Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai
saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka
laju pertumbuhan penduduk. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mengumumkan bahwa total populasi dunia pada tahun 2013 mencapai 7,2 milyar
dan akan mencapai 9,2 milyar pada tahun 2050 (UNFPA, 2014). Indonesia
menempati urutan kelima dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.
Diperkirakan setiap hari terlahir sepuluh ribu bayi, dengan kata lain penduduk
Indonesia bertambah sekitar 3,5 juta jiwa setiap tahunnya. Pada masa reformasi
program KB mengalami stagnasi selama kurun waktu 10 tahun pemerintah belum
mampu menurunkan total fertility rate (TFR) tang mencapai 2,6. Angka ini masih
jauh dari target yaitu sebesar 2,1. Laju pertumbuhan yang sangat pesat ini akan
menjadi masalah bagi pembangunan bangsa Indonesia kedepannya (BKKBN,
2012).
Angka kesuburan total telah mengalami penurunan secara global. Namun
dinegara berkembang penurunan terjadi sangat lambat karena masih rendahnya
penggunaan kontrasepsi modren yaitu hanya 31% ( Sherpa,2012). Persentase
jumlah peserta KB yang dilaporkan tidak mengalami perubahan yaitu 60% pada
tahun 2002 menjadi 61 % pada tahun 2012 (BKKBN,2012). Program kontrasepsi
yang digalakkan dan efektif adalah metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
dengan Implant merupakan salah satu metode unggulannya, (BKKBN,2013).
Universitas Sumatera Utara
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dapat dikendalikan dengan
mengontrol faktor-faktor yang mepengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu melalui
melalui program keluarga berencana untuk mengendalikan fertilitas. Keluarga
Berencana merupakan suatu program untuk meningkatkan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pengaturan jumlah kelahiran, pembinaan kesejahteraan
keluarga dalam upaya untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Program Keluarga Berencana mempunyai tujuan untuk mengendalikan angka
kelahiran sehingga dapat meningkatkan kualitas penduduk.
Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Indonesia perlu di tingkatkan
untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk yang merupakan salah satu
permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, selain isu pemanasan global,
krisis ekonomi, masalah pangan serta menurunnya tingkat kesehatan penduduk.
Kekhawatiran akan terjadi ledakan penduduk pada tahun 2015 mendorong
Pemerintahan Indonesia menyusun beberapa kebijakan penting karena penduduk
yang besar tanpa disertai kualitas yang memadai akan menajadi beban
pembangunan serta menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan Nasional (Emon, 2008).
Dengan kesadaran ini, maka, suatu program telah dijalankan pemerintah.
Indonesia untuk menahan ledakan penduduk, yaitu melalui program yang dikenal
dengan Keluarga Berencana (KB). Program ini cukup efektif dalam menurunkan
laju pertumbuhan penduduk. Prevalensi KB menurut alat KB dari peserta KB
aktif di Indonesia adalah 66,20%. Alat KB yang dominan adalah suntikan (34%)
dan pil KB (17%).
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Kurnia (2012), menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
wanita usia subur tentang KB implant yang berpengetahuan baik 22 responden
(14%), berpengetahuan cukup 111 responden (70,7%), berpengetahuan kurang 24
responden (15,3%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan wanita usia subur
tentang KB implant adalah cukup yaitu sebesar 111 responden (77,7%).
Hasil penelitian Rahmah (2013), menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pendidikan dengan metode kontrasepsi implant, ada hubungan antara pendapatan
dengan metode kontrasepsi implant serta ada hubungan antara pengetahuan
dengan metode kontrasepsi implant. Penggunaan implant sebagai salah satu
metode kontrasepsi jangka panjang di Indonesia masih rendah yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor yaitu faktor pengetahuan, pendidikan, pendapatan, pekerjaan,
takut efek samping, serta ditinggal suami bekerja ke luar negeri.
