Kecernaan Serat Kasar Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Biologi, Kimia Dan Kombinasinya Pada Domba

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Ternak Domba
Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki
karakteristik yang sama. Domba adalah golongan atau kerajaan (kingdom) hewan
yang termasuk Phylum : Chordata, kelas : Mamalia, ordo : Artiodactyla, famili :
Bovidae, genus : Ovis aries (Blackely dan Bade, 1998).
Williamson dan Payne

(1995)

menyatakan domba yang kita kenal

sekarang merupakan hasil domestikasi yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis
domba liar, yakni : a. Mouflon (Ovis muximon), merupakan jenis domba liar yang
berasal dari Eropa Selatan dan Asia. b. Argali (Ovis ammon), merupakan jenis
domba liar yang berasal dari Asia Tengah dan memiliki tubuh besar. c. Urial
(Ovis vignei), merupakan jenis domba liar yang berasal dari Asia.
Menurut Sodiq dan Abidin (2002), beberapa kelebihan domba yang dapat
diperoleh, antara lain : 1) Reproduksinya efisien, yang dapat ditingkatkan dengan
jalan usaha perbaikan tatalaksana pemeliharaan. 2) Pada waktu laktasi,

penggunaan energi untuk produksi air susu dapat lebih efisien dibandingkan
dengan ternak lain. 3) Daya adaptasi ternak domba terhadap lingkungan yang
keras cukup tinggi, sehingga dapat mengkonsumsi lebih banyak jenis pakan
hijauan. 4) Domba memiliki daya seleksi yang lebih efektif dalam kondisi
penggembalaan dibandingkan dengan jenis ternak lain. 5) Domba lebih tahan
terhadap penyakit, terutama Tryponoso miosis dibandingkan dengan ternak lain.

Universitas Sumatera Utara

Pakan Ternak Domba
Menurut Kartadisastra (1997) kebutuhan ternak terhadap pakan jumlahnya
setiap hari tergantung pada jenis, umur ternak, fase pertumbuhan (dewasa, bunting
dan menyusui). Kondisi tubuh (normal atau sakit) dan lingkungan tempat
hidupnya serta bobot badannya.
Bahan pakan berserat seperti hijauan merupakan bahan pakan sumber
energi dan secara alamiah ternak domba lebih menyukai bahan pakan berserat
daripada konsentrat. Hijauan pada umumnya merupakan bahan pakan yang
kandungan serat kasarnya relatif tinggi. Ternak ruminansia mampu mencerna
hijauan yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh
adanya mikroorganisme di dalam rumen. Makin tinggi populasinya akan semakin

tinggi pula kemampuan mencerna selulosa (Siregar, 1994). Kebutuhan harian zat
makanan untuk domba dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan PakanDomba
BK

Energi

BB
(Kg)

(Kg)

% BB

5
10
15
20
25
30


0,14
0,25
0,36
0,51
0,62
0,81

2,50
2,40
2,60
2,50
2,70

ME
(Mcal)
0,60
1,01
1,37
1,80

1,91
2,44

TDN (Kg)
0,61
1,28
0,38
0,50
0,53
0,67

Protein
Total
DD
(g)
51
41
81
68
115

92
150
120
160
128
204
163

Ca (g)

P (g)

1,91
2,30
2,80
3,40
4,10
4,80

1,40

1,60
1,90
2,30
2,80
2,30

Sumber: NRC (1995)

Menurut Parakkasi (1995) pakan merupakan semua bahan yang bisa
diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas
tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak untuk
kehidupannya seperti air, karbohidrat, lemak, protein dan mineral.

Universitas Sumatera Utara

Pakan yang di berikan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan
hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi
(Widayati dan Widalestari, 1996).

Hijauan

Pada umunya pakan domba berasal dari hijauan yang terdiri atas berbagai
rumput dan daun-daunan. Hijauan merupakan bahan pakan yang kandungan serat
kasarnya relatif tinggi yang termasuk kelompok bahan pakan hijauan segar yaitu
hay dan silase. Ternak domba merupakan hewan yang memerlukan hijauan dalam
jumlah yang besar kurang lebih 90% (Sugeng, 1995).

