Analisis Yuridis Hak Komunal Dalam Perlindungan Hak Cipta di Indonesia

BAB II
KEBERADAAN HAK KOMUNAL DALAM SISTEM HUKUM
DI INDONESIA

A. Definisi dan Ruang Lingkup Hak Komunal
Mengenai definisi hak komunal berdasarkan Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, bahwa hak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di artikan milik,
kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah
ditentukan oleh undang-undang, aturan, dan sebagainya), kekuasaan yang benar
atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat wewenang
menurut hukum.arti komunal ialah milik rakyat (umum) yang berkaitan dengan
komune. Komune disini diartikan kelompok orang yang hidup bersama. 7
Berdasarkan penjabaran definisi yang disebutkan diatas hak komunal tersebut
dimaksudkan adalah yang dimiliki oleh masyarakat daerah atau tradisi yang
sifatnya turun-menurun.
Istilah hak komunal sebenarnya saling keterkaitan dengan istilah
pengetahuan tradisional (traditional knowledge) yang merupakan masalah hukum
baru yang berkembang di Indonesia maupun di negara-negara internasional dan
belum adanya suatu kesepakatan internasional untuk memberikan perlindungan
hukum atas pengetahuan tradisional (traditional knowlodge). Satu hal yang
membedakan antara pengetahuan tradisional dan hasil karya intelektual lain

adalah bahwa satu pengetahuan tradisional merupakan satu bentuk karya

7

Kamus Lengkap Bahasa Inonesia, (Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan, 2003).

16
Universitas Sumatera Utara

17

intelektual yang tumbuh dan berkembang dari dan dalam masyarakat komunal.
Permasalahan hak komunal ini muncul menjadi permasalahan baru dalam hukum
di Indonesia disebabkan belum ada pengaturan hukum di Indonesia tentang hak
komunal yang memberikan perlindungan hukum secara optimal.
Hak

komunal

tersebut


merupakan

suatu

kebudayaan,

dimana

kebudayaan adalah suatu hasil karya diciptaan yang hidup dan berkembang serta
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi yang meliputi suatu pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai, dan produk,
yang tumbuh dan dimiliki bersama oleh suatu kelompok masyarakat tanpa
memandang siapa pencipta ataupun penemunya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Edward B. Tylor yang menulis dalam
bukunya ”Primitive Culture”, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.8
Hak komunal merupakan budaya yang secara umum telah disampaikan

dari generasi ke generasi selanjutnya dan secara umum dianggap berhubungan
dengan orang-orang tertentu atau adatnya. Budaya yang dimaksud tersebut ruang
lingkupnya sangat banyak dan beragam sekali baik itu berupa pengetahuan, karya
seni, sastra, musik (lagu), simbol, dongeng (cerita rakyat) dan lainnya.
Kebudayaan berkembang dalam suatu komunitas dalam sistem sosial dan
kurun waktu relatif panjang secara kongkrit yang pada umumnya yang seringnya

8

Harsojo, Pengantar Antropologi, (Bandung: Putra A. Bardin, 1999), hlm. 92.

Universitas Sumatera Utara

18

di jumpai seperti di bidang kesenian seperti tari-tarian adat, musik adat, kerajinan
tangan, dan lain sebagainya. Hak komunal ini sangat melekat sekali dengan
budaya dan diperoleh secara turun-temurun sehingga tidak lagi merupakan hal
yang baru.
Setiap budaya yang dilahirkan dan dikembangkan pada masa lalu tetapi

masih hidup hingga saat ini tetap akan dikembangkan. Sebagian besar dari
kebudayaan atau hak komunal tersebut merupakan hasil alam yang digunakan
secara turun-temurun yang dikumpulkan dan dipublikasikan.
Masyarakat, penduduk dan negara adalah merupakan sebagai pemilik
kebudayaan, karena karya-karya kebudayaan diciptakan, dikembangkan, dan
dipraktikkan oleh masyarakat tradisional itu sendiri secara berkelompok sehingga
terdapat banyak orang dalam kelompok tersebut yang memberikan sumbangsih
terhadap budaya yang dihasilkan dan kelompok masyrakat tersebut tidak berniat
untuk mementingkan hak individu atas karya-karya budaya tersebut.9
Lain halnya dengan budaya yang melatar belakangi masyarakat di negaranegara barat bahwa negara-negara barat lebih mengedepankan kepentingan hakhak individu dengan watak kapitalisnya. Sedangkan konsep berfikir masyarakat
Indonesia mengenai budaya ini sangat bersifat komunal, artinya karya yang
dihasilkan dipahami sebagai milik bersama yang dimiliki oleh keluarga atau
masyarakat adatnya.

9

Afrillyanna Purba, Gazalba Saleh dan Andriana Krisnawati, TRIP’s-WTO&Hukum HKI
Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 40.

