Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI
PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE
A. Pengertian dan Prinsip Good Corporate Governance
Berbagai peristiwa dalam dasawarsa terakhir telah menjadikan corporate
governance sebuah isu pentingnya di kalangan para eksekutif, organisasi-
organisasi NGO, para konsultan korporasi, akedemisi dan regulator (pemerintah)
di berbagai belahan dunia. Isu-isu yang terkait dengan corporate governance
seperti insider trading, transparansi, akuntabilitas, independensi, etika bisnis,
tanggung jawab sosial (corporate sosial responsibility) dan perlindungan investor
telah menjadi ungkapan-ungkapan yang lazim diperbincangkan di kalangan para
pelaku usaha. Corporate governance juga telah menjadi salah satu isu paling
penting bagi para pelaku usaha di negara kita.20
Corporate Governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk
dikaji oleh pelaku bsinis, akademisi, pembuat kebijakan, dan lain-lain.
Pemahaman tentang praktik corporate governance terus berevolusi dari tahun ke
tahun. Kajian atas corporate governance mulai disinggung pertama kali oleh
Berle dan Means pada tahun 1932 ketika membuat sebuah buku yang
menganalisis terpisahnya kepemilikan saham (ownership) dan control. Pemisahan
tersebut berimplikasi pada timbulnya konflik kepentingan antara para pemegang
20
I Nyoman Tjager, et.al., Op.cit., hlm. 18
18
Universitas Sumatera Utara
19
saham dengan pihak manajemen dalam struktur kepemilikan perusahaan yang
tersebar (dispersed ownership).21
Istilah “corporate governance” untuk pertama kali diperkenalkan oleh
Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam
laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report.22 Laporan ini
dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik
corporate governance di seluruh dunia.
Cadbury Report mendefenisikan corporate governance sebagai :
...the system by which organizationsare directed and controlled.23
“Suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan
organisasi”
Defenisi lain dari Cadbury Committee memandang Corporate Governance
sebagai :
“Seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang
saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan
dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka”.
21
Ibid., hlm. 24.
22
Cadbury Report adalah sebutan lazim untuk The Report of the Cadbury Commitee on
Financial Aspects of Corporate Governance : The Code of Best Practice sebuah laporan yang
dikeluarkan oleh Cadbury Schweppes di tahun 1992. Komite ini dibentuk pada bulan Mei 1991
oleh London Stock Exchange dan profesi akuntan dan diketuai oleh Sir Adrian Cadbury untuk
membahas aspek-aspek finansial corporate governance. Komite yang terbentuk sebagai wujud
keprihatinan terhadap aktivitas perusahaan-perusahaan seperti Maxwell Communications ini
kemudian menghasilkan Code of Best Practice yang kemudian wajib dilaksanakan oleh semua
perusahaan terbuka di Kerajaan Inggris.
23
Thurrock Council, Corporate Governance Review, (Spring, 2002) hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
20
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
mendefenisikan corporate governance sebagai :
“Struktur yang olehnya para pemegang saham, komisaris, dan manajer
menyusun tujuan-tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuantujuan tersebut dan mengawasi kinerja.”
Forum for Corporate Governance in Indonesian (FCGI) mendefenisikan
corporate governance sebagai :
“Seperangkat peraturan yang nengatur hubungan antara pemegang,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta
para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya berkaitan dengan hakhak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sisten yang mengendalikan
perusahaan. Tujuan Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah
bagi semua pihak yang berkepntingan (stakeholders).24
Stjin Claessens menyatakan bahwa, pengertian tentang corporate
governance dapat dimasukkan dalam dua kategori. Kategori pertama, lebih
condong pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang diukur melalui kinerja,
pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para pemegang saham,
dan stakehoders. Kategori kedua, lebih melihat pada kerangka secara normatif,
yaitu segala ketentuan hukum baik yang berasal dari sistem hukum, sistem
peradilan, pasar keuangan, dan sebagainya yang mempengaruhi perilaku
perusahaan.
Kategori pertama akan sangat cocok untuk dijadikan dasar analisis dalam
mengkaji corporate governance di satu negara, misalnya melihat bagaimana
Dewan Direksi memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan
24
I Nyoman Tjager, et.al., Op.cit., hlm 27
Universitas Sumatera Utara
21
keputusan, bagaimana menentukan kompensasi yang layak bagi executive
perusahaan, bagaimana korelasi antara kebijakan tentang buruh dan kinerja
perusahaan. Sedangkan kategori kedua dijadikan dasar analisis dalam mengkaji
corporate governance secara komparatif, misalnya melihat bagaimana berbagai
perbedaan dalam kerangka normatif yang dibangun akan mempengaruhi pola
perilaku perusahaan, investor dan lainnya.25
Berdasarkan defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa corporate
governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem, proses dan seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan
(stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham,
dewan komisaris, dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate
Governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah
terjadinya kesalahan-kesalahan (mistakes) signifikan dalam strategi korporasi dan
untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki
dengan segera.26
Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting Corporate
Governance ini, Organization for Economic Corporation and Developsment
(OECD) telah mengembangkan seperangkat prinsip-prinsip Good Corporate
Governance dan dapat diterapkan secara luwes (fleksibel) sesuai dengan keadaan,
budaya, dan tradisi di masing-masing negara.27
25
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, op.cit., hlm. 26.
26
I Nyoman Tjager, et.al., Op.cit., hlm. 29
27
Ibid., hlm. 49
Universitas Sumatera Utara
22
Prinsip-prinsip ini diharpkan menjadi titik rujukan bagi para regulator
(pemerintah)
dalam
membangun
framework
bagi
penerapan
corporate
governance. Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip-prinsip ini dapat
menjadi guidance atau pedoman dalam mengolaborasi best practice bagi
peningkatan nilai (valuation) dan keberlangsungan (sustainbility) perusahaan.28
Prinsip-prinsip OECD mencakup lima bidang utama: hak-hak para
pemegang saham (shareholders) dan perlindunganya; peran para karyawan dan
pihak-pihak
yang
berkepentingan
(stakeholders)
lainnya;
pengungkapan
(disclosure) yang akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan
struktur dan operasi korporasi; tanggung jawab dewan (maksudnya dewan
komisaris maupun direksi) terhadap perusahaan, pemegang saham, dan pihakpihak yang berkepentingan lainnya atau secara ringkas prinsip-prinsip tersebut
dapat dirangkum sebagai: 29
1. Kewajaran (Fairness)
Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada
pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing,ndengan keterbukaan
informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan
pedagangan saham oleh orang dalam (insider trading).
Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan mebuat peraturan korporasi
yang melindungi kepentingan minoritas; membuat pedoman perilaku perusahaan
(corporate conduct) dan atau kebijakan-kebijakan yang melindungi korporasi
28
Ibid., hlm. 49
29
Ibid., hlm 49-52
Universitas Sumatera Utara
23
terhadap perbuatan buruk orang dalam, self-dealing, dan konflik kepentingan;
menetapkan peran dan tanggung jawab Dewan Komisaris, Direksi dan Komite,
termasuk
sistem
remunerasi;
menyajikan
informasi
secara
wajar
atau
pengungkapan penuh material apapun; mengedepankan Equal Job Opportunity.
2. Transparansi (Disclosure dan Transparency)
Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar
dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam
pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas
perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.
Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi
mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta
para pemegang kepentingan (stakeholders).
Prinsip diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akutansi
(accounting system) yang berbasiskan standar akutansi dan best practices yang
menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas;
mengembangkan Information Technology (IT) dan Management Information
System (MIS) untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan
proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi;
mengembangkan enterprise risk management yang memastikan bahwa semua
risiko signifikan telah diidentifikasi, diukur, dan dapat dikelola pada tingkat
toleransi yang jelas; mengumumkan jabatan yang kosong secara terbuka.
Universitas Sumatera Utara
24
3. Akuntabilitas (Accountability)
Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif ( efective
oversight) berdasarkan balance of power antara manajer, pemegang saham, dewan
komisaris dan auditor. Merupakn bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada
perusahaan dan para pemegang saham.
Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan menyiapkan Laporan Keuangan
(Financial Statement) pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat;
mengembangkan Komite Audit dan Risiko untuk mendukung fungsi pengawasan
oleh dewan komisaris; mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan
fungsi Internal Audit sebagai mitra bisnis strategi berdasarkan berst practices
(bukan sekedar audit). Transformasi menjadi “Risk-based” Audit: menjaga
manajemen kontrak yang bertanggung jawab dan menangani pertentangan
(dispute); penegakan hukum (sistem penghargaan dan sanksi); menggunakan
External Auditor yang memenuhi syarat (berbasis profesionalisme).
4. Responsibilitas (Responsibility)
Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh
hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang
kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang
sehatdari aspek keuangan.
Ini merupakan tanggung jawab korporasi sebagai anggota masyarakat yang
tunduk kepada hukum dan bertindak dengan memperhatikan kebutuhankebutuhan masyarakat sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
25
Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab
merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang; menyadari akan adanya
tanggung jawab sosial; menghindari penyalahgunaan kekuasaan; menjadi
profesional dan menjunjung etika; memelihara lingkungan bisnis dan sehat.
Meurut Keputusan Mentri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP117/M-MBU/2002 bahwa disamping keempat prinsip diatas, masih ada satu
prinsip tambahan lagi, yaitu prinsip Kemandirian (Indenpedence). Prinsip ini
diartikan sebagai suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsipprinsip korporasi yang sehat.30
Untuk mewujudkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, ada 6
(enam) pilar yang perlu dilaksanakan, yaitu :31
1. Sistem perlindungan hak pemegang saham,
2. Visi, misi dan rencana strategis yang jelas,
3. Kembangkan keseimbangan peran dan fungsi organ perusahaan,
4. Sistem akutansi dan Management Information System yang menjamin
transparansi,
5. Manajemen pengendalian risiko, kepatutan aturan dan sistem audit
yang andal,
6. Sistem pengukuran kinerja dan pengembangan Sumber Daya Manusia.
30
I Nyoman Tjager, et.al., Op.cit., hlm.53
31
Ibid., hlm. 166
Universitas Sumatera Utara
26
B. Tujuan Penerapan Prinsip Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip good corporate yang diterbitkan OECD mencakup hal-hal
berikut :32
1. Landasan hukum yang diperlukan untuk menjamin penerapan good
corporate governance secara efektif (ensuring the basis for an effective
corporate governance framework)
2. Hak pemegang saham dan fungsi pokok kepemilikan perusahaan (the
rights of shareholders and key ownership functions)
3. Perlakuan yang adil terhadap para pemegang saham (the equitable
teratment of shareholders)
4. Peranan the shareholders dalam corporate governance (the role of
stakeholders in corporate governance)
5. Prinsip pengungkapan informasi perusahaan secara transparan
(disclosure and transparency)
6. Tanggung jawab Dewan Pengurus (the responsibilities of the Board).
Berdasarkan berbagai definisi Good Corporate Governance yang
disampaikan di atas dapat diketahui ada lima macam tujuan utama Good
Corporate Governance yaitu:33
1. melindungi hak dan kepentingan pemegang saham,
2. melindungi hak dan kepentingan para anggota (the stakeholders)
pemegang saham,
3. meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham,
4. meningkatkan effisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau Board
of Directors dan manajemen perusahaan, dan
32
John Pieris dan Nizam Jim, Etika Bisnis dan Good Corporate Governance , (Jakarta: Pelangi
Cendekia, 2007), hlm. 144
33
Fitri,
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2259789-tujuan-dan-manfaatpenerapan-prinsip, diakses 14 Januari 2014, pukul 14.50
Universitas Sumatera Utara
27
5. meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen
senior perusahaan.
Kelima tujuan utama Good Corporate Governance menunjukan isyarat
bagaimana penting hubungan antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan
dengan perusahaan sehingga diperlukan tata kelola perusahaan yang baik.
Di dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep.
117/M-MBU/2000
diutarakan
juga
bahwa
penerapan
Good
Corporate
Governance pada BUMN, bertujuan untuk :34
1. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip
keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab,
dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik
secara nasional maupun internasional.
2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan,
dan efesien serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan
kemandirian organ.
3. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku,
serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN
terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar
BUMN.
4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
5. Meningkatkan investasi nasional.
6. Mensukseskan program privatisasi.
Semua kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan tersebut diselenggarakan
dengan sistem pengendalian internal yang mencakup :35
34
35
John Pieris, et. al., Op.cit., hlm. 144
Ibid, hlm. 144-145
Universitas Sumatera Utara
28
a. Pengendalian terstruktur terdiri atas :
1. Integritas , nilai etika dan kompetensi karyawan;
2. Filosofi dan gaya manajemen;
3. Keseimbangan tanggung jawab dan kewenangan;
4. Pengembangan sumber daya manusia;
5. Arahan dari Direksi
b. Pengkajian dan pengelolaan resiko usaha
c. Pengendalian menyeluruh di setiap unit, aspek dan tingkatan
d. Ketaatan pada peraturan dalam pelaksanaan, pelaporan
e. Sistem monitoring dengan dukungan audit internal.
Praktik-praktik corporate governance yang kurang terpuji sering ditandai
dengan ciri-ciri dewan direksi yang tidak efektif, kontrol internal yang lemah,
audit yang buruk, kurangnya disclosure yang seimbang, dan kurangnya penegakan
hukum. Budaya Good Corporate Governance memang harus dimasyrakatkan.
Repotnya, praktik-praktik perusahaan yang tercela sring tumpang-tindih dengan
masalah korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Sementara banyak pengusaha atau
direksi yang belum memahami atau malah sengaja melanggar prinsip-prinsip
corporate governance.36
C. Tugas dan Fungsi Direksi pada BUMN
Keberadaan direksi dalam perseroan terbatas ibarat nyawa bagi perseroan.
Tidak mungkin ada suatu perseroan tanpa adanya direksi. Sebaliknya, tidak
36
Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 66
Universitas Sumatera Utara
29
mungkin adanya direksi tanpa adanya perseroan. Oleh karena itu, keberadaan
direksi bagi perseroan terbatas sangat penting. Sekalipun perseroan terbatas
sebagai badan hukum, yang mempunyai kekayaan terpisah dengan direksi, tetapi
hal itu hanya berdasarkan fiksi hukum, bahwa perseroan terbatas dinggap seakanakan sebagai subjek hukum sama seperti manusia.37
Keberadaan direksi adalah untuk mengurus perseroan sesuai maksud dan
tujuan perseroan dengan itikad baik dan penuhn tanggujng jawab. Dengan
demikian, keberadaan direksi sangat dibutuhkan oleh perseroan. Tidak mungkin
terdapat suatu perseroan tanpa adanya direksi. Mengurus perseroan bukan
merupakan hal yang mudah. Oleh karena itu, agar perseroan tersebut terurus
sesuai maksud didirikan perseroan, maka untuk menjadi direksi perlu persyaratan
dan keahlian. Pendelegasian wewenang dari perseroan kepada direksi untuk
mengelola perseroan tersebut lazim disebut sebagai fiduciary duty.38
Menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40
Tahun 2007, “Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggun
jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam
maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar”.
Dengan demikian direksi adalah salah satu pihak yang bertanggung jawab
untuk pengurusan perseroan sesuai dengan tujuan perseroan. Hal ini dikarenakan
“Direksi adalah trustee sekaligus agent bagi perseroan terbatas. Dikatakan sebagai
37
Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas: Keberadaan ,Tugas, Wewenang, dan Tanggung
Jawab, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), hlm. 40.
38
Ibid., hlm. 41
Universitas Sumatera Utara
30
trustee karena direksi melakukan pengurusan terhadap harta kekayaan perseroan,
dan dikatakan agent karena direksi bertindak keluar dan atas nama perseroan”.39
Fungsi direksi demikian sekaligus telah memberikan gambaran direksi
dalam suatu perseroan terbatas. Keberadaan direksi deperlukan oleh perseroan
sebagai salah satu pilar utama dalam mengurus perseroan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa direksi diibaratkan sebagai nahkoda perseroan, pusat energi
(central energy) perseroan, mesin perseroan (corporate engineering), semangat
perseroan (spirit of corporations), corporate image yang utama dari perseroan,
simbol perseroan (imagine corporations), aura perseroan dan lain sebagainya.40
Tugas dan tanggung jawab direksi adalah tugas dan tanggung jawab
direksi sebagai suatu organ, yang merupakan tanggung jawab kolegial sesama
anggota direksi terhadap perseroan. Direksi tidak secara sendiri-sendiri
bertanggungjawab kepada perseroan. Ini berarti setiap tindakan yang diambil atau
dilakukan oleh salah satu atau lebih anggota direksi akan mengikat anggota
direksi lainnya. Namun ini tidak berarti diperkenankan terjadinya pembagian
tugas di antara anggota Direksi perseroan, demi pengurusan perseroan yang
efesien.41
Pasal 92 jo. Pasal 98 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Peseroan Terbatas menyatakan Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan
39
Gunawan Widjaya, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, (Forum Sahabat, 2008) hlm.
65
40
Try Widiyono, Op.cit., hlm. 41
41
Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 128
Universitas Sumatera Utara
31
perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik
di dalam maupun di luar pengadilan.
Secara rinci, tugas direksi mengurus perseroan masih tersebar pada
bebedrapa ketentuan, antara lain sebagai berikut:42
1. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di
dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar.43 Hal ini juga ditegaskan kembali dalam pasal 92 ayat (1) dan (2)
UUPT,
yaitu
direksi
menjalankan
pengurusan
perseroan
untuk
kepentingan perseroaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
Direksi berwenang menjalankan pengurusan sesuai dengan kebijakan yang
dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini
dan/atau anggaran dasar. Tanggung jawab direksi tersebut ditegaskan
kembali pada pasal 97 ayat (1) dan pasal 92 ayat (1) sampai (3)
2. Tugas melakukan pemenuhan persyaratan legalitas perseroan, baik dalam
proses pendirian, proses pengesahan perseroan menjadi badan hukum,
proses perubahan anggaran dasar, baik perubahan anggaran dasar
menyangkut perubahan „tertentu/pokok‟ maupun perubahan anggaran
dasar lainnya. Tugas tersebut tercantum dalam berbagai pasal dalam
42
43
Ibid, hlm. 51-59
Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
32
UUPT, seperti tugas untuk memenuhi legalitas pendirian, yaitu sebagai
berikut:
a. Pengajuan kepada Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) RI paling
lambat 60 hari sejak akta dibuat, dilengkapi keterangan mengenai
dokumen.44
b. Mengirimkan secara fisik surat permohonan yang dilampiri data
pendukung dalam waktu 30 hari sejak dinyatakannya tidak keberatan
oleh Menkumham.45
c. Menerima keputusan tentang pengesahan perseroan menjadi badan
hukum oleh Menkumham dalam waktu 14 hari setelah semua
persyaratan dipenuhi.46
d. Perseroan memperoleh status badan hukum diatur dalam pasal 7 ayat
(4) UUPT, pada tanggal diterbitkannya keputusan Menkumham
mengenai pengesahan badan hukum perseroan.
3. Berkenaan dengan legalitas perubahan anggaran dasar, antara lain diatur
sebagai berikut:
a. Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh dan merupakan wewenang
darri RUPS. Acara RUPS mengenai perubahan anggaran dasar tersebut
wajib dicantumkan dengan jelas dalam panggilan RUPS.
44
Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
45
Pasal 10 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
46
Pasal 10 ayat (6) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
33
b. Perubahan tertentu (pokok) sebagaimana telah diatur pada pasal 21
ayat (2) UUPT, yang menyangkut 6 aspek. Dalam perubahan anggaran
dasar tertentu, “pokok” tersebut wajib mendapatkan persetujuan dari
Menkumham.47
c. Perubahan anggaran dasar lainnya (di luar perubahan anggaran dasar
tertentu/pokok) cukup diberitahukan kepada Menkumham.
d. Dalam hal perubahan anggaran dasar perseroan tersebut tidak dibuat
atau dimuat dalam akta berita acara rapat yang dibuat notaris, maka
perubahan anggaran dasar tersebut selanjutnya tetap wajib dinyatakan
dalam akta notaris, paling lambat 30 hari, terhitung sejak dalam akta
notaris sejak tanggal keputusan RUPS yang tidak dibuat akta berita
acara rapat yang dibuat notaris.48
e. Permohonan
perubahan
persetujuan
pokok
atau
perubahan
anggaran
perubahan
lainnya
dasarmenyangkut
diajukan
kepada
Menkumham paling lambat 30 hari, terhitung sejak tanggal akta
notaris yang memuat anggaran dasar tersebutj dibuat49
f. Setelah lewat batas waktu 30 hari sejak akta notaris tersebut dibuat,
permohonan persetujuan atau pemberitahuan perubahan anggaran
dasar tidak dapat diajukan atau disampaikan kepada Menkumham.
