T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Perilaku Perawat dalam Mengurangi Kecemasan Orang Tua yang Anaknya akan Menghadapi Operasi di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga dengan Tinjauan Teori Pepla
1. Bab II
Landasan Teori
1.1. Teori Terkait
1.1.1.
Definisi kecemasan
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety”
berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku,
dan “ango, anci” yang berarti mencekik. Freud mengatakan
bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan
individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya
sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.
Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi
ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa
ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat
maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan
(Stuart dan Sundeen, 2009).
Ramaiah (2003), mengatakan bahwa kecemasan
ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan
mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan
ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa
aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya
menimbulkan
gejala-gejala
fisiologis
(seperti
gemetar,
berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan
gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak
dapat berkonsentrasi, dan sebagainya). Perbedaan intensitas
kecemasan tergantung pada keseriusan ancaman dan
efekivitas dari operasi-operasi keamanan yang dimiliki
seseorang. Mulai munculnya perasaan-perasaan tertekan,
tidak berdaya akan muncul apabila orang tidak siap
menghadapi ancaman.
7
Menurut Carpenito (2000), kecemasan merupakan
suatu
keadaan
dimana
individu/kelompok
mengalami
perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivitasi sistem saraf
otonom dalam berespon terhadap ketidak jelasan, anacaman
tidak spesifik. Secara psikologi dan fisiologi, tubuh manusia
akan memberi respon terhadap segala sesuatu yang dialami
setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan
merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakan
tingkah laku. Kecemasan adalah rasa takut yang ditimbulkan
oleh diri sendiri.
Berdasarkan
beberapa
pengertian
diatas
dapat
disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan
dimana kondisi tubuh terganggu dengan ditandai dengan
perasaan tidak nyaman, ketakutan, kekhawatiran yang
berlebihan sehingga memunculkan tingkah laku yang tidak
sewajarnya.
1.2. Tingkat Kecemasan
Ada empat tingkatan kecemasan yang dialami seseorang
menurut Stuart dan Sundeen (2009) :
1.2.1.
Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan yang seseorang
alami dalam kehidupan sehari-hari serta menyebabkan
seseorang menjadi lebih waspada dan meningkatkan area
persepsinya.
Kecemasan
dapat
memotivasi
belajar,
menghasilkan pertumbuhan cara berpikir serta aktivitas.
1.2.2.
Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang bisa memusatkan pada
suatu hal yang penting dan mengesampingkan yang lain,
sehingga perhatian seseorang menjadi selektif. Namun
seseorang dapat melakukan sesuatu yang terarah.
8
1.2.3.
Kecemasan berat
Kecemasan
persepsi
berat
seseorang,
sangat
mengurangi
seseorang
cenderung
daerah
untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta
tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukkan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada sesuatu yang lain.
1.2.4.
Panik
Berhubungan dengan pengaruh ketakutan dan teror.
Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Seseorang yang
mengalami panik akan kehilangan kendali dan tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Bila
seseorang panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, penyimpangan persepsi dan cenderung berpikir yang
tak rasional.
1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
1.3.1.
Menurut
Ramaiah
(2003),
ada
empat
faktor
yang
mempengaruhi perkembangan pola dasar seseorang, yaitu :
1.3.1.1.
Lingkungan
Lingkungan
atau
sekitar
tempat
tinggal
anda
mempengaruhi cara berpikir anda tentang diri anda
sendiri dan orang lain. Hal ini bisa saja disebabkan
pengalaman anda dengan keluarga, sahabat, rekan
kerja, dan lain-lain. Kecemasan wajar timbul jika anda
merasa tidak aman terhadap lingkungan anda.
9
1.3.1.2.
Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika anda tidak mampu
menemukan jalan keluar untuk perasaan anda dalam
hubungan personal. Ini benar terutama jika anda
menekan rasa marah atau frustasi dalam waktu yang
lama.
1.3.1.3.