Universitas Sumatera Utara


19

B. Keberadaan Hak Komunal dalam Sistem Hukum Di Indonesia
Menurut Subekti, sistem adalah suatu susunan atau tatanan yang teratur,
suatu keseluruhan yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain,
tersusun menurut suatu rencana atau pola, hasil dari suatu penulisan untuk
mencapai sesuatu tujuan.10
Menurut Sudikno Mertokusumo, sistem adalah tatanan atau kesatuan yang
utuh yang terdiri dari bagian bagian atau unsur-unsur yang berkaitan erat satu
sama lain yaitu kaedah dan pernyataan tentang apa yang seharusnya sehingga
sistem hukum merupakan sistem normatif. Dengan kata lain sistem hukum adalah
kumpulan unsur-unsur yang ada dalam interaksi satu sama lain yang merupakan
satu kesatuan yang terorganisasi dan kerjasama ke arah tujuan kesatuan.11 Sistem
hukum merupakan kesatuan peraturan, penetapan yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor kebudayaan, sosial, ekonomi, sejarah, dan sebagainya.
Menurut L. M. Friedman12, sistem hukum adalah suatu sistem yang
meliputi substansi, hukum, dan budaya hukum. Substansi adalah aturan, norma
dan pola prilaku manusia yang berada dalam sistem. Struktur adalah
institusionalisasai ke dalam empitas-empitas hukum seperti struktur pengadilan

tingkat pertama, pengadilan tingkat banding, tingkat kasasi, dan jumlah hukum.
Budaya hukum adalah bagian dari kultur pada umumnya, kebiasaan-kebiasaan,
opini masyarakat, dan pelaksanaan cara-cara bertindak dan berpikir.

10

Bernhard limbong, Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan, Redulasi, Kompensasi
Penegakan Hukum, (Jakarta: CV Ravi Maju Mandiri, 2011), hlm. 57.
11
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, (Yogyakarta: Liberty, 2009), hlm. 18.
12
Pengertian Hukum
Sistem Hukum Tujuan Hukum, http://innocentpaparazzi.blogspot.com/2011/04.html (di akses tanggal 6 Januari 2014).

Universitas Sumatera Utara

20

Dalam kehidupan masyarakat adat di Indonesia selalu terdapat berbagai
macam aturan-aturan kebiasaan yang secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi tata cara masyarakat berperilaku atau bertindak. 13 Menurut
Koentjaraningrat, bahwa sistem nilai budaya merupakan tingkat paling abstrak
adat, suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam
alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka
anggap bernilai dalam kehidupan. Karena itu, sistem

nilai budaya biasanya

berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi perilaku manusua.14
Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan diatas, maka hukum
merupakan suatu sistem, artinya hukum itu merupakan suatu keseluruhan yang
terdiri atas beberapa bagian (sub-sistem) dan antara bagian-bagian itu saling
berhubungan dan tidak boleh bertentangan satu sama lainnya. Jadi, sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya bahwa sistem perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia berpedoman pada UUD 1945 sebagai groundnorm yang di dalamnya
mengandung falsafah negara yaitu Pancasila yang mencerminkan adanya etika,
sosiologi, dan culture.
Dengan demikian sistem hukum di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
sosiologi, etika dan budaya bangsa Indonesia itu sendiri dalam arti hukum di
Indonesia


tidak

tertutup

hanya

sebatas

hukum

itu

saja.

Hukum

di

Indonesia berasal dari sistem hukum Eropa, hukum agama, dan hukum adat.

Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana berasal pada

13

Maria Farida Indrati Soprapto, Ilmu Perundang-undangan Dasar-dasar dan
Pembentukannya, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1998), hlm.. 7.
14
Koentjaraningrat, Kebudayaan: Mentalitas dan Pembngunan, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2004), hlm. 25.

Universitas Sumatera Utara

21

hukum Eropa, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia
yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia-Belanda (NederlandschIndie). Diberlakukannya sistem hukum adat yang diserap dalam perundangundangan atau yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan
setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah nusantara.15
Sejarah keberadaan hukum di Indonesia, hukum adat atau hukum yang
tidak tertulis diakui keberadaanya sebagai sarana interaksi dalam mengaatur pola
hubungan masyarakat.16 Sistem hukum adat pada umumnya bersumber dari

peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang serta
dipertahankan berdasarkan kesadaran hukum masyarakatnya.
Adat adalah sistem hukum yang dikenal dalam lingkungan kehidupan
sosial di Indonesia yang merupakan hukum asli bangsa Indonesia bersumber dari
peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dan
dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakat yang sifatnya adaptif dan
flesibel.17
Keterkaitan hak komunal dalam hukum adat dikarenakan sifat hukum adat
adalah sebagai berikut :
1. Tradisional dengan berpangkal pada kehendak nenek moyangnya atau telah
disampaikan secara turun-temurun.
2. Berubah-ubah karena pengaruh kejadian dan keadaan sosial yang silih berganti.

