Status Hubungan Kerja Pekerja Rumahan Menurut Undang-undang Ketenagakerjaan

BAB II
PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N0.
177

A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara
Anggota
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) merupakan organisasi perdamaian
dunia yang

pada awalnya dibentuk akibat adanya kepentingan hubungan

internasional antar Negara sehingga diperlukan suatu badan yang dapat
menampung kehendak banyak Negara dan memberikan harapan baru kepada
anggotanya,adapun bentuk usaha dan harapan yang akan dicapai Perserikatan
Bangsa-Bangsa tercantum dalam Pasal 1 Piagam PBB yang menyebutkan:
a. Memelihara perdamaian dan keamanan
b. Mengembangkan hubungan bersahabat antar bangsa
c. Mengusahakan kerjasama internasional dalam memecahkan permasalahan

yang bersifat ekonomi, sosial, kebudayaan dan kemanusiaan serta
memajukan dan mendorong penghormatan hak asasi dan kebebasan dasar

manusia
d. Menyelaraskan tindakan bangsa-bangsa dalam mencapai tujuan bersama

tersebut.37
Usaha dan harapan yang akan dicapai PBB tidak akan berhasil tanpa
adanya konflik antar Negara yang muncul terus menerus dan memiliki bentuk
yang beragam salah satunya kepentingan tentang pekerja atau buruh oleh sebab itu

37

Sugeng Istanto, Hukum Internasional, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, 1994), halaman 127.

Universitas Sumatera Utara

untuk menangani dan menyelesaikan kepentingan tersebut PBB membentuk
organisasi perburuhan internasional atau yang dikenal dengan International
Labour Organization (ILO), selain ILO organisasi yang ada di PBB, yaitu:
a. Food and Agriculture Organization (FAO)atau dikenal dengan Organisasi
Pangan dan Pertanian

b. International

Civil

Aviation

Organization

(ICAO)

atau

dikenal

dengan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional
c. Agricultural

Development

(IFAD)


atau

dikenal

dengan

Dana

Internasional untuk Pengembangan Pertanian
d. International

Maritime

Organization

(IMO)

atau


dikenal

denganOrganisasi Maritim Internasional
e. International Telecommunication Union (ITU) atau dikenal denganUni
Telekomunikasi Internasional
f. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO) atau dikenal dengan Organisasi Pendidikan, Pengetahuan dan
Kebudayaan PBB
g. United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) atau
dikenal denganOrganisasi Pengembangan Industri PBB
h. Universal Postal Union (UPU) atau dikenal denganKesatuan Pos Sedunia
i.

World Health Organization (WHO) atau dikenal denganOrganisasi
Kesehatan Dunia

j.

World


Intellectual

Property

Organization

(WIPO)

atau

dikenal

denganOrganisasi Hak atas Kekayaan Intelektual Dunia

Universitas Sumatera Utara

k. World

Meteorological


Organization

(WMO)

atau

dikenal

denganOrganisasi Meteorologi Dunia
l.

World Tourism Organization (UNWTO) atau dikenal dengan atau dikenal
dengan Organisasi Pariwisata Dunia

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan badan Perserikatan
Bangsa-bangsa yang bertujuan memajukan kesempatan bagi laki-laki dan
perempuan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif dalam kondisi
yang merdeka, setara, aman, bermartabat, 38 organisasi ini memiliki perhatian
khusus terhadap pekerja rumahan atau buruh rumahan.
ILO didirikan pada tahun 1919, sebagai bagian dari Perjanjian Versailles

yang mengakhiri Perang Dunia Pertama, untuk mencerminkan keyakinan bahwa
perdamaian yang universal dan abadi hanya dapat dicapai bila didasari pada
keadilan sosial. Para pendiri ILO telah berkomitmen untuk memasyarakatkan
kondisi kerja yang manusiawi serta memerangi ketidakadilan, penderitaan dan
kemiskinan. Pada 1944, yaitu sewaktu terjadi krisis internasional kedua, para
anggota ILO membangun tujuan-tujuan ini dengan menerapkan Deklarasi
Philadelphia, yang menyatakan bahwa pekerja bukanlah komoditas dan
menetapkan hak asasi manusia (HAM) dan hak ekonomi berdasarkan prinsip yang
menyatakan bahwa “kemiskinan akan mengancam kesejahteraan di mana-mana”.
Pada 1946, ILO menjadi lembaga spesialis pertama di bawah PBB yang baru saja
terbentuk. Saat peringatan hari jadinya yang ke 50 di tahun 1969, ILO menerima
38

