Analisis Persiapan Kebijakan “Paten” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) Di Kota Padangsidimpuan Chapter III V
Bagian metode penelitian akan menguraikan tentang perangkat-perangkat
penelitian mulai dari pemilihan lokasi penelitian, jenis penelitian, sumber data,
teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
3.1. Lokasi Penelitian
Adapun Lokasi penelitian berada di Kota Padangsidimpuan, Provinsi
Sumatera Utara. Penulis memilih Kota Padangsidimpuan sebagai lokasi penelitian
karena
penulis
melihat
bahwa
Kota
Padangsidimpuan
sedang
dalam
mempersiapkan diri untuk melakukan program kebijakan PATEN Kecamatan di
Kota Padangsidimpuan dan memiliki akses yang mudah dan luas terhadap data
dan instrumen penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini.
3.2.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus
sebagai strategi penelitian.Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara
utuh.
“penggunaan setiap metode penelitian tergantung pada tiga hal, yaitu :
pertama, tipe pertanyaan penelitiannya; kedua, kontrol yang dimiliki
peneliti terhadap peristiwa perilaku yang akan ditelitinya; dan ketiga fokus
terhadap fenomena penelitiannya menyangkut fenomena masa kini atau
fenomena historis. Studi kasus lebih cocok jika pertanyaan penelitian
berkenaan dengan how atau why” (Yin,2000;1).
Metode penelitian bukan hanya merupakan sekumpulan metode atau
teknik penelitian semata, melainkan juga merupakan landasan nilai-nilai, asumsiasumsi, etika dan norma yang menjadi aturan standard yang dipergunakan untuk
39
menafsirkan serta menyimpulkan data penelitian. Jenis penelitian yang dipakai
didalam
penelitian
ini
memakai
pendekatan
kualitatif,
karena
hanya
menggambarkan apa adanya dari suatu variabel, gejala atau keadaan dan tidak
bermaksud untuk menguji hipotesis(Arikunto,2005;234).
Ada beberapa pertimbangan mengapa digunakan metode pendekatan
kualitatif, yakni: pertama, bila peneliti berhadapan dengan kenyataan ganda
mudah disesuaikan; kedua, menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dan responden; ketiga, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri
dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan pola-pola nilai yang
dihadapi(Moelong,2006;3-4). Hasil data yang diperoleh dilakukan dengan
menggunakan metode deskriptif-analitis.
Metode deskriptif analitis juga merupakan pemecahan masalah yang
diselediki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek
penelitian (sesorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain), pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak datau sebagaimana adanya. Ada dua cirri
metode deskriptif yakni: pertama, memusatkan perhatian pada masalah-masalah
yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah yang bersifat
actual; kedua, menggambarkan fakta-fakta tentang masalah-masalah yang
diselediki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang
mencukupi.
3.3.
Sumber Data
a.
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan atau di daerah
penelitian. Data primer merupakan data yang belum diolah atau data
mentah berupa hasil wawancara dan pengumpulan dokumen terkait
yang relevan dengan penelitian.
b.
Data sekunder
Data sekunder adalah Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan
dengan cara membaca buku, literatur-literatur, jurnal, koran dan
berbagai informasi lainya yang berkenaan dengan masalah yang
diteliti. Data sekunder ini dimaksudkan sebagai data penunjang guna
melengkapi data primer.
3.4. Informan Wawancara
Untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan
penelitian, maka penulis akan mencari data dan informasi dari informan berikut :
1. Assisten I Pemerintahan Kota Padangsidimpuan;
2. Kepala Bagian Pemerintahan Kota Padangsidimpuan;
3. Tokoh Masyarakat Kota Padangsidimpuan;
4. Salah seorang Camat di Kota Padangsidimpuan
5. Salah Seorang Kasi Pemerintahan Kecamatan Kota Padangsidimpuan
6. Salah Seorang Petugas Informasi/Loket/Operator Komputer dan
Pemegang KAS PATEN Kecamatan Kota Padangsidimpuan
7. Salah Seorang Kepala Desa di Kota Padangsidimpuan
8. Salah Seorang Lurah di Kota Padangsidimpuan
9. Salah Seorang Masyarakat Pengguna Jasa PATEN Padangsidimpuan
10. Akademisi
3.5.
Teknik Pengumpulan Data
Menurut Lofland dan Lofland (1971;112), sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan.Sumber data utama dicatat
melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio, pengambilan foto
atau film.Dalam penelitian ini, sumber data utama yang digunakan adalah katakata dan tindakan orang-orang yang diamati dan diwawancarai dari para pejabat
terkait dengan penerapan kebijakan PATEN di Kota Padangsidimpuan.
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu, pertama,
dokumentasi digunakan untuk menelaan data-data yang telah ada, baik berupa
dokumen kebijakan, makah, jurnal, atau buku-buku hasil penelitian sebelumnya
yang relevan dengan penerapan kebijakan PATEN di Kota Padangsidimpuan.
Kedua, wawancara mendalam. Data juga diuraikan dan dianalisis melalui teknik
wawancara mendalam (depth interview) dengan sejumlah informan yang
merupakan pelaku langsung terhadap kebijakan PATEN, Walikota, Sekda, Komisi
terkait di DPRD Kota Padangsidimpuan, Tata Pemerintahan, Camat, Lurah dan
Juga Tokoh Agama/Masyarakat/Pemuda.
3.6.
Teknik Analisis Data
Data yang didapat baik berupa dokumen tertulis maupun hasil wawancara
dan observasi akan dianalisa dengan menggunakan analisis kualitatif teknik
tipologi. Bogdan dan Taylor (1993;27-30) mengemukakan bahwa metode analisa
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis maupun terucapkan dari pelaku yang diamati.Analisis kualitatif
dalam strategi tipologi merupakan usaha mengambil kesimpulan berdasarkan
pemikiran logis atas berbagai data yang diperoleh.Data-data dikumpulkan dan
diseleksi, lalu disederhanakan dengan mengambil intisarinya hingga ditemukan
tema pokok, fokus masalah dan pola-polanya Lofland (1971;112).
Teknik analisis kualitatif dengan tipologi ini dilakukan berdasarkan
interpretasi penulis atas data, baik bahan tertulis, wawancara, dan observasi.
Kemungkinan hal mustahil yang diyakini penulis adalah bahwa seorang actor
yakin dan jujur akan apa yang dikatakannya. Oleh karena itu, untuk menghindari
atau meminimalisasi kemungkinan adanya bias, maka penulis berusaha
mencocokkan hasil wawancara antara satu narasumber dnegan yang lainnya, dan
juga dengan dokumen-dokumen yang terkait.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kota Padangsidimpuan
Gambar 4.1: Peta Kota Padangsidimpuan
Kota Padangsidimpuan yang dikenal dengan sebutan “Kota Dalihan na
Tolu” dengan semboyan “Salumpat Saindege” terletak di Propinsi Sumatera
Utara.Kota ini mempunyai luas wilayah 146.85 km2.terdiri atas 6 (enam)
kecamatan.Keenam kecamatan tersebut adalah Kecamatan Padangsidimpuan
Utara, Padangsidimpuan Selatan, Padangsidimpuan Batunadua, Padangsidimpuan
Hutaimbaru,
Padangsidimpuan
Tenggara
dan
Padangsidimpuan
Angkola
Julu.Kecamatan Padangsidimpuan Utara merupakan kecamatan dengan luas
wilayah 14,09 km2., Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dengan luas wilayah
15,81 km2, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua dengan luas wilayah 38,74
km2 , Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru dengan luas 22,34 km2
,
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dengan luas wilayah 27,69 km2 dan
Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu dengan luas wilayah yaitu 28,18 km2..
Nama kota ini berasal dari "Padang na dimpu" (padang=hamparan luas,
na=di, dan dimpu=tinggi) yang berarti "hamparan rumput yang luas yang berada
di tempat yang tinggi."Pada zaman dahulu daerah ini merupakan tempat
persinggahan para pedagang dari berbagai daerah, pedangan ikan dan garam dari
Sibolga-Padangsidimpuan-Panyabungan,
Padang
Bolak
(paluta)-
Padangsidimpuan-Sibolga.
Seiring perkembangan zaman, tempat persinggahan ini semakin ramai dan
kemudian menjadi kota. Kota ini dibangun pertama kali sebagai benteng pada
1821 oleh pasukan Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Imam Lelo.Benteng ini
membentang
dari Batang
Ayumi sampai Aek
Sibontar.Sisa-sisa
benteng
peninggalan Perang Paderi saat ini masih ditemukan, walau sudah tidak terawat
dengan baik. Dan pengaruh pasukan Paderi ini berdampak pada agama yang
dianut oleh mayoritas penduduk kota ini beragama Islam.
Pada zaman penjajahan Belanda, Kota Padangsidimpuan dijadikan pusat
pemerintahan oleh penjajah Belanda di daerah Tapanuli. Peninggalan bangunan
Belanda disana masih dapat dijumpai berupa kantor pos polisi pusat kota
Padangsidimpuan. Sehingga tidak heran, kalau ingin melihat sejarah kota
Padangsidimpuan, tersimpan foto-foto zaman dahulu kota Padangsidimpuan di
sebuah museum di kota Leiden, Belanda.
Melalui aspirasi masyarakat dan pemerintah tingkat II Kabupaten Tapanuli
Selatan serta Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982 tentang Pembentukan
Kota Administratif Padang Sidempuan dan melalui rekomendasi DPRD Tapanuli
Selatan Nomor 15/KPTS/1992 dan Nomor 16/KPTS/1992 kota Administratif
Padangsidimpuan diusulkan menjadi Kota Madya Tk.II, maka melalui :
1. Surat Bupati Tapanuli Selatan No. 135/1078/2000 tanggal 30 nopember
2000.
2. Kep. DPRD Tapanuli Selatan No. 01/PIMP/2001 tanggal 25 Januari 2001,
3. Surat Gubernur Sumatera Utara No. 135/1595/2001 tanggal 5 Pebruari 2001
maka diusulkan pembentukan Kota Padangsidimpuan yang menghasilkan
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Kota Padangsidimpuan tanggal 17 Oktober 2001 oleh Menteri Dalam
Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia.
Administrasi Pemerintahan Kota Padangsidimpuan sendiri terdiri atas 6
kecamatan.Wilayah administrasi dibawah kecamatan adalah desa/kelurahan yang
terdiri dari 42 desa dan 37 kelurahan.Selanjutnya wilayah administrasi paling
rendah
adalah
lingkungan
dan
dusun.Secara
keseluruhan,
jumlah
lingkungan/dusun di Kota Padangsidimpuan mencapai 265 lingkungan/dusun.
4.1.1. Letak Geografis
Kota Padangsidimpuan terletak pada posisi 01o 08’ 00” – 01o 28’ 19”
Lintang Utara dan 99o 13’ 00” – 99o 20’ 00” Bujur Timur.Kota Padangsidimpuan
merupakan salah satu kota sedang yang terletak di Propinsi Sumatera Utara dan
berada pada posisi sebelah selatan Kota Sibolga yang berjarak 88 Km dan dapat
ditempuh dengan waktu ± 3 jam melalui jalan darat. Sedangkan jarak Kota
Padangsidimpuan dengan Medan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara adalah
389 Km dan dapat ditempuh dalam waktu ± 10 jam melalui jalan darat. Kota
Padangsidimpuan terletak antara 260-1100 meter diatas permukaan laut
(DPL).Kota Padangsidimpuan berbatasan dengan kabupaten lain yaitu:
Sebelah Utara
: berbatasan dengan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten
Tapanuli Selatan.
Sebelah Timur
: berbatasandengan Kecamatan Angkola Timur Kabupaten
Tapanuli Selatan.
Sebelah Selatan
: berbatasan
dengan
Kecamatan
Batang
Angkola
Angkola
Selatan
Kabupaten Tapanuli Selatan.
Sebelah Barat
: berbatasan
dengan
Kecamatan
Kabupaten Tapanuli Selatan.
Secara geografis, Kota Padangsidimpuan secara keseluruhan dikelilingi
oleh Kabupaten Tapanuli Selatan yang dulunya merupakan kabupaten induknya.
Kota ini merupakan persimpangan jalur darat untuk menuju kota Medan, Sibolga,
dan Kota Padang (Sumatera Barat) di jalur lintas barat Sumatera.
4.1.2. Topografi, Iklim dan Hidrologi
Kondisi fisik Topografi, Hidrologi dan Klimatologi Kota Padangsidimpuan
sangat beragam mulai dari datar, bergelombang hingga curam. Secara garis besar
dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Wilayah yang relatif datar hingga landai dengan kemiringan lereng berkisar08 % terdapat seluas ± 4.915,70 Ha atau 33 % dari luas total wilayah Kota.
Wilayah ini pada umumnya terdapat pada bagian tengah Kota, seperti
Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Padangsidimpuan Selatan.
B. Wilayah bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar antara 8 – 15 %
terdapat 2.706,56 Ha atau 18 % dari luas total Wilayah Kota, yang terdapat
di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.
C. Wilayah yang curam dengan kemiringan lereng berkisar antara 15 – 25 %
terdapat3 .174,76 Ha atau 22 % dari luas total Wilayah Kota, yang terdapat
pada bagian Utara Kota, seperti Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru
dan Padangsidimpuan Angkola Julu.
D. Wilayah yang sangat curam dengan kemiringan 25 – 40 % terdapat seluas
2.424 Ha atau 17 % dari luas total Kota. Daerah ini umumnya terdapat pada
bagian Timur dan Selatan Kota, seperti Kecamatan Padangsidimpuan
Batunadua dan Padangsidimpuan Tenggara.
E. Wilayah yang terjal dengan kemiringan di atas 40 % terdapat seluas 1.464,66
Ha atau 10 % dari luas total Wilayah Kota. Daerah ini merupakan gunung –
gunung yang terdapat pada pinggiran dan tengah Kota.
Kota Padangsidimpuan terletak dekat garis khatulistiwa sehingga daerah
ini beriklim tropis. Secara umum, Padangsidimpuan memiliki iklim yang sedang
dengan suhu berkisar 22,5° C sampai dengan 24° C. Sebagaimana
Kabupaten/Kota lainnya, Kota Padangsidimpuan mempunyai dua musim, yaitu
musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada
Bulan Maret sampai dengan Bulan Agustus, sedangkan musim penghujan terjadi
pada Bulan September sampai dengan Bulan Pebruari, diantara kedua musim itu
diselingi oleh musim pancaroba (BPS Kota Padangsidimpuan, Padangsidimpuan
Dalam Angka Tahun 2012).
Disamping itu di Kota Padangsidimpuan terdapat 11 (sebelas) sungai dan
anak sungai yang tergolong sedang. Masyarakat di Kota Padangsidimpuan masih
banyak yang menggunakan sungai-sungai tersebut sebagai pemenuhan kebutuhan
air bersih sehari-hari, selain itu digunakan juga untuk pengairan sawah dan
perikanan, yaitu : Sungai Batang Angkoladengan panjang 25 Km, Sungai Batang
Kumal dengan panjang 11 Km, Sungai Batang Ayumi dengan panjang 16 Km,
SungaiBatang Aek Rokkare dengan panjang 5 Km. Sungai Aek Sipogas dengan
panjang 6 Km, Sungai Aek Tolping dengan panjang 3 Km, Sungai Aek
Silangkitang dengan panjang 2 Km, Sungai Aek Ratta dengan panjang 4 Km,
Sungai Aek Silandit dengan panjang 3 Km, Sungai Aek Tuhul dengan panjang 4
Km, Sungai Aek Mompang dengan panjang 6 Km.
4.1.3. Kondisi Demografis
Kota Padangsidimpuan dengan luas wilayah 146.85 km2 didiami penduduk
sebanyak 246.715
jiwa,terdiri dari 122.971 jiwa laki-laki dan 123.744 jiwa
perempuan, Penduduk ini tersebar di 6 (enam) kecamatan yaitu Kecamatan
Padangsidimpuan Utara, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kecamatan
Padangsidimpuan
Batunadua,
Kecamatan
Padangsidimpuan
Hutaimbaru,
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dan Padangsidimpuan Angkola Julu. Dari
table 1 terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan
Padangsidimpuan Selatan yaitu 80.658 jiwa (32,7%), sedangkan Kecamatan
Padangsidimpuan Angkola Julu memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu 8.632
Jiwa (3,5%).
Tabel 4.1. Jumlah penduduk menurut Kecamatan dan jenis kelamin, Kota
Padangsidimpuan, Tahun 2013
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
n
n
(jiwa)
(1)
(2)
Padangsidimpuan
Utara
Padangsidimpuan
Selatan
Padangsidimpuan
Batunadua
Padangsidimpuan
Hutaimbaru
Padangsidimpuan
Tenggara
Padangsidimpuan
Angkola Julu
Total
Sumber
%
(3)
%
(jiwa)
(4)
(5)
n
(jiwa)
(6)
%
(7)
36.521
29,7
37.081
30,0
73.602
29,8
40.311
32,8
40.347
32,6
80.658
32,7
13.726
11,2
13.690
11,1
27.416
11,1
10.001
8,1
10.195
8,2
20.196
8,2
18.047
14,7
18.164
14,7
36.211
14,7
4.365
3,5
4.267
3,4
8.632
3,5
122.971 100,00 123.744
:Dinas
L+P
Kependudukan
Padangsidimpuan,Tahun 2013
dan
100,00 246.715 100,00
Pencatatan
Sipil
Kota
Jika diperhatikan menurut jenis kelamin nampak bahwa penduduk lakilaki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Sedangkan
jika dilihat dari perbandingan jumlah penduduk dengan jumlah kepala keluarga
yang ada, dapat dilihat dari table di bawah ini;
Tabel 4.2: Jumlah penduduk, jumlah keluarga dan rata-rata jumlah anggota
keluarga Kota Padangsidimpuan, Tahun 2013
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kota Padangsidimpuan,
Tahun 2013
4.1.4. Kondisi Pemerintahan Kota Padangsidimpuan
Kota Padangsidimpuan merupakan daerah otonom dari Kabupaten
Tapanuli Selatan yang dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 4 tahun
2001 Tentang Pembentukan Kota Padangsidimpuan tanggal 17 Oktober tahun
2001 oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republk Indonesia.
Kemudian pada tanggal 9 Nopember 2001 diresmikan Padangsidimpuan menjadi
kota oleh Gubernur Sumatera Utara dengan menunjuk Drs. Zulkarnain Nasution
sebagai pejabat Walikota Padangsidimpuan.
Melalui hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Padangsidimpuan
tahun 2012, maka pemerintahan kota Padangsidimpuan berada di bawah
kepemimpinan Walikota dan Wakil walikota Padangsidimpuan periode 20132018, yaitu Andar Amin Harahap, S.STP dan Muhammad Isnandar
Nasution, S.Sos, dengan membawa Visi dan Misi Kota Padangsidimpuan 20132018 adalah Terwujudnya Kota Padangsidimpuan Sebagai Kota Yang Sehat,
Maju dan Sejahtera. Visi Pembangunan Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 –
2018 ini menjadi arah cita-cita bagi pembangunan yang secara sistematis bagi
penyelenggara pemerintahan daerah dan segenap pemangku kepentingan
pembangunan Kota Padangsidimpuan. Penjelasan dari visi tersebut adalah sebagai
berikut :
Sehat Maksudnya disini adalah sehat manusianya dan juga sehat
lingkungannya. Sehat manusianya adalah suatu kondisi dimana SDM dan
masyarakat Kota Padangsidimpuan sehat secara Jasmani dan juga sehat secara
Rohani. Sehat secara jasmani terwujud jika SDM dan masyarakat yang ada
memiliki fisik/badan yang sehat yang ditopang oleh kualitas asupan/gizi yang
sehat, lingkungan yang sehat (tertata taman-taman kota yang asri), kebersihan
lingkungan yang terjaga (kebersihan di semua tempat), tingkat polusi yang
rendah, dan petugas pelayanan yang handal. Sehat jasmani juga membutuhkan
sarana dan prasarana kesehatan yang mendukung sehingga menjamin pelayanan
kesehatan masyarakat yang terjangkau, tenaga medis yang credible, jaminan
kesehatan Ibu dan anak serta Ibu menyusui. Sehat mental adalah suatu kondisi
dimana SDM dan masyarakat Kota Padangsidimpuan mampu berkompetisi secara
objektif di segala bidang, mampu mengendalikan emosi, dan memiliki standard
ukuran kinerja yang jelas.
Sehat lingkungan yaitu bermakna sehatnya lingkungan pergaulan yang
tumbuh secara kondusif antara lembaga dan antar kelompok masyarakat sehingga
semakin memupuk dan mempertinggi rasa kekeluargaan sesama warga kota.
Sehat
lingkungan
juga
bermakna
pengelolaan
pemerintahan
Kota
Padangsidimpuan berlangsung secara good and clean government. Pemerintahan
Kota Padangsidimpuan yang berlangsung secara good and clean government
tercermin dalam beberapa indikator yaitu pertama, adanya keseimbangan antara
angaran untuk belajan rutin dan anggaran belanja pembangunan, terus
meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara signifikan. Kedua, lahirnya
aparat birokrasi yang profesional, proporsional, bersih, memiliki mental melayani,
amanah, serta memiliki produktifitas yang tinggi.
Maju mempunyai makna melangkah kedepan untuk menciptakan kondisi
yang lebih baik dari sebelumnya, baik pelayanan publik, sosial ekomomi
masyarakat Kota Padangsidimpuan, maupun dalam arti tatakelola pemerintahan,
Kemajuan suatu daerah dapat ditinjau dari berbagai ukuran. Ditinjau dari ukuran
sosial kemajuan suatu daerah dapat diukur dari kualitas sumberdaya manusianya.
Suatu daerah dikatakan makin maju apabila kualitas sumberdaya manusianya
semakin meningkat dan berkualitas. Tingginya kualitas pendidikan penduduk
dapat ditandai dengan semakin menurunnya tingkat pendidikan terendah serta
meningkatnya jumlah penduduk yang berpendidikan menangah atas dan tinggi.
Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi kemajuan suatu daerah dapat diukur
dari
meningkatnya tingkat kemakmuran masyarakat yang tercermin dalam
berkurangnya jumlah pengangguran dan kemiskinan, meningkatnya pendapatan
rata-rata,
terdistribusinya sumber-sumber ekonomi secara maksimal, serta
semakin berkembangnya sektor industri dan jasa.
Sejahtera mempunyai makna Suatu keadaan atau kondisi kehidupan
manusia yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelola dengan
baik, kebutuhan dasar
dapat terpenuhi serta kesempatan sosial bisa
dimaksimalisasi. Kesejahteraan masyarakat suatu daerah dapat dilihat dengan
indikator. Pertama Peningkatan Jumlah Pendapatan.
Pendapatan masyarakat
suatu daerah akan sejalan dan sebangun dengan tersedianya lapangan pekerjaan
dan iklim usaha mikro dan menengah yang kondusif yang ditandai dengan empat
pilar yakni : Pemberdayaan, permodalan, pemasaran, dan perlindungan.
Pendapatan ini pada akhirnya dapat diukur dengan semakin meningkatnya daya
beli masyarakat terutama pada aspek, Pangan, Perumahan, Pakaian, Pendidikan,
dan
Kesehatan.
Kedua
semakin
tersebarnya
sumber-sumber
ekonomi,
berkurangnya kesenjangan sosial, serta tersedianya akses yang sama bagi seluruh
lapisan masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana
ekonomi, serta menghilangnya diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk
gender.
Sementara
itu
dalam
mewujudkan
visi
pembangunan
Kota
Padangsidimpuan tahun 2013 – 2018 tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi
pembangunan sebagai berikut :
1. Memperkuat
daya jangkau masyarakat
untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan terpadu.
2. Menciptakan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
3. Mengoptimalisasi sumber-sumber pendapatan asli daerah.
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur.
5. Memajukan sektor pendidikan.
6. Pembenahan tata ruang kota.
7. Menekan angka pengangguran,
mengurangi jumlah dan persebaran
penduduk miskin.
8. Meningkatkan daya saing daerah.
Secara umum Secara kewilayahan, Kota Padangsidimpuan dibagi menjadi 6
Kecamatan yang terdiri dari 42 Desa dan 37 Kelurahan.Pembagian wilayah
tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.berikut ini :
Tabel 4.3. Banyaknya desa/kelurahan dan satuan lingkungan setempat (SLS)
menurut kecamatan
Kecamatan
1. Padangsidimpuan
Tenggara
2. Padangsidimpuan
Selatan
Banyaknya
Desa/Kelurahan
Banyaknya Satuan
Lingkungan Setempat
(SLS)
18
38
12
62
3. Padangsidimpuan
Batunadua
4. Padangsidimpuan
Utara
5. Padangsidimpuan
Hutaimbaru
6. Padangsidimpuan
Angkola Julu
Total
15
44
16
51
10
41
8
29
79
265
Sumber: Padangsidimpuan Dalam Angka 2013
4.1.5. Perekonomian Kota Padangsidimpuan
Berbicara tentang perekonomian sebuah kota maka akan bersinggungan
dengan beberapa aspek ekonomi diantarannya adalah pembahasan tentang kondisi
produksi yang ada. Secara garis besar aspek produksi di Kota Padangsidimpuan
berkenaan dengan aktivitas industri, perdagangan, dan pertanian. Selain aspek
produksi, perekonomian kota juga dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan
masyarakat yang berkenaan dengan besaran biaya konsumsi yang dikeluarkan
serta jumlah penerimaan dan pengeluaran anggaran kota pada kurun waktu
tertentu.
Tabel. 4.4. Banyaknya Industri Besar dan Sedang menurut Kecamatan Tahun
2012
Kecamatan
2010
2011
2012
1. Padangsidimpuan Tenggara
3
3
3
2. Padangsidimpuan Selatan
1
1
1
3. Padangsidimpuan Batunadua
0
0
0
4. Padangsidimpuan Utara
0
0
0
5. Padangsidimpuan Hutaimbaru
0
0
0
6. Padangsidimpuan Angkola Julu
0
0
0
Jumlah/Total
4
4
4
Sumber: Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan Pasar Kota Padangsidimpuan
Dalam hal pertumbuhan Industri besar hampir tidak ada perubahan dari
tahun ke tahun. Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan pasar Padangsidimpuan
mencatat
belum
ada
pertambahan
industri
besar
yang
ada
di
kota
Padangsidimpuan dari mulai tahun 2010 sampai tahun 2012. Industri besar di
Kota Padangsidimpuan hanya ada pada Padangsidimpuan Tenggara dan
Padangsidimpuan Selatan sedangkan di kecamatan lain belum ada pertambahan
untuk industri besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecamatan-kecamatan
yang belum memiliki industri haruslah berbenah dan sangat memerlukan peran
aktif pemerintah kota Padangsidimpuan dalam mendukung dan memaksimalkan
potensi dari setiap kecamatan dalam menunjang peningkatan perekonomian di
masing-masing kecamatan. Sehingga arus investasi terutama dalam hal
perkembangan industri dalam juga masuk ke dalam kecamatan-kecamatan yang
memiliki potensi untuk perindustrian.
Tabel. 4.5. Jumlah tenaga kerja industri besar dan sedang menurut kecamatan
tahun 2012
Kecamatan
2010
2011
2012
1. Padangsidimpuan Tenggara
240
240
240
2. Padangsidimpuan Selatan
233
233
233
3. Padangsidimpuan Batunadua
0
0
0
4. Padangsidimpuan Utara
0
0
0
5. Padangsidimpuan Hutaimbaru
0
0
0
6. Padangsidimpuan Angkola Julu
0
0
0
473
473
473
Jumlah/Total
Sumber: Padangsidimpuan Dalam Angka 2013
Industri besar yang terdapat di kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dan
Selatan dapat menyerap 473 orang tenaga kerja. Hal ini tentu merupakan nilai
positif dengan adanya industri besar dan sedang yang ada di Kota
Padangsidimpuan . Dengan semakin banyaknya industri yang ada di kota
Padangsidimpuan maka akan semakin banyak tenaga kerja yang dapat diserap
oleh perusahaan sehingga tentu berimbas positif terhadap pengurangan
pengangguran di kota Padangsidimpuan.
Selain aspek perindustrian, aspek perdagangan juga bersinggungan
langsung dengan perekonomian suatu wilayah. Kemajuan Aspek perdagangan di
Kota Padangsidimpuan dapat dilihat dari pertumbuhan perizinan. Dari data yang
ada bahwa pada tahun 2012 telah dikeluarkan sejumlah tanda daftar perusahaan.
Tabel 4.6.
Jumlah tanda daftar perusahaan (TDP) yang diterbitkan menurut
kecamatan tahun 2012
Badan Hukum/Corporation
Kecamatan
PT
CV
P. Sidimpuan Tenggara
1
P. Sidimpuan Selatan
FIRM KO
PO
Jumlah
BU
Total
A
P
L
0
0
0
17
0
18
11
13
0
0
53
0
77
P. Sidimpuan Batunadua
1
5
0
0
12
0
18
P. Sidimpuan Utara
11
17
0
2
101
0
131
P. Sidimpuan Hutaimbaru
0
0
0
0
4
0
4
P. Sidimpuan Angkola Julu
0
1
0
0
0
0
1
Jumlah/Total
2012
24
36
0
2
187
0
249
2011
16
68
0
12
201
0
297
2010
23
74
0
5
208
0
310
2009
9
48
0
3
166
0
226
Sumber: Bappeda Kota Padangsidimpuan 2013
Apsek penerimaan dan pendapatan belanja daerah Kota Padangsidimpuan
memperlihatkan kondisi yang bervariasi dari masing-masing sektor. Dilihat dari
perbandingan pendapatan dan pengeluaran diketahui kondisinya sebagai berikut:
Tabel. 4.7. Perbandingan pendapatan dan pengeluaran Kota Padangsidimpuan
tahun 2012
Tahun
Penerimaan
Pengeluaran
Pembiayaan
2012
540.468.368
527.246.070
20.430.522
2011
477.210.918
463.524.730
15.291.221
2010
375.676.077
356.260.243
5.737.346
2009
385.970.485
374.024.132
2.044.791
2008
369.632.712
371.128.329
9.200.331
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota
Padangsidimpuan
Aspek Penerimaan dan Belanja Daerah kota Padangsidimpuan dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang menjadi modal
dalam pengembangan perekonomian yang ada di kota Padangsidimpuan.
Penerimaan itu di dapat dari berbagai sektor seperti pendapatan asli daerah, pajak
dan lain sebagainya.
Tabel 4.8. Realisasi penerimaan Kota Padangsidimpuan menurut jenis penerimaan
tahun 2012
Jenis Penerimaan
2010
2011
2012
Pendapatan Asli Daerah
14.602.384 21.614.811
23.682.308
Bagian Dana Perimbangan
317.219.703 357.577.097
421.732.104
Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak
26.428.985 23.994.090
32.822.220
Dana Alokasi Umum (DAU)
270.129.118 308.014.507
364.923.284
Dana Alokasi Khusus (DAK)
20.661.600 25.568.500
23.986.606
Lain-lain Pendapatan yang sah
43.853.989 98.019.010
95.053.956
Jumlah/Total
375.676.076 477.210.918
540.468.368
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota
Padangsidimpuan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran
atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktivitas
ekonomi dalam suatu wilayah/daerah.Data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki.Oleh karena itu
besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang mampu dihasilkan
sangat
tergantung
pada
faktor
tersebut.Adanya
keterbatasan
tersebut
menyebabkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bervariasi antar
daerah.Dari sini dapat dilihat besaran nilai tambah dari masing-masing sektor
ekonomi.Selain itu juga dapat dilihat sektor sektor yang berperan dalam
pembentukan perekonomian daerah.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Padangsidimpuan di
dominasi dari sektor perdagangan, hotel, restoran serta pertanian. Kedua sektor ini
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup bagus. Hampir 40%
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Padangsidimpuan dikuasai oleh
kedua
sektor
ini.
Hal
ini
menandakan
konsernnya
pemerintah
kota
Padangsidimpuan dalam meningkatkan pendapatan dari kedua sektor yang dapat
dikatakan sebagai sektor strategis di kota Padangsidimpuan.
Tabel. 4.9. Produk domestik regional bruto Kota Padangsidimpuan menurut
lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2012
Lapangan Usaha
1. Pertanian
2. Pertambangan & Penggalian/
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas & Air Minum
2012
406.579,26
8.699,21
302.331,09
15.010,23
5. Bangunan
133.780,95
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
582.684,20
7. Pengangkutan & Komunikasi
305.650,93
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
319.891,19
9. Jasa-Jasa
487.216,79
PDRB/GRDP
2 561 844,14
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota
Padangsidimpuan
4.2. Sekilas Lahirnya Program PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan)
Terbitnya Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan
mengisyaratkan akan arti penting kecamatan dalam pemerintahan daerah. Oleh
karena itu, Camat diharapkan mampu melakukan inovasi untuk meningkatkan
kinerjanya.Sejalan dengan hal tersebut, diterbitkanlah Permendagri No. 4 Tahun
2010 tentang Pedoman Pelayanan Terpadu Administrasi Kecamatan (PATEN).
Di dalam Kepmendagri No. 138-270 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, yang dimaksud dengan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) adalah penyelenggaraan pelayanan
publik di kecamatan yang proses pengelolaannya mulai darai permohonan sampai
kepada tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat. Satu tempat di sini
berarti cukup satu meja atau loket pelayanan, sehingga sistem ini memposisikan
warga masyarakat hanya berhubungan dengan petugas meja/loket pelayanan yang
ada di kecamatan.
Maksud diselenggarakannya PATEN adalah untuk menjadikan kecamatan
sebagai pusat pelayanan masyarakat, sekaligus simpul pelayanan bagi
badan/kantor pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di kabupaten/kota bagi
kecamatan yang secara kondisi geografis daerah, akan lebih efektif dan efisien
jika dilayani melalui kecamatan. Tujuan diselenggarakannya PATEN adalah
untuk meningkatkan kualitas pelayan publik dan mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat.Peningkatan kualitas pelayanan ini terutama dilihat dari aspek waktu
dan biaya pelayanan.Melalui PATEN ini, warga dapat menerima pelayanan yang
lebih cepat dan terukur dengan jelas.
Tujuan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat berarti masyarakat
dapat menerima pelayanan publik yang lebih dekat baik secara jarak maupun
waktu, karena lokasi kecamatan tentu lebih dekat dan relatif mudah dijangkau,
bila dibandingkan dengan ibukota kabupaten/kota.
Guna mendukung penyelenggaraan PATEN sebagai simpul badan/kantor
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), koordinasi dan kesepahaman antara
kecamatan dengan Badan/kantor KPTSP menjadi urgen. Untuk mewujudkan hal
tersebut, maka syarat yang harus dipenuhi adalah adanya pelimpahan sebagian
wewenang perizinan dan non perizinan dari Bupati/Walikota kepada Camat,
khususnya untuk pelayanan masyarakat sesuai skala dan kriteria kecamatan yang
selama ini dijalankan oleh lembaga di tingkat kabupaten/kota.
Di dalam Permendagri No. 4 tahun 2010 tentang Pedoman PATEN,
terdapat tiga persyaratan yang harus dipenuhi sebelum kebijakan ini
diimplementasikan, yaitu syarat substantif, syarat administratif, dan syarat teknis.
Oleh karena itu, secara umum terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui,
sebagaimana dijelaskan pada pembahasan berikut ini.
1. Tahapan pemenuhan syarat substantif, terdiri dari:
a. Bupati/walikota
menetapkan
Tim
Teknis
PATEN
melalui
Peraturan Bupati/Peraturan Walikota.
b. Tim teknis menginventarisasi dan memilah-milah kewenangan
yang dapat dilimpahkan kepada camat dan menyiapkan rancangan
kebijakan tentang pelimpahan sebagian kewenangan kepada camat.
c. Bupati/walikota menerbitkan Peraturan Bupati/Peraturan Walikota
tentang pelimpahan sebagian kewenangan kepada camat.
2. Tahapan pemenuhan syarat Teknis, terdiri dari:
a. Tim teknis mendata sarana, prasarana kantor kecamatan, jumlah,
dan kualitas personil kecamatan kemudian melakukan upaya untuk
melengkapi kebutuhan kecamatan.
3. Tahapan pemenuhan syarat Administratif, terdiri dari:
a. Penyusunan visi, misi, dan motto pelayanan.
b. Penerbitan
peraturan
bupati/walikota
tentang
uraian
tugas
kecamatan
c. Penerbitan Peraturan Bupati/Walikota tentang standar pelayanan
4. Penetapan kecamatan sebagai penyelenggara PATEN yang ditetapkan
melalui Keputusan Bupati/Walikota.
5. Peresmian dan sosialisasi kecamatan sebagai penyelenggara PATEN
6. Penerapan PATEN di kecamatan
7. Pembinaan dan pengawasan PATEN
4.3.
Kerangka
Kerja
Program PATEN”
(Pelayanan
Administrasi
Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan
Didasarkan oleh tuntutan Permendagri No. 4 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pelayanan
Pemerintah
Kota
Administrasi Terpadu
Padangsidimpuan
mengimplementasikan
kebijakan
Kecamatan (PATEN), maka
melakukan
tersebut
berbagai
di
upaya
daerahnya.
untuk
Tujuan
diimplementasikannya kebijakan ini adalah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik serta memperpendek rentang kendali birokrasi sehingga
memudahkan penyelenggaraan pelayanan di Kota Padangsidimpuan.
Keberadaan kecamatan sebagai pelaksana tugas dari sebagian wewenang
Bupati atau walikota yang dilimpahkan menangani sebagian urusan otonomi
daerah merupakan sebuah peran strategis.Melalui program PATEN ini sendiri
pemerintahan Kota padangsidimpuan senantiasa berusaha meningkatkan kualitas
dan kuantitas pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat, sehingga dapat
terciptanya pelayanan prima yang efektif dan effisien.
Dalam kerangka mempersiapkan diri sebagai sebuah kota yang akan
menerapkan kebijakan PATEN, pemerintahan kota Padangsidimpuan sudah
memulai mempersiapkan langkah-langkah menuju penerapan kebijakan PATEN
tersebut mulai tahun 2013 dengan beberapa agenda kegiatan yang diharapkan
dapat menunjang dan mendukung kegiatan tersebut.
Pada tahun 2013, pemerintah kota Padangsidimpuan melakukan study
banding ke Kabupaten Serdang Bedagai dalam kerangka melihat dan mempelajari
implementasi kebijakan PATEN yang telah di terapkan di Kabupaten Serdang
Bedagai. Di ambilnya kabupaten Serdang Bedagai sebagai lokasi study banding,
dikarenakan di Sumatera Utara ini, baru kabupaten Serdang Bedagai yang
menerapkan kebijakan tersebut. Selain karena factor geografis yang deket,
Kabupaten Serdang Bedagai juga termasuk salah satu Kabupaten/Kota yang di
nilai berhasil dalam mengimplementasikan kebijakan PATEN tersebut.
Selain
melaksanakan
kegiatan
study
banding,
pemerintah
kota
Padangsidimpuan juga mempersiapkan anggaran untuk upaya persiapan
kecamatan dalam melaksanakan kebijakan PATEN tersebut. Hal ini dengan
dianggarkannya alokasi dana sebesar RP. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) pada
tiap kecamatan di Kota Padangsidimpuan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan
akan sarana dan prasarana penunjang kegiatan PATEN ini, pemerintah Kota
Padangsidimpuan juga melakukan proses pengadaan sarana prasarana yang
dibutuhkan dalam mengimplementasikan kebijakan PATEN.
Sedangkan dalam hal persiapan teknis pelaksanaan kebijakan PATEN ini,
pemerintah kota Padangsidimpuan melakukan rapat-rapat antar lintas sector dalam
rangka penetapan standar operasional prosedur penerapan program PATEN dan
kebijakan-kebijakan lainnya yang berkaitan dengan program PATEN tersebut.
Secara
operasional,
Kota
Padangsidimpuan
berkomitmen
untuk
meningkatkan peran pelayanannya, hal tersebut ditandai dengan adanya Peraturan
Walikota Padangsidimpuan No 2 tahun 2014 mengenai PATEN. Setelah lahirnya
Perwal tersebut kemudian dibuat Perwal no.3 tahun 2014 tentang pendelegasian
kepada pejabat terkait untuk pelaksanaan PATEN selanjutnya kedua Peraturan
Walikota tersebut di dukung dengan Surat Keputusan Walikota Padangsidimpuan
No. 63/KPTS/2014 tentang Penyelenggara Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014. Sementara itu untuk
melaksanakan aktifitas kegiatan Program
PATEN” (Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan, Walikota Padangsidimpuan juga
mengeluarkan Peraturan Walikota No. 38 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Administrasi
Terpadu
Kecamatan
di
Lingkungan
Pemerintah
Kota
Padangsidimpuan.
Berdasarkan Perwal No. 3 tahun 2014 tentang pendelegasian kepada
pejabat terkait untuk pelaksanaan PATEN, terdapat beberapa kewenangan yang
didelegasikan terdiri dari:
1. Kewenangan perizinan : 16 aspek
2. Kewenangan rekomendasi : 25 aspek
3. Kewenangan koordinasi : 10 aspek
4. Kewenangan pembinaan : 16 aspek
5. Kewenangan pengawasan : 25 aspek
6. Kewenangan fasilitasi : 34 aspek
7. Kewenangan penetapan : 4 aspek
8. Kewenangan penyelenggaraan : 18 aspek
Selain itu juga, Peraturan Walikota Padangsidimpuan No. 02/PW/2014
juga mencantumkan tentang pejabat penyelenggara Program PATEN” (Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan, yang terdiri dari:
1. Camat
2. Sekretaris Kecamatan
3. Kepala Seksi Pemerintahan, Ketenteraman dan Ketertiban Umum.
Di dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa Camat merupakan penanggung
jawab penyelenggara PATEN yang bertugas untuk:
a.
Memimpin,
mengkoordinasikan,
dan
mengendalikan
penyelenggaraan PATEN.
b.
Menyiapkan rencana anggaran dan biaya.
c.
Menetapkan pelaksanaan teknis.
d.
Mempertanggungjawabkan kinerja PATEN kepada Walikota
melalui Sekretaris Daerah.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengemban delegasi, maka camat
berwenang menandatangani perizinan yang didelegasikan atas nama Walikota.
Selanjutnya, Sekretaris Kecamatan mempunyai tugas:
a.
Melakukan penatausahaan administrasi PATEN.
b.
Menjadi
penanggung
jawab
kesekretariatan/ketatausahaan
penyelenggaraan PATEN. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
Sekcam mengoreksi dan memaraf surat dari Kasi, yang selanjutnya
diserahkan ke Camat untuk ditandatangani.
c.
Dalam melaksanakan tugasnya, Sekcam bertanggung jawab kepada
Camat.
Tugas Kepala Seksi Kepala Seksi Pemerintahan, Ketenteraman dan Ketertiban
Umum adalah:
a.
Melaksanakan teknis pelayanan. Dalam melaksanakan tugas
tersebut, Kasi mempelajari berkas dan melakukan validasi yang
selanjutnya diserahkan kepada operator untuk diketik. Setelah
selesai, Kasi tersebut mengoreksi dan memaraf surat yang
selanjutnya dinaikkan kepada Sekcam.
b.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kasi bertanggung jawab kepada
Camat.
Perwal tersebut juga memutuskan Uraian tugas personil kecamatan yang
mengurusi Program PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di
Kota Padangsidimpuan. Pelaksana Teknis PATEN terdiri dari:
a.
Petugas informasi
b.
Petugas loket/ penerima berkas.
c.
Petugas operator computer
d.
Petugas pemegang kas
Dalam peraturan tersebut disebutkan uraian tugas dari petugas informasi adalah :
a.
Menyapa warga dan memberikan informasi kepada warga
masyarakat.
b. Meminta warga mengisi buku tamu.
c. Mempersilahkan warga akan mengurus surat, ke loket/ meja
pelayanan.
d. Mengantar
warga
yang
akan
bertemu
Camat,
Sekretaris
Kecamatan, Kepala Seksi atau pegawai lainnya untuk konsultasi
khusus, ke ruangan/meja kerja yang bersangkutan. Apabila yang
bersangkutan tidak ada di tempat atau sibuk dipersilahkan
menunggu di ruang tunggu.
e. Membawa surat yang telah diproses di loket/ meja pelayanan untuk
diparaf oleh Kepala Seksi dan Sekretaris Kecamatan serta
membawa ke Camat untuk ditandatangani. Setelah semuanya
selesai dikembalikan ke loket/ meja pelayanan.
f. Memperbaharui semua informasi di papan informasi.
Kemudian, uraian tugas petugas loket/ penerima berkas adalah:
a.
Menyapa warga dan memeriksa berkas persyaratan pelayanan yang
diajukan warga masyarakat.
b.
Menyampaikan penjelasan kepada warga masyarakat bila ada
berkas yang belum lengkap.
c.
Menyerahkan hasil pengurusan ke masyarakat yang telah selesai
diproses
d.
Mengagendakan surat masuk dan keluar.
e.
Menyusun berkas surat masuk dan keluar di meja/ loket pelayanan.
f.
Bertanggung jawab terhadap arsip PATEN.
Uraian tugas dari petugas operator komputer adalah :
a. Memasukkan (melakukan input) data warga pengguna pelayanan
dan jenis pelayanan yang dimohonkan.
b. Mencetak surat atau rekomendasi yang dimohonkan oleh warga
masyarakat.
c. Mengumpulkan data-data
yang diperlukan
dalam database
kecamatan.
d. Memasukkan data-data yang diperlukan dalam format database
PATEN.
e. Memperbaharui perkembangan data kecamatan dan pelayanan
publik
f. Mengamankan data yang sudah terkumpul (back-up) database ke
dalam media penyimpanan atau komputer lainnya secara berkala.
Selanjutnya, uraian tugas pemegang kas adalah:
a. Berperan sebagi kasir di loket/ meja pelayanan.
b. Menerima pembayaran tarif pelayanan dan memberikan tanda
terima pembayaran kepada warga masyarakat penerima pelayanan.
c. Membukukan setiap uang yang masuk dan keluar dari loket/ meja
pelayanan.
d. Menyusun laporan keuangan secara berkala.
Secara singkat, mekanisme pelayanan PATEN yaitu masyarakat yang
membutuhkan pelayanan mendatangi kantor Kecamatan, lalu disambut oleh
security atau petugas informasi, kemudian diarahkan kepada petugas loket
pelayanan yang sesuai dengan urusan masyarakat tersebut. Setelah itu, diproses
oleh operator, kemudian dinaikkan ke Kasi yang membidangi.Setelah benar dan
syaratnya terpenuhi, maka kasi memaraf berkas tersebut, kemudian dinaikkan ke
Sekcam. Jika butuh tandatangan Camat, maka Sekcam akan memaraf berkas
tersebut dan dinaikkan kepada Camat. Setelah selesai, berkas tersebut langsung
diturunkan kepada petugas yang berwenang untuk diagendakan.Selanjutnya
berkas yang sudah selasai tersebut dikembalikan kepada petugas loket untuk
menyerahkannya kepada masyarakat.
4.4. Analisis Persiapan Program PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan
Berdasarkan hasil penelitian lapangan, peneliti menemukan beberapa
factor yang mempengaruhi Persiapan Program PATEN di Kota Padangsidimpuan,
diantara lainnya adalah:
4.4.1. Pihak yang Kepentingannya Dipengaruhi
Suatu kebijakan tentunya akan mempengaruhi berbagai pihak. Siapa-siapa
saja yang menjadi stakeholders dalam implementasi kebijakan disesuaikan dengan
bidang yang akan dilaksanakan, yang secara tertulis telah menjadi ketetapan
melalui adanya kebijakan atau peraturan yang diuraikan berdasarkan tujuan
program, prioritas program, dan rincian program ke dalam berbagai kegiatan.
Melalui uraian ketiga hal tersebut, maka secara jelas akan terlihat siapa saja pihak
yang terkait di dalamnya termasuk bagaimana tanggung jawabnya terhadap
pelaksanaan kegiatan yang ditangani tersebut.
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa implementasi
kebijakan PATEN dapat berjalan setelah memenuhi 3 persyaratan yaitu syarat
substantif, syarat administratif, dan syarat teknis. Berdasarkan hasil observasi di
lapangan, ternyata diantara ketiga syarat tersebut, syarat substantif merupakan
syarat yang menunjukkan bagaimana interaksi dari berbagai pihak yang
kepentingannya terpengaruhi oleh adanya kebijakan PATEN ini, karena selain
dikarenakan penyusunannya dilakukan secara bersama-sama melalui Tim Teknis
PATEN, ternyata dalam proses pemenuhan syarat tersebut juga terjadi
penambahan kewenangan instansi tertentu sekaligus mengurangi kewenangan
instansi lain yang memang tidak mungkin dilakukan secara sepihak. Hal tersebut
sejalan dengan yang disebutkan oleh salah satu informan yang menyatakan
bahwa:
Pihak yang terpengaruhi oleh PATEN ini ya tentu saja Walikota sebagai
pengambil kebijakan, dan Camat sebagai pelaksana kebijakan, tapi itu kan
gak serta-merta terjadi pendelegasian wewenangnya, karena kewenangan
yang didelegasikan itu kan sebenarnya kewenangan yang semula ada di
Dinas, kemudian di delegasikan kepada kecamatan. Dalam hal ini, seluruh
SKPD dilibatkan dalam rangka mewujudkan program PATEN ini sendiri
sehingga para SKPD mengetahui wewenang apa saja yang didelegasikan
kepada Kecamatan dan kita juga tahu bagaimana pandangan mereka
terhadap sebagian wewenang yang didelegasikan itu (Hasil wawancara
dengan Kabag Adm Pemerintahan Umum Kota. Padangsidimpuan, 19
Januari 2015).
Selain itu, menurut Asisten Pemerintahan, bahwa dinamika yang terjadi
antara tarik menarik kepentingan dari dinas daerah kepada pemerintahan
kecamatan yang memiliki wewenang, baik dalam hal menerbitkan Surat maupun
merekomendasikan surat merupakan sebuah hal yang wajar dimana kebijakan ini
pada dasarnya baru saja di mulai, semoga dinamika yang terjadi memberikan
dampak positif dalam memaksimalkan program PATEN ini sendiri, sehingga
kebijakan ini dapat berjalan lancar pelaksanaanya guna meningkatan pendapatan
asli daerah demi kemajuan masyarakat kota Padangsidimpuan dan agar pihak
kecamatan
juga
berperan
aktif
dalam
meningkatkan
pembangunan
di
kecamatannya (wawancara dengan Bapak A.R. Marjoni pada 19 Januari 2015).
Dari penjelasan tersebut, dapat di pahami bahwa pihak-pihak yang
kepentingannya dipengaruhi tersebut sangat menentukan dalam implementasi
PATEN di Kota Padangsidimpuan. Apabila pihak-pihak tersebut tidak
melaksanakan tugasnya sebagai bagian dari Tim Teknis PATEN secara sungguhsungguh dan tidak legawa kewenangannya ditarik dan didelegasikan kepada
kecamatan, maka penyelenggaraan pelayanan di kecamatan khususnya dalam hal
perumusan peraturan tentang pendelegasian kewenangan dari Walikota kepada
Camat akan terhambat.
Selain jajaran pemerintah Kota Padangsidimpuan sebagai penyedia
layanan, maka sebagai penerima layanan PATEN, masyarakat juga merupakan
pihak yang kepentingannya terpengaruhi. Berdasarkan hasil wawancara dengan
salah satu masyarakat yang pernah mengurus Rekomendasi Lokasi Pelaksanaan
Proyek Pembangunan di Kantor Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, beliau
mengatakan bahwa meski masih merepotkan dalam hal pemenuhan persyaratan,
tetapi dikarenakan dapat langsung terselesaikan di kecamatan, maka paling tidak
dengan adanya PATEN ini, sudah menghemat waktu dan biaya (Hasil wawancara
dengan seorang kontraktor yang tidak bersedia disebutkan namanya, pada tanggal
20 Januari 2015 di Kantor Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua). Oleh karena
itu, kepentingan masyarakat yang terpengaruhi tampak pada output dan
kebermanfaatan dari adanya PATEN tersebut.
4.4.2. Jenis Manfaat yang Dihasilkan dari Implementasi Kebijakan PATEN
Menurut Andi Pitono, suatu kebijakan yang baik tentunya memberi
manfaat
kepada
seluruh
stakeholder
dari
kebijakan
tersebut.
Manfaat
implementasi ini perlu memperhatikan ruang lingkup, kepentingan instansi
pelaksana maupun kepentingan masyarakat (Jurnal Pamong Praja, 2011, h. 46).
Sementara itu, menurut Sadu Wasistiono, Ismail Nurdin, dan M. Fahrurozi (2009,
h. 51), dalam konteks pelimpahan kewenangan dari Bupati/Walikota kepada
Camat, beberapa manfaat yang dapat diperoleh adalah:
1. Mempercepat pengambilan keputusan berkaitan dengan kepentingan dan
kebutuhan masyarakat setempat.
2. Mendekatkan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat.
3. Mempersempit rentang kendali dari Bupati/Walikota kepada Kepala Desa
dan Lurah.
4. Kaderisasi kepemimpinan pemerintahan.
Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil observasi di lapangan,
terdapat berbagai manfaat yang telah sangat dirasakan dari diimplementasikannya
kebijakan PATEN di Kota Padangsidimpuan. Hasil wawancara dengan Camat
Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua mengatakan bahwa :
Kebijakan PATEN ini sangat besar manfaatnya, terlebih-lebih manfaat
yang diperoleh oleh masyarakat yaitu kemudahan, kepastian dan tidak
berbelitbelit.Selain itu, pada waktu melayani masyarakat, staf kita juga
menjadi lebih nyaman dalam bekerja karena sudah ada jelas syarat-syarat
yang harus dipenuhi untuk mendapatkan suatu pelayanan.Artinya mereka
tinggal ngecheck apakah berkas sesuai dengan syarat yang ada,
pekerjaannya pun menjadi lebih mudah. Selain itu, yang saya amati dalam
perjalanan program PATEN ini sendiri, staf kita juga belajar lebih
professional dalam melayanai karena lebih memahami apa yang menjadi
tugas dan tanggung jawab mereka. (Wawancara di laksanakan pada 19
Januari 2015)
Sementara itu, menurut salah satu petugas loket di kantor Kecamatan
Padangsidimpuan Batunadua yang diwawancarai oleh peneliti mengatakan bahwa:
Senanglah masyarakat itu bang.Mereka itu menyambut baik PATEN ini,
karena pelayanan lebih cepat, lebih singkat, apalagi sifatnya gratis.
Sebelum PATEN dulu, untuk urusan HO kita hanya memberi rekomendasi
dari kecamatan, kemudian dilanjutkan ke Instansi berkaitan. Nah, setelah
PATEN, yah paling tidak waktu mereka sangat di hemat, karena tidak
perlu datang ke Instansi Kota. (Hasil wawancara dengan Hendra Sakti
Harahap di kantor Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, 21 Januari
2015).
Di sisi lain, dari perspektif masyarakat yang disampaikan oleh seorang
informan dalam penelitian ini bahwa :
Pelayanan di Kota Padangsidimpuan sekarang ini sudah lumayan baguslah
bang. Kalau kita ke Kecamatan, sekilas udah seperti di bank. Ada TV,
dispenser, koran, dan brosur2 informasi. Pelayanannya juga jelas berapa
lama dan biaya yang diperlukan. Kita kan jadi tahu ngatur waktu (Hasil
wawancara dengan Bapak AR. Aritonang, salah seorang masyarakat yang
sedang mengurus perizinan IMB di Kantor Kecamatan Padangsidimpuan
Batunadua pada tanggal 21 Januari 2015).
Lebih lanjut, menurut Hendra Sakti Harahap bahwa sebelum PATEN ini,
kadang-kadang kita mengerjakan pekerjaan yang ini, lalu yang itu, sementara staf
yang lain diam-dia
penelitian mulai dari pemilihan lokasi penelitian, jenis penelitian, sumber data,
teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
3.1. Lokasi Penelitian
Adapun Lokasi penelitian berada di Kota Padangsidimpuan, Provinsi
Sumatera Utara. Penulis memilih Kota Padangsidimpuan sebagai lokasi penelitian
karena
penulis
melihat
bahwa
Kota
Padangsidimpuan
sedang
dalam
mempersiapkan diri untuk melakukan program kebijakan PATEN Kecamatan di
Kota Padangsidimpuan dan memiliki akses yang mudah dan luas terhadap data
dan instrumen penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini.
3.2.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus
sebagai strategi penelitian.Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara
utuh.
“penggunaan setiap metode penelitian tergantung pada tiga hal, yaitu :
pertama, tipe pertanyaan penelitiannya; kedua, kontrol yang dimiliki
peneliti terhadap peristiwa perilaku yang akan ditelitinya; dan ketiga fokus
terhadap fenomena penelitiannya menyangkut fenomena masa kini atau
fenomena historis. Studi kasus lebih cocok jika pertanyaan penelitian
berkenaan dengan how atau why” (Yin,2000;1).
Metode penelitian bukan hanya merupakan sekumpulan metode atau
teknik penelitian semata, melainkan juga merupakan landasan nilai-nilai, asumsiasumsi, etika dan norma yang menjadi aturan standard yang dipergunakan untuk
39
menafsirkan serta menyimpulkan data penelitian. Jenis penelitian yang dipakai
didalam
penelitian
ini
memakai
pendekatan
kualitatif,
karena
hanya
menggambarkan apa adanya dari suatu variabel, gejala atau keadaan dan tidak
bermaksud untuk menguji hipotesis(Arikunto,2005;234).
Ada beberapa pertimbangan mengapa digunakan metode pendekatan
kualitatif, yakni: pertama, bila peneliti berhadapan dengan kenyataan ganda
mudah disesuaikan; kedua, menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dan responden; ketiga, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri
dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan pola-pola nilai yang
dihadapi(Moelong,2006;3-4). Hasil data yang diperoleh dilakukan dengan
menggunakan metode deskriptif-analitis.
Metode deskriptif analitis juga merupakan pemecahan masalah yang
diselediki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek
penelitian (sesorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain), pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak datau sebagaimana adanya. Ada dua cirri
metode deskriptif yakni: pertama, memusatkan perhatian pada masalah-masalah
yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah yang bersifat
actual; kedua, menggambarkan fakta-fakta tentang masalah-masalah yang
diselediki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang
mencukupi.
3.3.
Sumber Data
a.
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan atau di daerah
penelitian. Data primer merupakan data yang belum diolah atau data
mentah berupa hasil wawancara dan pengumpulan dokumen terkait
yang relevan dengan penelitian.
b.
Data sekunder
Data sekunder adalah Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan
dengan cara membaca buku, literatur-literatur, jurnal, koran dan
berbagai informasi lainya yang berkenaan dengan masalah yang
diteliti. Data sekunder ini dimaksudkan sebagai data penunjang guna
melengkapi data primer.
3.4. Informan Wawancara
Untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan
penelitian, maka penulis akan mencari data dan informasi dari informan berikut :
1. Assisten I Pemerintahan Kota Padangsidimpuan;
2. Kepala Bagian Pemerintahan Kota Padangsidimpuan;
3. Tokoh Masyarakat Kota Padangsidimpuan;
4. Salah seorang Camat di Kota Padangsidimpuan
5. Salah Seorang Kasi Pemerintahan Kecamatan Kota Padangsidimpuan
6. Salah Seorang Petugas Informasi/Loket/Operator Komputer dan
Pemegang KAS PATEN Kecamatan Kota Padangsidimpuan
7. Salah Seorang Kepala Desa di Kota Padangsidimpuan
8. Salah Seorang Lurah di Kota Padangsidimpuan
9. Salah Seorang Masyarakat Pengguna Jasa PATEN Padangsidimpuan
10. Akademisi
3.5.
Teknik Pengumpulan Data
Menurut Lofland dan Lofland (1971;112), sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan.Sumber data utama dicatat
melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio, pengambilan foto
atau film.Dalam penelitian ini, sumber data utama yang digunakan adalah katakata dan tindakan orang-orang yang diamati dan diwawancarai dari para pejabat
terkait dengan penerapan kebijakan PATEN di Kota Padangsidimpuan.
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu, pertama,
dokumentasi digunakan untuk menelaan data-data yang telah ada, baik berupa
dokumen kebijakan, makah, jurnal, atau buku-buku hasil penelitian sebelumnya
yang relevan dengan penerapan kebijakan PATEN di Kota Padangsidimpuan.
Kedua, wawancara mendalam. Data juga diuraikan dan dianalisis melalui teknik
wawancara mendalam (depth interview) dengan sejumlah informan yang
merupakan pelaku langsung terhadap kebijakan PATEN, Walikota, Sekda, Komisi
terkait di DPRD Kota Padangsidimpuan, Tata Pemerintahan, Camat, Lurah dan
Juga Tokoh Agama/Masyarakat/Pemuda.
3.6.
Teknik Analisis Data
Data yang didapat baik berupa dokumen tertulis maupun hasil wawancara
dan observasi akan dianalisa dengan menggunakan analisis kualitatif teknik
tipologi. Bogdan dan Taylor (1993;27-30) mengemukakan bahwa metode analisa
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis maupun terucapkan dari pelaku yang diamati.Analisis kualitatif
dalam strategi tipologi merupakan usaha mengambil kesimpulan berdasarkan
pemikiran logis atas berbagai data yang diperoleh.Data-data dikumpulkan dan
diseleksi, lalu disederhanakan dengan mengambil intisarinya hingga ditemukan
tema pokok, fokus masalah dan pola-polanya Lofland (1971;112).
Teknik analisis kualitatif dengan tipologi ini dilakukan berdasarkan
interpretasi penulis atas data, baik bahan tertulis, wawancara, dan observasi.
Kemungkinan hal mustahil yang diyakini penulis adalah bahwa seorang actor
yakin dan jujur akan apa yang dikatakannya. Oleh karena itu, untuk menghindari
atau meminimalisasi kemungkinan adanya bias, maka penulis berusaha
mencocokkan hasil wawancara antara satu narasumber dnegan yang lainnya, dan
juga dengan dokumen-dokumen yang terkait.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kota Padangsidimpuan
Gambar 4.1: Peta Kota Padangsidimpuan
Kota Padangsidimpuan yang dikenal dengan sebutan “Kota Dalihan na
Tolu” dengan semboyan “Salumpat Saindege” terletak di Propinsi Sumatera
Utara.Kota ini mempunyai luas wilayah 146.85 km2.terdiri atas 6 (enam)
kecamatan.Keenam kecamatan tersebut adalah Kecamatan Padangsidimpuan
Utara, Padangsidimpuan Selatan, Padangsidimpuan Batunadua, Padangsidimpuan
Hutaimbaru,
Padangsidimpuan
Tenggara
dan
Padangsidimpuan
Angkola
Julu.Kecamatan Padangsidimpuan Utara merupakan kecamatan dengan luas
wilayah 14,09 km2., Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dengan luas wilayah
15,81 km2, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua dengan luas wilayah 38,74
km2 , Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru dengan luas 22,34 km2
,
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dengan luas wilayah 27,69 km2 dan
Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu dengan luas wilayah yaitu 28,18 km2..
Nama kota ini berasal dari "Padang na dimpu" (padang=hamparan luas,
na=di, dan dimpu=tinggi) yang berarti "hamparan rumput yang luas yang berada
di tempat yang tinggi."Pada zaman dahulu daerah ini merupakan tempat
persinggahan para pedagang dari berbagai daerah, pedangan ikan dan garam dari
Sibolga-Padangsidimpuan-Panyabungan,
Padang
Bolak
(paluta)-
Padangsidimpuan-Sibolga.
Seiring perkembangan zaman, tempat persinggahan ini semakin ramai dan
kemudian menjadi kota. Kota ini dibangun pertama kali sebagai benteng pada
1821 oleh pasukan Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Imam Lelo.Benteng ini
membentang
dari Batang
Ayumi sampai Aek
Sibontar.Sisa-sisa
benteng
peninggalan Perang Paderi saat ini masih ditemukan, walau sudah tidak terawat
dengan baik. Dan pengaruh pasukan Paderi ini berdampak pada agama yang
dianut oleh mayoritas penduduk kota ini beragama Islam.
Pada zaman penjajahan Belanda, Kota Padangsidimpuan dijadikan pusat
pemerintahan oleh penjajah Belanda di daerah Tapanuli. Peninggalan bangunan
Belanda disana masih dapat dijumpai berupa kantor pos polisi pusat kota
Padangsidimpuan. Sehingga tidak heran, kalau ingin melihat sejarah kota
Padangsidimpuan, tersimpan foto-foto zaman dahulu kota Padangsidimpuan di
sebuah museum di kota Leiden, Belanda.
Melalui aspirasi masyarakat dan pemerintah tingkat II Kabupaten Tapanuli
Selatan serta Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982 tentang Pembentukan
Kota Administratif Padang Sidempuan dan melalui rekomendasi DPRD Tapanuli
Selatan Nomor 15/KPTS/1992 dan Nomor 16/KPTS/1992 kota Administratif
Padangsidimpuan diusulkan menjadi Kota Madya Tk.II, maka melalui :
1. Surat Bupati Tapanuli Selatan No. 135/1078/2000 tanggal 30 nopember
2000.
2. Kep. DPRD Tapanuli Selatan No. 01/PIMP/2001 tanggal 25 Januari 2001,
3. Surat Gubernur Sumatera Utara No. 135/1595/2001 tanggal 5 Pebruari 2001
maka diusulkan pembentukan Kota Padangsidimpuan yang menghasilkan
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Kota Padangsidimpuan tanggal 17 Oktober 2001 oleh Menteri Dalam
Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia.
Administrasi Pemerintahan Kota Padangsidimpuan sendiri terdiri atas 6
kecamatan.Wilayah administrasi dibawah kecamatan adalah desa/kelurahan yang
terdiri dari 42 desa dan 37 kelurahan.Selanjutnya wilayah administrasi paling
rendah
adalah
lingkungan
dan
dusun.Secara
keseluruhan,
jumlah
lingkungan/dusun di Kota Padangsidimpuan mencapai 265 lingkungan/dusun.
4.1.1. Letak Geografis
Kota Padangsidimpuan terletak pada posisi 01o 08’ 00” – 01o 28’ 19”
Lintang Utara dan 99o 13’ 00” – 99o 20’ 00” Bujur Timur.Kota Padangsidimpuan
merupakan salah satu kota sedang yang terletak di Propinsi Sumatera Utara dan
berada pada posisi sebelah selatan Kota Sibolga yang berjarak 88 Km dan dapat
ditempuh dengan waktu ± 3 jam melalui jalan darat. Sedangkan jarak Kota
Padangsidimpuan dengan Medan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara adalah
389 Km dan dapat ditempuh dalam waktu ± 10 jam melalui jalan darat. Kota
Padangsidimpuan terletak antara 260-1100 meter diatas permukaan laut
(DPL).Kota Padangsidimpuan berbatasan dengan kabupaten lain yaitu:
Sebelah Utara
: berbatasan dengan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten
Tapanuli Selatan.
Sebelah Timur
: berbatasandengan Kecamatan Angkola Timur Kabupaten
Tapanuli Selatan.
Sebelah Selatan
: berbatasan
dengan
Kecamatan
Batang
Angkola
Angkola
Selatan
Kabupaten Tapanuli Selatan.
Sebelah Barat
: berbatasan
dengan
Kecamatan
Kabupaten Tapanuli Selatan.
Secara geografis, Kota Padangsidimpuan secara keseluruhan dikelilingi
oleh Kabupaten Tapanuli Selatan yang dulunya merupakan kabupaten induknya.
Kota ini merupakan persimpangan jalur darat untuk menuju kota Medan, Sibolga,
dan Kota Padang (Sumatera Barat) di jalur lintas barat Sumatera.
4.1.2. Topografi, Iklim dan Hidrologi
Kondisi fisik Topografi, Hidrologi dan Klimatologi Kota Padangsidimpuan
sangat beragam mulai dari datar, bergelombang hingga curam. Secara garis besar
dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Wilayah yang relatif datar hingga landai dengan kemiringan lereng berkisar08 % terdapat seluas ± 4.915,70 Ha atau 33 % dari luas total wilayah Kota.
Wilayah ini pada umumnya terdapat pada bagian tengah Kota, seperti
Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Padangsidimpuan Selatan.
B. Wilayah bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar antara 8 – 15 %
terdapat 2.706,56 Ha atau 18 % dari luas total Wilayah Kota, yang terdapat
di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.
C. Wilayah yang curam dengan kemiringan lereng berkisar antara 15 – 25 %
terdapat3 .174,76 Ha atau 22 % dari luas total Wilayah Kota, yang terdapat
pada bagian Utara Kota, seperti Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru
dan Padangsidimpuan Angkola Julu.
D. Wilayah yang sangat curam dengan kemiringan 25 – 40 % terdapat seluas
2.424 Ha atau 17 % dari luas total Kota. Daerah ini umumnya terdapat pada
bagian Timur dan Selatan Kota, seperti Kecamatan Padangsidimpuan
Batunadua dan Padangsidimpuan Tenggara.
E. Wilayah yang terjal dengan kemiringan di atas 40 % terdapat seluas 1.464,66
Ha atau 10 % dari luas total Wilayah Kota. Daerah ini merupakan gunung –
gunung yang terdapat pada pinggiran dan tengah Kota.
Kota Padangsidimpuan terletak dekat garis khatulistiwa sehingga daerah
ini beriklim tropis. Secara umum, Padangsidimpuan memiliki iklim yang sedang
dengan suhu berkisar 22,5° C sampai dengan 24° C. Sebagaimana
Kabupaten/Kota lainnya, Kota Padangsidimpuan mempunyai dua musim, yaitu
musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada
Bulan Maret sampai dengan Bulan Agustus, sedangkan musim penghujan terjadi
pada Bulan September sampai dengan Bulan Pebruari, diantara kedua musim itu
diselingi oleh musim pancaroba (BPS Kota Padangsidimpuan, Padangsidimpuan
Dalam Angka Tahun 2012).
Disamping itu di Kota Padangsidimpuan terdapat 11 (sebelas) sungai dan
anak sungai yang tergolong sedang. Masyarakat di Kota Padangsidimpuan masih
banyak yang menggunakan sungai-sungai tersebut sebagai pemenuhan kebutuhan
air bersih sehari-hari, selain itu digunakan juga untuk pengairan sawah dan
perikanan, yaitu : Sungai Batang Angkoladengan panjang 25 Km, Sungai Batang
Kumal dengan panjang 11 Km, Sungai Batang Ayumi dengan panjang 16 Km,
SungaiBatang Aek Rokkare dengan panjang 5 Km. Sungai Aek Sipogas dengan
panjang 6 Km, Sungai Aek Tolping dengan panjang 3 Km, Sungai Aek
Silangkitang dengan panjang 2 Km, Sungai Aek Ratta dengan panjang 4 Km,
Sungai Aek Silandit dengan panjang 3 Km, Sungai Aek Tuhul dengan panjang 4
Km, Sungai Aek Mompang dengan panjang 6 Km.
4.1.3. Kondisi Demografis
Kota Padangsidimpuan dengan luas wilayah 146.85 km2 didiami penduduk
sebanyak 246.715
jiwa,terdiri dari 122.971 jiwa laki-laki dan 123.744 jiwa
perempuan, Penduduk ini tersebar di 6 (enam) kecamatan yaitu Kecamatan
Padangsidimpuan Utara, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kecamatan
Padangsidimpuan
Batunadua,
Kecamatan
Padangsidimpuan
Hutaimbaru,
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dan Padangsidimpuan Angkola Julu. Dari
table 1 terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan
Padangsidimpuan Selatan yaitu 80.658 jiwa (32,7%), sedangkan Kecamatan
Padangsidimpuan Angkola Julu memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu 8.632
Jiwa (3,5%).
Tabel 4.1. Jumlah penduduk menurut Kecamatan dan jenis kelamin, Kota
Padangsidimpuan, Tahun 2013
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
n
n
(jiwa)
(1)
(2)
Padangsidimpuan
Utara
Padangsidimpuan
Selatan
Padangsidimpuan
Batunadua
Padangsidimpuan
Hutaimbaru
Padangsidimpuan
Tenggara
Padangsidimpuan
Angkola Julu
Total
Sumber
%
(3)
%
(jiwa)
(4)
(5)
n
(jiwa)
(6)
%
(7)
36.521
29,7
37.081
30,0
73.602
29,8
40.311
32,8
40.347
32,6
80.658
32,7
13.726
11,2
13.690
11,1
27.416
11,1
10.001
8,1
10.195
8,2
20.196
8,2
18.047
14,7
18.164
14,7
36.211
14,7
4.365
3,5
4.267
3,4
8.632
3,5
122.971 100,00 123.744
:Dinas
L+P
Kependudukan
Padangsidimpuan,Tahun 2013
dan
100,00 246.715 100,00
Pencatatan
Sipil
Kota
Jika diperhatikan menurut jenis kelamin nampak bahwa penduduk lakilaki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Sedangkan
jika dilihat dari perbandingan jumlah penduduk dengan jumlah kepala keluarga
yang ada, dapat dilihat dari table di bawah ini;
Tabel 4.2: Jumlah penduduk, jumlah keluarga dan rata-rata jumlah anggota
keluarga Kota Padangsidimpuan, Tahun 2013
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kota Padangsidimpuan,
Tahun 2013
4.1.4. Kondisi Pemerintahan Kota Padangsidimpuan
Kota Padangsidimpuan merupakan daerah otonom dari Kabupaten
Tapanuli Selatan yang dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 4 tahun
2001 Tentang Pembentukan Kota Padangsidimpuan tanggal 17 Oktober tahun
2001 oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republk Indonesia.
Kemudian pada tanggal 9 Nopember 2001 diresmikan Padangsidimpuan menjadi
kota oleh Gubernur Sumatera Utara dengan menunjuk Drs. Zulkarnain Nasution
sebagai pejabat Walikota Padangsidimpuan.
Melalui hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Padangsidimpuan
tahun 2012, maka pemerintahan kota Padangsidimpuan berada di bawah
kepemimpinan Walikota dan Wakil walikota Padangsidimpuan periode 20132018, yaitu Andar Amin Harahap, S.STP dan Muhammad Isnandar
Nasution, S.Sos, dengan membawa Visi dan Misi Kota Padangsidimpuan 20132018 adalah Terwujudnya Kota Padangsidimpuan Sebagai Kota Yang Sehat,
Maju dan Sejahtera. Visi Pembangunan Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 –
2018 ini menjadi arah cita-cita bagi pembangunan yang secara sistematis bagi
penyelenggara pemerintahan daerah dan segenap pemangku kepentingan
pembangunan Kota Padangsidimpuan. Penjelasan dari visi tersebut adalah sebagai
berikut :
Sehat Maksudnya disini adalah sehat manusianya dan juga sehat
lingkungannya. Sehat manusianya adalah suatu kondisi dimana SDM dan
masyarakat Kota Padangsidimpuan sehat secara Jasmani dan juga sehat secara
Rohani. Sehat secara jasmani terwujud jika SDM dan masyarakat yang ada
memiliki fisik/badan yang sehat yang ditopang oleh kualitas asupan/gizi yang
sehat, lingkungan yang sehat (tertata taman-taman kota yang asri), kebersihan
lingkungan yang terjaga (kebersihan di semua tempat), tingkat polusi yang
rendah, dan petugas pelayanan yang handal. Sehat jasmani juga membutuhkan
sarana dan prasarana kesehatan yang mendukung sehingga menjamin pelayanan
kesehatan masyarakat yang terjangkau, tenaga medis yang credible, jaminan
kesehatan Ibu dan anak serta Ibu menyusui. Sehat mental adalah suatu kondisi
dimana SDM dan masyarakat Kota Padangsidimpuan mampu berkompetisi secara
objektif di segala bidang, mampu mengendalikan emosi, dan memiliki standard
ukuran kinerja yang jelas.
Sehat lingkungan yaitu bermakna sehatnya lingkungan pergaulan yang
tumbuh secara kondusif antara lembaga dan antar kelompok masyarakat sehingga
semakin memupuk dan mempertinggi rasa kekeluargaan sesama warga kota.
Sehat
lingkungan
juga
bermakna
pengelolaan
pemerintahan
Kota
Padangsidimpuan berlangsung secara good and clean government. Pemerintahan
Kota Padangsidimpuan yang berlangsung secara good and clean government
tercermin dalam beberapa indikator yaitu pertama, adanya keseimbangan antara
angaran untuk belajan rutin dan anggaran belanja pembangunan, terus
meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara signifikan. Kedua, lahirnya
aparat birokrasi yang profesional, proporsional, bersih, memiliki mental melayani,
amanah, serta memiliki produktifitas yang tinggi.
Maju mempunyai makna melangkah kedepan untuk menciptakan kondisi
yang lebih baik dari sebelumnya, baik pelayanan publik, sosial ekomomi
masyarakat Kota Padangsidimpuan, maupun dalam arti tatakelola pemerintahan,
Kemajuan suatu daerah dapat ditinjau dari berbagai ukuran. Ditinjau dari ukuran
sosial kemajuan suatu daerah dapat diukur dari kualitas sumberdaya manusianya.
Suatu daerah dikatakan makin maju apabila kualitas sumberdaya manusianya
semakin meningkat dan berkualitas. Tingginya kualitas pendidikan penduduk
dapat ditandai dengan semakin menurunnya tingkat pendidikan terendah serta
meningkatnya jumlah penduduk yang berpendidikan menangah atas dan tinggi.
Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi kemajuan suatu daerah dapat diukur
dari
meningkatnya tingkat kemakmuran masyarakat yang tercermin dalam
berkurangnya jumlah pengangguran dan kemiskinan, meningkatnya pendapatan
rata-rata,
terdistribusinya sumber-sumber ekonomi secara maksimal, serta
semakin berkembangnya sektor industri dan jasa.
Sejahtera mempunyai makna Suatu keadaan atau kondisi kehidupan
manusia yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelola dengan
baik, kebutuhan dasar
dapat terpenuhi serta kesempatan sosial bisa
dimaksimalisasi. Kesejahteraan masyarakat suatu daerah dapat dilihat dengan
indikator. Pertama Peningkatan Jumlah Pendapatan.
Pendapatan masyarakat
suatu daerah akan sejalan dan sebangun dengan tersedianya lapangan pekerjaan
dan iklim usaha mikro dan menengah yang kondusif yang ditandai dengan empat
pilar yakni : Pemberdayaan, permodalan, pemasaran, dan perlindungan.
Pendapatan ini pada akhirnya dapat diukur dengan semakin meningkatnya daya
beli masyarakat terutama pada aspek, Pangan, Perumahan, Pakaian, Pendidikan,
dan
Kesehatan.
Kedua
semakin
tersebarnya
sumber-sumber
ekonomi,
berkurangnya kesenjangan sosial, serta tersedianya akses yang sama bagi seluruh
lapisan masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana
ekonomi, serta menghilangnya diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk
gender.
Sementara
itu
dalam
mewujudkan
visi
pembangunan
Kota
Padangsidimpuan tahun 2013 – 2018 tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi
pembangunan sebagai berikut :
1. Memperkuat
daya jangkau masyarakat
untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan terpadu.
2. Menciptakan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
3. Mengoptimalisasi sumber-sumber pendapatan asli daerah.
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur.
5. Memajukan sektor pendidikan.
6. Pembenahan tata ruang kota.
7. Menekan angka pengangguran,
mengurangi jumlah dan persebaran
penduduk miskin.
8. Meningkatkan daya saing daerah.
Secara umum Secara kewilayahan, Kota Padangsidimpuan dibagi menjadi 6
Kecamatan yang terdiri dari 42 Desa dan 37 Kelurahan.Pembagian wilayah
tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.berikut ini :
Tabel 4.3. Banyaknya desa/kelurahan dan satuan lingkungan setempat (SLS)
menurut kecamatan
Kecamatan
1. Padangsidimpuan
Tenggara
2. Padangsidimpuan
Selatan
Banyaknya
Desa/Kelurahan
Banyaknya Satuan
Lingkungan Setempat
(SLS)
18
38
12
62
3. Padangsidimpuan
Batunadua
4. Padangsidimpuan
Utara
5. Padangsidimpuan
Hutaimbaru
6. Padangsidimpuan
Angkola Julu
Total
15
44
16
51
10
41
8
29
79
265
Sumber: Padangsidimpuan Dalam Angka 2013
4.1.5. Perekonomian Kota Padangsidimpuan
Berbicara tentang perekonomian sebuah kota maka akan bersinggungan
dengan beberapa aspek ekonomi diantarannya adalah pembahasan tentang kondisi
produksi yang ada. Secara garis besar aspek produksi di Kota Padangsidimpuan
berkenaan dengan aktivitas industri, perdagangan, dan pertanian. Selain aspek
produksi, perekonomian kota juga dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan
masyarakat yang berkenaan dengan besaran biaya konsumsi yang dikeluarkan
serta jumlah penerimaan dan pengeluaran anggaran kota pada kurun waktu
tertentu.
Tabel. 4.4. Banyaknya Industri Besar dan Sedang menurut Kecamatan Tahun
2012
Kecamatan
2010
2011
2012
1. Padangsidimpuan Tenggara
3
3
3
2. Padangsidimpuan Selatan
1
1
1
3. Padangsidimpuan Batunadua
0
0
0
4. Padangsidimpuan Utara
0
0
0
5. Padangsidimpuan Hutaimbaru
0
0
0
6. Padangsidimpuan Angkola Julu
0
0
0
Jumlah/Total
4
4
4
Sumber: Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan Pasar Kota Padangsidimpuan
Dalam hal pertumbuhan Industri besar hampir tidak ada perubahan dari
tahun ke tahun. Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan pasar Padangsidimpuan
mencatat
belum
ada
pertambahan
industri
besar
yang
ada
di
kota
Padangsidimpuan dari mulai tahun 2010 sampai tahun 2012. Industri besar di
Kota Padangsidimpuan hanya ada pada Padangsidimpuan Tenggara dan
Padangsidimpuan Selatan sedangkan di kecamatan lain belum ada pertambahan
untuk industri besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecamatan-kecamatan
yang belum memiliki industri haruslah berbenah dan sangat memerlukan peran
aktif pemerintah kota Padangsidimpuan dalam mendukung dan memaksimalkan
potensi dari setiap kecamatan dalam menunjang peningkatan perekonomian di
masing-masing kecamatan. Sehingga arus investasi terutama dalam hal
perkembangan industri dalam juga masuk ke dalam kecamatan-kecamatan yang
memiliki potensi untuk perindustrian.
Tabel. 4.5. Jumlah tenaga kerja industri besar dan sedang menurut kecamatan
tahun 2012
Kecamatan
2010
2011
2012
1. Padangsidimpuan Tenggara
240
240
240
2. Padangsidimpuan Selatan
233
233
233
3. Padangsidimpuan Batunadua
0
0
0
4. Padangsidimpuan Utara
0
0
0
5. Padangsidimpuan Hutaimbaru
0
0
0
6. Padangsidimpuan Angkola Julu
0
0
0
473
473
473
Jumlah/Total
Sumber: Padangsidimpuan Dalam Angka 2013
Industri besar yang terdapat di kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dan
Selatan dapat menyerap 473 orang tenaga kerja. Hal ini tentu merupakan nilai
positif dengan adanya industri besar dan sedang yang ada di Kota
Padangsidimpuan . Dengan semakin banyaknya industri yang ada di kota
Padangsidimpuan maka akan semakin banyak tenaga kerja yang dapat diserap
oleh perusahaan sehingga tentu berimbas positif terhadap pengurangan
pengangguran di kota Padangsidimpuan.
Selain aspek perindustrian, aspek perdagangan juga bersinggungan
langsung dengan perekonomian suatu wilayah. Kemajuan Aspek perdagangan di
Kota Padangsidimpuan dapat dilihat dari pertumbuhan perizinan. Dari data yang
ada bahwa pada tahun 2012 telah dikeluarkan sejumlah tanda daftar perusahaan.
Tabel 4.6.
Jumlah tanda daftar perusahaan (TDP) yang diterbitkan menurut
kecamatan tahun 2012
Badan Hukum/Corporation
Kecamatan
PT
CV
P. Sidimpuan Tenggara
1
P. Sidimpuan Selatan
FIRM KO
PO
Jumlah
BU
Total
A
P
L
0
0
0
17
0
18
11
13
0
0
53
0
77
P. Sidimpuan Batunadua
1
5
0
0
12
0
18
P. Sidimpuan Utara
11
17
0
2
101
0
131
P. Sidimpuan Hutaimbaru
0
0
0
0
4
0
4
P. Sidimpuan Angkola Julu
0
1
0
0
0
0
1
Jumlah/Total
2012
24
36
0
2
187
0
249
2011
16
68
0
12
201
0
297
2010
23
74
0
5
208
0
310
2009
9
48
0
3
166
0
226
Sumber: Bappeda Kota Padangsidimpuan 2013
Apsek penerimaan dan pendapatan belanja daerah Kota Padangsidimpuan
memperlihatkan kondisi yang bervariasi dari masing-masing sektor. Dilihat dari
perbandingan pendapatan dan pengeluaran diketahui kondisinya sebagai berikut:
Tabel. 4.7. Perbandingan pendapatan dan pengeluaran Kota Padangsidimpuan
tahun 2012
Tahun
Penerimaan
Pengeluaran
Pembiayaan
2012
540.468.368
527.246.070
20.430.522
2011
477.210.918
463.524.730
15.291.221
2010
375.676.077
356.260.243
5.737.346
2009
385.970.485
374.024.132
2.044.791
2008
369.632.712
371.128.329
9.200.331
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota
Padangsidimpuan
Aspek Penerimaan dan Belanja Daerah kota Padangsidimpuan dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang menjadi modal
dalam pengembangan perekonomian yang ada di kota Padangsidimpuan.
Penerimaan itu di dapat dari berbagai sektor seperti pendapatan asli daerah, pajak
dan lain sebagainya.
Tabel 4.8. Realisasi penerimaan Kota Padangsidimpuan menurut jenis penerimaan
tahun 2012
Jenis Penerimaan
2010
2011
2012
Pendapatan Asli Daerah
14.602.384 21.614.811
23.682.308
Bagian Dana Perimbangan
317.219.703 357.577.097
421.732.104
Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak
26.428.985 23.994.090
32.822.220
Dana Alokasi Umum (DAU)
270.129.118 308.014.507
364.923.284
Dana Alokasi Khusus (DAK)
20.661.600 25.568.500
23.986.606
Lain-lain Pendapatan yang sah
43.853.989 98.019.010
95.053.956
Jumlah/Total
375.676.076 477.210.918
540.468.368
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota
Padangsidimpuan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran
atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktivitas
ekonomi dalam suatu wilayah/daerah.Data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki.Oleh karena itu
besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang mampu dihasilkan
sangat
tergantung
pada
faktor
tersebut.Adanya
keterbatasan
tersebut
menyebabkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bervariasi antar
daerah.Dari sini dapat dilihat besaran nilai tambah dari masing-masing sektor
ekonomi.Selain itu juga dapat dilihat sektor sektor yang berperan dalam
pembentukan perekonomian daerah.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Padangsidimpuan di
dominasi dari sektor perdagangan, hotel, restoran serta pertanian. Kedua sektor ini
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup bagus. Hampir 40%
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Padangsidimpuan dikuasai oleh
kedua
sektor
ini.
Hal
ini
menandakan
konsernnya
pemerintah
kota
Padangsidimpuan dalam meningkatkan pendapatan dari kedua sektor yang dapat
dikatakan sebagai sektor strategis di kota Padangsidimpuan.
Tabel. 4.9. Produk domestik regional bruto Kota Padangsidimpuan menurut
lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2012
Lapangan Usaha
1. Pertanian
2. Pertambangan & Penggalian/
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas & Air Minum
2012
406.579,26
8.699,21
302.331,09
15.010,23
5. Bangunan
133.780,95
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
582.684,20
7. Pengangkutan & Komunikasi
305.650,93
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
319.891,19
9. Jasa-Jasa
487.216,79
PDRB/GRDP
2 561 844,14
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota
Padangsidimpuan
4.2. Sekilas Lahirnya Program PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan)
Terbitnya Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan
mengisyaratkan akan arti penting kecamatan dalam pemerintahan daerah. Oleh
karena itu, Camat diharapkan mampu melakukan inovasi untuk meningkatkan
kinerjanya.Sejalan dengan hal tersebut, diterbitkanlah Permendagri No. 4 Tahun
2010 tentang Pedoman Pelayanan Terpadu Administrasi Kecamatan (PATEN).
Di dalam Kepmendagri No. 138-270 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, yang dimaksud dengan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) adalah penyelenggaraan pelayanan
publik di kecamatan yang proses pengelolaannya mulai darai permohonan sampai
kepada tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat. Satu tempat di sini
berarti cukup satu meja atau loket pelayanan, sehingga sistem ini memposisikan
warga masyarakat hanya berhubungan dengan petugas meja/loket pelayanan yang
ada di kecamatan.
Maksud diselenggarakannya PATEN adalah untuk menjadikan kecamatan
sebagai pusat pelayanan masyarakat, sekaligus simpul pelayanan bagi
badan/kantor pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di kabupaten/kota bagi
kecamatan yang secara kondisi geografis daerah, akan lebih efektif dan efisien
jika dilayani melalui kecamatan. Tujuan diselenggarakannya PATEN adalah
untuk meningkatkan kualitas pelayan publik dan mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat.Peningkatan kualitas pelayanan ini terutama dilihat dari aspek waktu
dan biaya pelayanan.Melalui PATEN ini, warga dapat menerima pelayanan yang
lebih cepat dan terukur dengan jelas.
Tujuan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat berarti masyarakat
dapat menerima pelayanan publik yang lebih dekat baik secara jarak maupun
waktu, karena lokasi kecamatan tentu lebih dekat dan relatif mudah dijangkau,
bila dibandingkan dengan ibukota kabupaten/kota.
Guna mendukung penyelenggaraan PATEN sebagai simpul badan/kantor
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), koordinasi dan kesepahaman antara
kecamatan dengan Badan/kantor KPTSP menjadi urgen. Untuk mewujudkan hal
tersebut, maka syarat yang harus dipenuhi adalah adanya pelimpahan sebagian
wewenang perizinan dan non perizinan dari Bupati/Walikota kepada Camat,
khususnya untuk pelayanan masyarakat sesuai skala dan kriteria kecamatan yang
selama ini dijalankan oleh lembaga di tingkat kabupaten/kota.
Di dalam Permendagri No. 4 tahun 2010 tentang Pedoman PATEN,
terdapat tiga persyaratan yang harus dipenuhi sebelum kebijakan ini
diimplementasikan, yaitu syarat substantif, syarat administratif, dan syarat teknis.
Oleh karena itu, secara umum terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui,
sebagaimana dijelaskan pada pembahasan berikut ini.
1. Tahapan pemenuhan syarat substantif, terdiri dari:
a. Bupati/walikota
menetapkan
Tim
Teknis
PATEN
melalui
Peraturan Bupati/Peraturan Walikota.
b. Tim teknis menginventarisasi dan memilah-milah kewenangan
yang dapat dilimpahkan kepada camat dan menyiapkan rancangan
kebijakan tentang pelimpahan sebagian kewenangan kepada camat.
c. Bupati/walikota menerbitkan Peraturan Bupati/Peraturan Walikota
tentang pelimpahan sebagian kewenangan kepada camat.
2. Tahapan pemenuhan syarat Teknis, terdiri dari:
a. Tim teknis mendata sarana, prasarana kantor kecamatan, jumlah,
dan kualitas personil kecamatan kemudian melakukan upaya untuk
melengkapi kebutuhan kecamatan.
3. Tahapan pemenuhan syarat Administratif, terdiri dari:
a. Penyusunan visi, misi, dan motto pelayanan.
b. Penerbitan
peraturan
bupati/walikota
tentang
uraian
tugas
kecamatan
c. Penerbitan Peraturan Bupati/Walikota tentang standar pelayanan
4. Penetapan kecamatan sebagai penyelenggara PATEN yang ditetapkan
melalui Keputusan Bupati/Walikota.
5. Peresmian dan sosialisasi kecamatan sebagai penyelenggara PATEN
6. Penerapan PATEN di kecamatan
7. Pembinaan dan pengawasan PATEN
4.3.
Kerangka
Kerja
Program PATEN”
(Pelayanan
Administrasi
Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan
Didasarkan oleh tuntutan Permendagri No. 4 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pelayanan
Pemerintah
Kota
Administrasi Terpadu
Padangsidimpuan
mengimplementasikan
kebijakan
Kecamatan (PATEN), maka
melakukan
tersebut
berbagai
di
upaya
daerahnya.
untuk
Tujuan
diimplementasikannya kebijakan ini adalah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik serta memperpendek rentang kendali birokrasi sehingga
memudahkan penyelenggaraan pelayanan di Kota Padangsidimpuan.
Keberadaan kecamatan sebagai pelaksana tugas dari sebagian wewenang
Bupati atau walikota yang dilimpahkan menangani sebagian urusan otonomi
daerah merupakan sebuah peran strategis.Melalui program PATEN ini sendiri
pemerintahan Kota padangsidimpuan senantiasa berusaha meningkatkan kualitas
dan kuantitas pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat, sehingga dapat
terciptanya pelayanan prima yang efektif dan effisien.
Dalam kerangka mempersiapkan diri sebagai sebuah kota yang akan
menerapkan kebijakan PATEN, pemerintahan kota Padangsidimpuan sudah
memulai mempersiapkan langkah-langkah menuju penerapan kebijakan PATEN
tersebut mulai tahun 2013 dengan beberapa agenda kegiatan yang diharapkan
dapat menunjang dan mendukung kegiatan tersebut.
Pada tahun 2013, pemerintah kota Padangsidimpuan melakukan study
banding ke Kabupaten Serdang Bedagai dalam kerangka melihat dan mempelajari
implementasi kebijakan PATEN yang telah di terapkan di Kabupaten Serdang
Bedagai. Di ambilnya kabupaten Serdang Bedagai sebagai lokasi study banding,
dikarenakan di Sumatera Utara ini, baru kabupaten Serdang Bedagai yang
menerapkan kebijakan tersebut. Selain karena factor geografis yang deket,
Kabupaten Serdang Bedagai juga termasuk salah satu Kabupaten/Kota yang di
nilai berhasil dalam mengimplementasikan kebijakan PATEN tersebut.
Selain
melaksanakan
kegiatan
study
banding,
pemerintah
kota
Padangsidimpuan juga mempersiapkan anggaran untuk upaya persiapan
kecamatan dalam melaksanakan kebijakan PATEN tersebut. Hal ini dengan
dianggarkannya alokasi dana sebesar RP. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) pada
tiap kecamatan di Kota Padangsidimpuan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan
akan sarana dan prasarana penunjang kegiatan PATEN ini, pemerintah Kota
Padangsidimpuan juga melakukan proses pengadaan sarana prasarana yang
dibutuhkan dalam mengimplementasikan kebijakan PATEN.
Sedangkan dalam hal persiapan teknis pelaksanaan kebijakan PATEN ini,
pemerintah kota Padangsidimpuan melakukan rapat-rapat antar lintas sector dalam
rangka penetapan standar operasional prosedur penerapan program PATEN dan
kebijakan-kebijakan lainnya yang berkaitan dengan program PATEN tersebut.
Secara
operasional,
Kota
Padangsidimpuan
berkomitmen
untuk
meningkatkan peran pelayanannya, hal tersebut ditandai dengan adanya Peraturan
Walikota Padangsidimpuan No 2 tahun 2014 mengenai PATEN. Setelah lahirnya
Perwal tersebut kemudian dibuat Perwal no.3 tahun 2014 tentang pendelegasian
kepada pejabat terkait untuk pelaksanaan PATEN selanjutnya kedua Peraturan
Walikota tersebut di dukung dengan Surat Keputusan Walikota Padangsidimpuan
No. 63/KPTS/2014 tentang Penyelenggara Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014. Sementara itu untuk
melaksanakan aktifitas kegiatan Program
PATEN” (Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan, Walikota Padangsidimpuan juga
mengeluarkan Peraturan Walikota No. 38 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Administrasi
Terpadu
Kecamatan
di
Lingkungan
Pemerintah
Kota
Padangsidimpuan.
Berdasarkan Perwal No. 3 tahun 2014 tentang pendelegasian kepada
pejabat terkait untuk pelaksanaan PATEN, terdapat beberapa kewenangan yang
didelegasikan terdiri dari:
1. Kewenangan perizinan : 16 aspek
2. Kewenangan rekomendasi : 25 aspek
3. Kewenangan koordinasi : 10 aspek
4. Kewenangan pembinaan : 16 aspek
5. Kewenangan pengawasan : 25 aspek
6. Kewenangan fasilitasi : 34 aspek
7. Kewenangan penetapan : 4 aspek
8. Kewenangan penyelenggaraan : 18 aspek
Selain itu juga, Peraturan Walikota Padangsidimpuan No. 02/PW/2014
juga mencantumkan tentang pejabat penyelenggara Program PATEN” (Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan, yang terdiri dari:
1. Camat
2. Sekretaris Kecamatan
3. Kepala Seksi Pemerintahan, Ketenteraman dan Ketertiban Umum.
Di dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa Camat merupakan penanggung
jawab penyelenggara PATEN yang bertugas untuk:
a.
Memimpin,
mengkoordinasikan,
dan
mengendalikan
penyelenggaraan PATEN.
b.
Menyiapkan rencana anggaran dan biaya.
c.
Menetapkan pelaksanaan teknis.
d.
Mempertanggungjawabkan kinerja PATEN kepada Walikota
melalui Sekretaris Daerah.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengemban delegasi, maka camat
berwenang menandatangani perizinan yang didelegasikan atas nama Walikota.
Selanjutnya, Sekretaris Kecamatan mempunyai tugas:
a.
Melakukan penatausahaan administrasi PATEN.
b.
Menjadi
penanggung
jawab
kesekretariatan/ketatausahaan
penyelenggaraan PATEN. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
Sekcam mengoreksi dan memaraf surat dari Kasi, yang selanjutnya
diserahkan ke Camat untuk ditandatangani.
c.
Dalam melaksanakan tugasnya, Sekcam bertanggung jawab kepada
Camat.
Tugas Kepala Seksi Kepala Seksi Pemerintahan, Ketenteraman dan Ketertiban
Umum adalah:
a.
Melaksanakan teknis pelayanan. Dalam melaksanakan tugas
tersebut, Kasi mempelajari berkas dan melakukan validasi yang
selanjutnya diserahkan kepada operator untuk diketik. Setelah
selesai, Kasi tersebut mengoreksi dan memaraf surat yang
selanjutnya dinaikkan kepada Sekcam.
b.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kasi bertanggung jawab kepada
Camat.
Perwal tersebut juga memutuskan Uraian tugas personil kecamatan yang
mengurusi Program PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di
Kota Padangsidimpuan. Pelaksana Teknis PATEN terdiri dari:
a.
Petugas informasi
b.
Petugas loket/ penerima berkas.
c.
Petugas operator computer
d.
Petugas pemegang kas
Dalam peraturan tersebut disebutkan uraian tugas dari petugas informasi adalah :
a.
Menyapa warga dan memberikan informasi kepada warga
masyarakat.
b. Meminta warga mengisi buku tamu.
c. Mempersilahkan warga akan mengurus surat, ke loket/ meja
pelayanan.
d. Mengantar
warga
yang
akan
bertemu
Camat,
Sekretaris
Kecamatan, Kepala Seksi atau pegawai lainnya untuk konsultasi
khusus, ke ruangan/meja kerja yang bersangkutan. Apabila yang
bersangkutan tidak ada di tempat atau sibuk dipersilahkan
menunggu di ruang tunggu.
e. Membawa surat yang telah diproses di loket/ meja pelayanan untuk
diparaf oleh Kepala Seksi dan Sekretaris Kecamatan serta
membawa ke Camat untuk ditandatangani. Setelah semuanya
selesai dikembalikan ke loket/ meja pelayanan.
f. Memperbaharui semua informasi di papan informasi.
Kemudian, uraian tugas petugas loket/ penerima berkas adalah:
a.
Menyapa warga dan memeriksa berkas persyaratan pelayanan yang
diajukan warga masyarakat.
b.
Menyampaikan penjelasan kepada warga masyarakat bila ada
berkas yang belum lengkap.
c.
Menyerahkan hasil pengurusan ke masyarakat yang telah selesai
diproses
d.
Mengagendakan surat masuk dan keluar.
e.
Menyusun berkas surat masuk dan keluar di meja/ loket pelayanan.
f.
Bertanggung jawab terhadap arsip PATEN.
Uraian tugas dari petugas operator komputer adalah :
a. Memasukkan (melakukan input) data warga pengguna pelayanan
dan jenis pelayanan yang dimohonkan.
b. Mencetak surat atau rekomendasi yang dimohonkan oleh warga
masyarakat.
c. Mengumpulkan data-data
yang diperlukan
dalam database
kecamatan.
d. Memasukkan data-data yang diperlukan dalam format database
PATEN.
e. Memperbaharui perkembangan data kecamatan dan pelayanan
publik
f. Mengamankan data yang sudah terkumpul (back-up) database ke
dalam media penyimpanan atau komputer lainnya secara berkala.
Selanjutnya, uraian tugas pemegang kas adalah:
a. Berperan sebagi kasir di loket/ meja pelayanan.
b. Menerima pembayaran tarif pelayanan dan memberikan tanda
terima pembayaran kepada warga masyarakat penerima pelayanan.
c. Membukukan setiap uang yang masuk dan keluar dari loket/ meja
pelayanan.
d. Menyusun laporan keuangan secara berkala.
Secara singkat, mekanisme pelayanan PATEN yaitu masyarakat yang
membutuhkan pelayanan mendatangi kantor Kecamatan, lalu disambut oleh
security atau petugas informasi, kemudian diarahkan kepada petugas loket
pelayanan yang sesuai dengan urusan masyarakat tersebut. Setelah itu, diproses
oleh operator, kemudian dinaikkan ke Kasi yang membidangi.Setelah benar dan
syaratnya terpenuhi, maka kasi memaraf berkas tersebut, kemudian dinaikkan ke
Sekcam. Jika butuh tandatangan Camat, maka Sekcam akan memaraf berkas
tersebut dan dinaikkan kepada Camat. Setelah selesai, berkas tersebut langsung
diturunkan kepada petugas yang berwenang untuk diagendakan.Selanjutnya
berkas yang sudah selasai tersebut dikembalikan kepada petugas loket untuk
menyerahkannya kepada masyarakat.
4.4. Analisis Persiapan Program PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan
Berdasarkan hasil penelitian lapangan, peneliti menemukan beberapa
factor yang mempengaruhi Persiapan Program PATEN di Kota Padangsidimpuan,
diantara lainnya adalah:
4.4.1. Pihak yang Kepentingannya Dipengaruhi
Suatu kebijakan tentunya akan mempengaruhi berbagai pihak. Siapa-siapa
saja yang menjadi stakeholders dalam implementasi kebijakan disesuaikan dengan
bidang yang akan dilaksanakan, yang secara tertulis telah menjadi ketetapan
melalui adanya kebijakan atau peraturan yang diuraikan berdasarkan tujuan
program, prioritas program, dan rincian program ke dalam berbagai kegiatan.
Melalui uraian ketiga hal tersebut, maka secara jelas akan terlihat siapa saja pihak
yang terkait di dalamnya termasuk bagaimana tanggung jawabnya terhadap
pelaksanaan kegiatan yang ditangani tersebut.
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa implementasi
kebijakan PATEN dapat berjalan setelah memenuhi 3 persyaratan yaitu syarat
substantif, syarat administratif, dan syarat teknis. Berdasarkan hasil observasi di
lapangan, ternyata diantara ketiga syarat tersebut, syarat substantif merupakan
syarat yang menunjukkan bagaimana interaksi dari berbagai pihak yang
kepentingannya terpengaruhi oleh adanya kebijakan PATEN ini, karena selain
dikarenakan penyusunannya dilakukan secara bersama-sama melalui Tim Teknis
PATEN, ternyata dalam proses pemenuhan syarat tersebut juga terjadi
penambahan kewenangan instansi tertentu sekaligus mengurangi kewenangan
instansi lain yang memang tidak mungkin dilakukan secara sepihak. Hal tersebut
sejalan dengan yang disebutkan oleh salah satu informan yang menyatakan
bahwa:
Pihak yang terpengaruhi oleh PATEN ini ya tentu saja Walikota sebagai
pengambil kebijakan, dan Camat sebagai pelaksana kebijakan, tapi itu kan
gak serta-merta terjadi pendelegasian wewenangnya, karena kewenangan
yang didelegasikan itu kan sebenarnya kewenangan yang semula ada di
Dinas, kemudian di delegasikan kepada kecamatan. Dalam hal ini, seluruh
SKPD dilibatkan dalam rangka mewujudkan program PATEN ini sendiri
sehingga para SKPD mengetahui wewenang apa saja yang didelegasikan
kepada Kecamatan dan kita juga tahu bagaimana pandangan mereka
terhadap sebagian wewenang yang didelegasikan itu (Hasil wawancara
dengan Kabag Adm Pemerintahan Umum Kota. Padangsidimpuan, 19
Januari 2015).
Selain itu, menurut Asisten Pemerintahan, bahwa dinamika yang terjadi
antara tarik menarik kepentingan dari dinas daerah kepada pemerintahan
kecamatan yang memiliki wewenang, baik dalam hal menerbitkan Surat maupun
merekomendasikan surat merupakan sebuah hal yang wajar dimana kebijakan ini
pada dasarnya baru saja di mulai, semoga dinamika yang terjadi memberikan
dampak positif dalam memaksimalkan program PATEN ini sendiri, sehingga
kebijakan ini dapat berjalan lancar pelaksanaanya guna meningkatan pendapatan
asli daerah demi kemajuan masyarakat kota Padangsidimpuan dan agar pihak
kecamatan
juga
berperan
aktif
dalam
meningkatkan
pembangunan
di
kecamatannya (wawancara dengan Bapak A.R. Marjoni pada 19 Januari 2015).
Dari penjelasan tersebut, dapat di pahami bahwa pihak-pihak yang
kepentingannya dipengaruhi tersebut sangat menentukan dalam implementasi
PATEN di Kota Padangsidimpuan. Apabila pihak-pihak tersebut tidak
melaksanakan tugasnya sebagai bagian dari Tim Teknis PATEN secara sungguhsungguh dan tidak legawa kewenangannya ditarik dan didelegasikan kepada
kecamatan, maka penyelenggaraan pelayanan di kecamatan khususnya dalam hal
perumusan peraturan tentang pendelegasian kewenangan dari Walikota kepada
Camat akan terhambat.
Selain jajaran pemerintah Kota Padangsidimpuan sebagai penyedia
layanan, maka sebagai penerima layanan PATEN, masyarakat juga merupakan
pihak yang kepentingannya terpengaruhi. Berdasarkan hasil wawancara dengan
salah satu masyarakat yang pernah mengurus Rekomendasi Lokasi Pelaksanaan
Proyek Pembangunan di Kantor Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, beliau
mengatakan bahwa meski masih merepotkan dalam hal pemenuhan persyaratan,
tetapi dikarenakan dapat langsung terselesaikan di kecamatan, maka paling tidak
dengan adanya PATEN ini, sudah menghemat waktu dan biaya (Hasil wawancara
dengan seorang kontraktor yang tidak bersedia disebutkan namanya, pada tanggal
20 Januari 2015 di Kantor Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua). Oleh karena
itu, kepentingan masyarakat yang terpengaruhi tampak pada output dan
kebermanfaatan dari adanya PATEN tersebut.
4.4.2. Jenis Manfaat yang Dihasilkan dari Implementasi Kebijakan PATEN
Menurut Andi Pitono, suatu kebijakan yang baik tentunya memberi
manfaat
kepada
seluruh
stakeholder
dari
kebijakan
tersebut.
Manfaat
implementasi ini perlu memperhatikan ruang lingkup, kepentingan instansi
pelaksana maupun kepentingan masyarakat (Jurnal Pamong Praja, 2011, h. 46).
Sementara itu, menurut Sadu Wasistiono, Ismail Nurdin, dan M. Fahrurozi (2009,
h. 51), dalam konteks pelimpahan kewenangan dari Bupati/Walikota kepada
Camat, beberapa manfaat yang dapat diperoleh adalah:
1. Mempercepat pengambilan keputusan berkaitan dengan kepentingan dan
kebutuhan masyarakat setempat.
2. Mendekatkan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat.
3. Mempersempit rentang kendali dari Bupati/Walikota kepada Kepala Desa
dan Lurah.
4. Kaderisasi kepemimpinan pemerintahan.
Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil observasi di lapangan,
terdapat berbagai manfaat yang telah sangat dirasakan dari diimplementasikannya
kebijakan PATEN di Kota Padangsidimpuan. Hasil wawancara dengan Camat
Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua mengatakan bahwa :
Kebijakan PATEN ini sangat besar manfaatnya, terlebih-lebih manfaat
yang diperoleh oleh masyarakat yaitu kemudahan, kepastian dan tidak
berbelitbelit.Selain itu, pada waktu melayani masyarakat, staf kita juga
menjadi lebih nyaman dalam bekerja karena sudah ada jelas syarat-syarat
yang harus dipenuhi untuk mendapatkan suatu pelayanan.Artinya mereka
tinggal ngecheck apakah berkas sesuai dengan syarat yang ada,
pekerjaannya pun menjadi lebih mudah. Selain itu, yang saya amati dalam
perjalanan program PATEN ini sendiri, staf kita juga belajar lebih
professional dalam melayanai karena lebih memahami apa yang menjadi
tugas dan tanggung jawab mereka. (Wawancara di laksanakan pada 19
Januari 2015)
Sementara itu, menurut salah satu petugas loket di kantor Kecamatan
Padangsidimpuan Batunadua yang diwawancarai oleh peneliti mengatakan bahwa:
Senanglah masyarakat itu bang.Mereka itu menyambut baik PATEN ini,
karena pelayanan lebih cepat, lebih singkat, apalagi sifatnya gratis.
Sebelum PATEN dulu, untuk urusan HO kita hanya memberi rekomendasi
dari kecamatan, kemudian dilanjutkan ke Instansi berkaitan. Nah, setelah
PATEN, yah paling tidak waktu mereka sangat di hemat, karena tidak
perlu datang ke Instansi Kota. (Hasil wawancara dengan Hendra Sakti
Harahap di kantor Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, 21 Januari
2015).
Di sisi lain, dari perspektif masyarakat yang disampaikan oleh seorang
informan dalam penelitian ini bahwa :
Pelayanan di Kota Padangsidimpuan sekarang ini sudah lumayan baguslah
bang. Kalau kita ke Kecamatan, sekilas udah seperti di bank. Ada TV,
dispenser, koran, dan brosur2 informasi. Pelayanannya juga jelas berapa
lama dan biaya yang diperlukan. Kita kan jadi tahu ngatur waktu (Hasil
wawancara dengan Bapak AR. Aritonang, salah seorang masyarakat yang
sedang mengurus perizinan IMB di Kantor Kecamatan Padangsidimpuan
Batunadua pada tanggal 21 Januari 2015).
Lebih lanjut, menurut Hendra Sakti Harahap bahwa sebelum PATEN ini,
kadang-kadang kita mengerjakan pekerjaan yang ini, lalu yang itu, sementara staf
yang lain diam-dia