Analisa Pewarna dan Pemanis Buatan pada Saus Cabai Bakso Bakar dan ‘Saus Gejrot Tahu Dangdut’ yang Dijajakan di Kawasan USU Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena

berpengaruh terhadap ketahanan hidup manusia. Manusia membutuhkan energi
untuk menjamin keberlangsungan hidupnya yang diperoleh dari bahan pangan
yang dikonsumsi yang mengandung berbagai zat gizi. Zat-zat gizi dalam bahan
pangan tersebut mengalami proses metabolisme dalam tubuh sehingga
menghasilkan energi untuk beraktivitas dan menjalankan proses-proses kimiawi
dalam tubuh manusia serta bermanfaat untuk mempertahankan kesehatan
(Cakrawati & Mustika NH, 2012).
Menurut Siagian (2008), warna, bau dan konsistensi atau tekstur suatu
bahan pangan dapat berubah atau berkurang akibat pengolahan dan penyimpanan.
Hal ini dapat diperbaiki dengan penambahan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
seperti pewarna, senyawa pembentuk warna, penegas rasa, pemanis, pengental,
penstabil, dan lain-lain. Penambahan zat pewarna dalam makanan dan minuman
seperti pada saus mempunyai pengaruh terhadap selera dan daya tarik konsumen.

Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan yang ditambahkan
ke dalam makanan untuk mendapatkan warna yang lebih pekat dan menarik. Zat
pewarna yang digunakan untuk makanan diantaranya karamel, karotenoid,
karmoisin dan eritrosin. Seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna
untuk sembarang bahan pangan, seperti penggunaan zat pewarna yang tidak
diizinkan berdasarkan PERMENKES RI No. 722/Menkes/PerIX/1988 (sekarang

1
Universitas Sumatera Utara

2

PERMENKES RI No. 033 Tahun 2012), misalnya Methanyl Yellow dan
Rhodamin B. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh
ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan disamping harga
zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat
pewarna untuk pangan (Yuliarti, 2007).
Salah satu jenis produk makanan yang biasanya menggunakan bahan
tambahan makanan berupa zat pewarna adalah saus. Saus merupakan cairan kental
(pasta) yang terbuat dari bubur buah berwarna menarik yang mempunyai aroma

dan rasa yang merangsang dan pedas (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1985).
Badan Pengawas Obat dan Makanan pernah melakukan penelitian
terhadap jajanan anak sekolah yang diantaranya adalah 2 sampel saus pada bulan
November 2005, dimana hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa 2 sampel
saus jajanan tersebut positif mengandung zat pewarna yang dilarang yaitu
Rhodamin B (Yuliarti, 2007). Selain itu, penelitian tentang penggunaan zat
pewarna sintetis pada saus cabai yang dipasarkan di Pasar Sentral dan Pasar
Simpang Limun Kota Medan tahun 2009 menyatakan bahwa dari 18 sampel yang
diuji, terdapat 14 sampel yang positif menggunakan zat pewarna sintetis
sedangkan 4 sampel lainnya terbukti tidak menggunakan zat pewarna sintetis.
Adapun jenis zat pewarna sintetis yang digunakan adalah Sunset Yellow,
Tatrazine, Ponceau 4R, dan Red 2G (Lubis, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian Kakariawaty (2010) tentang Rhodamin B
pada saus dan kerupuk di Kota Medan menunjukkan bahwa 5% sampel yang
diperiksa ternyata mengandung Rhodamin B (2 dari 40 sampel). Hal ini sejalan

Universitas Sumatera Utara

3


dengan penelitian yang dilakukan oleh Dalimunthe (2010) tentang analisis
Rhodamin B pada jajanan anak sekolah dasar di Kabupaten Labuhan Batu Selatan
yang menunjukkan bahwa 10,71% dari sampel yang diperiksa mengandung
Rhodamin B ( 3 dari 28 sampel). Kadar Rhodamin B pada sampel yang diperiksa
adalah 0,59245 mcg/g untuk Es doger dari SDN 117477 Torgamba, 59,0527
mcg/g untuk kerupuk dari SDN 118371 Sumberjo, dan 50,5181 mcg/g untuk saus
dari SDN 118169 Kampung Rakyat. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa
pewarna

sintetis

yang

dilarang

berdasarkan

PERMENKES

RI


No.

