Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Kondisi Kesehatan Asrama Serta Keluhan Kesehatan Kulit di Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten Paluta Tahun 2017 Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.

Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan bentuk

survei untuk mengetahui personal hygiene, sanitasi dasarnya dan kondisi
kesehatan fisik Asrama serta kaitannya dengan keluhan kesehatan kulit pada
penghuni Asrama Putra Pondok Pesanteren Syahbuddin Mustafa Nauli.
3.2.

Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di laksanakan di Asrama Putra Pondok Pesantren
Syahbuddin Mustafa Nauli dengan pertimbangan seperti berikut :
1. Belum pernah dilakukan penelitian yang sama di Asrama Putra Pondok
Pesantren tersebut
2. Penghuni asrama cukup banyak dan padat
3. Sebagian besar penghuni asrama mengalami keluhan kesehatan kulit

3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian di laksanakan pada Juli 2016 - Maret 2017
3.3.

Populasi Dan Sampel

3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni Asrama Putra
Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli yang berjumlah 198 orang.

38
Universitas Sumatera Utara

39

3.3.2. Sampel
Sampel dalam penilitan ini adalah sebagian dari siswa yang tinggal di
Asrama Putra Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli.
a. Besar sampel
Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro

Yamane sebagai berikut : (Notoatmodjo,2005)
Rumus :

n = 66 Responden
Keterangan : N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,1)
Dari rumus di atas , maka sampel yang di butuhkan yaitu 66 responden.
b. Teknik Pengambilan Sampel
Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan systematic random
sampling. Cara pengambilan sampel adalah jumlah populasi 198 orang,

sampel yang diinginkan adalah 66 Responden, maka intervalnya adalah
198/66 = 3. Maka anggota populasi yang menjadi sampel adalah setiap
elemen yang mempunyai nomor kelipatan 3 , yakni ,3,6,9… sampai
mencapai jumlah 66 sampel, diambil dari daftar nama penghuni asrama
putra.

Universitas Sumatera Utara


40

3.4

Metode Pengumpulan Data

3.4.1

Data Primer
Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan

siswa yang terpilih dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan
pilihan jawaban yang telah disediakan.
3.4.2

Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli

3.5


Definisi operasional
1. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara
kesehatan pribadinya. Yang terdiri dari :Kebersihan kulit, Kebersihan
rambut, Kebersihan gigi, Kebersihan mata, Kebersihan telinga, dan
Kebersihan tangan, kaki dan kuku.
a. Kebersihan kulit
Kebersihan kulit adalah cerminan kesehatan yang pertama sekali
memberi kesan dan perlu untuk dipeliharadengan cara mengganti
pakaian minimal satu kali sehari, menggunakan pakaian / barang
keperluan sehari-hari milik sendiri, mandi secara teratur serta
menggunakan sabun.
b. Kebersihan rambut
Kebersihan rambut adalah cara perawatan diri manusia untuk
memelihara rambut dan kulit kepala dengan mencuci rambut sekurang
– kurangnya dua kali seminggu serta menggunakan sampo.
c. Kebersihan tangan.

Universitas Sumatera Utara

41


Kebersihan tangan adalah cara perawatan diri manusia dengan selalu
memperhatikan kebersihannya, dengan cara mencuci tangan sebelum
makan, dari kamar mandi, serta setelah beraktivitas.
d. Kebersihan kaki.
Kebersihan kaki adalah cara perawatan diri manusia dengan selalu
memperhatikan kebersihannya, dengan cara mencuci kaki setelah
melakukan aktivitas dan sebelum tidur.
e. Kebersihan kuku.
Kebersihan kaki adalah cara perawatan diri manusia dengan selalu
memperhatikan kebersihannya, dengan cara memotong kuku secara
rutin minimal sekali dalam seminggu.
2. Keluhan gangguan kesehatan kulit adalah keluhan yang dirasakan
penderita berupa rasa gatal-gatal (pagi , siang, malam ataupun sepanjang
hari) , muncul bintik – bintik merah / bentol – bentol / bula – bula yang
berisi cairan bening ataupun nanah serta pada kulit permukaan tubuh
timbul ruam – ruam berdasarkan observasi dan wawancara dengan
mahasiswa penghuni asrama.
3. Rumah sehat adalah suatu tempat tinggal dimana masing-masing dari
komponen sarana rumah , sarana sanitasi dan perilaku penghuni memenuhi

syarat kesehatan.
4. Sanitasi dasar adalah penyediaan air bersih , jamban , pengelolaan air
limbah dan pembuangan sampah yang di asrama.

