menyentuh titik 863,61 pada Oktober 2008, Indeks Philippine Stock Exchange menyentuh titik 1.951, 10, Indeks Thailand Stock Exchange menyentuh 401,84 pada November 2008, Indeks Straits Times Singapura pada tahun yang sama juga mengalami penurunan namun pada Februari 2009 menyentuh titik terendah 1.594,87, sedangkan Indeks Vietnam menyentuh titik 245,74.

Hooi-Hooi Lean et all (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Bivariate Causality between Exchage Rate and Stock Price on Major Asean Countries dengan menggunakan metode kausalitas dan kointegrasi menyatakan bahwa saat terjadi krisis terdapat pergerakan secara bersama-sama dalam jangka panjang namun dengan arah yang berkebalikan. Hal ini dapat dilihat dari terus


(18)

menurunnya indeks saham saat nilai tukar terus naik pada periode ini dan sebaliknya. Penjelasan lain yang memungkinkan adalah adanya kepanikan dari investor yang menjual saham serta mata uang pada saat yang sama secara terus menerus sehingga indeks saham terus menurun sementara nilai tukar terus meningkat. Selain itu dari penelitiannya dapat diketahui bahwa negara-negara di kawasan Asia yang pada periode sebelum krisis dan setelah serangan terorisme tidak memiliki hubungan kausalitas justru memiliki hubungan kausalitas pada masa setelah krisis dan sebelum serangan terorisme.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Chandra Utama (2008) dengan judul Pengaruh Pasar Saham Dunia terhadap Pasar Saham Indonesiadimana uji korelasi Pearson dan Granger Causality Test menunjukkan terdapat hubungan saling mempengaruhi antar pasar saham Singapura, Hongkong, dan Jepang terhadap pasar saham Indonesia. Pasar saham Amerika yang mewakili pasar saham dunia memberikan pengaruh kepada pasar saham Indonesia dibandingkan pengaruh saham Indonesia terhadap pasar saham Amerika.

Pada tahun 2010, Nurfitri Bisyria melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan Kausalitas Pasar Saham Globar terhadap Pasar Saham Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan ARCH / GARCH , VAR, dan Kausalitas Granger berkesimpulan bahwa selama periode 1999–2009 NASDAQ tidak mempunyai hubungan kausalitas terhadap IHSG, begitu juga sebaliknya. NIKKEI, STI, FTSE, ASX, dan KSE memiliki hubungan kausalitas searah dengan IHSG.


(19)

Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Suhartono Kho (2013) yang berjudul Analisa Contagion Effect Antar Negara ASEAN-5Saat Krisis Bursa Saham Amerika Serikat Tahun 2008 dengan menggunakan Granger Causality Test dari periode 2008 – 2010 diketahui bahwa tidak semua negara memiliki hubungan, seperti bursa Malaysia dan Indonesia. Di sisi lain, bursa Filipina, Singapura dan Thailand memiliki hubungan satu arah, serta contagion effect selama periode pengamatan hanya terdapat pada bursa Singapura, Filipina dan Thailand.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian ulang atas penelitian yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Adapun pada penelitian kali ini penulis mengambil sebuah judul : ”Analisis Kausalitas antara Indeks Harga Saham Asia Tenggara dengan Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini :

Apakah Indeks Harga Saham Asia Tenggara (KLCI, STI, Indeks PSE, Indeks SET, dan Indeks VN) memiliki hubungan kausalitas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(20)

Untuk menganalisis hubungan kausalitas Indeks Harga Saham Asia Tenggara (KLCI, STI, Indeks PSE, Indeks SET, dan Indeks VN) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk menjadi pengembangan dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.

2. Untuk para investor, di mana hasil penelitian ini dapat memberi informasi sebagai sumber referensi untuk menilai saham di pasar modal.

3. Sebagai bahan referensi dan tambahan informasi untuk pengembangan


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasar Modal

Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefenisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Menurut Marzuki Usman (1989), pasar modal adalah pelengkap di sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik modal (investor) dengan peminjam modal (emiten / perusahaan yang go public). Para pemodal meminta instrumen pasar modal untuk keperluan investasi portofolio sehingga pada akhirnya dapat memaksimumkan penghasilan. Peranan pasar modal dari sudut ekonomi makro adalah sebagai suatu piranti untuk melakukan alokasi sumber daya ekonomi secara optimal. Kelebihannya lagi, dibanding kredit perbankan, bahwa pasar modal merupakan sumber pembiayaan yang tidak menimbulkan inflator.

Dengan adanya pasar modal, maka perusahaan – perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana sehingga kegiatan ekonomi di berbagai sektor dapat ditingkatkan. Terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi akan menciptakan dan mengembangakan lapangan kerja yang luas, dengan sendirinya dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar sehingga secara langsung dapat berpengaruh


(22)

dalam mengurangi jumlah pengangguran. Dengan dijualnya saham di pasar modal berarti masyarakat diberi kesempatan untuk memiliki dan menikmati keuntungan yang diperoleh perusahaan. Dan dengan adanya pasar modal, pemerintah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah dapat menanamkan budaya ekonomi modern yang sehat.

2.2 Saham

Saham biasa (common stock) adalah salah satu jenis efek yang diperdagangkan paling banyak di pasar modal. Sekarang ini, semakin banyak emiten yang mencatatkan sahamnya di bursa efek, perdagangan saham semakin marak dan menarik para investor untuk terjun dalam bertransaksi jual beli saham. Saham dapat diartikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan.

Saham biasanya ada dua jenis, yaitu saham atas nama, dimana nama pemiliki saham tertera di atas saham tersebut dan saham atas unjuk, dimana nama pemilik saham tidak tertera di atas saham tersebut. Seluruh hak-hak pemegang saham akan diberikan pada penyimpan saham tersebut.

2.3 Pengertian Stock Index Future

Stock Index Future adalah suatu indeks yang terdiri dari saham-saham pilihan yang didaftarkan di bursa yang dihitung berdasarkan Market Capitalization atau Price Weighted. Indeks ini berlaku sebagai suatu indikator atau barometer dari kesehatan perekonomian suatu negara secara umum. Dengan demikian, suatu kontrak berjangka yang berbasiskan indeks tersebut mengijinkan seorang investor untuk membeli atau menjual suatu ukuran kontrak yang tetap


(23)

(fixed) dari indeks tersebut pada harga sekarang untuk tanggal penyelesaian yang akan datang.

Penyajian informasi indeks saham bervariasi antara lain adalah Indeks Harga Saham Individual (Individual Stock Index) dan Indeks Harga Saham Gabungan (Composite Stock Index). Indeks harga saham individual mencatat pergerakan harga masing-masing saham sampai pada waktu tertentu, sedangkan indeks harga saham gabungan mencatat pergerakan harga saham gabungan seluruh saham dalam sebuah bursa saham.

2.4 Indeks Harga Saham Gabungan (Composite Stock Index)

Downes dan Goodman (2004), indeks adalah gabungan statistik yang mengukur perubahan dalam ekonomi atau dalam pasar finansial, dan seringkali dinyatakan dalam perubahan persentase dari suatu tahu dasar atau bulan sebelumnya. Karena indeks ini menyangkut sejumlah fakta maupun besaran tertentu yang menggambarkan perubahan-perubahan harga saham di masa lalu yang dipandang, merupakan suatu bentuk informasi historis yang sangat tepat untuk menggambarkan pergerakan harga saham di masa lalu serta membeikan deskripsi harga –harga saham pada suatu saat tertentu maupun dalam periode yang tertentu pula, maka indeks ini dapat disebut sebagai indeks harga saham.

Menurut Mariah, dkk (2005 : 8) Indeks Harga Saham Gabungan merupakan suatu indikator yang secara umum mencerminkan kecenderungan pergerakan harga saham di Bursa Efek Jakarta. Sunariyah (2000 : 128) mengatakan IHSG menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham


(24)

tersebut disajikan setiap hari berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut.

Dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah Indeks Harga Saham Gabungan (Composite Stock Index) yang berada di kawasan Asia Tenggara, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia (^JKSE), Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange atau Kuala Lumpur Composite Index (^KLCI), Straits Times Index Singapura (^STI), Indeks Stock Exchange of Thailand (^SET), Indeks Philippine Stock Exchange (^PSE), dan Indeks Vietnamese (^VN)..

a. Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia (^JKSE)

Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia atau Jakarta Composite Index (^JKSE) merupakan salah sat pertama kali pada tanggal saham di BEJ, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal dengan Nilai Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham. Posisi intraday tertinggi yang pernah dicapai IHSG adalah 5.251,296 poin yang tercatat pada tanggal 21 Mei 2013. Sementara posisi penutupan tertinggi yang pernah dicapai adalah 5.214,976 pada tanggal 20 Mei 2013.

Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah Nilai Pasar dari total saham yang tercatat pada tanggal perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam


(25)

program restrukturisasi) dengan harga di BEJ pada hari tersebut. Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik

b. Indeks Kuala Lumpur Stock Exhange (^KLCI)

Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange atau Kuala Lumpur Composite Indeks (^KLCI) diperkenalkan pada tahun 1986 yang merupakan indeks pasar saham utama di Malaysia yang menjadi barometer pasar saham lokal yang berfungsi sebagai indikator kinerja yang akurat dari pasar saham dan keadaan ekonomi Malaysia. Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange adalah kapitalisasi tertimbang indeks pasar saham yang memiliki nilai dasar 100 per 2 Januari 1977. Pergerakan Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange merupakan indikator penting bagi para investor dalam melakukan investasi. Hal ini disebabakan karena pergerakan harga saham selalu berubah-ubah setiap waktu baik menit maupun detik.

Setiap perubahan harga saham akan mencerminkan keadaan pasar saham tersebut Pada tahun 2006, Bursa Malaysia bermitra dengan FTSE untuk memberikan indeks yang tepat untuk pasar Malaysia. FTSE Bursa Malaysia KLCI adalah salah satu indeks yang dibuat untuk menggantikan KLCI .


(26)

Indeks baru diadopsi pada tanggal 6 Juli 2009, dengan nilai pembukaan diambil dari nilai penutupan KLCI yang lama pada tanggal 3 Juli 2009.

Indeks ini menggunakan metode Indeks Tak Tertimbang (unweighted), yaitu mempertimbangkan faktor-faktor yang akan mempengaruhi naik turunnya angka indeks tersebut yang disebabkan oleh pengaruh corporate action emiten seperti right issue (penambahan saham baru dalam rangka menambah modal), stock split (pemecahan nominal saham menjadi pecahan yang lebih kecil).

c. Indeks Straits Times (STI)

Indeks Strait Times (STI) diluncurkan dalam rangka pengklarifikasian kembali perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura atau Singapore Exchange, menggantikan Straits Time Industrial Index (STII), dan mulai difungsikan pada tanggal 31 Agustus 1998 pada posisi 885,26 point. Indeks ini dibuat oleh Singapore Press Holding, Singapore Exchange dan Professor Tse Yiu Juen dari Singapore Management University dan ditinjau ulang paling tidak setahun sekali atau kapan saja bila diperlukan. Indeks tersebut mempresentasikan 78% dari rata-rata nilai transaksi harian selama 12 bulan dan 61,2% dari total kapitalisasi pasar dibursa efek tersebut. Namun, sejak 18 Maret 2005, jumlah saham perusahaan yang masuk ke dalam indeks ini di tambahkan menjadi 50 perusahaan harian rata-rata dalam periode 12 bulan menjadi 60% dan menaikan total kapitalisasi pasar di bursa efek Singapore menjadi 75%.


(27)

Indeks Straits Times (STI) adalah sebuah indeks pasar saham berdasarkan kapitalisasi yang digunakan untuk mendata dan memonitor perubahan harian dari 30 perusahaan terbesar di pasar saham Singapura dan sebagai indikator utama dari kinerja pasar di Singapura. Indeks Straits Times dihitung berdasarkan Market Value Weighted.

d. Indeks Philippines Stock Exchange (PSE)

Indeks yang pertama sekali dikenal dalam sejarah pasar saham Filipina adalah , yang dibentuk ketika industri pertambangan sedang berjaya pada tahun 1940-an. Indeks sektor lainnya kemudian dibentuk karena semakin banyak perusahaan yang terlibat dalam pasar saham, dan tercatat di Bursa Efek Manila atau Manila Stock Exchange (MSE) dan Bursa Efek Makati atau The Makati Stock Exchange (MkSE)

Untuk memantau kinerja pasar, MkSE dan MSE mempertahankan index pasar saham dengan menggunakan metodologi perhitungan yang berbeda satu sama lain. Pada tahun 1987, dua bursa efek ini memutuskan untuk mengadopsi indeks harga saham gabungan sebagai sarana bagi investor pasar saham untuk melihat perkembangan dari indeks saham.

Pada tahun 1990, metodologi perhitungan indeks diubah indeks harga tertimbang (Price-weight) menjadi kapitalisasi pasar tertimbang (market capitalization-weighted). Dalam rangka mempertahankan kelangsungan metodologi perhitungan indeks yang baru ini, tingkat penutupan berbagai indeks pada tanggal 28 Februari 1990 digunakan sebagai nilai dasar indeks harga saham gabungan yang baru.


(28)

Nama Indeks PSE diadopsi oleh bursa pada bulan April 2006. Indeks PSE adalah indeks utama dari bursa efek di Filipina. Ini terdiri dari kumpulan 30 perusahaan tetap yang diseleksi berdasarkan ketentuan-ketentuan tertentu. Indeks PSE mengukur perubahan relatif dalam kapitalisasi pasar mengambang bebas dari 30 saham terbesar dan teraktif di bursa. Nilai dasar indeks PSE berada pada 1.022,045 poin pada tanggal 28 Februari 1990. e. Indeks Stock Exchange Thailand (SET)

Pasar Modal Modern di Thailand muncul pada awal tahun 1960-an. Pada tahun 1961 pemerintah Thailand mencetuskan Rencana lima tahun pertama Pembangunan Nasional Ekonomi dan Sosial untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi serta untuk meningkatkan standar hidup kerajaan. Saat ini ada sebuah perusahaan swasta yang mendirikan bursa efek dalam bentuk kemitraan terbatas. Perusahaan ini kemudian berubah bentuk menjadi perseroan terbatas yaitu Bursa Efek Bangkok, tbk atau Bangkok Stock Exchange Co, Ltd (BSE) pada tahun 1963. Pasar Modal Modern di Thailand pada dasarnya dibagi menjadi dua tahap, dimulai dengan Bursa Saham Bangkok atau The Bangkok Stock Exchange yang menjadi miliki secara swasta, kemudian pembentukan Bursa Sekuritas Thailand atau The Securities Exchange of Thailand. Meskipun berdiri dengan baik, tetapi BSE tidak aktif bekerja. Nilai pendapatan tahunan semakin menurun dari tahun ke tahun, sehingga pada awal tahun 1970, BSE berhenti beroperasi. Hal ini berarti bahwa SE telah gagal karena kurangnya dukungan pemerintah resmi dan pemahaman investor tentang pasar modal terbatas


(29)

Pada tahun 1969, sesuai yang direkomendasikan oleh Bank Dunia, pemerintah Thailand memperoleh bantuan dari Professor Sidney M. Robbins dari Universitas Columbia untuk mempelajari pengembangan pasar modal Thailand. Pada tahun yang sama, di ibukota Thailand, Bank Thailand membentuk Grup Kerja Pengembangan Pasar Modal untuk membangun pasar saham.

Pada tahun 1972 pemerintah Thailand mengambil langkah lebih lanjur dengan " Pengumuman dari Dewan Eksekutif No 58 tentang Pengawasan Komersial Kesanggupan Mempengaruhi Keselamatan Publik dan Kesejahteraan " (Announcement of the Executive Council No. 58 on the Control of Commercial Undertakings Affecting Public Safety and Welfare) . Pemerintah membuat suatu perubahan yaitu memberikan kebebasan dalam pengoperasian bagi perusahaan sekuritas. Setelah perubahan tersebut, pada bulan Mei 1974, undang-undang yang telah lama ditunggu-tunggu disahkan, yaitu Undang-undang tentang Bursa Sekuritas Thailand atau The Securities Exhange of Thailand (SET). Kemudian tahun 1975 peraturan legislatif terbentuk dan tanggal 30 April 1975 Bursa Sekuritas Thailand secara resmi melakukan perdagangan efeknya dengan menggunakan indeks SET sebagai indeks pasar saham utamanya.