Jenis kelamin
Kecemasan
lebih
banyak
terjadi
pada
wanita
dibandingkan pada pria. Wanita lebih mudah cemas
karena mereka sangat takut dengan kemungkinan
resiko-resiko yang akan terjadi, cemas yang wanita
alami
menunjukan
karena
perempuan
sering
berpengaruh
sekali
menggunakan perasaannya.
1.3.1.4.
Tingkat pendidikan
Tingkat
pendidikan
terhadap
kecemasan
sangat
yang
dialami.
Biasanya,
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin
rendah kecemasan yang mungkin akan mereka
alami.
1.4. Peran Perawat
Perawat adalah orang yang setia mendampingi pasien dan
selalu
ada
ketika
pasien
membutuhkan
sesuatu
sehingga
terciptalah suatu hubungan yang terbina antara perawat dan
pasien/klien, dimana perawat sebagai pemberi layanan. Perawat
menyediakan layanan atau keterampilan yang membantu individuindividu, meningkatkan atau memulihkan kesehatan, mengatasi
gangguan yang mungkin tidak akan memperbaiki kondisi pasien
dan jika pasien harus meninggal, mati dengan martabat (Timby,
2012).
10
Hubungan perawat-pasien ini membutuhkan perawat untuk
merespon kebutuhan pasien. The National Council Of State Boards
Of
Nursing,
yang
mengembangkan
The
National
Council
Examination-Practical Nurse (NCLEX-PN), menetapkan 4 kategori
kebutuhan pasien sebagai struktur untuk rencana pengujian: (1)
lingkungan
perawatan
aman
dan
efektif,
(2)
promosi
dan
pemeliharaan kesehatan, (3) integritas psikososial dan (4) integritas
psikologi. Empat kategori ini diaplikasikan untuk semua area praktik
keperawatan terlepas dari tahapan dalam kehidupan klien atau
pengaturan untuk penyediaan layanan kesehatan (Stuart dan
Sundeen, 2009).
1.5. Teori Peplau
Peplau menjelaskan ada 4 tahapan dalam hubungan
perawat-pasien yang di sampaikan oleh Erci, et. al. (2008):
orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi.
Orientasi
Dalam tahapan orientasi, individu memiliki kebutuhan
dan
mencari
bantuan
profesional.
Pada
permulaan
intervensi, perawat memulai perkenalan diri dengan pasienkeluarga
serta
memulai
komunikasi
dengan
mereka.
Perawat dan pasien bersama-sama mengidentifikasi dan
menentukan masalah kesehatan yang dialami pasien.
Perawat juga berdiskusi membahas gejala dengan pasien
dan menjelaskan apa yang diharapkan selama periode pra
operasi dan post operasi. Menurut pernyataan pasien,
perawat akan mengidentifikasi sumber kecemasan pasien
dan membantu pasien untuk mengenali kecemasan mereka
dan selanjutnya akan menghilangkan kecemasan itu.
Informasi yang akurat dan terkini tentang operasi itu
11
diberikan kepada pasien dan pasien diberitahu tentang tes
diagnostik dan perawatan potensial.
Identifikasi
Bergerak ke tahapan identifikasi, pasien mulai selektif
menanggapi orang-orang yang terlihat menawarkan bantuan
yang dibutuhkan. Hubungan antara perawat dan pasien
berlanjut dan dikembangkan selama fase identifikasi.
Kecemasan pasien diekplorasi oleh perawat lebih rinci lagi.
Masalah yang teridentifikasi merupakan perasaan pasien
mengenai
tindakan
operasi
mereka,
ketakutannya,
kecemasannya, diagnosis mereka, hasil operasi nantinya
serta prognosa mereka. Pasien bercampur emosinya
tentang perkembangan operasi yang akan dilakukannya.