Peserta KB baru secara nasional sampai dengan Bulan Maret 2012 sebanyak
220.510 peserta. Apabila di lihat pertahun pada pemakaian kontrasepsi maka
dapat dilihat bahwa jumlah peserta IUD sebanyak 137.067 peserta (6,78%), MOW
berjumlah 32.503 (1,61% ), MOP sebesar 5.382 peserta (0,27%), kondom
sebanyak 125.512 (6,21%), Implant sebesar 164,872 (8,16%), Suntikan
berjumalah 1.008.577 (49,92%). Dan 546.597(27,05%) peserta pil, mayoritas
akseptor KB baru bulan Maret 2012, paling banyak digunakan oleh peserta KB
yang menggunakan non metode kontrasepsi jangka panjang (non MKJP) yaitu
83,18%. Sedangkan peserta KB baru yang menggunakan metode jangka panjang
seperti IUD, MOW,MOP, dan Implant hanya 16,82% ( BKKBN, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Hasil laporan umpan balik BKKBN sampai bulan Agustus 2013, pencapaian
peserta KB baru KPS dan KS I di Provinsi Bali sebanyak 13,291 peserta yang
terdiri dari 3.769 peserta IUD (28,36%). 1.093 akseptor MOW (8,22%), 90
peserta MOP (0,685), 1,398 (10,52%) memakai kondom, 1.119 (8,42)
menggunakan Implant, 4632 ( 34,85%) Suntikan dan 1,190 (8,95% pil.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa keikutsertaan pasangan usia subur
terhadap penggunaan KB Implant tergolong rendah apabila dibandingkan dengan
kepesertaan KB suntik dan IUD. hasil pelayanan akseptor baru menurut tempat
pelayanan sampai dengan bulan Agustus 2013 sebesar 45.011 orang dengan
rincian sebagai berikut : sebanyak 16,670 peserta 37,97% dilayanin oleh Klinik
KB Pemerintah, 3,588 (7,98%) peserta dilayani oleh Klinik KB swasta, 1,715
(3.81%) peserta dilayani oleh Dokter Praktek Swasta, dan 23.038 (51,18%)
dilayani oleh Bidan Praktek Swasta (BKKBN, 2013).
Implant adalah alat kontrasepsi yang digunakan pasangan usia subur serta
dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam dari lipatan siku. Keuntangan
dari penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: efektivitas tinggi, perlindungan
jangka panjang, pengembalian kesuburan yang cepat setelah pencabutan , dapat
cabut sesuai kebutuhan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari
pengaruh hormon estrogen, tidak menggangu kegiatan senggama serta tidak
mengganggu produksi ASI. Kerugian dari penggunaan alat kontrasepsi implant
yaitu akseptor perlu kembali ke klinik atau puskesmas apabila ada keluhan,
apabila ingin berhenti menggunakan implan, mempengaruhi haid serta tidak dapat
melindungi dari IMS/HIV seperti kontrasepsi kondom (Saiffudin, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Apabila dibadingkan dengan alat kontrasepsi lain, kontrasepsi implan
merupakan alat kontrasepsi yang sama-sama mempunyai efektivitas jangka
panjang seperti IUD atau spiral. Dapat dilihat bahwa implant merupakan alat
kontrasepsi yang lebih efektif serta lebih mudah dalam proses pemasangannya.
Namun belakangan ini alat kontrasepsi IUD mempunyai kelemahan yaitu dapat
terjadi perubahan lokasi dan translokasi atau keluar dari rahim sehingga masih
menimbulkan terjadinya kehamilan. Implan mempunyai tingkat kegagalan yang
lebih sedikit dibandingkan IUD. Apabila dipasang dengan benar, metode
kontrasepsi implan memiliki efektivitas sampai 99% denagn tingkat kegagalan
hanya 0,05 dari 100 wanita yang memakai (BKKBN,2013).