Universitas Sumatera Utara

42

5. Penyediaan air bersih adalah sarana air bersih dan kualitas fisik air yang
ada di asrama.
6. Pembuangan kotoran manusia adalah sistem pembuangan tinja yang
dipergunakan oleh responden.
7. Pembuangan air limbah adalah sarana pembuangan air limbah yang
dipakai oleh responden.
8. Sampah adalah sarana pembuangan sampah yang dimiliki responden.
3.6.

Aspek Pengukuran

3.6.1. Keluhan Penyakit Kulit

a. Ada, jika ada keluhan yang dirasakan responden berupa rasa gatal-gatal
(pagi, siang, malam ataupun sepanjang hari), muncul bintik – bintik merah
/ bentol – bentol / bula – bula yang berisi cairan bening ataupun nanah
serta pada kulit permukaan tubuh timbul ruam – ruam.
b. Tidak ada, jika tidak ada keluhan yang dirasakan responden berupa rasa
gatal-gatal (pagi , siang, malam ataupun sepanjang hari), muncul bintik –
bintik merah / bentol – bentol / bula – bula yang berisi cairan bening
ataupun nanah serta pada kulit permukaan tubuh timbul ruam – ruam.
3.6.2. Kondisi Komponen Fisik dan Sanitasi Dasar Asrama
Kondisi komponen fisik dan sanitasi dasar asrama ditentukan pengamatan
terhadap komponen asrama dan sarana sanitasi yang diperoleh dari data observasi
yang menggunakan lembar observasi komponen dan sanitasi dasar asrama (sesuai
Permenkes No 829/ Menkes/ SK /1999 tentang Perumahan Sehat).

Universitas Sumatera Utara

43

3.6.3. Personal Hygiene
Pengukuran variabel personal hygiene didasarkan pada skala ukur ordinal

dari 20 pertanyaan dengan total skor 20, alternatif jawaban “ya” diberi skor 1
(satu) dan alternatif jawaban “tidak” diberi skor 0 (nol). Kemudian dikategorikan
berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut.
a. Baik, jika responden mendapat skor >70% dari pertanyaan yang
disediakan.
b. Sedang, jika responden mendapat skor 40-70%
c. Kurang baik, jika responden mendapat skor 10 meter) dan tidak terdapat sumber pencemaran di sekitar
sumber air bersih. Jumlah air dalam penampungan air selalu ada dan memenuhi
syarat 60 liter/orang/hari.
Tabel 4.5. Hasil Pengamatan Sanitasi Dasar Asrama Tentang Pembuangan
Sampah di Asrama Putra Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa
Nauli
Sanitasi Dasar Asrama
Ya
Tidak
VIII Pembuangan Sampah
A. Tempat Pembuangan Sampah
1. Tersedia tempat sampah

2. Jenis tempat sampah

a. Keranjang sampah
b. Bak penampungan
c. Kantong pelastik
3. Tempat sampah tidak rusak
4. Tempat sampah mudah
dibersihkan






Universitas Sumatera Utara

51

Lanjutan Tabel 4.5
5. Tempat sampah tertutup

6. Tempat sampah kedap air





7. Sampah dibuang pada

tempatnya
8. Tempat sampah di kosongkan

pada 1X24 jam atau 2/3 bagian
telah terisi penuh
9. Tersedia 1 minimal tempat

sampah untuk setiap kamar/
ruangan
B. Tempat Pembuangan Sampah
Sementara
1. Tersedia tempat pembuangan

sampah sementara

2. Tempat pembuangan sampah

sementara tidak terbuat dari
beton
3. Tempat pembuanagan sampah

sementara terletak di lokasi
mudah terjangkau kenderaan
pengangkut sampah
4. Tempat pembuangan sampah

sementara dikosongkan
sekurang-kurangnya 3X24 jam
C. Pengelolaan Akhir Sampah
1. Tempat pemusanahan sampah

tidak dekat dengan sumber air
minum
2. Tempat pemusanahan sampah

tidak pada tempat yang sering
terkena banjir
3. Tempat pemusnahan sampah

jauh dari tempat tinggal
manusia
Asrama memiliki tempat pembuangan sampah berupa tanah galian jauh
dari asrama tersebut, selain itu asrama juga memiliki beberapa tempat sampah
berupa keranjang yang di sediakan di beberapa asrama.