Dengan demikian, pada saat lewatnya waktu 30 hari sejak akta notaris
47
Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
48
Pasal 21 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
49
Pasal 21 ayat (7) dan (8) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
34
dibuat atau sejak perubahan anggaran dasar, tidak diajukan kepada
Menkumham maka terhadap perubahan anggaran dasar tersebut tidak
berlaku dan wajib dilakukan perubahan anggaran dasar baru, melalui
prosedur dan tahapan serta waktu baru, sekalipun materi perubahan
tersebut masih tetap sama.
4. Kewajiban direksi untuk mendaftarkan pada daftar perseroan yang diatur
pada pasal 4 ayat (7) sampai (9) UUPT. Kewajiban direksi ini berlaku
dalam hal terjadi pengangkatan penggantian dan pemberitahuan anggota
direksi. Doreksi wajib memberitahukan perubahan anggota direksi kepada
Menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan dalam jangka waktu paling
lambat 30 hari, terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut.
5. Tugas untuk memastikan bahwa pembelian kembali saham yang telah
dikeluarkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yahng berlaku.
6. Direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar pemegang
saham. Selain daftar pemegang saham tersebut, direksi perseroan wajib
mengadakan dan menyimpan daftar khusus yang memuat mengenai saham
anggota direksi dan dewan komisaris beserta keluarganya dalam perseroan
dan/atau pada perseroan lain serta tanggal saham itu diperoleh.50
7. Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal dan hari
pemindahan hak tersebut dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus
dan memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri
50
Pasal 50 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
35
untuk dicatat dalam daftar perseroan, paling lambat 30 hari, terhitung sejak
tanggal pencatatan pemindahan hak.
8. Direksi menyusun rencana kerja tahunan sebelum dimulainya tahun buku
yang akan datang. Rencana kerja tersebut memuat juga anggaran tahunan
perseroan untuk tahun buku yan g akan datang.51
9. Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaaholeh
dewan komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 bulan setelah tahun
buku perseroan berakhir.52 Kewajiban direksi ini sebagai bagian dari
tanggung jawab direksi perseroan kepada shareholder yang juga mendasar
pada prinsip fiduciary duty.
10. Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan perseroan kepada akuntan
publik untuk diaudit.53
11. Direksi mempunyai tugas juga, antara lain untuk menyelenggarakan RUPS
sebagaimana diatur dalam padal 79 ayat (10) UUPT. Direksi wajib
melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu paling lambat 15 hari,
terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima.54
Direksi melakukan pemanggilan kepada pemegang saham sebelum
menyelenggarakan RUPS.55
51
Pasal 63 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
52
Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
53
Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
54
Pasal 79 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
55
Pasal 81 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
36
12. Kewajiban direksi untuk memberitahukan keputusan RUPS mengenai
pengurangan
modal
perseroan
kepada
semua
kreditur
dengan
mengumumkan dalam satu atau lebih surat kabar dalam jangka waktu
paling lambat 7 hari, terhitung sejak tanggal keputusan RUPS.56
13. Direksi mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Dalam hal anggota direksi terdiri lebih dari satu orang, yang berwenang
mewakili perseroan adalah setiap anggota direksi, kecuali ditentukan lain
anggaran dasar.57
14. Pasal 100 ayat (1) UUPT memberikan tugas kepada direksi, yaitu direksi
wajib:
a. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS, dan
risalah rapat direksi;
b. Membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 dan
dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksud dalam undangundang tentang dokumen perusahaan; serta
c. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan perseroan
sebagaimana dimaksud serta dokumen perseroan lainnya.
15. Anggota direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham
yang dimiliki anggota direksi yang bersangkutan dan/atau keluarganya
56
Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
57
Pasal 98 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
37
dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar
khusus.58
16. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk:59
a. Mengalihkan kekayaan perseroan; atau
b. Menjadikan jaminan utang kekayaanperseroan; yang merupakan lebih
dari 50% jumlah kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau
lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.
17. Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada satu orang karyawan
perseroaan atau lebih kepada orang lain untuk dan atas nama melakukan
perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat
kuasa.60
18. Direksi perseroan yang akan menggabungkan diri dan menerima
penggabungan menyusun rancangan penggabungan.61
19. Direksi perseroan yang akan diambil alih dan perseroan yang akan
mengambil alih dengan persetujuan dewan komisaris masing-masing
menyusun rancangan pengambilalihan.62
20. Direksi, dewan komisaris atau satu pemegang saham atau lebih yang
mewakili paling sedikit satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham
58
Pasal 100 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
59
Pasal 102 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
60
Pasal 103 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
61
Pasal 123 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
62
Pasal 125 ayat (6) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
38
dengan hak suara, dapat mengajukan usul pembubaran perseroan kepada
RUPS.63
21. Tugas direksi yang utama adalah mengurus perseroan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Yang dimaksud dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
adalah semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
keberadaan jalannya perseroan, termasuk peraturan pelaksanannya, antara
lain peraturan perbankan, peraturan perasuransian, peraturan lembaga
keuangan, dalam hal terdapat pertentangan antara anggaran dasar dan
UUPT, yang berlaku adalh UUPT.64
Pada prinsipnya, suatu Perseroan Terbatas dapat mempunyai hanya satu
orang direktur, tetapi dalam hal-hal tertentu sebuah Perseroan Terbatas haruslah
mempunyai paling sedikit dua orang direktur, yaitu dalam hal-hal sebagai
berikut:65
a. Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat.
b. Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang.
c. Perseroan berbentuk Perseroan Terbuka.
Dalam menjalankan tugas dan kepengurusannya, direksi harus senantiasa :66
a. Bertindak dengan itikad baik;
63
Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
64
Try Widyono, Op.cit., hlm. 59
65
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm.
51.