Indeks SET adalah indikator pasar saham utama yang dihitung dari harga semua saham biasa termasuk reksa dana dan properti di papan utama Bursa Efek Thailand (SET), kecuali untuk saham-saham yang telah ditangguhkan selama lebih satu tahun. Indeks SET menganut indeks harga kapitalisasi pasar


(30)

tertimbang yang membandingkan nilai pasar saat ini dari semua saham biasa yang terdaftar dengan nilai pada tanggal dasar tanggal 30 April 1975. Ditetapkanlah 100 poin untuk nilai dasar indeks SET.

f. Indeks Vietnamese Stock Exchange (VN)

Pasar saham Vietnam diluncurkan pada 28 Juli 2000 dengan hanya dua perusahaan yang terdaftar, Refrigeration Electrical Engineering Joint Stock Company ( REE ), dan Saigon Cable and Telecommunication Material Joint Stock Company ( SACOM ). Pertumbuhan pasar dengan jumlah perusahaan yang terdaftar sejauh ini agak lambat. Bahkan, pada akhir tahun 2000, hanya lima perusahaan saham gabungan terdaftar, dan bergabung dengan hanya lima lebih pada tahun 2001. Tahun 2002 tercatat sebagai tahun yang paling sukses dari STC, tetapi hanya lebih 10 perusahaan yang terdaftar. Pada akhir tahun 2005, total 32 saham gabungan perusahaan telah diberi izin untuk mengapung saham mereka pada STC23. Terutama, semua perusahaan yang terdaftar ( kecuali saham North Kinh Do Food Company dan Kinh Do Corporation) adalah mantan BUMN yang sebelumnya direstrukturisasi. Indeks Vietnam merupakan indeks pasar saham yang dihitung dari harga semua saham biasa yang diperdagangkan di bursa efek Vietnam yang dikenal dengan nama STC (Securities Trading Centre). Indeks adalah indeks harga tertimbang kapitalisasi pasar yang membandingkan nilai pasar saat ini dari semua saham biasa yang terdaftar dengan nilai pada tanggal dasar 28 Juli 2000 ketika sesi pertama diperdagangkan di pasar.


(31)

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian sebelumnya ditemukan keterkaitan antar variabel indeks-indeks harga saham di Asia Tenggara ( Indeks KLCI, Indeks SET, Indeks STI, Indeks PSE, Indeks VN) dengan variabel Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia. Di bawah ini dijelaskan beberapa penelitian yang sama dengan berbagai variasi variabel :

Tabel 2.1

Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1. Suhartono

Kho (2013)

Analisa Contagion

Effect Antar Negara ASEAN-5 Saat Krisis Bursa Saham Amerika Serikat Tahun 2008

Variabel-variabel : Indonesia (LQ45) Malaysia (KLCI) Thailand (SET50) Filipina (PSE) Singapura (STI)

Dengan menggunakan Granger Causality

Test dari periode 2008 – 2010 diperoleh bahwa bursa saham Thailand mempengaruhi bursa saham Singapura dan Filipina, dan bursa saham Singapura mempengaruhi bursa saham Filipina

2. Chandra

Utama (2008)

Pengaruh Pasar Saham Dunia terhadap Pasar Saham Indonesia Variabel Independen: Amerika (NYSE) Hongkong (HSI) Jepang (NIKKEI) Singapura (STI) Variabel dependen: JKSE

Hasil uji korelasi Pearson dan Granger Causality Test dari periode 1997 – 2008 menunjukkan terdapat hubungan saling mempengaruhi antar pasar saham Singapura, Hongkong, dan Jepang terhadap pasar saham Indonesia.

Pasar saham Amerika yang mewakili pasar saham dunia memberikan pengaruh kepada pasar saham Indonesia dibandingkan pengaruh saham Indonesia terhadap pasar saham Amerika.

3. Nurfitri

Bisyria (2010)

Analisis Hubungan Kausalitas Pasar Saham Globar terhadap Pasar Saham Indonesia

Variabel Independen: Jepang – NIKKEI Singapura – STI Malaysia – KLCI

Hongkong -

HANGSENG Inggris – FTSE Australia – ASX Inggris – NASDAQ Kuwait - KSE

Variabel Dependen: IHSG

Dengan menggunakan ARCH / GARCH ,

VAR, dan Kausalitas Granger

berkesimpulan bahwa selama periode tahun 1999–2009 :

NASDAQ tidak mempunyai hubungan kausalitas terhadap IHSG, begitu juga sebaliknya.

NIKKEI, STI, FTSE, ASX, dan KSE memiliki hubungan kausalitas searah dengan IHSG.

KLCI dan HANGSENG tidak memiliki hubungan kausalitas terhadap IHSG, tetapi IHSG memiliki hubungan kausalitas terhadap KLCI dan HANGSENG.


(32)

4. Hooi-Hooi Lean et all (2003)

Bivariate Causality between Exchage Rate and Stock Price on MajorAsean Countries

Variabel Independen : Exchange rate Variabel Independen : stock price

Dengar menggunakan Granger Causality

dan Cointegration selama periode tahun 1991 – 2002 berkesimpulan bahwa selama krisis terdapat pergerakan secara bersama-sama dalam jangka panjang namun dengan arah yang berkebalikan dan negara-negara Asia yang pada periode sebelum krisis dan setelah serangan terorisme tidak memiliki hubungan kausalitas justru memiliki hubungan kausalitas pada masa setelah krisis dan sebelum serangan terorisme. Sumber: Peneliti, 2014

2.6 Kerangka Konseptual

Keempat variabel independen dalam penelitian tersebut akan dianalisis apakah mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Secara ringkas kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Sumber : Diolah peneliti, 2014

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia (^JKSE) Indeks Kuala Lumpur Stock

Exchange (^KLCI)

Indeks Sraits Times (^STI) Indeks Harga Saham Gabungan

Indonesia (^JKSE)

Indeks Philippine Stock Exchange (^PSE)

Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia (^JKSE)

Indeks Stock Exchange of Thailand (^SET)

Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia (^JKSE)

Indeks Vietnamese Exchange (^VN)

Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia (^JKSE)


(33)

2.7 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Indeks Harga Saham Asia Tenggara (Indeks KLCI, Indeks STI, Indeks PSE, Indeks SET, dan Indeks VN) memiliki hubungan kausalitas terhadap Indeks Hagra Saham Gabungan (IHSG) .


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal, Menurut Sugiyono (2007 : 30) penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi)”. Teknik pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software eviews.

3.2. Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini hanya mencakup pengaruh Indeks - indeks Harga Saham yang ada di kawasan Asia Tenggara terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia. Penulis hanya mengambil indeks dari lima negara yang ada di kawasan Asia Tenggara, yaitu Malaysia (Indeks KLCI), Singapura (Indeks STI), Thailand (Indeks SET), Filipina (Indeks PSE) dan Vietnam (Indeks VN), sedangkan Myanmar baru akan membuka bursa efeknya pada tahun 2015 mendatang, Kamboja baru saja membuka bursa efeknya pada tahun 2012, Brunei Darussalam belum memiliki bursa efek. Periode penelitian ini dimulai dari bulan Januari 2005 sampai dengan bulan Desember 2013. Alasan pemilihan periode tahun yang digunakan adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat sesuai dengan keadaan sekarang ini.


(35)

3.3. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu variabel dependen yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan lima variabel independen yaitu Indeks KLCI (Malaysia), Indeks STI (Singapura), Indeks PSE(Filipina), Indeks SET (Thailand), dan Indeks VN (Vietnam). Definisi dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Jenis

Variabel

Nama

Variabel Defenisi Pengukuran Skala

Variabel Independen Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange (^KLCI)

KLCI merupakan indeks pasar saham utama di Malaysia yang menjadi barometer pasar saham lokal.

����= ����������

���������� × 100 Ratio

Indeks Strait Times (^STI)

STI merupakan sebuah indeks pasar saham dari 50 perusahaan terbesar di pasar bursa ���= � (�� × �� × �� × �� × ��) � � �=1 Ratio Indeks Philippine Stock Exchange (^PSE)

PSE merupakan sebuah

indeks pasar saham dari 30 saham terbesar dan aktif di pasar bursa

PSE = Nilai Pasar

Nilai Dasar × 100 Ratio

Indeks Stock Exchange of Thailand

(^SET)

SET merupakan indikator pasar saham utama yang dihitung dari harga semua saham biasa.