15

Hukum adat di Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_di_Indonesia, (diakses
tanggal 6 Januari 2014)
16
Tim Pendastaren Tarigan dan Arif, (ed.) Spirit Hukum (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada), hlm.. 1

17
Ibid. hlm.. 4

Universitas Sumatera Utara

22

3. Karena sumbernya tidak tertulis, hukum adat tidak kaku dan mudah
menyesuaikan diri.
Dalam hukum pertanahan yaitu Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria di Indonesia
(selanjutnya disebut dengan UUPA) keterkaitannya dengan hak komunal
dikarenakan bahwa sebelum lahirnya UUPA di Indonesia setelah Indonesia
merdeka terdapat dualisme sistem hukum tanah yang berlaku, yaitu :
1. Hukum Tanah Barat, diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) yang berasal dari Code Civil Prancis, yang bersifat kapital
individualistik.
2. Sistem Hukum Tanah Adat, yang berdasarkan pada prinsip-prinsip hukum
penduduk asli bangsa Indonesia dimana sistem ini mempunyai ciri khusus yang
bersifat kemasyarakatan.18
Hukum adat adalah merupakan sebagai dasar lahirnya UUPA di Indonesia
karena hukum tanah adat yang murni yang bersifat komunalistik yang
mewujudkan semangat gotong-royong dan kekeluargaan yang diliputi suasana
religius. Tanah merupakan tanah bersama kelompok teritirial atau genealogik.
Hak-hak perseorangan secara langsung atau tidak langsung bersumber pada hak
bersama. Oleh karena itu biarpun sifatnya pribadi dalam arti penggunaannya
untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi berbeda dengan hak-hak dalam

18

Zaidar, Dasar Filosofi Hukum Agraria Indonesia, (Medan: Pustaka Bangsa Press,
2006), hlm. 13.

Universitas Sumatera Utara

23

Hukum Tanah Barat, sejak berakhirnya sekaligus dalam dirinya sudah terkandung
unsur kebersamaan.19
Sifat komunalistik menunjukkan kepada hak bersama para anggota
masyarakat hukum adat atas tanah, yang dalam keputusan hukum adat disebut
dengan Hak Ulayat. Tanah Ulayat merupakan tanah kepunyaan bersama yang
diyakini sebagai karunia Tuhan.20
Berdasarkan alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, salah satu tujuan negara ialah untuk memajukan
kesejahteraan umum, untuk mewujudkan kesejahteraan umum UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan kepada Negara untuk mengusai
seluruh sumber daya alam, yang secara jelas di sebutkan dalam Pasal 33 ayat 3
UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat”. Maka, negara dalam penguasaan dan/atau
kewenangan yang di miliki oleh negara dalam mengelola sumber daya alam harus
memenuhi keinginan seluruh rakyat Indonesia.
Sebagaimana yang dimaksud Pasal 1 angka 23 pada Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
bahwa Masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang secara turun
temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal
usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup, serta adanya
sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial dan hukum.
19
20

Ibid, hlm.. 23
bid, hlm.. 23

Universitas Sumatera Utara

24

Perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam dan memelihara daya
dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi
ke generasi.
Berdasarkan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta (selanjutnya disebut dengan UU Hak Cipta),
bahwa UU Hak Cipta adalah merupakan Undang-Undang yang lahir karena
adanya Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization
(Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), yakni Undang-Undang Negara
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1994. Berdasarkan hal tersebut,
mengharuskan negara Indonesia untuk meratifikasi 7 (tujuh) peraturan-peraturan
yang berkaitan dengan HKI diantara salah satunya ialah UU Hak Cipta.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing the World Trade Organization adalah merupakan suatu peraturan
yang lahir karena adanya dari persetujuan TRIP’s yang dikelola oleh World Trade
Organization (WTO), yang mana dalam persetujuan TRIP’s tersebut pengaturanpengaturan terhadap HKI di Indonesia tidak berdasarkan dengan budaya-budaya
hukum masyarakat yang komunal di Indonesia akan tetapi lebih lebih
menekankan watak individualis dan komersial/kapitalis yang merupakan prinsip
hukum yang berasal negara barat atau negara-negara maju.
Pengaturan HKI di Indonesia tidak berasal dari budaya hukum dan sistem
hukum nasional Indonesia yang menekankan pada hak komunal, akan tetapi lebih
cenderung mengarah pada pengaturan hukum HKI berasal dari negara barat yang

