Tanggung Jawab Direktur Perusahaan Pengembang Tentang Perbuatan Perusahaan Yang Tidak Melakukan Penyesuaian Anggaran Dasarnya

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perseroan Terbatas (PT) sebagai suatu bentuk badan usaha dalam kehidupan
sehari-hari tidak dapat lagi diabaikan. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
kehadiran perseroan terbatas sebagai salah satu sarana untuk melakukan kegiatan
ekonomi sudah menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat dikesampingkan. Praktik
bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha, baik itu pedagang, produsen, investor,
kontraktor, distributor, bankir, perusahaan-perusahaan asuransi, pialang, agen dan
lain sebagainya tidak lagi dapat dipisahkan dari kehadiran perseroan terbatas1.
Berbisnis dengan mempergunakan perseroan terbatas, baik dalam skala kecil,
menengah maupun berskala besar merupakan model yang paling lazim dilakukan.
Perseroan terbatas merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang paling disukai
saat ini.2
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar badan usaha yang berdiri dan
menjalankan usaha di Indonesia berbentuk perseroan terbatas. Hal ini disebabkan
terdapat beberapa kelebihan dari bentuk usaha perseroan terbatas yang tidak dimiliki
bentuk usaha lainnya, antara lain tanggung jawab terbatas dari para pemegang saham,
pembagian struktur kepengurusan dan pengawasan yang jelas, citra yang lebih
1


Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas (Berdasarkan Undang Undang Nomor 40
Tahun 2007), Cetakan Pertama, (Jakarta : Permata Aksara, 2013), hal.1.
2
Rachmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, (Bandung : Yayasan dan Wakaf, Eresco),
1993, hal 1.

1

Universitas Sumatera Utara

2

profesional apabila berbentuk perseroan terbatas, kemudahan memperoleh fasilitas
kredit dari lembaga perbankan dan keuangan pada umumnya sampai pada persyaratan
bentuk suatu perusahaan pada industri tertentu misalnya perbankan, asuransi, pasar
modal dan sebagainya.3
Pengertian perseroan terbatas terdiri dari dua kata, yakni “perseroan” dan
“terbatas”. Perseroan merujuk kepada modal PT yang terdiri dari sero-sero atau
saham-saham. Adapun kata terbatas merujuk kepada pemegang yang luasnya hanya

sebatas

pada

nilai

nominal

semua

saham

yang

dimilikinya.

Istilah perseroan terbatas (PT) yang digunakan dewasa ini, dalam bahasa Inggris
disebut dengan Limited (Ltd) Company atau Limited Corporation, dalam Bahasa
Belanda disebut Naamloze Vennotschap disingkat NV.4
Sebelumnya sudah ada ketentuan mengenai PT pada Zaman Hindia Belanda

sebagaimana yang termuat dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek
van Koophandel), Staatsblaad tahun 1847 No 23 dalam Buku Kesatu Titel Ketiga
Bagian Ketiga, mulai dari Pasal 36 sampai dengan Pasal 56. Peraturan tersebut
kemudian menjadi peraturan yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan perubahan,
terutama dengan adanya berbagai perubahan dalam lalu lintas perekonomian baik itu
dalam lalu lintas perekonomian nasional maupun antar Negara (internasional),
sehingga selanjutnya diundangkan Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas, yang berlaku lebih kurang selama 12 tahun. Kemudian untuk
3

Binoto Nadapdap, op.cit., hal 4.
Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas, (Bandung : Nuansa
Aulia), 2007, hal.14.
4

Universitas Sumatera Utara

3

mengakomodasi segala kebutuhan masyarakat dalam perkembangan hukum seiring

dengan perubahan yang terjadi dalam dunia usaha, maka Undang-undang PT
dimaksud diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, yang berlaku sejak diundangkan, yakni efektif sejak tanggal 16
Agustus 2007 dan telah dimasukkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 No.106.

Misi Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 adalah

1.mempersingkat waktu ; 2.menyederhanakan prosedur; 3.menyederhanakan syarat
dan 4.menurunkan biaya.5
Berdasar Pasal 1 UUPT No. 40 Tahun 2007 pengertian Perseroan Terbatas
adalah “ badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang
serta peraturan pelaksanaannya.”
Diundangkannya Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas (UUPT)
tersebut diatas menyebabkan timbulnya kewajiban baru bagi perseroan berkaitan
dengan anggaran dasarnya, oleh karena itu dalam UUPT Nomor 40 Tahun 2007
diatur mengenai ketentuan peralihan, yakni diatur dalam Bab XIII, Pasal 157 dan
Pasal 158. Ketentuan Peralihan tersebut mengatur mengenai penyesuaianpenyesuaian yang harus dilakukan oleh perseroan yang telah didirikan sesuai

5

Direktorat Perdata Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan
HAM RI, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Terbaru Dalam
Implementasi Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, makalah yang
disampaikan pada Seminar Sehari “Aspek-Aspek Penting Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas”, yang dilaksanakan oleh Asean Law Associationg : Komite Nasional Indonesia
bekerjasama dengan Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi), (Jakarta : 28 November 2007), hal 1.

Universitas Sumatera Utara

4

peraturan sebelumnya, terutama dalam bentuk anggaran dasarnya, yang harus
disesuaikan dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) Nomor 40 Tahun
2007.
PT merupakan kreasi hukum dan subyek hukum mandiri, sebagai subyek
hukum mandiri keberadaannya tidak tergantung dari keberadaan para pemegang
saham. Sekalipun terjadi pergantian pemegang saham tidak mengubah keberadaan PT
selaku “persona standi in judicio”( subyek hukum mandiri).6

Hanya pengurus perseroan yang dapat mewakili PT, hal ini berarti PT dapat
melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti seorang manusia dan dapat pula
mempunyai kekayaan atau utang (ia bertindak dengan perantaraan pengurusnya).
Kehendak dari persero pengurus dianggap sebagai kehendak PT, akan tetapi
perbuatan-perbuatan pengurus yang bertindak atas nama PT, pertanggungjawabannya
terletak pada PT dengan semua harta bendanya.
Didalam Perseroan Terbatas terdapat 3 (tiga) Organ 7, yakni:
1.

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

2.

Direksi dan

3.

Dewan Komisaris.
Bahwa direksi sebagai salah satu organ dari suatu perseroan terbatas


bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan, bertindak untuk kepentingan

6

Bismar Nasution, Hukum Perusahaan, Diktat, Program Magister Ilmu Hukum Program
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2003,hal.3.
7
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Universitas Sumatera Utara

5

dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar
pengadilan.
Tugas direksi dalam mengatur atau mengelola kegiatan-kegiatan usaha PT dan
mengurus kegiatan PT

tidak dapat dipisahkan, hal ini dikarenakan pengurusan


kekayaan PT harus menunjang terlaksananya kegiatan usaha PT. Dengan demikian
direksi hanya mempunyai 2 (dua) tugas yaitu, pengelolaan dan perwakilan PT.
Pengelolaan PT pada hakekatnya adalah tugas dari semua anggota direksi tanpa
kecuali (Collegiale besturrsverant woordelijkheid),

dengan demikian tugas dan

wewenang untuk mengelola PT adalah tugas dan wewenang setiap anggota direksi.8
Berlakunya UUPT Nomor 40 Tahun 2007 tersebut diatas, menimbulkan
kewajiban kepada perseroan-perseroan yang telah berdiri sebelum berlakunya UUPT
Nomor 40 Tahun 2007, untuk melakukan penyesuaian atas anggaran dasarnya. Proses
penyesuaian anggaran dasar PT dimaksud membutuh waktu, untuk itu UndangUndang memberi tenggang waktu kepaa PT untuk melakukan penyesuaian, yakni
harus dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak tanggal ditetapkannya
UUPT Nomor 40 tahun 2007, dengan ada konsekuensi hukum apabila tidak
melakukan penyesuaian anggaran dasar.
Penyesuaian anggaran dasar ini bersifat imperatif, memaksa kepada seluruh
perseroan yang dibentuk berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ataupun
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas untuk merubah

8

Bismar Nasution, Pertanggungjawaban Direksi dalam Pengelolan Perseroan, makalah yang
disampaikan pada Seminar Nasional Sehari dalam Rangka ”Optimalisasi Sistem Pengelolaan,
Pengawasan, Pembinaan Dan Pertanggungjawaban Keberadaan PT (Persero) Dilingkungan Bumn
Ditinjau Dari Aspek Hukum Dan Transparansi” yang diselenggarakan oleh Inti Sarana Informatika,
Hotel Borobudur (Jakarta: 8 Maret 2007), hal.54.

Universitas Sumatera Utara

6

seluruh anggaran dasarnya dan menyesuaikan dengan bentuk yang ditentukan oleh
UUPT Nomor 40 Tahun 2007. Tenggang waktu 1 (satu) tahun diberikan UndangUndang agar perseroan memiliki cukup waktu untuk mengadakan Rapat Umum
Pemegang Saham serta melakukan seluruh rangkaian proses penyesuaian hingga
mendapatkan persetujuan dari Menteri.
Peraturan kemudian mencabut batasan waktu penyesuaian anggaran dasar,
sehingga perseroan Terbatas yang belum melakukan kewajibannya dapat melakukan
penyesuaian, namun pada kenyataannya tidak sedikit perusahaan yang lalai
melakukan penyesuaian anggaran dasarnya.
Penyesuaian anggaran dasar jika tidak dilakukan oleh perseroan memang
tidak serta merta membuat perseroan tersebut menjadi bubar, namun demikian jika

karena kelalaian ini menyebabkan perseroan menjadi bubar atas putusan Pengadilan
Negeri, maka pengurus perseroan dalam hal ini menjadi bertanggung jawab atas
bubarnya perseroan.
Salah satu bentuk perseroan terbatas yang banyak dijumpai saat ini adalah
perusahaan pengembang atau Developer. Istilah Developer berasal dari bahasa asing
yang menurut kamus bahasa Inggris artinya adalah pembangun perumahan9.
Perusahaan pengembang yang dalam kegiatannya dengan itikad baik
melakukan perbuatan hukum sesuai dengan bidang usahanya, yakni menyediakan

9

Menurut Pasal 5 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974, disebutkan
pengertian Perusahaan Pembangunan Perumahan yang dapat pula masuk dalam pengertian developer,
yaitu Perusahaan Pembangunan Perumahan adalah suatu perusahaan yang berusaha dalam bidang
pembangunan perumahan dari berbagai jenis dalam jumlah yang besar di atas suatu areal tanah yang
akan merupakan suatu kesatuan lingkungan pemukiman yang dilengkapi dengan prasarana prasarana
lingkungan dan fasilitas-fasilitas sosial yang diperlukan oleh masyarakat penghuninya.

Universitas Sumatera Utara


7

perumahan untuk dijual kepada pembeli. Untuk memenuhi persyaratan dalam
melakukan perbuatan hukumnya, perusahaan pengembang berkewajiban untuk
menjaga seluruh legalitas perusahaan sebagai identitas perusahaan sesuai dengan
ketentuan undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia.
Direksi suatu perusahaan pengembang sebagai organ perseroan yang
berwenang dan bertanggung jawab penuh atas perseroan, berkewajiban untuk
memelihara segala bentuk legalitas dan perizinan perusahaan, agar tetap terjaga
dengan baik. Salah satu legalitas perusahaan pengembang yang harus diperhatikan
adalah anggaran dasar perseroan10.
Anggaran dasar perseroan sebagai identitas dari perusahaan, harus berbentuk
sesuai peraturan yang berlaku dan senantiasa terjaga pengkinian datanya. Hal ini
berkaitan dengan dampak perbuatan hukum yang dilakukan perusahaan pengembang
tersebut, sehingga tidak dikategorikan sebagai perbuatan melanggar hukum11.
Perusahaan pengembang dalam bertindak selaku pihak penjual perumahan
harus dapat menjamin bahwa setiap perbuatan hukum yang dilakukannya selaku
pemilik atas tanah dan bangunan akan selalu dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya, dan untuk selanjutnya pihak pembeli akan dapat melakukan proses
pendaftaran peralihan haknya pada Kantor Pertanahan setempat12.

10

Pasal 8 ayat 1 UUPT Nomor 40 Tahun 2007.
Pasal 1365 KUH Perdata, berbunyi bahwa tiap perbuatan melawan hukum yang membawa
kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian untuk
mengganti kerugian tersebut.
12
Pasal 1 angka 12 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
11

Universitas Sumatera Utara

8

Dalam pelaksanaannya, adakalanya transaksi penjualan dan pembelian
perumahan yang dilakukan perusahaan pengembang tidak dapat segera dilanjutkan
dengan proses pendaftaran peralihan hak pada Kantor Pertanahan sebagai pihak yang
berwenang untuk itu. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor antara lain, adanya
biaya pajak ataupun kendala lainnya sehingga proses pendaftaran peralihan hak pada
Kantor Badan Pertanahan menjadi tertunda. Apabila kemudian pihak pembeli
bermaksud melanjutkan penyelesaian proses peralihan hak yang tertunda dimaksud,
muncul tambahan persyaratan yang harus dipenuhi, hal ini dikarenakan keluarnya
peraturan baru dari pemerintah yang menyangkut legalitas perseroan. Sehubungan
dengan itu, pihak perusahaan pengembang harus dapat memenuhi tambahan
persyaratan yang diperlukan, sehingga pendaftaran peralihan hak dapat terlaksana.
Permasalahan baru muncul apabila dengan berjalannya waktu perusahaan
pengembang tidak dapat memenuhi tambahan-tambahan persyaratan sesuai dengan
peraturan yang berlaku, hal ini disebabkan antara lain karena timbulnya perbedaan
pandangan tentang rencana perusahaan kedepan, yang mengakibatkan para pengurus
perseroan tidak berhasil untuk melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham, yang
bertujuan untuk melakukan penyesuaian anggaran dasar perseroan dimaksud.
Perbedaan-perbedaan pendapat dimaksud berkaitan dengan perbedaan kepentingan
(conflict of interest) dari para pengurus perseroan, sehingga tidak terdapat kata
sepakat tentang kelanjutan rencana perusahaan kedepan sesuai dengan tujuan
perusahaan yang terdapat dalam anggaran dasar perseroan.

Universitas Sumatera Utara

9

Dalam hal perusahaan pengembang lalai dalam melakukan pengkinian bentuk
anggaran dasar perseroan sesuai dengan perintah UUPT yang baru, maka akhirnya
akan menimbulkan kendala pada pihak pembeli tanah dan bangunan milik perusahaan
pengembang, dalam hal ini kesulitan dalam menyelesaikan pengurusan pendaftaran
peralihan hak atas sertipikatnya pada pihak yang berwenang dalam hal ini Kantor
Badan Pertanahan. Pihak Badan Pertanahan setempat akan meminta dokumendokumen identitas perseroan sesuai dengan Undang-Undang PT yang baru.
Ketidakmampuan untuk menunjukkan dokumen dimaksud akan menimbulkan akibat
hukum yang serius bagi para pihak pembeli tanah dan bangunan dari perusahaan
pengembang dimaksud.
Untuk

membahas

tentang

pertanggungjawaban

Direksi

Perusahaan

Pengembang sehubungan dengan kewajiban melakukan penyesuaian Anggaran Dasar
perseroan, secara jelas akan dibahas dalam penelitian ini, yang berjudul Tanggung
Jawab Direktur Perusahaan Pengembang Tentang Perbuatan Hukum Perusahaan
Yang Tidak Melakukan Penyesuaian Anggaran Dasar.
B. Perumusan Masalah
Rumusan Permasalahan yang dikemukakan adalah :
1. Bagaimana pengaturan pengelolaan perseroan terbatas di Indonesia setelah
keluarnya Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.
2. Apa akibat hukum bagi perusahaan pengembang dengan tidak dilakukannya
penyesuaian anggaran dasar perseroan.

Universitas Sumatera Utara

10

3. Bagaimana tanggung jawab direktur perusahaan pengembang selaku penjual
perumahan tentang perbuatan perusahaan yang tidak melakukan penyesuaian
anggaran dasar perseroan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam pembahasan ini antara lain :
1. Untuk mengetahui pengaturan pengelolaan perseroan terbatas di Indonesia
setelah keluarnya Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.
2. Untuk mengetahui akibat hukum bagi perusahaan pengembang perumahan
sehubungan dengan tidak dilakukannya penyesuaian anggaran dasar perseroan
terbatas.
3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk tanggung jawab direktur perusahaan
pengembang sehubungan dengan tidak dilakukannya penyesuaian anggaran
dasar perseroan terbatas.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat , yakni :
1. Dari segi teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk ilmu hukum pada
umumnya serta ilmu Hukum Perusahaan khususnya, serta menambah
pengetahuan dan wawasan, juga sebagai masukan pada Program studi
Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya dalam

Universitas Sumatera Utara

11

hal pertanggungjawaban direktur terhadap adanya kelalaian untuk melakukan
penyesuaian anggaran dasar perusahaan.
2. Dari segi praktis
Bahwa hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan dan
rujukan bagi kalangan akademisi, praktisi serta pelaku usaha yang bergerak di
bidang usaha yang berbadan hukum, khususnya pada pengembang yang
berbentuk perseroan terbatas serta dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
ingin melakukan penelitian di bidang yang sama.
E. Keaslian Penelitian
Dari seluruh hasil penelitian diketahui belum pernah dilakukan penelitian
mengenai “Tanggung Jawab Direktur Perusahaan Pengembang Tentang Perbuatan
Perusahaan yang Tidak Melakukan Penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan“.
Khusus di lingkungan Universitas Sumatera Utara, pernah dilakukan suatu penelitian
yakni oleh :
1.

Saudari Desi Aryany, Mahasiswi Program Studi Kenotariatan Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara dengan judul tesis “Tanggung Jawab
Pemegang Saham Akibat Pembubaran Perusahaan Perseroan Terbatas (PT)
Melalui Penetapan Pengadilan Negeri di Medan Menurut Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1995 (Penelitian di Medan), dengan batasan permasalahannya
adalah :
a. Bagaimanakah pelaksanaan pembubaran Perusahaan Perseroan Terbatas (PT)
menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
melalui Penetapan Pengadilan Negeri.

Universitas Sumatera Utara

12

b. Apakah akibat hukum dari pelaksanaan pembubaran Perusahaan Perseroan
Terbatas melalui Penetapan Pengadilan Negeri.
c. Bagaimanakah tanggung jawab pemegang saham terhadap perseroan dan
terhadap Pihak Ketiga sehubungan dengan terjadinya pembubaran perseroan
melalui Penetapan Pengadilan Negeri.
2.

Saudari Magdalena Simarmata, Mahasiswi Program Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan judul tesis “Analisis Yuridis
Terhadap Pembubaran Perseroan Terbatas Melalui Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) Studi Terhadap Pembubaran PT.ULU MUSI AGUNG TENERA,
dengan batasan permasalahannya adalah :
a. Bagaimana pelaksanaan pembubaran perseroan terbatas melalui Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) PT.Ulu Musi Agung Tenera, ditinjau dari UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
b. Bagaimana peranan Notaris pada saat terjadi pembubaran perseroan terbatas
melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
c. Bagaimana tanggung jawab pemegang saham, direksi dan likuidator bila
proses pembubaran tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas.

3.

Saudari Ribka Angelia M.Sianipar, Mahasiswi Program Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dengan judul tesis “Tinjauan
Yuridis Keabsahan Rapat Umum Pemegang Saham Berdasarkan Putusan

Universitas Sumatera Utara

13

Mahkamah Agung Nomor 607K/PDT/2011” dengan batasan permasalahannya
adalah ;
a. Bagaimanakah penentuan keabsahan suatu Rapat Umum Pemegang Saham
dalam perseroan?
b. Bagaimanakah kedudukan hak atas saham yang belum terbagikan diantara
ahli waris?
c. Bagaimanakah hak-hak para ahli waris atas salam yang belum terbagi ?
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1.

Kerangka Teori
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak lepas dari teori hukum sebagai

landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan
postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam, sehingga
penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang dibahas dalam bahasa
dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri.13
Kerangka Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala
spesifik atau proses tertentu terjadi

14

. Suatu teori harus diuji dengan menghadapkan

pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya. Teori diperlukan
untuk mengembangkan suatu kajian bidang hukum tertentu. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan dan memperkaya pengetahuan dalam penerapan aturan hukum.

13

W Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), hal.2
J.J.M Wuisman, Penelitian Ilmu Sosial, Jilid I, Penyunting : M.Hisyam, ( Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 1996), hal 203
14

Universitas Sumatera Utara

14

Didalam teori ini mempunyai pandangan bahwa hukum bukan hanya
merupakan kumpulan norma-norma abstrak atau suatu tertib hukum tetapi juga
merupakan suatu proses untuk mengadakan keseimbangan antara kepentingankepentingan yang saling bertentangan dan menjamin pemuasan kebutuhan maksimal
dengan pengorbanan minimal, dimana peraturan yang berlaku harus dipatuhi dan
dijalankan demi terciptanya suatu ketertiban dengan tidak melanggar ketentuan
tersebut.
M.Solly Lubis menyatakan bahwa konsep teori merupakan :
“Kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat mengenai suatu kasus ataupun
permasalahan (problem) yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan,
pegangan teori, yang mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya, ini
merupakan masukan eksternal bagi peneliti”.15
Teori mempunyai kegunaan yang paling sedikit mencakup hal-hal sebagai
berikut : 16
a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau mengkhususkan fakta
yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya;
b. Teori sangat berguna didalam mengembangkan system klasifikasi fakta,
membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan defenisi-defnisi;
c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang telah
diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti;
d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena
telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktorfaktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang;
e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada
pengetahuan peneliti.

15

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: CV Mandar Maju, 1994), hal.27
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum , (Jakarta: Universitas Indonesia,UIPress), 1984, hal.3
16

Universitas Sumatera Utara

15

Untuk mengetahui apa hakikat tanggung jawab dari direktur dimaksud, ada
beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain :
1) Teori Fiduciary Duty
Dalam teori Fiduciary Duty, duty adalah suatu teori tentang kewajiban yang
ditetapkan undang-undang bagi seseorang yang memanfaatkan seseorang lain,
dimana kepentingan pribadi seseorang yang diurus oleh pribadi lainnya, yang
sifatnya hanya hubungan atasan-bawahan sesaat. Orang yang mempunyai
kewajiban ini harus melaksanakannya berdasarkan suatu standar dari
kewajiban (standard of duty) yang paling tinggi sesuai dengan yang
dinyatakan oleh hukum. Sedangkan fiduciary

adalah seseorang yang

memegang peran sebagai suatu wakil (trustee) atau suatu peran yang
disamakan dengan sesuatu yang berperan sebagai wakil, dalam hal ini peran
tersebut didasarkan kepercayaan dan kerahasiaan (trust and confidence) yang
dalam peran ini meliputi, ketelitian (scrupulous), itikad baik (good faith), dan
keterusterangan (candor).17 Fiduciary duty adalah suatu doktrin yang berasal
dari sistem hukum common law yang mengajarkan bahwa antara direktur
dengan perseroan terdapat hubungan Fiduciary . Sehingga pihak direktur
hanya bertindak seperti seorang trustee atau agen semata-mata, yang
mempunyai kewajiban mengabdi sepenuhnya dan dengan sebaik-baiknya
kepada perseroan.18
2) Teori Duty of Care

17

Bismar Nasution, loc.cit.
Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2002), hal. 4.
18

Universitas Sumatera Utara

16

Teori ini menyatakan bahwa direksi harus mengelola perseroan dengan
kehati-hatian (care) sebagaimana mestinya.19 Direksi diharuskan untuk
bertindak dengan kehati-hatian dalam membuat segala keputusan dan
kebijakan perseroan. Dalam membuat setiap kebijakan, harus tetap
mempertimbangkan segala informasi-informasi yang ada secara patut dan
wajar.
3) Teori Duty of Loyalty
Teori Duty of loyalty, adalah teori yang mencegah direksi dalam suatu
perusahaan mengambil kesempatan menguntungkan yang seharusnya dimiliki
oleh perusahaan.20 Direksi harus bertindak dengan itikad baik untuk berada
dalam kepentingan terbaik bagi perusahaan dan para stakeholder.
2.

Kerangka Konsepsi
Konsepsi berasal dari bahasa Latin, concepto yang memiliki arti sebagai

sesuatu kegiatan atau proses berpikir, daya berfikir khususnya penalaran dan
pertimbangan.21 Konsepsi adalah salah satu bagian yang terpenting dari teori,
konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu
yang konkrit, yang disebut juga dengan definisi operasional (operational
definition).22

19

Bismar Nasution ,loc.cit.
Ibid
21
Komaruddin, dan Yooke Tjuparmah Komarrudin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal.122.
22
Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1998),hal.3.
20

Universitas Sumatera Utara

17

Pemaknaan konsep terhadap istilah yang digunakan, terutama dalam judul
penelitian, bukanlah untuk pengertian mengkonsumsikannya semata-mata kepada
pihak lain, sehingga tidak menimbulkan salah penafsiran, tetapi juga demi menuntun
peneliti sendiri di dalam menangani rangkaian proses penelian yang bersangkutan.23
Konsepsi adalah salah satu bagian yang terpenting dari teori, peranan konsepsi
dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan
kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata kata yang menyatukan abstraksi yang
digeneralisasikan dari hal-hal khusus yang disebut definisi operasional.24
Konsep berasal dari bahasa Latin, Conceptus yang memiliki arti sebagai suatu
kegiatan atau proses berfikir, daya berfikir khususnya penalaran dan pertimbangan.25
Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan
pengertian atau penafsiran yang berbeda dari suatu istilah yang dipakai untuk
ditemukannya suatu kebenaran dengan substansi yang diperlukan.26
Agar terdapat persamaan persepsi dan pengertian dalam membaca dan
memahami penulisan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menguraikan
beberapa konsepsi dan pengertian dari istilah yang digunakan sebagaimana yang
terdapat dibawah ini :
a. Perseroan terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
23

Sanafiah Faisal, Format-format penelitian Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999),
hal.107-108.
24
Sumadi Suryabrata, ibid. hal.4.
25
Komaruddin, dan Yooke Tjuparmah Komaruddin, ibid., hal.122.
26
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Penelitian Hukum Universitas Airlangga,
Cetakan I, 2005, hal.139.

Universitas Sumatera Utara

18

dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas serta Peraturan Pelaksananya.
b. Anggaran dasar perseroan terbatas merupakan bagian dari akta pendirian
perseroan terbatas, memuat pengaturan dalam perseroan yang menentukan
setiap hak dan kewajiban dari pihak-pihak dalam anggaran dasar, baik
perseroan itu sendiri, pemegang saham maupun pengurus.27
c. Rapat Umum Pemegang Saham adalah organ perseroan yang mempunyai
wewenang yang tidak diberikan kepada direksi dan dewan komisaris dalam
batas yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas dan/atau Anggaran Dasar.28
d. Direktur perusahaan adalah subjek hukum yang dapat merupakan pemilik
perusahaan atau orang profesional yang ditunjuk pemilik perusahaan untuk
menjalankan dan memimpin perseroan terbatas.
e. Penyesuaian anggaran dasar adalah suatu perbuatan hukum yang dilakukan
oleh perseroan terbatas untuk merubah seluruh isi anggaran dasar
perusahaannya,

disesuaikan

pasal

demi

pasal dengan

bentuk

yang

diperintahkan oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun
2007.

27

Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung: PT
Alumni, 2004), hal.68.
28
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007, Pasal 1 angka (4).

Universitas Sumatera Utara

19

f. Perusahaan pengembang adalah perusahaan pembangun perumahan, yakni
suatu perusahaan yang berusaha dalam bidang pembangunan perumahan dari
berbagai jenis dalam jumlah yang besar diatas suatu areal tanah yang akan
merupakan suatu kesatuan lingkungan pemukiman yang dilengkapi dengan
prasarana-prasarana lingkungan dan fasilitas-fasilitas sosial yang diperlukan
oleh masyarakat penghuninya.

G. Metodologi Penelitian
Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan sesuatu
masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati tekun dan tuntas
terhadap suatu gejala untu menambah pengetahuan. Dengan demikian metode
penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk
memecahkam masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.29
1.

Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Yuridis Normatif.

30

Penelitian yuridis

normatif, yaitu suatu penelitian dengan mengkaji pasal-pasal dalam

perundang-

undangan yang berlaku, yang mengatur mengenai tanggung jawab direktur perseroan
terbatas dan bahan hukum lainnya dibidang hukum perseroan. Penelitian hukum
secara yuridis maksudnya penelitian yang mengacu pada studi kepustakaan yang ada
ataupun terhadap data sekunder yang digunakan, sedangkan bersifat normatif
29

Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, (Yogyakarta: ANDI, 2000), hal.4.
Soemitro, Ronny Hanitjo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Cetakan kelima,
Ghalia Indonesia, Jakarta,1994, hal.10.
30

Universitas Sumatera Utara

20

maksudnya penelitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan
normatif tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lainnya dan
penerapannya dalam praktek.
Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, maksudnya adalah bahwa
penelitian bersifat mengakumulasikan data, sehingga diharapkan diperoleh gambaran
secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis
dilakukan berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh dan akan dilakukan penelitian
secara cermat, bagaimana menjawab permasalahan dan menyimpulkan suatu jawaban
dari permasalahan-permasalahan tersebut.31

2.

Sumber Data
Data penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan sumber data dari data

Primer dan data Sekunder. Data primer dapat dicari dan diperoleh langsung dari
responden ataupun dari lapangan. Instrumen yang dapat digunakan adalah
wawancara, kuesioner dan observasi (pengamatan). Sementara data sekunder dapat
dicari dan diperoleh dari kepustakaan dengan menggunakan instrumen studi
dokumen.32 Data penelitian yang dipergunakan di dalam penelitian ini diperoleh dari
data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari : bahan hukum primer,
bahan hokum sekunder maupun bahan hokum tertier yang dikumpulkan melalui studi
dokumen dan kepustakaan yang terdiri dari :

31
32

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rienika Cipta, 2008), hal.27.
Tampil Anshari Siregar, Metode Penelitian Hukum (Medan : Pustaka Bangsa Press, 2007),

hal.75.

Universitas Sumatera Utara

21

a. Bahan hukum primer yang berupa norma/peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan Undang-undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan pengesahan anggaran Badan
Hukum, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang
bahan hukum primer antara lain berupa buku, tulisan atau pendapat para ahli
hukum yang berkaitan dengan tanggung jawab direktur perseroan terbatas
serta perubahan anggaran dasar perseroan terbatas.
c. Bahan hukum tertier adalah bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan dan bahan hukum sekunder seperti
kamus umum, kamus hukum, ensiklopedia, dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan materi penelitian ini.33
3.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik dan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

penelitian kepustakaan (Library Research). Alat pengumpulan data yang digunakan
yaitu studi dokumen untuk memperoleh data sekunder, dengan membaca,
mempelajari, meneliti, mengidentifikasi, menganalisa data primer, sekunder maupun
tertier yang berkaitan dengan penelitian ini. 34

33

Nomensen Sinamo, Metode Penelitian Hukum dalam Teori dan Praktek, Bumi Intitama
Sejahtera, 2010, hal 16.
34
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung : Mandar Maju, 2011),
hal.8.

Universitas Sumatera Utara

22

4.

Analisis Data
Analisis data merupakan langkah terakhir dalam suatu kegiatan penulisan.

Analisis data dilakukan secara kwalitatif artinya menggunakan data secara benar
dalam kalimat yang teratur, runtun logis, tidak tumpang tindih dan efektif sehingga
memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis.
Data yang diperoleh melalui pengumpulan data sekunder akan dikumpulkan
dan kemudian dianalisis dengan cara kualitatif untuk mendapatkan kejelasan terhadap
masalah yang akan dibahas. Semua data yang terkumpul diedit, diolah dan disusun
secara sistematis untuk selanjutnya disimpulkan dengan menggunakan metode
deduktif. Metode deduktif adalah cara analisis dari yang bersifat umum ke yang
bersifat khusus.35

35

Zainudin Ali, Metode Penelitian Induktif dan Deduktif dalam Penelitian Hukum, (Jakarta :
Sinar Grafika, 2010), hal.18.

Universitas Sumatera Utara