Universitas Sumatera Utara

52

Tabel 4.6. Hasil Pengamatan Sanitasi Dasar Asrama Tentang Pembuangan
Tinja dan Limbah di Asrama Putra Pondok Pesantren
Syahbuddin Mustafa Nauli
Snitasi Dasar Asrama
Ya
Tidak
IX Pembuangan Tinja
1. Tersedia jamban

2. Jenis jamban yang digunakam
a. Cemplung
b. Plengsengan
c. Leher angsa

3. Jarak jamban dengan sumber
air bersih >10 meter
4. Tinja tidak mencemari sumber
air minum
5. Air seni, air pembersih dan
penggelontorannya tidak
mencemari tanah di sekitarnya
6. Jamban mudah dibersihkan
7. Jamban aman digunakan
8. Konstruksi jamban terbuat dari
bahan bahan yang kuat dan
tahan lama
9. Tidak terdapat kecoa dan lalat
di dalam/ sekitar jamban
10. Lantai jamban bersih









11. Lantai jamban kedap air
12. Lubang jamban dilengkapi
dengan penutup
13. Saluran lubang jamban mudah
digelontori
14. Tersedia sabun di jamban
15. Jamban dilengkapi dengan bak
penampungan air
16. Tidak terdapat jentik nyamuk
17. Tidak tercium bau
18. Konstruksi lantai kuat
19. Mempunyai tempat pijakan
yang cukup kuat
20. Mempunyai ventlasi yang
cukup baik
21. Mempunyai cukup penerangan


















Universitas Sumatera Utara

53

Lanjutan Tabel 4.6
22. Kapasitas jamban minimal 1

jamban untuk 1-15 orang
Pembuangan Air Limbah
X
1. Mempunyai saluran

pembuangan air limbah
2. Saluran pembuangan air

limbah tertutup
3. Tidak menyebabkan

kontaminasi terhadap sumber
air minum
4. Tidak mengakibatkan

pencemaran air permukaan
5. Tidak dihinggapi oleh vektor

atau serangga penyebab
penyakit
6. Tidak menimbulkan bau atau

aroma tidak sedap
7. Tidak menggenangi di sekitar

lingkungan
8. Jarak tempat pembuangan

akhir >10 meter dari sumber
air bersih
Jamban yang digunakan di asrama merupakan jamban leher angsa serta

memiliki septick tank. Adapun jarak jamban dengan sumber air bersih yaitu >10
meter. Air limbahnya di alirkan ke parit yang terbuka dan di tampung di kolam
penampungan yang digunakan sebagai air untuk persawahan.
4.3. Gambaran Keluhan Kesehatan Kulit Asrama
Gambaran keluhan kesehatan kulit asrama dapat di lihat pada tabel 4.4.
dibawah ini.
Tabel 4.7. Persentase Responden Yang Pernah Mengalami Gangguan
Kesehatan Kulit Di Asrama Putra Pondok Pesantren
Syahbuddin Mustafa Nauli
Gangguan Kesehatan Kulit
Orang
Persentase (%)
Ya

64

97,00

Tidak

2

3,00

Jumlah

66

100,00

Universitas Sumatera Utara

54

Dari tabel 4.7. di atas menunjukkan bahwa sejak tinggal di asrama,
responden yang pernah mengalami keluhan kesehatan kulit sebanyak 64 orang
(97%) dan yang tidakpernah mengalami keluhan kesehatan kulit sebanyak 2 orang
(3%).
Tabel 4.8. Gambaran Keluhan Kesehatan Kulit DiAsrama Putra Pondok
Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli
Keluhan Kesehatan
Ya
Tidak
Jumlah
Kulit
n
%
n
%
n
%
Gatal-gatal
61
92,4
5
7,6
66
100,00
Merah

