Kajian Atas Putusan-Putusan Peradilan Dalam Sengketa Hak Cipta Lagu

(1)

KAJIAN ATAS PUTUSAN-PUTUSAN PERADILAN

DALAM SENGKETA HAK CIPTA LAGU

TESIS

Oleh:

MOSPA DARMA

087011077/MKn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KAJIAN ATAS PUTUSAN-PUTUSAN PERADILAN

DALAM SENGKETA HAK CIPTA LAGU

TESIS

Oleh :

MOSPA DARMA

087011077/MKn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis :

KAJIAN ATAS PUTUSAN-PUTUSAN

PERADILAN DALAM SENGKETA HAK

CIPTA LAGU

Nama : MOSPA DARMA

Nomor Pokok : 087011077

Program Studi : Magister Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.Dr. Runtung SH.,M.Hum.) Ketua

(Dr.T.Keizerina Devi.A.,SH.,CN.,M.Hum.) (SyafruddinHasibuan.,SH.,MH.)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi Dekan,

Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H.,M.S.,C.N. (Prof.Dr.RuntungSH.,M.Hum.)


(4)

Telah Diuji Pada

Tanggal : 14 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.Dr. Runtung SH.,M.Hum.

Anggota : 1. Dr.T.Keizerina Devi.ASH.,CN.,M.Hum. 2. Syafruddin Hasibuan.,SH.,MH.

3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H.,M.S.,C.N. 4. Dr. Jely Leviza,S.H.,M.Hum.


(5)

Abstrak

Suatu negara yang besar yang memiliki kekayaan sumber daya manusia, dimana sudah secara otomatis memiliki manfaat yang besar pula, terutama bangsa tersebut merupakan bentuk masyarakat yang memiliki norma hukum serta nilai-nilai budaya serta memiliki nilai seni yang besar, sehingga menciptakan suatu bentuk hukum yang baru dalam penanganannya.

Peranan lembaga Peradilan sangatlah memberikan kesan akan kepedulian serta kepastian hukum bagi masyarakat, terutama dalam hal Hakim memberikan putusan yang adil dan beradap, sehingga supremasi Hukum benar-benar ditegakkan dalam hal melindungi masyarakat akan ketidak adilan didalam masyarakat, terutama dengan adanya peradilan khusus.

Hakim dalam hal suatu peradilan sangatlah menentukan akan kondisi suatu hukum yang berlaku, dimana seorang hakim memutuskan suatu perkara haruslah berdasarkan atas peraturan yang berlaku, bila hanya untuk kepentingan pribadi serta keuntungan sepihak sehingga akan mematikan hukum tersebut.

Sengketa Hak Cipta lagu, terutama dimana Karya Cipta lagu tersebut suadah menjadi suatu industri musik, secara otomatis menimbulkan benturan-benturan bagi masyarakat, terlebih lagi semakin tinggi tingkat konsumsi di tengah-tengah masyarakat sehingga hal yang kecil pun tidak luput dari incaran bagi mereka yang tidak menghormati milik orang lain, dalam hak ini Karya Cipta lagu bila tidak ditangani secara profesional dalam hal penindakan hukum maka akan menjadi pencurian, ataupun diistilahkan dal Hak Cipta lagu adalah pembajakan.


(6)

Abstract

A well- established country which hasthe riches of human resources, where automaticcally has great adventages, especially it is a society with the norm of law as well as well the value of culture and high value of art, this create a form of law which is in organizing it.

The role of court of justice gives an impression of care and law certainity for the society, especially in thiscase, the judge gives a fair and humanly decision, therefore the law supreme should be really applied in the sense of protecting siciety for unjust matter in society, and with the existance for the Copy Right of Song/Art.

Judge, in the matter of alaw court, is really decesive for a condition of legallaw, where ajudge decives a case, it must be based on the legal rule, if it is only personal business and a side profit, it will shut the law down.

The clash of the songs copy right, especially where the right of the song has been in a music industry, automatically it will cause the crash for the society, more over the higher increasing of consumption among the society that how tiny the problem is, will never free from their target for those who never respect ones right and possesion, in their case the song cretion, if it is not managed well and professionally in the law condemnation, there will be stealing, or in the Song Copy right it is called hijacking.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih serta Maha Penyayang atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan ini yang merupakan syarat guna mencapai gelar Magister Kenotariatan.

Penulisan tesis ini bertujuan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi pada program studi Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana di Universitas Sumatera Utara, berkat rahmat dan karuniaNya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi dan penulisan tesis ini dengan judul KAJIAN ATAS PUTUSAN-PUTUSAN PERADILAN DALAM

SENGKETA HAK CIPTA LAGU. Pemilihan judul ini didasari oleh rasa

ketertarikan penulis terhadap permasalahan terhadap putusan-putusan peradilan dalam sengketa Hak Cipta Lagu.

Harapan penulis, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bukan hanya pada penulis sendiri, tetapi juga bagi masyarakat pada umumnya, dan bagi mahasiswa khususnya yang berada, di lingkungan pendidikan hukum. Penulis sangat menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, karena penulis adalah manusia biasa dan tak luput dari kesalahan dan kekurangan.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moralmaupun materil. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :


(8)

1. Keluarga penulis tercinta, orang tua penulis yang telah merawat, mengasihi, mendidik dan membesarkan serta memberikan tauladan kepada penulis tentang arti kejujuran, kerja keras dan keberhasilan, yaitu ayahanda Drs. H. Muchtar Edi Hamid dan Ibunda Hj. Siti Rahma.

2. Keluarga Besar Universitas Sumatera Utara terutama Fakultas Hukum

a. Rektor USU : Prof. DR. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K). b. Dekan Fakultas Hukum : Prof. DR. Runtung, S.H., M.Hum.

c. Ketua Program Magister Kenotariatan : Prof. DR. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N.

3. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing :

a. Prof. DR. Runtung, S.H., M.Hum.

b. DR. T. Keizerina Devi A., S.H, CN., M.Hum. (yang telah membimbing penulis guna menyelesaikan penulisan tesis ini).

c. Syafruddin Hasibuan, SH., MH.

4. Para Bapak dan Ibu Dosen Program Pasca - Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan membimbing penulis sampai tingkat Magister.

5. Seluruh staff biro pendidikan di Magister Kenotariatan yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama ini.


(9)

Merisda, Yuna, Fitri, Surya, Jujur, Abi, Ardi dan seluruh kawan-kawan stambuk 2008.

Hanya Allah yang dapat membalas segala kebaikan dan jasa-jasa yang diberikan mereka semua. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak atas segala kekurangan yang penulis sadari sepenuhnya terdapat dalam tesis ini guna perbaikan dikemudian hari.

Medan, Agustus 2010 Penulis,


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mospa Darma

Tempat tangagal lahir : Palembang, 09 Juli 1971

Alamat : jl. Karsa F2 Medan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Nama Orang Tua : a. Bapak : Drs. H. Muchtar Edi Hamid b. Ibu : Hj. Siti Rahma

Latar Belakang Pendidikan: a. SDN 61 Medan (1982-1986) b. SMPN 14 Medan (1986-1988) c. SMA Medan Area (1988-1991)

d. Universitas : - S1 Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Universitas Islam Sumatera Utara-Medan (1991-1999) - S1 Fakultas Hukum Program Studi Pidana Universitas Medan Area-Medan (1998-2002)

- S2 Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara- Medan (2008-2010)


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBARAN PENGESAHAN

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR……….. iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………. vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Keaslian Penelitian ... 13

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsepsi ... 13

1. Kerangka Teori ... 13

2. Kerangka Konsepsi ... 38

G. Metode Penelitian ... 39

1. Jenis Penelitian ... 39

2. Metode Penelitian ... 39

3. Sumber Data ... 39

4. Alat Pengumpulan Data ... 40

5. Analisis Data ... 40

BAB II BENTUK-BENTUK PELANGGARAN HAK CIPTA LAGU... 41

a. Pelanggaran Perdata ... 41

1. Pelanggaran Hak Moral ... 41

2. Pelanggaran Hak Ekonomi... 46

3. Perkara Perdata ... 60

b. Pelanggaran Pidana ... 73

1. Pelanggaran Hak Moral ... 73

2. Pelanggaran Hak Ekonomi ... 73

3. Dalam Perkara Pidana ... 76

BAB III SIKAP PERADILAN DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK CIPTA LAGU ... 85

A. Adanya Hak Menggugat ... 85

1. Pemegang Hak……… . 85


(12)

B. Peradilan Tempat Menggugat ... 107

1. Peradilan Niaga……… .... 107

2. Mahkamah Agung ……… 126

BAB IV SIKAP PERADILAN DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA LAGU ... 130

A. Analisa Putusan-Putusan Perdata ... 130

B. Analisa Putusan-Putusan Pidana ... 134

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 138

A. Kesimpulan ... 138

B. Saran... 140

DAFTAR PUSTAKA ... 142 LAMPIRAN


(13)

Abstrak

Suatu negara yang besar yang memiliki kekayaan sumber daya manusia, dimana sudah secara otomatis memiliki manfaat yang besar pula, terutama bangsa tersebut merupakan bentuk masyarakat yang memiliki norma hukum serta nilai-nilai budaya serta memiliki nilai seni yang besar, sehingga menciptakan suatu bentuk hukum yang baru dalam penanganannya.

Peranan lembaga Peradilan sangatlah memberikan kesan akan kepedulian serta kepastian hukum bagi masyarakat, terutama dalam hal Hakim memberikan putusan yang adil dan beradap, sehingga supremasi Hukum benar-benar ditegakkan dalam hal melindungi masyarakat akan ketidak adilan didalam masyarakat, terutama dengan adanya peradilan khusus.

Hakim dalam hal suatu peradilan sangatlah menentukan akan kondisi suatu hukum yang berlaku, dimana seorang hakim memutuskan suatu perkara haruslah berdasarkan atas peraturan yang berlaku, bila hanya untuk kepentingan pribadi serta keuntungan sepihak sehingga akan mematikan hukum tersebut.

Sengketa Hak Cipta lagu, terutama dimana Karya Cipta lagu tersebut suadah menjadi suatu industri musik, secara otomatis menimbulkan benturan-benturan bagi masyarakat, terlebih lagi semakin tinggi tingkat konsumsi di tengah-tengah masyarakat sehingga hal yang kecil pun tidak luput dari incaran bagi mereka yang tidak menghormati milik orang lain, dalam hak ini Karya Cipta lagu bila tidak ditangani secara profesional dalam hal penindakan hukum maka akan menjadi pencurian, ataupun diistilahkan dal Hak Cipta lagu adalah pembajakan.


(14)

Abstract

A well- established country which hasthe riches of human resources, where automaticcally has great adventages, especially it is a society with the norm of law as well as well the value of culture and high value of art, this create a form of law which is in organizing it.

The role of court of justice gives an impression of care and law certainity for the society, especially in thiscase, the judge gives a fair and humanly decision, therefore the law supreme should be really applied in the sense of protecting siciety for unjust matter in society, and with the existance for the Copy Right of Song/Art.

Judge, in the matter of alaw court, is really decesive for a condition of legallaw, where ajudge decives a case, it must be based on the legal rule, if it is only personal business and a side profit, it will shut the law down.

The clash of the songs copy right, especially where the right of the song has been in a music industry, automatically it will cause the crash for the society, more over the higher increasing of consumption among the society that how tiny the problem is, will never free from their target for those who never respect ones right and possesion, in their case the song cretion, if it is not managed well and professionally in the law condemnation, there will be stealing, or in the Song Copy right it is called hijacking.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara yang besar adalah suatu negara yang memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang besar, serta memiliki potensi yang besar dalam mengelola sumber daya tersebut berdasarkan dari sumber daya manusianya seperti terhadap budaya yang terkandung dalam suatu masyarakat itu, menunjukkan suatu negara tersebut memiliki sumber daya yang besar dalam mengelola lingkungannya seperti Indonesia yang memiliki budaya yang besar dengan berbagai bahasa dan seni yang cukup banyak dari mulai tari-tarian, makanan, minuman, pakaian, rumah adat sampai ke lagu daerah yang berbeda setiap suku di seantero nusantara.

Dalam era perkembangan ilmu pengetahuan serta supremasi hukum, yang mana melindungi atas setiap karya cipta seseorang, sehingga setiap orang tidak akan merasa dirugikan akibat karya ciptanya dikuasai oleh orang lain, sehingga perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual seseorang dilindungi baik secara internasional maupun dalam kontek nasional. Undang-Undang nomor 19 tahun 2002


(16)

suatu wujud secara bersama -sama seluruh dunia menghargai karya orang lain terlebih lagi akan karya cipta suatu budaya.

Putusan peradilan adalah merupakan suatu hasil dari pembuktian-pembuktian dari para yang berperkara, sehingga dalam hal ini merupakan dari kumpulan segenap keterangan-keterangan dari komponen dalam perkara tersebut yang berpangkal dari penyidik hingga dalam penuntutan dan pembelaan, serta diahiri dengan suatu putusan yang diambil oleh sang Hakim, sehingga dapat dimengerti bahwa suatu putusan tersebut bukan hanya andil dari seorang Hakim semata, lebih jauh dari itu adanya keterkaitan yang tidak bisa terpisahkan antara satu dan lainya dalam komponen Hukum.

Secara umum dikenal dua macam badan peradilan di Indonesia yaitu Peradilan Umum dan Peradilan Khusus.1 Dalam peradilan yang menuntut akan rasa keadilan dengan mengacu pada kepastian hukum, dimana peradilan yang dalam hal ini khusus membidangi Hak Cipta yaitu Pengadilan Niaga dan Hakim dalam menangani bidang tersebut khusus Hakim Niaga pula sehingga menggambarkan profesionalitas peradilan.

Putusan-putusan yang berlaku pada Pengadilan Niaga dimana asas yang diambil dalam mengambil keputusan hakim, memeperhatikan azaz kepastian hukum dengan memperhatikan azaz keadilan dan azaz kemanfaatan, sehingga putusan tersebut menghasilkan suatu nilai hukum dengan rasa moral yang tinggi dan dengan rasa keadilan.

1


(17)

Pengadilan atau Hakim merupakan pelaksana penegakan hukum( upholder of the rule of law), sehingga sebagai penjaga kemerdekaan masyarakat juga sebagai wali masyarakat. Putusan yang dijatuhkan ditinjau dari segi putusan penegasan (Deklarator), Putusan memastikan keadaan (Constitutief), Putusan memuat amar hukuman (Condemnatoir).2 Dalam hal Hakim memberikan putusan terhadap bidang Hak Cipta Lagu sehingga perlu memperhatikan aspek yang terkandung dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002, menurut Sri Soedewi pendapatnya berlandaskan pendapat H.Drion menyatakan bahwa dalam rangka pembinaan hukum nasional sebenarnya patut diperhatikan pembedaan atas benda terdaftar dan tidak terdaftar, dari pada pembedaaan secara lama yang membedakan atas barang bergerak dan benda tidak bergerak3

Tinjauan secara hukum adat, sebenarnya pembedaan yang demikian tidak ditemui. Pembedaan benda menurut hukum adat di Indonesia hanya ada dalam dua hal besar yaitu, benda tanah dan benda-benda lain yang bukan tanah, demikian Ter Haar,4Sri Soedewi mengatakan bahwa pembedaan akan benda bergerak dan benda tidak bergerak itu penting artinya dalam hal, bezit, lavering dan bezwaring 5

Vollmar menulis untuk penyerahan benda bergerak dapat dilakukan dengan dengan pemberian secara nyata, sedangkan benda tidak bergerak penyerahanya

2

M.Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 876

3

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata, Liberty, Yogya, 1981, hlm.22.

4

Mahadi, Hak Milik Dalam System Hukum Perdata Nasional, hlm. 40.

5


(18)

dilakukan dengan akta pendaftaran.6 Mariam Darus menuliskan bahwa”pengumuman atas benda tetap (benda tidak bergerak) terjadi melalui pendaftaran, sedangkan dalam benda bergerak melalui penguasaan nyata.7

Dalam pandangan-pandangan tersebut, suatu benda memang harus digolongkan sesuai dengan sifat dan bentuknya, terutama dalam hal ini juga bahwa Hak Cipta adalah suatu bentuk yang sifat dan bentuknya dapat digolongkan dalam benda bergerak.

Putusan dalam peristiwa Hak Cipta lagu ini mengedepankan akan spesifikasi mana dalam hal pristiwa tersebut, sehingga aspek yang menyangkut akan Hak Moral dan Hak Ekonomi dari hal tersebut dapat dipilah-pilah sesuai ketentuannya, lebih dari itu pula dalam hal peristiwa yang timbul tersebut menimbulkan akan dampak hukum, dalam hal ini dampak hukum secara pidana dan Perdata pun harus dibedakan akan penjatuhan hukumannya.

Hak Cipta adalah suatu bentuk terhadap perlindungan akan karya seseorang dengan mengedepankan hak asasi manusia, atas karya dalam hal penemuan baik terhadap sosiologi budaya teknologi serta karya-karya akan ilmu pengetahuan yang mana karya-karya tersebut perlu perhatian dalam hal penanganan perlindungannya, sehingga dengan adanya perlindungan tersebut para Pencipta tersebut akan dapat mengembangkan akan karyanya, serta terhargai akan karyanya tersebut.

6

HFA Vollmar, Terjemahan I.S Adwimarta, Pengantar Studi Hukum Perdata(I), Rajawali Pres, Jakarta, 1983, hlm 195.

7

Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, BPHNAlumni,Bandung, 1983, hlm.37.


(19)

Dalam segi ekonomi yang menyangkut akan sistem perdagangan, dimana suatu karya cipta yang dilindungi akan membuat sistem perdagangan akan menjadi stabil antara produsen maupun agen dan konsumen, dimana masing-masing memperoleh akan haknya masing-masing dan produsen dalam arti Pencipta pun akan merasa produknya terlindungi dan dapat mengembangkan secara teknologi dan ekonominya.

Penyebab terjadinya pembajakan Hak Cipta Lagu dimasyarakat, dimana ada beberapa faktor yang mempengaruhinya :

1. Tingkat pendidikan dan pengetahuan akan Hak Cipta yang minim. 2. Faktor Ekonomi yang sulit.

3. Faktor pendaftaran yang tidak dilakukan oleh pencipta. 4. Faktor kebijakan pemerintah terhadap Hak Cipta. 5. Faktor kriminalitas yang tinggi.

Mahadi mengatakan tentang hak immaterial, yaitu tidak diperoleh keterangan yang jelas tentang asal usul hak intelektual, dan kata tersebut tidak diketahui ujung pangkalnya.8Hak kekayaan intelektual adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak hasil kerja rasio manusia yang menalar.

Perlindungan akan Hak Cipta lagu tersebut dimulai dari awal sahnya suatu karya cipta tersebut mulai dari pengumuman dan pendaftaran, serta perlindungan secara di Peradilan maupun melalui lembaga dan perangkat hukum yang spesial dalam hal menyangkut peradilan Niaga.

8


(20)

Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan memberikan rumusan tentang hak kebendaan ini yaitu: hak mutlak atas suatu benda dimana hak itu memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap siapapun 9

Menurut pakar keperdataan nasional dan filsup Mariam Darus Badrulzaman : Hak kebendaan yang sempurna dan hak kebendaan yang terbatas hak kebendaan yang sempurna, adalah hak kebendaan yang memberikan kenikmatan yang sempurna (penuh) bagi sipemilik, selanjutnya untuk hak yang demikian dinamakanya hak kepemilikan sedangkan hak kebendaan terbatas adalah hak yang memberikan kenikmatan yang tidak penuh atas suatu benda. Jika dibandingkan dengan hak milik, artinya hak kebendaan terbatas itu tidak penuh atau kurang sempurnanya jika dibandingkan dengan hak milik.10

Ciri-ciri pokok perbedaan hak kebendaan dengan hak relatif atau hak perorangan yaitu:

1. Merupakan hak yang mutlak, dapat dipertahankan terhadap siapapun.

2. Mempunyai zaaksgevolg atau detroit de suite (hak yang mengikuti) artinya, hak itu terus mengikuti bendanya dimanapun juga (dalam tangan siapapun) benda itu berada, hak itu terus saja mengikuti orang yang mempunyainya. 3. Sistem dianut dalam hak kebendaan terhadap yang lebih dahulu terjadi,

mempunyai kedudukan dan tingkat yang lebih tinggi daripada yang terjadi kemudian, misalnya seorang eigenaar menghipotikkan tanahnya, kemudian

9 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op Cit , hlm.24.

10


(21)

tanah tersebut juga diberikan kepada orang lain dengan hak memungut hasil, maka disini hak hipotik itu masih ada pada tanah yang dibebani hak memungut hasil itu, dan mempunyai derajat dan tingkat yang lebih tinggi daripada hak memungut hasil yang baru terjadi kemudian.

4. Mempunyai sifat droit de preference (hak yang didahulukan). 5. Adanya apa yang dinamakan dengan gugat benda.

6. Kemungkinan untuk dapat memindahkan hak kebendaan itu dapat secara sepenuhnya dilakukan.11

Disimpulkan bahwa hak kebendaan mempunyai suatu sifat yang mana sifat dari hak tersebut tidak mutlak dan serba terbatas, namun dalam hal yang lebih lengkap daripada itu adalah hak miliklah yang memiliki sifat yang lebih penuh dan mutlak .

Yang menjadi objeknya adalah benda tidak berwujud sesuai Pasal 499 KUH Perdata, menurut paham undang-undang yang dinamakan benda adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik sesuai dikutip Mahadi dari buku Pitlo:

”...serupa dengan hak tagih, hak immaterial tidak mempunyai benda sebagai objek. Hak immaterial termasuk kedalam hak-hak yang disebut pasal 499 KUH Perdata. oleh sebab itu hak milik immaterial itu sendiri dapat menjadi objek dari sesuatu hak benda”12

Pasal 1 angka 2,3 dan 4 UUHC No.19/2002;

11

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Lock Cit, hlm. 25-27.

12


(22)

1) Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya lahir satu ciptaan berdasarkan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

2) Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta dalam bentuk yang khas dan menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. 3) Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, atau orang

yang menerima hak tersebut dari pencipta atau orang lain yang menerima lebih lanjut hak dari orang tersebut di atas.