66
Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 128
Universitas Sumatera Utara
39
b. Senantiasa memperhatikan kepentingan perseroan dan bukan kepentingan
dari pemegang saham semata-mata;
c. Kepengurusan perseroan harus dilakukan dengan baik, sesuai dengan tugas
dan kewenangan yang diberikan kepadanya, dengan tingkat kecermatan
yang wajar, dengan ketentuan bahwa direksi tidak diperkenankan untuk
memperluas maupun mempersempit ruang lingkup geraknya sendiri;
d. Tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan
benturan kepentingan antara kepentingan perseroan dengan kepentingan
direksi.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN UMUM MENGENAI
PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE
A. Pengertian dan Prinsip Good Corporate Governance
Berbagai peristiwa dalam dasawarsa terakhir telah menjadikan corporate
governance sebuah isu pentingnya di kalangan para eksekutif, organisasi-
organisasi NGO, para konsultan korporasi, akedemisi dan regulator (pemerintah)
di berbagai belahan dunia. Isu-isu yang terkait dengan corporate governance
seperti insider trading, transparansi, akuntabilitas, independensi, etika bisnis,
tanggung jawab sosial (corporate sosial responsibility) dan perlindungan investor
telah menjadi ungkapan-ungkapan yang lazim diperbincangkan di kalangan para
pelaku usaha. Corporate governance juga telah menjadi salah satu isu paling
penting bagi para pelaku usaha di negara kita.20
Corporate Governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk
dikaji oleh pelaku bsinis, akademisi, pembuat kebijakan, dan lain-lain.
Pemahaman tentang praktik corporate governance terus berevolusi dari tahun ke
tahun. Kajian atas corporate governance mulai disinggung pertama kali oleh
Berle dan Means pada tahun 1932 ketika membuat sebuah buku yang
menganalisis terpisahnya kepemilikan saham (ownership) dan control. Pemisahan
tersebut berimplikasi pada timbulnya konflik kepentingan antara para pemegang
20
I Nyoman Tjager, et.al., Op.cit., hlm. 18
18
Universitas Sumatera Utara
19
saham dengan pihak manajemen dalam struktur kepemilikan perusahaan yang
tersebar (dispersed ownership).21
Istilah “corporate governance” untuk pertama kali diperkenalkan oleh
Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam
laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report.22 Laporan ini
dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik
corporate governance di seluruh dunia.
Cadbury Report mendefenisikan corporate governance sebagai :
...the system by which organizationsare directed and controlled.23
“Suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan
organisasi”
Defenisi lain dari Cadbury Committee memandang Corporate Governance
sebagai :
“Seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang
saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan
dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka”.
21
Ibid., hlm. 24.
22
Cadbury Report adalah sebutan lazim untuk The Report of the Cadbury Commitee on
Financial Aspects of Corporate Governance : The Code of Best Practice sebuah laporan yang
dikeluarkan oleh Cadbury Schweppes di tahun 1992. Komite ini dibentuk pada bulan Mei 1991
oleh London Stock Exchange dan profesi akuntan dan diketuai oleh Sir Adrian Cadbury untuk
membahas aspek-aspek finansial corporate governance. Komite yang terbentuk sebagai wujud
keprihatinan terhadap aktivitas perusahaan-perusahaan seperti Maxwell Communications ini
kemudian menghasilkan Code of Best Practice yang kemudian wajib dilaksanakan oleh semua
perusahaan terbuka di Kerajaan Inggris.
23
Thurrock Council, Corporate Governance Review, (Spring, 2002) hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
20
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
mendefenisikan corporate governance sebagai :
“Struktur yang olehnya para pemegang saham, komisaris, dan manajer
menyusun tujuan-tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuantujuan tersebut dan mengawasi kinerja.”
Forum for Corporate Governance in Indonesian (FCGI) mendefenisikan
corporate governance sebagai :
“Seperangkat peraturan yang nengatur hubungan antara pemegang,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta
para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya berkaitan dengan hakhak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sisten yang mengendalikan
perusahaan. Tujuan Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah
bagi semua pihak yang berkepntingan (stakeholders).24
Stjin Claessens menyatakan bahwa, pengertian tentang corporate
governance dapat dimasukkan dalam dua kategori. Kategori pertama, lebih
condong pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang diukur melalui kinerja,
pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para pemegang saham,
dan stakehoders. Kategori kedua, lebih melihat pada kerangka secara normatif,
yaitu segala ketentuan hukum baik yang berasal dari sistem hukum, sistem
peradilan, pasar keuangan, dan sebagainya yang mempengaruhi perilaku
perusahaan.
Kategori pertama akan sangat cocok untuk dijadikan dasar analisis dalam
mengkaji corporate governance di satu negara, misalnya melihat bagaimana
Dewan Direksi memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan
24
I Nyoman Tjager, et.al., Op.cit., hlm 27
Universitas Sumatera Utara
21
keputusan, bagaimana menentukan kompensasi yang layak bagi executive
perusahaan, bagaimana korelasi antara kebijakan tentang buruh dan kinerja
perusahaan. Sedangkan kategori kedua dijadikan dasar analisis dalam mengkaji
corporate governance secara komparatif, misalnya melihat bagaimana berbagai
perbedaan dalam kerangka normatif yang dibangun akan mempengaruhi pola
perilaku perusahaan, investor dan lainnya.25
Berdasarkan defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa corporate
governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem, proses dan seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan
(stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham,
dewan komisaris, dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate
Governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah
terjadinya kesalahan-kesalahan (mistakes) signifikan dalam strategi korporasi dan
untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki
dengan segera.26
Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting Corporate
Governance ini, Organization for Economic Corporation and Developsment
(OECD) telah mengembangkan seperangkat prinsip-prinsip Good Corporate
Governance dan dapat diterapkan secara luwes (fleksibel) sesuai dengan keadaan,
budaya, dan tradisi di masing-masing negara.27
25
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, op.cit., hlm. 26.
26
I Nyoman Tjager, et.al., Op.cit., hlm. 29
27
Ibid., hlm. 49
Universitas Sumatera Utara
22
Prinsip-prinsip ini diharpkan menjadi titik rujukan bagi para regulator
(pemerintah)
dalam
membangun
framework
bagi
penerapan
corporate
governance. Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip-prinsip ini dapat
menjadi guidance atau pedoman dalam mengolaborasi best practice bagi
peningkatan nilai (valuation) dan keberlangsungan (sustainbility) perusahaan.28
Prinsip-prinsip OECD mencakup lima bidang utama: hak-hak para
pemegang saham (shareholders) dan perlindunganya; peran para karyawan dan
pihak-pihak
yang
berkepentingan
(stakeholders)
lainnya;
pengungkapan
(disclosure) yang akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan
struktur dan operasi korporasi; tanggung jawab dewan (maksudnya dewan
komisaris maupun direksi) terhadap perusahaan, pemegang saham, dan pihakpihak yang berkepentingan lainnya atau secara ringkas prinsip-prinsip tersebut
dapat dirangkum sebagai: 29
1. Kewajaran (Fairness)
Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada
pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing,ndengan keterbukaan
informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan
pedagangan saham oleh orang dalam (insider trading).
Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan mebuat peraturan korporasi
yang melindungi kepentingan minoritas; membuat pedoman perilaku perusahaan
(corporate conduct) dan atau kebijakan-kebijakan yang melindungi korporasi
28
Ibid., hlm. 49
29
Ibid., hlm 49-52
Universitas Sumatera Utara
23
terhadap perbuatan buruk orang dalam, self-dealing, dan konflik kepentingan;
menetapkan peran dan tanggung jawab Dewan Komisaris, Direksi dan Komite,
termasuk
sistem
remunerasi;
menyajikan
informasi
secara
wajar
atau
pengungkapan penuh material apapun; mengedepankan Equal Job Opportunity.
2. Transparansi (Disclosure dan Transparency)
Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar
dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam
pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas
perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.
Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi
mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta
para pemegang kepentingan (stakeholders).
Prinsip diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akutansi
(accounting system) yang berbasiskan standar akutansi dan best practices yang
menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas;
mengembangkan Information Technology (IT) dan Management Information
System (MIS) untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan
proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi;
mengembangkan enterprise risk management yang memastikan bahwa semua
risiko signifikan telah diidentifikasi, diukur, dan dapat dikelola pada tingkat
toleransi yang jelas; mengumumkan jabatan yang kosong secara terbuka.
Universitas Sumatera Utara
24
3. Akuntabilitas (Accountability)
Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif ( efective
oversight) berdasarkan balance of power antara manajer, pemegang saham, dewan
komisaris dan auditor. Merupakn bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada
perusahaan dan para pemegang saham.
Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan menyiapkan Laporan Keuangan
(Financial Statement) pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat;
mengembangkan Komite Audit dan Risiko untuk mendukung fungsi pengawasan
oleh dewan komisaris; mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan
fungsi Internal Audit sebagai mitra bisnis strategi berdasarkan berst practices
(bukan sekedar audit). Transformasi menjadi “Risk-based” Audit: menjaga
manajemen kontrak yang bertanggung jawab dan menangani pertentangan
(dispute); penegakan hukum (sistem penghargaan dan sanksi); menggunakan
External Auditor yang memenuhi syarat (berbasis profesionalisme).
4. Responsibilitas (Responsibility)
Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh
hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang
kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang
sehatdari aspek keuangan.
Ini merupakan tanggung jawab korporasi sebagai anggota masyarakat yang
tunduk kepada hukum dan bertindak dengan memperhatikan kebutuhankebutuhan masyarakat sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
25
Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab
merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang; menyadari akan adanya
tanggung jawab sosial; menghindari penyalahgunaan kekuasaan; menjadi
profesional dan menjunjung etika; memelihara lingkungan bisnis dan sehat.
Meurut Keputusan Mentri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP117/M-MBU/2002 bahwa disamping keempat prinsip diatas, masih ada satu
prinsip tambahan lagi, yaitu prinsip Kemandirian (Indenpedence). Prinsip ini
diartikan sebagai suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsipprinsip korporasi yang sehat.30
Untuk mewujudkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, ada 6
(enam) pilar yang perlu dilaksanakan, yaitu :31
1. Sistem perlindungan hak pemegang saham,
2. Visi, misi dan rencana strategis yang jelas,
3. Kembangkan keseimbangan peran dan fungsi organ perusahaan,
4. Sistem akutansi dan Management Information System yang menjamin
transparansi,
5. Manajemen pengendalian risiko, kepatutan aturan dan sistem audit
yang andal,
6. Sistem pengukuran kinerja dan pengembangan Sumber Daya Manusia.
30
I Nyoman Tjager, et.al., Op.cit., hlm.53
31
Ibid., hlm. 166
Universitas Sumatera Utara
26
B. Tujuan Penerapan Prinsip Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip good corporate yang diterbitkan OECD mencakup hal-hal
berikut :32
1. Landasan hukum yang diperlukan untuk menjamin penerapan good
corporate governance secara efektif (ensuring the basis for an effective
corporate governance framework)
2. Hak pemegang saham dan fungsi pokok kepemilikan perusahaan (the
rights of shareholders and key ownership functions)
3. Perlakuan yang adil terhadap para pemegang saham (the equitable
teratment of shareholders)
4. Peranan the shareholders dalam corporate governance (the role of
stakeholders in corporate governance)
5. Prinsip pengungkapan informasi perusahaan secara transparan
(disclosure and transparency)
6. Tanggung jawab Dewan Pengurus (the responsibilities of the Board).
Berdasarkan berbagai definisi Good Corporate Governance yang
disampaikan di atas dapat diketahui ada lima macam tujuan utama Good
Corporate Governance yaitu:33
1. melindungi hak dan kepentingan pemegang saham,
2. melindungi hak dan kepentingan para anggota (the stakeholders)
pemegang saham,
3. meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham,
4. meningkatkan effisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau Board
of Directors dan manajemen perusahaan, dan
32
John Pieris dan Nizam Jim, Etika Bisnis dan Good Corporate Governance , (Jakarta: Pelangi
Cendekia, 2007), hlm. 144
33
Fitri,
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2259789-tujuan-dan-manfaatpenerapan-prinsip, diakses 14 Januari 2014, pukul 14.50
Universitas Sumatera Utara
27
5. meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen
senior perusahaan.
Kelima tujuan utama Good Corporate Governance menunjukan isyarat
bagaimana penting hubungan antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan
dengan perusahaan sehingga diperlukan tata kelola perusahaan yang baik.
Di dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep.
117/M-MBU/2000
diutarakan
juga
bahwa
penerapan
Good
Corporate
Governance pada BUMN, bertujuan untuk :34
1. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip
keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab,
dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik
secara nasional maupun internasional.
2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan,
dan efesien serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan
kemandirian organ.
3. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku,
serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN
terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar
BUMN.
4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
5. Meningkatkan investasi nasional.
6. Mensukseskan program privatisasi.
Semua kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan tersebut diselenggarakan
dengan sistem pengendalian internal yang mencakup :35
34
35
John Pieris, et. al., Op.cit., hlm. 144
Ibid, hlm. 144-145
Universitas Sumatera Utara
28
a. Pengendalian terstruktur terdiri atas :
1. Integritas , nilai etika dan kompetensi karyawan;
2. Filosofi dan gaya manajemen;
3. Keseimbangan tanggung jawab dan kewenangan;
4. Pengembangan sumber daya manusia;
5. Arahan dari Direksi
b. Pengkajian dan pengelolaan resiko usaha
c. Pengendalian menyeluruh di setiap unit, aspek dan tingkatan
d. Ketaatan pada peraturan dalam pelaksanaan, pelaporan
e. Sistem monitoring dengan dukungan audit internal.
Praktik-praktik corporate governance yang kurang terpuji sering ditandai
dengan ciri-ciri dewan direksi yang tidak efektif, kontrol internal yang lemah,
audit yang buruk, kurangnya disclosure yang seimbang, dan kurangnya penegakan
hukum. Budaya Good Corporate Governance memang harus dimasyrakatkan.
Repotnya, praktik-praktik perusahaan yang tercela sring tumpang-tindih dengan
masalah korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Sementara banyak pengusaha atau
direksi yang belum memahami atau malah sengaja melanggar prinsip-prinsip
corporate governance.36
C. Tugas dan Fungsi Direksi pada BUMN
Keberadaan direksi dalam perseroan terbatas ibarat nyawa bagi perseroan.
Tidak mungkin ada suatu perseroan tanpa adanya direksi. Sebaliknya, tidak
36
Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 66
Universitas Sumatera Utara
29
mungkin adanya direksi tanpa adanya perseroan. Oleh karena itu, keberadaan
direksi bagi perseroan terbatas sangat penting. Sekalipun perseroan terbatas
sebagai badan hukum, yang mempunyai kekayaan terpisah dengan direksi, tetapi
hal itu hanya berdasarkan fiksi hukum, bahwa perseroan terbatas dinggap seakanakan sebagai subjek hukum sama seperti manusia.37
Keberadaan direksi adalah untuk mengurus perseroan sesuai maksud dan
tujuan perseroan dengan itikad baik dan penuhn tanggujng jawab. Dengan
demikian, keberadaan direksi sangat dibutuhkan oleh perseroan. Tidak mungkin
terdapat suatu perseroan tanpa adanya direksi. Mengurus perseroan bukan
merupakan hal yang mudah. Oleh karena itu, agar perseroan tersebut terurus
sesuai maksud didirikan perseroan, maka untuk menjadi direksi perlu persyaratan
dan keahlian. Pendelegasian wewenang dari perseroan kepada direksi untuk
mengelola perseroan tersebut lazim disebut sebagai fiduciary duty.38
Menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40
Tahun 2007, “Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggun
jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam
maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar”.
Dengan demikian direksi adalah salah satu pihak yang bertanggung jawab
untuk pengurusan perseroan sesuai dengan tujuan perseroan. Hal ini dikarenakan
“Direksi adalah trustee sekaligus agent bagi perseroan terbatas. Dikatakan sebagai
37
Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas: Keberadaan ,Tugas, Wewenang, dan Tanggung
Jawab, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), hlm. 40.
38
Ibid., hlm. 41
Universitas Sumatera Utara
30
trustee karena direksi melakukan pengurusan terhadap harta kekayaan perseroan,
dan dikatakan agent karena direksi bertindak keluar dan atas nama perseroan”.39
Fungsi direksi demikian sekaligus telah memberikan gambaran direksi
dalam suatu perseroan terbatas. Keberadaan direksi deperlukan oleh perseroan
sebagai salah satu pilar utama dalam mengurus perseroan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa direksi diibaratkan sebagai nahkoda perseroan, pusat energi
(central energy) perseroan, mesin perseroan (corporate engineering), semangat
perseroan (spirit of corporations), corporate image yang utama dari perseroan,
simbol perseroan (imagine corporations), aura perseroan dan lain sebagainya.40
Tugas dan tanggung jawab direksi adalah tugas dan tanggung jawab
direksi sebagai suatu organ, yang merupakan tanggung jawab kolegial sesama
anggota direksi terhadap perseroan. Direksi tidak secara sendiri-sendiri
bertanggungjawab kepada perseroan. Ini berarti setiap tindakan yang diambil atau
dilakukan oleh salah satu atau lebih anggota direksi akan mengikat anggota
direksi lainnya. Namun ini tidak berarti diperkenankan terjadinya pembagian
tugas di antara anggota Direksi perseroan, demi pengurusan perseroan yang
efesien.41
Pasal 92 jo. Pasal 98 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Peseroan Terbatas menyatakan Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan
39
Gunawan Widjaya, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, (Forum Sahabat, 2008) hlm.
65
40
Try Widiyono, Op.cit., hlm. 41
41
Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 128
Universitas Sumatera Utara
31
perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik
di dalam maupun di luar pengadilan.
Secara rinci, tugas direksi mengurus perseroan masih tersebar pada
bebedrapa ketentuan, antara lain sebagai berikut:42
1. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di
dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar.43 Hal ini juga ditegaskan kembali dalam pasal 92 ayat (1) dan (2)
UUPT,
yaitu
direksi
menjalankan
pengurusan
perseroan
untuk
kepentingan perseroaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
Direksi berwenang menjalankan pengurusan sesuai dengan kebijakan yang
dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini
dan/atau anggaran dasar. Tanggung jawab direksi tersebut ditegaskan
kembali pada pasal 97 ayat (1) dan pasal 92 ayat (1) sampai (3)
2. Tugas melakukan pemenuhan persyaratan legalitas perseroan, baik dalam
proses pendirian, proses pengesahan perseroan menjadi badan hukum,
proses perubahan anggaran dasar, baik perubahan anggaran dasar
menyangkut perubahan „tertentu/pokok‟ maupun perubahan anggaran
dasar lainnya. Tugas tersebut tercantum dalam berbagai pasal dalam
42
43
Ibid, hlm. 51-59
Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
32
UUPT, seperti tugas untuk memenuhi legalitas pendirian, yaitu sebagai
berikut:
a. Pengajuan kepada Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) RI paling
lambat 60 hari sejak akta dibuat, dilengkapi keterangan mengenai
dokumen.44
b. Mengirimkan secara fisik surat permohonan yang dilampiri data
pendukung dalam waktu 30 hari sejak dinyatakannya tidak keberatan
oleh Menkumham.45
c. Menerima keputusan tentang pengesahan perseroan menjadi badan
hukum oleh Menkumham dalam waktu 14 hari setelah semua
persyaratan dipenuhi.46
d. Perseroan memperoleh status badan hukum diatur dalam pasal 7 ayat
(4) UUPT, pada tanggal diterbitkannya keputusan Menkumham
mengenai pengesahan badan hukum perseroan.
3. Berkenaan dengan legalitas perubahan anggaran dasar, antara lain diatur
sebagai berikut:
a. Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh dan merupakan wewenang
darri RUPS. Acara RUPS mengenai perubahan anggaran dasar tersebut
wajib dicantumkan dengan jelas dalam panggilan RUPS.
44
Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
45
Pasal 10 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
46
Pasal 10 ayat (6) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
33
b. Perubahan tertentu (pokok) sebagaimana telah diatur pada pasal 21
ayat (2) UUPT, yang menyangkut 6 aspek. Dalam perubahan anggaran
dasar tertentu, “pokok” tersebut wajib mendapatkan persetujuan dari
Menkumham.47
c. Perubahan anggaran dasar lainnya (di luar perubahan anggaran dasar
tertentu/pokok) cukup diberitahukan kepada Menkumham.
d. Dalam hal perubahan anggaran dasar perseroan tersebut tidak dibuat
atau dimuat dalam akta berita acara rapat yang dibuat notaris, maka
perubahan anggaran dasar tersebut selanjutnya tetap wajib dinyatakan
dalam akta notaris, paling lambat 30 hari, terhitung sejak dalam akta
notaris sejak tanggal keputusan RUPS yang tidak dibuat akta berita
acara rapat yang dibuat notaris.48
e. Permohonan
perubahan
persetujuan
pokok
atau
perubahan
anggaran
perubahan
lainnya
dasarmenyangkut
diajukan
kepada
Menkumham paling lambat 30 hari, terhitung sejak tanggal akta
notaris yang memuat anggaran dasar tersebutj dibuat49
f. Setelah lewat batas waktu 30 hari sejak akta notaris tersebut dibuat,
permohonan persetujuan atau pemberitahuan perubahan anggaran
dasar tidak dapat diajukan atau disampaikan kepada Menkumham.
Dengan demikian, pada saat lewatnya waktu 30 hari sejak akta notaris
47
Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
48
Pasal 21 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
49
Pasal 21 ayat (7) dan (8) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
34
dibuat atau sejak perubahan anggaran dasar, tidak diajukan kepada
Menkumham maka terhadap perubahan anggaran dasar tersebut tidak
berlaku dan wajib dilakukan perubahan anggaran dasar baru, melalui
prosedur dan tahapan serta waktu baru, sekalipun materi perubahan
tersebut masih tetap sama.
4. Kewajiban direksi untuk mendaftarkan pada daftar perseroan yang diatur
pada pasal 4 ayat (7) sampai (9) UUPT. Kewajiban direksi ini berlaku
dalam hal terjadi pengangkatan penggantian dan pemberitahuan anggota
direksi. Doreksi wajib memberitahukan perubahan anggota direksi kepada
Menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan dalam jangka waktu paling
lambat 30 hari, terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut.
5. Tugas untuk memastikan bahwa pembelian kembali saham yang telah
dikeluarkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yahng berlaku.
6. Direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar pemegang
saham. Selain daftar pemegang saham tersebut, direksi perseroan wajib
mengadakan dan menyimpan daftar khusus yang memuat mengenai saham
anggota direksi dan dewan komisaris beserta keluarganya dalam perseroan
dan/atau pada perseroan lain serta tanggal saham itu diperoleh.50
7. Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal dan hari
pemindahan hak tersebut dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus
dan memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri
50
Pasal 50 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
35
untuk dicatat dalam daftar perseroan, paling lambat 30 hari, terhitung sejak
tanggal pencatatan pemindahan hak.
8. Direksi menyusun rencana kerja tahunan sebelum dimulainya tahun buku
yang akan datang. Rencana kerja tersebut memuat juga anggaran tahunan
perseroan untuk tahun buku yan g akan datang.51
9. Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaaholeh
dewan komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 bulan setelah tahun
buku perseroan berakhir.52 Kewajiban direksi ini sebagai bagian dari
tanggung jawab direksi perseroan kepada shareholder yang juga mendasar
pada prinsip fiduciary duty.
10. Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan perseroan kepada akuntan
publik untuk diaudit.53
11. Direksi mempunyai tugas juga, antara lain untuk menyelenggarakan RUPS
sebagaimana diatur dalam padal 79 ayat (10) UUPT. Direksi wajib
melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu paling lambat 15 hari,
terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima.54
Direksi melakukan pemanggilan kepada pemegang saham sebelum
menyelenggarakan RUPS.55
51
Pasal 63 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
52
Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
53
Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
54
Pasal 79 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
55
Pasal 81 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
36
12. Kewajiban direksi untuk memberitahukan keputusan RUPS mengenai
pengurangan
modal
perseroan
kepada
semua
kreditur
dengan
mengumumkan dalam satu atau lebih surat kabar dalam jangka waktu
paling lambat 7 hari, terhitung sejak tanggal keputusan RUPS.56
13. Direksi mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Dalam hal anggota direksi terdiri lebih dari satu orang, yang berwenang
mewakili perseroan adalah setiap anggota direksi, kecuali ditentukan lain
anggaran dasar.57
14. Pasal 100 ayat (1) UUPT memberikan tugas kepada direksi, yaitu direksi
wajib:
a. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS, dan
risalah rapat direksi;
b. Membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 dan
dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksud dalam undangundang tentang dokumen perusahaan; serta
c. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan perseroan
sebagaimana dimaksud serta dokumen perseroan lainnya.
15. Anggota direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham
yang dimiliki anggota direksi yang bersangkutan dan/atau keluarganya
56
Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
57
Pasal 98 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
37
dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar
khusus.58
16. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk:59
a. Mengalihkan kekayaan perseroan; atau
b. Menjadikan jaminan utang kekayaanperseroan; yang merupakan lebih
dari 50% jumlah kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau
lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.
17. Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada satu orang karyawan
perseroaan atau lebih kepada orang lain untuk dan atas nama melakukan
perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat
kuasa.60
18. Direksi perseroan yang akan menggabungkan diri dan menerima
penggabungan menyusun rancangan penggabungan.61
19. Direksi perseroan yang akan diambil alih dan perseroan yang akan
mengambil alih dengan persetujuan dewan komisaris masing-masing
menyusun rancangan pengambilalihan.62
20. Direksi, dewan komisaris atau satu pemegang saham atau lebih yang
mewakili paling sedikit satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham
58
Pasal 100 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
59
Pasal 102 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
60
Pasal 103 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
61
Pasal 123 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
62
Pasal 125 ayat (6) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
38
dengan hak suara, dapat mengajukan usul pembubaran perseroan kepada
RUPS.63
21. Tugas direksi yang utama adalah mengurus perseroan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Yang dimaksud dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
adalah semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
keberadaan jalannya perseroan, termasuk peraturan pelaksanannya, antara
lain peraturan perbankan, peraturan perasuransian, peraturan lembaga
keuangan, dalam hal terdapat pertentangan antara anggaran dasar dan
UUPT, yang berlaku adalh UUPT.64
Pada prinsipnya, suatu Perseroan Terbatas dapat mempunyai hanya satu
orang direktur, tetapi dalam hal-hal tertentu sebuah Perseroan Terbatas haruslah
mempunyai paling sedikit dua orang direktur, yaitu dalam hal-hal sebagai
berikut:65
a. Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat.
b. Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang.
c. Perseroan berbentuk Perseroan Terbuka.
Dalam menjalankan tugas dan kepengurusannya, direksi harus senantiasa :66
a. Bertindak dengan itikad baik;
63
Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
64
Try Widyono, Op.cit., hlm. 59
65
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm.
51.
66
Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 128
Universitas Sumatera Utara
39
b. Senantiasa memperhatikan kepentingan perseroan dan bukan kepentingan
dari pemegang saham semata-mata;
c. Kepengurusan perseroan harus dilakukan dengan baik, sesuai dengan tugas
dan kewenangan yang diberikan kepadanya, dengan tingkat kecermatan
yang wajar, dengan ketentuan bahwa direksi tidak diperkenankan untuk
memperluas maupun mempersempit ruang lingkup geraknya sendiri;
d. Tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan
benturan kepentingan antara kepentingan perseroan dengan kepentingan
direksi.
Universitas Sumatera Utara