Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

(1)

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT PADA AKSEPTOR KB AKTIF DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINANGA KECAMATAN BERUMUN TENGAH KABUPATEN PALAS

TAHUN 2015 A. Identitas Responden

1. Hari/Tanggal :

2. No. Responden :

3. Nama Responden :

4. Umur Responden :

5. Pendidikan Terahir Responden : 6. Pekerjaan Responden : 7. Jumlah anak Responden :

8. Alamat Responden :

B. Penggunaan Alat kontrasepsi KB Jenis alat KB yang dipakai saat ini 1. Pil

2. Suntik 3. IUD 4. Implant 5. Sterilisasi 6. Kondom

C. PENGETAHUAN

1. Dimanakah ibu pergi untuk memakai alat kontrasepsi? a. Toko Obat

b. Puskesmas

c. Dukun Patah Tulang

2. Mengapa Ibu ingin menggunakan alat kontrasepsi? a. Biaya Murah dan praktis


(2)

c. Alat kontrasepsi mudah dibeli dimana saja

3. Apa saja ibu tahu tentang efek samping dari alat kontrasepsi Implant? a. Perdarahan tidak teratur

b. Berpengaruh terhadap hubungan seksual c. Mengganggu volume dan kualitas ASI

4. Kapan waktu yang tepat untuk dilakukan pemasangan implant/susuk yang ibu ketahui?

a. selama haid b. waktu melahirkan

c. Segera setelah bersih menstruasi.

5. Apa saja kelebihan implant/susuk dibandingkan kontrasepsi lain? a. Sangat efektif dan aman

b. sangat diandalkan dan melindungi dari PMS c. Seefektif kondom

6. Apakah yang ibu ketahui tentang implant/susuk? a. Alat kontrasepsi hormonal

b. Alat kontrasepsi Suntik

c. Alat kontrasepsi non hormonal

7. Menurut ibu, apakah efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi tersebut bahaya?

a. Sangat bahaya b. Berbahaya c. Tidak berbahaya

8. Implant atau susuk dapat digunakan dalam jangka waktu berapa lama? a. 3 bulan

b. 2 tahun

c. 3 tahun/ 5 tahun

9. Apakah jenis-jenis alat kontrasepsi metode jangka panjang yang ibu ketahui?

a. Kondom b. Pil


(3)

10. Apakah yang ibu ketahui tentang cara kerja Implan/susuk? a. Lendir serviks menjadi kental

b. Mencegah ovulasi

c. Terjadinya implantasi telur dalam uterus D.Dukungan suami

1. Apakah suami ibu menganjurkan ibu untuk menggunakan alat Kontrasepsi ? a. Ya

b. Tidak

2. Apakah suami mendampingi ibu dalam pemasangan Implant? a. Ya

b. Tidak

3. Apakah suami mengingatkan ibu untuk mengontrol pemakaian alat kontrasepsi yang ibu gunakan?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah suami mengantarkan ibu ketempat pelayanan KB untuk memperoleh KB Implant

a. Ya b. Tidak

5. Apakah suami ikut berperan dalam mengambil keputusan untuk ber-KB Implant

a. Ya b. Tidak

6. Adakah jenis alat kontrasepsi tertentu yang di anjurkan oleh suami kepada ibu a. Ya

b. Tidak

7. Apakah suami ibu mengetahui tentang efek samping dari Implant? a. Ya

b. Tidak

8. Apakah suami menghormati keputusan ibu dalam memilih/memakai alat kontrasepsi yang akan digunakan


(4)

b. Tidak

9. Apakah suami bersedia membiayai dalam penggunaan Implant? a. Ya

b. Tidak

10. Apakah suami ibu mengeluh apabila ibu menggunakan kontrasepsi? a. Ya


(5)

ANALISA UNIVARIAT Frequencies Statistics umur responden pendidikan terakhir responden pekerjaan responden jumlah anak pengetahuan responden dukungan suami pengguna alat kontrasepsi

N Valid 100 100 100 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

umur responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-35 tahun 76 76.0 76.0 76.0

> 35 tahun 24 24.0 24.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pekerjaan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Petani 60 60.0 60.0 60.0

wiraswasta 18 18.0 18.0 78.0

Pns 4 4.0 4.0 82.0

Irt 18 18.0 18.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pendidikan terakhir responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Perc

ent

Valid Dasar 29 29.0 29.0 29.0

Tinggi 71 71.0 71.0 100.0


(6)

jumlah anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid =< 2 orang 49 49.0 49.0 49.0

>2 orang 51 51.0 51.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pengetahuan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 47 47.0 47.0 47.0

kurang baik 53 53.0 53.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

dukungan suami

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid mendukung 18 18.0 18.0 18.0

tidak mendukung 82 82.0 82.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pengguna alat kontrasepsi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid implant 21 21.0 21.0 21.0

non implant 79 79.0 79.0 100.0


(7)

ANALISA BIVARIAT

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

umur responden * pengguna alat kontrasepsi

100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

umur responden * pengguna alat kontrasepsi Crosstabulation

pengguna alat kontrasepsi

Total implant non implant

umur r e s p o n d e n

20-35 tahun Count 15 61 76

% within umur responden 19.7% 80.3% 100.0%

> 35 tahun Count 6 18 24

% within umur responden 25.0% 75.0% 100.0%

Total Count 21 79 100

% within umur responden 21.0% 79.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-side

d)

Exact Sig. (2-side

d)

Exact Sig. (1-side

d)

Pearson Chi-Square .305a 1 .581

Continuity Correctionb .070 1 .791

Likelihood Ratio .296 1 .586

Fisher's Exact Test .576 .386

Linear-by-Linear Association .302 1 .583


(8)

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,04.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidikan terakhir responden * pengguna alat kontrasepsi

100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

pendidikan terakhir responden * pengguna alat kontrasepsi Crosstabulation

pengguna alat kontrasepsi

Total Implant non implant

pendidikan terakhir responden

Dasar Count 1 28 29

% within pendidikan terakhir responden

3.4% 96.6% 100.0%

Tinggi Count 20 51 71

% within pendidikan terakhir responden

28.2% 71.8% 100.0%

Total Count 21 79 100

% within pendidikan terakhir responden


(9)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-side

d)

Exact Sig. (2-side

d)

Exact Sig. (1-side

d)

Pearson Chi-Square 7.585a 1 .006

Continuity Correctionb 6.168 1 .013

Likelihood Ratio 9.667 1 .002

Fisher's Exact Test .006 .003

Linear-by-Linear Association 7.509 1 .006

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,09.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jumlah anak * pengguna alat kontrasepsi

100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

jumlah anak * pengguna alat kontrasepsi Crosstabulation

pengguna alat kontrasepsi

Total implant non implant

jumlah anak =< 2 orang Count 4 45 49

% within jumlah anak 8.2% 91.8% 100.0%

>2 orang Count 17 34 51

% within jumlah anak 33.3% 66.7% 100.0%

Total Count 21 79 100


(10)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-side

d)

Exact Sig. (2-side

d)

Exact Sig. (1-side

d)

Pearson Chi-Square 7.294a 1 .007

Continuity Correctionb 6.028 1 .014

Likelihood Ratio 7.596 1 .006

Fisher's Exact Test .013 .006

Linear-by-Linear Association 7.221 1 .007

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahuan responden * pengguna alat kontrasepsi

100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

pengetahuan responden * pengguna alat kontrasepsi Crosstabulation

pengguna alat kontrasepsi

Total implant non implant

pengetahuan responden Baik Count 17 30 47

% within pengetahuan responden

36.2% 63.8% 100.0%

kurang baik Count 4 49 53

% within pengetahuan responden

7.5% 92.5% 100.0%

Total Count 21 79 100

% within pengetahuan responden


(11)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-side

d)

Exact Sig. (2-side

d)

Exact Sig. (1-side

d)

Pearson Chi-Square 12.302a 1 .000

Continuity Correctionb 10.637 1 .001

Likelihood Ratio 12.916 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear Association 12.179 1 .000

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,87.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

dukungan suami * pengguna alat kontrasepsi

100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

dukungan suami * pengguna alat kontrasepsi Crosstabulation

pengguna alat kontrasepsi

Total Implant non implant

dukungan suami mendukung Count 14 4 18

% within dukungan suami 77.8% 22.2% 100.0%

tidak mendukung Count 7 75 82

% within dukungan suami 8.5% 91.5% 100.0%

Total Count 21 79 100


(12)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-side

d)

Exact Sig. (2-side

d)

Exact Sig. (1-side

d)

Pearson Chi-Square 42.655a 1 .000

Continuity Correctionb 38.583 1 .000

Likelihood Ratio 35.886 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 42.228 1 .000

N of Valid Cases 100

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,78.


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Ade putri yani, 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor di wilayah kerja puskesmas sering kecamatan medan tembung kota medan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan.

Adisati. 2011 Hal. 53. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi pada PUS Diwilayah Kerja Puskesmas :Available from:http//lubmazresearch.wordpress.com/2011/05/03/faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi pada pus diwilayah kerja puskesmas.

Adyani, D. 2013. “ Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Minat Ibu dalam Menggunakan Kontrasepsi Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar”. Aceh Stikes Ubudiyah. Diakses 25 November. Alemayehu, M., belachew, T., & Tilahun, T. 2012. Faktor associated with

utilization of long acting and permanent contraceptive methods among married women of reproductive age in Mekelle town, Tigray region, north Ethiopia. BMC Pregnancy and Childbirth. 12 (1),6. Doi:10.1186/1471-2393-12-6. Diakses 25 November 2015.