4) Pengumuman adalah pembacaan, penyuaraan, penyiaran atau penyebaran sesuatu ciptaan, dengan menggunakan alat apapun dan dengan cara sedemikian rupa sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat oleh orang lain.

Pada bagian lain ditegaskan pengertian bahwa Hak Cipta adalah hak khusus bagi Pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, ataupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika sebuah pertanyaan diajukan tentang siapakah yang dianggap sebagai Pencipta atas satu ciptaan, sedangkan jenis - jenis ciptaan yang dilindungi sebagai ciptaan ditentukan di dalam Pasal 12 UUHC No.19/2009 yang cakupannya meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yaitu:

1. Buku, program komputer, pamflet, susunan perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya.

2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lainnya yang diwujudkan dengan cara diucapkan.

3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

4. Ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks, termasuk karawitan, dan rekaman suara.

5. Drama, tari (koreografi), pewayangan, pantomim.

6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, seni terapan yang berupa seni kerajinan tangan.

7. Arsitektur. 8. Peta.


(23)

9. Seni batik. 10. Fotografi. 11. Sinematografi.

12. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, dan karya lainnya dari hasil pengalih wujudan, Pasal 12 UUHC No.19/2009.

Hal ini diatur di dalam Pasal 13 UUHC No.19/2009, yang menyebutkan bahwa "bukan merupakan pelanggaran" jika seseorang mengumumkan atau memperbanyak sesuatu yang diumumkan oleh atau atas nama pemerintah, kecuali apabila Hak Cipta itu dinyatakan dilindungi baik dengan peraturan perundang-undangan maupun dengan pernyataan pada ciptaan itu sendiri atau ketika ciptaan itu diumumkan. Juga dinyatakan bukan pelanggaran jika seseorang mengambil, baik seluruhnya atau sebagian, berita dari kantor berita, badan atau penyiar radio atau televisi dan surat kabar setelah 1 x 24 jam terhitung dari saat pengumuman pertama berita itu dan sumbernya harus disebutkan secara lengkap, Pasal 13 UUHC No. 19/2009.

Selanjutnya di dalam Pasal 14 UUHC No19/2009 disebutkan juga bahwa asalkan sumbernya disebutkan atau dicantumkan maka hal-hal di bawah ini tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta:

a) Penggunaan ciptaan pihak lain untuk keperluan pendidikan, penelitian, penulisan ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik dan tinjauan suatu masalah dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi Pencipta.

b) Pengambilan ciptaan pihak lain baik seluruhnya, maupun sebagian guna keperluan pembelaan di dalam dan luar pengadilan.

c) Pengambilan ciptaan pihak lain baik seluruhnya maupun sebagian guna keperluan:

1) Ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan.


(24)

2) Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran, dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi Pencipta. d) Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra dalam

huruf braille guna keperluan para tuna netra, kecuali jika perbanyakan itu bersifat komersial.

e) Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas dengan cara-cara atau alat apapun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan dan pusat dokumentasi yang non komersial, semata-mata untuk keperluan aktivitasnya.

f) Perubahan yang dilakukan atas karya arsitektur seperti ciptaan bangunan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis.

g) Pembuatan salinan cadangan sesuatu program komputer oleh pemilik program komputer yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan sendiri.

Perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual adalah merupakan suatu sistem

terdiri atas:

1. Subyek perlindungan, subyek yang dimaksud adalah pihak pemilik atau pemegang hak, aparat penegak hukum, pejabat pendaftaran dan pelanggaran hukum.

2. Objek perlindungan, objek yang dimaksud adalah semua jenis hak Kekayaan Intelektual yang diatur oleh undang-undang seperti hak cipta

3. Pendaftaran pelindungan, Hak Kekayaan Intelektual yang dilindungi hanyalah yang sudah terdaftar dan dibuktikan dengan sertifikat pendaftran kecuali apabila undang-undang mengatur lain seperti Hak Cipta boleh didaftarkan menurut Undang-Undang nomor.19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

4. Jangka waktu perlindungan Hak kekayaan Intelektual itu dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta selama hidup ditambah 50 tahun sesudah meninggal.


(25)

5. Tindakan hukum, apabila terbukti telah terjadi pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual maka pelanggar harus dihukum, baik secara pidana maupun secara perdata.13

Dalam Pasal1 ayat1 Hak Cipta adalah Hak Ekslusif bagi Pencipta dan Pasal10 ayat 2 Undang-Undang Hak Cipta nomor 19 tahun 2002, tentang Hak Cipta dimana disebutkan bahwa negara adalah pemegang hak atas lagu tradisional yang telah memasyarakat dan mengakar pada budaya suatu daerah tersebut.

Dalam hal kajian-kajian atas putusan Hak Cipta lagu dimana membandingkan serta menyimpulkan akan putusan yang ada, putusan tersebut apakah masuk kedalam kasus Pidana dan Perdata, serta hak yang apa yang mengikatnya serta para pihak yang berperkara .

Peradilan yang berpangkal pada Pengadilan Niaga, dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan akan dilanjutkan sampai pada peradilan yang lebih tinggi, yang mana dalam hal ini bisa sampai tidak adanya upaya banding akan tetapi langsung pada kasasi, yaitu pada lembaga Mahkamah agung.

Berdasarkan hal diatas menarik untuk diangkat dalam tesis ini sehingga pada akhirnya mendapatkan suatu kesimpulan yang bermanfaat bagi masyarakat dan pendidikan.

13

Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 144-145.


(26)

B. Perumusan Masalah

Latar belakang penelitian ini yang menjadi permasalahan adalah:

1. Bagaimana bentuk pelanggaran Hak yang terjadi terhadap Hak Cipta Lagu? 2. Bagaimana bentuk perlindungan bagi pemegang Hak Cipta Lagu?

3. Bagaimana sikap peradilan dalam penegakan hukum terhadap pelanggaran Hak Cipta Lagu secara pidana dan perdata?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk memahami bentuk pelanggaran Hak Cipta Lagu.

2. Untuk memahami akan bentuk perlindungan terhadap pemegang Hak Cipta Lagu.

3. Untuk memahami sikap peradilan tentang penegakan hukum terhadap pelanggaran Hak Cipta Lagu secara pidana dan perdata.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan adalah: 1. Secara Teoritis

Dengan harapan, penulisan dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan bidang Hak Cipta.

2. Secara Praktis

Dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi pemegang Hak Cipta lagu, pendidikan, masyarakat dan pemerintah.


(27)

E. Keaslian Penelitian

Sepanjang prosedur yang biasa dilakukan dilingkungan Program Sarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul ”Kajian Atas Putusan-Putusan Peradilan Dalam Sengketa Hak Cipta Lagu”, belum ada judul yang sama namun ada tesis berjudul”Suatu Tinjauan Yuridis Perlindungan Hak Cipta Lagu atau Musik Mengenai Kasus Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik Dalam Bentuk Video Compact Disk” oleh Dwi Astuti yang dalam pokok permasalahanya mengenai:

1. Bagaimana bentuk-bentuk pembajak Hak Cipta Lagu dan Musik?

2. Bagaimana pengaturan mengenai bentuk-bentuk dan upaya penegakan hukum terhadap pembajak ?

3. Bagaimana peranan Pemerintah dalam upaya menegakkan hukum terhadap pembajak Hak Cipta Lagu atau musik?

Perbedaannya, penulisan saya menekankan pada kajian pada putusan-putusan Hak Cipta Lagu .

F. Kerangka Teori Dan Kerangka Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian.14 Teori yang dipergunakan adalah teori prioritas

14

M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, Cetakan Ke I, 1994, hlm.80.


(28)

baku, pendapat Red Bruch, tujuan hukum itu harus memenuhi tiga hal pokok yang sangat prinsipil yang hendak dicapai yaitu ”keadilan, kepastian dan kemanfaatan”15, perubahan masyarakat harus diikuti dengan perubahan hukum, 16

Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisebel terhadap tindakan sewenang-wenang, masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum.17Teori kepastian hukum adalah merupakan suatu bentuk dalam penerapan hukum yang berdasarkan atas undang-undang yang berlaku dalam kasus tersebut didalam suatu peradilan, teori kepastian hukum yang dikemukakan oleh Aristoteles “bahwa hukum harus membuat Algemeene Regels (Peraturan/ Ketentuan umum) dimana peraturan/ketentuan umum ini diperlukan masyarakat demi kepastian hukum, kepastian hukum sangat diperlukan untuk menjamin ketentraman dan ketertiban masyarakat.18

Teori-teori Hukum Alam sejak Socrates hingga Francois Geny, dimana tetap mempertahankan keadilan sebagai mahkota hukum, teori hukum alam mengutamakan “the search for justice,” sehingga dalam hal Hakim dalam mengambil suatu keputusan dengan memperhatikan asas kepastian hukum, namun juga tetap memperhatikan akan rasa keadilan sesuai dengan prinsip hukum kita serta kemanfaatanya. Seperti dikemukakan di atas maka ditelaah akan pewadahan hukum

15

Penegakan-hukum Http://www.sribd.com/doc/1953532/, diakses tanggal 20 Juni 2010.

16

Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Bandung Angkasa 1984 ,hlm, 102.

17

Sudikno Merto Kusumo, Mengenal Hukum suatu Pengantar , Penerbit: Liberty, Yogyakarta, Edisi ke-lima, 2003, hlm.160.

18

http://Yahyazein.blogspot.com/2008/07/keadilan-dan-kepastian-hukum.html. diakses pada taggal 20 Juni 2010.


(29)

atas Hak Cipta terutama Hak Cipta yang berkaitan dengan lagu. Dengan adanya undang-undang tentang Hak Cipta UU No. 19 Tahun 2002, maka sebenarnya setiap lagu telah dilindungi oleh hukum Indonesia dari kemungkinan pencurian gagasan secara total (menyeluruh) dengan perkecualian tertentu, tetapi hukum di Indonesia tidak mengakomodasi atas kemungkinan terjadinya pelanggaran atas etika akademis atau etika keilmuan secara menyeluruh, sebab hanya sebagian saja dari pelanggaran atas etika itu yang dapat dikenakan tindakan hukum.

Dalam hal suatu sidang perkara dimana Hakim haruslah bersifat adil dan bijaksana, baik pada awal hingga akhir persidangan, dimana Hakim pada mulanya harus mendamaikan kedua belah pihak dulu secara arif dan keterbukaan sehingga para yang berperkara masih bisa untuk berdamai begitupun dalam jalan persidangan dan ahir persidangan, Hakim harus adil dan tidak berat sebelah pada satu pihak tertentu saja dalam pasal 130 HIR disebutkan bahwa Hakim sebelum memeriksa perkara tersebut, harus berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak, oleh karena perdamaian itu atas kesepakatan bersama sehingga dalam pasal 130 ayat 3 HIR disebutkan, yang bersangkutan ridak diperkenankan untuk mengajukan permohonan banding atau Kasasi.

Beberapa asas yang sering ditemukan dalam peradilan, terutama dalam Hukum Acara Perdata dimana Hakim memiliki sifat yang berupa:

1. Hakim bersifat menunggu

Dalam Hukum Acara Perdata, yang mengajukan tuntutan hak adalah para pihak yang berkepentingan, sedangkan Hakim bersifat menuggu datangnya tuntutan


(30)

hak yang diajukan kepadanya (iudex no procedad ex officio) asas ini disebut dengan asas Hakim bersifat menunggu (Pasal118 HIR,142Rbg). Dengan kata lain, inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak sepenuhnya diserahkan kepada pihak yang berkepentingan. Bila tidak ada tuntutan hak daripara pihak, maka tidak ada Hakim (wo kein klager ist, ist kein ridhter; nemo judex sine actor).