Perawat
menyediakan
interaksi
interpersonal
selama
periode ini dan menyediakan informasi tentang perawatan
pra operasi dan pasca operasi serta pengobatan, obat,
mungkin komplikasi, gizi, anestesi, eliminasi, rasa takut dan
rasa sakit. Jenis diskusi ini membantu pasien dan keluarga
untuk
meningkatkan
masalah
kesehatan
kepercayaan
dan
berkaitan
menciptakan
dengan
harapan
serta
optimisme. Perawat memfasilitasi pengembangan tindakan
kolaboratif dengan tujuan dimana mengarahkan perawat
untuk memasukkan tahapan berikutnya dari hubungan
interpersonal yang telah diciptakan.
Eksploitasi
Pada tahapan eksploitasi mengacu pada penggunaan
hubungan yang maksimal untuk mencapai manfaat yang
diharapkan. Beberapa pasien merasakan penggunaan yang
maksimal dari semua sumber daya yang tersedia dan mulai
mengendalikan
serta
mencari
jawaban
sendiri
untuk
masalah kesehatan mereka. Respon dukung positif yang
12
diberikan oleh perawat memfasilitasi perkembangan lanjutan
dari hubungan terapeutik. Sepanjang waktu tersebut,
perawat memiliki peran konselor dan narasumber. Perawat
ara peneliti mengembangkan hubungan saling percaya
dengan
pasien
menggunakan
interaksi
interpersonal.
Dengan interaksi tersebut pasien menjadi tampak lebih
merasa nyaman.
Resolusi
Tahapan terakhir adalah resolusi, dimana pasien
menjadi independen dan hubungan antara perawat dan
pasien semakin kuat. Para pasien didorong untuk proaktif
mendapatkan informasi, dukungan, dan saran. Perawat
terus bertindak sebagai narasumber dimana memberikan
informasi
dan
dukungan
tentang
masalah
seperti
pemeliharaan kesehatan dan masalah gaya hidup. Dan
akhirnya, pasien dapat mandiri untuk menciptakan harapan
serta optimisme terhadap dirinya sendiri.
Peran perawat menurut Teori Peplau yang disampaikan oleh
Alligood dan Tomey (2006), adalah :
1.5.1.
Stranger/ orang asing
Perawat menerima pasien dengan cara yang sama
ketika pasien bertemu orang asing dalam situasi kehidupan
lainnya. Perawat hendaknya menciptakan suatu lingkungan
yang membangun kepercayaan.
1.5.2.
Resource person/ narasumber
Memberikan jawaban tertentu untuk pertanyaan
dalam konteks lebih besar. Salah satu yang menyediakan
informasi spesifik yang membantu dalam memahami suatu
masalah atau situasi baru.
13
1.5.3.
Teacher/ guru
Orang yang akan membantu untuk memberikan
pengetahuan serta pendidikan kesehatan kepada klien, baik
pasien maupun keluarga.
1.5.4.
Leader/ pemimpin
Perawat membantu pasien mengambil tanggung
jawab maksimum untuk memenuhi tujuan pengobatannya
dengan cara saling memuaskan.
1.5.5.
Surrogate/ pengganti
Perawat membantu pasien memperjelas domain
ketergantungan, saling ketergantungan, dan kemerdekaan,
dan bertindak sebagai advokat untuk pasien.
1.5.6.
Counselor/ konselor
Membantu untuk memahami dan mengintegrasikan
arti dari keadaan hidup saat ini, menyediakan bimbingan dan
dorongan untuk membuat perubahan.
1.6. Penelitian Terkait
Berdasarkan penelitian Li dan Lam (2003) pada 112 anakanak Hongkong (berusia antara 7 sampai 12 tahun) beserta orang
tua mereka tentang pengalaman kecemasan yang dialami ketika
menjalani
tindakan
invasif
circumsisi,
menunjukkan
bahwa
pengalaman ini berpotensi mengancam untuk anak-anak terlepas
dari apakah itu adalah operasi besar yang terjadi di sebuah rumah
sakit besar, atau operasi minor yang terjadi di unit operasi sehari.
Orang tua juga dapat mengalami stres dan kecemasan, yang pada
gilirannya dapat dengan mudah ditransfer ke anak secara tidak
langsung.
Kecemasan
mempengaruhi
yang
kesehatan
fisik
berlebihan
dan
dan
psikologis
stres
dapat
anak-anak,
menghambat. Kemampuan anak untuk mengatasi perawatan
medis, mendorong perilaku negatif dalam hubungan dengan
14
pelayanan kesehatan, dan juga dapat menghambat pemulihan
pasca operasi.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Scrimin, dkk (2009)
menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang berdampak
pada kecemasan orang tua, khususnya tingkat kecemasan orang
tua dan gejala stress yang dialami; seperti jenis operasi anak dan
jenis kelamin orang tua. Kecemasan orang tua menetap dan
peningkatan stres yang akut harus menjadi tujuan pelayanan
(Scrimin, dkk., 2005), yaitu dengan cara lebih banyak dukungan dan
informasi yang diberikan untuk lebih memahami perawatan pasca
operasi, rasa sakit atau masalah. Ada beberapa saran yang
berkaitan dengan penelitian ini. Pertama, jenis operasi anak
(operasi sehari vs operasi kecil vs operasi besar) harus menjadi
pertimbangan utama oleh para tenaga kesehatan profesional untuk
bisa memberikan perawatan yang maksimal sesuai dengan yang
dibutuhkan. Orang tua dari anak-anak yang menjalani operasi besar
layak mendapat perhatian khusus karena mereka adalah kelompok
yang paling berisiko untuk mengalami tingkat kecemasan yang
tinggi atau gejala stres akut. Untuk kejadian seperti ini, tenaga
kesehatan profesional mungkin perlu memberikan dukungan dan
informasi secara lembut kepada kedua orang tua berulang-ulang
kali. Selain itu, orang tua dari anak-anak yang menjalani operasi
besar harus diberikan kesempatan untuk berkonsultasi dengan
psikolog. Namun, informasi yang komprehensif tentang perawatan
pasca-operasi harus diberikan kepada semua orang tua dari anakanak yang menjalani operasi termasuk hari pembedahan atau
operasi kecil (perawatan universal) (Kazak, dkk., 2004; Scrimin,
dkk., 2005).
Kecemasan pre-operasi sangat wajar dialami oleh setiap
orang tua yang anaknya akan menjalani operasi. Banyak faktor
yang mempengaruhi kecemasan yang dialami oleh mereka, seperti
15
jenis kelamin, usia orang tua/anak, tingkat pendidikan dan kondisi
lingkungan sosial. Melihat masalah yang dihadapi oleh orang tua
ini, perawat harus berperan dalam pendampingan serta pemberian
pendidikan mengenai operasi untuk mengurangi kecemasan yang
dialami oleh orang tua. Dalam menjalankan perannya perawat
dapat menggunakan Teori Peplau, dimana teori yang menekankan
tentang hubungan interpersonal perawat-pasien. Teori Peplau ini
digunakan
sebagai
panduan
untuk
perawat
dalam
rangka
meningkatkan kemampuan mereka untuk menjadi lebih efektif
dalam perawatan untuk pasien serta membantu orang tua pasien
untuk mengurangi kecemasannya. Dalam teori peplau ini, perawat
dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh orang tua serta
dapat
menyimpulkannya
lalu
membantu
orang
tua
untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Teori Peplau dapat menciptakan
hubungan yang terapeutik guna mengurangi kecemasan yang
dialami orang tua. Oleh karena itu, Teori Peplau sangat membantu
perawat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi orang tua
dengan cara menurunkan kecemasan yang dialami oleh orang tua
pada fase pre-operatif sebelum anaknya menjalani operasi. Namun,
belum ada penelitian tentang interaksi perawat dengan orang tua
yang sedang menghadapi tahap pra operatif pasien anak.
Penelitian ini akan melihat lebih dalam interaksi tersebut dan
dikaitkan dengan Teori Peplau.
16
Landasan Teori
1.1. Teori Terkait
1.1.1.
Definisi kecemasan
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety”
berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku,
dan “ango, anci” yang berarti mencekik. Freud mengatakan
bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan
individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya
sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.
Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi
ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa
ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat
maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan
(Stuart dan Sundeen, 2009).
Ramaiah (2003), mengatakan bahwa kecemasan
ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan
mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan
ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa
aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya
menimbulkan
gejala-gejala
fisiologis
(seperti
gemetar,
berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan
gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak
dapat berkonsentrasi, dan sebagainya). Perbedaan intensitas
kecemasan tergantung pada keseriusan ancaman dan
efekivitas dari operasi-operasi keamanan yang dimiliki
seseorang. Mulai munculnya perasaan-perasaan tertekan,
tidak berdaya akan muncul apabila orang tidak siap
menghadapi ancaman.
7
Menurut Carpenito (2000), kecemasan merupakan
suatu
keadaan
dimana
individu/kelompok
mengalami
perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivitasi sistem saraf
otonom dalam berespon terhadap ketidak jelasan, anacaman
tidak spesifik. Secara psikologi dan fisiologi, tubuh manusia
akan memberi respon terhadap segala sesuatu yang dialami
setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan
merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakan
tingkah laku. Kecemasan adalah rasa takut yang ditimbulkan
oleh diri sendiri.
Berdasarkan
beberapa
pengertian
diatas
dapat
disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan
dimana kondisi tubuh terganggu dengan ditandai dengan
perasaan tidak nyaman, ketakutan, kekhawatiran yang
berlebihan sehingga memunculkan tingkah laku yang tidak
sewajarnya.
1.2. Tingkat Kecemasan
Ada empat tingkatan kecemasan yang dialami seseorang
menurut Stuart dan Sundeen (2009) :
1.2.1.
Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan yang seseorang
alami dalam kehidupan sehari-hari serta menyebabkan
seseorang menjadi lebih waspada dan meningkatkan area
persepsinya.
Kecemasan
dapat
memotivasi
belajar,
menghasilkan pertumbuhan cara berpikir serta aktivitas.
1.2.2.
Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang bisa memusatkan pada
suatu hal yang penting dan mengesampingkan yang lain,
sehingga perhatian seseorang menjadi selektif. Namun
seseorang dapat melakukan sesuatu yang terarah.
8
1.2.3.
Kecemasan berat
Kecemasan
persepsi
berat
seseorang,
sangat
mengurangi
seseorang
cenderung
daerah
untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta
tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukkan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada sesuatu yang lain.
1.2.4.
Panik
Berhubungan dengan pengaruh ketakutan dan teror.
Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Seseorang yang
mengalami panik akan kehilangan kendali dan tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Bila
seseorang panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, penyimpangan persepsi dan cenderung berpikir yang
tak rasional.
1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
1.3.1.
Menurut
Ramaiah
(2003),
ada
empat
faktor
yang
mempengaruhi perkembangan pola dasar seseorang, yaitu :
1.3.1.1.
Lingkungan
Lingkungan
atau
sekitar
tempat
tinggal
anda
mempengaruhi cara berpikir anda tentang diri anda
sendiri dan orang lain. Hal ini bisa saja disebabkan
pengalaman anda dengan keluarga, sahabat, rekan
kerja, dan lain-lain. Kecemasan wajar timbul jika anda
merasa tidak aman terhadap lingkungan anda.
9
1.3.1.2.
Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika anda tidak mampu
menemukan jalan keluar untuk perasaan anda dalam
hubungan personal. Ini benar terutama jika anda
menekan rasa marah atau frustasi dalam waktu yang
lama.
1.3.1.3.