Appriana Bathara M, 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi implant pada akseptor KB Di Puskesmas Ciomas Kecamatan Comas, Kabupaten Bogor Tahun 2012. Skripsi Fakultas Kesehatan masyarakat UI Depok.

Arikunto . 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Aryanti,H. 2014. “ Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan

kontrasepsi pada wanita kawin usia dini di Kecamatan aikmel Kabupaten Lombok Timur” (tesis). Denpasar. Universitas Udayana.

BKKBN. 2012. Angka Pemakaian Kontrasepsi Nasional. Retrieved November 9 2014 from http://bkbn.go.id/kependudukan/survey.

BKKBN. Provinsi 2014. Laporan Hasil Pelayanan Alat Kontrasepsi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014 . BKKBN. Provsu.

BKKBN. 2013. Laporan Umpan Balik Analisis Dan Evaluasi data Hasil Pelkon dan Dllap Provinsi Bali. www.bkkbn.go.id /news datail.Php? nid 790. di akses tagnggal 14 Juli 2015.

Copallo, D.A. 2011.” Modernization and Contraception in Kenya from 1998 to 2008-2009” (Dissertation). Texas. University of Texas at Arlington.

Depkes RI, 2006, Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana, Jakarta.

Effendi, Sifian dan Tukiran (Ed.). 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta : Penerbit LP3ES.

Emon, S. 2008. Perlukah kontap pria Digunakan Kembali? Available from: http://www.Posmetro Padang.com. diakses 10 Agustus 2015..

Erman ,I., & Elviani, Y. 2012. Hubungan Paritas dan Sikap Akseptor KB denagn Penggunaan Kontrasepsi jangka Panjang di Kelurahan Muara Enim Wilayah


(14)

Kerja Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau tahun 2012. Jurnal Poltekes Palembang, 1-6.

Ernes Orji, Ebenezeer Ojofeitemi, B.O.2007. The role of men in family planning decision-making in rural and urban Nigeria. The European Juornal of Contraception & Reproductive Health Care. Mar:12 (1):70.

Finer, L. B., & Philbin,J. M. 2012. Trends in ages at key reproductive transitions in the United States, 1951-2010, diakses 25 November 2015.

Firdawsyi Nuzula, 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan pemakaian Implant pada Wanita Pasanagn Usia Subur Di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi. Unuversitas Udayana Denpasar: Tesis Diakses 25 November 2015.

Indira Laksmi. 2009. Hal 52, Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang digunakan pada keluarga Miskin. Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang

Irianto K. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana. Penerbit ALFABETA, Cv , Bandung.

Kurnia. 2012. “Tingkat Pengetahuan WUS Tentang KB Implant di Desa

Mantingan Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi” (Tesis). Surakarta: Universitas Diponegoro.

Kohan, S., Simbar, M.,&Jennings,V. 2012 Hal 29. Empowerment in family planning as vlewed by Iranian women: a qualitative study. Juornal of biosocial Science.44(2). 209-19.

Manuaba I.B.G. 2006. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

Mosha, I.H.,& Ruben, R. 2013 Hal 30. Communication, knowledge, social network and family planning utilization among couples in Mwanza, Tanzania. African Journal of Reproductive Health. Sep:17 (3): 57-70. Diakses 26 November.

Musdalifah, Muksen Sarake, R. 2013. Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi Hormonal Pasutri Diwilayah Kerja Puskesmas lampa Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinarang 2013. Journal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, 1,1-13.

Notoatmodji, 2003.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

,S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineke Cipta. Jakarta Ode, W., Arliana, D., Sarake, M., & Seweng, A. 2013. Kontrasepsi Hormonal

pada Akseptor KB Di Kelurahan Pasarwajo Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas, 1, 1-2. Di akses 25 26 November 2015.

Profil Kesehatan Sumatera Utara.2012. www.depkes.go.id . di akses pada tanggal 14 Juli 2015.

Pujiati, N. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang KontrasepsiSuntik Dengan Kepatuhan Jadwal Penyuntikan Ulang Di Rumah Bersalin An Nissa Surakart. Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Purba,J.T, 2009. Faktor- faktor yang mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di Kecamatan Rambah samo Kabupaten Rokan Hulu. Tesis


(15)

Sekolah Pascasarjana Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan USU. Medan

Putri Rahma Dini, 2014. Beberapa Faktor yang berhubungan dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Implant di Desa Jimbaran Keamatan Badungan Kabupaten Semarang. Jurnal Stikes Ngudi waluyon Ungaran. Diakses 25 November 2015.

Rahmah. 2013. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Pada Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh” (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.

Saifuddin. 2006. Buku Panduan Praktis pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Salvina, Hasifah, Suryani,S.2013. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Untuk Menggunakan Metode Kontrasepsi Hormonal (Implant) pada akseptor KB di Puskesmas Kassi-kassi Makasar. Jurnal E-Library Stikes Nani Hasanuddin Makasar,2 (4):1-10, diakses 26 November.

Samandari, G. 2010. Contraceptive Use in Cambodia: A Multi-Method Examination of Determinants and Barriers To Modern Contraception” (Dissertation). Chapel Hill. University Of Notrh Carolina.

Sastroasmoro (2010). Dasar –dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ketiga. Sagung Seto, Jakarta.

SDKI. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Hasil%20Penelitian/SDKI%2012Lap oran%20Pendahulua%20SDKI%202012.pdf. Diakses 16 Juli 2015

Sherpa, S.2012. Konwledge,Attitude, Practice and Preferences of Contraceptive Methodis in Udupi District, Karnataka. Journal Of Family ang Health Reproduktive.7 (3): 115-120

Sri Wahyuni. 2011. Karakteristik Penggunaan kontrasepsi Implant diwilayah Kerja Puskesmas Alai Ilir Kecamatan Rombo Ilir Kabupaten Tebo Propinsi Jambi Tahun 2011.Skripsi Program Sarjana FKM-UI Depok.

Sulistyawati . 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Tety Erwani Haloho, 2011. Hubungan antara karakteristik , pengetahuan, antara karakteristik , pengetahuan, dan persepsi kontrasepsi implant dengan pemilihan kontrasepsi implant di Kacamatan Siantar Timur Kota Pematang Siantar Tahun 2011, Skripsi Program Sarjana FKM UI Depok.

UNFPA. 2014. Population Trends. Sep – Nov. Retrieved from http://www.unfpa.org/population-trends.

WHO, 2007. Scaling up prevention and control of non-communicable disease. THE SEANET_NSD Meeting.22-26 Oktober 2007. Phuket Thailand. http://www.searo.WHO.int/.Diakses 11 September 2015.

Wijaknjosastro. 2006. Ilmu Kandungan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Winner, B., Peipert, j., Zhao,Q., Buckle,C., Madden, T., Allsworth, J.2012 Hal 53. Efectiveness of Long-Acting Reversible Contraception. New England Journal Of Medicine. May 24:2(1): 1998-2008. Diakses 25 November 2015.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional dimana pengambilan data dilakukan satu kali saja dalam kurun waktu yang tertentu yang bertujuan untuk faktor-faktor yang memengaruhi terhadap penggunaan alat kontrasepsi implant pada akseptor KB aktif di wilayah kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Tahun 2015.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli – Februari 2016. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh akseptor KB aktif yang pernah mendapat pelayanan kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga selama Tahun 2014. Sebanyak 570 Akseptor.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah akseptor KB aktif yang menggunakan kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga.


(17)

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian Akseptor KB Aktif di Puskesmas Binanga. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis yang dikemukakan oleh Sastroasmoro (2010), yaitu:

n=

n=

n= [1,96 0,5 0,5 + 1,282 0,7(0,3)]2

(0,04)2 n= 61,63 orang

n= 100 0rang Keterangan:

n : Besar sampel

Z1- /2 : Nilai distribusi normal baku pada ∝ 5% sebesar 1,96

Z1- β : Nilai distribusi normal baku pada β 10% sebesar 1,282

P0 : Proporsi Akseptor KB Aktif yang menjadi Akseptor Implan sebesar 50 %

(0,5)

Pa : Proporsi Akseptor KB Aktif yang diharapkan menjadi akseptor Implan

sebesar 70 % ( 0,7)

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus di atas maka diketahui jumlah sampel minimal 100 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara “simpel random sampling” yaitu pengambilan sampel dengan cara mengundi anggota populasi (tehnik undian). Dalam penelitian ini pertimbangan tertentu tersebut

[Z1−∝/2 Po(1−Po)+ Z1− Pa(1−Pa)] 2

(Pa−Po)2

[1,96 0,5 1−0,5 + 1,282 0,7(1−0,7)]2


(18)

berdasarkan kriteria inklusi dimana akseptor KB aktif yang menggunakan alat kontrasepsi dan yang berada di tempat pada saat penelitian dilakukan bersedia menjadi sampel dalam penelitian. ( Arikunto, 2006) .

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan akseptor KB aktif yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. 3.4.2 Data sekunder

Data yang diperoleh dari laporan Tahunan di Puskesmas Binanga untuk mengetahui jumlah akseptor KB aktif.

3.5 Defenisi Operasional 3.5.1Variabel Dependen

Penggunaan alat kontrasepsi Implant adalah salah satu metode kontrasepsi dengan tindakan medis ataupun dengan alat kontrasepsi lain.