Menurut Data Survey Kesehatan dan Demografi Indonesia Tahun 2012
Suntik dan Pil adalah dua alat kontrasepsi yang paling populer sedangkan tingkat
pemakaian Implant, IUD, Tubektomi, Vasektomi hanya 10,6% dimana jumlah
peserta KB yang memakai kontrasepsi Implan masih rendah yaitu 3,9% pada hal,
Implan merupakan alat kontrasepsi yang sangat efektif, murah dan aman dalam
menghentikan kehamilan (SDKI, 2012).
Dari 33 Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara angka persentase pencapaian
peserta KB Baru sampai dengan bulan Desember 2014 yang paling tinggi adalah
Kabupaten Batu Bara, yakni 129,3% dan yang paling rendah adalah Kabupaten
Nias Barat yakni hanya 26,3% dari sasaran yang telah diperkirakan sampai akhir
tahun 2014. Sedangkan perkembangan pasangan usia subur yang aktif sebagai
peserta KB yang dilaporkan dari Kabupaten/Kota sampai dengan bulan Desember
2014 mencapai 1.630.298 pasangan atau 69,3% dari 2.354.389 pasangan usia
Universitas Sumatera Utara
subur yang ada di Sumatera Utara. Berdasarkan pemakaian metode/alat
kontrasepsi para pasangan usia subur yang masih aktif sebagai peserta KB terdiri
dari pemakaian alat kontrasepsi PIL mencapai 19,84% menyusul pemakaian
suntikan mencapai 21,62%, menggunakan IUD mencapai 7,58%, dengan metode
(MOW) mencapai 5,10%, peserta Implant mencapai 9,25%, pemakaian kondom
mencapai 5,27% dan dengan MOP hanya 0,6% dari jumlah pasangan usia subur
yang aktif sebagai peserta KB. Tantangan pelaksanaan Program KB di sumatera
utara ke depan masih cukup berat, terutama dari 2.354.389 pasangan usia subur
yang ada di Sumatera Utara, ada sebanyak 724.091 pasangan usia subur yang
bukan peserta KB, dengan kondisi sebanyak 79.913 pasangan saat ini sedang
dalam keadaan hamil, sebanyak 258.337 pasangan tidak ikut KB dan masih ingin
memiliki anak dengan segera, 188.965 pasangan tidak ber KB tapi belum ingin
memiliki anak dan ada sebanyak 196.876 pasangan juga belum ber-KB tapi tidak
ingin memiliki anak lagi. ( BkkbN Provinsi Sumatera Utara, 2014).
Data yang diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Lawas
sedangkan pencapaian peserta KB aktif semua metode, di Kabupaten Padang
Lawas Tahun 2012 didapatkan data dengan jumlah 13.486 peserta (86,695%),
dengan rincian penggunaan kontrasepsi suntik 6,280 peserta (40,37%), pil 5.601
peserta (36,01%), Implan 1.299 peserta (8,35%), kondom 1.605 peserta (10,32%),
IUD 356 peserta (2,3%), MOW 400 peserta (2,57%), MOP 15 peserta (0,10%).
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa bagian terbesar peserta KB aktif
mempergunakan kontrasepsi hormonal (suntik, pil dan Implant) yaitu sebesar
84,72% (Profil Kesehatan Sumatera Utara, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Puskesmas Binanga tahun 2014,
jumlah Akseptor KB aktif sebesar 570 peserta (13.11 %) akseptor KB Aktif.
Dengan pencapaian akseptor KB aktif adalah sebagai berikut, pemakai suntik
sebesar 251 ( 44.0%) , Pil sebesar 214 (37.5%) , implant sebesar 11 ( 1.93 %) ,
kondom sebesar 92 ( 16.1 %) , MOW/MOP sebesar 13 (2.28%) (Profil Puskesmas
Binanga, 2014).
