Analisis Yuridis Hak Komunal Dalam Perlindungan Hak Cipta di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan suatu negara wilayah yang sangat luas dan
terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman
tradisi dan warisan budaya. Berdasarkan warisan budaya tersebut maka
merupakan menjadi budaya yang bersifat komunal yang ruang lingkupnya juga
meliputi pengetahuan tradisional (traditional knowledge) dan ekspresi kebudayaan
tradisional (traditional cultural expression) dari masyarakat lokal Indonesia.
Warisan budaya sendiri mempunyai cakupan pengertian yang luas,
meliputi yang bersifat kebendaan yang dapat diraba serta yang tak dapat diraba.
Yang disebut terakhir ini pun dapat dibedakan antara yang tertangkap panca
indera lain di luar peraba dan sama sekali bersifat abstrak. Yang tertangkap panca
indera lain di luar perabaan dapat dicontohkan oleh yang dapat didengar, seperti:
musik, pembacaan sastra, bahasa lisan. Yang dapat dicium, seperti: wangiwangian. Yang dapat dilihat, seperti: wujud-wujud pertunjukan musik, teater, tari,
dan adat berperilaku dan dapat dicicipi, seperti hasil masakan1.
Bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, pengetahuan tradisional dan
ekspresi kebudayaan adalah bagian integral dari kehidupan sosial masyarakat
yang bersangkutan. Atas hal inilah Indonesia memiliki kepentingan tersendiri
dalam perlindungan hukum terhadap kekayaan intelektual masyarakat asli


1

Edi Sedyawati,
2008), hlm. 207.

KeIndonesiaan Dalam Budaya (Jakarta: Wedatama Widya Sastra,

1
Universitas Sumatera Utara

2

tradisional untuk mencegah menghindari terjadinya penggunaan/pemanfaatan
budaya tradisional Indonesia yang dilakukan oleh pihak asing.
Warisan budaya merupakan suatu kultur komunal yang memiliki filosofi
sangat erat dengan budaya setiap masyarakat Indonesia. Warisan budaya secara
komunal tersebut merupakan kebanggaan bangsa Indonesia yang menjadi sebuah
identitas yang telah diwarisi secara turun-temurun.
Sekarang ini, warisan budaya yang bersifat komunal dalam perlindungan
hukumnya terancam karena telah diupayakan oleh negara-negara lain mapun

pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk didaftarkan sebagai warisan nenek
moyang negara lain atau pihak-pihak yang bertanggungjawab tersebut.
Budaya yang bersifat komunal telah menjadi media utama ekspresi nilainilai spiritual dan kultural di Indonesia yang memiliki nilai seni tinggi. Dikatakan
memiliki nilai seni tinggi karena budaya bersifat komunal mempunyai daya tarik
yang sangat besar sekali dan memiliki nilai-nilai yang tinggi secara ekonomis.
Setiap daerah-daerah di Indonesia mempunyai warisan budaya-budaya
tradisional masing-masing tidak dapat bisa dipisahkan dengan perkembangan atau
kehidupan dalam masyarakat Indonesia. Seperti halnya pakaian-pakaian adat, taritarian adat, lagu daerah, kerajinan tangan, cerita rakyat (legenda atau dongeng),
alat-alat musik dan lain sebagainya.
Setelah menjadi salah satu negara anggota World Trade Orgnization
(selanjutnya disingkat WTO) pada tahun 1994 yang sebagaimana tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 mengenai Pengesahan Agreement
Establishing the World Trade Organization atau pengesahan Pembentukan

Universitas Sumatera Utara

3

Organisasi Perdagangan Dunia, Indonesia mau tidak mau harus melakukan
beberapa perubahan dan sinkronisasi berbagai Undang-Undang agar dapat sesuai

dengan aturan main di dalam WTO itu sendiri.2
Persetujuan Trade Related Intellectual Property Rights (selanjutnya
disingkat TRIP’s) adalah salah satu elemen utama dari empat aspek penting
pembentukan WTO, dimana Indonesia juga harus melakukan berbagai ratifikasi
Undang-Undang hak kekayaan intelektual agar sesuai dengan Persetujuan TRIP’s.
Proses penyelarasan dan implementasi Persetujuasn TRIP’s di Indonesia dimulai
pada tahun 1997 ketika Indonesia melakukan ratikasi Undang-Undang tentang hak
kekayaan intelektual terkait dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 1982 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta; Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997
tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
1989 tentang Paten; dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
1997 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 1992 tentang Merek.3
Pemerintah kemudian melakukan ratifiksi undang-undang terkait dengan
pengelolaan hak kekayaan intelektual pada tahun 2000, yaitu:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia
Dagang;
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri;