3.5.2 Variabel Independen

Pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai dengan fokus penelitian digunakan definisi operasional yang dikembangkan dalam uraian dibawah ini:

1. Umur adalah lamanya hidup usia akseptor KB aktif sampai pada pemakaian alat kontrasepsi Implan dan KB lainnya.

2. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah dicapai oleh akseptor KB aktif


(19)

4. Pengetahuan adalah pengetahuan yang dimiliki responden tentang alat kontrasepsi Implant.

5. Dukungan suami adalah motivasi atau semangat yang mempengaruhi responden dalam pengambilan keputusan.

3.6 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu data umum responden dan kuesioner untuk menilai tingkat umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, dukungan suami.

3.7 Aspek Pengukuran 3.7.1 Variabel Dependent

Penggunaan Alat Kontrasepsi dikategorikan atas: 1. Implant

2. Non Implant 3.7.2 Variabel Independen:

1. Umur adalah waktu sejak dilahirkan sampai dilaksanakan penelitian yang dinyatakan dengan tahun pada pemakaian alat kontrasepsi. Selanjutnya dari hasil pengukuran umur dikategorikan menjadi:

a. 20 – 35 tahun

b. < 20 tahun atau > 35 tahun

2. Pendidikan diukur melalui tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden dalam memperoleh ijazah. Selanjutnya dari hasil pengukuran pendidikan dikategorikan menjadi:


(20)

b. Tinggi, Apabila telah menyelesaikan SMA, Diploma, Sarjana.

3. Paritas atau jumlah anak yang pernah dilahirkan seorang ibu. Selanjutnya dari hasil pengukuran jumlah anak dikategorikan berdasarkan tujuan Program Keluarga Berencana, yaitu:

a). ≤ 2 orang b). > 2 orang

4. Pengetahuan di ukur melalui jawaban kuesioner, pertanyaan yang di ajukan adalah 10 pertanyaan. Setiap jawaban yang benar akan diberi skor 1 dan jawaban yang salah akan diberi skor 0. Total skor maksimal 10 dan total skor minimal adalah 0. Tingkat pengetahuan dapat dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu:

a). Baik : Apabila responden memperoleh (≥60%) 6-10 jawaban yang benar dari 10 pertanyaan.

b). Kurang : Apabila responden memperoleh (<60%) 0-5 jawaban yang benar dari 10 pertanyaan. (Effendi,2012).

5. Pengukuran Dukungan Suami terdiri dari 10 Pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman, jika jawaban Ya maka diberi skor 1 dan jika jawaban Tidak diberi skor 0. Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, dukungan suami dikategorikan menjadi 2(dua)kategori, yaitu: a). Mendukung , jika skor jawaban ≥ 60% dari skor 6-10

b). Tidak mendukung , jika skor jawaban < 60% dari skor 0-5 ( Effendi, 2012).


(21)

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum penyebaran kuesioner pada sampel penelitian, butir-butir pertanyaan pada kuesioner harus di uji validitas dan relibilitas melalui uji pearson product moment. Responden yang dijadikan uji coba adalah akseptor KB aktif yang berada diwilayah kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah yang dilaksanakan pada 9 Februari 2015.

Untuk menginterpretasikan hasil uji validitas dipergunakan nilai dari Corected item-total correlation yang dibandingkan dengan nilai rtabel (tabel

pearson product moment). Dikatakan valid jika nilai dari corected item-total correlation lebih besar dari rtabel (0,361). Sedangkan menginterpretasikan hasil

statistik uji reliabilitasi dipergunakan nilai dari alpha if item deleted. dikatakan reliabel jika nilai dari alpha if item deleted lebih besar dari 0,6 ( Ade, 2015).

Berdasarkan hasil uji validitas dan reabilitas maka dikatakan bahwa kuesioner dengan jumlah pertanyaan pada bagian pengetahuan 10 butir, dan dukungan suami 10 butir ini valid dan reliabel serta layak untuk digunakan dalam penelitian .

Untuk melihat hasil uji validitas dan realiabilitas dengan tabel di bawah sebagai berikut:


(22)

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan Akseptor

Variabel Corrected r-tabel Hasil Cronbach Hasil

Item-total Alpha

Correlation

Pertanyaan 1 0,559 0,361 Valid 0,868 Reliabel

Pertanyaan 2 0,463 Valid

Pertanyaan 3 0,626 Valid

Pertanyaan 4 0,665 Valid

Pertanyaan 5 0,686 Valid

Pertanyaan 6 0,488 Valid

Pertanyaan 7 0,552 Valid

Pertanyaan 8 0,765 Valid

Pertanyaan 9 0,560 Valid

Pertanyaan 10 0,471 Valid

Tabel 3.1 diatas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari nilai r-tabel yang besarnya 0,361, artinya seluruh pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan terhadap penggunaan alat kontrasepsi implant pada akseptor KB aktif ini sudah reliabel sebagai alat ukur. Berdasarkan hasil diatas disimpulakn bahwa variabel pengetahuan dalam penggunaan alat kontrasepsi Implant telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.


(23)

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Suami Akseptor

Variabel Corrected r-tabel Hasil Cronbach Hasil

Item-total Alpha

Correlation

Dukungan suami 1 0,719 0,361 Valid 0,879 Reliabel

Dukungan suami 2 0,497 Valid

Dukungan suami 3 0,519 Valid

Dukungan suami 4 0,759 Valid

Dukungan suami 5 0,509 Valid

Dukungan suami 6 0,590 Valid

Dukungan suami 7 0,520 Valid

Dukungan suami 8 0,738 Valid

Dukungan suami 9 0,607 Valid

Dukungan suami 10 0,587 Valid

Tabel 3.2 diatas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari nilai r-tabel yang besarnya 0,361, artinya seluruh pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel dukungan suami terhadap penggunaan alat kontrasepsi implant pada akseptor KB aktif ini sudah reliabel sebagai alat ukur. Berdasarkan hasil diatas disimpulakn bahwa variabel dukungan suami dalam penggunaan alat kontrasepsi Implant telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.

3.9 Metode Pengolahan Data

Menurut Arikunto (2006) data yang telah didapatkan akan diolah dengan tahap-tahap berikut:

1. Editing data yaitu yang melakukan pengecekan kembali apakah semua item pertanyaan telah terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang mungkin dapat mengganggu pengolahan data selanjutnya.

2. Coding data yaitu memberikan kode berupa nomor pada lembaran kuesioner untuk memudahkan pengolahan data.


(24)

3. Transfering data yaitu data yang telah ditulis memberi kode secara berurutan mulai dari responden pertama hingga responden yang terahir ke dalam tabel sesuai dengan variabel yang diteliti.

4. Tabulating data yaitu mengelompokkan responden yang telah dibuat pada tiap-tiap variabel yang di ukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi.

3.10 Metode Analisa Data

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan persentase. Adapun analisis data yang disajikan sebagai berikut adalah :

1. Analisa Univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi yang menggambarkan secara tunggal faktor-faktor yang berhubungan terhadap penggunaan alat kontrasepsi implant pada akseptor KB aktif di wilayah kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah.

2. Analisa Bivariat untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen dengan variabel dependen menggunakan uji kai kuadrat (chi Square test) yaitu dengan derajat kepercayaan 95%, α = 0,05. Jika Uji chi Square test tidak memenuhi syarat maka dilakukan uji alternatif dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test dengan derajat kepercayaan 95%, yaitu dengan kriteria:

a. Ho ditolak jika p < α ( 0,05) maka terdapat hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen.

b. Ha diterima p < α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.


(25)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Binanga didirikan pada tahun 1978 dan diresmikan oleh Bapak Gubernur Marahalim. Puskesmas Binanga terletak di jalan SM Raja Pasar Binanga, Kecamatan Barumun Tengah. Luas wilayah ± 57.718 km2 dan jumlah penduduk pada akhir tahun 2014 sebesar 32.757 jiwa.

Secara geografi maka batas-batas kecamatan barumun tengah adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Huristak

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Aek Nabara Barumun - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Portibi

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Simangambat Jae

4.1.1 Sarana Penunjang di Puskesmas Binanga a. Jumlah sarana

- Pukesmas Induk : 1 unit - Kendaraan Roda 2 : --

- Pustu : 3 unit terdiri dari 1. Pustu Aek Nabara 2. Pustu Padang Garugur 3. Pustu Sibatu Loting


(26)

4.2 Karakteristik Akseptor KB Aktif

Karakteristik akseptor KB aktif yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, paritas, pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik akseptor Akseptor KB Aktif

No. Karakteristik akseptor KB aktif Jumlah % (n)

1 Umur

20-35 Tahun 76 76,0

>35 Tahun 24 24,0

Jumlah 100 100,0

2 Pendidikan

Dasar (SD/SMP) 29 29,0

Tinggi (SMA,D3/S1) 71 71,0

Jumlah 100 100,0

3 Pekerjaan

Petani 60 60,0

Wiraswasta 18 18,0

PNS 4 4,0

IRT 18 18,0

Jumlah 100 100,0

4 Paritas

≤2 anak 49 49,0

>2 anak 51 51

Jumlah 100 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 100 akseptor KB aktif yang diteliti sebagian besar berada pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 76 akseptor (76,0%), sedangkan pada kelompok umur <20/>35 tahun yaitu sebanyak 24 akseptor (24,0%) . Berdasarkan pendidikan, mayoritas berpendidikan Tinggi (SMA,D3,S1) yaitu sebanyak 71 akseptor (71,0%), sedangkan yang berpendidikan rendah (SD,SMP) yaitu sebanyak 29 akseptor (29,0%) . Berdasarkan pekerjaan, mayoritas pekerjaan petani yaitu sebanyak 60 akseptor ( 60,0%). Berdasarkan jumlah anak, mayoritas akseptor memiliki >2 anak yaitu 51


(27)

akseptor (51%), sedangkan yang memiliki ≤ anak yaitu sebanyak 49 akseptor (49,0%).

4.3 Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik akseptor yang diperoleh meliputi : umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, dukungan suami, dan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

4.3.1 Distribusi Penggunaan Alat Kontrasepsi yang digunakan akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah

Untuk melihat distribusi penggunaan alat kontrasepsi yang di gunakan akseptor KB aktif diwilayah kerja Puskesmas Binanga dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif di Wilayah Puskesmas Binanga

No. Penggunaan Alat Kontrasepsi Jumlah % (n)

1 Implant 21 21,0

2 Non Implant 79 79,0

Jumlah 100 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas akseptor menggunakan alat kontrasepsi non implant yaitu 79 akseptor (79%) dan yang memakai alat kontrasepsi Implant hanya sebanyak 21 (21,0%).


(28)

4.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Akseptor KB Aktif dalam penggunaan alat kontrasepsi Implant

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Pengetahuan akseptor KB aktif tentang penggunaan alat kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah.

No Pengetahuan

Jawaban Benar Salah

n % n %

1 Dimanakah ibu pergi untuk memakai alat kontrasepsi?

78 78,0 22 22,0 2 Mengapa Ibu ingin menggunakan alat

kontrasepsi?

56 65,0 44 44,0 3 Apa saja ibu tahu tentang efek samping dari alat

kontrasepsi Implant?

54 54,0 46 46,0 4 Kapan waktu yang tepat untuk dilakukan

pemasangan implant/susuk yang ibu ketahui?

61 61,0 39 39,0

5 Apa saja kelebihan implant/susuk dibandingkan kontrasepsi lain?

61 61,0 39 39,0 6 Apakah yang ibu ketahui tentang

implant/susuk?

54 54,0 46 46,0 7 Menurut ibu, apakah efek samping dari

penggunaan alat kontrasepsi tersebut bahaya?

63 63,0 37 37,0 8 Implant atau susuk dapat digunakan dalam

jangka waktu berapa lama?

63 63,0 37 37,0 9 Apakah jenis-jenis alat kontrasepsi metode

jangka panjang yang ibu ketahui?

60 60,0 40 40,0 10 Apakah yang ibu ketahui tentang cara kerja

Implan/susuk?

54 54,0 46 46,0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebesar 78,0 % akseptor yang menjawab benar tentang tempat pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan, dan yang menjawab salah sebesar 22,0 %, sebesar 56,0 % akseptor yang menjawab benar tentang alasan menggunaka alat kontrasepsi Implant dan yang menjawab salah sebesar 44,0%, sebesar 54,0 % akseptor menjawab benar tentang efek samping dari alat kontrasepsi implant dan yang menjawab salah sebesar 46,0 %, sebesar 61,0 % akseptor yang menjawab benar tentang waktu yang tepat untuk dilakukan pemasangan implant yang ibu ketahui , dan yang menjawab salah


(29)

sebesar 39,0 %, sebesar 61,0% akseptor yang menjawab benar tentang kelebihan implant dibandingkan kontrasepsi lainnya dan yang menjawab salah sebesar 39,0 % , sebesar 54, 0 % akseptor yang menjawab tentang Implant dan yang menjawab salah sebesar 46,0%, sebesar 63,0% aksepto yang menjawab benar tentang efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi tersebut berbahaya dan yang menjawab salah sebesar 37,0 %, sebesar 63,0% akseptor yang menjawab benar tentang implant dapat digunakan dalam jangka waktu berapa lama dan yang menajawab salah sebesar 37,0 %, sebesar 60,0% akseptor yang menjawab benar tentang jenis-jenis alat kontarsepsi metode jangka panjang yang ibu ketahui dan yang menajawab salah sebesar 40,0% , sebesar 54,0 % akseptor yang menajawab benar tentang cara kerja Implant dan yang menjawab slah sebesar 46,0%.

Tabel 4.4 Distribusi Kategori Berdasarkan Pengetahuan Akseptor KB Aktif

No Pengetahuan Jumlah %

n

1 Baik 47 47,0

2 Kurang Baik 53 53,0

Jumlah 100 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 mayoritas pengetahuan akseptor tentang penggunaan alat kontrasepsi Implant adalah kurang baik yaitu sebanyak 53 orang (53,0%) dan yang kurang baik sebanyak 47 orang ( 47,0 %).

4.3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami Akseptor KB Aktif dalam penggunaan alat kontrasepsi Implant


(30)

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah

No Dukungn Suami

Jawaban

Ya Tidak

n % n %

1 Apakah suami ibu menganjurkan ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi ?

63 63,0 37 37,0 2 Apakah suami mendampingi ibu dalam

pemasangan Implant?

39 39,0 61 61,0 3 Apakah suami mengingatkan ibu untuk

mengontrol pemakaian alat kontrasepsi yang ibu gunakan?

37 37,0 63 63,0

4 Apakah suami mengantarkan ibu ketempat pelayanan KB untuk memperoleh KB Implant

41 41,0 59 59,0 5 Apakah suami ikut berperan dalam

mengambil keputusan untuk ber-KB Implant

49 49,0 51 51,0 6 Adakah jenis alat kontrasepsi tertentu yang di

anjurkan oleh suami kepada ibu

49 49,0 51 51,0 7 Apakah suami ibu mengetahui tentang efek

samping dari Implant?

48 48,0 52 52,0 8 Apakah suami menghormati keputusan ibu

dalam memilih/memakai alat kontrasepsi yang akan digunakan?

44 44,0 56 56,0

9 Apakah suami bersedia membiayai dalam penggunaan Implant?

35 35,0 65 65,0 10 Apakah suami ibu mengeluh apabila ibu

menggunakan kontrasepsi?

40 40,0 60 60,0

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa akseptor yang menyatakan suami ibu menganjurkan ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi dalam keluarga akseptor yang mendukung sebesar 63,0%, dan yang tidak mendukung sebesar 37,0%, berdasarkan suami mendampingi ibu dalam pemasangan implant untuk menggunakan KB implant akseptor yang tidak mendukung sebesar 61,0%, dan yang mendukung sebesar 39,0%, berdasarkan suami mengingatkan ibu untuk mengontrol pemakaian alat kontrasepsi yang ibu gunakan akseptor yang tidak mendukung sebesar 63,0% dan yang mendukung sebesar 37,0%, berdasarkan suami mengantarkan ibu ketempat pelayanan KB untuk memperoleh KB Implant


(31)

akseptor yang tidak mendukung sebesar 59,0 % dan yang mendukung sebesar 41,0 %, berdasarkan suami ikut dalam berperan dalam mengambil keputusan untuk ber-KB Implant akseptor yang tidak mendukung sebesar 51,0% dan yang mendukung 49,0 %, berdasarkan jenis alat kontrasepsi yang dianjurkan suami kepada ibu akseptor yang tidak mendukung sebesar 51,0 % dan yang mendukung 49,0 %, berdasarkan suami ibu mengetahui tentang efek samping dari implant akseptor yang tidak mendukung 52,0% dan yang mendukung 48,0 %, berdasarkan suami menghormati keputusan ibu dalam memilih/memakai alat kontrasepsi yang akan digunakan akseptor yang tidak mendukung sebesar 56,0% dan yang mendukung sebesar 44,0%, berdasarkan suami bersedia membiayai dalam penggunaan implant akseptor tidak mendukung sebesar 65,0 % dan yang mendukung 35,0 %, berdasarkan suami ibu mengeluh apabila ibu menggunakan kontrasepsi akseptor yang tidak mendukung sebesar 60,0% dan yang mendukung sebesar 40,0 %.

Tabel 4.6 Distribusi Kategori Berdasarkan Dukungan Suami Akseptor KB Aktif

No Dukungan Suami Jumlah %

n

1 Mendukung 18 18,0

2 Tidak Mendukung 82 82,0

Jumlah 100 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 mayoritas dukungan suami akseptor tentang penggunaan alat kontrasepsi Implant yang tidak mendukung yaitu sebesar 82 orang ( 82,0 %) dan yang tidak mendukung sebesar 18 orang ( 18,0 %).


(32)

4.4 Analisa Bivariat

Analisa Bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan variabel independen (umur,pendidikan ,paritas, pengetahuan, dukungan suami) dengan variabel dependen yaitu penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif.

4.4.1 Hubungan Umur dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah

Tabel 4.7 Hubungan Umur terhadap Penggunaan alat kontrasepsi Implant Umur

Pengnggunaan alat kontrasepsi

Total

Implant Non Implant p-value

n % n % n %

20-35 tahun 15 19,7 61 80,3 76 100,0

0,581

>35 tahun 6 25 18 75 24 100,0

Hasil analisis tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa umur akseptor dengan kategori umur 20-35 tahun sebanyak 76 akseptor, di antaranya 15 akseptor (19,7%) dengan kategori penggunaan implant dan 61 akseptor (80,3%) dengan kategori penggunaan non implant. Umur akseptor dengan kategori >35 tahun sebanyak 24 akseptor, diantaranya 6 akseptor (25%) dengan kategori penggunaan implant dan 18 akseptor (75%) dengan kategori penggunaan non implant. Berdasarkan hasil uji chi square dengan nilai p-value = 0.581 sehingga Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan penggunaan alat kontrasepsi.


(33)

4.4.2 Hubungan Pendidikan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Beurumun Tengah Tabel 4.8 Hubungan Pendidikan terhadap Penggunaan alat kontrasepsi

Implant

Pendidikan

Penggunaan alat kontrasepsi

Total

Implant Non Implant p-value

n % n % n %

Pendidikan Dasar 1 3,4 28 96,6 29 100,0

0,006 (SD,SMP)

Pendidikan Tinggi 20 28,2 51 71,8 71 100,0 (SMA,D3,S1)

Hasil analisis tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa pendidikan akseptor dengan kategori pendidikan dasar sebanyak 29 akseptor, di antaranya 1 akseptor (3,4%) dengan kategori penggunaan implant dan 28 akseptor (96,6%) dengan kategori penggunaan non implant. Pendidikan akseptor dengan kategori pendidikan tinggi sebanyak 71 akseptor, diantaranya 20 akseptor (28,2%) dengan kategori penggunaan implant dan 51 akseptor (71%) dengan kategori penggunaan non implant. Berdasarkan hasil uji chi square dengan nilai p-value = 0.006 sehingga Ho ditolak berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan penggunaan alat kontrasepsi.

4.4.3 Hubungan Paritas Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Beurumun Tengah Dari variabel hubungan paritas dengan penggunaan kontrasepsi Implant dapat dilihat pada Tabel.4.9

Tabel 4.9 Hubungan Paritas terhadap Penggunaan alat kontrasepsi Implant Paritas

Penggunaan Kontrasepsi

Total p- value Implant Non Implant

n % n % N %

≤2 orang 4 8.2 45 91,8 49 100,0

0,007


(34)

Hasil analisis tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa paritas akseptor dengan kategori ≤2 anak sebanyak 49 akseptor, di antaranya 4 akseptor (8,2%) dengan kategori penggunaan implant dan 45 akseptor (91,8%) dengan kategori penggunaan non implant. Paritas akseptor dengan kategori >2 anak sebanyak 51 akseptor, diantaranya 17 akseptor (33,3%) dengan kategori penggunaan implant dan 34 akseptor (66,7%) dengan kategori penggunaan non implant. Berdasarkan hasil uji chi square dengan nilai p-value = 0.007 sehingga Ho ditolak berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan penggunaan alat kontrasepsi.

4.4.4 Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Beurumun Tengah Tabel 4.10 Hubungan Pengetahuan terhadap Penggunaan alat kontrasepsi

Implant Pengetahuan

Penggunaan Kontrasepsi

Total p- value Implant Non Implant

n % n % n %

Baik 17 36,2 30 63,8 47 100,0

0,001

Kurang baik 4 7,5 49 92,5 53 100,0

Hasil analisis tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa pengetahuan akseptor dengan kategori pengetahuan baik sebanyak 47 akseptor, di antaranya 17 akseptor (36,2%) dengan kategori penggunaan implant dan 30 akseptor (63,8%) dengan kategori penggunaan non implant. Pengetahuan akseptor dengan kategori pengetahuan kurang baik sebanyak 53 akseptor, diantaranya 4 akseptor (7,5%) dengan kategori penggunaan implant dan 49 akseptor (92,5%) dengan kategori penggunaan non implant. Berdasarkan hasil uji chi square dengan nilai p-value = 0.001 sehingga Ho ditolak berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi.


(35)

4.4.5 Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tabel 4.11 Hubungan Dukungan Suami terhadap Penggunaan alat

kontrasepsi Implant Dukungan Suami

Penggunaan Kontrasepsi

Total p- value Implant Non Implant

n % n % n %

Mendukung 14 77,8 4 22,2 18 100,0

0,001 Tidak Mendukung 7 8,5 75 91,5 82 100,0

Hasil analisis tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa dukungan suami akseptor dengan kategori mendukung sebanyak 18 akseptor, di antaranya 14 akseptor (77,8%) dengan kategori penggunaan implant dan 4 akseptor (22,2%) dengan kategori penggunaan non implant. Dukungan suami akseptor dengan kategori Tidak mendukung sebanyak 82 akseptor, diantaranya 7 akseptor (8,5%) dengan kategori penggunaan implant dan 75 akseptor (91,5%) dengan kategori penggunaan non implant. Berdasarkan hasil uji chi square dengan alternatif uji Fisher’s Exact test diperoleh nilai p-value = 0.001 sehingga Ho ditolak berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi.


(36)

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap faktor-faktor yang berhubungan terhadap penggunaan alat kontrasepsi implant pada akseptor KB di wilayah kerja puskesmas binanga, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

5.1 Hubungan Umur dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam penggunan kontrasepsi, mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang berumur muda (Notoatmodjo, 2010).

Hasil analisis tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa umur akseptor dengan kategori umur 20-35 tahun sebanyak 76 akseptor, di antaranya 15 akseptor (19,7%) dengan kategori penggunaan implant dan 61 akseptor (80,3%) dengan kategori penggunaan non implant. Umur akseptor dengan kategori >35 tahun sebanyak 24 akseptor, diantaranya 6 akseptor (25%) dengan kategori penggunaan implant dan 18 akseptor (75%) dengan kategori penggunaan non implant. Berdasarkan hasil uji chi square dengan nilai p-value = 0.581 sehingga Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan penggunaan alat kontrasepsi..

Sesuai dengan penelitian Tety Erwani (2011) yang menyatakan tidak ada hubungan antara usia dengan penggunaan kontrasepsi implant. Begitu juga


(37)

penelitian BKKBN (2000) dimana semakin tua umur istri semakin besar proporsi menggunakan kontrasepsi implant.

Sasaran langsung untuk menurunkan angka fertilitas adalah PUS (umur 15-49 tahun. Umur wanita adalah variabel penting yang mempunyai pengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi (BKKBN,2002). Umur merupakan variabel yang penting dalam analisis fertilitas, karena umur dapat menjadi indikator kematangan seorang perempuan secara biologis terutama dalam hal kesuburan ( Bathara A ,2012).

Kebutuhan pelayanan KB bervariasi menurut umur, wanita muda cenderung untuk menjarangkan kehamilan, dan wanita tua cenderung membatasi kelahiran.pola kebutuhan untuk berKB menurut umr dapat digambarkan seperti kurva U terbaik. Yaitu rendahnya pada wanita kelompok umur 15-19 tahun dan wanita kelompok umur 45-49 tahun dan tinggi pada tingkat kelompok umur antara 30-34 tahun. Wanita muda cenderung menggunakan cara KB suntik, pil, dan susuk KB, sementara mereka yang lebih tua cenderung memilih kontrasepsi jangka panjang seperti IUD dan sterilisasi (SDKI,2007).

5.2 Hubungan Pendidikan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implan pada akseptor KB aktif

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga (Manuaba, 2006).


(38)

Hasil analisis tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa pendidikan akseptor dengan kategori pendidikan dasar sebanyak 29 akseptor, di antaranya 1 akseptor (3,4%) dengan kategori penggunaan implant dan 28 akseptor (96,6%) dengan kategori penggunaan non implant. Pendidikan akseptor dengan kategori pendidikan tinggi sebanyak 71 akseptor, diantaranya 20 akseptor (28,2%) dengan kategori penggunaan implant dan 51 akseptor (71%) dengan kategori penggunaan non implant. Berdasarkan hasil uji chi square dengan nilai p-value = 0.006 sehingga Ho ditolak berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan penggunaan alat kontrasepsi..

Hasil ini diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan Adisati (2011), dimana pada penelitiannya disebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor tingkat pendidikan dengan pemilihan metode kontrasepsi pada akseptor KB aktif di wilayah kerja puskesmas. Namun hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Laksmi Indira (2009) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan anrata faktor tingkat pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi yang pada keluarga miskin.

Notoatmojo (2002) yang mengemukakan bahwa seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan. Begitu juga Handayani (2005) bahwa tingkat pendidikan seseorang itu mempunyai pangaruh dengan tingkat kesehatan yaitu semakin tinggi pendidikan individu semakin mudah menerima konsep hidup sehat.

Menurut penelitian Tawi, terdapat korelasi yang bermaknna antara pendidikan dengan pengetahuan akseptor KB, dimana tingginya tingkat pendidikan, maka


(39)

wawancara pengetahuan semakin bertambahh dan semakin menyadari bahwa begitu penting kesehatan dan kehidupan sehingga termotivasi untuk melakukan kunjungan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik (Tawi, 2008). Wanita yang berpendidikan rendah cenderung kurang mendapat akses terhadap informasi KB dari berbagai media dibanding dengan wanita yang berpendidikan lebih tinggi. Sementara tinggi tingkat pendidikan wanita akan semakin banyak pengetahuan mereka tentang suatu alat/cara KB modren (SDKI, 2007).

Hasil penelitian Bathara A (2012) mengemukakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan memilihan kontrasepsi implant (p=0,001).

5.3 Hubungan Paritas dengan penggunaan alat kontrasepsi Implan pada akseptor KB aktif

Jumlah anak hidup adalah yang pernah dilahirkan ibu yang masih hidup. Jumlah anak yang dilahirkan seseorang wanita selama hidupnya berpengaruh dalam menentukan alat kontrasepsi yang akan dipakai. Banyaknya anak yang dimiliki adalah merupakan salah satu faktor yang menentukan keinginan suami istri untuk ikut menjadi akseptor KB. Keluarga yang mempunyai anak banyak (lebih dari 2 orang) diharapkan untuk memakai kontrasepsi yang efektif dibanding dengan keluarga yang masih mempunyai anak sedikit (paling banyak 2 orang).

Hasil analisis tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa paritas akseptor dengan kategori ≤2 anak sebanyak 49 akseptor, di antaranya 4 akseptor (8,2%) dengan kategori penggunaan implant dan 45 akseptor (91,8%) dengan kategori penggunaan non implant. Paritas akseptor dengan kategori >2 anak sebanyak 51 akseptor, diantaranya 17 akseptor (33,3%) dengan kategori penggunaan implant


(40)

dan 34 akseptor (66,7%) dengan kategori penggunaan non implant. Berdasarkan hasil uji chi square dengan nilai p-value = 0.007 sehingga Ho ditolak berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan penggunaan alat kontrasepsi.

Salah satu faktor yang menetukan keikutsertaan pasangan suami istri dalam gerakan Keluarga Berencana adalah banyaknya anak yang memilikinya. Dimana diharapkan pada pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak, kemungkinan untuk memulai kontrasepsi lebih besar dibandingkan pada pasangan usia subur yang mempunyai anak lebih sedikit. BKKBN (2012) menerangkan bahwa yang dimaksud dengan keluarga kecil adalah keluarga yang jumlah anaknya paling banyak 2(dua) orang, sedangkan keluarga besar adalah suatu keluarga dengan jumlah anak lebih dari dua (>2) orang anak.

Penelitian ini sejalan dengan Sri Wahyuni (2011) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan pemilihan kontrasepsi Implant. Hal ini sejalan dengan teori akseptor yang mempunyai anak > 2 orang dianjurkan menggunakan kontrasepsi Implant (Syafuddin,2006).

Hal ini juga sesuai dengan pendapat Pastuty (2005) yang menjelaskan bahwa semakin tinggi anak yang pernah dilahirkan maka akan memberikan peluang, pengalaman, dan informasi yang lebih baik dan lebih banyak lagi bagi wanita PUS untuk membatasi kelahiran. Kondisi akan mendorong PUS untuk ikut serta menjadi akseptor Implant sesuai keinginannya. Oleh karena itu, jika akseptor yang memiliki jumlah anak sedikit dibiarkan dengan pengetahuan yang kurang


(41)

dalam menjadi akseptor Implant mungkin akan dapat menyebabkan meningkatnya angka kegagalan KB.

5.4 Hubungan Pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implan pada akseptor KB aktif

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penngetahuan manusia doperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Hasil analisis tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa pengetahuan akseptor dengan kategori pengetahuan baik sebanyak 47 akseptor, di antaranya 17 akseptor (36,2%) dengan kategori penggunaan implant dan 30 akseptor (63,8%) dengan kategori penggunaan non implant. Pengetahuan akseptor dengan kategori pengetahuan kurang baik sebanyak 53 akseptor, diantaranya 4 akseptor (7,5%) dengan kategori penggunaan implant dan 49 akseptor (92,5%) dengan kategori penggunaan non implant. Berdasarkan hasil uji chi square dengan nilai p-value = 0.001 sehingga Ho ditolak berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi..

Hasil penelitian ini juga didukung oleh Notoatmodjo (2003), dalam Salviana, dan Hasifah, 2013) bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia


(42)

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu persepsi seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang juga mempengaruhi persepsi dan perilaku individu, yang mana makin tinggi pengetahuan seseorang maka makin baik menafsirkan sesuatu. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai kontrasepsi implant adalah apa yang mampu diketahui dan dipahami oleh PUS (pasangan usia subur) setelah menyaksikan dan mengamati atau dibimbing oleh petugas KB, apakah melalui penyuluhan atau melalui media pemberitahuan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Selain itu pengetahuan dapat diperoleh dari alat alat komunikasi sepert televisi, buku, majalah dan lain-lain. Walaupun demikian ternyata, ditemukan bahwa frekuensi responden yang berpengetahuan baik, terdapat 6 orang (8,2%) yang tidak berminat menggunakan implant. Hal ini disebabkan karena kebanyakan klien takut terhadap efek samping yang akan`terjadi, dan tidak adanya dukungan dari suami.

Penelitian yang dilakukan di Makasar tentang rendahnya minat penggunaan Implant didapatkan hasilbahwa pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,000 (salvina & Hasifah, 2013). Terkait penelitian serupa yang dilakukan di Aceh tentang faktor yang berhubungan denganminat ibu dalam menggunakan implant mendapatkan hasil yang serupa bahwa pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,000 (Adyani,2013). Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Meutia (1997) yang mengatakan bahwa ada pengaruh pengetahuan akseptor KB terhadap utilitas alat kontrasepsi Implant


(43)

(p=0,001). Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Pardosi (2005) yang mengatakan bahwa secara statistik diperoleh hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat kemandirian akseptor KB aktif dalam pemamfaatan program KB mandiri LIMAS (p=0,001). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba (2009) di Kecamatan Rambo Samo Kabupaten Rokan Hulu yang menyebutkan bahwa ada pengaruh pengetahuan terhadap penggunaan alat kontrasepsi (p=0,014).

Pengetahuan peserta KB yang baik tentang hakekat program KB akan mempengaruhi mereka dalam memilih metode/alat kontrasepsi yang akan digunakan termasuk keluasaan atau kebebasan pilihan, kecocokan, pilihan efektif tidaknya, kenyamanan dan keamanan, juga dalam memilih tempat pelayanan yang lebih sesuai dan lengkap karena wawasan sudah lebih baik, sehingga dengan demikian kesadaran mereka tinggi untuk terus memanfaatkan pelayanan (Purba,2009).

5.5 Hubungan Dukungan Suami dengan penggunaan alat kontrasepsi Implan pada akseptor KB aktif

Menurut kamus bahas Indonesia 1995 pengertian dukungan adalah hal yang ikut serta dalam suatu kegiatan. Pembicaraan antara suami dan istri mengenai keluarga berencana tidak selalu persyaratan dalam penerimaan KB, namun tidak adanya diskusi tersebut dapat menjadi halangan terhadap pemakaian KB. Komunikasi tatap muka antara suami istri merupakan jembatan dalam proses penerimaan , dan khususnya dalam kelangsungan pemakaian kontrasepsi. tidak adanya diskusi suami istri mungkin merupakan cerminan kurangnnya minat pribadi, penolakan terhadap suatu persoalan, atau sikap tabu dalam membicarakan


(44)

hal-hal yang berkaitan dengan aspek seksual. Apabila pasangan suami istri mempunyai sikap positif terhadap KB, maka mereka cenderung akan memakai kontrasepsi (SDKI, 2007).

Menurut Joseph dalam (Bathara A, 2012) di Indonesia umumnya pesetujuan suami merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan apakah istri akan menggunakan kontrasepsi atau tidak karena suami dipandang sebagai pelindung, pencarian nafkah rumah tangga dan pembuat keputusan. Padabeberapa kasus, pedoman hukum, peraturan , dan klinik mansyaratkan wanita mendapatkan persetujuan suami sebelum memperoleh pelayanan keluarga berencana. Berbagai budaya mendukung kepercayaan bahwa pria mempunyai hak akan fertilitas istri mereka.

Hasil analisis tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa dukungan suami akseptor dengan kategori mendukung sebanyak 18 akseptor, di antaranya 14 akseptor (77,8%) dengan kategori penggunaan implant dan 4 akseptor (22,2%) dengan kategori penggunaan non implant. Dukungan suami akseptor dengan kategori Tidak mendukung sebanyak 82 akseptor, diantaranya 7 akseptor (8,5%) dengan kategori penggunaan implant dan 75 akseptor (91,5%) dengan kategori penggunaan non implant. Berdasarkan hasil uji chi square dengan alternatif uji Fisher’s Exact test diperoleh nilai p-value = 0.001 sehingga Ho ditolak berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi.

Berdasarkan hasil penelitian Syamsiah (2002) bahwa dukungan suami menunjukkan adanya hubungan antara dukungan suami denagn penggunaan alat


(45)

kontrasepsi yang di gunakan ibi/istri. dimana dalam penelitian Syamsiah (2000) dukungan suami merupakan faktor yang paling dominan untuk memilih menggunakan alat kontrasepsi yang efektif sdan efisien pada istri sebagai akseptor KB.

Hasil yang berbeda juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan disulawesi bahwa dukungan suami mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemakaian kontrasepsi hormonal (Implant) pada pasangan suami istri, dengan nilai p=0,034. Metode kontrasepsi tidak akan dipakai oleh istri apabila tidak ada kerjasama dengan suami baik dukungan secara materi, atensi dan spiritual dan istri akan cenderung berhenti menggunakan kontrasepsi jika tidak mendapat izindan dukungan dari pasangannya (Ode dkk, 2013).


(46)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan tentang faktor-faktor yang berhubungan terhadap penggunaan alat kontrasepsi implant pada akseptor KB aktif di wilayah kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dari 100 akseptor KB aktif yang penggunaan alat kontasepsi implant yang pengetahuan akseptor terlihat bahwa dari 53 akseptor (53,0%) yang memiliki pengetahuan kurang baik ,sementara dari 47 akseptor (47,0%) yang memiliki pengetahuan baik. terlihat bahwa dari 82 akseptor (82,%) yang tidak memiliki dukungan suami, sementara dari 18 akseptor (18,0) yang memiliki dukungan suami. 2. Berdasarkan analisis bivariat diketahui dari 5 variabel hanya 4 variabel

yang mempunyai hubungan yang bermakna yaitu: pendidikan akseptor dengan nilai p=0,006 , paritas akseptor dengan nilai p=0,007, pengetahuan akseptor dengan nilai p=0,001, sedangkan dukungan suami akseptor dengan nilai p=0,001 dengan penggunaan alat kontrasepsi implant.