722/Menkes/Per/IX/1988 (sekarang PERMENKES RI No. 033 Tahun 2012)
masih digunakan sebagai pewarna makanan terutama pada saus (Djarismawati
dkk, 2004).
Saus biasanya ditambahkan dalam makanan sebagai pelengkap untuk
menambah cita rasa makanan. Saus yang sering dikonsumsi adalah saus cabai
yang banyak dijumpai di pasaran sehingga dengan mudah dapat dibeli oleh
konsumen. Saus cabai sering ditambahkan pada makanan seperti mie sop, kentang
goreng dan bakso bakar. Selain saus cabai, juga ada “saus gejrot” yang
ditambahkan pada “tahu dangdut”. “Saus gejrot” ini memiliki rasa pedas manis.
Saus ini memang tidak dijual di pasaran, melainkan diracik sendiri oleh para
penjual “tahu dangdut” (Wikipedia, 2015).
Selain pewarna, pemanis buatan juga semakin banyak digunakan oleh
produsen makanan untuk mendapatkan tingkat kemanisan yang tinggi dengan
jumlah yang sedikit. Namun, seringkali produsen tidak memperhatikan kadar
pemanis yang digunakan. Pemanis merupakan bahan tambahan pangan yang

Universitas Sumatera Utara


4

ditambahkan pada makanan dan minuman untuk menciptakan rasa manis, tetapi
tidak memiliki nilai gizi. Sampai saat ini pemanis buatan utama yang digunakan
masyarakat adalah gula, namun kemudian berkembang pula bahan pemanis
buatan yang ditambahkan ke dalam makanan misalnya sakarin dan siklamat.
Sakarin memiliki rasa manis 200-700 kali dari gula dan siklamat memiliki rasa
manis 30-300 kali dari gula. Kedua jenis pemanis ini bersifat karsinogenik jika
dikonsumsi dengan kadar yang berlebihan (Cahyadi, 2009).
Menurut Simatupang (2009) yang mengutip hasil kajian yang dilakukan
BPOM di beberapa sekolah dasar (SD) di Malang, Jawa Timur, menyatakan
bahwa adanya konsumsi pada level yang tidak aman pada penggunaan bahan
pemanis buatan sakarin dan siklamat. Pada bulan November 2005 BPOM juga
menguji jajanan anak-anak pada 195 Sekolah Dasar di 18 provinsi, diantaranya
Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandar Lampung, Denpasar dan Padang sebanyak
861 sampel. Dari hasil analisis sampel tersebut diperoleh jumlah es sirup dengan
kadar siklamat yang melebihi batas maksimal sebanyak 51 sampel dan kadar
sakarin yang melebihi batas maksimal sebanyak 15 sampel (Yuliarti, 2007).
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wariyah dan Dewi (2013)

terhadap pangan jajanan anak sekolah di wilayah Kulon, Progo-DIY menunjukkan
bahwa terdapat 8% sampel dengan pemanis sodium siklamat. Penggunaan
pemanis buatan yang berlebihan dapat menyebabkan kanker kadung kemih. Dari
berbagai penelitian yang dilakukan di Amerika, bahwa efek tidak langsung bahan
pemanis buatan ini sebagai penyebab kanker dalam waktu relatif lama. Pada
binatang percobaan terlihat sakarin bersifat racun bagi janin (Cahyadi, 2009).

Universitas Sumatera Utara

5

Keamanan makanan merupakan aspek yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam prakteknya masih banyak produsen pangan yang
menggunakan bahan tambahan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang
sebenarnya tidak boleh digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap
hal ini, telah sering mengakibatkan terjadinya dampak berupa penurunan
kesehatan konsumennya, mulai dari keracunan makanan akibat tidak higienisnya
proses penyiapan dan penyajian sampai risiko munculnya penyakit kanker akibat
penggunaan bahan tambahan makanan yang berbahaya (Syah dkk, 2005).
Kawasan USU yang terdiri dari Sumber, Pajus, Pintu 1 sampai Pintu 4