35

53,0

31

47,0

66

100,00

Benjol

35

53,0

31

47,0

66

100,00

Bintik-bintik

35

53,0

31

47,0

66

100,00

Bernanah

40

59,7

26

40,3

66

100,00

Dari tabel 4.8. di atas keluhan kesehatan kulit yang paling sering di alami
oleh responden yaitu gatal gatal sejumlah 61 orang (92,5%) dan yang tidak pernah
mengalami gatal gatal sebanyak 5 orang 7,5%). Yang mengalami keluhan
kesehatan berupa merah merah pada kulit ada 35 orang (53,0%) dan yang tidak
pernah mengalami merah merah pada kulit ada 31 orang (47,0%). Yang
mengalami keluhan kesehatan berupa benjol (bisul) pada kulit ada 35 orang
(53,0%) dan yang tidak pernah mengalami keluhan kesehatan berupa benjol
(bisul) ada 31 orang (47,0%). Yang mengalami keluhan kesehatan berupa bintik
bintik pada kulit ada 35 oang (53,0%) dan yang tidak pernah mengalami keluhan
kesehatan berupa bintik bintik ada 31 orang (47,0%). Yang mengalami keluhan
kesehatan berupa kulit bernanah ada 40 orang (59,7%) dan yang tidak pernah
mengalami keluhan kesehatan berupa kulit bernanah ada 26 orang (40,3%).

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN
5.1Gambaran Personal Hygiene
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 66 siswa di Asrama Putra Pondok
Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli menunjukkan bahwa siswa yang
mempunyai personal hygiene kategori baik 32 orang (48,5%), sedang 24 orang
(36,4%) dan buruk yaitu sebanyak 10 orang (15,2%). Hal ini menunjukkan
gambaran personal hygiene penghuni asrama secara umum cukup baik.
Berdasarkan kuesioner yang di ajukan terdapat 34 orang siswa yang pernah
meminjam pakaian kawannya, hal ini dapat menyebabkan penularan penyakit
kulit. Begitu juga dengan mengganti pakaian dalam sehabis mandi dan sehabis
olahraga, masih banyak siswa yang belum melaksankannya, hal ini dapat
menyebabkan perkembangan jamur yang dapat mengakibatkan terjadinya
penyakit kulit. Secara teori kebersihan diri sudah di ketahui oleh penghuni asrama
tapi dalam pelaksanaannya masih kurang di karenakan kurangnya kesadaran untuk
menjaga kebersihan diri.
Menurut Wolf (2000), kebersihan diri merupakan faktor penting dalam
usaha pemeliharaan kesehatan agar kita selalu hidup sehat dan terhindar dari
penyakit seperti scabies. Cara menjaga kebersihan diri dapat dilakukan dengan
mengganti pakaian sehabis mandi dengan pakaian yang habis dicuci bersih
dengan sabun/detergen, dijemur dibawah sinar matahari dan di setrika.

55
Universitas Sumatera Utara

56

Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga
kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit (dilihat berdasarkan frekuensi
mandi dalam sehari, menggunakan sabun atau tidak), tangan dan kuku, pakaian,
handuk dan tempat tidur (Badri, 2008).
Personal hygiene tidak terbatas pada bagaimana manusia menjaga
kebersihan diri tetapi berkaitan djuga dengan alat-alat yang digunakan seperti
pakaian, tempat tidur dan alat-alat mandi yang digunakan seperti hasil penelitian
Irijal (2004) yakni 51,9% penderita penyakit kulit disebabkan karena kurang
menjaga personal hygiene.
Perilaku personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis yang
mempunyai banyak manfaatnya seperti meningkatkan derajat kesehatan
seseorang, memelihara personal hygiene, mencegah penyakit dan meningkatkan
kepercayaan diri. Penderita dengan kebersihan baik dapar menderita skabies
karena skabies adalah penyakit kuli yang mudah menular sehingga lingkungan
tempat tinggal yang terinfeksi skabies dapat menyebabkan seseorang menderita
skabies. Perilaku personal hygiene yang kurang baik memudahkan penyebaran
skabies. Kebanyakan kasus yang terjadi karena adanya kontak personal. Secara
teoritis kaum muda yang tinggal sendirian, kebanyakan tidak terinfeksi penyakit
menular ini tetapi jika salah satu anggota keluarga terinfeksi, maka yang lain juga
akan ikut terinfeksi (Parish, 1999)