http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilojakarta/documents/legaldocument/wcms_145822.pdf diakses pada tanggal 20 September
2016.

Universitas Sumatera Utara

Hadiah Nobel Perdamaian. Besarnya peningkatan jumlah negara yang bergabung
dengan ILO selama beberapa dasawarsa setelah masa Perang Dunia ke-II telah

membawa banyak perubahan. Organisasi ini meluncurkan programprogram
bantuan teknis untuk meningkatkan keahlian dan memberikan bantuan kepada
pemerintah, pekerja dan pengusaha di seluruh dunia, terutama di negara-negara
yang sedang berkembang. Di negara-negara seperti Polandia, Cile dan Afrika
Selatan, bantuan ILO mengenai hak-hak serikat pekerja berhasil membantu
perjuangan mereka dalam memperoleh demokrasi dan kebebasan. 39
ILO memiliki suatu standar yang berlaku umum berbentuk Konvensi dan
Rekomendasi Ketenagakerjaan Internasional, selain itu juga berlaku tentang
kondisi kerja pekerja rumahan yang dimuat dalam Konvensi Kerja Rumahan
Tahun 1996 No. 177, Konvensi ILO No. 177 ini berlaku semenjak 22 April 2000
yang diadopsi dari Konvensi Jenewa, ILC sesi ke-83 yang terdiri dari 18 pasal. 40
Kekuatan mengikat konvensi tersebut berlaku setelah disidangkan di
Jenewa oleh Badan Pimpinan Kantor Perburuhan Internasional, dan setelah
bertemu dalam Sesinya yang ke-Delapan puluh tiga pada tanggal 4 Juni 1996, dan
Mengingat

bahwa

banyak


Konvensi dan

Rekomendasi ketenagakerjaan

internasional meletakkan standar-standar yang berlaku umum tentang kondisi
kerja juga berlaku untuk pekerja rumahan, dan Memperhatikan bahwa kondisikondisi tertentu yang menjadi karakteristik kerja rumahan membuatnya
diinginkan untuk meningkatkan penerapan Konvensi-konvensi dan Rekomendasi39

http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@robangkok/documents/publication/wcms_098256.pdf diakses pada tanggal 19 September
2016.
40
Ibid

Universitas Sumatera Utara

rekomendasi untuk pekerja rumahan, dan untuk melengkapinya dengan standarstandar yang mempertimbangkan karakteristik khusus kerja rumahan, dan Setelah
memutuskan untuk mengadopsi usulan-usulan tertentu yang berkenaan dengan
kerja rumahan, yang merupakan butir keempat dalam agenda sidang, dan
Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) K177 6 K177 - Konvensi Kerja
Rumahan, 1996 (No. 177) Setelah menetapkan bahwa usulan-usulan tersebut akan

berbentuk sebuah Konvensi Internasional; mengadopsi, pada hari keduapuluh satu
bulan Juni tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh enam, Konvensi berikut,
yang dapat disebut sebagai Konvensi Kerja Rumahan, 1996.
1. Produk ILO yang berbentuk Konvensi dan Rekomendasi
a. Konvensi
Konvensi adalah ketentuan Internasional di bidang Hukum dalam hal ini
perburuhan yang diterapkan dalam Konvensi ILO (Internasional Labour
Organisation). Ketentuan – ketentuan dalam konvensi ini harus diratifikasi
terlebih dahulu oleh Negara-negara peserta supaya dapat mengikat. 41
Adapunbeberapa daftar Konvensi ILO antara lain:
1. Konvensi ILO Nomor 19 tentang perlakuan yang sama bagi buruh warga
Negara dan asing dalam hal pemberian ganti rugi pada kecelakaan
2. Konvensi ILO Nomor 27 tentang beratnya barang besar, beratnya pada
pengangkutan dalam kapal
3. Konvensi ILO Nomor 29 tentang kerja paksa atau kerja wajib

41

http://choeroetz.blogspot.co.id/2013/05/daftar-konvensi-internasionaltentang.html diakses pada tanggal 21 September 2016.