���= ����������

���������� × 100 Ratio Indeks

Vietnamese Stock Exchange

(^VN)

VN merupakan indeks harga tertimbang kapitalisasi pasar yang membandingkan nilai pasar saat ini dari semua saham biasa yang terdaftar

��= ���������� ���������� × 100

.


(36)

Variabel Dependen

Indeks Harga Saham Gabungan

Indonesia (^JKSE)

JKSE merupakan rata-rata gabungan harga seluruh saham yang tercatat di bursa

����= ����������

���������� × 100 Ratio

Sumber: Diolah Peneliti, 2014

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan dari Indeks KLCI, Indeks STI, Indeks PSE, Indeks SET, Indeks VN dan Indeks JKSE selama tahun 2005 – 2013.

3.5. Metode dan Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan pencatatan langsung berupa data seri waktu (time series) yaitu dari tahun 2005 – 2013. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu :

a. Tahap pertama, dilakukan melalui studi pustaka yakni pengumpulan data pendukung berupa literature, penelitian terdahulu, dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran dari masalah yang akan diteliti.

b. Tahap kedua, dilakukan melalui pengumpulan data sekunder melalui fasilitas internet dengan mengakses situs-situs resmi seperti, situs resmi Bursa Efek Indonesia situs resmi Bursa Efek Filipina Thailand


(37)

situs resmi pemerintah Filipina mengakses situs-situs lainnya.

3.6. Teknik Analisis

Sebelum dilakukan estimasi melalui metode Granger Causality Test, maka terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah berikut:

3.6.1. Uji akar unit (Unit root test)

Sebelum menguji Granger Causality, maka perlu melakukan uji akar unit (Unit root test). Uji akar unit ini digunakan untuk melihat apakah data yang diamati stasioner atau tidak stasioner. Dalam statistik dan ekonometrik, uji akar unit yang biasa digunakan adalah uji Augmented Dickey-Fuller (ADF) yang mengindikasikan keberadaan akar unit sebagai hipotesis null. Perlu diketahui bahwa data yang stasioner adalah data yang bersifat flat, tidak mengandung komponen trend, dengan keragaman yang tetap, dan tidak terdapat fluktuasi periodik.

Untuk mengetahui adanya akar unit, maka perlu dilakukan pengujian Augmented Dickey-Fuller (ADF-test) sebagai berikut:

Jika variabel Yt sebagai variabel independen, maka akan diubah menjadi:

Yt = þ Yt-1 + μt ...(3.1) Dimana :

-1≤ þ ≤ 1 dan μt

Jika koefisien þ=1 maka variabel Y

adalah variabel gangguan yang bersifat random atau stokastik dengan rata-rata nol, varian yang konstan dan tidak saling berhubungan.

t mempunyai akar unit, dalam arti

hipotesis diterima, yang bergerak secara random (random walk) tanpa trend dimana varian Yt tidak stasioner. Hal ini menunjukkan bahwa Yt merupakan data


(38)

bersifat non-stasioner menjadi stasioner maka dilakukan uji orde pertama (first difference)

ΔYt = (þ – 1) (Yt – Yt-1) ...

(3.2)

Koefisien þ akan bernilai nol, dan hipotesis akan ditolak sehingga model menjadi stasioner. Hipotesis yang digunakan pada pengujian Augmented Dickey-Fuller (ADF-test) adalah:

H0 b : þ = 0 (terdapat unit roots, variabel Y tidak stasioner)

H1 b : þ 0 (tidak terdapat unit roots, variabel Y stasioner)

Hipotesisnya adalah H0 mengandung arti bahwa terdapat akar-akar unit,

H1 mengandung arti bahwa tidak terdapat akar-akar unit. Pengujian hipotesis

statistik tersebut dilakukan dengan membandingkan ADFtest statistik hasil regresi

dengan tstatistik Mackinnon critical value 1 persen, 5 persen,10 persen. Bila

ADFtest statistik hitung lebih kecil daripada Mackinnon critical value, maka H0

diterima dan H1 ditolak, tidak cukup bukti untuk menolak hipotesis bahwa di

dalam persamaan mengandung akar-akar unit, artinya data tidak stasioner. Sebaliknya, jika ADFtest statistik hitung lebih besar daripada Mackinnon critical

value maka H0 ditolak dan H1

Dalam hal hasil ADF

diterima, cukup bukti untuk menolak hipotesis nol bahwa didalam persamaan mengandung akar-akar unit, artinya data stasioner.

test menunjukkan bahwa data time series yang diamati

tidak stasioner dalam bentuk level, maka perlu dilakukan transformasi melalui proses differencing agar data menjadi stasioner. Cara differencing dilakukan dengan cara mengurangi data tersebut dengan data periode data sebelumnya. Data


(39)

dalam bentuk difference merupakan data yang telah diturunkan dengan periode sebelumnya, dimana bentuk derajat pertama (first difference) dapat dinotasikan dengan I (1) dengan fungsi:

Δ Yt = (Yt – Yt-1

3.6.2. Uji Kausalitas (Granger Causality Test)

) ... (3.3) Dengan demikian melalui differencing pertama (first difference) akan diperoleh data selisih. Prosedur data ADF kemudian diaplikasikan kembali untuk menguji data first difference. Jika dari hasil uji ternyata data first difference telah stasioner, maka dikatakan data time series tersebut terintegrasi pada derajat pertama I(1) untuk seluruh variabel. Tetapi jika data first difference tersebut belum stasioner maka perlu dilakukan differencing yang kedua (second difference) pada data tersebut untuk memperoleh data yang stasioner. Prosedur ini seterusnya dilakukan hingga diperoleh data yang stasioner. Uji ini dilakukan dengan program E-views versi 6.

Uji kausalitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu variabel endogen dapat diperlakukan sebagai variabel eksogen. Hal ini bermula dari ketidaktahuan pengaruh antar variabel. Jika ada dua variabel y dan z, maka apakah y menyebabkan z atau z menyebabkan y atau berlaku keduanya atau tidak ada hubungan keduanya. Variabel y menyebabkan variabel z artinya berapa banyak nilai z pada periode sekarang dapat dijelaskan oleh nilai z pada periode sebelumnya dan nilai y pada periode sebelumnya. Uji kausalitas dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya metode Granger’s Causality.


(40)

Pada penelitian ini digunakan metode Granger’s Causality. Granger’s Causality digunakan untuk menguji adanya hubungan kausalitas antara dua variabel. Kekuatan prediksi (predictive power) dari informasi sebelumnya dapat menunjukkan adanya hubungan kausalitas antara y dan z dalam jangka waktu lama. Penggunaan jumlah lag atau efek tunda dianjurkan dalam waktu lebih lama, sesuai dengan dugaan terjadinya kausalitas. Diharapkan hasil Granger’s Causality ini dapat memberikan hasil yang menunjukkan adanya hubungan kausalitas dan arah pengaruh antara variabel Indeks Harga saham Asia Tenggara (Indeks KLCI, Indeks STI, Indeks PSE, Indeks SET dan Indeks VN) dengan variabel Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia (Indeks JKSE).

Pengujian hubungan kausalitas dengan metode Granger’s Causality dikembangkan oleh Granger. Model Granger’s Causality dinyatakan dalam bentuk vektor autoregresi yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini:

n n

Yt= Σαt yt-i + Σ ßj Xt-j + μ1t ; X → Y jika ßj > 0 …….…………...……… (3.4)

i=1 j=1 m m

Xt= Σλt yt-i + Σ γj Xt-j + μ2t ; Y → X jika γj > 0 ……..………..…… (3.5)

i=1 j=1 keterangan :

Y = variabel terikat

X = variabel bebas

μ1,μ2

1) Jika secara statistik ∑�=1ß ≠ 0 ��� ∑�=1 = 0 , maka terdapat kausalitas satu arah (unindirectional causality) dari Y ke X.

= error of term diasumsikan tidak mengandung korelasi serial dan m = n.

Berdasarkan hasil regresi linear diatas, akan dihasilkan empat kemungkinan mengenai nilai koefisien-koefisien regresi dari persamaan (3.4) dan (3.5) adalah sebagai berikut:


(41)

2) Jika secara statistik ∑�=1ß = 0 ��� ∑�=1 ≠ 0 , maka terdapat kausalitas satu arah (unindirectional causality) dari X ke Y.