Universitas Sumatera Utara

57

5.2. Gambaran Komponen Fisik Dan Sanitasi Dasar Asrama
5.2.1. Gambaran Komponen Fisik
Peneliti menggunakan komponen fasilitas dalam teknik penilaian rumah
sehat Permenkes No. 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Perumahan Sehat.
Berdasrkan penelitian yang peneliti lakukan di asrama putra Pondok Pesantren
Sayhbuddin Mustafa Nauli jika dilihat dari langit – langitnya, asrama sudah
memiliki langit-langit, bersih dan tidak rawan kecelakaan. Setiap kamar tidur
yang ada diasrama dilengkapi dengan jedela kamar yang cukup untuk sirkulasi
udara. Manusia membutuhkan udara yang segar dalam rumah atau ruangan. Suatu
ruangan yang tidak mempunyai system ventilasi yang baik, dan di huni oleh
manusia, akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan dan
kehidupan (Azwar, A, 1995).
Dinding di asrama termasuk dalam kategori permanen karena terbuat dari
tembok dan juga kedap air. Keadaan dinding ini dapat menjauhkan penghuninya
dari bahaya kecelakaan dan kebakaran. Lantai di asrama termasuk yang kedap air
dan mudah di bersihkan.
Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang
menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Asrama sudah memiliki ventilasi
tetapi luasnya tidak lebih dari 10% luas lantai. Kondisi ini memungkinkan
sirkulasi udara yang kurang baik di dalam asrama. Suatu ruangan yang terlalu
padat penghuninya dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan
pada penghuni tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan
(Chandra, B, 2007).

Universitas Sumatera Utara

58

Hasil observasi pencahayaan pada kamar penghuni asrama diperoleh hasil
bahwa pencahayaannya kurang terang sehingga kurang jelas untuk membaca.
Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan, terutama cahaya matahari
disamping kurang nyaman, juga akan menjadi berkembangbiaknya bakteri
pathogen. Sebaliknya terlalu banyak cahaya yang masuk kedalam ruangan akan
menyebabkan silau, sehingga dapat merusak mata.
5.2.2. Sanitasi Dasar Asrama
Hasil observasi yang mengguanakan form observasi yang sesuai
PermenkesNo.829/Menkes/SK/1999 menunjukkan bahwa sanitasi dasar asrama di
Pondok Pesanren Syahbuddin Mustafa Nauli belum seluruh nya memenuhi syarat.
Berikut penjelasan komponen asrama yang yang diobservasi:
a. Air bersih
Sumber air bersih di asrama putra adalah air sumur bor. Air sumur bor
yang digunakan oleh penghuni asrama jernih, tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak berbau, bahkan air tersebut digunakan para penghuni
untuk minum sehari hari tanpa di masak terlebih dahulu. Air sumur bor
ini merupakan sumber air satu satunya di asrama tersebut yang dimana
digunakan untuk mandi, mencuci BAB/BAKdan keperluan lainnya. Jarak
sumur dengan septi tank >10 meter dan tidak terdapat sumber
pencemaran lain dalam jarak 10 meter sekitar sumur. Penyakit yang
disebabkan oleh air bersih yang kurang secara kualitatif dan kuantitatif
adalah water born disease seperti kolera, diare, dll; water based disease
seperti schistomiasis; water washed disease seperti diare; water related

Universitas Sumatera Utara

59

insect vectors seperti malaria dan demam berdarah (Kusnoputranto,

2000).
Menurut Juli Soemirat S, (2002) air mempunyai hubungan yang erat
dengan kesehatan. Air merupakan hal yang paling esensial bagi
kesehatan, tidak hanya dalam upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi
domestik dan pemanfaatannya (minum, masak, mandi, dll). Persentase
yang meningkat dari penyakit – penyakit infeksi yang bisa mematikan
maupun merugikan kesehatan ditularkan melalui air yang sudah
tercemar. Sebagian penyakit yang berkaitan dengan air yang bersifat
menular, penyakit-penyakit tersebut umumnya diklasifikasikan menurut
berbagai aspek lingkungan yang dapat di intervensi oleh manusia.
b. Jamban
Berdasarkan observasi di asrama putra terdapat sarana pembuangan
kotoran, seluruhnya menggunakan jamban leher angsa, mempunyai
konstruksi yang baik tapi kondisi jamban kurang bersih. Jamban di
asrama putra jarang dibersihkan sehingga terdapat plak plak kuning di
pinggir jamban. Jumlah jamban yang terdapat di asrma putra hanya 3 unit
saja, dan tidak tersedia sabun di jamban untuk digunakan penghuni
asrama sehari hari.Hal ini dapat berisiko untuk kontaminasi tinja dari
tangan manusia yang tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang
air besar.
Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya
berbagai penyakit diantaranya tipus, kolera, disentri, poliomyelitis,

Universitas Sumatera Utara

60

ascariasis, dan sebagainya. Kotoran manusia merupakan buangan padat
yang selain menimbulkan bau, mengotori lingkungan, juga merupakan
media penularan penyakit pada masyarakat. Oleh sebab itu perlu sekali
menjaga kebersihan jamban dan kamar mandi, sehinggan tidak terjadi
penularan penyakit yang diakibatkan oleh tinja (Azwar, A, 1995).
c. Sarana pembuangan air limbah
Berdasarkan observasi di asrama putra terdapat sarana pembuangan air
limbah berupa parit terbuka yang sering menimbulkan bau tak sedap.
Selain itu saluran air dapat dengan mudah tercemar dengan benda lain
seperti plastik, bungkus sabun, detergen, sehingga dapat mengakibatkan
penyumbatan dan menjadi sarang dari vektor penyakit. Jarak saluran
pembuangan air limbah sangat jauh dengan sumber air sumur bor >10
meter.
Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat
menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan
dapat menjadi tempat berkembangbiaknya mikroorganisme patogen,
larva nyamuk ataupun serangga lainnya yang dapat menjadi media
transmisi penyakit, terutama penyakit-penyakit yang penularannya
melalui air yang tercemar seperti kolera, tipus abdominalis, disentri dan
sebagainya (Kusnoputranto,H, 2000).
d. Saran pembuangan sampah
Berdasarkan hasil observasi di asrama putra, tersedia tempat sampah di
beberapa asrama berupa keranjang sampah, tempat sampah tidak rusak,

Universitas Sumatera Utara

61

mudah di bersihkan, tidak tertutup, serta tidak kedap air. Sampah di
buang pada tempatnya, sampah dibuang apabila keranjang sampah sudah
penuh.
Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap
baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit
penyakit, serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara
menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi dalam
pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air atau tanah, tidak
menimbulka bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain
sebagainya (Azwar, A, 1995).
5.3 Gambaran Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Asrama
Hasil penelitian di asrama putra menunjukkan bahwa responden yang
mengalami keluhan kesehatan kulit sejak tinggal di asrama Putra Pondok
Pesantren Syahbuddin Musatafa Nauli sebanyak 64 orang (97,0%), dan yang tidak
pernah mengalami keluhan kesehatan kulit sebanyak 2 orang (3,0%). Keluhan
kesehatan kulit yang paling banyak adalah gatal-gatal dengan jumlah responden
sebanyak 62 orang (92,5%).
Keluhan kesehatan kulit ini sangat erat kaitannya dengan personal hygiene
dan kepadatan hunian di dalam asrama dengan kondisi asrama yang lembab. Hal
ini diakibatkan oleh kurangnya kesadaran penghuni untuk membersihkan asrama,
menjemur tempat tidur, mencuci sprei, menjemur handuk setelah dipakai,, tidak
meminjam pakaian kawan dan tidak menjemur handuk di dalam ruangan asrama.

Universitas Sumatera Utara

62

Penyakit kulit yang sering di alami oleh penghuni di akibatkan oleh jamur di
kulit. Menurut Anonimous (2004) ada tiga faktor penyebab tumbuhnya jamur di
kulit adalah akibat gesekan, lembab, dan panas. Jenis jamur yang menjadi
penyakit bagi manusia yaitu mikosis yang menyerbu permukaan kulit seperti
panu, dan kurap.
Gatal-gatal merupakan salah satu gejala penyakit kulit yang kurang menjaga
kebersihan perorangan yang meliputi kebersihan kulit, rambut dan kulit kepala
dan kebersihan kuku. Menurut Mansjoer (2000) salah satu penyakit yang
disebabkan kurangnya pemeliharaan kesehatan kulit adalah penyakit skabies,
yaitu penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi akibat tungau
Sarcoptes scabei dan produknya.

Penyakit skabies bisa ditularkan melalui kontak langsung maupun tidak
langsung. Penularan penyakit ini yang paling sering adalah kontak langsung dan
dapat juga melalui alat-alat yaitu tempat tidur, handuk, dan pakaian (Brown,
1999).
Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek bagi kulit. Demikian
pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai
macam penyakit, misalnya penyakit kulit yang dapat disebabkan oleh bakteri,
jamur, virus dan kutu (Harahap, 2000).
Tingginya kepadatan hunian dan interaksi atau kontak fisik antar individu
memudahkan terjadinya penyakit kulit. Oleh karena itu, prevalensi penyakit kulit
yang tinggi umumnya ditemukan dilingkungan dengan kepadatan hunian dan
kontak fisik tinggi seperti di asrama. Kondisi seperti ini sangat memungkinkan

Universitas Sumatera Utara

63

terjadinya penularan penyakit kulit dan diare apabila penghuni asrama dan
pengelolanya tidak sadar akan pentingnya menjaga kebersihan baik kebersihan
lingkungan maupun personal hygiene.
Penelitian ini menunjukkan bahwa personal hygiene, komponen fisik dan
fasilitas sanitasi dasar sangat erat kaitannya dengan penyakit kulit. Hal ini
dibuktikan dengan adanya keluhan kesehatan seperti gatal-gatal, kulit memerah,
bisul, bintik-bintik dan bernanah. Jika hal ini tidak diperbaiki, maka akan ada
keluhan-keluhan kesehatan yang baru lagi dan semua penghuni asrama akan
mempunyai keluhan yang sama.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di asrama putra mengenai
personal hygiene, komponen fisik, sanitasi dasarnya dan keluhan kesehatan kulit

maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Persentase personal hygiene pada penghuni asrama putra Pondok
Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli dengan kategori baik yaitu sebanyak
32 orang (48,5%), dengan kategori sedang sebanyak 24 orang (36,4%),
dan dengan kategori buruk yaitu sebanyak 10 orang (15,2%).
2. Sanitasi dasar Asrama Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli
belum memenuhi syarat kesehatan yaitu, tempat pembuangan sampah,
pembuangan tinja dan pembuangan air limbah.
3. Kondisi fisik asrama Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli belum
memenuhi syarat kesehatan yaitu, ventilasi dengan luas

Dokumen yang terkait

Gambaran Perilaku Penghuni Tentang Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Perumahan Sehat Serta Keluhan Kesehatan Kulit Di Asrama Putra USU Medan.

6 63 130

Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU Tahun 2014

11 78 148

Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU Tahun 2014

0 1 14

Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU Tahun 2014

0 0 2

Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Kondisi Kesehatan Asrama Serta Keluhan Kesehatan Kulit di Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten Paluta Tahun 2017

0 2 13

Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Kondisi Kesehatan Asrama Serta Keluhan Kesehatan Kulit di Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten Paluta Tahun 2017

0 0 2

Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Kondisi Kesehatan Asrama Serta Keluhan Kesehatan Kulit di Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten Paluta Tahun 2017

0 1 6

Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Kondisi Kesehatan Asrama Serta Keluhan Kesehatan Kulit di Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten Paluta Tahun 2017

0 0 31

Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Kondisi Kesehatan Asrama Serta Keluhan Kesehatan Kulit di Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten Paluta Tahun 2017

0 0 3

Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Kondisi Kesehatan Asrama Serta Keluhan Kesehatan Kulit di Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten Paluta Tahun 2017

0 3 15