Menurut survei awal di Puskesmas Binanga pada Bulan Juli 2015 didapat
bahwa dari 10 PUS hanya 5 orang yang menggunakan KB Implant, sementara 5
orang lagi tidak memakai KB Implant mengatakan alasan yang berkaitan dengan
rendahnya penggunaan kontrasepsi Implan di Puskesmas Binanga antara lain 2
orang karena umur mereka masih muda kurang dari 20 tahun, dan 1 orang
berpendidikan rendah yaitu SMP, jumlah anak yang mereka miliki > 2 orang,
ingin punyak anak lagi yaitu ingin punya anak laki-laki atau anak perempuan,
belum punya anak, 1 orang kurangnya dukungan suami dalam melakukan pilihan
alat kontrasepsi dimana beranggapan bahwa alat atau susuk tersebut bisa pindah
kemana-mana, kurangnya pemahaman mereka tentang alat kontrasepsi Implant
sehingga pengetahuan mereka masih kurang tentang alat kontrasespsi akibatnya
kurangnya kesadaran mereka untuk menggunakannya, budaya ( kepercayaan )
dimana masih ada juga orang tua yang tidak mau membatasi melahirkan karena
beranggapan banyak anak banyak rezeki sehingga sebagian orang tua mereka
merasa tidak perlu khawatir karena anak tersebut sudah membawa rezeki masing
–masing. 1 orang adanya perasaan takut untuk menggunakan KB Implan, adanya
perasaan takut dilihat dari proses pemasangan saat dilakukan insisi, khawatir
Universitas Sumatera Utara
terkait dengan biaya mahal pemasangan Implant. Masih rendahnya akseptor KB
aktif yang menggunakan penggunaan alat kontrasepsi implant membuat penulis
tertarik untuk mengetahui dan melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Impalan pada Akseptor
KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah
Tahun 2015.
1.2
Rumusan Masalah
Masih rendahnya akseptor KB aktif yang menggunaan alat kontrasepsi
Implant pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan
Barumun Tengah Tahun 2015.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan
Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas
Binanga Kecamatan Barumun Tengah tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan umur dengan penggunaan alat kontrasepsi
Implant pada akseptor KB aktif.
2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan penggunaan alat
kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif.
3. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan penggunaan alat kontrasepsi
Implant pada akseptor KB aktif.
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan penggunaan alat
kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif.
5 Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan penggunaan alat
kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif.
1.4
Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai informasi bagi ibu untuk mengetahui bahwa metode kontrasepsi
Implant merupakan metode yang paling efektif, murah, dan aman bila di
pasangan suami istri sudah tidak mempunyai rencana memiliki anak, serta
sebagai informasi untuk menambah pengetahuan tentang Implat dan mau
ikut serta dalam pelayanan kontrasepsi Implant.
2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun
Tengah dalam peningkatan pemakaian alat kontrasepsi yaitu khususnya
pemakaian metode kontrasepsi Implant untuk bulan berikutnya.
3. Sebagai bahan informasi dan masukan pihak-pihak lain yang membutuhkan
dan dijadikan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai
saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka
laju pertumbuhan penduduk. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mengumumkan bahwa total populasi dunia pada tahun 2013 mencapai 7,2 milyar
dan akan mencapai 9,2 milyar pada tahun 2050 (UNFPA, 2014). Indonesia
menempati urutan kelima dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.
Diperkirakan setiap hari terlahir sepuluh ribu bayi, dengan kata lain penduduk
Indonesia bertambah sekitar 3,5 juta jiwa setiap tahunnya. Pada masa reformasi
program KB mengalami stagnasi selama kurun waktu 10 tahun pemerintah belum
mampu menurunkan total fertility rate (TFR) tang mencapai 2,6. Angka ini masih
jauh dari target yaitu sebesar 2,1. Laju pertumbuhan yang sangat pesat ini akan
menjadi masalah bagi pembangunan bangsa Indonesia kedepannya (BKKBN,
2012).