3) Jika secara statistik ∑�=1ß = 0 ��� ∑�=1 = 0 , maka X dan Y bebas antara satu dengan yang lainnya, artinya antara Y ke X tidak saling mempengaruhi (independence atau tidak signifikan) antara satu dengan lainnya.

4) Jika secara statistik ∑�=1ß ≠ 0 ��� ∑�=1 ≠0 ,maka terdapat kausalitas dua arah antara Y dan X atau terdapat hubungan kausalitas (feedback atau bilateral causality) antara satu dengan lainnya.

Untuk memperkuat indikasi keberadaan berbagai bentuk kausalitas seperti yang disebutkan diatas, maka perlu dilakukan uji F (Ftest) untuk masing-masing

regresi.

Hipotesis nolnya adalah H0

Kemudian untuk menguji hipotesis atau pola kausalitas granger tersebutlah digunakan uji F (F

: ∑�=1 = 0

test) dengan rumus sebagai berikut:

dimana m adalah jumlah lag, RSSR (Restricted Residual Sum of Squares)

diperoleh dari regresi yang dilakukan terhadap X tanpa melibatkan lag variabel B, sedangkan RSSUR (Unrestricted Residual Sum of Squares) diperoleh dari regresi

yang dilakukan terhadap jumlah observasi dan k adalah jumlah parameter. Sedangkan nilai (n – k) disebut juga derajat kebebasan atau degree of freedom.

� = (���� – �����)

� �

( � − � )


(42)

Jika nilai Fstat lebih besar daripada Ftabel pada level signifikan yang

ditentukan, maka H0 ditolak atau tidak cukup bukti untuk diterima. Dengan kata

lain, bahwa Y granger cause X atau terdapat hubungan kausalitas. Jika H0 tidak

cukup bukti untuk dapat ditolak maka Y does not granger cause X.

Analisis dalam penelitian ini menggunakan e-views, sehingga test kausalitas antara variabel dapat dilakukan dengan mudah, dimana lag optimal digunakan. Untuk menguji hipotesis, maka dipermudah dengan membaca

probabilitasnya. Dimana jika probabilitas lebih kecil daripada α (dalam penelitian ini, penulis menggunakan α sebesar 5%), maka H0 ditolak atau dengan kata lain

variabel Y menyebabkan variabel X. Dan sebaliknya, jika probabilitasnya lebih

besar daripada α, maka tidak cukup bukti menolak H0, atau Y tidak menyebabkan


(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia

Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) adalah indeks harga yang merupakan gabungan harga semua saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), pengukuran yang dilakukan adalah dalam satuan poin. Indeks ini mencakup pergerakan seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia.

Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG

4.2 Gambaran Umum Indeks Harga Saham Gabungan Asia Tenggara

Indeks saham di suatu negara pada dasarnya merupakan cerminan dari kinerja bursa saham di negara tersebut. Semakin besar kegiatan transaksi harian di lantai bursa maka indeks saham cenderung akan naik, penurunan kegiatan transaksi harian di lantai bursa akan menyebabkan indeks saham menjadi flat atau bahkan menjadi koreksi apabila terjadi aksi jual yang besar-besaran. Pergerakan bursa saham pada dasarnya didasari oleh perkembangan harga saham yang terdaftar dan diperdagangkan di lantai bursa, oleh karena itu maka perlu untuk menganalisis


(44)

hubungan antara indeks saham dengan harga saham yang tercatat di bursa secara periodik. Berikut profil kelima indeks di Asia Tenggara:

1. Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange

Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange atau Kuala Lumpur Composite Indeks (^KLCI) diperkenalkan pada tahun 1986 yang merupakan indeks pasar saham utama di Malaysia yang menjadi barometer pasar saham lokal yang berfungsi sebagai indikator kinerja yang akurat dari pasar saham dan keadaan ekonomi Malaysia. Indeks Kuala Lumpur Composite adalah kapitalisasi tertimbang indeks pasar saham yang memiliki nilai dasar 100 per 2 Januari 1977.

2. Indeks Strait Times

Indeks Straits Times (STI) adalah sebuah indeks pasar saham berdasarkan kapitalisasi yang digunakan untuk mendata dan memonitor perubahan harian dari 30 perusahaan terbesar di pasar saham Singapura dan sebagai indikator utama dari kinerja pasar di Singapura. Indeks Straits Times dihitung berdasarkan Market Value Weighted.

3. Indeks Philippine Stock Exchange

Indeks Philippine Stock Exchange yang pertama sekali dikenal dalam sejarah pasar saham Filipina adalah, yang dibentuk ketika industri pertambangan sedang berjaya pada tahun 1940-an. Indeks PSE adalah indeks utama dari bursa efek di Filipina. Ini terdiri dari kumpulan 30 perusahaan tetap, yang diseleksi berdasarkan ketentuan-ketentuan tertentu. Indeks PSE mengukur


(45)

perubahan relatif dalam kapitalisasi pasar mengambang bebas dari 30 saham terbesar dan teraktif di bursa.

4. Indeks Stock Exchange of Thailand

Indeks Stock Exchange of Thailand adalah indikator pasar saham utama yang dihitung dari harga semua saham biasa termasuk reksa dana dan properti di papan utama Bursa Efek Thailand, kecuali untuk saham-saham yang telah ditangguhkan selama lebih satu tahun. Indeks SET menganut indeks harga kapitalisasi pasar tertimbang yang membandingkan nilai pasar saat ini dari semua saham biasa yang terdaftar dengan nilai pada tanggal dasar tanggal 30 April 1975. Ditetapkanlah 100 poin untuk nilai dasar indeks SET.

5. Indeks Vietnamese Stock Exchange

Indeks Vietnamese Stock Exchange merupakan indeks pasar saham yang dihitung dari harga semua saham biasa yang diperdagangkan di Bursa Efek Vietnam yang dikenal dengan nama STC (Securities Trading Centre). Indeks VN adalah indeks harga tertimbang kapitalisasi pasar yang membandingkan nilai pasar saat ini dari semua saham biasa yang terdaftar dengan nilai pada tanggal dasar 28 Juli 2000 ketika sesi pertama diperdagangkan di pasar. Indeks pasar terutama ditetapkan pada

4.3 Hasil

100 poin.


(46)

Data yang stationer adalah data yang nilai rata-rata dan varian dari data tersebut tidak mengalami perubahan secara sistematik sepanjang waktu atau sebagian ahli menyatakan rata-rata dan variannya konstan (Pratomo dan Hidayat : 2010). Dalam menganalisis data time series, uji kestasioneran data merupakan tahap yang sangat penting. Hal ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya akar unit (unit root) yang terkandung diantara variabel, sehingga hubungan diantara variabel menjadi valid, karena apabila data yang diperoleh tidak stationer maka dikhawatirkan regresi yang dibuat adalah regresi lancung (spurious regression).

Dengan menggunakan program Eviews, dilakukan uji akar unit (unit root test) untuk menguji apakah variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks KLCI (Malaysia), Indeks STI (Singapura), Indeks PSE(Filipina), Indeks SET (Thailand), dan Indeks VN (Vietnam) stationer atau tidak.

Hasil uji akar unit variabel JKSE disajikan pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1

Hasil Uji Akar Unit Variabel Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5,703751 0,0002 Test critical values: 1% level -4,252879

5% level -3,548490 10% level -3,207094

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil bahwa angka ADF statistik yang cukup tinggi yakni -5,703751. Nilai ini melewati nilai kritis pada tingkat signifikan sebesar 1%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data runtun waktu variabel JKSE telah stasioner pada tingkat first difference.


(47)

Hasil uji akar unit variabel KLCI disajikan pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2

Hasil Uji Akar Unit Variabel Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange (^KLCI)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3,664007 0,0390 Test critical values: 1% level -4,252879

5% level -3,548490

10% level -3,207094

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh hasil bahwa angka ADF statistik sebesar -3,664007 yang melewati nilai kritis pada tingkat 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data runtun waktu variabel KLCI telah stasioner pada tingkat first difference.

Hasil uji akar unit variabel STI disajikan pada tabel 4.3 sebagai berikut :

Hasil Uji Akar Unit Variabel Indeks Straits Times (^STI)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5,218326 0,0009

Test critical values: 1% level -4,252879

5% level -3,548490

10% level -3,207094


(48)

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh hasil bahwa angka ADF statistik yang cukup tinggi yakni -5,218326. Nilai ini melewati nilai kritis pada tingkat signifikan sebesar 1%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data runtun waktu variabel STI telah stasioner pada tingkat first difference.

Hasil uji akar unit variabel PSE disajikan pada tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4

Hasil Uji Akar Unit Variabel Indeks Philippine Stock Exchange (^PSE)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4,967715 0,0016

Test critical values: 1% level -4,252879

5% level -3,548490

10% level -3,207094

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh hasil bahwa angka ADF statistik yang cukup tinggi yakni -4,967715. Nilai ini melewati nilai kritis pada tingkat signifikan sebesar 1%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data runtun waktu variabel PSE telah stasioner pada tingkat first difference.

Hasil uji akar unit variabel SET disajikan pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5

Hasil Uji Akar Unit Variabel Indeks Stock Exchange of Thailand (^SET)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -6,601314 0,0000

Test critical values: 1% level -4,262735

5% level -3,552973 10% level -3,209642


(49)

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil bahwa angka ADF statistik yang cukup tinggi yakni -6,601314. Nilai ini melewati nilai kritis pada tingkat signifikan sebesar 1%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data runtun waktu variabel SET telah stasioner pada tingkat first difference.

Hasil uji akar unit variabel VN disajikan pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6

Hasil Uji Akar Unit Variabel Indeks Vietnamese (^VN)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3,758021 0.0341

Test critical values: 1% level -4,309824

5% level -3,574244 10% level -3,221728

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh hasil bahwa angka ADF statistik sebesar -3,758021 yang melewati nilai kritis pada tingkat 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data runtun waktu variabel VN telah stasioner pada tingkat first difference.

Berdasarkan hasil uji akar unit atau unit root test terhadap keenam variabel maka dapat diambil kesimpulan bahwa variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks KLCI (Malaysia), Indeks STI (Singapura), Indeks PSE (Filipina), Indeks SET (Thailand), dan Indeks VN (Vietnam) sudah stasioner pada tingkat first different dengan tingkat signifikansi pada α = 5%. Artinya, tidak terdapat akar-akar unit atau unit roots terhadap kedua variabel tersebut pada tingkat first


(50)

different dengan tingkat signifikansi α = 5%. Sehingga tidak perlu dilakukan lagi pengujian akar unit pada tingkat second different.

4.3.2 Hasil Estimasi Kausalitas Granger

Uji Kausalitas merupakan metode untuk melihat bentuk hubungan timbal balik antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen yang diteliti apakah hubungan searah atau dua arah. Pada uji Granger yang dilihat adalah seberapa besar hubungan antar variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan variabel Indeks Harga Saham Asia Tenggara, yaitu Indeks KLCI (Malaysia), Indeks STI (Singapura), Indeks PSE (Filipina), Indeks SET (Thailand), dan Indeks VN (Vietnam). Sebelum melakukan pengujian dengan metode Granger Causality, terlebih dahulu kita melakukan pengujian untuk menentukan panjang lag atau lag length.

Penentuan lag length adalah untuk menghindari terjadinya serial korelasi antara error term dengan variabel endogen dalam model yang menyebabkan estimator menjadi tidak konsisten. Hal ini berarti bahwa pemilihan lag yang tepat akan menghasilkan residual yang bersifat Gaussian, yakni terbebas dari permasalahan autokokedastisitas (Gujarati, 1997). Dalam penentuan lag optimal, kita memilih dengan kriteria yang mempunyai final prediction error correction (FPE) atau jumlah dari AIC,SIC, dan HQ yang paling kecil di antara berbagai lag yang diajukan. Penentuan panjang lag atau lag length dilakukan dengan menggunakan program Eviews 6.0 dengan metode Lag Length Criteria.

Hasil penentuan Lag Length disajikan pada tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7


(51)

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

0 -1449,115 NA 1,26e+32 90,94471 91,21954 91,03581

1 -1331,595 183,6259 8,09e+29 85,84968 87,77346 86,48735

2 -1291,820 47,23294 8,25e+29 85,61373 89,18646 86,79799

3 -1205,652 70,01136 7,81e+28 82,47824 87,69993 84,20908

4 -1205,652 61,37607* 9,71e+26* 75,96023* 82,83087* 78,23766*

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari hasil tabel 4.7, diketahui bahwa tanda bintang (*) paling banyak berada pada lag 4. Hal ini menunjukkan bahwa lag optimal yang direkomendasikan Eviews adalah lag 4.

Selanjutnya, dilakukan pengujian dengan metode Granger Causality untuk melihat hubungan kausalitas (timbal balik) antara variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan variabel Indeks Harga Saham Asia Tenggara, yaitu Indeks KLCI (Malaysia), Indeks STI (Singapura), Indeks PSE (Filipina), Indeks SET (Thailand), dan Indeks VN (Vietnam) selama periode waktu Januari 2005 sampai dengan Oktober 2013.

Hasil uji Granger Causality antara Indeks Harga Saham Gabungan (JKSE) dengan Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange (KLCI) disajikan pada tabel 4.8 sebagai berikut :

Tabel 4.8

Hasil Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan Variabel KLCI

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability

JKSE does not Granger Cause KLCI 32 2,26950 0,0928

KLCI does not Granger Cause JKSE 3,52051 0,0221

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.8 maka diperoleh hasil sebagai berikut : a. H0

H

: JKSE tidak mempengaruhi KLCI


(52)

Jika nilai probabilitas F-statistik < ∝, maka H0 ditolak. Pengujian

Granger menunjukkan nilai probabilitas F-statistik = 0,0928 > ∝ = 5%, maka H0

b. H

diterima. Artinya JKSE tidak mempengaruhi KLCI

0

H

: KLCI tidak mempengaruhi JKSE

1 : KLCI mempengaruhi JKSE

Jika nilai probabilitas F-statistik < ∝, maka H0 ditolak. Pengujian

Granger menunjukkan nilai probabilitas F-statistik = 0,0221 < ∝ = 5%, maka H0

Null Hypothesis:

ditolak. Artinya KLCI mempengaruhi JKSE

Dari kedua hipotesis di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange (^KLCI) memiliki hubungan kausalitas searah dimana Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange (^KLCI) mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) pada tingkat signifikansi sebesar 95% (α = 5% ).

Hasil uji Granger Causality antara Indeks Harga Saham Gabungan (JKSE) dengan Indeks Strait Times (STI) disajikan pada tabel 4.9 sebagai berikut :

Tabel 4.9

Hasil Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan Variabel STI Obs F-Statistic Probability JKSE does not Granger Cause STI 32 0,95669 0,4498 STI does not Granger Cause JKSE 2,72656 0,0542 Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.9 maka diperoleh hasil sebagai berikut : a. H0

H

: JKSE tidak mempengaruhi STI


(53)

Jika nilai probabilitas F-statistik < ∝, maka H0 ditolak. Pengujian

Granger menunjukkan nilai probabilitas F-statistik = 0,4498 > ∝ = 5%, maka H0

b. H

diterima. Artinya JKSE tidak mempengaruhi STI

0

H

: STI tidak mempengaruhi JKSE

1 : STI mempengaruhi JKSE

Jika nilai probabilitas F-statistik < ∝, maka H0 ditolak. Pengujian

Granger menunjukkan nilai probabilitas F-statistik = 0,0542 > ∝ = 5%, maka H0

Null Hypothesis:

diterima. Artinya STI tidak mempengaruhi JKSE

Dari kedua hipotesis tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Indeks Strait Times (^STI) tidak memiliki hubungan kausalitas pada tingkat signifikansi sebesar 95% (α = 5% ).

Hasil uji Granger Causality antara Indeks Harga Saham Gabungan (JKSE) dengan Indeks Philippines Stock Exchange (PSE) disajikan pada tabel 4.10 sebagai berikut :

Tabel 4.10

Hasil Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan Variabel PSE Obs F-Statistic Probability JKSE does not Granger Cause PSE 32 2,24225 0,0958 PSE does not Granger Cause JKSE 4,43500 0,0084 Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.10 maka diperoleh hasil sebagai berikut : a. H0

H

: JKSE tidak mempengaruhi PSE


(54)

Jika nilai probabilitas F-statistik < ∝, maka H0 ditolak. Pengujian

Granger menunjukkan nilai probabilitas F-statistik = 0,0958 > ∝ = 5%, maka H0

b. H

diterima. Artinya JKSE tidak mempengaruhi PSE

0

H

: PSE tidak mempengaruhi JKSE

1 : PSE mempengaruhi JKSE

Jika nilai probabilitas F-statistik < ∝, maka H0 ditolak. Pengujian

Granger menunjukkan nilai probabilitas F-statistik = 0,0084 < ∝ = 5%, maka H0

Null Hypothesis:

ditolak. Artinya PSE mempengaruhi JKSE

Dari kedua hipotesis tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Indeks Indeks Philippine Stock Exchange (^PSE) memiliki hubungan kausalitas searah dimana Indeks Philippine Stock Exchange (^PSE) memberikan pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) pada tingkat signifikansi sebesar 95% (α = 5% ).

Hasil uji Granger Causality antara Indeks Harga Saham Gabungan (JKSE) dengan Indeks Stock Exchange of Thailand (SET) disajikan pada tabel 4.11 sebagai berikut :

Tabel 4.11

Hasil Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan Variabel SET Obs F-Statistic Probability JKSE does not Granger Cause SET 32 7,28201 0,0006 SET does not Granger Cause JKSE 0,16339 0,9548 Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.11 maka diperoleh hasil sebagai berikut : a. H0

H

: JKSE tidak mempengaruhi SET


(55)

Jika nilai probabilitas F-statistik < ∝, maka H0 ditolak. Pengujian

Granger menunjukkan nilai probabilitas F-statistik = 0,0006 < ∝ = 5%, maka H0

b. H

ditolak. Artinya JKSE mempengaruhi SET

0

H

: SET tidak mempengaruhi JKSE

1 : SET mempengaruhi JKSE

Jika nilai probabilitas F-statistik < ∝, maka H0 ditolak. Pengujian

Granger menunjukkan nilai probabilitas F-statistik = 0,9548 > ∝ = 5%, maka H0

Null Hypothesis:

diterima. Artinya SET tidak mempengaruhi JKSE

Dari kedua hipotesis tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Indeks Stock Exchange of Thailand (^SET) memiliki hubungan kausalitas searah dimana Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) memberikan pengaruh Indeks Stock Exchange of Thailand (^SET) terhadap pada tingkat signifikansi sebesar 95% (α = 5% ).

Hasil uji Granger Causality antara Indeks Harga Saham Gabungan (JKSE) dengan Indeks Vietnamese (VN) disajikan pada tabel 4.12 sebagai berikut :

Tabel 4.12

Hasil Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan Variabel VN Obs F-Statistic Probability JKSE does not Granger Cause VN 32 0,82573 0,5223 VN does not Granger Cause JKSE 1,89905 0,1448 Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.12 maka diperoleh hasil sebagai berikut : a. H0

H

: JKSE tidak mempengaruhi VN


(56)

Jika nilai probabilitas F-statistik < ∝, maka H0 ditolak. Pengujian

Granger menunjukkan nilai probabilitas F-statistik = 0,5223 > ∝ = 5%, maka H0

b. H

diterima. Artinya JKSE tidak mempengaruhi VN

0

H

: VN tidak mempengaruhi JKSE

1 : VN mempengaruhi JKSE

Jika nilai probabilitas F-statistik < ∝, maka H0 ditolak. Pengujian

Granger menunjukkan nilai probabilitas F-statistik = 0,1448 > ∝ = 5%, maka H0

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan di atas, maka Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Indeks Strait Times (^STI) tidak memiliki

diterima. Artinya VN tidak mempengaruhi JKSE

Dari kedua hipotesis tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Indeks Vietnamese Stock Exchange (^VN) tidak memiliki hubungan kausalitas pada tingkat signifikansi sebesar 95% (α = 5% ).

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan di atas maka Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange (^KLCI) memiliki hubungan kausalitas searah dimana Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange (^KLCI) mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE)

pada tingkat signifikansi sebesar 95% (α = 5% ). Hal ini konsisten dengan

penelitian Suhartono Kho (2013), namun berbeda hasil dengan penelitian Nurfitri Bisyria (2010). Perbedaan ini dikarena adanya perbedaan periode penelitian dimana penelitian Nurfitri Bisyria (2010) dilakukan dari tahun 1999 – 2007.


(57)

hubungan kausalitas pada tingkat signifikansi sebesar 95% (α = 5% ). Hal ini konsisten dengan penelitian Suhartono Kho (2013), namun berbeda hasil dengan penelitian Nurfitri Bisyria (2010) dan Chandra Utama (2008). Perbedaan ini dikarena adanya perbedaan periode penelitian dimana periode penelitian Nurfitri Bisyria (2010) dari tahun 1999 – 2007 dan periode penelitian Chandra Utama (2008) dari tahun 1999 - 2008.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan di atas maka Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Indeks Indeks Philippine Stock Exchange (^PSE) memiliki hubungan kausalitas searah dimana Indeks Philippine Stock Exchange (^PSE) memberikan pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) pada tingkat signifikansi sebesar 95% (α = 5% ). Hal ini konsisten dengan penelitian Suhartono Kho (2013).

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan di atas maka Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Indeks Stock Exchange of Thailand (^SET) memiliki hubungan kausalitas searah dimana Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) memberikan pengaruh Indeks Stock Exchange of Thailand (^SET) terhadap pada tingkat signifikansi sebesar 95% (α = 5% ). Pengujian kausalitas antara Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Indeks Stock Exchange of Thailand (^SET) tidak dilakukan pada penelitian Chandra Utama (2008), Nurfitri Bisyria (2010), dan Suhartono Kho (2013).

Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Indeks Vietnamese Stock Exchange (^VN) tidak memiliki hubungan kausalitas pada tingkat signifikansi


(58)

Gabungan (^JKSE) dan Indeks Vietnamese Stock Exchange (^VN) tidak dilakukan pada penelitian Chandra Utama (2008), Nurfitri Bisyria (2010), dan Suhartono Kho (2013).

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini menguji apakah Indeks Harga Saham Asia Tenggara (KLCI, STI, Indeks PSE, Indeks SET, dan Indeks VN) memiliki hubungan kausalitas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia dimana periode penelitian dari tahun 2005-2012.

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Kuala Lumpur Stock Exchange (^KLCI) memiliki hubungan kausalitas searah dimana Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange (^KLCI) memberikan pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) pada tingkat signifikansi sebesar 95% (α = 5%).

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Indeks Strait Times (^STI) tidak memiliki hubungan kausalitas pada tingkat signifikansi sebesar 95% (α = 5% ).

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Indeks Philippine Stock Exchange (^PSE) memiliki


(59)

hubungan kausalitas searah dimana Indeks Philippine Stock Exchange (^PSE) memberikan pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) pada tingkat signifikansi sebesar 95% (α = 5%).

4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Exchange of Thailand (^SET) memiliki hubungan kausalitas searah dimana Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) memberikan pengaruh terhadap Indeks Stock Exchange of Thailand (^SET) pada

tingkat signifikansi sebesar 95% (α = 5%).

5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Indeks Vietnamese Stock Exchange (^VN) tidak memiliki hubungan kausalitas pada tingkat signifikansi sebesar 95% (α = 5%).

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan saran atau masukan sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk memasukan negara Myanmar dan Kamboja dalam Indeks Harga Saham di Asia Tenggara.

2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan pengamatan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Asia Tenggara dengan periode yang lebih panjang.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Achsani, Noer Azam. 2000. Mencermati Kejatuhan Indeks Dow Jones : Akankah Indeks BEJ Ikut Terseret? University of Postdam. Postdam.

Ajija, R. Shochrul, dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat

Anoraga, Panji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta

Bisyria, Nurfitri. 2010. Analisis Hubungan Kausalitas Pasar Saham Global terhadap Pasar Saham Indonesia. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Cahyono, Jaka W. 2002. 22 Strategi dan Teknik Meraih Untung di Bursa Saham Jilid 1. Jakarta: Elex Media Komputindo

Forbes, Kristin J dan Roberto Rigabon. 2001. No Contagion, Only Interdependences: Measuring Stock Market Comovement, Journal of Finance, Vol. LVII, No. 5, October 2002.

Gujarati, D. 1997. 2003. Ekonometrika Dasar. (Edisi Alih Bahasa Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Husnan, Suad. 1998. Teori Portofolio dan Analisi Sekuritas. Yogyakarta: YKPN Kho, Suhartono. 2013. “Analisa Contagion Effect Antar Negara Asean-5 saat

Krisis Bursa Saham Amerika Serikat tahun 2008”, Vol. 1, No. 2, (2013) 41-46

Kuncoro, Mudrajad. (2003). Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Jakarta: Erlangga

Lean, Hooi-Hooi et al. 2003. Bivariate Causality between Exchange Rate and Stock Price on Major Asian Countries. Departement of Economics National University of Singapore.

Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat. 2010. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews dalam Ekonometrika. Medan: USU Press


(61)

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Widoatmodjo, Sawidji. 2009. Pasar Modal Indonesia Pengantar dan Studi Kasus. Bogor: Ghalia

Website :


(62)

LAMPIRAN 1

Indeks Harga Saham Asia Tenggara dan

Indeks Harga Saham Gabungan

Tanggal KLCI STI SET PSE VNE JKSE

Malaysia Singapura Thailand Filipina Vietnam Indonesia Jan-05 916.27 2,096.32 701.91 2,019.56 233.32 1,045.44

Apr-05 878.96 2,125.25 658.88 1,854.63 246.25 1,029.61

Jul-05 937.39 2,352.56 675.67 2,000.30 245.53 1,182.30

Okt-05 910.76 2,216.77 682.62 1,960.20 307.40 1,066.22

Jan-06 914.01 2,412.08 762.63 2,145.39 312.32 1,232.32

Apr-06 949.23 2,610.71 768.29 2,270.53 595.48 1,464.41

Jul-06 935.85 2,445.43 691.49 2,390.84 422.41 1,351.65

Okt-06 988.30 2,701.75 722.46 2,708.50 511.54 1,582.63

Jan-07 1,189.35 3,125.56 654.04 3,239.27 1041.33 1,757.26

Apr-07 1,322.25 3,361.29 699.16 3,270.73 923.89 1,999.17

Jul-07 1,373.71 3,547.66 859.76 3,501.20 907.95 2,348.67

Okt-07 1,413.65 3,805.70 907.28 3,758.97 1065.09 2,643.49

Jan-08 1,393.25 2,981.75 784.23 3,266.00 844.11 2,627.25

Apr-08 1,279.86 3,147.79 832.45 2,749.77 522.36 2,304.52

Jul-08 1,163.09 2,929.65 676.32 2,577.10 451.36 2,304.51

Okt-08 863.61 1,794.20 416.53 1,951.09 347.05 1,256.70

Jan-09 884.45 1,746.47 437.69 1,825.09 303.21 1,332.67


(63)

Jul-09 1,174.90 2,659.20 624.00 2,798.33 466.76 2,323.24

Okt-09 1,243.23 2,651.13 685.24 2.908.50 587.12 2,367.70

Jan-10 1,259.16 2,745.35 696.55 2,953.19 481.96 2,610.80

Apr-10 1,346.38 2,974.61 763.51 3,290.09 542.37 2,971.25

Jul-10 1,360.92 2,987.70 855.83 3,426.95 493.91 3,069.28

Okt-10 1,505.66 3,142.62 984.46 4,268.74 452.63 3,635.32

Jan-11 1,519.94 3,179.72 964.10 3,881.47 510.60 3,409.17

Apr-11 1,534.95 3,172.73 1,093.56 4,319.51 480.08 3,819.62

Jul-11 1,548.81 3,189.26 1,133.53 4,503.63 405.70 4,130.80

Okt-11 1,491.89 2,855.77 974.75 4,333.72 420.81 3,790.85

Jan-12 1,521.29 2,906.69 1,083.97 4,682.44 387.97 3,941.69

Apr-12 1,570.61 2,978.57 1,228.49 5,202.70 473.77 4,180.73

Jul-12 1,631.60 3,036.40 1,199.30 5,307.66 414.48 4,142.34

Okt-12 1,673.07 3,038.37 1,298.87 5,424.51 388.42 4,350.29

Jan-13 1,627.55 3,282.66 1,474.20 6,242.74 479.79 4,453.70

Apr-13 1,717.65 3,368.18 1,597.86 7,070.99 474.51 5,034.07

Jul-13 1,772.62 3,221.93 1,423.14 6639.12 491.85 4,610.38


(1)

LAMPIRAN 7

Uji Akar Unit Variabel Indeks Vietnamese Stock Exchange

(^VN)

Null Hypothesis: D(VN) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 5 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.758021 0.0341 Test critical values: 1% level -4.309824

5% level -3.574244 10% level -3.221728 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(VN,2)

Method: Least Squares Date: 07/25/14 Time: 23:38 Sample (adjusted): 2006Q4 2013Q4 Included observations: 29 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(VN(-1)) -1.420266 0.377929 -3.758021 0.0012 D(VN(-1),2) 0.559694 0.324107 1.726879 0.0989 D(VN(-2),2) 0.341549 0.290171 1.177061 0.2523 D(VN(-3),2) 0.902618 0.270107 3.341709 0.0031 D(VN(-4),2) 0.543314 0.226127 2.402695 0.0256 D(VN(-5),2) 0.373056 0.166431 2.241502 0.0359 C 67.61752 60.22758 1.122700 0.2742 @TREND(2005Q1) -2.895101 2.655278 -1.090319 0.2879 R-squared 0.761377 Mean dependent var 6.159655


(2)

Adjusted R-squared 0.681837 S.D. dependent var 201.9913 S.E. of regression 113.9352 Akaike info criterion 12.53809 Sum squared resid 272605.6 Schwarz criterion 12.91527 Log likelihood -173.8023 Hannan-Quinn criter. 12.65622 F-statistic 9.572155 Durbin-Watson stat 1.454960 Prob(F-statistic) 0.000025

LAMPIRAN 8

Lag Length

VAR Lag Order Selection Criteria

Endogenous variables: VN STI SET PSE KLCI JKSE Exogenous variables: C

Date: 06/03/14 Time: 18:12 Sample: 2005Q1 2013Q4 Included observations: 32

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

0 -1449.115 NA 1.26e+32 90.94471 91.21954 91.03581 1 -1331.595 183.6259 8.09e+29 85.84968 87.77346 86.48735 2 -1291.820 47.23294 8.25e+29 85.61373 89.18646 86.79799 3 -1205.652 70.01136 7.81e+28 82.47824 87.69993 84.20908 4 -1065.364 61.37607* 9.71e+26* 75.96023* 82.83087* 78.23766* * indicates lag order selected by the criterion

LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error

AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion


(3)

LAMPIRAN 9

Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan Variabel KLCI

Pairwise Granger Causality Tests Date: 07/25/14 Time: 23:42 Sample: 2005Q1 2013Q4 Lags: 4

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. KLCI does not Granger Cause JKSE 32 3.52051 0.0221 JKSE does not Granger Cause KLCI 2.26950 0.0928


(4)

Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan Variabel STI

Pairwise Granger Causality Tests Date: 07/25/14 Time: 23:43 Sample: 2005Q1 2013Q4 Lags: 4

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. JKSE does not Granger Cause STI 32 0.95669 0.4498 STI does not Granger Cause JKSE 2.72656 0.0542

LAMPIRAN 11

Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan Variabel PSE

Pairwise Granger Causality Tests Date: 07/25/14 Time: 23:45 Sample: 2005Q1 2013Q4 Lags: 4


(5)

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. JKSE does not Granger Cause PSE 32 2.24225 0.0958 PSE does not Granger Cause JKSE 4.43500 0.0084

LAMPIRAN 12

Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan Variabel SET

Pairwise Granger Causality Tests Date: 07/25/14 Time: 23:46 Sample: 2005Q1 2013Q4 Lags: 4

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. JKSE does not Granger Cause SET 32 7.28201 0.0006 SET does not Granger Cause JKSE 0.16339 0.9548


(6)

LAMPIRAN 13

Uji Granger Causality antara Variabel JKSE dengan Variabel VN

Pairwise Granger Causality Tests Date: 07/25/14 Time: 23:46 Sample: 2005Q1 2013Q4 Lags: 4

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. JKSE does not Granger Cause VN 32 0.82573 0.5223 VN does not Granger Cause JKSE 1.89905 0.1448