6.2 Saran

1. Bagi pihak akseptor KB aktif agar dapat meningkatkan pengetahuan akseptor tentang penggunaan alat kontrasepsi Implant dan mau


(47)

menerima informasi dan penyuluhan-penyuluhan tentang KB khususnya Implant yang dilaksanakan pihak penyelenggra.

2. Bagi pihak tenaga kesehatan Pukesmas khususnya bidan agar memberikan penyuluhan dan promosi kepada masyarakat terutama akseptor KB aktif tentang kontrasepsi Implant agar pengetahuan masyarakat khususnya akseptor KB aktif terhadap implant menjadi lebih baik dan bersedia memilih/memakai Implant sebagai kontrasepsi jangka panjang yang efesien dan efektif.

3. Diharapkan kepata petugas kesehatan maupun petugas lapangan KB (PLKB), dalam memberikan konseling dan informasi kepada klien agar turut menyertakan suami guna meningkatkan dukungan suami terhadap keikutsertaan istri dalam ber-KB, agar dapat menyetujui istri dalam memilih/memakai Implant sebagai alat kontrasepsinya, dan dilakukannya safari KB gratis.


(48)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana

2.1.1 Defenisi Keluarga Berencana

Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek-objek tertentu, menghindarkan kelahiran yang tidak Diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2007).

Keluarga Berancana adalah mengatur jumlah anak sesuai kehendak anda, dan menentukan sendiri kapan anda ingin hamil. Bila anda memutuskan untuk tidak segera hamil sesudah menikah, anda bisa ber-KB, layanan KB di seluruh Indonesia sudah cukup mudah diperoleh. Ada beberapa metode pencegahan kehamilan, atau menjarangkan kehamilan, atau kontrasepsi, bisa anda pilih sendiri (Irianto, 2014).

2.2 Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan. sedangkan Konsepsi artinya pembuahan jadi kontrasepsi berarti mencegah bertemunya sperma dengan ovum, sehingga tidak terjadi pembuahan yang mengakibatkan kematian ( Irianto,2014).

2.2.1 Jenis dan Metode Kontrasepsi


(49)

1. Aman

2. Dapat diandalkan 3. Sederhana

4. Murah

5. Dapat diterima orang lain

6. Dapat dipakai dalam jangka panjang

Jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia antara lain: A. Metode Sederhana

1). Tanpa Alat

a). Pantang Berkala b). Metode Kalender

c). Metode Suhu Badan Basal d). Metode Lendir Serviks e). Coitus Interputus 2). Dengan Alat

a). Mekanis (barier) - Kondom Pria

- Barier intra vaginal antara lain : diafragama, kap serviks, spons,dan kondom wanita

b). Kimiawi

- Spermisid antara lain: vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet, dan lain-lain.


(50)

1. Kontrasespi Hormonal a). Pil KB

b). AKDR c). Suntik Kb d). Susuk KB 2. Kontrasepsi Mantap

a). Medis Operatif Pria (MOP) b). Medis Operatif Wanita (MOW)

Berdasarkan lama efektifitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :

1. MKJP ( Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yang termasuk dalam kategori ini adalah susuk/implant, IUD,MOP, dan MOW.

2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi jangka panjang) yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil,suntik, dan lain-lain. 2.2.2 Alat Kontrasepsi Implant

Implan adalah metode kontrasepsi yang dipakai di lengan atas bagian sebelah dalam. Berbentuk silastik (lentur). Berukuran hampir sebesar korek api. Implan dipakai biasanya pada lengan kiri. Ditanamkan diantara kulit dan daging. Tepatnya dibawah kulit namun diatas lapisan daging (otot), sehingga jika dilihat dari luar akan terlihat menonjol dan dapat diraba ( Irianto,2014).

Jenis- jenis Implan

1. Norplant terdiri dari 6 batang silastis lembut berongga dengan panjang 2. Implanon


(51)

Cara Kerjanya:

1. Lendir serviks menjadi kental

2. Mengganggu Proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi

3. Mencegah ovulasi

4. Mengurangi transportasi sperma Keuntungan IMPLANT:

1. Daya guna tinggi.

2. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)

3. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan 4. tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

5. Bebas dari pengguna estrogen 6. Tidak mengganggu aktivitas seksual 7. Tidak mengganggu produksi asi

8. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan 9. Dapat dicabut setiap saatsesuai dengan kebutuhan. Efektivitas Implant:

Sangat efektif (0,2-1 kehamilan per 100 perempuan). Keuntungan dari segi Nonkontrasepsi:

1. Mengurangi nyeri haid 2. Mengurangi jumlah dara haid 3. Mengurangi/memperbaiki anemia


(52)

5. Menurunkan angka kejadian tumor jinak payudara 6. Menurunkan angka kejadian endometriosis

Kerugian IMPLANT:

1. Nyeri kepala, pening/pusing kepala 2. Peningkatan/penurunan berat badan 3. Nyeri payudara

4. Perubahan mood atau kegelisahan

5. Tidak memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS

6. Memerlukan tindakan pembedahan minor intuk memasang/insersi dan pencabutannya sehingga klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaiannya sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan

7. Efektifitasnya menurun jika menggunakan implant bersamaan denagn penggunaan obat untuk epilepsi dan tuberkulosis.

8. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan pertahun)

Indikasi pemakaian implant

Yang boleh menggunakan KB implant : a. Wanita usia reproduksi

b. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak bersedia menjalani atau menggunakan AKDR


(53)

c. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen

d. Menyusui dan membutuhkan kontasepsi e. Pasca persalinan tidak menyusui

f. Pasca keguguran

g. Tekanan darah < 180/100 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau anemia bulan sabit

2. Kontraindikasi implant

Yang tidak boleh menggunakan KB Implant : a. Hamil atau diduga hamil

b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya c. Kanker payudara

d. Riwayat kehamilan ektopik

e. Gangguan toleransi gula. (Saifuddin, 2006).

Sekalipun masih dijumpai penyulit Implant, kelangsungan pemakaian cukup tinggi, sehingga tetap menjadi andalan gerakan Keluarga Berencana Nasional.

Waktu Pemasanagan IMPLANT:

1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan

2. Insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini tidak terjadi kehamilan. Apabila insert setelah hari ke-7 siklus haid, dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari saja.


(54)

3. Apabila menyusui antara enam minggu sampai enam bulan pasca persalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat. Apabila menyusui penuh, tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi lain.

4. Apabila setelah enam minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama tujuh hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari dan ingin menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini tersebut tidak hamil, atau menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.

5. Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntik, implant dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntik. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain.

6. Apabila kontrasespsi sebelumnya adalah kontrasepsi hormonal ( kecuali AKDR) dan ingin menggantinya dengan norplant, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.

7. Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan ingin menggantinya dengan implant. Maka dapat di insersikan pada saat haid hari ke-7 dan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual selama tujuh hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari saja. AKDR segera dicabut


(55)

IMPLAN tidak dapat dipasang pada keadaan 1. Hamil atau di duga hamil.

2. Perempuan dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

3. Memiliki benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara. 4. Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi. 5. Memiliki miom uterus dan kanker payudara

6. Mengalami gangguan toleransi glukosa Instruksi Pemasangan IMPLAN

a. Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka insisi. b. Perlu dijelaskan bahwa mungkin akan terasa sedikit perih,

pembengkakan, atau lebam pada daerah insisi, tetapi hal ini tidak perlu dikhawatirkan.

c. Pekerjaan rutin harian tetap dapat dilakukan. Namun hindari benturan , gesekan atau penekanan pada daerah insersi.

d. Balutan penekan tetap ditinggalkan selama 48 jam, sedangkan plester tetap dipertahankan hingga luka sembuh ( biasanya lima hari).

e. Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan yang wajar.

f. Apabila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti demam, peradangan, atau bila rasa sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik ( Sulistyawati,2011).


(56)

Teknik insersi implant

Pemasangan dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau bawah, kira-kira 6-8 cm, diatas atau dibawah siku, melalui insisi tunggal, dalam bentuk kipas, dan dimasukkan tepat dibawah kulit.

Untuk memasang Norplant

a. Letakkan lengan akseptor yang akan dipasang norplant diatas penyangga.

b. Pakailah sarung tangan. Bukalah tempat alat-alat yang telah steril dan aturlah alat-alat sedemikian rupa agar mudah dicapai

c. Cucilah daerah lengan tempat pemasangan tersebut dengan sabun antiseptik dan berila betadin (atau antiseptik lainnya)

d. Pasanglah kain steril yang berlubang besar yang biasa dipakai untuk operasi pada lengan bawah dan lengan atas

e. Letakkan ke 6 kapsl berjejer seperti bentuk kipas

f. Isilah semprit dengan zat anastesi local sebanyak 2,5 cc.Suntikan jarum semprit yang berisi zat anastesi local tadi hingga dibawah kulit ditempat dimana norplant akan dimasukkan dan lepaskan 0,5cc. Kemudian tanpa memindahkan jarum, masukkan kebawah kulit sekitar 4 cm, hal ini akan membuat kulit terangkat dari jaringan lunak dibawahnya. Kemudian tarik jarum pelan-pelan seingga membentuk jalur sambil menyuntikkan obat anastesi sebanyak 1 ml diantara tempat untuk memasang, kapsul 1 dan 2, selanjutnya diantara kapsul 3 dan 4 serta 5 dan 6.


(57)

g. Dengan pisau scalpel dibuat insisi 2 mm sejajar dengan lengkung siku. h. Masukkan ujung trokar melalui insisi

Terdapat 2 garis yang batas pada trokar, satu dekat ujung, lainnya dekat pangkal trokar. Dengan perlahan-lahan trokar dimasukkan sampai mencapai garis batas dekat pangkal trokar, kurang lebih 4-4,5 cm, trokar dimasukkan sambil melakukan tekanan keatas dan tanpa merubah sudut pemasukan.

i. Masukkan implant kedalam trokarnya

Dengan batang pendorong, implant didorong perlahan-lahan keujung trokar sampai terasa adanya tahanan. Dengan batang tetap stationer, trokar perlahan-lahan ditarik kembali sampai garis batas di dekat ujung

trokar terlihat pada insisi an terasa implan nya “melonjat keluar” dari

trokarnya. Jangan keluarkan trokarnya, raba lengan dengan jari untuk memastikan implan sudah berada pada tempatnya dengan baik.

j. Ubah arah trokar sehingga implan berikutnya berada 15 dari implan sebelumnya. Letakkan jari tangan pada implan sebelumnya. Masukkan kembali trokar sepanjang pinggir jari tangan sampai garis batas dekat pangkal trokar. Masukkan implan kedalam trokar. Selanjutnya seperti pada butir Ulangi lagi prosedur tersebut sampai semua implan telah terpasang.

k. Setelah semua implan terpasang, lakukan penekanan pada tempat luka insisi dengan kasa steril untuk mengurangi perdarahan. Lalu ke pinggir insisi ditekan sampai berdekatan dan ditutup dengan plester. Tidak


(58)

diperlukan penjahitan luka insisi. Luka insisi ditutup dengan kompres kering, lalu lengan dibalut dengan kasa.

l. Luka insisi ditutup dengan kompres kering, lalu lengan dibalut dengan kasa intuk mencegah perdarahan.

m. Nasihatkan pada akseptor agar luka jangan basah selama lebih kurang 3 hari dan datang kembali jika terjadi keluhan-keluhan yang mengganggu.

Pemeriksaan ulang IMPLAN

1. Tidak perlu kembali ke klinik, kecuali jika ada masalah kesehatan ayau ingin mencabut implan. dianjurkan kembali ke klinik tempat implan dipasang bila ditemukan hal-hal sebagai berikut.

a. Amenore yang disertai nyeri perut bagian bawah b. Perdarahan dengan jumlah yang banyak

c. Rasa nyeri pada lengan

d. Luka bekas insisi menegeluarkan darah atau nanah e. Ekspulsi dari batang implan

f. Sakit kepala hebat ataiu penglihatan menjadi kabur g. Nyeri dada hebat

h. Dugaan adanya kehamilan Efek Samping IMPLAN:

1. Amenore

2. Perdarahan bercak (spotting) ringan 3. Ekspulsi


(59)

4. Infeksi pada daerah insersi 5. Berat Badan naik atau turun 2.3 Akseptor KB Aktif

Akseptor KB aktif adalah Akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan/mengakhiri kesuburan (Ade, 2015).

2.4 Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implan Pada Akseptor KB Aktif

2.4.1 Umur

Sebagian besar masa reproduksi secara aktif digunakan untuk kebutuhan seksual, dengan demikian wanita memiliki periode yang panjang dimasa mereka memerlukan metode yang efektif yang digunakan untuk mengatur kehamilan dan menjarangkannya (Finer & Philbin, 2012). Usia reproduksi yaitu usia diantara 20 tahun sampai 35 tahun dimana merupakan usia dewasa yang cukup matang untuk dibuahi, dan sebaliknya usia <20 tahun yang merupakan usia terlalu muda untuk hml sehingga penggunaan kontrasepsi diperlukan sebagai alat untuk menunda kehamilan. Usia yang terlalu tua untuk hamil >35 tahun, sehingga pada kedua periode usia tersebut diperlukan metode yang lebih efektif dan berlaku dalam jangka waktu yang lebih panjang (Depkes RI, 2006).

Pemakaian kontrasepsi Implant lebih banyak dipakai oleh wanita usia muda <21 tahun karena mempunyai resiko abortus yang lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan pada ibu muda di USA, untuk menjarangkan kehamilan mereka mengatakan diperlukan suatu metode kontrasepsi yang efektif untuk jangka panjang, karena umur yang muda maka masa reproduktifnya lebih panjang, dari


(1)

3.3 Populasi dan Sampel ... 32

3.3.1 Populasi ... 32

3.3.2 Sampel ... 32

3.4 Metode Pengumpulan data ... 34

3.4.1 Data Primer ... 34

3.4.2 Data Sekunder ... 34

3.5 Defenisi Operasional ... 34

3.5.1 Variabel Dependen ... 34

3.5.2 Variabel Independen ... 34

3.6 Alat Pengumpulan Data ... 35

3.7 Aspek Pengukuran ... 35

3.7.1 Variabel Dependen ... 35

3.7.2 Variabel Independen ... 35

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 37

3.9 Metode Pengambilan Data ... 39

3.10 Metode Analisa Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

4.1.1 Sarana Penunjang di Puskesmas Binanga ... 41

4.2 Karakteristik Akseptor KB Aktif ... 42

4.3 Analisa Univariat ... 43

4.3.1 Distribusi Penggunaan alat kontrasepsi yang digunakan Akseptor KB Aktif di wilayah Kerja Puskesmas Binanga ... 43

4.3.2 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan akseptor KB aktif dalam penggunaan alat kontrasepsi implant... 44

4.3.3 Distribusi responden berdasarkan dukungan suami akseptor KB aktif dalam penggunaan alat kontrasepsi implan ... 46

4.4 Analisa Bivariat ... 48

4.4.1 Hubungan umur dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant diwilayah kerja Puskesmas Binanga Kabupaten Barumun Tengah ... 48

4.4.2 Hubungan pendidikan dengan penggunanalatkontrasepsi Implant diwilayah kerja Puskesmas Binanga Kabupaten Barumun Tengah ... 49

4.4.3 Hubungan paritas dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant diwilayah kerja Puskesmas Binanga Kabupaten Barumun Tengah ... 50

4.4.4 Hubungan pengetahuan dengan penggunaan alat Kontrasepsi Implant diwilayah Kerja Puskesmas Binanga


(2)

Kecamatan Barumun Tengah ... 51 4.4.5 Hubungan dukungan suami dengan penggunaan alat

Kontrasepsi implant diwilayah kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah ... 51 BAB V PEMBAHASAN

5.1 Hubungan umur dengan penggunaan alat kontrasepsi implant Pada akseptor KB aktif... 53

5.2 Hubungan pendidikan dengan penggunaan alat kontrasepsi

Implant pada akseptor KB aktif ... 54 5.3 Hubungan paritas dengan penggunaan alat kontrasepsi implant Pada akseptor KB aktif ... 56 5.4 Hubungan pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi

Implant pada akseptor KB aktif ... 58 5.5 Hubungan Dukungan suami dengan penggunaan alat

Kontrasepsi implant pada akseptor KB aktif ... 61 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 63 6.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64 DAFTAR LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengtahuan akseptor

38 Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Suami

akseptor

39 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden

Akseptor KB Aktif…

40 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

pada akseptor KB aktif di Wilayah Puskesmas Binanga

41

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Pengetahuan akseptor KB aktif tentang penggunaan alat kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah.

42

Tabel 4.4 Distribusi Kategori Berdasarkan Pengetahuan Akseptor KB Aktif

44 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami pada akseptor KB aktif

di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah

44

Tabel 4.6 Distribusi Kategori Berdasarkan Dukungan Suami Akseptor KB Aktif

46 Tabel 4.7 Hubungan Umur dengan Penggunaan alat kontrasepsi Implant

pada akseptor KB aktif

47 Tabel 4.8 Hubungan Pendidikan dengan Penggunaan alat kontrasepsi

Implant pada akseptor KB aktif

47

Tabel 4.9 Hubungan Paritas dengan Penggunaan alat konjtrasepsi Implant pada akseptor KB aktif

48

Tabel 4.10 Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan alat kontrasepsi

Implant pada akseptor KB aktif 49

Tabel 4. 11 Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif

50


(4)

DAFTAR GAMBAR


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat permohonan survey pendahuluan Lampiran 2. Surat izin penelitian

Lampiran 3. Master tabel Lampiran 4. Output spss


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maylani Sanri

TempatLahir : Pasar Binanga

Tanggal Lahir : 1 Mei 1991

Suku Bangsa : Mandailing

Agama : Islam

Nama Ayah : Bincaruddin

Suku Bangsa Ayah : Mandailing

Nama Ibu : Tiasli Hasibuan

Suku Bangsa Ibu : Mandailing

Pendidikan Formal

1. SD Negeri 2 Pasar Binanga : 1997-2003 2. SMP Negeri 1 Pasar Binanga : 2003-2006 3. SMA Negeri 1 Pasar Binanga : 2006-2009 4. AKBID Sehat Medan : 2009-2012 5. Lama Studi di FKM USU : 2013-2015


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akseptor KB tidak Memilih Implant Sebagai Alat Kontrasepsi

3 40 63

Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil KB Pada Akseptor KB di Desa Pandiangan Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi Tahun 2010

2 38 112

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akseptor KB Memilih Alat Kontrasepsi Suntik Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukawarna.

0 1 15

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 0 15

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 0 2

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 0 9

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 0 22

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 1 3

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 0 12

DITERMINAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

0 0 18