Angka kesuburan total telah mengalami penurunan secara global. Namun
dinegara berkembang penurunan terjadi sangat lambat karena masih rendahnya
penggunaan kontrasepsi modren yaitu hanya 31% ( Sherpa,2012). Persentase
jumlah peserta KB yang dilaporkan tidak mengalami perubahan yaitu 60% pada
tahun 2002 menjadi 61 % pada tahun 2012 (BKKBN,2012). Program kontrasepsi
yang digalakkan dan efektif adalah metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
dengan Implant merupakan salah satu metode unggulannya, (BKKBN,2013).
Universitas Sumatera Utara
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dapat dikendalikan dengan
mengontrol faktor-faktor yang mepengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu melalui
melalui program keluarga berencana untuk mengendalikan fertilitas. Keluarga
Berencana merupakan suatu program untuk meningkatkan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pengaturan jumlah kelahiran, pembinaan kesejahteraan
keluarga dalam upaya untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Program Keluarga Berencana mempunyai tujuan untuk mengendalikan angka
kelahiran sehingga dapat meningkatkan kualitas penduduk.
Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Indonesia perlu di tingkatkan
untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk yang merupakan salah satu
permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, selain isu pemanasan global,
krisis ekonomi, masalah pangan serta menurunnya tingkat kesehatan penduduk.
Kekhawatiran akan terjadi ledakan penduduk pada tahun 2015 mendorong
Pemerintahan Indonesia menyusun beberapa kebijakan penting karena penduduk
yang besar tanpa disertai kualitas yang memadai akan menajadi beban
pembangunan serta menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan Nasional (Emon, 2008).
Dengan kesadaran ini, maka, suatu program telah dijalankan pemerintah.
Indonesia untuk menahan ledakan penduduk, yaitu melalui program yang dikenal
dengan Keluarga Berencana (KB). Program ini cukup efektif dalam menurunkan
laju pertumbuhan penduduk. Prevalensi KB menurut alat KB dari peserta KB
aktif di Indonesia adalah 66,20%. Alat KB yang dominan adalah suntikan (34%)
dan pil KB (17%).
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Kurnia (2012), menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
wanita usia subur tentang KB implant yang berpengetahuan baik 22 responden
(14%), berpengetahuan cukup 111 responden (70,7%), berpengetahuan kurang 24
responden (15,3%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan wanita usia subur
tentang KB implant adalah cukup yaitu sebesar 111 responden (77,7%).
Hasil penelitian Rahmah (2013), menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pendidikan dengan metode kontrasepsi implant, ada hubungan antara pendapatan
dengan metode kontrasepsi implant serta ada hubungan antara pengetahuan
dengan metode kontrasepsi implant. Penggunaan implant sebagai salah satu
metode kontrasepsi jangka panjang di Indonesia masih rendah yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor yaitu faktor pengetahuan, pendidikan, pendapatan, pekerjaan,
takut efek samping, serta ditinggal suami bekerja ke luar negeri.