Jenis kelamin
Kecemasan
lebih
banyak
terjadi
pada
wanita
dibandingkan pada pria. Wanita lebih mudah cemas
karena mereka sangat takut dengan kemungkinan
resiko-resiko yang akan terjadi, cemas yang wanita
alami
menunjukan
karena
perempuan
sering
berpengaruh
sekali
menggunakan perasaannya.
1.3.1.4.
Tingkat pendidikan
Tingkat
pendidikan
terhadap
kecemasan
sangat
yang
dialami.
Biasanya,
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin
rendah kecemasan yang mungkin akan mereka
alami.
1.4. Peran Perawat
Perawat adalah orang yang setia mendampingi pasien dan
selalu
ada
ketika
pasien
membutuhkan
sesuatu
sehingga
terciptalah suatu hubungan yang terbina antara perawat dan
pasien/klien, dimana perawat sebagai pemberi layanan. Perawat
menyediakan layanan atau keterampilan yang membantu individuindividu, meningkatkan atau memulihkan kesehatan, mengatasi
gangguan yang mungkin tidak akan memperbaiki kondisi pasien
dan jika pasien harus meninggal, mati dengan martabat (Timby,
2012).
10
Hubungan perawat-pasien ini membutuhkan perawat untuk
merespon kebutuhan pasien. The National Council Of State Boards
Of
Nursing,
yang
mengembangkan
The
National
Council
Examination-Practical Nurse (NCLEX-PN), menetapkan 4 kategori
kebutuhan pasien sebagai struktur untuk rencana pengujian: (1)
lingkungan
perawatan
aman
dan
efektif,
(2)
promosi
dan
pemeliharaan kesehatan, (3) integritas psikososial dan (4) integritas
psikologi. Empat kategori ini diaplikasikan untuk semua area praktik
keperawatan terlepas dari tahapan dalam kehidupan klien atau
pengaturan untuk penyediaan layanan kesehatan (Stuart dan
Sundeen, 2009).
1.5. Teori Peplau
Peplau menjelaskan ada 4 tahapan dalam hubungan
perawat-pasien yang di sampaikan oleh Erci, et. al. (2008):
orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi.
Orientasi
Dalam tahapan orientasi, individu memiliki kebutuhan
dan
mencari
bantuan
profesional.
Pada
permulaan
intervensi, perawat memulai perkenalan diri dengan pasienkeluarga
serta
memulai
komunikasi
dengan
mereka.
Perawat dan pasien bersama-sama mengidentifikasi dan
menentukan masalah kesehatan yang dialami pasien.
Perawat juga berdiskusi membahas gejala dengan pasien
dan menjelaskan apa yang diharapkan selama periode pra
operasi dan post operasi. Menurut pernyataan pasien,
perawat akan mengidentifikasi sumber kecemasan pasien
dan membantu pasien untuk mengenali kecemasan mereka
dan selanjutnya akan menghilangkan kecemasan itu.
Informasi yang akurat dan terkini tentang operasi itu
11
diberikan kepada pasien dan pasien diberitahu tentang tes
diagnostik dan perawatan potensial.
Identifikasi
Bergerak ke tahapan identifikasi, pasien mulai selektif
menanggapi orang-orang yang terlihat menawarkan bantuan
yang dibutuhkan. Hubungan antara perawat dan pasien
berlanjut dan dikembangkan selama fase identifikasi.
Kecemasan pasien diekplorasi oleh perawat lebih rinci lagi.
Masalah yang teridentifikasi merupakan perasaan pasien
mengenai
tindakan
operasi
mereka,
ketakutannya,
kecemasannya, diagnosis mereka, hasil operasi nantinya
serta prognosa mereka. Pasien bercampur emosinya
tentang perkembangan operasi yang akan dilakukannya.