Universitas Sumatera Utara

4. Konvensi ILO Nomor 45 tentang pekerjaan dibawah tanah bagi tenaga
wanita.
Keempat Konvensi ILO diatas berasal dari Pemerintah Hindia Belanda
yang diambil alih oleh Pemerintah Indonesia pada

Tahun 1950 (per surat

Pemerintah Republik Indonesia kepada Dirjen ILO 13 Juni 1951)
5. Konvensi ILO Nomor 98 tentang berlakunya dasar-dasar hak untuk
berorganisasi dan untuk bermusyawarah (Undang-undang 1956 Nomor 18,
Lembaran Negara Nomor 42 )
6. Konvensi ILO Nomor 100 tentang Pengupahan yang sama antara Buruh
Wanita dengan Pria bagi jenis pekerjaan yang sama (Undang-undang 1957
Nomor 80, Lembaran Negara Nomor 14)
7. Konvensi ILO Nomor 120 tentang Kesehatan dan Peniagaan dan Kantorkantor (Undang-undang Nomor 3, Lembaran Negara 1969 Nomor 14)
8. Konvensi ILO Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan
Hal untuk berorganisasi (Kepres Nomor 83 Tahun 1998)
9. Konvensi

ILO

Nomor

144

tentang

Konsultasi

Tripartit

untuk

Meningkatkan Pelaksanaan Standar Perburuhan Internasional (Kepres
Nomor 26 Tahun 1990)
10. Konvensi ILO Nomor 138 tentang Usia Minimum untuk diperbolehkan
Bekerja (Undang-undang Nomor 20 Tahun 1999)
11. Konvensi ILO Nomor 105 tentang Penghapusan Kerja Paksa (Undangundang Nomor 19 Tahun 1999)

Universitas Sumatera Utara

12. Konvensi ILO Nomor 111 tentang Diskriminasi dalam pekerjaan dan
jabatan (Undang-undang Nomor 21 Tahun 1999)
13. Konvensi ILO Nomor 182 mengenai pelanggaran dan tindakan segera
penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak (Undngundang Nomor 1 Tahun 2000).
b. Rekomendasi
Rekomendasi merupakan suatu draft yang dibuat oleh ILO terhadap suatu
Negara yang dalam hal ini adalah anggotanya untuk menyelesaikan suatu
fenomena yang sedang berkembang, rekomendasi ini akan memberikan suatu
kepastian saat telah disidangkan menjadi suatu Konvensi, adapun bentuk
rekomendasi yang pernah diberikan ILO kepada Indonesia adalah rekomendasi
untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia, rekomendasi tersebut berisi
tentang identifikasi masalah sektor lapangan pekerjaan untuk memberikan
kesempatan kerja kepada masyarakat dengan menekankan pada pertanian dan
usaha kecil menengah, kemudian rekomendasi tersebut menekankan kepada
Indonesia untuk memperkuat Dewan Tripartit Nasional. 42
2. Kekuatan Mengikat Konvensi ILO Bagi Negara-negara Anggota
Suatu konvensi yang telah melalui proses persidangan akan memiliki suatu
daya ikat untuk perjanjian-perjanjian resmi yang bersifat multilateral dan
kemudian konvensi tersebut akan memiliki daya ikat apabila Negara anggota telah
meratifikasi konvensi tersebut, ratifikasi suatu konvensi dilakukan oleh Kepala

42

http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilojakarta/documents/publication/wcms_125940.pdf diakses pada tanggal 22 September
2016.