Ransum Domba
Ransum adalah bahan makanan yang diberikan kepada ternak selama 24
jam. Ransum terdiri dari bermacam-macam hijauan dan bermacam-macam bahan
selain hijauan makanan ternak. Ransum yang diberikan kepada ternak hendaknya
dapat memenuhi beberapa persyaratan berikut: a. Mengandung gizi yang lengkap,
protein, karbohidrat, vitamin dan mineral. Makin banyak ragam bahan makin
baik. b. Digemari oleh ternak. Ternak suka melahapnya. Untuk ini ransum
hendaknya sesuai dengan selera ternak atau mempunyai cita rasa yang sesuai
dengan lidah ternak. c. Mudah dicerna, tidak menimbulkan sakit atau gangguan
yang lain. d. Sesuai dengan tujuan pemeliharaan. e. Harganya murah dan terdapat
di daerah setempat (Basuki, 1994).
Jumlah kebutuhan nutrisi ternak setiap harinya tergantung jenis ternak,
umur, fase, (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal,
sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembapan, nisbi udara)


Universitas Sumatera Utara

serta berat badannya.Jadi setiap ekor ternak berbeda kondisinya membutuhkan
pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997).

Bahan Penyusun Ransum Domba
Bungkil Inti Sawit
Menurut Devendra (1997) bungkil inti sawit adalah limbah hasil ikutan
dari hasil ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau
cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik, tapi karena serat
kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok bagi
ternak monogastrik, melainkan lebih cocok bagi ternak ruminansia. Kandungan
nilai gizi dalam bungkil inti sawit dapat dilihat padaTabel 2.
Tabel 2. Kandungan nilai gizi bungkil sawit
Uraian

Kandungan (%)

Protein kasar

TDN
Serat kasar
Lemak kasar
Bahan kering
Ca
P

15,4a
81,0b
16,9a
2,4a
92,6a
0,10c
0,22c

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak FP USU (2005).
b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000).
c. Siregar (2003).

Dedak Padi

Dedak merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras
yang mengandung bagian luar yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan
bagian penutup beras itu. Hal ini yanng mempengaruhi tinggi rendahnya
kandungan serat kasar dedak ( Rasyaf, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Dedak mempunyai harga yang relatif rendah tetapi kandungan gizinya
cukup mengandung energi dan protein, juga kaya akan vitamin. Hal tersebutlah
yang menyebabkan dedak dapat diggunakan sebagai campuran formula ransum
atau sebagai makanan tambahan (Rasyaf, 1990). Kandungan nutrisi pada dedak
padi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan nilai gizi dedak padi
Uraian
Bahan kering
Protein kasar
Lemak kasar
Serat kasar
TDN


Kandungan (%)
89,6
13,8
7,2
8,0
67,0

Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005).

Molases
Molases merupakan hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula.
Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan
karbohidrat, protein dan mineral yang cukup tinggi, sehingga bisa dijadikan pakan
ternak walaupun sifatnya sebagai pakan pendukung. Kelebihan molases terletak
pada aroma dan rasanya, sehingga bila dicampur pada pakan ternak bisa
memperbaiki aroma dan rasa ransum (Widayati dan Widalestari, 1996).
Tabel 4. Kandungan nilai gizi molases
Uraian
Bahan kering
Protein kasar
Lemak kasar
Serat kasar
TDN

Kandungan (%)
92,6
3-4
0,08
0,38
81,00

Sumber: Laboratorium Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2000).

Universitas Sumatera Utara

Urea
Tillman et al (1991) melaporkan bahwa pemberian Nitrogen Non-Protein
(NPN) pada makanan sapi dalam batas tertentu, seperti penggunaan urea cukup
membantu ternak untuk mudah mengadakan pembentukan asam amino
esensial.Penggunaan urea tidak bisa lebih dari setengah persen dari jumlah bahan
kering dan lebih dari 2 gram untuk setiap bobot badan 100 kg ternak.

