Opini Pemuka Masyarakat Terhadap Gaya Komunikasi Pemimpin (Studi Kasus Gaya Komunikasi Verbal dan Non Verbal Bupati Pakpak Bharat Remigo Yolando Berutu) Chapter III VI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif

adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka
ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada
penelitian atau survei kuantitatif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian
yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah
laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.
W. Lawrence Neuman (dalam Muliyana, 2007) mengidentifikasi empat faktor yang

terkait dengan orientasi dalam penelitian yang menggunakan metode kualitatif. Orientasi
pertama terkait dengan pendekatan yang digunakan terhadap data. Metode kualitatif
memperlakukan data sebagai sesuatu yang bermakna secara intrinsik. Dengan demikian,
data yang ada dalam penelitian kualitatif bersifat “lunak”, tidak sempurna, imaterial,
kadang kala

kabur dan seorang peneliti kualitatif tidak akan pernah


mampu

mengungkapkan semuanya secara sempurna. Namun demikian, data yang ada dalam
penelitian kualitatif bersifat empiris, terdiri dari dokumentasi ragam peristiwa, rekaman
setiap ucapan, kata dan gestures dari objek kajian, tingkah laku yang spesifik, dokumendokumen tertulis, serta berbagai imaji visual yang ada dalam sebuah fenomena sosial
(Mulyana, 2003).
Orientasi kedua adalah penggunaan perspektif yang non-positivistik. Penelitian
kualitatif secara luas menggunakan pendekatan interpretatif dan kritis pada masalahmasalah sosial. Peneliti kualitatif memfokuskan dirinya pada makna subjektif,
56 pada kasus-kasus yang spesifik. Peneliti kualitatif
pendefinisian, metapora, dan deskripsi

Universitas Sumatera Utara

berusaha menjangkau berbagai aspek dari dunia sosial termasuk atmosfer yang
membentuk suatu objek pengamatan yang sulit ditangkap melalui pengukuran yang presisif
atau diekspresikan dalam angka. Dengan demikian, penelitian kualitatif lebih bersifat
transendental, termasuk di dalamnya memiliki tujuan menghilangkan keyakinan palsu yang
terbentuk pada sebuah objek kajian. Penelitian kualitatif berusaha memperlakukan objek
kajian tidak sebagai objek, namun lebih sebagai proses kreatif dan mencerna kehidupan

sosial sebagai sesuatu yang “dalam” dan penuh gelagak.
Orientasi ketiga

adalah penggunaan logika penelitian

yang bersifat “logic in

practice”. Penelitian sosial mengikuti dua bentuk logika yaitu logika yang direkonstruksi
(reconstructed logic) dan logika dalam praktek (logic in practice). Metode kuantitatif
mengikuti logika yang direkonstruksi dimana metode diorganisir, diformalkan dan
disistematisir secara ketat. Sementara pada metode kualitatif, penelitian secara aktual
dijalankan secara tidak teratur, lebih ambigu, dan terikat pada kasus-kasus spesifik. Hal ini
tentu saja, mengurangi perangkat aturan dan menggantungkan diri pada prosedur informal
yang dibangun oleh pengalaman-pengalaman di lapangan yang ditemukan si peneliti
(Basrowi, 2002).
Orientasi keempat

dari metode kualitatif adalah ditempuhnya langkah-langkah

penelitian yang bersifat non-linear. Dalam metode kuantitatif, seorang peneliti biasanya

dihadapkan pada langkah-langkah penelitian yang bersifat pasti dan tetap dengan panduan
yang jelas sehingga disebut sebagai langkah yang linear. Sementara itu, metode penelitian
kualitatif lebih memberikan ruang bagi penelitinya untuk menempuh langkah non-linear
dan siklikal, kadang kala melakukan upaya “kembali” pada langkah-langkah penelitian
yang sudah ditempuhnya dalam menjalani proses penelitian (Basrowi, 2002). Hal ini tidak

Universitas Sumatera Utara

berarti kualitas riset menjadi rendah, namun lebih pada cara untuk dapat menjalankan
orientasi dalam mengkonstruksikan makna.
Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitinya dapat betul-betul berkualitas,
maka data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu berupa data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan,
gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini
adalah subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan variabel yang diteliti.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel,
catatan, notulen rapat, dll), foto-foto, film, rekaman video, benda-benda, dan lain-lain yang
dapat memperkaya data primer (Lexy, 2012)
Sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau
tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar

dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya. Sumber data tersebut
pun harusnya asli, namun apabila yang asli susah didapat, maka foto copy atau tiruan tidak
terlalu jadi masalah, selama dapat diperoleh bukti pengesahan yang kuat kedudukannya.
Sumber data penelitian kualitatif secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
manusia dan yang bukan manusia. Namun ketika peneliti memilih manusia sebagai subjek
harus tetap mewaspadai bahwa manusia mempunyai pikiran, perasaan, kehendak, dan
kepentingan. Meskipun peneliti sudah memilih secara cermat, sudah merasa menyatu
dalam kehidupan bersama beberapa lama, tetap harus mewaspadai bahwa mereka juga bisa
berfikir dan mempertimbangkan kepentingan pribadi. Mungkin ada kalanya berbohong
sedikit dan menyembunyikan hal-hal yang dianggap dapat merugikan dirinya, dalam hal
ini peneliti harus lebih pandai mengorek informasi menyembunyikan perasaan. Dengan

Universitas Sumatera Utara

demikian mungkin data yang akan diperoleh lebih bisa dipertanggung jawabkan (lexy,
2012).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus (case study). Metode Studi
kasus didefinisikan dan dipahami dengan berbagai cara. (Dalam Basrowi, 2002)
berpendapat bahwa studi kasus merupakan sebuah pendekatan yang mampu meneliti
tentang fenomena yang sederhana atau kompleks, dengan unit analisis yang bervariasi

mulai dari individu hingga korporasi dan bisnis yang besar, yang melibatkan berbagai
teknik pengumpulan data dan aplikasi teori. Berdasarkan pengertian tersebut, fokus dan
pendekatan studi kasus dapat diarahkan sesuai dengan sudut pandang individu atau
masyarakat. Karakter informasi yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan studi
kasus adalah informasi yang sangat kaya, detail, dan mendalam.
3.2

Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat beragam, hal ini

disebabkan karena sifat dari penelitian kualitatif terbuka dan luas, disesuaikan dengan
masalah, tujuan penelitian, serta sifat objek yang diteliti. Jika diperhatikan, metode yang
paling banyak digunakan dalam penelitian kualitatif adalah metode wawancara dan
observasi. Maka dengan itu, penelitian yang akan dilakukan ini pun menggunakan metode
yang sama yaitu metode wawancara. Alasan dipilih metode wawancara dalam penelitian
ini adalah karena didalam penelitian ini, informasi yang diperlukan adalah berupa kata-kata
yang diungEkapkan subjek secara langsung, sehingga dapat dengan jelas menggambarkan
perasaan subjek penelitian dan mewakili kebutuhan informasi dalam penelitian.
Wawancara (Poerwandari, 2007) mengungkapkan wawancara adalah percakapan dan
proses tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara makna

subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud

Universitas Sumatera Utara

melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui
pendekatan lain. Menurut Suwandi dan Basrori (2008), wawancara adalah suatu proses
komunikasi interaksional antara dua orang, setidaknya studi antaranya memiliki tujuan
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, dan biasanya melibatkan pemberian dan
menjawab pertanyaan. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam yaitu wawancara yang tetap menggunakan pedoman wawancara, namun
penggunaannya tidak seketat wawancara terstruktur.
Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara yang bersifat umum, yaitu
pedoman wawancara yang harus mencantumkan isu-isu yang harus diliputan pambentukan
urutan pertanyaan. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai
aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah
aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau dinyatakan (Purwandari, 2007). Adapun
aspek yang ingin diungkap penelitian melalui wawancara dalam penelitian ini adalah halhal yang berhubungan dengan gaya komunikasi verbal dan non verbal pemimpin.

3.2.1 Studi Lapangan (Field Research).
3.2.1.1 Observasi

Menurut Kusuma adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis
terhadap aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki. Adapun jenis-jenis observasi
tersebut diantaranya yaitu observasi terstruktur, observasi tak terstruktur, observasi
partisipan, dan observasi non partisipan. Dalam penelitian ini, sesuai dengan objek
penelitian maka, peneliti memilih observasi partisipan. Observasi partisipan yaitu suatu
teknik pengamatan dimana peneliti turun langsung kelapangan untuk mengamati dan
mencatat langsung terhadap objek penelitian, yaitu aktivitas masyarakat Pakpak Bharat

Universitas Sumatera Utara

sehingga peneliti dapat menentukan informan yang akan diteliti dan juga untuk mengetahui
jabatan, tugas/kegiatan, alamat, nomor telepon dari calon informan sehingga mudah untuk
mendapatkan informasi untuk kepentingan penelitian.
3.2.1.2 In-depth interview
Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara hampir sama dengan
kuesioner. Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3 kelompok yaitu wawancara terstruktur,
wawancara semi-terstruktur, dan wawancara mendalam (in-depth interview). Namun disini
peneliti memilih melakukan wawancara mendalam (in-depth interview), bertujuan untuk
mengumpulkan informasi dengan kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap,
dan pengalaman pribadi.

Wawancara mendalam (in-Depth interviewing), Walliman menyatakan “Interviews,
because of their flexibility, are a useful method of obtaining information and opinions from
expert during the early stages of the research project”. Pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan kepada informan bersifat open ended dan mengarah kepada kedalaman
informasi. Biasanya teknik ini dilengkapi dengan teknik cakap dengan dasar teknik
pancing dan lanjutannya semuka (Lexy, 2012)
Menghindari kehilangan informasi maka peneliti meminta ijin kepada informan
untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan wawancara mendalam, peneliti
menjelaskan atau memberikan sekilas gambaran dan latar belakang secara ringkas dan
jelas mengenai topik penelitian.
3.2.2 Studi Pustaka (Library Research),
Menambah informasi dalam penelitian dengan membaca buku, majalah, surat
kabar, dokumen-dokumen, undang-undang dan media informasi lain yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Universitas Sumatera Utara

3.3

Subjek Penelitian.

3.3.1 Karakteristik Informan.
Memudahkan peneliti dalam menentukan informan peneliti, maka perlu adanya

karakteristik informan. Adapun karakteristik informan.
a.

Tokoh Agama

b.

Tokoh Masyarakat yang mengerti sejarah Pakpak Bharat.

c.

Tokoh Adat

d. Masyarakat pendatang, yang berpindah ke Pakpak Bharat untuk mencari nafkah
dan sudah tinggal di Pakpak Bharat lebih dari lima tahun.
Penelitian kualitatif hal yang menjadi bahan pertimbangan utama dalam
pengumpulan data adalah pemilihan informan. Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan

istilah populasi. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah purposive sample.
Purposive sample adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2009). Selanjutnya menurut (Arikunto, 2010) pemilihan sampel secara
purposive pada penelitian ini akan berpedoman pada syarat-syarat yang harus dipenuhi
sebagai berikut :
a. Pengambilan informan harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik
tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok yang telah peneliti susun pada karakteristik
informan.
b. Subjek yang diambil sebagai informan benar-benar merupakan subjek yang paling
banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada karakteristik informan.
Seperti yang telah disebutkan bahwa pemilihan informan pertama merupakan hal
yang sangat utama sehingga harus dilakukan secara cermat, karena penelitian ini mengkaji
tentang peran kepala Bupati Pakpak Bharat. Peneliti memutuskan informan pertama atau

Universitas Sumatera Utara

informan kunci yang paling sesuai dan tepat ialah tokoh masyarakat yang mengerti tentang
sejarah Pakpak Bharat. Dari informan kunci ini selanjutnya diminta untuk memberikan
rekomendasi untuk memilih informan-informan berikutnya, dengan catatan memberikan
beberapa informan yang lain, sehingga peneliti dapat memilih kembali dari yang

direkomendasi informan pertama. Setiap karakteristik informan peneliti memilih dua orang
informan, akan tetapi jika data masih kurang maka peneliti menambahkan informan sesuai
dengan kebutuhan data. Dengan demikian jumlah informan dalam penelitian sementara
delapan informan.
3.4

Motode Analisi Data
Metode analisis interaktif Miles dan Huberman, model ini Mengajukan model

analisis data yang disebut sebagai model interaktif. Model interaktif terdiri dari tiga hal
utama, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Ketiga kegiatan tersebut
merupakan kegiatan yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah
pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang
disebut analisis miles dan huberman, 1992).
Gambar 3.1
Gambar table pengumpulan data

Pengumpulan Data
Penyajian Data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan/
Verifikasi

Universitas Sumatera Utara

Sumber : Miles dan Huberman, 1992
Model interaktif, tiga jenis kegiatan analisis dan kegiatan pengempulan data
merupakan proses siklus dan interaktif. Dengan sendirinya peneliti harus memiliki
kesiapan untuk bergerak aktif selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bola balik di
antara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan/verifikasi selama penelitian.
Miles dan Hubermen (1992), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi
data atau informasi bar u.
Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data
display) serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing / verification).
Sejumlah peneliti kualitatif berupaya mengumpulkan data selama mungkin dan bermaksud
akan menganalisis setelah meninggalkan lapangan. Cara tersebut untuk peneliti kualitatif
salah, karena banyak situasi atau konteks yang tak terekam dan peneliti lupa pada
situasinya, sehingga berbagai hal yang terkait dapat berubah menjadi fragmen-fragmen tak
berarti. Sehingga pekerjaan pengumpulan data bagi peneliti kualitatif harus langsung
diikuti dengan pekerjaan menuliskan, mengedit, mengklasifikasikan, mereduksi, dan
menyajikan yang selanjutnya.
3.4.1 Tahap Pengumpulan Data.
Proses analisis data interaktif ini kegiatan yang pertama adalah proses pengumpulan
data. Data kualitatif adalah data yang berupa kata-kata, fenomena, foto, sikap dan prilaku
keseharian yang diperoleh peneliti dari hasil observasi dengan menggunakan beberapa

Universitas Sumatera Utara

teknik seperti observasi, wawancara, dokumentasi dan menggunakan alat bantu yang
berupa kamera, video tape. Pada tahapan penelitian ini melakukan proses pengumpulan
data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan sejak awal.
Proses pengumpulan data melibatkan aktivitas, latar, dan konteks terjadinya pristiwa.
Sebagai alat pengumpulan data (human instrument), peneliti harus pandai-pandai
mengelola waktu yang dimilik, menampilkan diri, dan bergaul ditengah-tengah masyarakat
Pakpak Bharat.
Data penelitian kualitatif bukan hanya sekedar terkait dengan kata-kata, tetapi
sesunggunhnya yang dimaksud dengan data dalam penelitian kualitatif adalah segala
sesuatu yang diperoleh dari yang dilihat, didengar, dan diamati, data dapat berupa catatan
lapangan sebagai hasil pengamatan, deskripsi wawancara, catatan harian/pribadi, foto,
pengalaman pribadi, jurnal, cerita sejarah, surat-surat, agenda, atribut seseorang dan
simbol-simbol yang melekat.
3.4.2 Reduksi Data.
Reduksi Data dalam analisis data penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman
(1992: 16) sebagaimana ditulis Malik diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus
selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung.
Antisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak waktu penelitiannya
memutuskan kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan
pendekatan pengumpulan data mana yang dipilihnya. Selama pengumpulan data
berlangsung, terjadilah tahapan reduksi yang selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode,
menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, membuat memo). Reduksi

Universitas Sumatera Utara

data/transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir
lengkap tersusun.
Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan “reduksi data” peneliti tidak perlu
mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan
ditransformasikan dalam aneka macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui
ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan-nya dalam satu pola yang lebih luas.
Kadangkala dapat juga mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkat-peringkat,
tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana.
Proses analisis data mestinya dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber. Setelah dikaji, langkah berikutnya adalah membuat rangkuman
untuk setiap kontak atau pertemuan dengan informan. Dalam merangkum data biasanya
ada satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan tersebut. Kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan ini disebut membuat abstraksi, yaitu membuat ringkasan yang inti,
proses, dan persyaratan yang berasal dari responden tetap dijaga. Dari rangkuman yang
dibuat ini kemudian peneliti melakukan reduksi data yang kegiatannya mencakup unsurunsur spesifik termasuk;
1) Proses pemilihan data atas dasar tingkat relevansi dan kaitannya dengan setiap
kelompok data,
2) Menyusun data dalam satuan-satuan sejenis. Pengelompokkan data dalam satuan
yang sejenis ini juga dapat diekuivalenkan sebagai kegiatan kategorisasi/variable,

Universitas Sumatera Utara

3) Membuat koding data sesuai dengan kisi-kisi kerja penelitian.
Kegiatan lain yang masih termasuk dalam mereduksi data yaitu kegiatan memfokuskan,
menyederhanakan dan mentransfer dari data kasar ke catatan lapangan. Dalam penelitian
kualitatif-naturalistik, ini merupakan kegiatan kontinyu dan oleh karena itu peneliti perlu
sering memeriksa dengan cermat hasil catatan yang diperoleh dari setiap terjadi kontak
antara peneliti dengan informan
Sejumlah langkah analisis selama pengumpulan data menurut Miles dan Huberman
adalah :
Pertama, meringkaskan data kontak langsung dengan orang, kejadian dan situasi di
lokasi penelitian. Pada langkah pertama ini termasuk pula memilih dan meringkas
dokumen yang relevan. Kedua pengkodean. Pengkodean hendaknya memperhatikan
setidak-tidaknya empat hal :
a. Digunakan simbol atau ringkasan.
b. Kode dibangun dalam suatu struktur tertentu.
c. Kode dibangun dengan tingkat rinci tertentu
d. Keseluruhannya dibangun dalam suatu sistem yang integratif.
Ketiga, dalam analisis selama pengumpulan data adalah pembuatan catatan objektif.
Peneliti perlu mencatat sekaligus mengklasifikasikan dan mengedit jawaban atau situasi
sebagaimana adanya, faktual atau objektif-deskriptif. Keempat, membuat catatan reflektif.
Menuliskan apa yang terangan dan terfikir oleh peneliti dalam sangkut paut dengan catatan
objektif tersebut diatas. Harus dipisahkan antara catatan objektif dan catatan reflektif.
Kelima, membuat catatan marginal (Lexy, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Miles dan Huberman memisahkan komentar peneliti mengenai subtansi dan
metodologinya. Komentar subtansial merupakan catatan marginal. Keenam, penyimpanan
data. Untuk menyimpan data setidak-tidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
a. Pemberian label
b. Mempunyai format yang uniform dan normalisasi tertentu
c. Menggunakan angka indeks dengan sistem terorganisasi baik.
Ketujuh, analisis data selama pengumpulan data merupakan pembuatan memo.
Memo yang dimaksud Miles dan Huberman (1992) adalah teoritisasi ide atau
konseptualisasi ide, dimulai dengan pengembangan pendapat atau proposisi. Kedelapan,
analisis antarlokasi. Ada kemungkinan bahwa studi dilakukan pada lebih dari satu lokasi
atau dilakukan oleh lebih satu staf peneliti. Pertemuan antar peneliti untuk menuliskan
kembali catatan deskriptif, catatan reflektif, catatan marginal dan memo masing-masing
lokasi atau masing-masing peneliti menjadi yang konform satu dengan lainnya, perlu
dilakukan. Kesembilan, pembuatan ringkasan sementara antar lokasi. Isinya lebih bersifat
matriks tentang ada tidaknya data yang dicari pada setiap lokasi.
Mencermati penjelasan di atas, seorang peneliti dituntut memiliki kemampuan
berfikir sensitif dengan kecerdasan, keluasan serta kedalaman wawasan yang tertinggi.
Berdasarkan kemampuan tersebut peneliti dapat melakukan aktivitas reduksi data secara
mandiri untuk mendapatkan data yang mampu menjawab pertanyaan penelitian. Bagi
peneliti pemula, proses reduksi data dapat dilakukan dengan mendiskusikan pada teman
atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi tersebut diharapkan wawasan peneliti
akan berkembang, data hasil reduksi lebih bermakna dalam menjawab pertanyaan
penelitian (dalam Lexy, 2012).

Universitas Sumatera Utara

3.4.3 Display data
Pada tahap ini peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau penampilan
(display) dari data yang dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya, mengingat bahwa peneliti
kualitatif banyak menyusun teks naratif.

Display adalah format yang menyajikan

informasi secara tematik kepada pembaca. Miles dan Huberman (1992) memperkenalkan
dua macam format, yaitu : diagram konteks (context chart) dan matriks.
Penelitian kualitatif biasanya difokuskan pada kata-kata, tindakan- tindakan orang
yang terjadi pada konteks tertentu. Konteks tersebut dapat dilihat sebagai aspek relevan
segera dari situasi yang bersangkutan, maupun sebagai aspek relevan dari sistem sosial
dimana seseorang berfungsi (ruang kelas, sekolah, departemen, keluarga, agen, masyarakat
lokal), sebagai ilustrasi dapat dibaca Miles dan Huberman (1992)
Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisir, tersusun dalam pola
hubungan, sehingga makin mudah dipahami dan merencanakan kerja penelitian
selanjutnya. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga
menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat
dilakukan dengan cara menampilkan data, membuat hubungan antar fenomena untuk
memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapai
tujuan penelitian. Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju
tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal.
Miles and Hubermen (1992) menyatakan : ”the most frequent form of display data
for qualitative research data in the post has been narrative text”/yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif. Miles dan Huberman membantu para peneliti kualitatif dengan modelmodel penyajian data yang analog dengan model-model penyajian data kuantitatif statis,

Universitas Sumatera Utara

dengan menggunakan tabel, grafik, amatrik dan semacamnya; bukan diisi dengan angkaangka melainkan dengan kata atau phase verbal.
Melakukan display data, selain dengan teks yang naratif juga dapat berupa : bagan,
hubungan antar kategori, diagram alur (flow chart), pictogram, dan sejenisnya. Kesimpulan
yang dikemukakan ini masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan buktibukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya
3.4.4 Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Langkah selanjutnya adalah tahap penarikan kesimpulan berdasarkan temuan dan
melakukan verifikasi data. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti buat
yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk mendapatkan buktibukti inilah yang disebut sebagai verifikasi data. Apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi
yang ditemukan saat peneliti kembali ke lapangan maka kesimpulan yang diperoleh
merupakan kesimpulan yang kredibel.
Langkah verifikasi yang dilakukan peneliti sebaiknya masih tetap terbuka untuk
menerima masukan data, walaupun data tersebut adalah data yang tergolong tidak
bermakna. Namun demikian peneliti pada tahap ini sebaiknya telah memutuskan antara
data yang mempunyai makna dengan data yang tidak diperlukan atau tidak bermakna. Data
yang dapat diproses dalam analisis lebih lanjut seperti absah, berbobot, dan kuat sedang
data lain yang tidak menunjang, lemah, dan menyimpang jauh dari kebiasaan harus
dipisahkan. Kualitas suatu data dapat dinilai melalui beberapa metode, yaitu :
a. Mengecek representativeness atau perwakilan data
b. Mengecek data dari pengaruh peneliti

Universitas Sumatera Utara

c. Mengecek melalui triangulasi
d. Melakukan pembobotan bukti dari sumber data-data yang dapat dipercaya
e. Membuat perbandingan atau mengkontraskan data
f. Menggunakan kasus ekstrim yang direalisasi dengan memaknai data
negatif
Mengkonfirmasi makna setiap data yang diperoleh dengan menggunakan satu cara
atau lebih, diharapkan peneliti memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk
mendukung tercapainya tujuan penelitian. Penarikan kesimpulan penelitian kualitatif
diharapkan merupakan temuan baru yang belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya remang-remang atau gelap menjadi
jelas setelah diteliti. Temuan tersebut berupa hubungan kausal atau interaktif, bisa juga
berupa hipotesis atau teori.
3.5

Sumber Data
3.5.1 Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui lapangan pada objek penelitian.

Peneliti turun langsung ke objek penelitian untuk mengumpulkan data melalui wawancara
dengan beberapa informan, mengamati lokasi penelitian dan mencatat data yang
didapatkan dilapangan.
3.5.2 Data Sekunder
Peneliti juga melakukan telaah pustaka, yaitu mengumpulkan data dari barbagai
sumber informasi yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Sumber informasi yang
dimaksud dapat berupa buku, jurnal, koran, dan sumber informasi lainnya yang ada
kaitannya dengan masalah penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

3.6

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat sebagai salah satu kabupaten

pemekaran dari Kabupaten Dairi. Menjadi alasan peneliti untuk memilih Kabupaten
Pakpak Bharat adalah Kabupaten ini sudah mendapatkan beberapa prestasi penghargaan
dari pemerintah pusat dan lokasi ini terpencil, sedangkan kabupaten masih muda.
Pencapaian prestasi satu kabupaten tidaklah mudah oleh karena pemimpin perlu strategi
baru.
Kondisi masyarakat yang kental dengan hukum adat juga jarak antara pedesaan di
Kabupaten Pakpak Bharat berjauh dan penerangan di jalan sangat sedikit, sehingga ingin
berkunjung dimalam hari sangat sulit. Kondisi perumahan masyarakat berkelompokkelompok sehingga komunikasi antar kelompok tersebut lebih kuat dari pada komunikasi
kepada pemimpin, bahkan peraturan yang dikeluarkan bupati terlebih dahulu didiskusikan
bersama masyarakat sehingga ketika tidak sesuai maka masyarakat dengan serentak tidak
melaksanakan. Masyarakat Pakpak Bharat juga masih banyak yang bersifat primitive
sehingga perlu metode-metode untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
TEMUAN PENELITIAN

4.1 Diskripsi Lokasi Penelitian.
Lokasi Penelitian dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat yang ibukotanya Salak,
Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Pakpak Bharat memiliki delapan kecamatan antara
lain, Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Pagindar, Kecamatan Pergetteng Getteng Sengkut,
Kecamatan Salak, Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jahe,
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan tinada dan 52 jumlah desa. Kabupaten
Pakpak Bharat merupakan pemekaran dari Kabupaten Dairi yang dimekarkan pada tanggal
28

juli

tahun

2003

bupati

pelaksana

pada

saat

itu

adalah

Tigor

Solin

(http://www.Pakpakbharatkab.go.id/content/ read/20/) dan masyarakat dominan etnis
Pakpak. Bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat adalah Bahasa Pakpak dan masih
banyak yang tidak memahami Bahasa Indonesia dengan baik, masyarakat Pakpak Bharat
dominan beragama Kristen.
Menuju Pakpak Bharat dari Kabupaten Dairi dan Subulussalam, sedangkan
Perkantoran berada di satu bukit yang bernama SINDEKA. Perjalanan menuju
Kabupaten Pakpak Bharat dari Dairi mencapai satu jam dan jika tidak terbiasa bisa
mencapai satu setengah jam karena banyak melewatijalan belokan. Pemekaran
kabupaten yang dipelopori oleh Bapak M.P Tumanggor dan tokoh-tokoh adat di
wilayah Pakpak Bharat yaitu tokoh Adat Marga Berutu, Manik, Padang, Tumanggor
kondisi masyarakat pada saat itu belum mencukupi namun Pemerintah Pusat tetap
memekarkan Kabupaten dengan tujuan pencapaian peningkatan infrastruktur daerah.
4.2 Diskripsi Informan

75

Universitas Sumatera Utara

Informan dalam penelitian ini berjumlah delapan orang sebagai informan utama.
Pemilihan informan juga akan merujuk pada karakteristik yang telah ditentukan lebih awal,
Menurut Arikunto (2010) pemilihan sampel secara purposive pada penelitian ini akan
berpedoman pada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Informan diklasifikasikan menurut
tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama dan mewakili dari pegawai negeri sipil.
Informan yang terpilih telah dilakukan seleksi terlebih dahulu oleh peneliti, informan yang
terpilih akan memberikan data yang akurat terkait yang dibutuhkan oleh peneliti.
Delapan informan terbagi dari dua orang dari tokoh agama Islam, dua orang tokoh
agama Kristen, dua orang tokoh Adat dari suku pakpak yang marga Berutu dan marga
Manik kedua mayoritas di Kabupaten Pakpak Bharat, dan dua orang dari pegawai
pemerintahan. Kedelapan informan mewakili dari seluruh elemen masyarakat Pakpak
Bharat dan perwakilan marga dipilih dari marga yang mayoritas. Delapan informan
tersebut yang mampu dan mau memberikan informasi dengan detail tentang bupati dalam
komunikasi verbal dan non verbal. Informan yang terpilih juga sudah pernah melihat,
mendengar dan sering bertemu dengan bupati, untuk membantu informan lebih bebas
dalam

memberikan

opini

maka

peneliti

menyembunyikan

data

pribadi

informan.Masyarakat Pakpak Bharat masih kental dengan hubungan adat istiadat juga
masih sedikit masyarakatnya sehingga mudah untuk dikenali.Biasanya jika memberikan
informasi tentang pemerintah terkait keburukan dan kelemahan akan dianggap sebagai
masyarakat yang kontra dengan pemerintah.
4.3 Proses Penelitian
Penelitian dimulai pada bulan desember tahun 2014 hingga mendapatkan data yang
jenuh atau data sudah valid, dalam melakukan observasi peneliti terlebih dahulu
melakukan peninjauan lokasi penelitian.Peneliti kemudian mengklasifikasikan calon

Universitas Sumatera Utara

informan, agar mendapatkan informan yang akuntabel sehingga data yang dibutuhkan
akurat dan terpercaya. Masyarakat Pakpak Bharat masih banyak yang kurang mampu
dalam menggunakan bahasa Indonesia terutama tokoh adat dan tokoh masyarakatnya,
sehingga dalam menggali informasi peneliti juga sering menggunakan Bahasa Pakpak.
Informan adalah tokoh masyarakat, tokoh adat, pemuka agama dan jajaran
pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dengan menyesuaikan karakteristik yang telah
peneliti tetapkan.Informan yang terpilih mewakili dari seluruh elemen masyarakat Pakpak
Bharat.Data pribadi informan di samarkan, untuk menjaga privasi informan agar lebih
terbuka dalam memberikan informasi yang peneliti butuhkan.
Setelah seminar proposal tesis peneliti langsung mengajukan surat pemberitahuan
penelitianke Pemkab Pakpak Bharat melalui Bapollinmas. Penelitian dilaksanakan di
Kabupaten Pakpak Bharat. Setelah itu peneliti melakukan penelitian dengan tahap awal
pendekatan dengan masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang informan, dan
nantinya dapat memberikan informasi terkait data-data yang di butuhkan peneliti. Peneliti
terkendala dalam melakukan proses observasi penelitian dikarenakan sistem administrasi
Pemerintahan yang kurang tanggap terhadap penelitian mahasiswa, sehingga peneliti harus
menunggu proses penelitian.
Pendekatan terhadap calon informan akan mempermudah peneliti dalam
menetapkan informan. Keterkaitan akan “cerita” orang lain merupakan hal dasar motivasi
seseorang untuk memahami orang lain melalui proses wawancara. Seidman (2006)
menyatakan bahwa ketertarikan terhadap cerita orang lain adalah dasar memungkinkan
penggalian nilai valuedari interview melalui kemampuan verbal responden.
4.4 Reduksi Data.

Universitas Sumatera Utara

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu dicatat
secara diteliti dan dirincikan. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, semakin lama
peneliti melakukan penelitiandi lapangan, maka jumlah data yang diperoleh akan semakin
banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, serta mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data,menganalisis data, dan mencari tambahan data apabila
diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan
dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu,
apabila peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang
asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian
peneliti dalam melakukan reduksi data.
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan,
keleluasaan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam
melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman atau orang lain yang
dipandang cukup menguasai permasalahan yang diteliti. Melalui diskusi itu, wawasan
peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan
dan pengembangan teori yang signifikan.
Informan I
Informan pertama bernama D.Berutu berusia 60 tahun, suku Pakpak, pekerjaan
sebagai petani dan bertempat tinggal di kecamatan Salak Kabupaten Pakpak
Bharat.D.Berutu merupakan tokoh agama Islam, informan ini merupakan tokoh agama

Universitas Sumatera Utara

Islam yang terkemuka di Kabupaten Pakpak Bharat terlihat dari sikap dan
penampilan.D.Berutu memiliki warna kulit hitam, berbadan tinggi, kurus dan rambut
pendek. Kelebihan beliau dari tokoh lainnya beliau lebih dingin dan positif dalam
menanggapi permasalahan pada masyarakat. Kegiatan kemasyarakatan D.Berutu selalu
diutamakan untuk berbicara, namun dalam pandangan politik beliau tidak terpengaruh dan
tidak masuk dukungan pada calon bupati berikutnya, sehingga peneliti memilih yang
menjadi informan pertama dari tokoh agama Islam adalah D.Berutu.
Opini informan pertama, Remigo Yolando Berutu kurang dalam penguasaan bahasa
daerah dan lebih sering menggunakan bahasa Indonesia. Informan berpendapat beliau
bukan pemimpin yang sejati. Menutupi kelemahan bupati dalam penguasaan bahasa daerah
menggabungkan bahasa Indonesia dengan bahasa Pakpak. Seorang pemimpin seharusnya
mampu menguasai bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat. Bupati Pakpak
memiliki legalitas pendidikan yang jelas dan lebih baik dari bupati Dairi sehingga ada nilai
lebih untuk menutupi kekurangan bupati dalam menguasai bahasa daerah.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang lebih efektif untuk melanjutkan
pembangunan oleh karena itu pemimpin di Kabupaten Pakpak Bharat harus mampu dan
mahir dalam menggunakan bahasa Pakpak, cara pandang masyarakat masih primitif dan
suku dominan adalah suku pakpak. Penggunaan bahasa pakpak bupati terlihat kaku dan
janggal sehingga informan berpandangan bupati terlihat sombong.
Beliau aktif dalam kegiatan masyarakat seperti pesta adat walau sebagai pelengkap
penyempurna. Kehadiran bupati juga membantu untuk dapat menguasai bahasa daerah dan
adat istiadat pakpak, dalam hal ini pandangan informan pertama tentang penguasaan
bahasa bupati adalah:
“Remigo Yolando Berutu sangat mahir dalam penguasaan bahasa, sehingga
pesan yang disampaikan kepada masyarakat mudah untuk dimengerti, bupati

Universitas Sumatera Utara

lebih sering menggunakan bahasa Indonesia dari pada bahasa daerah. Setiap
berjumpa dengan masyarakat selalu memberikan motivasi agar masyarakat
tetap bersimpati kepada bupati. Dalam pertemuan persuasif bupati juga mampu
menggunakan bahasa daerah namun tidak sempurna seperti masyarakat lain “
mer pasir-pasir” bercampur dengan bahasa pakpak dan bahasa Indonesia.
Bupati menggunakan bahasa daerah terlihat janggal dan kaku, sehingga ada
istilah baru “bahasa pakpak logat Jakarta” artinya menggunakan bahasa Pakpak
namun nadanya seperti orang jawa. Bupati juga sering mengikuti kegitan pesta
adat pakpak agar lebih cepat dalam memahami bahasa pakpak.”
Pesan yang disampaikan bupati singkat padat dan jelas sehingga masyarakat mudah
untuk memahaminya. Penyampaian janji-janji bupati tak luput dari perhatian informan
pertama dan dapat disimpulkan bupati tidak terlalu banyak menyampaikan janji-janji
sehingga masyarakat lebih percaya saat bupati berpidato. Pandangan masyarakat melalui
informan pertama tentang kata-kata bupati adalah mudah untuk dimengerti dan dipahami
oleh masyarakat banyak. Selain itu, penyampaiannya sederhana dan tidak bertele-tele.
Pergaulan bupati lebih sering kepada kalangan elit seperti legislatif, wartawan dan orangorang yang ikut serta memenangkan bupati saat pilkada sedangkan pada masyarakat umum
hanya sekedar tegur sapa.
Banyak pandangan positif yang diberikan masyarakat tidak dihiraukan begitu saja,
sehingga masyarakat akan lebih memilih untuk mendengarkan hal yang disampaikan
bupati. Informan pertama juga menegaskan dalam pandangan lain bupati memiliki banyak
kata-kata yang sudah dianggap basa-basi oleh masyarakat karena setiap berjumpa dengan
bupati banyak disampaikan namun lebih banyak lagi yang tidak terealisasi.
Informan berpendapat seorang pemimpin di Pakpak Bharat harus memahami katakata kiasan Pakpak. Bupati kurang mahir dalam kata-kata kiasan Pakpak namun bupati
menutupi kekurangannya, setiap bupati tidak memahami kata kiasan tersebut maka akan
diterjemahkan oleh asistennya. Oleh karena itu setiap bupati turun kelapangan selalu penuh
dengan pengawal, khususnya penerjemah bahasa. Harapan masyarakat Pakpak khususnya
yang berada di sekitar Pakpak Bharat yang sesungguhnya bupatilah yang membawakan

Universitas Sumatera Utara

dengan menunjukkan jati diri sebagai suku Pakpak melalui kata-kata kiasan dan identitas
adat istiadat.
Bupati menjaga percakapan dengan seluruh elemen masyarakat sesuai dengan
kelasnya, karena jumlah masyarakat Pakpak Bharat masih sedikit sehingga percakapan
bupati selalu tidak didengar oleh masyarakat dan menjadi perbincangan di warung kopi.
Bupati kurang memahami bahasa daerah namun mahir dalam berbahasa inggris karena
bupati merupakan lulusan luar negeri. Bupati hadir di kabupaten Pakpak Bharat setelah
menjabat sebagai wakil bupati Sebelumnya bupati tinggal di ibu kota Jakarta.
“Bupati menjaga percakapan khususnya pada masyarakat, untuk
menghindari maksud dari percakapan yang salah, dalam kondisi masyarakat
dengan pola pikir yang masih primitif dalam pembicaraan sehingga akan
melekat lama pada masyarakat tersebut. Bupati sering bercanda kepada
masyarakat namun pada orang tertentu bupati jarang bercanda. Bupati high
class dalam berbicara, seolah-olah bupati lebih dari semua orang. Pada
dasarnya apa yang yang telah disampaikan bupati belum tentu
dilaksanakannya. Bupati tidak banyak memebrikan janji-janji agar tidak
benyak tagihan masyarakat. Pemberian bantuan kepada mahasiswa yang
berkuliah di universitas negeri akan diseleksi dengan transparan namun
kenyataannya tidak direalisasikan. Bupati sering memberikan harapan palsu,
harapan yang telah dijanjikan diutarakan sehingga menarik simpati
masyarakat.”

Bupati berbicara dengan masyarakat sesuai dengan usia, biasanya lebih terlihat
lembut bupati kepada orang tua yang sudah lanjut usia. Gaya komunikasi bupati terlihat
berbeda merangkul, memeluk dan memberikan kelebihan perhatian kepada orang tua
tersebut. Karena perbedaan tersebut, lebih banyak kalangan orang tua lansia yang
menyukai sikap bupati sedangkan untuk kalangan anak muda dan orang tua memandang
bupati hanya sekedar saja.
Penyambutan tamu Pemerintahan Kabupaten Pakpak Bharat juga merasa bupati luar
biasa karena bupati selalu memberikan kehangatan kepada tamu, dan mengutamakan
kepentingan tamu diatas kepentingan pribadi.

Universitas Sumatera Utara

Pada dasarnya bupati mudah untuk di ajak kerjasama dan selalu memberikan
peluang kepada orang lain untuk berkarya namun banyak masyarakat dan jajaran
pemerintahan yang merasa tidak diperhatikan oleh bupati. Berikut Opini informan:
“Pada kegiatan sehari-hari bupati berbincang dengan masyarakat
tentang kegiatan yang telah dilaksanakan bupati. Gaya komunikasi bupati
kepada orang tua yang sudah lanjut usia sangat berbeda. Penyambutan tamutamu dari luar kota selalu di utamakan bupati bahkan ketika ada kegiatan sering
di kensel untuk menyambut tamu. Berjumpa dengan bupati harus melalui
protokol dan penuh dengan pengamanan, sepertinya bupati sangat berhati-hati
saat berjumpa dengan masyarakat. Sering bertolak belakang dengan kenyataan,
seperti pemberian kebebasan untuk masyarakat mengadu kepadanya namun
berjumpa saja harus penuh dengan syarat, menunggu dan pengamanannya
sangatlah ketat, hal ini membuat masyarakat malas berjumpa.”
Remigo Yolando Berutu saat berpidato selalu menggebu-gebu penuh dengan
semangat. Intonasi suara tinggi sehingga seluruh audiens tetap fokus mendengarkan pidato
bupati. Nada suara yang tinggi untuk mepertegas dari isi pesan yang disampiaikan bupati
kepada audiens, selain itu juga budaya di Pakpak Bharat berbicara dengan intonasi suara
tinggi.
Remigo Yolando Berutu lemah dalam pengambilan keputusan pada permasalahan
yang terjadi di sekitar masyarakat yang dipimpinnya, sering mempertimbangkan dengan
tidak seimbang. Remigo Yolando Berutu lebih mengutamakan orang terdekat. Beliau juga
sangat tegas dalam berbicara, penuh wibawa, kharismatik dan lantang. Inilah Opini
informan:
“Ketegasan bupati dalam berbicara membuat audiens tidak pernah
membantah ucapan bupati pada saat itu namun kebanyakan setelah bupati
berpidato jarang ada yang memperdulikan pesan yang disampaikan walau
masyarakat mendengarkanya terlihat serius. Bupati Pakpak Bharat yang tegas
masa jabatan almarhum Muger Hery Berutu, dalam pengambilan keputusan
tidak pernah memandang jabatan dan kedekatan, murni menegakkan
kebenaran. Sedangkan Remigo lebih mengutamakan kepentingan sendiri dan
orang terdekat beliau.”

Universitas Sumatera Utara

Bupati

sering

menyampaikan

kepada

masyarakat

“ketika

ada

pegawai

pemerintahan mempersulit secepatnya dilaporkan”. Pada kenyataan laporang yang telah
disampaika tidak pernah digubrisnya dan masyarakat menjadi tidak ingin memberikan
kritik dan saran kepada bupati.
Vocal suara Remigo Yolando Berutu saat berbicara sangat jelas dan mudah untuk
dipahami,isi pesan yang disampaikan juga jelas sehingga masyarakat senang mendengar
pidato bupati. Bupati berbincang untuk hal yang serius biasanya 30 menit selebihnya
bupati akan berbicara dengan canda-candaan akan tetapi kepada pejabat pemerintahan
lebih terlihat serius, biasanya hingga selesai rapat bupati selalu tegang dan terlihat serius.
“Bupati orang yang berpendidikan dan memiliki keluarga yang
terpandang sehingga dari wawasan seharusnya sudah lebih jauh dipahami oleh
bupati akan tetapi kalau dari kenyataan bupati tidak menerapkan ilmu yang
dimiliki untuk mengayomi masyarakat, dalam kegiatan sehari-hari bupati
selalu menggunakan alat bantu selama bupati ada di Pakpak Bharat tidak
pernah terlepas dari body guard sehingga untuk berbicang dengan bupati tidak
dapat Bebas dan harus diperiksa oleh ajudan baru dapat berjumpa dengan
bupati dan ketika berjumpa lebih banyak bupati yang berbicara. Nasehatnasehat banyak disampaikan bupati dengan makna yang tinggi namun yang
disayangkan nasehat yang diberikan bupati sendiri tidak menjalankan.”

Bupati memiliki ciri khas yang berbeda dan cara bertingkah laku yang berbeda.
Remigo adalah orang yang tidak mampu menyembunyikan perasaannyadan langsung
terlihat dari raut wajahnya.Walaupun terkadang saat marah beliau tersenyum akan tetapi
terlihat jelas dari senyumnya seperti terpaksa. Remigo Yolando Berutu pemimpin yang
keras dan program harus jelas, terstruktur juga terjadwal jika tidak maka langsung diambil
keputusan tersendiri.
Bupati memandang dengan mata melotot dan tajam sehingga banyak pandangan
masyarakat bupati keras. Bupati memang orang yang tegas penentuan sikap tidak ingin
berubah wajib pada korider. Opini informan

Universitas Sumatera Utara

“Pandangan mata Remigo Yolando Berutu tajam dan bola mata
terlihat lebih besar seperti melotot, Remigo Yolando Berutu sering
berkomunikasi dengan kedipan mata kepada individu-individu lainnya,
menyampaikan pesan dengan tegas dan intonasi suara yang tinggi pandangan
mata bupati terlihat tajam sehingga langsung menyentuh perasaan audiens”
Remigo Yolando Berutu sering memakai pakaian bermotif adat Pakpak berlengan
pendek dan memakai jam tangan. Bupati terlihat formal hanya ketika mengikuti agendaagenda resmi, namun jika kesehariannya bupati biasanya lebih terlihat gagah dengan postur
tubuh yang dimilikinya. Gaya bupati banyak disukai kaum ibu-ibu karena gagah dan
terlihat bersih setiap hari. Opini informan
“Penampilan bupati tidak terlalu mecolok bahkan lebih sering menggunakan
pakain biasa. Dari gaya penampilan bupati juga perhatian masyarakat, bupati
terlihat ramah didepan masyarkat banyak dan sifat aslinya akan terihat saar
berjumpa berduan atau dialong tertutup, bupati juga orang yang tidak pernah
berpikir gagal setiap yang dipikirkan bupati wajib tercapai.”
Belakangan ini bupati sering turun langsung kepada masyarakat untuk berdialong
atau minum kopi bareng dan berdiskusi langsung kepada masyarakat. Banyak masyarakat
menganggap kunjungan bupati untuk memperbaiki citra dan mengambil simpati
masyarakat persiapan pilkada 2015. Seorang pemimpin yang memiliki jabatan politik
sudah menjadi rahasia umum. Bahkan menghalalkan segala cara untuk mengambil jabatan
tersebut, sehingga saat menjabat sebagai bupati akan mendahulukan kepentingan pribadi
dari pada kepentingan orang banyak.
Bupati berjabat tangan, memeluk dan merangkul audiensnya apabila dari kalangan
pejabat, sehingga mudah untuk membedakan orang yang dekat atau bagian dari bupati.
Beliau hanya berjabat tangan dengan rakyat biasa. Kalangan orang tua yang sudah lanjut
usia dan ibu-ibu lebih dekat kepada bupati sehingga sangat fanatik dengannya. Hal ini
merupakan salah satu cara bupati untuk meng-cover pendukungnya. jika ada orang yang
tidak suka maka akan mengimbangi dari orang-orang yang tidak suka dengan

Universitas Sumatera Utara

kepemimpinan bupati namun jika dilihat dari strategi bupati sangat efektif dan kenyataan
sehingga tidak ada gejolak yang terjadi selama masa jabatan bupati.
“Acara ulang tahun Pakpak Bharat juga sebagai pesta rakyat Pakpak Bharat
biasanya bupati berada di lingkaran masyarakat tidak menduduki kursi bupati
yang telah disediakan, pada kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat
banyak bupati selalu berada pada lingkaran masyarakat atau duduk disamping
masyarakat dalam hal ini masyarakat sering memuji bupati dan memandang
bupati orang yang sederhana rendah hati dan tidak terlalu menunjukkan
jabatan, namun para pejabat pemerintahan seperti kepala dinas yang banyak
unjuk gigi oleh karena itu banyak masyarakat yang cinta kepada bupati dan
benci kepada jajaran pejabat pemkab. Kelemahan bupati adalah menyusun
pejabat pemerintahan yang mampu mengikuti alur pemikiran bupati sehingga
program yang disusun oleh bupati dapat dilasanakan sesuai harapan yang telah
ditentukan”.
Bupati Pakpak Bharat sangat perhitungan dengan waktu. Setiap upacara bendera
wajib tepat waktu, ketika ada pegawai yang terlambat langsung ditegur karena bupati tidak
pernah terlambat untuk upacara. Begitu juga dengan apel pagi bagi pegawai tidak boleh
lewat dari jadwal yang telah ditentukan. Kunjungan ke-masyarakat lebih sering bupati
terlebih dahulu sampai di tempat dan menunggu masyarakat, dengan tujuan membangun
citra baik kepada masyarakat oleh karena itu bupati mendapat julukan “pencitraan setiap
saat”. Ketaatan bupati dengan waktu membuat semua program-program juga harus dapat
diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan bahkan jika tidak terlaksana maka
agenda yang telah dijadwalkan dialihkan atau diagendakan kembali.Masyarakat banyak
suka dengan bupati karena tepat waktu sehingga masyarakat tidak lama menunggu.
Seorang pemimpin dalamhal ini bup