2

Kumpulan regulasi di bidang HKI di Indonesia, http://www.HKI.lipi.go.id/, (diakses
tanggal 5 Oktober 2013).
3
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

4

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu. Terkait dengan desakan penyempurnaan untuk aspek paten dan
merek,
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten;
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.4
Keberadaan ratifikasi terhadap pengaturan-pengaturan Hak Kekayaan
Intelektual (selanjutnya disingkat HKI) hingga sekarang ini secara sosial budaya
masyarakat Indonesia masih berada dalam masa transisi masyarakat industrial
yang belum semuanya mengerti dan memahami masalah-masalah HKI yang

sebelumnya tidak dikenal oleh masyarakat Indonesia karena HKI yang merupakan
hak milik atas kekayaan intelektual memang bukan berasal dari masyarakat
Indonesia, melainkan berasal dari masyarakat negara-negara maju untuk
melindungi karya-karya intelektual masyarakat negara-negara barat tersebut yang
pola pikir masyarakatnya sudah berbeda dengan masyarakat Indonesia.
Dengan keberadaan pengaturan-pengaturan HKI tertuang dalam UndangUndang Nomor 7 Tahun 1994 mengenai pengesahan Agreement Establishing the
World

Trade

Organization

atau

pengesahan

Pembentukan

Organisasi


Perdagangan Dunia maka secara sosial, kultural, dan ekonomi banyak mengalami
problem dalam pelaksanaannya. Salah satu penyebab dari keadaan ini adalah
penyebabnya munculnya hukum tentang HKI berbeda dengan kultur masyarakat
hukum Indonesia yang bersifat komunal.

4

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

5

Berdasarkan dari uraian diatas tersebut, hak komunal merupakan budaya
yang secara umum telah disampaikan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya
dan secara umum dianggap berhubungan dengan orang-orang tertentu atau
adatnya maka kebudayaan tersebut masih tetap berkembang dalam suatu
komunitas dalam sistem sosial dan kurun waktu relatif panjang. Hak komunal ini
sangat melekat sekali dengan budaya dan diperoleh secara turun-temurun
sehingga tidak lagi merupakan hal yang baru kelompok masyarakat Indonesia.

Budaya masyarakat Indonesia tidak mengenal hak-hak cipta yang
terkandung dalam HKI. Budaya masyarakat Indonesia yang bersifat komunal
tidak mengenal kepemilikan secara individu terhadap suatu karya dalam bidang
ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Satu-satunya sistem kepemilikan yang dalam
kehidupan

masyarakat

tradisional

adalah

masing-masing

kelompok

masyarakat/kelompok adat. Namun, kepemilikan tersebut sifatnya komunal
artinya dimiliki oleh keluarga atau masyarakat hukum adatnya.
Masyarakat Indonesia tidak memahami filosofi dasar HKI sebagaimana
yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tersebut, karena

masyarakat adat tidak menganggap pengetahuan tradisional yang komunal
tersebut sebagai miliknya secara individu. Bahkan masyarakat adat tersebut rela
apabila ada pihak lain yang menggunakan pengetahuan tersebut meskipun tanpa
persetujuan terlebih dahulu karena beranggapan bahwa semakin banyak
digunakan maka semakin bermanfaat pula pengetahuan itu.
Sementara pengaturan-pengaturan HKI yang diratifikasi oleh Indonesia
pada dasarnya memberikan hak monopoli didasarkan atas kemampuan individual

Universitas Sumatera Utara

6

dalam melakukan kegiatan untuk menghasilkan temuan dan keuntungan ekonomi
dari kekayaan intelektual yang dimilikinya. Oleh karena, HKI lahir dalam
masyarakat barat di mana hak kepemilikan dimiliki oleh individu.
Berdasarkan hal-hal yang telah Penulis uraikan diatas, Inilah latar
belakang yang menjadi alasan dipilih dan diangkatnya penelitian dengan judul:
“ANALISIS YURIDIS HAK KOMUNAL DALAM PERLINDUNGAN HAK
CIPTA DI INDONESIA”.


B. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagimana keberadaan hak komunal dalam sistem hukum di Indonesia?
2. Bagimana hak komunal dalam aturan WIPO dan TRIP’s?
3. Bagaimana hak komunal dalam perlindungan hak cipta di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah ;
1. Untuk mengetahui bagaimana keberadaan hak komunal dalam sistem hukum di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana hak komunal dalam aturan WIPO dan TRIP’s.
3. Untuk mengetahui bagaimana hak Komunal Dalam Perlindungan Hak Cipta Di
Indonesia.
Sedangkan manfaat penelitian yang didapatkan dari suatu penelitian ini
adalah :

Universitas Sumatera Utara

7


1. Kegunaan teoritis,
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dibidang ilmu hukum khususnya
keterkaitanya perlindungan hak komunal di Indonesia dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
b. Bagi para yang berkepentingan, yakni; para Pembentuk Undang-Undang,
memberikan masukan tentang perlindungan hak Komunal dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta atas
budaya tradisional yang merupakan warisan budaya bangsa dalam
mengantisipasi terjadinya pembajakan/klaim oleh pihak asing.
2. Kegunaan praktis,
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membuka cakrawala pikir dan
menjadi bahan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Indonesia dalam
perlindungan hak komunal dalam pengaturannya di Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

D. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan perpustakaan Universitas
Sumatera bahwa judul tentang Analisis Yuridis Hak Komunal Dalam
Perlindungan Hak Cipta Di Indonesia, maka diketahui bahwa belum ada
penelitian yang serupa dengan apa yang menjadi bidang dan ruang lingkup
penelitian penulis ini. Oleh karena itu, penulis berkeyakinan bahwa penelitian

yang penulis lakukan ini jelas dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, karena

Universitas Sumatera Utara

8

senantiasa memperhatikan ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang harus
dijunjung tinggi bagi peneliti atau akademisi.

E. Tinjauan kepustakaan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh

sebuah

kelompok

orang

dan

diwariskan

dari

generasi

ke

generasi.5 Terbentuknya suatu budaya dari kelompok masyarakat diwujudkan
kedalam bentuk kepercayaan, nilai adat-istiadat, bahasa, pakaian, karya-karya seni
maupun sastra dan lain sebagainya.
Budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia dalam
kelompoknya sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara turun-temurun. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orangorang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh kegiatan-kegiatan masyarakat
itu sendiri. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas dikarenakan banyak aspek
budaya turut menentukan perilaku komunal dalam kelompok masyarakat tersebut
sehingga budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial masyarakat.
Budaya merupakan wujud dari suatu kepercayaan, nilai-nilai adat istiadat,
pakaian, karya-karya seni maupun sastra dan lain sebagainya yang sifatnya sudah
turun-temurun sehingga menjadi suatu warisan budaya yang memiliki dasar
filosofi yang sangat erat dengan budaya setiap kelompok masyarakat Indonesia.
5

Wikipedia Budaya, http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, (diakses tanggal 6 Januari

2014)