Garam
Garam atau biasanya dikenal dengan NaCl dapat merangsang sekresi
saliva. Terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga
menimbulkan demam. Defisiensi garam lebih sering terdapat pada hewan
hebivora dari pada hewan lainnya, hal ini disebabkan hijauan dan butiran
mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam adalah nafsu makan hilang,
bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, produksi mundur sehingga
menurunkan bobot badan (Anggorodi, 1990).

Ultra Mineral
Mineral adalah zat anorganik, yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun
berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik. Mineral
digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang, gigi, pembentukan darah,
pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim yang
berperan dalam proses metabolisme di dalam sel. Penambahan mineral dalam
pakan ternak dilakukan untuk mencegah kekurangan mineral dalam pekan
(Setiadi dan inouno, 1991).

Universitas Sumatera Utara

Potensi Pelepah Daun Kelapa Sawit Sebagai Pakan Ternak
Kelapa sawit di Indonesia saat ini telah menjadi salah satu komoditas yang
berperan sangat penting dalam penerimaan devisa negara, penyerapan tenaga
kerja, serta pengembangan perekonomian rakyat dan daerah. Pada tahun 2002 luas
perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 4,1 juta ha dengan produksi
minyak sawit (crude palm oil) lebih dari 9 juta ton (Elisabeth dan Ginting, 2003).
Produk samping industri kelapa sawit yang tersedia dalam jumlah yang
banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal adalah pelepah daun, lumpur
sawit, dan bungkil inti kelapa sawit khususnya sebagai bahan dasar ransum ternak
ruminansia. Pola integrasi atau diversifikasi tanaman dan ternak khususnya ternak
ruminansia diharapkan merupakan bagian dari integrasi dari usaha perkebunan.
Oleh karena itu, pemanfaatan produk samping industri kelapa sawit seperti
pelepah pada wilayah perkebunan sebagai pengadaan bahan pakan ternak,
khususnya ruminansia diharapkanbanyak memberikan nilai tambah, baik secara
langsung maupun tidak langsung (Jalaludin et al.,1991).
Teknologi pengolahan limbah pertanian dan limbah agroindustri menjadi
pakan lengkap dengan metode processing menurut Wahyono (2000) terdiri atas :
1. Perlakuan pencacahan (Chopping) untuk merubah ukuran partikel dan tekstur
bahan agar konsumsi ternak lebih efisien.
2. Perlakuan pengeringan (Drying) dengan panas matahari atau dengan alat
pengeringan untuk menurunkan kadar air bahan.
3. Proses pencampuran (Mixing) dengan menggunakan alat pencampuran (Mixer)
dan perlakuan penggilingan dengan alat giling Hammer mill dan terakhir
proses pengemasan.

Universitas Sumatera Utara

Tanaman kelapa sawit menghasilkan 3 jenis limbah utama yang dapat
digunakan sebagai bahan pakan ternak yaitu pelepah daun kelapa sawit, lumpur
minyak sawit dan bungkil inti sawit. Limbah ini cukup berlimpah sepanjang
tahun, namun penggunaannya sebagai ransum ternak belum maksimal, apalagi
pada peternakan rakyat. Pelepah daun kelapa sawit merupakan hasil sampingan
dari pemanenan buah kelapa sawit. Bila dilihat dari segi ketersediaannya maka
pelepah dan daun kelapa sawit sangat potensial digunakan sebagai pakan
ternak.Sesuai pernyataan Devendra (1990).
Menurut Hassan dan Ishida (1992), dari daun kelapa sawit didapat hijauan
segar yang dapat diberikan langsung ke ternak baik yang berbentuk segar maupun
yang telah diawetkan seperti dengan melakukan silase maupun amoniasi.
Perlakuan dengan silase memberi keuntungan, karena lebih aman dan dapat
memberi nilai nutrisi yang lebih baik dan sekaligus memanfaatkan limbah
pertanian. Keuntungan lain dengan perlakuan silase ini adalah pengerjaannya
mudah dan dapat meningkatkan kualitas dari bahan yang disilase. Kandungan gizi
pelepah daun kelapa sawit berdasarkan hasil analisis proksimat dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit
Zat nutrisi
Bahan kering
Protein kasar
Lemak kasar
BETN
TDN
Ca
P
Energi (MCal/ME)
Serat kasar

Kandungan
26,07a
5,02b
1,07a
39,82a
45,00a
0,96a
0,08a
56,00c
36,94a

Sumber : a. Wartat Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2003).
b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP-USU (2003).
c. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor (2000)

Universitas Sumatera Utara

Pengolahan Pelepah Daun Kelapa Sawit
a.

Pengolahan Secara Fisik
Pengolahan secara fisik pada bahan pakan berserat tinggi bertujuan untuk

merombak struktur fisik bahan dan memecah matriks karbohidrat penyusun
dinding sel. Pengolahan secara fisik dapat juga digunakan dalam pengawetan dan
menghilangkan kandungan antinutrisi bahan. Perlakuan fisik berupa pemotongan,
penggilingan, peleting, penghancuran dan lain-lain.

b. Pengolahan Secara Biologis (Fermentasi Aspergillus niger)
Fermentasi adalah proses biologis yang menghasilkan komponenkomponen dan jasa sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme
mikrobia. Pengertian fermentasi ini mencakup baik fermentasi aerob maupun
anaerob (Muchtadi et al., 1992).
Aplikasi perlakuan secara biologi dalam pengolahan bahan pakan limbah
bertujuan untuk megubah struktur fisik bahan, pengawetan dan meningkatkan
kandungan nutrisi bahan. Perubahan struktur fisik pada bahan kasar dilakukan
oleh enzim delignifikasi sekaligus memperkaya jaringan pakan dengan protein
mikroorganisme. Perlakuan secara biologis dilakukan dengan menggunakan
enzim pendegradasi dinding sel seperti selulase, hemiselulase dan enzim pemecah
lignin, jamur ligninolitik, bakteri dan jamur rumen dengan proses fermentasi
dengan maksud untuk mendapatkan bahan pakan yang bermutu tinggi serta tahan
lama agar dapat diberikan kepada ternak pada masa kekurangan pakan ternak.
Fermentasi adalah proses penguraian unsur-unsur organik kelompok
terutama karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi enzim yang
dihasilkan oleh mikroorganisme. Proses fermentasi dapat dikatakan sebagai proses

Universitas Sumatera Utara

”protein enrichment” yang berarti proses pengkayaan protein bahan dengan
menggunakan mikroorganisme tertentu (Sarwono, 1996).

Aspergillus niger
Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah
diidentifikasi dari genus Aspergillus, famili Moniliaceae, ordo Monoliales dan kelas
Fungi imperfecti. Aspergillus niger
produksi

asam

sitrat,

dapat digunakan
asam

glukonat

secara komersial
dan

dalam

pembuatan

beberapa enzim seperti amilase, pektinase, amiloglukosidase dan sellulase.
Aspergillus niger dapat tumbuh pada suhu 35 - 37ºC (optimum), 6 - 8ºC
(minimum), 45 - 47ºC (maksimum) dan memerlukan oksigen yang cukup.
Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan
konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Kepala konidia berwarna
hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar dengan
bertambahnya umur. Konidiospora memiliki dinding yang halus, hialin tetapi juga
berwarna coklat (Suharto, 2003).

c.

Pengolahan Secara Kimia (Amoniasi)
Perlakuan kimia pada pakan berserat tinggi bertujuan untuk meningkatkan

kecernaan dan konsumsi pakan bebas dengan cara memecah komponenkomponen dinding sel atau memecah ikatan lignin dengan senyawa karbohidrat
yang terdapat pada sel tanaman. Walker dan Kohler (1978) menyatakan bahwa
perlakuan-perlakuan kimia yang telah dicoba diteliti antara lain terdiri dari
perlakuan Naoh, KOH, Ca (OH)2 dan urea.
Urea dengan rumus molekul CO (NH2)2 banyak digunakan dalam ransum
ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harga murah dan sedikit keracunan

Universitas Sumatera Utara

yang diakibatkannya dibanding biuret. Secara fisik urea berbentuk kristal padat
berwarna putih dan higroskopis. Urea mengandung nitrogen sebanyak 42 – 45%
atau setara dengan potein kasar antara 262 – 281% (Belasco, 1954).

Sistem Pencernaan Ternak Domba
Perkembangan sistem pencernaan ternak domba mengalami tiga fase
perubahan. Fase pertama, pada waktu domba dilahirkan sampai dengan umur tiga
minggu yang disebut non ruminansia karena pada tahapan ini fungsi system
pencernaan sama dengan pencernaan mamalia lain. Fase kedua mulai umur 3-8
minggu disebut fase transisi yaitu perubahan dari tahap non ruminansia menjadi
ruminansia yang ditandai dengan perkembangan rumen.Tahap ketiga fase
ruminansia dewasa yaitu setelah umur

domba lebih dari 8 minggu

(Van Soest dan Sniffen, 1983).
Frandson (1992) menyatakan bagian-bagian system pencernaan adalah
mulut, farinks, oesophagus (pada ruminansia merupakan perut depan atau
forestomach), perut glandular, usus halus, usus besar serta glandula aksesoris yang
terdiri dari glandula saliva, hati dan pankreas.

Tingkat Konsumsi dan Kecernaan
Kecernaan pakan didefenisikan dengan cara menghitung bagian zat
makanan yang tidak dikeluarkan melalui feses dengan asumsi zat makanan
tersebut telah diserap oleh ternak, biasanya dinyatakan berdasarkan bahan kering
dan sebagai suatu koefisien atau persentase. Selisih antara nutrient yang
dikandung dalam bahan pakan dengan nutiren yang ada dalam feses merupakan
bagian nutrient yang dicerna (Mcdonald et al., 2002).

Universitas Sumatera Utara

Tingkat konsumsi sangat dipengaruhi oleh kofisien cerna, kualitas pakan,
fermentasi dalam rumen, serta status fisiologi ternak.Kualitas pakan ditentukan
oleh tingkat kecernaan zat-zat makanan yang terkandung pada pakan tersebut. Zat
makanan tersebut tidak seluruhnya tersedia untuk tubuh ternak, sebagian akan
dikeluarkan melalui feses. Kecernaan pakan pada ternak ruminansia sangat erat
hubungannya dengan jumlah mikroba rumen (Tomaszewska, et al., 1993).
Tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan
palatabilitas). Pakan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya lebih tinggi
dibandingkan dengan pakan yang berkualitas rendah (Parakkasi, 1995).
Daya cerna (digestibility) adalah bagian zat makanan dari makanan yang
tidak dieksresikan dalam feses, biasanya dinyatakan dalam bentuk bahan kering
dan apabila dinyatakan dalam persentase disebut “koefisien cerna”. Daya cerna
tidak hanya dipengaruhi oleh komposisi suatu pakan tetapi juga dipengaruhi
komposisi suatu makanan lain yang ikut dikonsumsi bersama pakan tersebut. Hal
ini disebut “efek asosiasi”. Cara yang lebih baik adalah dengan penambahan
secara bertingkat dari bahan makanan yang diteliti untuk menentukan pengaruh
pakan basal terhadap daya cerna bahan yang sedang diteliti. Serat kasar
mempunyai pengaruh terbesar terhadap daya cerna. Selulosa dan hemiselulosa
yang sukar dicerna terutama bila mengandung lignin (Tillman, et al., 1981).

Kecernaan Serat Kasar
Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin yang sebagian
besar tidak dapat dicerna unggas dan bersifat sebagai pengganjal atau bulky. Serat
kasar dapat membantu gerak peristaltik usus, mencegah penggumpalan ransum

Universitas Sumatera Utara

dan mempercepat laju digesta (Anggorodi,1985). Kadar SK yang terlalu tinggi,
pencernaan nutrien akan semakin lama dan nilai energi produktifnya semakin
rendah (Tillman et al., 1991).
Serat kasar bagi ruminansia digunakan sebagai sumber energi utama
berperan

penting

dalam

metabolisme

tubuh

sehingga

perlu

diketahui

kecernaannya dalam tubuh ternak Tillman et al. (2005) menyatakan bahwa
kecernaan serat kasar tergantung pada kandungan serat kasar dalam ransum dan
jumlah serat kasar yang dikonsumsi. Kadar serat kasar terlalu tinggi dapat
mengganggu pencernaan zat lain. Daya cerna serat kasar dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain kadar serat dalam pakan, komposisi penyusun serat
kasar dan aktivitas mikroorganisme (Maynard et al., 2005).

Kecernaan Protein Kasar
Kecernaan adalah zat makanan yang tidak dikeluarkan melalui feses yang
diasumsikan telah diserap oleh tubuh ternak. Protein mengandung unsur-unsur
karbon, hidrogen dan oksigen, tetapi sebagai tambahannya, semua protein
mengandung nitrogen. Hampir 50% dari berat kering suatu sel hewan adalah
protein (Tillman et al., 1991). Protein sebagai zat makanan yang sangat penting
bagi tubuh karena selain berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur (Winarno,1991). Penggunaan
protein pada bahan pakan akan membutuhkan biaya yang tinggi sehingga
memerlukan beberapa pertimbangan dalam pemberiannya untuk pakan ternak
ruminansia.
Ternak ruminansia memperoleh dua (2) sumber protein untuk kebutuhan
hidupnya yaitu protein mikroba yang terdapat di dalam saluran pencernaan dan

Universitas Sumatera Utara

protein yang berasal dari makanan yang lolos dari degradasi di dalam rumen
(protein by-pass). Tahap pertama dari pemanfaatan protein adalah melalui proses
pencernaan. Menurut Sutardi (1979) dan Kavana et al., (2005) walaupun protein
mikroba bermutu tinggi, namun jumlahnya tidak akan cukup untuk mencapai
produksi yang tinggi.
Pada pencernaan protein, di dalam rumen protein akan mengalami
hidrolisis oleh enzim proteolitik menjadi asam amino dan oligopeptida,
selanjutnya asam-asam amino mengalami katabolisme lebih lanjut menghasilkan
amonia, VFA dan CO2. Amonia menjadi sumber nitrogen utama untuk sintesis
asam-asam amino bagi mikroba rumen.
Proses metabolisme tersebut mengungkapkan bahwa nutrisi protein ternak
ruminansia sangat bergantung pada proses sintesis protein mikroba rumen. Produk
hidrolisa protein sebagai besar akan mengalami katabolisme lebih lanjut
(deaminasi), sehingga dihasilkan amonia (NH3). Amonia asal perombakan protein
pakan tersebut sangat besar kontribusinya terhadap amonia rumen. Diperlukan
kisaran konsentrasi amonia tertentu untuk memaksimumkan laju sintesa protein
mikroba, karena itu kelarutan dan degradibilitas protein pakan sangat penting
untuk diketahui.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Kecernaan Lemak Kasar Dan TDN (Total Digestible Nutrient) Ransum yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologis Dan Kombinasinya Pada Domba

4 45 63

Kecernaan Serat Kasar Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Biologi, Kimia Dan Kombinasinya Pada Domba

0 10 56

Kecernaan Lemak Kasar Dan TDN (Total Digestible Nutrient) Ransum yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologis Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 11

Kecernaan Lemak Kasar Dan TDN (Total Digestible Nutrient) Ransum yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologis Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 2

Kecernaan Lemak Kasar Dan TDN (Total Digestible Nutrient) Ransum yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologis Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 3

Kecernaan Lemak Kasar Dan TDN (Total Digestible Nutrient) Ransum yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologis Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 13

Kecernaan Serat Kasar Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Biologi, Kimia Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 2

Kecernaan Serat Kasar Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Biologi, Kimia Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 3

Kecernaan Serat Kasar Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Biologi, Kimia Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 4

Kecernaan Serat Kasar Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Biologi, Kimia Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 8