Universitas Sumatera Utara

Negara atau Kepala Pemerintahan, hal tersebut dirumuskan dalam Pasal 14
Konvensi Wina Tahun 1980 Tentang Ratifikasi, dan di Indonesia melakukan
suatu ratifikasi harus dilandaskan kepada Pasal 11 Undang-undang Dasar 1945.
B. Pekerja Rumahan Menurut Konvensi ILO No. 177
Konvensi ILO telah mendefinisikan pekerja rumahan dalam rumusan Pasal
1 yang pada intinya menjelaskan bahwa pekerja rumahan harus memenuhi tiga
kriteria, yaitu Konvensi No. 177 dalam Pasal 1 mendefinisikan pekerja rumahan
dalam 3 unsur yaitu:
1. Pekerjaan yang ditetapkan, maksudnya pekerjaan yang akan dikerjakan
oleh pekerja rumahan dikerjakan di dalam rumahnya atau di suatu tempat
yang telah dipilih oleh pekerja rumahan diluar tempat pemberi kerja
2. Pengupahan, berarti usaha yang dilakukan oleh pekerja rumahan dihargai
dengan upah tertentu yang dibayarkan dalam jangka waktu tertentu
3. Tingkat subordinasi, maksudnya pekerja rumahan menghasilkan suatu
produk atau jasa sesuai dengan yang ditetapkan pemberi kerja

tanpa

melihat persediaan peralatan, bahan baku atau alat-alat dan yang
digunakan untuk tercapainya proses produksi.
Setelah lahirnya konvensi tersebut ILO lebih yakin dalam melakukan
upaya untuk melindungi pekerja rumahan, perlindungan tersebut muncul dari
lembaga non pemerintahan dan dari Pemerintah, upaya yang dilakukan
pemerintah untuk melindungi pekerja rumahan dilakukan dalam bentuk kerjasama
antara Pemerintah Indonesiadiwakili oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan
Nasional (BAPPENAS) dengan Pemerintah Australia (DFAT) yang membentuk

Universitas Sumatera Utara

suatu

program

bernama

MAMPU

(Maju

Perempuan

Indonesia

untuk

Penanggulangan Kemiskinan), MAMPU adalah pogram pemerdayaan perempuan
Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan atau singkatan dari Maju Perempuan
Indonesia untuk penanggulangan Kemiskinandan memusatkan fokus intervensi
pada

perempuan

miskin

dan

organisasi-organisasi

perempuan

yang

memperjuangkan hak-hak perempuan miskin, program ini diluncurkan pada tahun
2012 dan diresmikan oleh perwakilan kedua pemerintahan ini.
MAMPU dalam menjalankan tugasnya berusaha untuk

meningkatkan

jangkauan pelayanan publik dan penghidupan bagi perempuan miskin di wilayahwilayah terpilih di Indonesia,

43

secara khusus Mampu dibentuk untuk

mengadvokasi:
1. Meningkatkan

akses

perempuan

terhadap

program-program

perlindungan sosial pemerintah
2. Meningkatkan akses perempuan pada pekerjaan serta menghilangkan
diskriminasi di tempat kerja
3. Memperbaiki kondisi untuk migrasi tenaga kerja perempuan ke luar
negeri
4. Memperkuat

kepemimpinan

perempuan

dalam

meningkatkan

kesehatan ibu dan kesehatan reproduksi
5. Memperkuat kepemimpinan perempuan dalam mengatasi kekerasan
terhadap perempuan. 44

43

http://www.mampu.or.id/id/program-mampu diakses pada tanggal 11 Agustus

2016.
44

Ibid

Universitas Sumatera Utara

MAMPU dalam mencapai tujuannya menggunakan prinsip-prinsip:
a. Bertujuan untuk melakukan perubahan yang meluas
b. Menerapkan pendekatan multi-stakeholder
c. Menjembatani kesenjangan di tingkat nasional dan lokal
d. Didukung dengan bukti/ data
e. Keberlanjutan
f. Akuntabilitas
g. Membangun atas dasar kekuatan organisasi mitra. 45

45

Ibid

Universitas Sumatera Utara