Universitas Sumatera Utara

9

Warisan budaya tersebut menjadi suatu yang bersifat komunal karena diwarisi
secara turun-temurun dan dimiliki secara bersama oleh kelompok masyarakat itu
sendiri.
Budaya yang secara umum telah disampaikan dari suatu generasi ke
generasi selanjutnya dan secara umum dianggap berhubungan dengan orang-orang
tertentu atau adatnya maka kebudayaan tersebut masih tetap berkembang dalam
suatu komunitas dalam sistem sosial dan kurun waktu relatif panjang. Jadi, hak
komunal ini pada intinya sangat melekat sekali dengan budaya dan diperoleh
secara turun-temurun sehingga tidak lagi merupakan hal yang baru kelompok
masyarakat Indonesia.
Warisan budaya merupakan suatu hak komunal yang dilahirkan
dikembangkan pada masa lalu tetapi masih hidup hingga saat ini tetap akan
dikembangkan. Karena sebagian besar dari kebudayaan atau hak komunal tersebut
merupakan hasil alam yang digunakan secara turun-temurun yang dikumpulkan
dan dipublikasikan.
Warisan budaya yang menjadi hak komunal yang diwariskan secara turuntemurun dikatakan memiliki nilai-nilai tinggi secara ekonomis karena merupakan
budaya tradisional yang telah mempunyai identitasnya bagi daerah-daerah
maupun kelompok masyarakat itu sendiri yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan kelompok masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut.
Warisan budaya yang telah bersifat komunal tersebut maka masyarakat
Indonesia tidak lagi mengenal adanya hak individu sehingga tidak dimiliki secara
perorangan ataupun individu-individu karena warisan budaya dimiliki secara

Universitas Sumatera Utara

10

bersama oleh setiap kelompok masyarakat-masyarakat di Indonesia pada
umumya, dan kelompok masyrakat tersebut tidak mementingkan hak individu atas
karya-karya budaya tersebut.
Masyarakat Indonesia yang budaya hukumnya bersifat komunal dalam
kaitannya dengan perlindungan hukum hak cipta. Adanya ketentuan - ketentuan
peraturan di bidang hak cipta merupakan produk yang berasal dari negara barat
yang dituangkan kedalam Trade Related Intellectual Property Rights Agreement
(kemudian penyebutan selanjutnya disingkat TRIP’s), selanjutnya oleh negara
Indonesia diratifikasi melalui Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 1994, sebagai konsekwensinya negara Indonesia berkewajiban untuk
mnegharmonisasikan sistim hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sesuai
dengan standar-standar yang diterapkan dalam TRIP’s.
Adapun sistem standar-standar perlindungan hukum dalam TRIP’s yang
dianut adalah system Individual Right yaitu suatu karya intelektual harus dihargai
dan diberikan perlindungan secara eksklusif karena dihasilkan melalui proses
yang panjang dan berat baik dari segi waktu, tenaga, pikiran, biaya yang
mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi. Di sisi lain Indonesia sebagai
bagian dari negara bekembang memiliki sistem perlindungan HKI yang menganut
konsep komunal (comunal Right) artinya bahwa suatu hasil karya intelektual
seseorang adalah milik bersama, artinya jika orang lain mempergunakan hasil
karya intelektual tanpa seijin pemiliknya dianggap bukan suatu pelanggaran.

Universitas Sumatera Utara

11

F. Metode penelitian
1. Spesifikasi penelitian
Penelitian ini mempergunakan penelitian hukum normatif dengan
menggunakan pendekatan secara yuridis. Penelitian normatif merupakan
penelitian dengan menelusuri menganalisis hubungan-hubungan hukum antar satu
peraturan dengan peraturan lainnya. Mengacu pada tipologi pembahasan
penelitian ini menurut Soerjono Soekanto, studi pendekatan terhadap hukum yang
normatif mengkonsepsikan hukum sebagai norma, kaidah, peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku pada suatu waktu dan temat tertentu sebagai
produk dari suatu kekuasaan negara tertentu yang berdaulat.6
Berdasarkan judul penelitian yang telah dijabarkan dalam beberapa
rumusan masalah dan dihubungkan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai
sebagaimana diuraikan di atas, maka spesifikasi penelitian ini termasuk dalam
lingkungan penelitian yang bersifat deskriptif. Dikatakan penelitian bersifat
deskriptif

karena

(mengungkapkan

merupakan
dan

suatu

memaparkan),

upaya
yakni

untuk
membahas

mendeskripsikan
permasalahan-

permasalahan berkaitan judul yang diteliti dan sejumlah faktor-faktor yang
mempengaruhi data yang diperoleh untuk dikumpulkan, disusun, dijelaskan,
kemudian dianalisis. Penelitian bersifat deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
untuk melukiskan tentang sesuatu hal tertentu dan pada saat tertentu.
Penelitian ini dikatakan deskriptif karena hasil-hasil yang diperoleh dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara menyeluruh dan
6

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1982), hlm..51.

Universitas Sumatera Utara

12

sistematis mengenai perlindungan hukum terhadap hak komunal. Dikatakan
analitis karena terhadap data yang diperoleh selanjutnya akan dilakukan analisis
dari aspek yuridis dan budaya sebagai hak komunal.
2. Sumber data
Penelitian hukum yang bersifat normatif selalu menitikberatkan pada
sumber data sekunder. Data sekunder pada penelitian dapat dibedakan menjadi
bahan–bahan hukum primer, bahan-bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tertier. Dalam penelitian ini, bersumber dari data sekunder adalah sebagai berikut :
a.

Bahan hukum primer, yaitu semua bahan-bahan hukum yang mengikat
secara yuridis, seperti meliputi peraturan perUndang-Undangan, keputusan
presiden, rancangan Undang-Undang dan lain-lain.

b. Bahan hukum sekunder semua bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer. meliputi jurnal, buku-buku referensi, hasil
karya ilmiah para sarjana.
c.

Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk ataupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kamus hukum, internet, eksiklopedia, dan lain
sebagainya.

3. Alat pengumpulan data
Dikarenakan jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif maka
teknik/metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan studi kepustakaan atau teknik dokumentasi. Studi kepustakaan yaitu
berupa pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan dengan cara

Universitas Sumatera Utara

13

mempelajari buku-buku/literatur-literatur yang berhubungan dengan judul dan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
Sedangkan studi dokumen yaitu berupa data yang diperoleh melalui
bahan-bahan hukum yang berupa undang-undang atau peraturan-peraturan yang
berhubungan dengan penelitian ini.
4. Analisis data
Analisis data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis
kualitatif, yaitu data sekunder yang berupa teori, definisi dan substansinya dari
beberapa literatur dan peraturan perundang undangan serta data primer yang
dianalisis dengan undang–undang, teori dan pendapat para pakar/sarjana yang
terkait dalam membahas permasalahan penelitian ini.
Metode analisis data dilakukan dengan cara, data yang diperoleh akan
dianalisis secara kualitatif. Kesimpulan yang diambil dengan menggunakan cara
berpikir deduktif yaitu cara berpikir yang mendasar kepada hal-hal yang bersifat
umum dan kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus sesuai dengan
pokok permasalahan tersebut. Setelah analisis data selesai, maka hasilnya akan
disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa
adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Dari hasil tersebut kemudian
ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

14

G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan membagi menjadi 5 bab, dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Pada bab ini merupakan pembukaan yang berisikan latar belakang,
perumusan masalah, tujuan, penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II

KEBERADAN HAK KOMUNAL DALAM SISTEM HUKUM DI
INDONESIA
Pada bab ini akan diuraikan mengenai definisi dan ruang lingkup hak
komunal, pentingnya perlindungan hak komunal dalam sistem hukum
Indonesia, dan keberadaan hak komunal dalam sistem hukum
Indonesia

BAB III

HAK KOMUNAL DALAM ATURAN WIPO DAN TRIP’S
Pada bab ini dibahas tentang sejarah pengesahan WIPO dan TRIP’s
dalam perlindungan hak atas kekayaan intelektual di Indonesia,
pengaturan hak komunal dalam perjanjian WIPO dan TRIP’S, dan
perlindungan hak komunal dalam negara-negara yang meratifikasi
aturan WIPO dan TRIP’s

Universitas Sumatera Utara

15

BAB IV HAK KOMUNAL DALAM PERLINDUNGAN HAK CIPTA DI
INDONESIA
Bab ini akan membahas mengenai filosofi atas hki, prinsip-prinsip
dalam perlindungan hak cipta, pengaturan hak cipta Menurut UU No.
19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, dan hak komunal dalam
perlindungan hak cipta di Indonesia
BAB V

PENUTUP
Pada bab ini akan mengurai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara