Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Keluarga Berencana

2.1.1 Defenisi Keluarga Berencana
Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan
objek-objek

tertentu,

menghindarkan

kelahiran

yang

tidak


Diinginkan,

mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara
kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2007).
Keluarga Berancana adalah mengatur jumlah anak sesuai kehendak anda,
dan menentukan sendiri kapan anda ingin hamil. Bila anda memutuskan untuk
tidak segera hamil sesudah menikah, anda bisa ber-KB, layanan KB di seluruh
Indonesia sudah cukup mudah diperoleh. Ada beberapa metode pencegahan
kehamilan, atau menjarangkan kehamilan, atau kontrasepsi, bisa anda pilih sendiri
(Irianto, 2014).
2.2

Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan

kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata kontra
berarti mencegah atau melawan. sedangkan Konsepsi artinya pembuahan jadi
kontrasepsi berarti mencegah bertemunya sperma dengan ovum, sehingga tidak
terjadi pembuahan yang mengakibatkan kematian ( Irianto,2014).

2.2.1 Jenis dan Metode Kontrasepsi
Kontrasepsi yang baik harus memiliki syarat-syarat antara lain:

Universitas Sumatera Utara

1.

Aman

2.

Dapat diandalkan

3.

Sederhana

4.

Murah


5.

Dapat diterima orang lain

6.

Dapat dipakai dalam jangka panjang

Jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia antara lain:
A. Metode Sederhana
1). Tanpa Alat
a). Pantang Berkala
b). Metode Kalender
c). Metode Suhu Badan Basal
d). Metode Lendir Serviks
e). Coitus Interputus
2). Dengan Alat
a). Mekanis (barier)
- Kondom Pria

- Barier intra vaginal antara lain : diafragama, kap serviks,
spons,dan kondom wanita
b). Kimiawi
- Spermisid antara lain: vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal
tablet, dan lain-lain.
B. Metode Modren

Universitas Sumatera Utara

1. Kontrasespi Hormonal
a). Pil KB
b). AKDR
c). Suntik Kb
d). Susuk KB
2. Kontrasepsi Mantap
a). Medis Operatif Pria (MOP)
b). Medis Operatif Wanita (MOW)
Berdasarkan lama efektifitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :
1.


MKJP ( Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yang termasuk dalam
kategori ini adalah susuk/implant, IUD,MOP, dan MOW.

2.

Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi jangka panjang) yang
termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil,suntik, dan lain-lain.

2.2.2 Alat Kontrasepsi Implant
Implan adalah metode kontrasepsi yang dipakai di lengan atas bagian
sebelah dalam. Berbentuk silastik (lentur). Berukuran hampir sebesar korek api.
Implan dipakai biasanya pada lengan kiri. Ditanamkan diantara kulit dan daging.
Tepatnya dibawah kulit namun diatas lapisan daging (otot), sehingga jika dilihat
dari luar akan terlihat menonjol dan dapat diraba ( Irianto,2014).
Jenis- jenis Implan
1.

Norplant terdiri dari 6 batang silastis lembut berongga dengan panjang

2.


Implanon

3.

Jadena dan Indoplant

Universitas Sumatera Utara

Cara Kerjanya:
1. Lendir serviks menjadi kental
2. Mengganggu Proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
3. Mencegah ovulasi
4. Mengurangi transportasi sperma
Keuntungan IMPLANT:
1. Daya guna tinggi.
2. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
3. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
4. tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

5. Bebas dari pengguna estrogen
6. Tidak mengganggu aktivitas seksual
7. Tidak mengganggu produksi asi
8. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
9. Dapat dicabut setiap saatsesuai dengan kebutuhan.
Efektivitas Implant:
Sangat efektif (0,2-1 kehamilan per 100 perempuan).
Keuntungan dari segi Nonkontrasepsi:
1. Mengurangi nyeri haid
2. Mengurangi jumlah dara haid
3. Mengurangi/memperbaiki anemia
4. Melindungi terjadinya kanker endometrium

Universitas Sumatera Utara

5. Menurunkan angka kejadian tumor jinak payudara
6. Menurunkan angka kejadian endometriosis
Kerugian IMPLANT:
1. Nyeri kepala, pening/pusing kepala
2. Peningkatan/penurunan berat badan

3. Nyeri payudara
4. Perubahan mood atau kegelisahan
5. Tidak memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit menular seksual
termasuk HIV/AIDS
6. Memerlukan tindakan pembedahan minor intuk memasang/insersi dan
pencabutannya sehingga klien tidak dapat menghentikan sendiri
pemakaiannya sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik
untuk pencabutan
7. Efektifitasnya menurun jika menggunakan implant bersamaan denagn
penggunaan obat untuk epilepsi dan tuberkulosis.
8. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000
perempuan pertahun)
Indikasi pemakaian implant
Yang boleh menggunakan KB implant :
a. Wanita usia reproduksi
b. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu
yang lama tetapi tidak bersedia menjalani atau menggunakan AKDR

Universitas Sumatera Utara


c. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang
mengandung estrogen
d. Menyusui dan membutuhkan kontasepsi
e. Pasca persalinan tidak menyusui
f. Pasca keguguran
g. Tekanan darah < 180/100 mmHg, dengan masalah pembekuan darah,
atau anemia bulan sabit
2. Kontraindikasi implant
Yang tidak boleh menggunakan KB Implant :
a. Hamil atau diduga hamil
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya
c. Kanker payudara
d. Riwayat kehamilan ektopik
e. Gangguan toleransi gula. (Saifuddin, 2006).
Sekalipun masih dijumpai penyulit Implant, kelangsungan pemakaian cukup
tinggi, sehingga tetap menjadi andalan gerakan Keluarga Berencana Nasional.
Waktu Pemasanagan IMPLANT:
1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. tidak
diperlukan metode kontrasepsi tambahan
2. Insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini tidak terjadi

kehamilan. Apabila insert setelah hari ke-7 siklus haid, dianjurkan untuk
tidak melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk tujuh hari saja.

Universitas Sumatera Utara

3. Apabila menyusui antara enam minggu sampai enam bulan pasca
persalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat. Apabila menyusui penuh,
tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi lain.
4. Apabila setelah enam minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali,
insersi dapat dilakukan setiap saat, dianjurkan untuk tidak melakukan
hubungan seksual selama tujuh hari atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk tujuh hari dan ingin menggantinya dengan
implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini
tersebut tidak hamil, atau menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan
benar.
5. Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntik, implant dapat
diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntik. Tidak diperlukan metode
kontrasepsi lain.
6. Apabila kontrasespsi sebelumnya adalah kontrasepsi hormonal ( kecuali

AKDR) dan ingin menggantinya dengan norplant, insersi dapat
dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini tidak hamil. Tidak perlu
menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
7. Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan ingin menggantinya
dengan implant. Maka dapat di insersikan pada saat haid hari ke-7 dan
dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual selama tujuh hari atau
gunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari saja. AKDR segera
dicabut
8. Pasca keguguran, Implan dapat segera diinsersikan

Universitas Sumatera Utara

IMPLAN tidak dapat dipasang pada keadaan
1. Hamil atau di duga hamil.
2. Perempuan

dengan

perdarahan

pervaginam

yang

belum

jelas

penyebabnya
3. Memiliki benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
4. Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
5. Memiliki miom uterus dan kanker payudara
6. Mengalami gangguan toleransi glukosa
Instruksi Pemasangan IMPLAN
a. Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam
pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka insisi.
b. Perlu

dijelaskan

bahwa

mungkin

akan

terasa

sedikit

perih,

pembengkakan, atau lebam pada daerah insisi, tetapi hal ini tidak perlu
dikhawatirkan.
c. Pekerjaan rutin harian tetap dapat dilakukan. Namun hindari benturan ,
gesekan atau penekanan pada daerah insersi.
d. Balutan penekan tetap ditinggalkan selama 48 jam, sedangkan plester
tetap dipertahankan hingga luka sembuh ( biasanya lima hari).
e. Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan
tekanan yang wajar.
f. Apabila

ditemukan

adanya

tanda-tanda

infeksi

seperti

demam,

peradangan, atau bila rasa sakit menetap selama beberapa hari, segera
kembali ke klinik ( Sulistyawati,2011).

Universitas Sumatera Utara

Teknik insersi implant
Pemasangan dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau bawah, kira-kira
6-8 cm, diatas atau dibawah siku, melalui insisi tunggal, dalam bentuk kipas, dan
dimasukkan tepat dibawah kulit.
Untuk memasang Norplant
a.

Letakkan lengan akseptor yang akan dipasang norplant diatas
penyangga.

b.

Pakailah sarung tangan. Bukalah tempat alat-alat yang telah steril dan
aturlah alat-alat sedemikian rupa agar mudah dicapai

c.

Cucilah daerah lengan tempat pemasangan tersebut dengan sabun
antiseptik dan berila betadin (atau antiseptik lainnya)

d.

Pasanglah kain steril yang berlubang besar yang biasa dipakai untuk
operasi pada lengan bawah dan lengan atas

e.

Letakkan ke 6 kapsl berjejer seperti bentuk kipas

f.

Isilah semprit dengan zat anastesi local sebanyak 2,5 cc.Suntikan jarum
semprit yang berisi zat anastesi local tadi hingga dibawah kulit ditempat
dimana norplant akan dimasukkan dan lepaskan 0,5cc. Kemudian tanpa
memindahkan jarum, masukkan kebawah kulit sekitar 4 cm, hal ini
akan membuat kulit terangkat dari jaringan lunak dibawahnya.
Kemudian tarik jarum pelan-pelan seingga membentuk jalur sambil
menyuntikkan obat anastesi sebanyak 1 ml diantara tempat untuk
memasang, kapsul 1 dan 2, selanjutnya diantara kapsul 3 dan 4 serta 5
dan 6.

Universitas Sumatera Utara

g.

Dengan pisau scalpel dibuat insisi 2 mm sejajar dengan lengkung siku.

h.

Masukkan ujung trokar melalui insisi
Terdapat 2 garis yang batas pada trokar, satu dekat ujung, lainnya dekat
pangkal trokar. Dengan perlahan-lahan trokar dimasukkan sampai
mencapai garis batas dekat pangkal trokar, kurang lebih 4-4,5 cm,
trokar dimasukkan sambil melakukan tekanan keatas dan tanpa
merubah sudut pemasukan.

i.

Masukkan implant kedalam trokarnya
Dengan batang pendorong, implant didorong perlahan-lahan keujung
trokar sampai terasa adanya tahanan. Dengan batang tetap stationer,
trokar perlahan-lahan ditarik kembali sampai garis batas di dekat ujung
trokar terlihat pada insisi an terasa implan nya “melonjat keluar” dari
trokarnya. Jangan keluarkan trokarnya, raba lengan dengan jari untuk
memastikan implan sudah berada pada tempatnya dengan baik.

j.

Ubah arah trokar sehingga implan berikutnya berada 15 dari implan
sebelumnya. Letakkan jari tangan pada implan sebelumnya. Masukkan
kembali trokar sepanjang pinggir jari tangan sampai garis batas dekat
pangkal trokar. Masukkan implan kedalam trokar. Selanjutnya seperti
pada butir Ulangi lagi prosedur tersebut sampai semua implan telah
terpasang.

k.

Setelah semua implan terpasang, lakukan penekanan pada tempat luka
insisi dengan kasa steril untuk mengurangi perdarahan. Lalu ke pinggir
insisi ditekan sampai berdekatan dan ditutup dengan plester. Tidak

Universitas Sumatera Utara

diperlukan penjahitan luka insisi. Luka insisi ditutup dengan kompres
kering, lalu lengan dibalut dengan kasa.
l.

Luka insisi ditutup dengan kompres kering, lalu lengan dibalut dengan
kasa intuk mencegah perdarahan.

m. Nasihatkan pada akseptor agar luka jangan basah selama lebih kurang 3
hari

dan

datang

kembali

jika

terjadi

keluhan-keluhan

yang

mengganggu.
Pemeriksaan ulang IMPLAN
1. Tidak perlu kembali ke klinik, kecuali jika ada masalah kesehatan ayau
ingin mencabut implan. dianjurkan kembali ke klinik tempat implan
dipasang bila ditemukan hal-hal sebagai berikut.
a. Amenore yang disertai nyeri perut bagian bawah
b. Perdarahan dengan jumlah yang banyak
c. Rasa nyeri pada lengan
d. Luka bekas insisi menegeluarkan darah atau nanah
e. Ekspulsi dari batang implan
f. Sakit kepala hebat ataiu penglihatan menjadi kabur
g. Nyeri dada hebat
h. Dugaan adanya kehamilan
Efek Samping IMPLAN:
1.

Amenore

2.

Perdarahan bercak (spotting) ringan

3.

Ekspulsi

Universitas Sumatera Utara

2.3

4.

Infeksi pada daerah insersi

5.

Berat Badan naik atau turun

Akseptor KB Aktif
Akseptor KB aktif adalah Akseptor yang ada pada saat ini menggunakan

salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan/mengakhiri
kesuburan (Ade, 2015).
2.4 Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Implan Pada Akseptor KB Aktif
2.4.1 Umur
Sebagian besar masa reproduksi secara aktif digunakan untuk kebutuhan
seksual, dengan demikian wanita memiliki periode yang panjang dimasa mereka
memerlukan metode yang efektif yang digunakan untuk mengatur kehamilan dan
menjarangkannya (Finer & Philbin, 2012). Usia reproduksi yaitu usia diantara 20
tahun sampai 35 tahun dimana merupakan usia dewasa yang cukup matang untuk
dibuahi, dan sebaliknya usia 35 tahun, sehingga pada kedua
periode usia tersebut diperlukan metode yang lebih efektif dan berlaku dalam
jangka waktu yang lebih panjang (Depkes RI, 2006).
Pemakaian kontrasepsi Implant lebih banyak dipakai oleh wanita usia muda
α (0,05), disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara umur dengan pemakaian kontrasepsi implant
pada WUS.
2.4.2 Pendidikan
Peran pendidikan dalam mempengaruhi pola pemikiran perempuan untuk
menentukan kontrasepsi mana yang lebih sesuai untuk dirinya, kecenderungan ini
menghubungkan antara tingkat pendidikan akan mempengaruhi pemahaman dan
pengetahuan seseorang, penelitian di Cambodia tersebut menegaskan hubungan
pendidikan dengan penelitian kontrasepsi modern sangat berkaitan ( Samandari,
2010).
Bedasarkan hasil penelitian di Kenya tingkat pendidikan ibu dengan
pemakaian kontrasepsi modern mempunyai hubungan signifikan. Ibu dengan
pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memilih menggunakan metode
kontrasepsi modern dengan efektifitas yang lebih tinggi. Perbedaan yang terjadi
berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Tegal sari bahwa , semakin rendah
pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk

dipengaruhi

dalam

memutuskan memakai kontrasepsi. Hal ini menunjukkan bahwa orang dengan
pendidikan yang rendah mempunyai kecenderungan

untuk lebih mudah

dipengaruhi oleh orang lain (Copollo, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian Alemayehu dkk (2012) terkait pendidikan sebesar 73,81%
dengan pendidikan menengah pada kelompok yang memakai Implant, 71,52%
tidak memakai dan sebesar 2,38% pendidikan tinggi yang memakai Implant dan
7,05% yang tidak memakai. Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai OR 0,95
pada pendidikan menengah dan 0,31 pada pendidikan tinggi

(Akadami atau

Universitas) lebih rendah 0,3dari pada yang berpendidikan rendah ( SD dan tidak
sekolah) dan terdapat tren terbukti semakin tinggi pendidikan didapatkan nilai OR
yang semakin rendah.
2.4.3 Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dialahirkan untuk seorang wanita dalam
masa reproduksi, dikatakan seorang wanita berparitas rendah apalagi jumlah
anaknya 1 orang dan dikatakan berparitas tinggi apabila jumlah anaknya 3 orang.
Paritas 2-3 orang merupakan paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal.
Resiko kematian pada paritas tinggi dapat dicegah atau dikurangi dengan menjadi
akseptor KB. (Wiknjosastro, 2006).
Jumlah anak mempengaruhi pasangan usia subur dalam menentukan metode
kontrasepsi yang akan digunakan.pada pasangan dengan jumlah anak hidup masih
sedikit terdapat kecenderungan untuk menggunakan metode kontrasepsi dengan
efektifitas rendah, sedangkan pada pasangan dengan jumlah anak hidup banyak
terdapat kecenderungan menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas
yang lebih tinggi (Rahma, 2014).
Hasil penelitian Erman & Elviani, (2012) tentang Hubungan Paritas dan
sikap Akseptor KB dengan penggunaan Kontrasepsi Jangka Panjang tekait paritas

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa 70,20% pada paritas ≤2 dan 29,80% pada paritas >2. Secara
statistik paritas tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan didapatkan
nilai OR yang didapatkan 1,07 dengan CI mengandung angka satu dan nilai
(p>0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erman
bahwa paritas tidak mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi dengan
penggunaan metode baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Pengalaman berulang ibu melahirkan mempengaruhi mereka dalam
memutuskan dan memilih jenis kontrasepsi yang lebih efektif dalam waktu yang
lama. Penelitian yang dilakukan oleh Newland sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Alemayehu, wanita yang mempunyai anak >2 mempunyai peluang
lebih besar 3 kali dibandingan dengan wanita yang mempunyai anak 2 dan
29,49% pada kelompok yang tidak memakai Implant. Ada sedikit perbedaan
namun secara statistik tidak bermakna (p>0,05) dengan mendapatkan nilai
OR=1,1 yang artinya paritas lebih dari dua mempunyai peluang untuk memakai
implant sebesar 1,1 kali dibandingkan dengan paritas 0,05 yaitu p=0,676 yang berarti secara statistik tidak bermakna
(Aryanti, 2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh Notoatmojo
(2010) bahwa pengetahuan merupakan hasil proses belajar dari seseorang yang
dari tidak tahu menjadi tahu, dan seseorang yang tahu akan mempunyai
kecenderungan untuk memilih dan melakukan. Upaya unutk meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk memakai Implan dengan cara memberikan
pengetahuan kepada wanita usia subur dan pasangannya. Pengetahuan yang baik
dan benar akan sesuatu hal mempunyai pengaruhyang benar dalam menentukan
keputusan yang diambil. Seseorang yang tahu akan mamfaat, keputusan yang
diambil. Seseorang yang tahu akan manfaat, kegunaan, keefektifan serta efek
samping dari Implant secara benar membuat wanita PUS yang memilih Implant
menjadi lebih yakindan nyaman untuk memakainya.
Hasil penelitian Hasil penelitian Rahma (2014) tentang faktor yan
berhubungan dengan pemakaian metode kontrasepsi Implant

saat diketahui

bahwa WUS dengan pengetahuan kurang yang menggunakan Implant sejumlah 15
orang (38,5%), sedangkan WUSdengan pengetahuan cukup yang menggunakan
implant sejumlah 14 orang (37,8%), dan WUS dengan pengetahuan baik yang
menggunakan Implant sejumlah 11 orang (91,7%). Berdasarkan nilai Chi Square
sebesar 11,971 dengan p-value 0,003. Oleh karena p-value = 0,0030,05) dan nilai
CI dengan tingkat kepercayaan 95 % didapatkan hasil 0,42-137,07 dimana
mengandung angka satu dengan range yang terlalu lebar. Penelitian tersebut
berlawanan dengan penelitian yang dilakungan di kecamatan Aikmal Mataram ,
bahwa dukungan suami mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemakaian
kontrasepsi dengan nilai p=0,000 pada analisis bivariat dengan menggunakan Uji
chi square.
Hasil penelitian Firdawsyi (2015) tentang fakto-faktor yang berhubungan
dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur bahwa dukungan
suami yang mendapat dukungan pada kelompok Implant 95,24% dan kelompok
yang tidak memakai 92,95%.

Terdapat sedikit perbedaan dan didapatkan

OR=1,67, yang artinya peluang untuk memakai Implant pada kelompok yang
medapat dukungan suami 2 kali dibandingkan yang tidak mendapat dukungan
namun secara statistik tidak bermakna karena nilai p>0,05.
Hasil penelitian Ode dkk ( 2013)

tentang Kontrasepsi hormonal pada

akseptor KB bahwa dukungan suami mempunyai hubungan yang bermakna
dengan pemakaian kontrasepsi hormonal (Implant) pada pasangan suami istri,
dengan nilai p=0,034. Metode kontrasepsi tidak akan dipakai oleh istri apabila
tidak ada kerja sama dengan suami baik dukungan secara materi, potensi dan
spiritual dan istri akan cenderung berhenti menggunakan kontrasepsi jika tidak
mendapat izin dan dukungan dari pasangannya.

Universitas Sumatera Utara

Hasil Penelitian Musdalifah dkk (2013).

Tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi implant bahwa dukungan suami
mempunyai hubungan bermakna terhadap pemakaian kontrasepsi hormonal
(Implant) dengan nilai p=0,000 dan merupakan variabel yang paling berpengaruh
Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam memutuskan untuk
menggunakan atau todak kontrasepsi serta metode apa yang sesuai. Kesadaran
suami dalam keikutsertaan berpartisipasi dalam menentukan alat kontrasepsi yang
sesuai menunjukkan kepeduluan bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan
hanya masalah pada wanita. Partisipasi pria dalam upaya mendukung program KB
bukan hanya dengan mengantar istrinya kepelayanan kesehatan atau sekedar
memberikan materi finansial akan tetapi dengan ikut mendampingipasangannya
baik saat pemasangan maupun pada saat penyuluhan. Pentingnya peran suami
dalam mempengaruhi keputusan wanita untuk memakai Implant mempunyai
pengaruh sangat besar sehingga sebaiknya penyuluhan tentang kontrasepsi
Implant bukan hanya diberikan kepada ibu - ibu akan tetapi juga kepada
pasangannya.
2.5

Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan
berikut ini:
Variabel Independen
Variabel Dependen
1. Umur
2. Pendidikan
3. Paritas
4. Pengetahuan

Penggunaan Alat Kontrasepsi
Implant pada akseptor KB aktif
1. Implant
2. Non Implant

5. Dukungan Suami
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

2.6

Hipotesis Penelitian
Dari gambar kerangka konsep diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
1. Ada hubungan umur dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada
akseptor KB aktif di wilayah Kerja Puskesmas Binanga Tahun 2015.
2. Ada hubungan Pendidikan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant
pada akseptor KB aktif di wilayah Kerja Puskesmas Binanga Tahun 2015.
3. Ada hubungan Paritas dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada
akseptor KB aktif di wilayah Kerja Puskesmas Binanga Tahun 2015.
4. Ada hubungan Pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant
pada akseptor KB aktif di wilayah Kerja Puskesmas Binanga Tahun 2015.
5. Ada hubungan Dukungan Suami dengan penggunaan alat kontrasepsi
Implant pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga
Tahun 2015

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akseptor KB tidak Memilih Implant Sebagai Alat Kontrasepsi

3 40 63

Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil KB Pada Akseptor KB di Desa Pandiangan Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi Tahun 2010

2 38 112

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

4 30 95

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akseptor KB Memilih Alat Kontrasepsi Suntik Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukawarna.

0 1 15

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 0 15

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 0 2

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 0 9

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 1 3

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 0 12

DITERMINAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

0 0 18