Perawat
menyediakan
interaksi
interpersonal
selama
periode ini dan menyediakan informasi tentang perawatan
pra operasi dan pasca operasi serta pengobatan, obat,
mungkin komplikasi, gizi, anestesi, eliminasi, rasa takut dan
rasa sakit. Jenis diskusi ini membantu pasien dan keluarga
untuk
meningkatkan
masalah
kesehatan
kepercayaan
dan
berkaitan
menciptakan
dengan
harapan
serta
optimisme. Perawat memfasilitasi pengembangan tindakan
kolaboratif dengan tujuan dimana mengarahkan perawat
untuk memasukkan tahapan berikutnya dari hubungan
interpersonal yang telah diciptakan.
Eksploitasi
Pada tahapan eksploitasi mengacu pada penggunaan
hubungan yang maksimal untuk mencapai manfaat yang
diharapkan. Beberapa pasien merasakan penggunaan yang
maksimal dari semua sumber daya yang tersedia dan mulai
mengendalikan
serta
mencari
jawaban
sendiri
untuk
masalah kesehatan mereka. Respon dukung positif yang
12
diberikan oleh perawat memfasilitasi perkembangan lanjutan
dari hubungan terapeutik. Sepanjang waktu tersebut,
perawat memiliki peran konselor dan narasumber. Perawat
ara peneliti mengembangkan hubungan saling percaya
dengan
pasien
menggunakan
interaksi
interpersonal.
Dengan interaksi tersebut pasien menjadi tampak lebih
merasa nyaman.
Resolusi
Tahapan terakhir adalah resolusi, dimana pasien
menjadi independen dan hubungan antara perawat dan
pasien semakin kuat. Para pasien didorong untuk proaktif
mendapatkan informasi, dukungan, dan saran. Perawat
terus bertindak sebagai narasumber dimana memberikan
informasi
dan
dukungan
tentang
masalah
seperti
pemeliharaan kesehatan dan masalah gaya hidup. Dan
akhirnya, pasien dapat mandiri untuk menciptakan harapan
serta optimisme terhadap dirinya sendiri.
Peran perawat menurut Teori Peplau yang disampaikan oleh
Alligood dan Tomey (2006), adalah :
1.5.1.
Stranger/ orang asing
Perawat menerima pasien dengan cara yang sama
ketika pasien bertemu orang asing dalam situasi kehidupan
lainnya. Perawat hendaknya menciptakan suatu lingkungan
yang membangun kepercayaan.
1.5.2.
Resource person/ narasumber
Memberikan jawaban tertentu untuk pertanyaan
dalam konteks lebih besar. Salah satu yang menyediakan
informasi spesifik yang membantu dalam memahami suatu
masalah atau situasi baru.
13
1.5.3.
Teacher/ guru
Orang yang akan membantu untuk memberikan
pengetahuan serta pendidikan kesehatan kepada klien, baik
pasien maupun keluarga.
1.5.4.
Leader/ pemimpin
Perawat membantu pasien mengambil tanggung
jawab maksimum untuk memenuhi tujuan pengobatannya
dengan cara saling memuaskan.
1.5.5.
Surrogate/ pengganti
Perawat membantu pasien memperjelas domain
ketergantungan, saling ketergantungan, dan kemerdekaan,
dan bertindak sebagai advokat untuk pasien.
1.5.6.
Counselor/ konselor
Membantu untuk memahami dan mengintegrasikan
arti dari keadaan hidup saat ini, menyediakan bimbingan dan
dorongan untuk membuat perubahan.
1.6. Penelitian Terkait
Berdasarkan penelitian Li dan Lam (2003) pada 112 anakanak Hongkong (berusia antara 7 sampai 12 tahun) beserta orang
tua mereka tentang pengalaman kecemasan yang dialami ketika
menjalani
tindakan
invasif
circumsisi,
menunjukkan
bahwa
pengalaman ini berpotensi mengancam untuk anak-anak terlepas
dari apakah itu adalah operasi besar yang terjadi di sebuah rumah
sakit besar, atau operasi minor yang terjadi di unit operasi sehari.
Orang tua juga dapat mengalami stres dan kecemasan, yang pada
gilirannya dapat dengan mudah ditransfer ke anak secara tidak
langsung.