Hakim tidak boleh menolak untuk menerima, memeriksa, mengadili, dan memutuskan suatu perkara yang diajukan kepadanya, walaupun dengan menggunakan alasan tidak ada aturan hukum yang mengaturnya atau terjadi kekosongan hukum, namun Hakim harus menjalankan fungsinya dalam memberikan kepastian hukum (Pasal14 ayat 1 Undang-Undang Nomor.14 tahun 1970). Larangan bagi Hakim menolak memeriksa dan mengadili suatu perkara disebabkan karena dianggap bahwa Hakim tahu hukum (ius curia novit), dan bila mana Hakim tidak menemukan akan hukum tertulis, maka ia wajib menggali, mengikuti dan memahami akan nilai-nilai hukum dalam masyarakat (pasal 27 Undang-Undang No.14 tahun 1970). 19

2. Hakim bersifat Pasif (Lijdelijkeheid van rechter)

Batas akan ruang pokok perkara dimana tidak ditentukan Hakim, akan tetapi oleh para pihak berperkara dan Hakim dalam hak ini bersifat pasif saja, dan Hakim hanya bersifat membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi atas segala hambatan dan rintangan dengan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan

19


(31)

(Pasal5 Undang-Undang No.15 tahun 1970) dimana Hakim hanya berdasarkan atas perkara yang diajukan oleh para pihak saja (secum allegat iudicare).

Dalam hal ini dimana Hakim tidak dapat mencegah bila para pihak mencabut gugatanya atau berdamai (Pasal 130 HIR, 154 Rbg dan 14 ayat 2 Undang-Undang No.14 tahun1970), disamping Hakim hanya berhak mengadili luas pokok perkara yang diajukan para pihak dan dilarang mengabulkan atau menjatuhkan putusan melebihi dari apa yang dituntut (Pasal178 ayat 2,3 HIR, pasal 189 ayat 2 Rbg). Namun dalam perkembangannya Hakim bersifat aktif sedangkan Mahkamah Agung tetap mempertahankan eksistensi ketentuan pasal 178 HIR dan Pasal 189 Rbg. Dalam perkembangan hukum yang akan datang dimana akan tetap memepertahankan Hakim bersifat Pasif (Pasal133 ayat 4 RUU Hukum acara Perdata), sehingga dikenal dalam hal ini dikenal dengan asa Verhandlungs-maxime, dimana hanya pristiwa hukum yang disengketakan saja yang harus dibuktikan dan Hakim terikat pada perkara tersebut, Sehingga para pihak yang harus membuktikan, bukan Hakim, maka kebalikan asas ini adalah Universuchung-maxime, yaitu Hakim diwajibkan untuk mengumpulkan bahan pembuktian untuk kepentingan pemeriksaan sengketa.20

1. Hakim Mengadili Kedua Belah Pihak (Horen van beide partijen)

2. Hukum acara Perdata adalah merupakan salah satu bagian dari hukum privat yang mengatur kepentingan perseorangan (bijzondere belangen) konsekuensinya, Hakim harus bersifat adil dimana para pihak diberi kesempatan menyatakan pendapatnya asas ini dikenal dengan audi et alteram

20


(32)

partem, dan mendengarkan dan pengajuan alat bukti kedua belah pihak dimuka sidang dihadiri kedua belah pihak pihak (Pasal 132, 121 ayat 2 HIR,145 ayat 2, 157 Rbg, 47 RV).21

Hakim Niaga adalah merupakan Hakim yang khusus menangani bidang Hak Kekayaan Intelektual, yang dalam hal ini adalah mengenai Hak Cipta lagu sehingga dengan kekhususan itu perlu pengetahuan tentang Hak Cipta dalam beracara tersebut. Dalam putusan pengadilan dimana memilik unsur yang harus dipenuhi, sehingga memiliki kekuatan penuh seperti disebutkan pada pasal 195 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan di sidang terbuka untuk umum. Dalam pasal 48 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata menyebutkan, Hakim sebelum mengambil putusan akhir dapat mengambil persiapan atau putusan sela. Putusan persiapan mencangkup putusan-putusan dan surat-surat perintah yang dikeluarkan untuk memberi petunjuk-petunjuk mengenai perkara dan yang bermaksud mempersiapkan keputusan akhir tanpa mempengaruhi pokok perkaranya. Putusan sela mencakup putusan-putusan dan surat-surat perintah yang memberi jalan kepada Hakim sebelum memutus perkara yang bersangkutan dalam memperoleh bukti, memerintahkan suatu penyelidikan ataupun pengarahan yang menentukan dalam pengambilan keputusan.

Menurut H.L.A. Hart, hukum merupakan suatu sistem dan sistem hukum dibaginya dalam primary rules dan secondary rules, primary law obligation ini

21


(33)

memuat aspek internal. Menurut H.L.A. Hart dengan sangat simpatik menyebutkan ”hukum harus mengandung aspek internal yang terdiri dari moral dan ketentuan sosial” yang termuat dalam norma-normanya, lalu secondary law memuat aspek keberlakuanya untuk siapa dan oleh siapa aturan itu berlaku (atau disebut rule of recognition, rule of change, rule adjudication 22

Mengenai primary rules (aturan utama) terdapat dua model, model yang pertama adalah primary rules yang didalamnya berisi apa yang disebut aturan sosial (social rules) yang eksis apabila syarat-syarat sebagai berikut dipenuhi. Pertama adanya suatu keteraturan perilaku didalam beberapa kelompok sosial, suatu hal yang umum dan banyak dijumpai dalam masyarakat untuk tercipta kondisi yang demikian, diperlukan penyesuaian yang menitik beratkan pada perlunya tekanan sosial dengan memusatkan kepada perbuatan (mereka) yang menyimpang (aspek internal). Kedua aturan itu harus dirasakan sebagai suatu kewajiban oleh suatu (sebagian besar) dalam anggota kelompok sosial yang relevan, dari sudut pandang internal anggota, masyarakat itu merasakan bahwa aturan yang hendaknya dipatuhi itu menyediakan alasan baik untuk menyesuaikan diri (aspek eksternal).23

Dalam teori ini bila dikaitkan dengan kajian putusan peradilan atas Hak Cipta Lagu maka perlu diperhatikan primary rulesnya, kemudian dari prinsip-prinsip dasar tersebut di sesuaikan dalam peraturan/norma-norma lalu untuk mengetahui struktur untuk siapa dan oleh siapa hukum ini berlaku masuklah dalam secondary rules yang

22

H.R Otje Salman dan Anton F, Susanto, Teori Hukum, P.T. Refika Aditama, Bandung, 2004, hal.21.

23


(34)

seharusnya.Sehingga”Suatu sistem adalah kumpulan asas-asas yang terpadu merupakan landasan diatas mana dibangun suatu tertib hukum.24

Metode yang kedua yang disebut H.L.A. Hart secondary rules, yang dapat disebut tentang aturan (rules about rules) yang apabila dirinci meliputi :

a. Aturan yang menetapkan persisnya aturan mana yang dapat dianggap sah (rules of recognition).

b. Bagaimana dan oleh siapa dapat diubah (rules of change).

c. Bagaimana dan oleh siapa dapat dikuatkan/dipaksakan/ditegakkan (rules of adjudication).25

Aturan yang dari pandangan diatas dapat dirinci sebagai berikut: a. Kedudukan Hak Cipta

Hak Cipta adalah sejenis kepemilikan pribadi atas suatu ciptaan yang berupa perwujudan dari suatu ide Pencipta dibidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan.26Hak Cipta adalah Hak Ekslusif bagi Pencipta atau pemerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya, atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.27 Hak Cipta itu hanya ada dan dimiliki oleh orang-orang tertentu, yang memang mempunyai bakat (kreasi) atau kemampuan untuk itu hak ekslusif dan

24

Mariam Darus Badrulzaman, Op Cit, hlm.5.

25

H.R Otje Salman dan Anton. F. Susanto, Op cit, hlm. 91.

26

Ibid, hlm. 90.

27


(35)

dengan demikian menjadi pemilik berikut moralnya.28 Maka Hak Cipta adalah hak untuk mengkopi.29

Undang-Undang Hak Cipta juga memberikan perhatian yang positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan, ternyata dari ketentuan Pasal 15 UUHC 19/2002 yang menyatakan bahwa untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kegiatan penelitian dan pengembangan, sesuatu ciptaan yang dilindungi Hak Cipta dan selama tiga tahun sejak diumumkan belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indo-nesia, pemerintah setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta dapat mewajibkan pemegang Hak Cipta untuk melaksanakan sendiri penerjemahan dan/atau perbanyakan ciptaan tersebut di wilayah Indonesia dalam waktu yang ditentukan. Untuk keperluan ini pula pemerintah dapat mewajibkan pemegang Hak Cipta yang bersangkutan untuk memberikan izin kepada orang lain, untuk menerjemahkan dan/atau memperbanyak ciptaan tersebut di wilayah negara Republik Indonesia dalam waktu yang ditentukan dalam hal pemegang hak yang bersangkutan, tidak melaksanakan sendiri atau akan ketidak sediaan untuk melaksanakan kewajiban sebab ini menerjemahkan atau memperbanyak ciptaannya itu. Dalam hal pemegang Hak Cipta tidak melaksanakan kewajiban untuk menerjemahkan atau memperbanyak sendiri atau memberi izin kepada orang lain, untuk itu maka pemerintah dapat melaksanakan sendiri penerjemahan dan/atau perbanyakan ciptaan tersebut.30

28

Saidin, Aspek Hukum Hak KekayaanIntelektual, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

29

Tim Linsey, Dkk, Op Cit, hlm. 6.

30


(36)

Hak Cipta adalah sistem perlindungan bagi Pencipta, sehingga”manusia mempunyai hak yang sifatnya alamiah atas produk olah pikir manusia, baik materiil maupun immateriil yang berasal dan kerja intelektualnya dan harus diakui kepemilikannya. Jika konsep pemikiran yang demikian ini diterapkan pada Hak Cipta, dapat dikatakan bahwa teori tersebut di atas merupakan landasan yang paling hakiki yang dimiliki seseorang Pencipta yang karena kerja intelektualnya atau karena olah pikirannya menghasilkan ciptaan-ciptaan.” 31

Seorang filsuf terkenal yang mencermati gejala sosial adalah Thomas Aquinas, sebagaimana dikutip oleh W. Friedmann, mendefinisikan hukum sebagai:

Ketentuan akal untuk kebaikan umum yang dibuat oleh orang yang mengurus masyarakat dan menyebar luaskannya.32

John Locke, seorang filsuf Inggris terkemuka abad ke-18, dalam kaitan antara Hak Cipta dengan hukum alam, mengemukakan bahwa:

Hukum Hak Cipta memberikan hak milik eksklusif kepada karya cipta seseorang pencipta, hukum alam meminta individu untuk mengawasi karya-karyanya dan secara adil dikompensasikan untuk kontribusi kepada masyarakat 33

Dari pandangan locke disimpulkan bahwa Pencipta adalah pekerja yang perlu di perhatikan royaltinya atas karyanya, Intellectual property dirumuskan sebagai hak

31

Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Cetakan II, P T.Alumni, Bandung, 2002, hlm. 27-28.

32

W. Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum ,Telaah Kritis atas Teori-teori Hukum

(susunanII), Cv.Rajawali, Jakarta,1990, hlm.62.

33

Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta-Musik atau Lagu, Cetakan I, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, 2003, hlm.19.


(37)

yang bersifat pribadi sehingga timbul gagasan untuk melindunginya. Setiap karya manusia harus dihargai dan mendapat hak sehingga intellectual property rights mendapat basisnya pada hak milik dalam arti umum yakni hak milik sebagai hak asasi, jadi sumbangan pemikiran Locke terletak pada hak pribadi.

Hak Cipta adalah mutlak milik si Pencipta karena merupakan hasil karya dan kerja seorang Pencipta yang harus dilindungi dan diperhatikan. Peter Drahos, dalam buku “A Philosophy of Intellectual Property — Locke, Labour and the Intellectual Commons” seperti dikutip oleh Hendra Tanu Atmadja, mengatakan:

Sebelum Amerika Serikat meratifikasi Konvensi Bern tahun 1989, mereka tidak mengakui hak moral Pencipta. Dalam perlindungan Hak Cipta Amerika Serikat menganut prinsip utilitarian, yakni melindungi Hak Cipta sebagai suatu insentif bagi pencipta untuk menciptakan karya-karya ciptanya sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.34

Pasal 27 ayat (2) Pernyataan Umum Hak-Hak Asasi Manusia, menegaskan: “Setiap orang mempunyai hak memperoleh perlindungan atas kepentingan-kepentingan moral dan materiil, yang merupakan hasil ciptaan-ciptaan seseorang Pencipta di bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan seni.”

Dalam konteks dunia yang moderen ini, dasar untuk mendukung atau justifikasi perlindungan dan penghargaan terhadap Hak Cipta mungkin tidak cukup lagi berdasarkan teori hukum alam. Pendapat S.M. Stewart berikut ini agaknya cukup

34


(38)

representatif sebagai alasan atau argumentasi, mengapa Hak Cipta harus dilindungi dan dihargai:

1) Alasan keadilan pengarang adalah Pencipta atau pembuat suatu karya yang merupakan ekspresi kepribadiannya. Sebaiknya dia mampu memutuskan apakah dan bagaimanakah karyanya dipublikasikan serta mencegah kerugian atau perusakan karya intelektualnya (intellectual of spring). Pengarang seperti pekerjaan lain, diberi upah atas usahanya dan royalti yang diterima adalah upah karya intelektualnya.

2) Alasan ekonomi di dunia moderen, investasi sangat dibutuhkan untuk membuat suatu kreasi seperti pekerjaan arsitektur atau mungkin film, karena kreasi, semua pekerjaan secara praktis bertujuan untuk menyediakannya bagi publik sehingga prosesnya juga seperti publikasi dan distribusi buku atau rekaman juga mahal. Investasi tidak akan ada jika tidak ada harapan ganti rugi atau untung. Lebih jauh doktrin hak memperkaya yang tidak tepat bisa terjadi, jika mereka yang melakukan kontribusi kreatif mulai dan Pencipta sampai pemakai tidak terkonpensansikan.

3) Alasan budaya karya yang dihasilkan oleh Pencipta merupakan asset nasional, oleh karena itu dorongan atau hadiah kreativitas adalah demi kepentingan publik sebagai suatu kontribusi terhadap pembangunan budaya nasional.

4) Alasan sosial penyebaran karya- karya terhadap sejumlah besar orang membentuk hubungan (mata rantai) antara kelompok/ tingkatan, kelompok rasial, kelompok usia sehingga menciptakan perpaduan sosial, Pencipta dalam hal ini


(39)

memberikan pelayanan sosial jika ide atau pengalaman para Pencipta dapat disebarkan ke masyarakat luas dalam waktu singkat, berarti mereka memberikan kontribusi terhadap kemajuan sosial.35

b. Sifat Hak Cipta

. Hak Cipta adalah sesuatu hak yang muncul sesudah adanya karya yang memiliki bentuk nyata atau berwujud, maka sebuah lagu dengan Peciptanya yang telah habis masa ekonominya tetapi bila telah direkam tidak pernah akan habis, Hak Cipta atas suatu karya lagu sebagai harta kekayaan bisa berkurang atau hilang nilai ekonominya, dasar Hak Cipta (The Nature of Copyright) yaitu:

1. Hak Cipta adalah hak milik (Property Right);

2. Hak Cipta adalah hak yang terbatas waktunya (Limited Duration);

3. Hak Cipta adalah sebuah hak yang bersifat eksklusif (exclusive right); dan 4. Hak Cipta adalah sebuah kumpulan hak di dalam sebuah karya (a multiple right, a bundle of rights in one work). 36

Mengenai sifat-sifat Hak Cipta sebagaimana dikemukakan di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Hak Milik

Pencipta adalah merupakan pemilik dari ciptaannya, sehingga dalam hal ini hak milik seseorang harus dilindungi dan diperhatikan dalam KUH Perdata, kita akan menemukan bahwa yang dinamakan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap

35

S.M. Stewart, International Copyright and Neighbouring right, Second Editio , Buuterworths & Co (Publisher) Ltd, London.1989, hlm.3-4.

36


(40)

hak yang dapat dikuasai oleh hak milik (Pasal 499 KUH Perdata). Pengertian benda dibatasi pada segala sesuatu yang dapat dimiliki oleh subjek hukum. Pengertian benda yang demikian merupakan pengertian benda yang luas, sedangkan dalam pengertian sempit benda itu terbatas pada barang -barang yang berwujud atau bertubuh saja. Dalam KUH Perdata, ternyata benda tidak hanya terbatas pada benda-benda yang berwujud atau bertubuh tetapi juga termasuk benda-benda benda-benda yang tidak berwujud, berupa hak-hak atas benda yang berwujud sebagai bagian dan harta kekayaan seseorang.37

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, sebagaimana dikutip oleh Rachmadi Usman, mengemukakan sebagian pasal-pasal dan Buku Kedua KUH Perdata, kata zaak memang dapat diartikan sebagai bagian dan harta kekayaan. Dalam pasal- pasal lain, zaak dapat diartikan sebagai barang yang berwujud. Sarjana-sarjana hukum perdata Belanda berpendapat bahwa kata zaak terutama dipakai dalam arti barang yang berwujud selain itu di dalam KUH Perdata terdapat juga istilah zaak yang tidak berarti benda tetapi dipakai dalam arti yang lain lagi. Di sini zaak mempunyai arti perbuatan hukum (Pasal 1792 KUH Perdata), kepentingan hukum (Pasal 1354 KUH Perdata) dan kenyataan hukum 38.

Sesungguhnya perbedaan kebendaan atas kebendaan yang berwujud dan kebendaan yang tidak berwujud dapat dijumpai dalam pasal 503 KUH Perdata. Kebendaan yang berwujud atau bertubuh adalah kebendaan yang dapat dilihat dengan

37

Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan Dan Dimensi

Hukumnya di Indonesia,Cetakan I , P. T.Alumni, Bandung, 2003, hlm. 81.

38


(41)

mata atau diraba dengan tangan sedangan kebendaan yang tidak berwujud atau tidak bertubuh adalah kebendaan yang berupa hak-hak atau tagihan-tagihan. Perbedaan kebendaan berwujud dan tidak berwujud adalah penting bagi penyerahan dan cara menggadaikannya berbeda. Berdasarkan pasal 612 dan pasal 616 KUH Perdata, penyerahan kebendaan yang berwujud yang bergerak dilakukan dengan penyerahan yang nyata dan tangan ke tangan, sedangkan penyerahan kebendaan berwujud yang tidak bergerak dilakukan dengan balik nama dalam register umum sementara itu menurut Pasal 613 KUH Perdata:

Untuk penyerahan kebendaan yang tidak berwujud dan piutang atas nama (op naam) dilakukan dengan cara cessie, penyerahan piutang atas tunjuk atau atas bawah (aan toonder) dilakukan dengan penyerahan surat itu dari tangan ke tangan dan penyerahan piutang atas pengganti dilakukan dengan endosernen, yang selanjutnya diikuti penyerahan surat itu dan tangan ke tangan.

Ditinjau dari cara menggadaikan benda bergerak yang berwujud dan yang tidak berwujud juga berbeda, sehingga dapat diberikan pandangan, seperti menurut Pasal1152 dan Pasal 1153 KUH Perdata:

Apabila yang digadaikan itu adalah kebendaan bergerak yang berwujud dan surat piutang atas benda yang digadaikan itu, harus berada di bawah kekuasaan pemegang gadai (bisa yang berpiutang atau seorang pihak ketiga). Jika yang digadaikan itu objek kebendaan bergerak tidak bertubuh berupa piutang atas nama, penggadaian dilakukan dengan cara memberitahukan perihal penggadaiannya kepada debitornya.39

39


(42)

Konsekuensi logis pada ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata yang menyatakan: “Segala kebendaan, yang bergerak dan tidak bergerak milik debitor, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan debitor itu”.40

Pemahaman makna ekonomis dalam konteks Pasal 499 jo Pasal 1131 KUH Perdata tersebut harus dilihat dan dinilai secara kasuistis, dan dalam hal ini merupakan kewajiban bagi pihak debitor untuk memelihara kebendaan yang dimiliki olehnya dan tidak untuk melakukan suatu tindakan yang tidak diperlukan, yang dapat mengakibatkan berkurangnya nilai ekonomis dan kebendaan yang merupakan harta kekayanan tersebut. Dalam hal debitor melakukan tindakan yang tidak diperlukan yang tidak diwajibkan dan yang ternyata mengakibatkan kerugian pada harta kekayaannya, Pasal 1341 KUH Perdata memberikan hak kepada kreditor untuk menuntut pembatalan tindakan atau perbuatan yang tidak diwajibkan tersebut .

Karya intelektual seperti lagu atau musik, buku, sinematografi, dan lain-lain jelas mengandung nilai ekonomis Akan tetapi perlu dipahami bahwa nilai ekonomis benda umumnya dan Hak Cipta khususnya berbeda. Jika benda umumnya memiliki standar nilai ekonomi atau standar harga, Hak Cipta tidak memiliki standar baku nilai ekonomis. Nilai ekonomis Hak Cipta sangat bergantung kepada kualitas ciptaan dan sejauh mana penerimaan masyarakat terhadap ciptaan tersebut. Sebuah mobil, rumah, atau sebidang tanah dapat ditentukan nilai ekonomisnya berdasarkan standar yang

40

Kartini Muljadi & Wijaja, Gunawan, Kebendaan pada Umumnya, Perdana Media, Jakarta, 2003, hlm. 31-32.


(43)

ada, sedangkan nilai ekonomis sebuah lagu yang baru selesai diciptakan hampir tidak dapat dipastikan nilai ekonomisnya, bisa tinggi, bisa rendah, bahkan bisa tidak ada, yang hanya dapat dilihat setelah ciptaan lagu tersebut diumumkan kepada masyarakat.

2. Batasan Waktunya

Hak Cipta sebagai hak milik membawa konsekuensi, bahwa hak Pencipta mendapat proteksi hukum terhadap pemanfaatan Hak Cipta secara tidak sah atau tanpa izin Pencipta yang berkaitan dengan ini.

3. Hak Khusus

Hak Cipta adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya, sehingga pemegang hak dapat mencegah orang lain untuk meniru atau memperbanyak karyanya. Pengertian ini sering ditafsirkan sebagai hak monopoli, padahal tidak demikian sebagai contoh meskipun seorang dikenal sebagai Pencipta spesialis lagu bertemakan cinta, tapi dia tidak memiliki hak monopoli atas lagu-lagu bertemakan cinta sehingga siapa saja bisa menulis lagu-lagu-lagu-lagu cinta.

Sementara Stewart memberikan ilustrasi yang jika seseorang membuat sebuah kursi dan kursi itu menjadi miliknya, dia dapat menggunakan kursi itu sesuai keinginannya dia dapat menaruh di rumah untuk diduduki atau menjualnya, kalau kursi itu sangat unik dan bagus dia dapat memamerkannya kalau ada orang mencuri kursi itu dia bisa menantut dan si pencuri akan diadili. Akan tetapi orang lain dapat juga membuat kursi dan bersaing dengan pembuat kursi pertama, dia (si pembuat


(44)

kursi pertama) tidak memiliki hak monopoli membuat kursi jika pun ada hak monopoli di dalam hak itu maka itu adalah dalam bentuk lain, walaupun Hak Cipta bersifat eksklusif pemegang Hak Cipta tidak mudah mempertahankannya 41.

4. Gabungan

Hak Cipta adalah merupakan kumpulan dari Hak Moral dan Hak Ekonomi yang mana Pencipta tidak boleh disamarkan tapi dalam Hak Ekonomi bisa disamarkan, dalam hal ini Yang berkaitan dengan Hak Moral harus jelas sehingga tidak ada secara samar ataupun ketidak jelasan akan menyangkut Hak moral Pencipta.

c. Perlindungan Hak Cipta

Pasal36 UUHC No19/2002 disebutkan: Pendaftaran Ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari Ciptaan yang didaftar. Dasar perlindungan Hak Cipta adalah sebagai berikut:

1. Yang dilindungi Hak Cipta adalah ide yang telah berwujud dan asli.

Karya yang asli dengan kata lain bukan jiplakan karya lagu yang sudah ada. Dengan demikian lagu tersebut yang diciptakan yang berwujud tersebut telah memenuhi ciptaan yang mendapat perlindungan Hak Cipta.

2. Hak Cipta Timbul Dengan Sendirinya (otomatis).

Hak Cipta terdiri dari melodi, syair, lirik, pencipta dengan syair dan dijual dan didengarkan didaftarkan Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Departemen

41


(45)

Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia bukti dalam sengketa bahwa sudah diperdengarkan pada publik memperkuat kepemilikan dilakukan pendaftaran. 3. Suatu Ciptaan Tidak Selalu Perlu Diumumkan

Hak Cipta diperoleh Pencipta yang telah merekam di cd atau sebagainya dan disimpanya dan tidak dipasarkanya.

4. Hak Cipta Suatu Ciptaan Merupakan Suatu Hak Yang Diakui Hukum (legal right) Pembeli kaset bukan pemegang Hak Cipta sehingga tidak berhak untuk penguasaan tujuan komersil.

5. Hak Cipta bukan hak mutlak (absolute)

Ciptaan yang baru bukan merupakan jiplakan dari karya sebelumnya. d. Hak Moral Dan Hak Ekonomi

Hak-hak di dalam Hak Cipta itu (isinya) pertama-tama dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu Hak Moral (moral rights) dan Hak Ekonomi (economic rights) dan selanjutnya nanti Hak Moral dan Hak Ekonomi masih dibagi lagi menjadi berbagai macam hak.

1. Hak Moral.

Hak Moral adalah hak yang melekat pada diri Pencipta (termasuk pelaku) yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, antara Pencipta dan ciptaannya ada sifat kemanunggalan atau dengan kata lain ada hubungan integral di antara keduanya.

Sesuai dengan sifat manunggal Hak Cipta dengan Penciptanya dan segi moral seseorang atau badan hukum tidak diperkenankan untuk melakukan perubahan


(46)

terhadap sesuatu hasil karya cipta, baik itu mengenai judul, isi, apalagi Penciptanya, hal demikian dapat dilakukan apabila mendapat izin dan Pencipta atau ahli warisnya jika Pencipta meninggal dunia, dengan demikian Pencipta atau ahli warisnya saja yang mempunyai hak untuk mengadakan perubahan pada ciptaan-ciptaannya untuk disesuaikan dengan perkembangan, meskipun demikian jika Pencipta tidak dapat melaksanakan sendiri penyesuaian karya ciptanya dengan perkembangan, hal itu dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin Penciptanya untuk melaksakan pengerjaannya.42

Sistem hak moral pada dasarnya bersumber dari kenyataan bahwa karya cipta adalah refleksi kepribadian Pencipta dan Hak Moral, dalam konteks Hak Cipta sangat tidak bisa dipisahkan dari negara Perancis sebab dari sanalah munculnya istilah itu (droit moral) yang kemudian menyebar ke negara-negara Eropa Kontinental dan berujung masuk ke dalam Konvensi Bern.

Menurut pendapat Stewart ”Droit de divulgation atau the right of publication walaupun menonjol dalam hukum Perancis, hal itu tidak termasuk bagian dan hak moral dalam Konvensi Bern, inti dan hak ini Pencipta atau Pengaranglah yang berhak memutuskan apakah dan di manakah karyanya akan dipublikasikan. Droit de paternite atau the right of integrity berkaitan dengan penerbitan sebuah karya yang bisa dibagi menjadi tiga hak yaitu: hak menuntut pencantuman nama Pencipta atau Pengarang pada semua hasil perbanyakan karya untuk selamanya, hak mencegah orang lain menyebut dirinya sebagai Pencipta karya dan hak mencegah penggunaan

42


(47)

atau pencantuman namanya pada sebuah karya orang lain. Droit de respect de l’oeuvre atau the right of integrity adalah Hak Pencipta atau Pengarang mengubah karyanya atau melarang orang lain untuk memodifikasi karyanya, intinya adalah hak Pencipta atau Pengarang mencegah pendistorsian atas karyanya.

2. Hak Ekonomi

Hak Ekonomi itu muncul setelah Hak Moral dimana Hak Ekonomi tersebut terdiri dari:

1. Hak Reproduksi. 2. Hak Adaptasi. 3. Hak Distribusi.

4. Hak Memperkenalkan ke masyarakat. 5. Hak Penyiaran tanpa kabel.

6. Hak Penyiaran dengan kabel.

Hak yang disebut dengan syncronization rights selain keenam macam hak di atas, kalau sebuah lagu dipakai dalam sebuah karya cinematografi, iklan, dan karya drama misalnya, hak memberi izinya dinamakan dengan syncronization rights. Jika dihubungkan dengan keenam macam hak yang sudah dijelaskan di atas, boleh jadi syncronization rights termasuk bagian dan adaptation rights.43Uraian tentang Hak

43


(48)

Cipta dalam konteks pembagian Hak Moral dan Hak Ekonomi dapat didiagramkan dapat dilihat pada Lampiran Tabel 4.

Mengenai hak yang berkaitan dengan Hak Ekonomi Pencipta terdapat banyak istilah atau terminology, selain enam macam hak yang dikemukakan Stewart, juga dikenal istilah stilah lain, seperti: The printing right the mechanical right the alteration right the translation right the performing right the syncronization right.

Berbeda dan pembagian Hak Ekonomi menurut Stewart di atas, dalam UUHC 19/2002 pada Pasal 2 ayat 1 UUHC 19/2002, hak ekonomi disebut hak eksklusif dibagi dalam dua bagian besar yaitu hak untuk mengumumkan ciptaan dan hak untuk memperbanyak ciptaan selanjutnya disebut hak mengumumkan dan hak memperbanyak. Untuk mengetahui cakupan dan hak mengumumkan dan hak memperbanyak dapat dilihat pada Pasal1 UUHC N0 19/2002 yang menjelaskan bahwa pengumuman adalah pembacaan penyiaran pameran penjualan pengedaran atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun, termasuk media internet atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat orang lain, selanjutnya perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu ciptaan baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama termasuk mengalih wujudkan secara permanen atau temporer. Dalam pandangan Stewart dimana


(49)

pembagian antara keduanya yaitu tentang pentingnya hak ekonomi yang 90% dan hak moral yang 10%. 44

e. Sistem Hak Cipta

Karena adanya perbedaan setiap negara akan penekanan atau prioritas menyangkut untuk apa Hak Cipta dilindungi, dikenalah adanya dua sistem besar Hak Cipta, yakni The Civil Law System (droit d’auteur’ system) dan The Common Law System. Ada kalanya disebut tiga sistem dengan mengikutkan The Socialist System. f. Definisi Lagu Dan Musik

Secara etimologi bahwa lagu dan musik sebenarnya memiliki perbedaan arti, lagu adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan pelbagai nada yang berurutan. Setiap lagu ditentukan oleh panjang-pendek dan tinggi-rendahnya nada-nada tersebut di samping itu irama juga memberi corak tertentu kepada suatu lagu 45.

Menurut Ensikiopedia Indonesia, sebuah lagu terdiri dan beberapa unsur yaitu: melodi, lirik, aransemen, dan notasi. Melodi adalah suatu deretan nada yang karena kekhususan dalam penyusunan menurut jarak dan tinggi nada, mempcroleh suatu watak tersendiri dan menurut kaidah musik yang berlaku membulat jadi suatu kesatuan organik. Lirik adalah syair atau kata-kata yang disuarakan mengiringi melodi, aransemen adalah penataan terhadap melodi selanjutnya notasi adalah penulisan melodi dalam bentuk not balok atau not angka.

44

S.M Stewart, Op. Cit , hlm.59.

45


(50)

Dalam UUHC No.19/2002 di penjelasan Pasal12 huruf d terdapat rumusan pengertian lagu atau musik sebagai berikut: Lagu atau musik dalam undang-undang ini diartikan sebagai karya yang bersifat utuh sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi, syair atau lirik, dan aransemennya termasuk notasi, yang dimaksud dengan utuh adalah:

1. lagu atau musik tersebut merupakan satu kesatuan karya cipta. 2. Dan penjelasannya itu dapat diambil suatu kesimpulan.

3. Lagu dan musik dianggap sama pengertiannya.

4. Lagu atau musik bisa dengan teks, bisa juga tanpa teks.

5. Lagu atau musik merupakan satu karya cipta yang utuh, ada unsur melodi, lirik, aransemen, dan notasi, bukan merupakan ciptaan yang berdiri sendiri. Pengertian ini tampak ada tiga unsur karya musik, yaitu musik, syair, dan penampilan musik. Musik memiliki unsur yang sangat kompleks, yakni melody, harmony, rhythm, and timbre regardless, words (uric), notation. Di samping itu, bahwa musik juga memiliki dimensi yang begitu luas bukan saja untuk dinyanyikan atau ditampilkan melainkan juga disajikan dalam bentuk sheet music dan direkam dalam bentuk kaset dan disk.

g. Pengaturan Hak Cipta Lagu Dan Musik

Di dalam UUHC No.19/2002 mengenai pengaturan perlindungan karya musik sebagai ciptaan dapat dilihat Pasal12 ayat (1). Dalam undang-undang ini


(51)

ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang mencakup:

Pertama ada kalanya sebuah lagu menggunakan lirik yang berasal dan sebuah puisi, sementara puisi termasuk ciptaan karya sastra yang mendapat perlindungan tersendiri, baik dalam Konvensi Bern maupun UUHC No.19/2002.

Kedua aransemen musik (arrangement of music) adalah karya turunan (derivative work), yang menurut Konvensi Bern dilindungi sebagai ciptaan yang berdiri sendiri setara dengan karya terjemahan (translation). Anehnya dalam UUHC No.19/2002 diakui bahwa karya terjemahan merupakan ciptaan yang dilindungi secara tersendiri tetapi aransemen musik tidak.

Ketiga dalam UUHC No.19/2002 diakui bahwa pemusik merupakan salah satu unsur dan pelaku yang merupakan pemegang hak terkait, akan tetapi tidak ada penjelasan apakah pemusik yang disebut sebagai pelaku itu adalah penata musik (arranger) atau pemain musik atau keduanya.

Kerancuan dalam UUHC dimana sebuah lagu yang sudah selesai diserahkan kepada produser lalu penata musik yang mengaransemennya sehingga menjadi bagian Pencipta, jadi Hak Cipta hanya melindungi bentuk dan asli sehingga ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, dan didengar.


(52)

2. Kerangka Konsepsi

Dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.46 Dalam konsepsi ini yaitu: Kajian Atas Putusan adalah merupakan suatu analisa atas putusan-putusan yang dilakukan oleh Hakim dalam suatu persidangan.

Peradilan adalah proses pemutusan perselisihan yang timbul, antar warga negara yang satu dengan yang lain maupun antara warga negara dengan pemerintah, atau merupakan suatu lembaga yang legal menangani pristiwa hukum antar yang berperkara.47

Sengketa adalah merupakan suatu masalah atau pristiwa hukum antar dua orang atau lebih yang berperkara, yang mana dalam hal ini bahwa sengketa merupakan konflik yang terjadi dalam suatu masalah tertentu.

Hak Cipta adalah Hak Eklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya, atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku sesuai UUHC No 19 tahun 2002 pasal 1, sehingga Hak Cipta atas lagu adalah merupakan hak sang Pencipta atau penerima akan hak secara ekslusif akan lagu yang tidak ada batasan menurut peraturan.

46

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjaun Singkat,

Edisi I, cetakan 7, Raja Grafindo persada, Jakarta, 2003, hlm,7.

47


(53)

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan hukum normatif.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan yaitu dengan memakai metode yuridis normatif yang terdapat pada putusan-putusan peradilan, serta melakukan wawancara dengan Hakim Niaga Medan.

3. Sumber Data

Pada tesis ini cara yang digunakan yaitu dengan penelitian kepustakaan (Library Research) untuk mendapatkan konsep teori doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian pendahulu yang berhubungan dengan objek yang diteliti, berupa perundang-undangan dan karya ilmiah serta wawancara yang berhubungan dengan Hak Cipta lagu. Data dalam penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

a. Bahan Hukum Primer

Landasan utama yang dipakai dalam penelitian ini adalah Undang-undang nomor 19 tahun 2002, tentang Hak Cipta, dan putusan-putusan Hak Cipta lagu.

b. Bahan Hukum sekunder

Memberikan penjelasan dari bahan primer seperti hasil-hasil penelitian dan hasil karya dari kalangan hukum.


(54)

c. Bahan Tersier

Penjelasan dari dari bahan primer dan sekunder berupa kamus umum, kamus hukum, media cetak.

4. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data secara library research studi dokumen dan bahan pustaka bahan pustaka, yaitu bahan primer berupa Undang-undang Hak Cipta No 19/2002, HIR, RBG, RV, KUHPerdata, secara sekunder berupa penjelasan dari bahan primer seperti hasil-hasil penelitian dan hasil karya dari kalangan hukum, dokumen-dokumen dan teori yang berkaitan dengan penelitian ini, secara tersier berupa kamus umum, media cetak.

5. Analisis Data

Hal ini adalah sangat penting dalam memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti telebih dahulu, diadakan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada untuk mengetahui kondisinya, selanjutnya diadakan pengelompokan terhadap data yang sejenis untuk kepentingan analisis dan penulisan sedang evaluasi dilakukan terhadap data dengan pendekatan kualitatif.

Selanjutnya data yang diperoleh dipilah dan diolah lalu dianalisis dan ditafsirkan secara logis dan sistematis dengan menggunakan metode induktif dan deduktif, kemudian diperoleh kesesuaian antara pelaksanaan kajian hukum terhadap judul penelitian ini.


(55)

BAB II

BENTUK-BENTUK PELANGGARAN HAK CIPTA LAGU

A. Pelanggaran Perdata

1. Pelanggaran Hak Moral

Hak Moral adalah merupakan hak milik bagi pemiliknya sehingga penggunaan hak milik tersebut tidak disalah gunakan, walau orang mempunyai hak-hak milik tersebut tidak berarti bahwa boleh berbuat semaunya termasuk menyalah gunakan haknya itu. Penggunaan hak milik dibatasi oleh kepentingan orang lain tidak boleh merugikan hak orang lain. Penggunaan hak milik harus secara wajar demikian abdul Kadir Muhammad,48 Pelanggaran atau persengketaan yang dimulai sejak berlakunya auterswet 1912 meningkat hingga berlakunya UUHC Nomor 19 tahun 2002. para pihak yang berhak dalam hak moral adalah:

a. Pencipta.

Pelanggaran terhadap Pencipta lagu, sering muncul akibat dari ketidak pastian peraturan dan ketidak tahuan masyarakat akan ketentuan yang berlaku tentang Hak Cipta lagu tersebut, seperti disebutkan dalam pasal 1 ayat 2 UUHC Nomor19 tahun 2002 dimana Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspisarinya

48


(56)

melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran imajinasi, kesekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan kedalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

b. Produser.

Dalam komponen suatu Hak Cipta ataupun Karya Cipta tidak terlepas pada Produser, Produser Rekaman Suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali dalam pencantuman Pencipta, memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kewajibannya,

c. Ahli waris

Dalam hal kewajiban seorang ahli waris terhadap pencantuman nama Pencipta, sehingga berhak untuk melarang pihak yang melakukan pencantuman nama Pencipta atas nama Pencipta lain.

Komen dan Verkade menyatakan bahwa Hak Moral yang dimiliki seorang Pencipta itu meliputi:

a. Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan. b. Larangan mengubah judul.

c. Larangan mengubah penentuan Pencipta. d. Hak untuk mengadakan perubahan.49

Pelanggaran hak moral dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pelanggaran penerbitan

49

C.J.T Simorangkir, Hak Cipta Lanjutan II, Cetakan Pertama, Jakarta, PT. Djambatan, 1979, hlm.39.


(57)

Sistem Hak Moral pada dasarnya bersumber dan kenyataan, bahwa karya cipta adalah refleksi kepribadian Pencipta, hak moral dalam kaitanya Hak Cipta sangat tidak bisa dipisahkan dan Pencipta atau Pengaranglah yang berhak atas namanya dicantumkan dalam karyanya. Dalam hal penerbitan lagu yang bisa dibagi menjadi tiga hak yaitu: Hak menuntut pencantuman nama Pencipta atau pengarang pada semua hasil perbanyakan karya untuk selamanya, hak mencegah orang lain menyebut dirinya sebagai Pencipta karya dan hak mencegah penggunaan atau pencantuman namanya pada sebuah karya orang lain dalam hal ini dimana nama Pencipta tidak bisa sembarangan apakah tidak dicantumkan atau tercantum pada Hak Cipta orang lain.

Dalam hal ini muncul pelanggaran akibat tidak dicantumkan nama Pencipta pada sebuah lagu, sehingga telah melanggar akan hak moral. Seperti disebutkan pada pasal 24 UUHC No.19 tahun 2002 disebutkan bahwa:

1. Pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut pemegang Hak Cipta supaya nama Pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaanya.

2. Suatu ciptaan tidak boleh diubah walaupun Hak Ciptanya diserahkan kepada pihak lain kecuali dengan persetujuan Pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal Pencipta telah meninggal dunia.

b. Pelanggaran mengubah 1. Pelanggaran terhadap judul.

Pelanggaran yang muncul, dimana sebuah lagu tersebut telah diubah judulnya dari judul aslinya, sehingga menimbulkan pelanggaran hak moral Pencipta Seperti disebutkan pada pasal 24 angka 3 dan 4 UUHC No.19 tahun 2002 disebutkan bahwa:


(58)

3. Ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (2) berlaku juga terhadap perubahan judul dan anak judul ciptaan, pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran Pencipta.

4. Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada ciptaanya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat.

Dalam sebuah contoh dimana seperti lagu Zapin Dut Laksamana Raja Laut yang dalam persengketaan disebutkan bahwa lagu tersebut telah beredar dengan judul Nostalgia Aidil Fitri, atau lagu Cucakrowo yang mana sebelumnya diyakini ada lagu Batak yang berjudul sinengger-nengger sehingga timbul peristiwa hukum tentang judul.

5. Pelanggaran terhadap isi lagu

Sengketa yang muncul dalam hal ini menyangkut isi yaitu menyangkut akan lirik, musik, nada, tempo. Dalam contoh sebuah lagu yang merupakan lirik tentang cinta dimana bait-baitnya dirubah sehingga menimbulkan arti yang berbeda dari aslinya dan mengubah liriknya kedalam bahasa lain tanpa izin Pencipta, Musik yang dalam hal ini menjadi pelanggaran, dimana dalam contoh sebuah lagu dengan jenis musik Rock diubah menjadi sebuah lagu pop tanpa izin Pencipta sehingga timbulah peristiwa hukum.Nada dalam sebuah musik seperti dalam pelanggaran mengubah nada dari nada aslinya C mayor menjadi E minor tanpa izin Pencipta, begitu juga pelanggaran terhadap tempo lagu yang asli dengan tempo1menjadi tempo3.

Hak moral tercantum dalam konvensi Berne dimasukan pada revisi Roma 1929 tercantum pada Pasal 6 bis, disempurnakan pada revisi Brussel dengan menambah keharusan adanya orisinal dan revisi Stockholm dengan penambahan jangka waktu pada Pasal 6 bis ayat (2), ditentukan bahwa Hak Moral perlindunganya sama dengan Hak Cipta.


(59)

Sesuai dengan sifat tunggal Hak Cipta dengan Penciptanya dan segi moral seseorang atau badan hukum tidak diperkenankan untuk melakukan perubahan terhadap sesuatu hasil karya cipta baik itu mengenai judul, isi apalagi penciptanya. Hal demikian dapat dilakukan apabila mendapat izin dan Pencipta atau ahli warisnya jika Pencipta meninggal dunia. dengan demikian, Pencipta atau ahli warisnya saja yang mempunyai hak untuk mengadakan perubahan pada ciptaan-ciptaannya untuk disesuaikan dengan perkembangan. Meskipun demikian jika Pencipta tidak dapat melaksanakan sendiri penyesuaian karya ciptanya dengan perkembangan, hal itu dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin Penciptanya untuk melaksanakan pengerjaannya, sehingga sering muncul sengketa dalam hal ini dimana terjadi pemisahan dari kesatuan terhadap pencipta apakah terjadi dalam hal judul lagu yang tidak sesuai dengan aslinya, sering kita ketahui dimana sebuah lagu dimana pada saat diciptakan dan di umumkan kepada masyarakat memiliki nilai yang kurang memuaskan, sehingga hasilnya dan lagu tersebut kurang dikenal oleh masyarakat sehingga terjadi suatu pengambil alihan oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan mengumumkan dan mempopulerkan di masyarakat dengan judul yang berbeda sehingga menjadi terkenal dan meledak dipasaran. disini timbul permasalahan terhadap Hak Moral terhadap lagu tersebut.

Pelanggaranpun muncul dimana tidak memperhatikan seperti yang tertera dalam Pasal55 UUHC Nomor 19 tahun 2002 seperti :

1. Meniadakan atau tidak menyebutkan nama Pencipta lagu yang tercantum pada ciptaan itu.


(60)

3. Mengganti atau mengubah judul ciptaan;atau 4. Mengubah isi ciptaan.

2. Pelanggaran Hak Ekonomi.

Hak ekonomi adalah merupakan hak eklusif yang melekat pada Pencipta dan Pihak yang bersifat komersil, adapun pihak yang berkaitan dengan hak ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Pencipta.

Dalam komponen terhadap Pencipta lagu, sering muncul pelanggaran akibat dari ketidak pastian peraturan dan ketidak tahuan masyarakat akan ketentuan yang berlaku tentang Hak Cipta lagu tersebut, seperti disebutkan dalam pasal 1 ayat 2 UUHC Nomor19 tahun 2002, dimana Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspisarinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran imajinasi, kesekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan kedalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

2. Produser.

Dalam komponen suatu Hak Cipta ataupun Karya Cipta tidak terlepas pada Produser seperti disebutkan dalam Pasal1 ayat 11 UUHC Nomor 19 tahun 2002, Produser Rekaman Suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu pertunjukan maupun perekaman suara atau perekaman bunyi lainnya, sehingga banyak hal yang salah dalam melakukan perekaman atau memodifikasi rekaman tanpa melalui prosedur yang berlaku.


(61)

3. Yayasan Karya Cipta Indonesia.

Dalam melancarkan atas kepentingan Pemegang Hak Cipta dimana Yayasan Karya Cipta Indonesia didukung Departemen Kehakiman, dibawah direktorat Jendral Hak Cipta, Paten, Merek dagang dan KEPRES 34 yang berperan menjembatani kepada masyarakat akan hak yang dimiliki Pemegang Hak Cipta tersebut guna pembagian royaltynya, Pelanggaran secara Hak Moral adalah yang berkaitan dengan hak yang melekat pada diri Pencipta (termasuk pelaku) yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, antara Pencipta dan ciptaannya ada sifat kesatuan di antara keduanya.

4. Ahli Waris

Kewajiban yang mutlak dilakukan ahli waris terhadap Hak Cipta Lagu Pencipta dalam hal berkaitan dengan mengumumkan dan penggandaan.

Pelanggaran yang menyangkut hak ekonomi yang menyangkut akan hak-hak ekonomi sebuah lagu tersebut, sehingga ada dua hal pelanggaran yaitu:

1. Pelanggaran Hak Memperbanyak. 2. Pelanggaran Hak Mengumumkan.

Pelanggaran dalam hal Hak Ekonomi tersebut timbul akan hal-hal yang berkaitan secara ekonomi, dalam hal ini pengaruh yang menjadi dasar persengketaan sengketa tersebut meliputi akan hal:

1. Pelanggaran Hak Memperbanyak


(62)

Melakukan penggandaan atas jumlah ciptaan dengan berbagai cara, apakah dengan mencetak atau melalui cara mekanik seperti akan halnya dengan memperbanyak hasil karya tersebut, tanpa hak selain yang memegang hak akan penggandaan tersebut dalam ini adalah sebuah pembajakan.

b. Pelanggaran Adaptasi

Pelanggaran yang timbul tidak diberikan izin untuk melakukan adaptasi, aransemen atau untuk mengubah bentuk suatu karya dengan pengalih bahasaan, aransemen musik seperti dalam hal merubah kedalam suatu bahasa tertentu dari bentuk aslinya serta merubah aransemen apakah notasi jenis musik atau tempo.

c. Pelanggaran Distribusi

Pelanggaran yang muncul, akibat tanpa izin untuk menyebarkan atau mendistribusikan akan hasil dari penggandaan tersebut kepada publik

begitu juga termasuk melakukan pelanggaran akan menjual dan menyewakan serta bentuk lain dari pengalihan akan perbanyakan suatu karya tersebut.

d. Pelanggaran menampilkan kepada publik

Pelanggran yang muncul akibat tidak ada izin untuk menampilkan karya tersebut kepada publik, baik penyiaran secara langsung maupun hanya penyiaran.

2. Pelanggaran Hak Mengumumkan

Merupakan pelanggaran terhadap pengumuman tanpa izin pemegang hak, disebutkan dalam Pasal1 UUHC Nomor 19 tahun 2002 dimana:


(63)

Hak Cipta adalah Hak Eklusif bagi Pencipta, atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya atau memberikan izin, untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasn menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

a. Pelanggran Hak Penyiaran tanpa kabel yaitu

Pelanggaran yang muncul dimana tanpa izin unruk melakukan penyiaran tanpa kabel yaitu seperti penyiaran secara radio dan televisi sering muncul akan penyiaran untuk kepentingan komersil dan memiliki izin sebelumnya dari pemilik Hak Cipta tersebut.

b. Pelanggaran Hak Penyiaran dengan kabel

Pelanggaran yang muncul dalam hal ini tanpa izin menyiarkan suatu hasil karya yakni dengan penyiaran pentransmisian kembali dengan kabel, suatu penyiaran yaitu meneruskan yang sudah ada dan pentransmisian asli dengan sebuah karya.50

Selain pelanggaran akan hak di atas, ada lagi hak yang disebut dengan syncronization rights. Kalau sebuah lagu dipakai dalam sebuah karya cinematografi, iklan, dan karya drama misalnya, hak memberi izin untuk ini dinamakan dengan syncronization rights. Jika dihubungkan dengan keenam macam sengketa akan hak yang sudah dijelaskan di atas, boleh jadi syncronization rights termasuk bagian dan adaptation rights.

Droit de suite adalah hak Pencipta hal ini diatur dalam 14 bis konvensi Berne revisi brussel 1948, yang kemudian ditambah lagi dengan pasal 14ter hasil revisi Stockholm

50


(64)

1967, ketentuan droit de suite sesui dari world Intellectual Property organizations (WIPO) tercantum dalam buku guide to the Berne Convention merupakan hak tambahan bersifat kebendaan.

3. Pelanggaran Hak Pinjam Masyarakat (public lending right)

Pelanggaran Hak Pinjam Masyarakat yaitu hak yang dimiliki pemegang hak tersebut tidak diberikan kompensasi atas dipinjamnya oleh masyarakat sehingga menimbulkan pristiwa hukum dalam hal ini, hak karya Pencipta yang tersimpan di perpustakaan berhak atas pembayaran dari pihak tertentu karena karyanya dipinjam oleh masyarakat dari perpustakaan pemerintah di Inggris diatur dalam Public Lending Right Act 1979 ditambah peraturan lainya “the Public Lending Right Scheme 1982, menurut ketentuan tersebut mendapat perlindungan hak pinjam masyarakat dan terbatas pembayaran hak terbatas warga negara Inggris saja dan ditentukan bahwa pemerintah harus membayar setiap peminjaman masyarakat.51

Diharapkan kedepan Hak Kualitas atas Hak Cipta Lagu dalam hal ini yang menjadi pokok permasalah, akan memproduksi ulang dengan kualitas yang baik bila tidak akan menimbulkan penurunan kualitas lagu tersebut, serta fasilitas pertunjukan karena pertunjukan yang buruk akan mengakibatkan penurunan akan kualitas lagu yang akan di pasarkan adapun pihak yang berkecimpung dalam pertunjukan mempunyai hak:

51

Muhamad Djumhana, R Djubaedillah, Hak Milik Intelektual, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm.72


(1)

LAMPIRAN Tabel 1

Total Peredaran Produk Legal Karya Rekaman Suara (dalam rupiah) Tahun VCD CD Kaset Total Unit

Produk Legal 1996 40.875 740.445 76.770.678 77.552.008 1997 723.845 2.832.210 63.800.016 67.356.071 1998 1.337.415 3.048.320 37.272.939 41.658.674 1999 4.986.440 2.970.020 56.508.491 64.464.951 2000 762.770 2.082.980 49.656.810 52.502.569 2001 541.468 2.716.470 40.773.760 44.031.698 2002 460.820 1.784.600 32.028.554 34.273.974

Tabel 2

Total Pembajakan Produk Bajakan Rekaman Suara (dalam rupiah) Tahun VCD CD Kaset Total Unit

Produk Legal 1996 0 37.022 23.031.203 23.068.225 1997 96.774.375 141.610 15.950.004 112.835.989 1998 128.992.500 762.080 7.454.587 137.209.167 1999 171.990.500 1.039.507 8.476.273 181.505.750 2000 229.320.000 833.192 9.931.363 240.084.555 2001 275.184.000 1.358.235 14.270.816 290.813.051 2002 343.980.000 1.697.794 17.838.520 363.516.314

Tabel 3

Perkiraan Kerugian Industri Musik dan Kerugian Negara Akibat Pembajakan Karya Rekaman Suara (dalam rupiah)

Tahun Total Kerugian Industri Total Kerugian Negara 1996 231.607.800.000 14.440.779.375 1997 3.567.875.619.000 300.378.890.000 1998 4.664.660.305.000 392.589.216.875 1999 7.113.414.677.000 522.567.054.375 2000 9.433.916.660.000 812.071.530.100 2001 11.373.581.954.000 955.227.955.800 2002 17.700.082.890.000 1.194.034.945.600 Sumber data ASIRI 2010


(2)

LAMPIRAN Tabel 4

Pembagian Hak Cipta Lagu

Hak Moral Hak Ekonomi

1.Hak Panerbitan 1.Hak Reproduksi

2.Hak Mengubah 2.Hak Adaptasi

3.Hak Distribusi

4.Hak Mengenalkan Kemasyarakat

5.Hak Penyiaran Tanpa kabel

6.Hak Penyiaran dengan kabel


(3)

LAMPIRAN Tabel 5

Proses Jangka Waktu Pemerikaan Perkara


(4)

LAMPIRAN

Tabel 6

Pendaftaran Perkara dan Alur Perkara

Sumber Pengadilan Negeri Medan 2010


(5)

LAMPIRAN

Tabel 7

Pendaftaran Perkara dan Alur Perkara

Sumber Pengadilan Negeri Medan 2010


(6)

LAMPIRAN Tabel 8

Bagan Alur Proses Perkara Pidana-Banding

Sumber Pengadilan Negeri Medan 2010