Opini Pemuka Masyarakat Terhadap Gaya Komunikasi Pemimpin (Studi Kasus Gaya Komunikasi Verbal dan Non Verbal Bupati Pakpak Bharat Remigo Yolando Berutu)

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan dua istilah yang bisa dibedakan tetapi

sama sekali tidak dapat dipisahkan. kedua-duanya dapat diumpamakan sebagai dua sisi
mata uang yang sama. Pemimpin mengacu pada orangnya/manusianya, sedangkan
kepemimpinan terutama pada sifat, gaya, perilaku dan seni. Seorang pemimpin dapat saja
memiliki beberapa gaya pemimpin, namun demikian pada diri seorang pemimpin akan
tampak gaya pemimpin yang menonjol. Apabila suatu organisasi berjalan di tempat tanpa
ada perubahan akan dipersoalkan pemimpinnya. Kehadiran seseorang pemimpin dalam
suatu organisasi ialah untuk menggerakkan orang-orang dalam organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Seorang pemimpin tidak akan membiarkan masalah muncul dalam organisasi yang
dipimpinnya tetapi berusaha cepat dan tepat untuk menanggulanginya. Sikap tersebut
mutlak diambil sebab apabila tidak citranya sebagai pemimpin akan rusak. Kepercayaan
atas kepemimpinannya akan merosot dan bahkan akan hilang dan organisasi yang
dipimpinnya pun tidak akan mencapai tujuannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kemampuan dalam menjalankan fungsi pemimpin selaku mediator yang rasional, objektif,

dan netral merupakan suatu indikator efektifitas dalam kepemimpinan seseorang.
Setiap masyarakat mempunyai kesempatan untuk mengembangkan keunggulan
spesifikasinya. Pemimpin yang telah mengembangkan spesifikasinya akan dapat
membangun suatu teamwork yang pada akhirnya dapat menghasilkan kerja yang unggul
terutama dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Keinginan melakukan kerja yang
berkualitas tinggi, Seorang pemimpin adalah mereka yang terus menerus meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan sesuatu sehingga kualitas yang dicapai
akan ditingkatkan dihari esok dan seterusnya. Otonomi daerah menghendaki adanya peran
pemimpin yang maksimal dalam memacu dan mengembangkan daerahnya demi
tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Pemimpin sulit didefinisikan secara tepat, oleh karena itu banyak pakar mencoba
memperkenalkan defenisinya sesuai versi masing-masing.

Thoha (2004) memberikan

definisi pemimpin adalah seni untuk mengkoordinasikan dan memberikan dorongan
terhadap individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pendapat lain

tentang definisi pemimpin dikemukakan oleh Dalton Mc. Farland (dalam Wursanto, 2005)
memberikan definisi pemimpin adalah sebagai suatu proses dimana pimpinan di
gambarkan akan memberikan perintah/pengarahan, bimbingan atau mempengaruhi
pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemudian
menurut George R.Terry ( dalam Kartono, 2013) menyatakan bahwa yang dimaksud
pemimpin adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha
mencapai tujuan-tujuan kelompok.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah menyatakan bahwa
tugas dan kewenangan sebagian urusan pemerintahan diserahkan kepada daerah melalui
desentralisasi kewenangan dan dengan memperkuat otonomi daerah. Dari otonomi daerah
menuntut adanya keterbukaan, akuntabilitas, ketanggapan, dan kreatifitas dari segenap
aparatur negara, sehingga peran pemimpin sangat dibutuhkan. Kemampuan seorang
pemimpin dan sumber daya aparatur untuk memberikan tanggapan atau respon terhadap
berbagai tantangan secara akurat, bijaksana, adil dan efektif.
Pemimpin Indonesia sudah tujuh orang dan setiap pemimpin berbeda gaya
kepemimpinannya sebagai contoh Presiden pertama Indonesia, Soekarno dikenal karena

Universitas Sumatera Utara

pidatonya yang meledak-ledak, penuh semangat


dan mampu membakar semangat

kebangsaan pemuda Indonesia, misalnya pada saat rapat besar dilapangan IKADA tahun
1945, Seokarno juga dikenal sebagai sosok yang konsisten, terbuka dan sangat gamblang.
Pola komunikasinya tergolong low contect atau konteks rendah dan tegas Ia kerap
berbicara apa adanya dengan bahasa yang terang-benderang. Terkadang kalau marah
tamperamental, namun memiliki sense of humor yang tinggi.
Pola komunikasi politik Gus Dur sangat terbuka, demokratis tapi juga otoriter dan
keras kepala, Sangat implusif, bisa tertawa terbahak-bahak karena rasa humornya sangat
tinggi, namun bisa menggebrak meja sekerasnya di depan komunikannya. Gus Dur suka
menggertak lawan bicara blong seolah tidak ada filter sama sekali, konsistensi amat
rendah, apa yang dikatakan pagi hari, sorenya bisa dibantah sendiri Gus Dur juga tidak
pernah menyinggung visi-misi dalam pidato-pidatonya. Konteks komunikasinya low
context, Gus Dur orang yang sangat kontraversial, sesuatu yang serius, bagi Gus Dur tibatiba jadi tidak serius. Menurut Ryaas Rasjid, Gus Dur memang suka guyon dalam
berkomunikasi, kalau kita bertemu Gus Dur satu jam bicara seriusnya cuma 15 sampai 20
menit, selebihnya guyonan. Gus Dur memiliki karakter intilektual kuat, tapi mudah
dipengaruhi oleh pembantunya, maka di era Gus Dur populer istilah pembisik, informasi
yang diterimanya tidak diolah dulu, lalu cepat-cepat dilansir ke publik. Celakanya, sering
juga informasi yang sudah dilansir ke publik ternyata salah dan Gus Dur dengan santai

berkilah ”gitu aja dipikirin !”. (Antara News, 24 November 2009)
Memasuki perubahan dunia yang begitu cepat, kita dihadapkan paling tidak dua
tantangan, yaitu tantangan perubahan dari masyarakat agraris kemasyarakat industri, dan
tantangan dalam menerima arus perubahan peradaban masyarakat pasca Industri. Kondisi
ini pada akhirnya melahirkan berbagai tuntutan baru masyarakat dan lingkungannya

Universitas Sumatera Utara

terhadap perubahan dan penyesuaian paradigma dan praktek pemimpin dalam
pemerintahan dan pembangunan.
Partisipasi masyarakat muncul dalam proses pengambilan keputusan politik hal ini
merupakan konsekuensi dari komitmen terhadap demokrasi, sehingga perlu ada pemimpin
dalam meningkatkan otonomi daerah dapat membangkitkan partisipasi dari seluruh lapisan
masyarakat. Layanan kepada masyarakat tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan
efisiensi, tetapi juga unsur kebersamaan (equality). Dengan demikian perlunya kesetaraan
antara nilai efisiensi dan demokrasi, khususnya dalam penyelenggaraan otonomi daerah.
Menjalankan kepemimpinan agar tercapainya tujuan organisasi dengan cara
memelihara hubungan baik luar dan dalam, melalui proses komunikasi baik secara lisan
maupun secara tulisan. Berbagai kategori keputusan yang telah diambil disampaikan
kepada para pemimpin melalui jalur komunikasi yang terdapat dalam organisasi itu sendiri.

Salah satu fungsi pemimpin yang hakiki adalah mampu berkomunikasi secara efektif
demikian pentingnya komunikasi yang efektif itu dalam usaha peningkatan kemampuan
memimpin seseorang sehingga dapat dikatakan bahwa penguasaan teknik komunikasi
dengan baik sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin (Siagian, 2010).
Gaya pemimpin adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat
orang tersebut berusaha mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Sedangkan
menurut Winardi gaya pemimpin adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk
memahami suksesnya pemimpin, dalam hubungannya dimana pusat perhatian ditujukan
pada yang dilakukan oleh pemimpin (Kartono, 2013). Hakekat berkomunikasi berarti
mengalihkan suatu pesan dari satu pihak kepada pihak lain pemimpin sebagai mediator
dalam kehidupan organisasi selalu saja ada situasi konflik yang harus diatasi, baik dalam
hubungan keluar maupun hubungan kedalam organisasi. Pembahasan tentang fungsi

Universitas Sumatera Utara

pimpinan sebagai mediator difokuskan dalam penyelesaian konflik yang mungkin terjadi
dalam satu organisasi.
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan di satu
bidang pada umumnya seorang pemimpin mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain, untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu dalam mencapai suatu tujuan.

Adapun pengertian pemimpin adalah proses mempengaruhi aktivitas kelompok yang
terorganisir, dalam usaha untuk menentukan tujuan yang akan dicapai (Kartono, 2013).
Salah satu teori yang mendasarkan diri dengan gaya pemimpin adalah teori model
kontingensi dari Fiedler ( dalam Stoner, 1973) gaya pemimpin merupakan cara yang
digunakan pemimpin dalam mempengaruhi anak buah, apakah pemimpin lebih
mementingkan tugas (task-oriented) ataukah lebih mementingkan hubungan (relationship
oriented).
Setiap pemimpin memiliki gaya komunikasi verbal dan non verbal untuk menarik
simpati masyarakat terhadap pemimpin atau bupati agar tujuan pembangunan tersebut
dapat tercapai dengan masksimal. Keberhasilan dapat dilihat dari perubahan yang terjadi
masa kepemimpinannya perubahan dalam infrastruktur, kesejahtraan masyarakat dan
peningkatan perekonomian di daerah Kabupaten Pakpak Bharat.
Keberhasilan yang diraih seorang bupati dalam mewujudkan kesejahtreaan masyarakat
akan diketahui dari pandangan elemen masyarakat, karena kesejahtreaan dan perubahan
tersebut langsung dirasakan oleh masyarakat tersebut. Secara statistik mungkin akan
terlihat namun berkaitan dengan masyarakat secara langsung akan didapatkan dari
masyarakat.
Kabupaten Pakpak Bharat berdiri 12 tahun dan sangat jauh dari provinsi, penduduknya
juga lebih sedikit dari kabupaten lainya. Kabupaten Pakpak Bharat merupakan pemekaran


Universitas Sumatera Utara

dari Kabupaten Dairi. Sampai saat ini pendidikan di kabupaten Pakpak Bharat masih
tertinggal sehingga pemimpin harus siap dan mampu meningkatkan pendidikan
(www.lpdp.kemenkeu.go.id).
Muger Hery Berutu Bupati pertama di Kabupaten Pakpak Bharat melalui pilkada
langsung, Muger Hery tidak lama memimpin karena sakit dan meninggal setelah itu
Bupati dilanjutkan oleh wakilnya Makmur Berasa hingga akhir Periode. Pada pilkada
berikutnya Bupati Pakpak Bharat adalah Remigo Yolanda Berutu dengan sebutan bupati
sang pencinta musik dan gemar bernyanyi dengan wakilnya Maju Iliyas Padang.
Masa kepemimpinan Remigo Yolanda Berutu Pakpak Bharat banyak meraih prestasi
dari Pemerintahan Pusat. Bupati juga sering muncul dimedia, baik media cetak dan media
elektronik. Bupati berada di Pakpak Bharat setelah menjabat sebelumnya sebagai Wakil
Bupati periode 2008-2010 dan pada pilkada 2010 langsung menjabat sebagai bupati.
Membangun satu kabupaten bukanlah mudah apalagi kabupaten yang baru mekar.
Pada penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti Opini Pemuka Masyarakat
Terhadap Gaya Pemimpin (Studi kasus gaya komunikasi Verbal dan non Verbal Bupati
Pakpak Bharat), sehingga nanti dapat terlihat Gaya komunikasi Bupati dalam memimpin
Kabupaten Pakpak Bharat.
B.


Fokus Masalah
Fokus masalah yang akan di teliti adalah opini pemuka masyarakat terhadap gaya

komunikasi pemimpin (Studi Kasus Gaya Komuniksi Verbal Dan Non Verbal Bupati
Pakpak Bharat).
C.

Tujuan Penelitian
Ada pun tujuan penilitian ini adalah :

Universitas Sumatera Utara

1. Untuk mengetahui opini pemuka masyarakat terhadap gaya komunikasi verbal
Bupati Pakpak Bharat.
2. Untuk mengetahui opini pemuka masyarakat terhadap gaya komunikasi non
verbal Bupati Pakpak Bharat.

D.


Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai masukan kepada Bupati Pakpak

Bharat dalam memimpin dan membangun kabupaten Pakpak Bahrat. Dengan penelitian
komunikasi verbal dan non verbal kepala daerah Pakpak Bharat dapat memberikan pesan
kepada masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan dan menjadi referensi bupati untuk
memahami diri sendiri dihadapan masyarakat.
-

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan berkaitan
dengan komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam pemimpin.

-

Secara akademis, bagi mahasiswa magister ilmu komunikasi dapat memperluas topik
bidang ilmu komunikasi sebagai bagian yang berbeda pada jajaran telaah ilmu sosial.
Penelitian ini juga meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti sendiri.

-


Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan
masukan kepada kepala daerah Pakpak Bharat dalam meningkatkan komunikasi verbal
dan non verbal.

Universitas Sumatera Utara

2.9 Kerangka Konsep.
Tabel 2.9.1
Kerangka Konsep

-

KOMUNIKASI
VERBAL

OPINI PEMUKA
MASYARAKAT

PEMIMPIN
(BUPATI PAKPAK BHARAT)


KOMUNIKASI
NON VERBAL

Bahasa
Kata
Percakapan
Bahasa dan Gender
Isi dan hubungan

-

Otokritas
Militeritas
Paternalistis
Karismatis
Demokratis

-

Paralanguange
Wajah
Tubuh
Gerak Isyarat
Sentuhan dan
Rabaan
- Ruang Jarak
- Waktu

Universitas Sumatera Utara