Kecemasan
mempengaruhi
yang
kesehatan
fisik
berlebihan
dan
dan
psikologis
stres
dapat
anak-anak,
menghambat. Kemampuan anak untuk mengatasi perawatan
medis, mendorong perilaku negatif dalam hubungan dengan
14
pelayanan kesehatan, dan juga dapat menghambat pemulihan
pasca operasi.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Scrimin, dkk (2009)
menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang berdampak
pada kecemasan orang tua, khususnya tingkat kecemasan orang
tua dan gejala stress yang dialami; seperti jenis operasi anak dan
jenis kelamin orang tua. Kecemasan orang tua menetap dan
peningkatan stres yang akut harus menjadi tujuan pelayanan
(Scrimin, dkk., 2005), yaitu dengan cara lebih banyak dukungan dan
informasi yang diberikan untuk lebih memahami perawatan pasca
operasi, rasa sakit atau masalah. Ada beberapa saran yang
berkaitan dengan penelitian ini. Pertama, jenis operasi anak
(operasi sehari vs operasi kecil vs operasi besar) harus menjadi
pertimbangan utama oleh para tenaga kesehatan profesional untuk
bisa memberikan perawatan yang maksimal sesuai dengan yang
dibutuhkan. Orang tua dari anak-anak yang menjalani operasi besar
layak mendapat perhatian khusus karena mereka adalah kelompok
yang paling berisiko untuk mengalami tingkat kecemasan yang
tinggi atau gejala stres akut. Untuk kejadian seperti ini, tenaga
kesehatan profesional mungkin perlu memberikan dukungan dan
informasi secara lembut kepada kedua orang tua berulang-ulang
kali. Selain itu, orang tua dari anak-anak yang menjalani operasi
besar harus diberikan kesempatan untuk berkonsultasi dengan
psikolog. Namun, informasi yang komprehensif tentang perawatan
pasca-operasi harus diberikan kepada semua orang tua dari anakanak yang menjalani operasi termasuk hari pembedahan atau
operasi kecil (perawatan universal) (Kazak, dkk., 2004; Scrimin,
dkk., 2005).
Kecemasan pre-operasi sangat wajar dialami oleh setiap
orang tua yang anaknya akan menjalani operasi. Banyak faktor
yang mempengaruhi kecemasan yang dialami oleh mereka, seperti
15
jenis kelamin, usia orang tua/anak, tingkat pendidikan dan kondisi
lingkungan sosial. Melihat masalah yang dihadapi oleh orang tua
ini, perawat harus berperan dalam pendampingan serta pemberian
pendidikan mengenai operasi untuk mengurangi kecemasan yang
dialami oleh orang tua. Dalam menjalankan perannya perawat
dapat menggunakan Teori Peplau, dimana teori yang menekankan
tentang hubungan interpersonal perawat-pasien. Teori Peplau ini
digunakan
sebagai
panduan
untuk
perawat
dalam
rangka
meningkatkan kemampuan mereka untuk menjadi lebih efektif
dalam perawatan untuk pasien serta membantu orang tua pasien
untuk mengurangi kecemasannya. Dalam teori peplau ini, perawat
dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh orang tua serta
dapat
menyimpulkannya
lalu
membantu
orang
tua
untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Teori Peplau dapat menciptakan
hubungan yang terapeutik guna mengurangi kecemasan yang
dialami orang tua. Oleh karena itu, Teori Peplau sangat membantu
perawat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi orang tua
dengan cara menurunkan kecemasan yang dialami oleh orang tua
pada fase pre-operatif sebelum anaknya menjalani operasi. Namun,
belum ada penelitian tentang interaksi perawat dengan orang tua
yang sedang menghadapi tahap pra operatif pasien anak.
Penelitian ini akan melihat lebih dalam interaksi tersebut dan
dikaitkan dengan Teori Peplau.
16