merupakan tempat umum yang banyak menjual berbagai macam makanan termasuk
bakso bakar dan “tahu dangdut” yang dapat dibeli oleh semua golongan masyarakat
terutama mahasiswa USU. Kedua jenis makanan ini menjadi jajanan favorit di
kalangan mahasiswa. Penjual biasanya menambahkan saus cabai pada bakso bakar
dan “saus gejrot” pada “tahu dangdut” tersebut agar jajanan tersebut lebih nikmat
untuk dikonsumsi. Dari hasil survei pendahuluan penulis di kawasan USU, terdapat 5
penjual bakso bakar dan 7 penjual “tahu dangdut” yang berada di beberapa tempat,
yaitu di Sumber terdapat 1 penjual bakso bakar dan 1 penjual “tahu dangdut”; di
Pajus terdapat 4 penjual bakso bakar dan 1 penjual “tahu dangdut”; di Pintu 1 terdapat
1 penjual “tahu dangdut”; di Pintu 2 tidak ada yang menjual bakso bakar ataupun
“tahu dangdut”; di Pintu 3 terdapat 1 penjual “tahu dangdut”; dan di Pintu 4 terdapat
3 penjual “tahu dangdut”, yang diduga masih menggunakan produk saus yang tidak
mencantumkan jenis zat pewarna yang digunakan pada saus tersebut dan dijual dalam
bentuk kemasan plastik dengan harga yang sangat murah sehingga dikhawatirkan
terjadinya penyimpangan dalam penggunaan zat pewarna sebagai bahan tambahan

Universitas Sumatera Utara

6


makanan pada saus tersebut. Begitu juga dengan “saus gejrot” yang diproduksi
sendiri oleh penjual “tahu dangdut” kemungkinan meggunakan zat pemanis buatan
karena rasa manis yang tinggi namun tidak seperti rasa gula pasir ataupun gula merah,
ditambah lagi harga gula yang mahal dan banyaknya jumlah yang dibutuhkan.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang analisis pewarna dan pemanis buatan (sakarin dan siklamat) pada saus
cabai bakso bakar dan saus gejrot tahu dangdut yang dijajakan di kawasan USU
tahun 2015.
1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat bahan

pewarna buatan dan bahan pemanis buatan (sakarin dan siklamat) pada saus cabai
bakso bakar dan “saus gejrot tahu dangdut” yang dijajakan di kawasan USU tahun
2015 dan berapa kadar yang digunakan serta apakah pewarna dan pemanis
tersebut diizinkan berdasarkan PERMENKES RI No. 033 Tahun 2012 tentang
Bahan Tambahan Pangan.
1.3


Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Mengetahui jenis dan kadar zat pewarna dan pemanis buatan yang

digunakan pada saus cabai bakso bakar dan “saus gejrot tahu dangdut” yang
dijajakan di kawasan USU tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara

7

1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui jenis zat pewarna dan zat pemanis buatan yang terdapat pada
saus cabai bakso bakar dan “saus gejrot tahu dangdut” yang dijajakan di
kawasan


USU

tahun

2015,

diizinkan

atau

tidak

berdasarkan

PERMENKES RI No. 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan.
2. Mengetahui kadar zat pewarna dan zat pemanis buatan yang terdapat pada
saus cabai bakso bakar dan “saus gejrot tahu dangdut” yang dijajakan di
kawasan USU tahun 2015
1.4


Manfaat Penelitian
1. Masyarakat
Sebagai informasi atau bahan masukan bagi masyarakat dalam memilih
makanan jajanan yang aman untuk dikonsumsi serta meningkatkan
kesadaran produsen tentang bahaya bagi kesehatan jika memproduksi
pangan yang tidak aman.
2. Pemerintah
Memberi masukan bagi Dinas Kesehatan dan BPOM Kota Medan untuk
lebih memperhatikan penggunaan bahan pewarna buatan dan bahan
pemanis buatan yang disalahgunakan ke dalam makanan khususnya pada
saus yang sering ditambahkan pada makanan jajanan.
3. Penulis
Sebagai bahan masukan untuk memperluas wawasan dan pengalaman bagi
penulis mengenai bahan tambahan pangan.

Universitas Sumatera Utara