Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU Tahun 2014
KULIT PENGHUNI DI ASRAMA PUTRI USU TAHUN 2014
SKRIPSI
Oleh:
HAMIDAH FADHILAH NIM. 101000040
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
KULIT PENGHUNI DI ASRAMA PUTRI USU TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
HAMIDAH FADHILAH NIM. 101000040
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(3)
(4)
mahasiswa. Tempat tinggal berperan dalam memengaruhi kesehatan seseorang terkait dengan perilaku kesehatan dan kelengkapan fasilitas sanitasi yang tersedia. Permasalahan air bersih yang tidak cukup dapat menyebabkan keluhan kesehatan kulit pada penghuni asrama.
Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penghuni tentang personal hygiene dan sanitasi dasar, komponen fisik dan fasilitas sanitasi dasar, serta keluhan kesehatan kulit penghuni di asrama putri USU.
Teknik pengambilan sampel penilitian ini adalah sistematik random sampling. Sampel penelitian adalah 15 orang penghuni asrama putri lama USU dan 60 orang penghuni asrama putri baru USU.
Hasil penelitian di asrama putri lama USU menunjukkan bahwa 73,3% penghuni memiliki pengetahuan baik, 93,3% memiliki sikap baik, dan 93,3% memiliki tindakan baik tentang personal hygiene dan sanitasi dasar. Di asrama putri baru USU sebesar 73,3% penghuni memiliki pengetahuan baik, 93,3% memiliki sikap baik, dan 80,0% memiliki tindakan baik tentang personal hygiene dan sanitasi dasar. Penghuni asrama putri lama USU yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 60,0% dan penghuni asrama putri baru USU yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 78,3%. Komponen fisik di asrama putri USU sudah memenuhi syarat kesehatan. Fasilitas sanitasi dasar belum memenuhi syarat kesehatan.
Pihak asrama diharapkan menyediakan sarana fasilitas sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan, terutama sarana air bersih yang cukup kuantitas, kualitas, dan kontinuitasnya. Penghuni asrama diharapkan dapat menjaga kebersihan perseorangan dan memanfaatkan fasilitas sanitasi dengan baik sehingga terhindar dari penyakit kulit, serta penghuni yang mengalami keluhan kesehatan kulit disarankan berobat.
Kata Kunci : Asrama Putri, Kebersihan Perseorangan, Sanitasi Dasar, Keluhan Kesehatan Kulit
(5)
as long as they are studying in the university. A resident is supposed to have its influences for people health related to their health behavior and availability of basic sanitation facilities. Problem in insufficiency clean water supply can cause skin health complaints at the dormitory.
The type of this research was descriptive survey. This research aimed to describe the knowledge, attitude, and actions of inherences about personal hygiene and basic sanitations, physical components and basic sanitation facilities, and skin health complaints of inherences at USU female dormitory.
This research used systematic random sampling technique. There were 15 persons at old USU female dormitory and 60 persons at new USU female dormitory which were participated as samples.
The result of this study showed that 73,3% of respondents at old USU female dormitory had good knowledge; 93,3% of respondents had good attitude; 93,3% of respondents had good actions about personal hygiene and basic sanitation. There were 73,3% of respondents at new USU female dormitory had good knowledge; 93,3% of respondents had good attitude; 80,0% of respondents had good actions about personal hygiene and basic sanitation. Percentage of respondents whose skin health complaints were 60,0% at old USU female dormitory and 78,3% at new USU female dormitory. All physical components in USU female dormitory had already met the health requirements but the basic sanitation facilities had not.
The manager of dormitory was expected to give more concern to serve basic sanitation facilities which meet the health requirements, especially in supplying clean water which wass sufficient in quantity, continuality, and quality. It was expected to the inhabitants to keep personal hygiene and to use basic sanitation facility well to avoid skin diseases and for those who had skin health complaints to have medical treatment.
Keywords : Student Dormitory, Personal Hygiene, Basic Sanitation, Skin Health Complaint
(6)
Nama : HAMIDAH FADHILAH Tempat/Tanggal Lahir : Salak / 12 Oktober 1992 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 2 dari 4 Bersaudara
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat Rumah : Dusun Ibus Desa Salak Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto SUMBAR (27747)
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 13 Salak : 1998 - 2004
2. SMPN 3 Sawahlunto : 2004 - 2007
3.SMAN 1 Sawahlunto : 2007 - 2010
4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera : 2010 - 2014 Utara
Riwayat Organisasi :
1. Himpunan Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan : 2012 - 2013 (HMP Kesling) FKM USU
2. USU Society for Debating (USD) : 2012 - 2014
3. Tanoto Scholar Association (TSA) Medan : 2013 - 2014 4. Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) FKM USU : 2014
(7)
Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa ta’ala yang tidak mampu dihitung nikmat dan karunia-Nya untuk disyukuri. Shalawat dan salam kepada RasulullahShalallahu ‘alaihi wa sallam, sang murabbi umat ini yang mengajarkan cinta dan keteladanan dalam setiap sendi kehidupan umatnya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada orang tua tercinta, Ayahanda Yusuf Jamal dan Ibunda Nofrianis Ilyas, abang Hanif AWJ, Adinda Annisa Ikhsani, Adinda Fadhli Jamal Al Zakiy, Uni Elmega Amelia dan seluruh keluarga yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. Dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU Tahun 2014” penulis mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan, dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
(8)
penulis dalam penulisan skripsi ini.
5. dr. Dr. Wirsal Hasan, MPH selaku dosen penguji I yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.
6. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.
7. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah yang telah memperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di FKM USU.
8. Kepala Asrama Putri USU dan mahasiswi penghuni asrama putri USU yang dengan kemurahan hati berpartisipasi dalam penelitian ini.
9. Sahabat-sahabat tersayang Wichan, Fandi, Fiqoh, Isna, Ayu, Minah, Lia, Cyndi, Devi, Petra, Mei, Erna, Merlin, Kak Nai, Kak Yuli dan seluruh teman-teman HMP Kesehatan Lingkungan.
10. Dalam dekapan ukhuwah, insya Allah An- Najmi Berampu, Syarifah Al Idrus, Siti Sundari, Delima, Desi, Faris, Rifnal, Daniel, Abduh, Annisa Koto, An- Nura Miftah, Dian Elqatrunnada, Henti, Cikgu Sovia, Sang Murobbiyah Defi, kak Annisa Elita, Kiki Seruni, Anggi kecil, kak Anggi Humaira, Sa’adah Hanum, Mutia, Rici, Dewi, Sahira, Lila, Lily, Ranti, Dayah, Rifa, Tina, Fadillah Al Amri, Wahyuni Tandiono, Anestia-chan, mbak Iyas aka. Dik-A dan saudara-saudariku yang tidak dapat penulis
(9)
11. Rekan-rekan di organisasi Shella Elvandari (TSA Medan) dan Elsyam Maulana (USD).
12. Ibu Erna Mutiara yang selalu penulis kagumi atas dedikasi beliau dalam perkuliahan dan menjadi teladan dalam kedisiplinan, Bapak Effendi selaku staff bagian kemahasiswaan FKM yang banyak memberikan motivasi kepada penulis untuk meningkatkan prestasi, dan Bapak Marihot yang banyak memberikan bantuan dan arahan selama perjalanan penulis menuju seminar proposal.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2014
(10)
HALAMAN PENGESAHAN ...i
ABSTRAK ...ii
ABSTRACT ...iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...iv
KATA PENGANTAR ...v
DAFTAR ISI ...viii
DAFTAR GAMBAR ...xi
DAFTAR TABEL ...xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1
1.2. Perumusan Masalah ...4
1.3. Tujuan Penelitian ...4
1.3.1. Tujuan Umum ...4
1.3.2. Tujuan Khusus ...4
1.4. Manfaat Penelitian ...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene ...6
2.1.1. Macam-macam Personal Hygiene ...6
2.1.2. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene... 9
2.2. Kulit ...10
2.2.1. Anatomi Kulit ...11
2.2.2. Fungsi Kulit...12
2.2.3. Penyakit Kulit ...14
2.2.4. Penyebab Penyakit Kulit ...14
2.2.5. Jenis-jenis Gangguan Kulit ...15
2.3. Sanitasi Dasar ...19
2.3.1. Penyediaan Air Bersih...19
2.3.2. Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban) ...21
2.3.3. Pembuangan Air Limbah ...22
2.3.4. Pengelolaan Sampah ...25
2.4. Perilaku Kesehatan ...30
2.4.1. Pengetahuan ...31
2.4.2. Sikap...32
(11)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ...39
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...39
3.2.1. Lokasi Penelitian ...39
3.2.2.Waktu Penelitian ...39
3.3. Populasi dan Sampel...39
3.3.1. Populasi ...39
3.3.2. Sampel...40
3.4. Metode Pengumpulan Data ...42
3.4.1. Data Primer ...42
3.4.2. Data Sekunder ...42
3.5. Defenisi Operasional ...42
3.6. Aspek Pengukuran ...44
3.7. Teknik Analisa data ...51
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...52
4.1.1. Asrama Putri Lama USU ...52
4.1.2. Asrama Putri Baru USU ...54
4.2. Hasil Penelitian tentang Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar ...55
4.2.1. Pengetahuan ...55
4.2.2. Sikap ...62
4.2.3. Tindakan ...70
4.3. Gambaran Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Asrama ...75
4.4. Gambaran Komponen Fisik dan Sanitasi Dasar Asrama ...78
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar Asrama ...84
5.1.1. Pengetahuan ...84
5.1.2. Sikap ...87
5.1.3. Tindakan ...88
5.2. Gambaran Komponen Fisik dan Sanitasi Dasar Asrama ...91
(12)
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ...98 6.2. Saran ...99 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN:
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Lembar Observasi dan Sanitasi Dasar Asrama Lampiran 3. Permenkes No.839/MENKES/SK/VII/1999 Lampiran 4. PP No. 4 Tahun1988 tentang Rumah Susun
Lampiran 5. Kemenpera No. 9/PERMEN/M/2008 tentang Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa pada Lembaga Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian Lampiran 7. Surat Izin Penelitian
(13)
Gambar 2. Tinea Pedis, Tinea Korporis, Tinea Manus ... 17
Gambar 3. Tinea Versikolor (Panu) ... 17
Gambar 4. Penyakit Kulit Karena Gigitan Tomcat ... 18
Gambar 5. Kontainer dan Truk Pengangkut Sampah di Negara Maju ... 25
(14)
Putri Lama dan Asrama Putri Baru USU ... 56 Tabel 4.2 Kategori Pengetahuan Responden Asrama Putri USU tentang
Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar ... 62 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Penghuni Asrama Putri
Lama USU... 63 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Penghuni Asrama Putri
Baru USU ... 66 Tabel 4.5 Kategori Sikap Responden Asrama Putri USU tentang Personal
Hygiene dan Sanitasi Dasar ... 69 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tindakan Penghuni
Asrama Putri Lama USU ... 70 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tindakan Penghuni
Asrama Putri Baru USU ... 72 Tabel 4.8 Kategori Tindakan Responden Asrama Putri USU tentang Personal
Hygiene dan Sanitasi Dasar ... 75 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Asrama Putri
Lama USU ... 75 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Asrama Putri
Baru USU ... 76 Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan Kesehatan Kulit
Penghuni Asrama Putri USU ... 77 Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Komponen Fisik Asrama Putri USU... 79 Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Fasilitas Sanitasi Dasar Asrama Putri USU ... 80
(15)
mahasiswa. Tempat tinggal berperan dalam memengaruhi kesehatan seseorang terkait dengan perilaku kesehatan dan kelengkapan fasilitas sanitasi yang tersedia. Permasalahan air bersih yang tidak cukup dapat menyebabkan keluhan kesehatan kulit pada penghuni asrama.
Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penghuni tentang personal hygiene dan sanitasi dasar, komponen fisik dan fasilitas sanitasi dasar, serta keluhan kesehatan kulit penghuni di asrama putri USU.
Teknik pengambilan sampel penilitian ini adalah sistematik random sampling. Sampel penelitian adalah 15 orang penghuni asrama putri lama USU dan 60 orang penghuni asrama putri baru USU.
Hasil penelitian di asrama putri lama USU menunjukkan bahwa 73,3% penghuni memiliki pengetahuan baik, 93,3% memiliki sikap baik, dan 93,3% memiliki tindakan baik tentang personal hygiene dan sanitasi dasar. Di asrama putri baru USU sebesar 73,3% penghuni memiliki pengetahuan baik, 93,3% memiliki sikap baik, dan 80,0% memiliki tindakan baik tentang personal hygiene dan sanitasi dasar. Penghuni asrama putri lama USU yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 60,0% dan penghuni asrama putri baru USU yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 78,3%. Komponen fisik di asrama putri USU sudah memenuhi syarat kesehatan. Fasilitas sanitasi dasar belum memenuhi syarat kesehatan.
Pihak asrama diharapkan menyediakan sarana fasilitas sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan, terutama sarana air bersih yang cukup kuantitas, kualitas, dan kontinuitasnya. Penghuni asrama diharapkan dapat menjaga kebersihan perseorangan dan memanfaatkan fasilitas sanitasi dengan baik sehingga terhindar dari penyakit kulit, serta penghuni yang mengalami keluhan kesehatan kulit disarankan berobat.
Kata Kunci : Asrama Putri, Kebersihan Perseorangan, Sanitasi Dasar, Keluhan Kesehatan Kulit
(16)
as long as they are studying in the university. A resident is supposed to have its influences for people health related to their health behavior and availability of basic sanitation facilities. Problem in insufficiency clean water supply can cause skin health complaints at the dormitory.
The type of this research was descriptive survey. This research aimed to describe the knowledge, attitude, and actions of inherences about personal hygiene and basic sanitations, physical components and basic sanitation facilities, and skin health complaints of inherences at USU female dormitory.
This research used systematic random sampling technique. There were 15 persons at old USU female dormitory and 60 persons at new USU female dormitory which were participated as samples.
The result of this study showed that 73,3% of respondents at old USU female dormitory had good knowledge; 93,3% of respondents had good attitude; 93,3% of respondents had good actions about personal hygiene and basic sanitation. There were 73,3% of respondents at new USU female dormitory had good knowledge; 93,3% of respondents had good attitude; 80,0% of respondents had good actions about personal hygiene and basic sanitation. Percentage of respondents whose skin health complaints were 60,0% at old USU female dormitory and 78,3% at new USU female dormitory. All physical components in USU female dormitory had already met the health requirements but the basic sanitation facilities had not.
The manager of dormitory was expected to give more concern to serve basic sanitation facilities which meet the health requirements, especially in supplying clean water which wass sufficient in quantity, continuality, and quality. It was expected to the inhabitants to keep personal hygiene and to use basic sanitation facility well to avoid skin diseases and for those who had skin health complaints to have medical treatment.
Keywords : Student Dormitory, Personal Hygiene, Basic Sanitation, Skin Health Complaint
(17)
1.1 Latar Belakang
Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang dapat memberikan perlindungan dari ancaman luar, seperti penjahat dan hewan buas, untuk menjaga privasi, ingin memiliki wahana untuk keluarga, melakukan aktivitas sehari-hari, melindungi diri dari vektor dan binatang penular penyakit. Menurut Slamet (2002), rumah sebagai tempat tinggal merupakan tempat untuk perkembangan dan pertumbuhan manusia secara utuh, memberikan perlindungan dari penyakit menular, perlindungan dari kecelakaan, dan memberikan perlindungan kepada penghuni yang beresiko tinggi.
Asrama mahasiswa adalah suatu bangunan tempat tinggal bagi mahasiswa selama menuntut ilmu yang biasa berlokasi di dekat instansi tertentu yang sesuai dengan target penghuni yang dimaksud, dengan tujuan dapat meningkatkan prestasi akademik dan belajar untuk berinteraksi sosial sebagai usaha pengembangan kepribadian mahasiswa (Gata, 2012). Beberapa perguruan tinggi negeri yang menyediakan asrama bagi mahasiwa adalah Universitas Indonesia, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, dan Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara (USU) telah menyediakan asrama untuk tempat tinggal mahasiswa USU. Saat ini terdapat dua asrama mahasiswa di USU, yakni asrama putra dan asrama putri yang diresmikan pada tahun 1978. Gedung asrama
(18)
putri untuk mahasiswi terbagi menjadi dua yakni, bangunan asrama putri lama dan asrama putri baru.
Perilaku penghuni asrama mengenai personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene yang rendah ditunjukkan dari aktivitas saling pinjam meminjam pakaian, perlengkapan mandi, dan alas tidur oleh sesama penghuni asrama. Pada lingkungan asrama, personal hygiene yang rendah dan kelengkapan fasilitas sanitasi dasar yang kurang sangat berarti dalam mencetuskan terjadinya gangguan kesehatan (Rangkuti, 2012).
Menurut Tarwoto & Martonah (2003), kebersihan diri yang buruk akan mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami seseorang apabila tidak menjaga kebersihan diri adalah gangguan integritas kulit. Sebagaimana dikutip oleh Frenki (2011), kejadian penyakit skabies disebuah pondok pesantren di Jakarta mencapai 78,70% dan di Kabupaten Pasuruan kejadian penyakit skabies sebesar 66,70% (Depkes, 2000). Data yang diperoleh dari Poliklinik Pesantren Darel Hikmah Pekanbaru tiap tahunnya kejadian penyakit skabies pada santri tetap terjadi dari tahun ke tahun (Ponpes, 2010).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan keterkaitan yang signifikan antara personal hygiene dan kelengkapan sanitasi dasar dengan kejadian penyakit kulit. Penelitian Akmal dkk. (2013) di Pesantren Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik, Air Pacah membuktikan secara statistik kejadian skabies mempunyai hubungan dengan personal hygiene (p=0,00). Dalam
(19)
penelitian Siregar & Tantowi (1990) di lembaga pemasyarakatan di Palembang menunjukkan bahwa penderita dermatofitosis yang mempunyai tingkat kebersihan yang kurang mencapai 83,76%. Penelitian Rangkuti (2012) mengenai personal hygiene mahasiswa di Asrama Putra USU menunjukkan persentase penghuni dengan tindakan personal hygiene yang baik hanya sebesar 67,2% dan persentase yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 72,4%. Selain itu kelengkapan sanitasi dasar yang kurang seperti air bersih di Asrama Putra USU juga berperan dalam terjadinya keluhan kesehatan kulit penghuni asrama.
Berdasarkan wawancara dengan penghuni asrama putri USU pada 10 April 2014, Delima menyatakan bahwa beberapa orang penghuni asrama putri baru USU pernah mengalami gejala iritasi pada kulit berupa merah, gatal dan bengkak setelah bangun tidur. Hal ini disebabkan karena alas tidur tidak dibersihkan sebelum digunakan untuk tidur, serta terdapat serangga tomcat di kamar asrama. Menurut Annisa, di asrama putri lama USU, air yang terdapat di asrama keruh dan kekuningan serta menyebabkan kulit kemerahan disertai gatal. Selain itu, karena aliran air bersih tidak lancar maka beberapa penghuni mengaku hanya mandi sekali dalam sehari.
Permasalahan mengenai sanitasi dasar asrama putri USU di antaranya adalah WC tersumbat di kamar mandi umum yang terjadi pada oktober 2013. Penyebabnya adalah perilaku penghuni yang membuang sampah pembalut ke lubang WC. Hal ini menyebabkan kondisi kamar mandi umum kotor dan bau. Selain itu adalah air yang tidak cukup kuantitas dan kualitasnya. Pada asrama putri lama USU air selalu mengalir akan tetapi berwarna kuning, sedangkan pada
(20)
asrama putri baru aliran air bersih pada blok b, blok c dan blok d mati. Sehingga menyulitkan penghuni untuk melakukan aktivitas seperti mandi dan mencuci. 1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penghuni tentang personal hygiene dan sanitasi dasar, komponen fisik dan fasilitas sanitasi dasar serta keluhan kesehatan kulit penghuni di asrama putri USU.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penghuni tentang personal hygiene dan sanitasi dasar, komponen fisik dan fasilitas sanitasi dasar serta keluhan kesehatan kulit penghuni di asrama putri USU.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan penghuni asrama putri USU tentang personal hygiene dan sanitasi dasar asrama.
2. Untuk mengetahui gambaran sikap penghuni asrama putri USU tentang personal hygiene dan sanitasi dasar asrama.
3. Untuk mengetahui gambaran tindakan penghuni asrama putri USU tentang personal hygiene dan sanitasi dasar asrama.
4. Untuk mengetahui gambaran komponen fisik dan fasilitas sanitasi dasar asrama putri USU apakah sudah memenuhi syarat kesehatan atau tidak. 5. Untuk mengetahui gambaran keluhan kesehatan kulit penghuni asrama
(21)
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi pihak pengelola asrama putri USU mengenai gambaran komponen fisik dan fasilitas sanitasi dasar di asrama. 2. Untuk menambah masukan bagi mahasiswa agar lebih memperhatikan
personal hygiene untuk mengurangi keluhan kesehatan kulit.
3. Sebagai masukan bagi mahasiswa untuk memanfaatkan komponen fisik dan fasilitas sanitasi dasar asrama dengan baik.
4. Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai perilaku kesehatan, personal hygiene, sanitasi dan penyehatan asrama serta mengenai keluhan kesehatan kulit.
5. Untuk dapat dijadikan referensi dan masukan bagi peneliti-peneliti lain di kemudian hari.
(22)
2.1. Personal hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang secara harfiah berarti kebersihan perseorangan. Menurut Perry dan Potter (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Perawatan diri yang kurang adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Berbagai penyakit infeksi dan menular pada manusia disebabkan oleh tingkat kebersihan diri yang kurang.
Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene yang baik apabila yang bersangkutan dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, kuku, rambut, mulut dan gigi, pakaian, mata, hidung, dan telinga serta kebersihan genitalia (Badri, 2008). 2.1.1 Macam-macam Personal hygiene
Macam-macam personal hygiene yang dibahas dalam penelitian ini adalah kebersihan kulit, rambut dan kulit kepala, kuku dan tangan, kaki, serta genitalia. a. Kebersihan kulit
Kulit sebagai lapisan terluar yang membungkus tubuh harus diperhatikan kebersihannya. Selain berpengaruh kepada penampilan seseorang, kebersihan kulit juga berpengaruh kepada kesehatan kulit seseorang. Berbagai penyakit kulit sering terjadi dikarenakan personal hygiene yang kurang diperhatikan (Rangkuti, 2012).
(23)
Penyakit kulit bermula dari kebiasaan mandi yang kurang bersih, pakaian dan handuk yang jarang dicuci serta alas tidur yang tidak bersih. Menurut Webhealthcentre (2006) dalam Frenki (2011), aktivitas mandi yang dapat mencegah individu dari penyakit kulit adalah:
1. Mandi satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah tropis. 2. Bagi yang terlibat dalam kegiatan olahraga atau pekerjaan lain yang
mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi setelah selesai kegiatan tersebut.
3. Gunakan sabun yang lembut. Sabun antiseptik tidak dianjurkan untuk mandi sehari-hari.
4. Bersihkan anus dan genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak bersih, sekresi normal dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan infeksi. 5. Tidak memakai sabun dan handuk yang sama dengan orang lain.
b. Kebersihan rambut dan kulit kepala
Kasus gangguan kesehatan rambut sangat sering ditemukan, misalnya ketombe dan kulit kepala yang gatal. Biasanya seseorang yang berketombe sering menggaruk kulit kepala sehingga tangan ikut menjadi tidak higienis. Upaya menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala diantaranya adalah keramas dengan memakai sampo minimal 2 kali dalam seminggu, menjaga kelembaban rambut, dan menghindari pinjam-meminjam sisir (Badri, 2008).
c. Kebersihan tangan, kaki dan kuku
Menurut Irianto (2007), tangan dapat menjadi perantara penularan kuman. Mencuci tangan penting dilakukan sebelum dan setelah menjamah makanan, setelah
(24)
buang air kecil dan besar, dan setelah menyentuh benda-benda yang kotor. Mencuci tangan dengan memakai sabun lebih efektif untuk menghilangkan kotoran yang menempel di tangan.
Mencuci kaki setelah beraktivitas dari luar baik untuk mencegah penyakit seperti Schistomiasis. Mencuci kaki perlu dilakukan setelah pulang dari bepergian dan sebelum tidur, agar kamar tetap bersih dan bebas dari sumber penyakit. Selain itu, kuku pada jari-jari tangan dan kaki harus dipotong pendek sehingga kotoran tidak tertinggal di balik kuku (Nurjannah, 2012).
d. Kebersihan genitalia
Pengetahuan yang kurang mengenai kebersihan genitalia menjadi penyebab terjadinya infeksi pada alat reproduksi dan daerah di sekitarnya. Daerah genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Diantara cara untuk menghindari gangguan kesehatan kulit pada genitalia dan area di sekitarnya adalah dengan (Frenki, 2011):
1. Cebok dengan mengalirkan air dari arah yang benar, yakni dari depan ke belakang dan bukan sebaliknya. Pada cara cebok yang salah, perempuan lebih mudah terkena infeksi karena kuman dari belakang (dubur) dapat masuk ke dalam genitalia.
2. Mengenakan celana dalam keadaan kering serta sering mengganti celana dalam. Hal ini dikarenakan pada kulit kelamin yang lembab dan basah, keasaman akan meningkat dan memudahkan pertumbuhan jamur.
(25)
2.1.2 Faktor–Faktor yang Memengaruhi Personal Hygiene
Menurut Perry dan Potter (2005), sikap seseorang dalam melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Citra tubuh (Body image)
Gambaran seseorang terhadap bagaimana berpenampilan semestinya sangat berpengaruh pada kesadaran untuk menjaga kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial.
Interaksi sosial seseorang selama hidupnya dapat meningkatkan personal hygiene. Selama masa kanak-kanak, anak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua seperti menggosok gigi sebelum tidur. Hal ini akan menjadi kebiasaan yang berlanjut hingga dewasa.
c. Status sosio-ekonomi
Perbedaan status sosial dan tingkat kemapanan ekonomi akan menjadikan tingkat personal hygiene setiap orang berbeda. Pada individu dengan ekonomi yang mampu akan ada kesadaran untuk mandi minimal dua kali sehari karena fasilitas air bersih yang tersedia dalam jumlah yang cukup.
d. Pengetahuan
Pengetahuan mengenai personal hygiene berpengaruh terhadap kesadaran seseorang untuk menjaga kebersihan diri. Seseorang yang tahu mekanisme penularan penyakit panu pada kulit tentu tidak akan memakai baju yang sama selama berhari-hari tanpa dicuci.
(26)
e. Budaya
Aturan adat isitiadat dapat mempengaruhi seseorang untuk tidak menjaga kebersihan diri selama beberapa waktu tertentu. Di daerah-daerah di Indonesia masih banyak larangan mencuci rambut (bersampo) dan memotong kuku pada wanita selama haid.
f. Kebiasaan individu
Banyak orang yang tidak menjaga kebersihan diri dikarenakan tidak biasa melakukannya. Bagi seseorang yang belum membiasakan menggosok gigi sebelum tidur maka dia akan jarang atau bahkan tidak melakukannya.
g. kondisi fisik/psikis
Ketika mengalami sakit biasanya individu susah menjaga personal hygiene, seperti kesulitan mandi, dan membersihkan rumah. Hal tersebut juga bisa terjadi kepada seseorang dengan gangguan psikis seperti stress.
2.2 Kulit
Kulit merupakan lapisan terluar yang membungkus tubuh manusia. Kulit terletak di bagian luar tubuh, dengan luas kurang lebih 1,5 m2 dan beratnya sekitar 15% berat badan. Kulit manusia mempunyai fungsi penting untuk melindungi organ dalam dari berbagai pengaruh luar, baik terhadap faktor fisika, kimiawi, maupun infeksi. Kulit menjadi sawar terhadap dehidrasi atau cairan dari luar, mengatur suhu tubuh melalui keringat dan efek vasolidator/ vasokonstriksi pembuluh darah kulit. Adanya ion hidrogen di lapisan permukaan kulit menjadi pelindung terhadap infeksi (Andrianto & Tie, 1989).
(27)
Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit juga berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak tangan dan kaki bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa (Rangkuti, 2012).
2.2.1 Anatomi Kulit
Kulit merupakan struktur fibrosa elastik yang rumit, dan berhubungan langsung dengan organ dalam melalui jaringan ikat di dermis yang kaya pembuluh darah, pembuluh limfe, dan serat (Andrianto & Tie, 1989). Rata-rata tebal kulit adalah 1-2 mm. Paling tebal adalah 6 mm yaitu ada di telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis ada di penis.
Kulit dibagi menjadi epidermis, dermis atau korium, dan subkutis atau hipodermis. Lapisan kulit mulai dari yang terluar adalah sebagai berikut (Andrianto & Tie, 1989):
a. Epidermis
Lapisan epidermis merupakan epitel berlapis gepeng. Lapisan epidermis dibagi menjadi (dalam urutan dari permukaan ke dalam) yaitu stratum korneum, stratum lusidium, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.
b. Dermis
Dermis (korium, derma atau kutis vera) merupakan lapisan fibrosa padat dan elastis di bawah epidermis. Dalam jaringan ini terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, struktur kelenjar, folikel rambut, otot, jaringan lemak dan saraf bersama organ akhir indera kulit.
(28)
c. Subkutis
Jaringan subkutis (hipoderma) terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung liposit dan sel ini menyimpan lemak.
d. Alat tambahan kulit
Alat tambahan kulit(‘appendages’) mencakup kelenjar keringat dan sebasea, alat ujung saraf, kuku, rambut, otot serta pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
2.2.2 Fungsi Kulit
Brown & Burns (2005) merincikan fungsi-fungsi kulit pada manusia sebagai berikut:
1. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang esensial
Stratum korneum dengan sel-selnya yang saling tumpang tindih dan lemak interselulernya menghalangi terjadinya difusi air keluar tubuh. Tanpa stratum korneum maka air yang hilang keluar akan meningkat 10 kali lipat atau lebih.
2. Melindungi dari masuknya zat-zat kimia beracun dari lingkungan dan mikroorganisme
Stratum korneum merupakan sawar (rintangan) yang sangat efektif terhadap penetrasi dari luar. Keutuhan struktur stratum korneum juga melindungi terhadap invasi mikroorganisme.
3. Fungsi-fungsi imunologis
Kulit merupakan suatu organ yang kompeten secara imunologis dan berperan penting bagi pertahanan tubuh. Keratinosit mempersiapkan antigen eksternal untuk dipresentasikan pada limfosit T, yang kemudian akan meningkatkan respons imun.
(29)
4. Melindungi dari kerusakan akibat radiasi ultra violet
Fungsi melanin sebagai pelindung untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat ultra violet.
5. Mengatur suhu tubuh
Kulit merupakan bagian penting dari sistem pengaturan suhu tubuh. Respon kulit terhadap keadaan dingin adalah dengan vasokonstriksi dan banyak mengurangi aliran darah, sehingga akan mengurangi transfer panas ke permukaan tubuh.
6. Sintesis Vitamin D
Vitamin D (Kolekalsiferol) dibentuk kulit melalui aktivitas sinar UV pada dehidrokolesterol.
7. Resptor Sensoris
Kulit banyak mengandung resptor sensoris untuk merasakan panas, dingin, nyeri, rabaan, tekanan, dan rasa gatal.
2.2.3 Penyakit Kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit (Harahap, 2000).
Penyakit kulit yang berbeda bisa menampilkan tanda dan gejala yang sama, namun penyakit yang sama juga bisa menampilkan tanda dan gejala yang berbeda. Bentuk lesi bisa menentukan jenis obat yang diberikan, selain itu gejala subjektif
(30)
juga harus diperhatikan. Gejala Subjektif kulit bisa terdiri dari rasa gatal, baal, seperti terbakar, parestesi, seperti ditusuk-tusuk dan sebagainya.
Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor ekonomi yang kurang memadai (Harahap, 2000). Salah satu faktor yang menyebabkan penyakit kulit adalah kebersihan perorangan yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kulit kepala, kebersihan kuku, intensitas mandi dan lain-lain (Rangkuti, 2012).
2.2.4 Penyebab Penyakit Kulit
Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain:
1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit.
2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :
a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam.
b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan, antibiotik, kosmetik, tanam-tanaman, dan lain-lain. c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral,
(31)
d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin, dll.
3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan
produk-produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit.
2.2.5 Jenis-Jenis Gangguan Kulit
Andrianto & Tie (1989) menyatakan jenis-jenis gangguan kesehatan kulit yang terjadi pada manusia adalah sebagai berikut:
a. Infeksi Bakteri pada Kulit
Beberapa penyakit pada kulit yang disebabkan oleh infeksi bakteri adalah Pidermi, Ulkus tropikum, Tuberkulosis kutis, Lepra, dan Frambusia tropika. Pidermi dengan jenis Furunkel (bisul) sangat sering terjadi di semua usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Furunkel adalah suatu infeksi folikel rambut dan sekelilingnya oleh S. aureus atau S. pyogenes. Furunkel memiliki nyeri tekan dan dapat pecah spontan, mengeluarkan jaringan nekrosisnya lalu furunkel sembuh sendiri. Bakteri dapat masuk ke lapisan kulit melalui iritasi, tekanan, garukan, dan pencukuran bulu ketiak.
(32)
b. Infeksi Virus pada Kulit
Beberapa gangguan kulit yang disebabkan oleh virus adalah Variola, Herpes simpleks, Varisela, dan Herpes zoster. Biasanya infeksi virus pada kulit tidak disebabkan oleh kebersihan diri yang kurang.
c. Infeksi Jamur
Penyakit kulit karena infeksi jamur banyak terjadi di Indonesia, terutama dengan udara yang lembab dan panas (daerah tropis), hygiene yang kurang baik, lingkungan yang padat, dan sosio-ekonomi yang rendah. Dermatomikosis dibagi atas mikosis profunda bila menginvasi jaringan dan menyebabkan penyakit sistemik, mikosis superfisialis yang terbatas pada kulit dan membrane mukosa, serta mikosis intermediate bila mempunyai kedua sifat tersebut.
Mikosis superfisialis merupakan jenis paling lazim terjadi diantaranya adalah Dermatifitosis. Dermatofitosis memiliki nama lain Tinea atau ‘ringworm’ atau kurap. Berdasarkan tempat munculnya, tinea kapitis bila timbul di kepala, tinea korporis bila timbul di badan, tinea manus pada tangan, tinea kruris pada lipat paha, tinea pedis pada kaki, tinea unguium pada kuku, dan tinea barbae pada jengggot. Penularan terjadi jika terdapat kontak dengan kulit penderita.
(33)
Mikosis superfisialis lainnya adalah Tinea versikolor. Nama lain dari penyakit kulit ini adalah Pitiriasis versikolor, karena ditemukan skuama halus dan warnanya bermacam-macam mulai dari putih kelabu, kekuningan, kehitaman, dan sebagainya. Penyakit ini lebih dikenal dengan nama panu.
Panu disebabkan oleh Malassezia furfur atau Microsporum furfur. Warna panu bermcam-macam tergantung warna kulit. Keluhan biasanya berupa gatal ringan. Panu terutama timbul pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan tubuhnya, lebih sering pada golongan sosioekonomi rendah.
Gambar 3. Panu (Tinea versikolor) d. Penyakit Parasit
Penyakit kulit karena parasit diantaranya adalah Skabies, Pedikulosis (Ftiriasis), Insect bites.
1. Skabies
Skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var homonis. Skabies didapat di daerah kumuh dengan keadaan sanitasi yang sangat jelek. Reservoir scabies adalah manusia; penularan terjadi secara langsung dari orang ke orang atau lewat peralatan seperti pakaian. Hal ini dipermudah oleh keadaan penyediaan air bersih yang kurang jumlahnya.
(34)
2. Pedikulosis
Pedikulosis disebabkan oleh Pediculus humanus var capitis (tuma kepala), P. humanus var corporis (tuma badan), dan P. phthirus pubis (tuma kemaluan)yang melekat pada kulit dan menghisap darah. Serta melalui gigitan bisa menularkan demam balik-balik.
3. Insect bites
Beberapa serangga menimbulkan gangguan pada kulit ketika menggigit manusia, misalnya Paederus fuscipes. Serangga ini adalah kumbang yang lebih dikenal dengan nama Tomcat.
Gambar 2.4 Penyakit kulit karena gigitan Tomcat
2.3 Sanitasi Dasar
Sarana sanitasi dasar yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi penyediaan air bersih, jamban, pembuangan air limbah, dan pengelolaan sampah rumah tangga (Tarigan, 2008).
2.3.1 Penyediaan Air Bersih
Air merupakan sumber daya yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci. Air yang bisa dimanfaatkan oleh manusia adalah air yang memiliki
(35)
kuantitas dan kualitas yang layak untuk digunakan. Sumber air yang banyak dipergunakan oleh masyarakat adalah berasal dari:
1. Air permukaan, yaitu air yang mengalir di permukaan bumi seperti air sungai dan air danau. Air ini umumnya mendapat pengotoran selama pengalirannya. 2. Air tanah, secara umum terbagi menjadi: air tanah dangkal yaitu terjadi
akibat proses penyerapan air dari permukaan tanah, sedangkan air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama. Air tanah biasa didapat masyarakat dengan membuat sumur.
3. Air angkasa atau air hujan, kualitasnya dapat menurun jika terdapat zat pencemar di udara.
Kurangnya air bersih, khususnya untuk menjaga kesehatan diri, dapat menimbulkan penyakit kulit dan mata (Abram, 1970). Penyakit-penyakit tersebut antara lain adalah Trachoma, dan segala macam penyakit kulit yang disebabkan jamur dan bakteri.
Ada 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan penyakit yaitu (Kusnoputranto, 2000):
1. Water Born Desease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang terkontaminasi oleh bakteri pathogen dari pendrita atau karier misalnya Cholera, Typhoid, Hepatitis dan Dysentri Basiler.
2. Water based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara, misalnya
(36)
3. Water Washed disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan kebersihan perorangan dan air untuk kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Diantaranya adalah penyakit kulit
penyakit infeksi aluran pencernaan seperti diare.
4. Water related insect vectors, vektor-vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak dalam air, misalnya malaria, demam berdarah, yellow fever, Trypanosomiasis.
Air bersih adalah air yang digunakan unuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990). Syarat –syarat kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Syarat fisik: tidak berbau , tidak berasa
b. Syarat kimia: kadar besi maksimum yang diperbolehkan 1,0 mg/l, kesadahan maksimal 500 mg/l
c. Syarat mikrobiologis: jumlah total koliform dalam 100 ml air yang diperiksa maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan perpipaan dan 10 untuk air yang berasal dari perpipaan.
Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu sumur gali sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam, tempat penampungan air hujan, penampungan mata air dan perpipaan (Slamet, 2002). Air sumur dan sumber air perpipaan merupakan sumber air yang paling banyak dipergunakan oleh masyarakat di Indonesia.
(37)
2.3.2 Pembuangan Kotoran Manusia ( Jamban)
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpukan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman (Ditjen P2M & PL, 1998). Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feces), air seni (urine), dan CO2. Kotoran manusia (feces) adalah sumber penyakit yang multikompleks. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh tinja manusia antara lain tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing, Schistosomiasis, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007). Untuk mencegah penularan penyakit dari tinja manusia maka pembuangan kotoran harus di tempat yang semestinya, yakni jamban. Jamban yang sehat adalah memenuhi persyaratan antara lain:
1. Sebaiknya jamban tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang (privacy) dan lain sebagainya.
2. Memiliki lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan lain sebagainya. 3. Sedapat mungkin ditempatkan di lokasi yang tidak mengganggu pandangan,
tidak menimbulkan bau, dan sebagainya.
(38)
Tipe-tipe jamban menurut Notoatmodjo (2007) antara lain:
1. Jamban cemplung (Pit Latrine) adalah jamban cemplung sering dijumpai di daerah pedesaan di Jawa. Jamban cemplung tanpa rumah jamban dan tanpa tutup akan memudahkan serangga untuk masuk dan menyebarkan bau busuk. 2. Jamban empang (Fishpond Latrine) dibangun di atas empang ikan. Jamban
ini mempunyai fungsi, yaitu disamping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan ikan).
3. Septi tank adalah cara yang paling memenuhi persyaratan dan dianjurkan. Septi tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Proses tinja di dalam tangki terbagi dua, yakni proses kimiawi dan biologis.
2.3.3 Pembuangan Air Limbah
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri, maupun tempat-tempat umum lainnya. Saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang tidak mengalir lancar, dengan bentuk tidak tertutup dibanyak tempat, sehingga air limbah menggenang ditempat terbuka. Keadaan ini berpotensi sebagai tempat berkembang biak vektor dan bernilai negatif dari aspek estetika (Soejadi, 2003).
1. Karakteristik air limbah
Karakteristik air menentukan bentuk pengolahan yang perlu dilakukan sehingga penting untuk diketahui. Secara garis besar karakteristik air limbah digolongkan menjadi (Notoatmodjo, 2007):
(39)
a. Karakteristik fisik
Air limbah rumah tangga biasanya berwarna suram seperti laturan sabun, sedikit berbau. Selain itu mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinja, dan sebagainya.
b. Karakteristik kimiawi
Air limbah mengandung campuran zat-zat kimia an-organik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian tinja, urine, dan sampah-sampah lainnya. Substansi organik dalam air buangan terdiri dari dua gabungan, yakni:
a. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya urea, protein, amine, dan asam amino.
b. Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, misalnya lemak, sabun, dan karbohidrat, termasuk selulosa.
c. Karakteristik biologis
Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air limbah tergantung dari mana sumbernya, namun tidak berperan dalam proses pengolahannya.
Air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu menjadi penyebab gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup diantaranya sebagai berikut:
a. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama kolera, tifus abdominalis, disentri basiler.
(40)
c. Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk.
d. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.
e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup lainnya.
f. Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tidak nyaman, dan sebagainya.
2. Cara Pengolahan Air Limbah Secara Sederhana a. Pengeceran (dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, baru dibuang ke badan-badan air.
b. Kolan Oksidasi (Oxidation Ponds)
Air limbah dialirkan ke kolam, dan melalui pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah.
c. Irigasi
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit.
2.3.4 Pengelolaan Sampah
Sampah adalah segala yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut:
(41)
a. adanya sesuatu benda atau benda padat.
b. adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia. c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.
Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya sampah dibagi menjadi: a. Sampah ano-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,
misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.
b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya. Sampah dapat mengandung mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri patogen) juga dapat menarik seranggga sebagai agen penyebaran dan penularan penyakit. Sampah harus dikelola sedemikian rupa untuk menghindari dampak buruk di atas. Cara-cara pengelolaan sampah antara lain:
a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan samapah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Setelah dikumpulkan di suatu tempat pengumpulan, sampah dibawa ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS), dan selanjutnya ke tempat penampungan akhir (TPA) sampah.
Mekanisme, sistem, atau cara pengangkutan sampah diaerah perkotaan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat, dan dibantu oleh partisipasi masyarakat. Di pedesaan sampah rumah tangga umumnya didaur ulang menjadi pupuk.
Tempat pengumpulan sampah dikategorikan baik menurut fungsi apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
(42)
a. Terbuat dari bahan kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, permukaan halus pada bagian dalam.
b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup sehingga tidak mengotori tangan.
c. Mudah diisi dan dikosongkan/ dibersihkan.
d. Jumlah dan volume sesuai dengan produk sampah pada tiap tempat kegiatan.
e. Sampah dari setiap ruang dibuang setiap hari.
Sampah yang telah dikumpulkan di tempat sampah akan dipindahkan ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS). Persyaratan TPS antara lain adalah sebagai berikut:
a. Tidak terbuat dari bak beton permanen, tidak menjadi tempat perindukan serangga, terhindar dari gangguan biantang.
b. TPS terletak di tempat yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut sampah.
c. TPS dikosongkan < 3 x 24 jam.
Sampah yang berada di TPS selanjutnya akan diangkut oleh kendaraan dengan pengangkut sampah dan dibawa menuju tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengangkutan sampah antara lain adalah sebagai berikut:
a. Alat pengangkut harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan jaring.
(43)
c. Kapasitas disesuaikan dengan kondisi/ kelas jalan yang akan dilalui. d. Bak truk/ dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah.
Alat yang digunakan untuk mengangkut sampah di Indonesia sudah beragam. Diantaranya adalah sebagai berikut (Damanhuri & Padmi, 2008):
Jenis Peralatan
Konstruksi/ bahan
Kelebihan Kelemahan Catatan
Truk biasa terbuka -Bak konstruksi kayu -Bak konstruksi plat besi -harga relatif murah -perawatan relatif lebih mudah -kurang sehat -memerlukan waktu pengoperasian lebih lama -estetika kurang -banyak dipakai di Indonesia -diperlukan tenaga lebih banyak Dump Truck/ Tupper Truck
-Bak plat baja -Dump truck dengan peninggian bak pengangkutnya -tidak diperlukan banyak tenaga saat pembongkaran. -pengoperasian lebih efisien dan efektif -perawatan lebih sulit -kurang sehat -kurang estetis -relatif lebih mudah berkarat -sulit untuk pemuatan -perlu modifikasi bak Arm Roll Truck -Truk untuk mengangkut/ membawa kontainer-kontainer hidrolis
-praktis dan cepat dalam
pengoperasian -tidak diperlukan tenaga kerja yang banyak
-lebih bersih dan sehat -estetika baik -penempatan lebih fleksibel -hidrolis sering rusak -harga relatif mahal -biaya perawatan lebih mahal -diperlukan lokasi (areal) untuk penempatan dan pengangkutan -cocok pada lokasi dengan produksi sampah yang relatif banyak Compactor Truck -truk dilengkapi dengan alat pemadat sampah -volume sampah yang terangkut lebih banyak -lebih bersih dan higienis -estetika baik -praktis dalam pengoperasian -tidak diperlukan banyak tenaga kerja -harga relatif mahal -biaya investasi dan pemeliharaan lebih mahal -waktu pengumpulan lama bila untuk sistem door to door
-cocok untuk pengumpulan dan angkutan secara komunal
Multi Loader -truk untuk mengangkat/
-praktis dan cepat dalam
-hidrolis sering rusak
-cocok pada lokasi dengan
(44)
membawa kontainer secara hidrolis pengoperasian -tidak diperlukan banyak tenaga kerja -penempatan lebih fleksibel -diperlukan lokasi (areal) untuk penempatan dan pengangkatan produksi sampah yang relatif banyak -pernah digunakan di Makasar Truck with Crane -truk dilengkapi dengan alat pengangkat sampah -tidak memerlukan banyak tenaga untuk menaikkan sampah ke truk -cocok untuk mengangkut sampah yang besar (bulky waste) -hidrolis sering rusak -sulit digunakan di daerah yang jalannya sempit dan tidak teratur
-telah digunakan di DKI Jakarta
Mobil Penyapu Jalan (Street Sweeper) -truk dilengkapi dengan alat penghisap sampah -pengoperasian lebih cepat -sesuai untuk jalan-jalan protokol yang memerlukan pekerjaan cepat -estetis dan higienis -tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak -harga lebih mahal -perawatan ebih mahal -belum memungkinkan untuk kondisi jalan di Indonesia umumnya
-baik untuk jalan-jalan protokol: yang tidak rata, tidak berbatu, dan dengan batas jalan yang baik
Kontainer untuk pengangkutan sampah ada yang terpisah dari truk sehingga dapat dinaikturunkan dari truk dalam proses pengangkutan sampah. Selain itu ada truk yang dapat terbuka dengan pengungkit di bagian belakangnya sehingga tidak memerlukan pekerja khusus untuk mengeluarkan sampah dari truk.
(45)
Gambar 6. Jenis Truk Pengangkut Multi-loader, Arm-roll dan Roll-on b. Pemusnahan dan pengolahan sampah
Diantara cara pemusnahan dan pengolahan sampah pada adalah sebagai berikut:
1. Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
2. Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator).
3. Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk kompos, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk.
Apabila setiap rumah tangga sudah mampu memisahkan sampah organik dengan anorganik, kemudian sampah organik dikelola menjadi pupuk tanaman dapat dijual dan dipakai sendiri. Sedangkan sampah anorganik dapat diambil oleh para pemulung, sehingga permasalahan sampah berkurang.
2.4 Perilaku Kesehatan
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang
(46)
(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Slamet (2002), Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behaviour) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku ini mencakup hal-hal berikut:
a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di dalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi hygiene pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.
c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Termasuk di dalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah, serta dampak pembuatan limbah yang tidak baik.
d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.
e. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor) dan sebagainya.
Perilaku kesehatan memiliki tiga domain, yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan (Notoatmodjo, 2007).
2.4.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan memiliki 6 tingkatan:
(47)
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengiterpretasi materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket atau menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden.
(48)
2.4.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila dirinya ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah indikasi sikap.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat responden terhadap suatu objek. Pendapat tersebut dalam bentuk setuju, kurang setuju, dan tidak setuju atas pernyataan yang disediakan.
2.4.3 Tindakan
Tindakan yang tercakup dalam domain psikomotorik mempunyai empat tingkatan:
(49)
1. Persepsi (perception) yaitu mengenal atau memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
2. Respon terpimpin (guided response), yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.
3. Mekanisme (mecanism) yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
4. Adaptasi (adaptation), yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
2.5 Komponen Fisik Rumah Sehat
Rumah adalah salah satu syarat pokok bagi kehidupan manusia. Rumah merupakan tempat untuk perkembangan dan pertumbuhan manusia secara utuh, maka rumah harus dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan kesehatannya. Rumah juga merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya (Depkes RI, 2002). Rumah sehat menurut Winslow memiliki kriteria, antara lain:
1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis 2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis 3. Dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan
4. Dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit.
Dalam pemenuhan kriteria rumah sehat, ada beberapa variabel yang harus diperhatikan:
(50)
1. Bahan bangunan
a. Lantai yang kedap air dan mudah di bersihkan. Lantai ubin dan semen adalah baik.
b. Dinding yang paling baik adalah tembok, akan tetapi tidak cocok apabila ventilasi rumah tidak cukup.
c. Langit- langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan. d. Atap berfungsi untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan angin,
panas dan hujan, debu, asap dan lain-lain. 2. Ventilasi
Ventilasi mempunyai mempunyai banyak fungsi diantaranya adalah lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan sebagai lubang masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga di dalam rumah tidak gelap pada waktu pagi, siang hari maupun sore hari. Ada dua macam cara yang dapat dilakukan agar ruangannya mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu:
a. Ventilasi alamiah, yaitu pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah.
b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap udara. 3. Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari, di samping kurang nyaman, juga
(51)
merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata. Sumber cahaya untuk perumahan antara lain:
a. Cahaya alamiah yaitu matahari, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya matahari yang cukup. Sebaiknya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%-20% dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan rumah.
b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya.
4. Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni didalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni (over crowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2untuk setiap orang di dalam keluarga (Slamet, 2002).
2.6 Asrama Mahasiswa
Berdasarkan Kemenpera No. 9/PERMEN/M/2008 tentang pedoman bantuan pembangunan rumah susun sederhana sewa pada lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama, asrama adalah rumah susun sederhana sewa
(52)
(rusunawa) yang diperuntukkan bagi mahasiswa/siswa/santri. Ketentuan dalam pembangunan rusunawa untuk mahasiswa adalah sebagai berikut:
a. luas unit sekurang-kurangnya 21m2
b. kamar mandi komunal berada di luar unit hunian
c. jumlah lantai bangunan rusunawa sekurang-kurangnya 3 lantai dan sebanyak-banyaknya berjumlah 5 lantai
d. lantai dasar dimanfaatkan untuk sarana sosial, umum dan/ atau komersial e. 1 (satu) bangunan rusunawa dapat berbentuk satu blok (mono block) atau dua
blok (twin block)
Menurut PP No. 4 tahun 1998 tentang rumah susun, sebuah rumah susun harus memenuhi syarat antara lain, secara teknis semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan langsung maupun tidak langsung secara alami, dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Rumah susun harus direncanakan dan dibangun dengan struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan yang berlaku. Struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan harus diperhitungkan kuat dan tahan terhadap gempa, hujan, angin, dan banjir. Kelengkapan rumah susun antara lain:
a. Jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai persiapan dan perlengkapannya termasuk meter air, pengatur tekanan air, dan tangki air dalam bangunan.
(53)
b. Jaringan listrik yang memenuhi persyaratan mengenai kabel dan perlengkapannya, termasuk meter listrik dan pembatas arus, serta
pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan. c. Saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas,
kuantitas, dan pemasangan.
d. Saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas dan pemasangan.
e. Saluran dan/ atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi persyaratan terhadap kebersihan, kesehatan, dan kemudahan; tempat pembuangan sampah yang fungsinya adalah sebagai tempat pengumpulan sampah dari rumah susun untuk selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan sampah kota, dengan memperhatikan faktor-faktor kemudahan pengangkutan, kesehatan, kebersihan, dan keindahan.
f. Tempat jemuran
(54)
2.7 Kerangka Konsep
Personal Hygiene: - Kebersihan kulit - Kebersihan kuku,
tangan, dan kaki - Kebersihan rambut
dan kulit kepala - Kebersihan genitalia
Sanitasi Dasar
Asrama:
-Penyediaan air bersih -Jamban
-Pengelolaan air limbah -Pembuangan sampah
Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Asrama Putri USU Perilaku:
-Pengetahuan -Sikap
-Tindakan
Komponen Fisik Asrama:
- Langit-langit - Dinding - Lantai
- Jendela Kamar - Ventilasi - Pencahayaan
(55)
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan bentuk survei untuk mengetahui perilaku penghuni asrama putri USU tentang personal hygiene dan sanitasi dasar, komponen fisik dan fasilitas sanitasi dasar asrama, serta kaitannya dengan keluhan kesehatan kulit.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di asrama putri lama USU dan asrama putri baru USU dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Belum pernah dilakukan penelitian yang sama di daerah tersebut. 2. Penghuni asrama cukup banyak dan padat.
3. Sebagian besar penghuni asrama pernah mengalami gangguan kesehatan kulit.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Mei 2014 3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni asrama putri USU yang beralamat di Jl. Universitas No. 20 Kampus USU Padang Bulan Medan, baik yang menghuni bangunan lama atau pun bangunan baru. Penghuni asrama putri lama USU berjumlah 60 orang dan penghuni asrama putri baru USU berjumlah 236 orang.
(56)
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang ditentukan jumlahnya dengan metode perhitungan tertentu. Sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi sampel asrama putri lama USU dan asrama putri baru USU.
a. Besar sampel
Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005):
Rumus :
= 74,7 75 orang responden Keterangan:
= Besar populasi = Besar sampel
= Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,1)
Dari rumus di atas, maka sampel yang di butuhkan di asrama putri USU adalah 75 orang. Sedangkan untuk menentukan besar sampel di asrama putri lama dan baru, ditentukan secara proporsional dengan:
(57)
orang Keterangan:
= Besar populasi asrama putri USU = Besar populasi asrama putri lama USU = Besar populasi asrama putri baru USU = Besar sampel asrama putri USU
= Besar sampel di asrama putri lama USU = Besar sampel di asrama putri baru USU
Dari rumus diatas, maka sampel yang dibutuhkan di asrama putri lama adalah sebanyak 15 orang dan di asrama putri baru adalah sebanyak 60 orang.
b Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan systematic random sampling. Populasi di urutkan dengan nomor kamar dan setiap penghuni kamar diurutkan berdasarkan abjad. Populasi asrama putri lama adalah 60 orang, sampel yang dibutuhkan adalah 15 responden, dengan interval adalah 60/15 = 4. Maka anggota populasi asrama putri lama yang menjadi sampel adalah setiap elemen yang mempunyai nomor kelipatan 4, yakni 4, 8, 12, . . . sampai mencapai jumlah 15 sampel.
(58)
Populasi asrama putri baru adalah 236 orang, sampel yang dibutuhkan adalah 60 responden, dengan interval adalah 236/60 = 3,9 atau dibulatkan menjadi 4. Maka anggota populasi asrama putri baru yang menjadi sampel adalah setiap elemen yang mempunyai nomor kelipatan 4, yakni 4, 8, 12, . . . sampai mencapai jumlah 60 sampel.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan mahasiswi yang terpilih menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah disediakan.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari kepala asrama putri USU yakni berupa data: 1. Profil singkat asrama putri USU (Alamat dan tahun peresmian)
2. Jumlah penghuni asrama putri lama dan asrama putri baru USU.
3. Sarana dan prasarana yang terdapat di asrama putri lama dan di asrama putri baru USU.
3.5 Definisi operasional
a. Personal hygiene adalah upaya menjaga kebersihan diri yang dilakukan oleh mahasiswi di Asrama Putri USU.
b. Kebersihan kulit adalah upaya merawat diri dengan memperhatikan kondisi permukaan tubuh agar bebas dari penyakit dengan cara mengganti pakaian minimal satu kali sehari, menggunakan pakaian / barang keperluan sehari-hari milik sendiri, mandi secara teratur serta menggunakan sabun.
(59)
c. Kebersihan tangan, kaki dan kuku adalah upaya menjaga kebersihan tangan dan kaki serta memotong kuku secara teratur dan kondisi kuku harus pendek dan bersih.
d. Kebersihan rambut adalah upaya menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala dengan mencuci rambut sekurang – kurangnya dua kali seminggu serta menggunakan sampo.
e. Kebersihan genital adalah upaya menjaga kebersihan genital dengan memperhatikan kebersihan pakaian dalam, cebok dengan menyiramkan air dari depan ke belakang, serta tidak membiarkan kulit di sekitar genital dalam keadaan lembab.
f. Keluhan gangguan kesehatan kulit adalah keluhan yang dirasakan penderita berupa rasa gatal-gatal (pagi , siang, malam ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah, bentol-bentol, nanah, kulit permukaan tubuh bersisik, bengkak, bintil / gelembung berisi air, atau pun bisul berdasarkan observasi dan wawancara dengan mahasiswa penghuni asrama.
g. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui penghuni asrama tentang personal hygiene dan sanitasi dasar asrama.
h. Sikap yaitu respon yang diberikan penghuni asrama terhadap personal hygiene dan sanitasi dasar asrama.
i. Tindakan adalah tindakan yang dilakukan oleh penghuni asrama personal hygiene dan sanitasi dasar asrama.
j. Sanitasi dasar adalah penyediaan air bersih, jamban, pengelolaan air limbah dan pembuangan sampah yang di asrama.
(60)
k. Penyediaan air bersih adalah sarana air bersih dan kualitas fisik air yang ada di asrama.
l. Pembuangan kotoran manusia adalah sarana pembuangan tinja yang dipergunakan oleh penghuni asrama.
m. Pembuangan air limbah adalah sarana pembuangan air limbah yang dipakai oleh responden.
n. Sampah adalah sarana pembuangan sampah yang dimiliki responden.
o. Komponen fisik asrama adalah langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, ventilasi, dan pencahayaan di dalam kamar asrama.
p. Langit-langit adalah langit-langit di dalam kamar asrama. q. Dinding adalah dinding di dalam kamar asrama.
r. Lantai adalah lantai di dalam kamar asrama.
s. Jendela kamar tidur adalah jendela kamar penghuni asrama. t. Ventilasi adalah ventilasi di dalam kamar asrama.
u. Pencahayaan adalah pencahayaan baik alami dan buatan di dalam kamar asrama.
3.6 Aspek Pengukuran 1. Keluhan Penyakit kulit
a. Ada, jika ada keluhan yang dirasakan responden berupa rasa gatal-gatal (pagi , siang, malam ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah, bentol-bentol, nanah, kulit permukaan tubuh bersisik, bengkak, bintil / gelembung berisi air, atau pun bisul.
(61)
b. Tidak ada, jika tidak ada keluhan yang dirasakan responden berupa rasa gatal-gatal (pagi , siang, malam ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah, bentol-bentol, nanah, kulit permukaan tubuh bersisik, bengkak, bintil / gelembung berisi air, atau pun bisul.
2. Perilaku a. Pengetahuan
Pengetahuan ditentukan berdasarkan jumlah pernyataan dalam instrumen angket yang tersedia lampiran yaitu dengan memilih sejumlah pernyataan dengan pilihan jawaban a, b dan c.
a. Jika responden memilih jawaban yang benar akan mendapat skor 1. b. Jika responden memilih jawaban yang tidak benar akan mendapat skor 0 .
Berdasarkan total nilai yang diperoleh dari 25 pertanyaan, maka total nilai maksimal adalah 25. Berdasarkan skala likert (Sugiono, 2007) pengetahuan responden dikategorikan sebagai berikut:
a. baik, jika skor yang diperoleh responden≥ 75 % atau ≥ 19 b. sedang, jika skor yang diperoleh responden 45-74 % atau 11 - 18 c. buruk, jika responden memperoleh nilai < 45 % atau < 11
b. Sikap
Pengukuran sikap dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada responden dengan jumlah pertanyaan sebanyak 30 buah, dengan alternatif jawaban sebanyak 3 pilihan (setuju, kurang setuju atau tidak setuju). Adapun sistem pemberian skor sikap adalah sebagai berikut :
(62)
a. Jika responden memilih jawaban setuju mendapat skor 2
b. Jika responden memilih jawaban kurang setuju mendapat skor 1 c. Jika responden memilih jawaban tidak setuju mendapat skor 0
Khusus untuk pertanyaan no 3, 6, 7, 9, 13, 18, 26, 27, 28, 29 jawaban tidak setuju = 2, jawaban kurang setuju = 1 dan jawaban setuju = 0.
Berdasarkan total nilai yang diperoleh dari 30 pertanyaan, maka total nilai maksimal adalah 60. Berdasarkan skala likert (Sugiono, 2007) sikap responden dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. baik, jika skor yang diperoleh responden≥ 75 % atau ≥ 45 b. sedang, jika skor yang diperoleh responden 45-74 % atau 27 - 44 c. buruk, jika responden memperoleh nilai < 45 % atau < 27
c. Tindakan
Penilaian terhadap tindakan dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada responden. Kuesioner tentang tindakan berisi pertanyaan sebanyak 25 buah, dengan alternatif jawaban sebanyak 3 pilihan (selalu, kadang-kadang atau tidak pernah). Adapun sistem pemberian skor sikap adalah sebagai berikut:
a. Jika responden memilih jawaban selalu, mendapat skor 2
b. Jika responden memilih jawaban kadang-kadang mendapat skor 1 c. Jika responden memilih jawaban tidak pernah mendapat skor 0
Khusus untuk pertanyaan no 4, 5, 7, 8, 10, 15, 17, 20, 24 dan 25, jawaban tidak pernah = 2, jawaban kadang-kadang = 1 dan jawaban selalu = 0.
(63)
Berdasarkan total nilai yang diperoleh dari 25 pertanyaan, maka total nilai maksimal adalah 50. Berdasarkan skala likert (Sugiono, 2007) sikap responden dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. baik, jika skor yang diperoleh responden≥ 75 % atau ≥ 38 b. sedang, jika skor yang diperoleh responden 45-74 % atau 23 - 37 c. buruk, jika responden memperoleh nilai < 45 % atau < 22
3. Kondisi komponen fisik dan sanitasi dasar asrama
Kondisi komponen fisik dan sanitasi dasar asrama ditentukan pengamatan terhadap komponen rumah dan sarana sanitasi yang diperoleh dari data observasi yang menggunakan lembar observasi komponen dan sanitasi dasar asrama yang disesuaikan dengan teknik penilaian rumah sehat Permenkes No 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Perumahan Sehat, kelengkapan fasilitas rumah susun menurut PP No. 4 tahun 1988 tentang rumah susun, dan Kemenpera No 9/PERMEN/M/2008 tentang pedoman bantuan pembangunan rumah susun sederhana sewa pada lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama.
Penentuan hasil penilaian komponen fisik asrama adalah sebagai berikut:
Komponen Fisik Asrama Skor
I Langit-langit
1. Tidak ada 0
2. Ada, kotor, sulit dibersihkan 1
3. Ada, bersih, tidak rawan kecelakaan 2
II Dinding
1. Bukan tembok (terbuat dari anyaman bambu/ ilalang) 0
2. Semi permanen/ setengah tembok/ pasangan bata atau batu yang tidak diplester/ papan yang tidak kedap air
1
3. Permanen (tembok/ pasangan batu bata yang diplester) papan kedap air
2
III Lantai
1. Tanah 0
(64)
yang retak dan berdebu
3. Diplester/ ubin/ keramik/ papan (rumah panggung) 2
IV Jendela kamar tidur
1. Tidak ada 0
2. Ada 1
V Ventilasi
1. Tidak ada 0
2. Ada, luas ventilasi <10% dari luas lantai 1
3. Ada, luas ventilasi >10% dari luas lantai 2
VI Pencahayaan
1. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca 0
2. Kurang terang sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal
1
3.Terang dan tidak silau sehingga dapat membaca dengan normal
2
Berdasarkan tabel lembar observasi di atas didapatkan bahwa skor maksimal adalah 11. Penentuan hasil penilaian komponen fisik asrama berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Memenuhi syarat : apabila skor yang diperoleh 80 -100 % atau 9-11. 2. Tidak memenuhi syarat: apabila skor yang diperoleh < 80 % atau < 9.
Penentuan hasil penilaian fasilitas sanitasi dasar asrama adalah sebagai berikut:
Sanitasi Dasar Asrama Ya Tidak
I Air Bersih
1. Sumber air bersih yang digunakan: a. PAM
b. Sumur Gali c. Sumur Bor d. Kali/ sungai
Jika sumber air bersih yang digunakan berasal dari PAM
a. Air PAM jernih 1 0
b. Air PAM tidak berwarna 1 0
c. Air PAM tidak berasa 1 0
d. Air PAM tidak berbau 1 0
Jika sumber air bersih yang digunakan berasal dari sumur gali/ sumur bor
a. Air sumur jernih 1 0
b. Air sumur tidak berwarna 1 0
c. Air sumur tidak berasa 1 0
(65)
e. Jarak sumur >10 meter dari septi tank 1 0
f. Tidak ada sumber pencemaran lain dalam jarak 10 meter sekitar sumur
1 0
2. Air bersih selalu ada setiap saat (kontinuitas air) 1 0
3. Apakah kuantitas air selalu cukup (60 liter/ orang/ hari) 1 0
II Pembuangan Sampah
A Tempat Pembuangan Sampah
1. Tersedia tempat sampah 1 0
2. Jenis tempat sampah a. Keranjang sampah b. Bak penampung c. Kantong plastik d. Ember
3. Tempat sampah tidak rusak 1 0
4. Tempat sampah mudah dibersihkan 1 0
5. Tempat sampah tertutup 1 0
6. Tempat sampah kedap air 1 0
7. Terhindar gangguan binatang seperti kucing 1 0
8. Tempat sampah dikosongkan setiap 1x24 jam atau 2/3 bagian telah terisi penuh
1 0
9. Tersedia minimal 1 tempat sampah untuk setiap kamar/ ruangan
1 0
10. Terdapat tempat sampah umum di luar kamar 1 0
B Tempat Pembuangan Sampah Sementara
1. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara 1 0
2. Tempat pembuangan sampah sementara tidak terbuat beton
1 0
3. Tempat pembuangan sampah sementara terletak di lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut
1 0
4. Tempat pembuangan sampah sementara dikosongkan sekurang-kurangnya 3x24 jam
1 0
5. Tempat pembuangan sampah sementara memiliki tutup 1 0
C Pengangkut Sampah
1. Sampah sudah diangkut minimal dalam 3x24 jam oleh truk pengangkut sampah
1 0
2. Truk pengangkut dilengkapi penutup, minimal dengan jaring
1 0
3. Kapasitas truk dapat menampung sampah yang akan diangkut
1 0
4. Bak truk kedap air sampah 1 0
III Pembuangan Tinja
1. Tersedia jamban 1 0
2. Jenis jamban a. Cemplung b. Plengsengan c. Leher angsa
3. Jarak jamban dengan sumber air bersih >10 meter 1 0
4. Tinja tidak mencemari sumber air minum 1 0
5. Air seni, air pembersih dan penggelontornya tidak mencemari tanah di sekitarnya
(66)
6. Jamban mudah dibersihkan 1 0
7. Jamban aman digunakan 1 0
8. Konstruksi jamban terbuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan lama
1 0
9. Tidak terdapat kecoa dan lalat di dalam/ sekitar jamban 1 0
10. Lantai jamban bersih 1 0
11. Lantai jamban kedap air 1 0
12. Lubang jamban dilengkapi penutup 1 0
13. Saluran lubang jamban mudah digelontori 1 0
14. Tersedia sabun di jamban 1 0
15. Jamban dilengkapi bak penampung air 1 0
16. Tidak terdapat jentik nyamuk 1 0
17. Tidak tercium bau 1 0
18. Konstruksi lantai kuat 1 0
19. Mempunyai tempat pijakan yang cukup kuat 1 0
20. Mempunyai ventilasi yang cukup 1 0
21. Mempunyai penerangan yang cukup 1 0
22. Kapasitas jamban minimal 1 jamban untuk 1-10 orang 1 0
IV Pembuangan Air Limbah
1. Mempunyai saluran pembuangan air limbah 1 0
2. Saluran pembuangan air limbah tertutup 1 0
3. Tidak menyebabkan kontaminasi terhadap sumber air minum
1 0
4. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan 1 0
5. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga penyebab penyakit
1 0
6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap 1 0
7. Tidak menggenangi di sekitar lingkungan 1 0
8. Jarak tempat pembuangan akhir >10 meter air bersih 1 0
Berdasarkan tabel lembar observasi di atas didapatkan bahwa skor maksimal pada asrama yang menggunakan sumber air PAM adalah 53. Penentuan hasil penilaian fasilitas sanitasi dasar asrama yang menggunakan sumber air PAM berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Memenuhi syarat : apabila skor yang diperoleh 80 -100 % atau 42-53. 2. Tidak memenuhi syarat: apabila skor yang diperoleh < 80 % atau < 42.
Berdasarkan tabel lembar observasi di atas didapatkan bahwa skor maksimal pada asrama yang menggunakan air sumur gali/ sumur bor adalah 55. Penentuan
(67)
hasil penilaian fasilitas sanitasi dasar asrama yang menggunakan air sumur gali/ sumur bor berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Memenuhi syarat : apabila skor yang diperoleh 80 -100 % atau 44-55. 2. Tidak memenuhi syarat: apabila skor yang diperoleh < 80 % atau < 44. 3.7. Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan mendeskripsikan masing-masing variable yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi setelah dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan komputer.
(1)
Gambar Lampiran 7. SPAL di belakang kamar mandi umum di asrama putri lama USU
(2)
Gambar Lampiran 9. SPAL di depan kamar asrama putri lama USU
(3)
Gambar Lampiran 11. Dinding kamar asrama putri baru USU yang berlumut karena rembesan air hujan
Gambar Lampiran 12. Ventilasi kamar yang ditutup karena alasan keamanan di asrama putri baru USU
(4)
Gambar Lampiran 13. Kamar mandi di dalam kamar asrama putri baru USU
(5)
(6)