Universitas Sumatera Utara

25

bersifat individual dan monopoli yakni mengejar keuntungan ekonomi terhadap
dari suatu hasil HKI.
Terkait mengenai hak komunal dalam berdasarkan uraian-uraian yang
diatas dalam UU Hak Cipta, masyarakat adat Indonesia tidak menganggap hasil
suatu pengetahuan tradisional yang bersifat komunal sebagai miliknya sebagai
individu akan tetapi milik bersama yaitu dimiliki oleh keluarga atau masyarakat
adatnya.
Ketentuan hukum yang berasal dari negara maju, semuanya tidak dapat
diterapkan di negara sedang berkembang. Indonesia misalnya, karena adanya
perbedaan sistem kultur, budaya, politik, hukum, dan pengaturan yang sama
belum tentu dapat menjamin dan memberikan hasil yang sama dengan hasil yang
diperoleh dari negara maju tersebut, dan aturan dari negara maju belum tentu
dapat diterapkan begitu saja di semua lini negara, masyarakat dan bangsa di suatu
tempat.

C. Pentingnya Perlindungan Hak Komunal dalam Sistem Hukum Indonesia
Setelah memahami dan mengetahui apa yang dimaksud dengan hak
komunal tersebut, warisan budaya-budaya yang dihasilkan oleh masyarakat
komunal dalam hal tertentu sangat diminati oleh bangsa lain, namun bangsa
Indonesia yang memilikinya tidak memberikan perlindungan hukum yang
selayaknya. Hak Komunal apabila dikelola dengan baik dapat menjadi aset bangsa
yang sangat berharga dan meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya.

Universitas Sumatera Utara

26

Pada kenyataannya sekarang ini banyak orang yang tidak bertanggung
jawab mempergunakan ciptaan orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu
kepada penciptanya atau penemunya. Dari fenomena yang tersebut diatas, bahwa
hal tersebut berkaitan dengan penegakan HKI apabila tidak di tangani serius dari
aspek yurisdisnya maka akan memberikan dampak negatif tidak hanya dari aspek
hukum tetapi juga dari aspek ekonomi.
Menurut UU Hak Cipta, si pencipta/penemu yang tidak mendaftarkan hasil
cipataanya dapat dianggap sebagai bukan penciptanya dan bahkan dapat dituntut
secara hukum apabila menggunakan karya ciptaanya tersebut. Sedangkan dari segi
ekonomi tentunya akan berakibat pada keuntungan apabila kelak ada orang
(bukan si pencipta) yang menggunakan, memperbanyak hasil ciptaannya, maka
pencipta/ penemunya sendiri tidak mendapatkan keuntungan dari keuntungan
tersebut.
Budaya masyarakat Indonesia yang komunal tidak mengenal hak-hak cipta
yang terkandung dalam HKI. Nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia tidak
mengenal pemilikan individu terhadap suatu karya dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastra. Satu-satunya sistem pemilikan yang melembaga
dalam kehidupan masyarakat tradisional adalah masing-masing kelompok
masyarakat/kelompok adat. Namun pemilikan itu sifatnya komunal artinya
dimiliki oleh keluarga atau masyarakat hukum adatnya.21
Kepemilikan komunal yang dianut oleh masyarakat Indonesia berbeda
dengan konsep pemilikan individu yang dianut oleh negara-negara barat. Budaya
21

Kebijakan publik pemerintah, http://unud-hukumbisnis.blogspot.com/2010/01/html,
(diakses tanggal 28 November 2013)

Universitas Sumatera Utara

27

masyarakat Indonesia tidak mengenal pemilikan individu terhadap suatu karya
dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Bahwa di negara-negara barat
konsep perlindungan hak cipta negara-negara barat bersamaan dengan munculnya
masyarakat industri yang didasari corak masyarakat yang lebih menekankan
kepentingan atau hak-hak individu dengan watak kapitalistik (mencari
keuntungan).22
Akibat dari pada pemikiran masyarakat Indonesia yang masih bersifat
komunal tersebut, bahwa masyarakat Indonesia berkarya dan hasil karyanya
bermanfaat bagi banyak orang maka akan merasa bangga dan tidak begitu
mempermasalahkan apabila ternyata orang lain menirunya, bahkan merasa telah
diuntungkan karena hasil karyanya disebar luaskan dan dikenal orang lain.23
Secara komunal, masyarakat Indonesia sebagai si pencipta/penemu yang
tidak mendaftarkan hasil cipataanya dapat dianggap sebagai bukan penciptanya
dan bahkan dapat dituntut secara hukum apabila menggunakan karya ciptaanya
tersebut, dan akan berakibat pada keuntungan apabila kelak ada orang (bukan si
pencipta)

yang

menggunakan,

memperbanyak

hasil

ciptaannya,

maka

pencipta/penemunya sendiri tidak mendapatkan keuntungan dari keuntungan
tersebut.

22
23

Ibid.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara