Ketoprak Dor di Sumatera Utara: Analisis Pertunjukan, Tekstual dan Musik

iii
ABSTRACT

This thesis entitled Ketoprak Dor in North Sumatra: Performance
Analysis, Textual, and Music. The purpose of this research is to study and get the
research result from three aspects of Ketoprak Dor with focus on Langen Setia
Budi Lestari group: (a) show, (b) textual, and (c) musical structure. To examine
these three aspects, the researcher uses field research methods that act as
participant observers, by interviewing, recording data in the form of audiovisual,
visual, and data analysis. This research also uses qualitative method by selecting
some key informants. To review the show used the semiotics teri of Pavis show,
Kozwan, de Saussure and Pierce. To study the textual performance of Ketoprak
Dor Sumatera Utara, the researcher uses Halliday's semiotic theory. Next to study
the musical structure used to accompany scenes of Ketoprak Dor used the
weighted scale theory.
From the side of (a) the performance structure, Ketoprak Dor show
consists of the first scene, the second scene, the third scene, the fourth scene, the
fifth scene and the sixth scene consisting of the introductory / exposition, incident
start / combat, ice breaking, climax / Crisis (turning point) and settlement / falling
action. The costumes worn by players are also a form of assimilation of Middle
Eastern cultures (turkish) and Portuguese. Then viewed the textual (B) aspect, the

language used is Javanese krama and ngoko, the language of intermingling
between Javanese, Malay, Karo, and local ethnic. If the scene is performed inside
the royal court the players are required to use Javanese manners in their
conversation dialogue. Conversely, if the scene is done outside the royal palace,
free players dialogue using rough Java language, Malay karo even there are many
uses of local languages (slang). From the point of view of music structure, Dor
ketoprak music is divided into 3 (three) main parts of Panembromo music or
music for opening show, sampak or main melody motif to change every scene of
performances and music "perfunctory" or " Like "used for fight scenes.
Keywords: Ketoprak Dor, Java Deli, Textual, Panembromo, Sampak

Universitas Sumatera Utara

iv
ABSTRAK

Tesis ini berjudul Ketoprak Dor di Sumatera Utara: Analisis Pertunjukan,
Tekstual, dan Musik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dan mendapatkan
hasil penelitian dari tiga aspek Ketoprak Dor dengan fokus perhatian pada
kelompok Langen Setia Budi Lestari, yaitu: (a) pertunjukan, (b) tekstual, dan (c)

struktur musikal. Untuk mengkaji ketiga aspek tersebut peneliti menggunakan
metode penelitian lapangan yang bertindak sebagai pengamat partisipan
(participant observer), dengan melakukan wawancara, perekaman data dalam
bentuk audiovisual, visual, dan analisis data. Penelitian ini juga menggunakan
metode kualitatif dengan memilih beberapa informan kunci. Untuk mengkaji
pertunjukan digunakan teri semiotik pertunjukan Pavis, Kozwan, de Saussure dan
Pierce. Untuk mengkaji tekstual pada pertunjukan Ketoprak Dor Sumatera Utara,
peneliti menggunakan teori semiotik bahasa Halliday. Seterusnya untuk mengkaji
struktur musik yang digunakan mengiringi adegan Ketoprak Dor digunakan teori
weighted scale.
Dari sisi (A) struktur pertunjukan, pertunjukan Ketoprak Dor terdiri atas
adegan pertama, adegan kedua, adegan ketiga, adegan keempat, adegan kelima
dan adegan keenam yang terdiri atas babak perkenalan/Eksposisi, Insiden
permulaan/komplikasi, lawakan/ice breaking, klimaks/krisis (turning point) dan
penyelesaian/falling action. Kostum yang dipakai oleh pemain juga merupakan
bentuk asimilasi budaya timur tengah (turki) dan Portugis. Kemudian dilihat
aspek (B) tekstual, bahasa yang digunakan adalah Jawa krama dan ngoko, bahasa
pembauran antara bahasa Jawa, Melayu, Karo, dan etnis setempat. Jika adegan
pertunjukan dilakukan didalam lingkungan istana kerajaan para pemain
diharuskan untuk menggunakan bahasa Jawa krama dalam dialog percakapannya.

Sebaliknya jika adegan dilakukan diluar istana kerajaan, pemain bebas berdialog
dengan menggunakan bahasa Jawa kasar, Melayu karo bahkan banyak sekali
terdapat penggunaan bahasa lokal (slang). Dari sudut kajian (C) struktur musik,
musik Ketoprak Dor dibagi menjadi 3 (tiga) bagian utama yaitu musik
Panembromo atau musik untuk pembuka pertunjukan, sampak atau motif melodi
utama untuk pergantian setiap adegan pertunjukan dan musik “asal-asalan” atau
“suka-suka” yang digunakan untuk adegan perkelahian.

Kata kunci: Ketoprak Dor, Jawa Deli ,tekstual, panembromo, sampak

Universitas Sumatera Utara