Peserta KB baru secara nasional sampai dengan Bulan Maret 2012 sebanyak
220.510 peserta. Apabila di lihat pertahun pada pemakaian kontrasepsi maka
dapat dilihat bahwa jumlah peserta IUD sebanyak 137.067 peserta (6,78%), MOW
berjumlah 32.503 (1,61% ), MOP sebesar 5.382 peserta (0,27%), kondom
sebanyak 125.512 (6,21%), Implant sebesar 164,872 (8,16%), Suntikan
berjumalah 1.008.577 (49,92%). Dan 546.597(27,05%) peserta pil, mayoritas
akseptor KB baru bulan Maret 2012, paling banyak digunakan oleh peserta KB
yang menggunakan non metode kontrasepsi jangka panjang (non MKJP) yaitu
83,18%. Sedangkan peserta KB baru yang menggunakan metode jangka panjang
seperti IUD, MOW,MOP, dan Implant hanya 16,82% ( BKKBN, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Hasil laporan umpan balik BKKBN sampai bulan Agustus 2013, pencapaian
peserta KB baru KPS dan KS I di Provinsi Bali sebanyak 13,291 peserta yang
terdiri dari 3.769 peserta IUD (28,36%). 1.093 akseptor MOW (8,22%), 90
peserta MOP (0,685), 1,398 (10,52%) memakai kondom, 1.119 (8,42)
menggunakan Implant, 4632 ( 34,85%) Suntikan dan 1,190 (8,95% pil.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa keikutsertaan pasangan usia subur
terhadap penggunaan KB Implant tergolong rendah apabila dibandingkan dengan
kepesertaan KB suntik dan IUD. hasil pelayanan akseptor baru menurut tempat
pelayanan sampai dengan bulan Agustus 2013 sebesar 45.011 orang dengan
rincian sebagai berikut : sebanyak 16,670 peserta 37,97% dilayanin oleh Klinik
KB Pemerintah, 3,588 (7,98%) peserta dilayani oleh Klinik KB swasta, 1,715
(3.81%) peserta dilayani oleh Dokter Praktek Swasta, dan 23.038 (51,18%)
dilayani oleh Bidan Praktek Swasta (BKKBN, 2013).
Implant adalah alat kontrasepsi yang digunakan pasangan usia subur serta
dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam dari lipatan siku. Keuntangan
dari penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: efektivitas tinggi, perlindungan
jangka panjang, pengembalian kesuburan yang cepat setelah pencabutan , dapat
cabut sesuai kebutuhan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari
pengaruh hormon estrogen, tidak menggangu kegiatan senggama serta tidak
mengganggu produksi ASI. Kerugian dari penggunaan alat kontrasepsi implant
yaitu akseptor perlu kembali ke klinik atau puskesmas apabila ada keluhan,
apabila ingin berhenti menggunakan implan, mempengaruhi haid serta tidak dapat
melindungi dari IMS/HIV seperti kontrasepsi kondom (Saiffudin, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Apabila dibadingkan dengan alat kontrasepsi lain, kontrasepsi implan
merupakan alat kontrasepsi yang sama-sama mempunyai efektivitas jangka
panjang seperti IUD atau spiral. Dapat dilihat bahwa implant merupakan alat
kontrasepsi yang lebih efektif serta lebih mudah dalam proses pemasangannya.
Namun belakangan ini alat kontrasepsi IUD mempunyai kelemahan yaitu dapat
terjadi perubahan lokasi dan translokasi atau keluar dari rahim sehingga masih
menimbulkan terjadinya kehamilan. Implan mempunyai tingkat kegagalan yang
lebih sedikit dibandingkan IUD. Apabila dipasang dengan benar, metode
kontrasepsi implan memiliki efektivitas sampai 99% denagn tingkat kegagalan
hanya 0,05 dari 100 wanita yang memakai (BKKBN,2013).
Menurut Data Survey Kesehatan dan Demografi Indonesia Tahun 2012
Suntik dan Pil adalah dua alat kontrasepsi yang paling populer sedangkan tingkat
pemakaian Implant, IUD, Tubektomi, Vasektomi hanya 10,6% dimana jumlah
peserta KB yang memakai kontrasepsi Implan masih rendah yaitu 3,9% pada hal,
Implan merupakan alat kontrasepsi yang sangat efektif, murah dan aman dalam
menghentikan kehamilan (SDKI, 2012).
Dari 33 Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara angka persentase pencapaian
peserta KB Baru sampai dengan bulan Desember 2014 yang paling tinggi adalah
Kabupaten Batu Bara, yakni 129,3% dan yang paling rendah adalah Kabupaten
Nias Barat yakni hanya 26,3% dari sasaran yang telah diperkirakan sampai akhir
tahun 2014. Sedangkan perkembangan pasangan usia subur yang aktif sebagai
peserta KB yang dilaporkan dari Kabupaten/Kota sampai dengan bulan Desember
2014 mencapai 1.630.298 pasangan atau 69,3% dari 2.354.389 pasangan usia
Universitas Sumatera Utara
subur yang ada di Sumatera Utara. Berdasarkan pemakaian metode/alat
kontrasepsi para pasangan usia subur yang masih aktif sebagai peserta KB terdiri
dari pemakaian alat kontrasepsi PIL mencapai 19,84% menyusul pemakaian
suntikan mencapai 21,62%, menggunakan IUD mencapai 7,58%, dengan metode
(MOW) mencapai 5,10%, peserta Implant mencapai 9,25%, pemakaian kondom
mencapai 5,27% dan dengan MOP hanya 0,6% dari jumlah pasangan usia subur
yang aktif sebagai peserta KB. Tantangan pelaksanaan Program KB di sumatera
utara ke depan masih cukup berat, terutama dari 2.354.389 pasangan usia subur
yang ada di Sumatera Utara, ada sebanyak 724.091 pasangan usia subur yang
bukan peserta KB, dengan kondisi sebanyak 79.913 pasangan saat ini sedang
dalam keadaan hamil, sebanyak 258.337 pasangan tidak ikut KB dan masih ingin
memiliki anak dengan segera, 188.965 pasangan tidak ber KB tapi belum ingin
memiliki anak dan ada sebanyak 196.876 pasangan juga belum ber-KB tapi tidak
ingin memiliki anak lagi. ( BkkbN Provinsi Sumatera Utara, 2014).
Data yang diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Lawas
sedangkan pencapaian peserta KB aktif semua metode, di Kabupaten Padang
Lawas Tahun 2012 didapatkan data dengan jumlah 13.486 peserta (86,695%),
dengan rincian penggunaan kontrasepsi suntik 6,280 peserta (40,37%), pil 5.601
peserta (36,01%), Implan 1.299 peserta (8,35%), kondom 1.605 peserta (10,32%),
IUD 356 peserta (2,3%), MOW 400 peserta (2,57%), MOP 15 peserta (0,10%).
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa bagian terbesar peserta KB aktif
mempergunakan kontrasepsi hormonal (suntik, pil dan Implant) yaitu sebesar
84,72% (Profil Kesehatan Sumatera Utara, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Puskesmas Binanga tahun 2014,
jumlah Akseptor KB aktif sebesar 570 peserta (13.11 %) akseptor KB Aktif.
Dengan pencapaian akseptor KB aktif adalah sebagai berikut, pemakai suntik
sebesar 251 ( 44.0%) , Pil sebesar 214 (37.5%) , implant sebesar 11 ( 1.93 %) ,
kondom sebesar 92 ( 16.1 %) , MOW/MOP sebesar 13 (2.28%) (Profil Puskesmas
Binanga, 2014).
Menurut survei awal di Puskesmas Binanga pada Bulan Juli 2015 didapat
bahwa dari 10 PUS hanya 5 orang yang menggunakan KB Implant, sementara 5
orang lagi tidak memakai KB Implant mengatakan alasan yang berkaitan dengan
rendahnya penggunaan kontrasepsi Implan di Puskesmas Binanga antara lain 2
orang karena umur mereka masih muda kurang dari 20 tahun, dan 1 orang
berpendidikan rendah yaitu SMP, jumlah anak yang mereka miliki > 2 orang,
ingin punyak anak lagi yaitu ingin punya anak laki-laki atau anak perempuan,
belum punya anak, 1 orang kurangnya dukungan suami dalam melakukan pilihan
alat kontrasepsi dimana beranggapan bahwa alat atau susuk tersebut bisa pindah
kemana-mana, kurangnya pemahaman mereka tentang alat kontrasepsi Implant
sehingga pengetahuan mereka masih kurang tentang alat kontrasespsi akibatnya
kurangnya kesadaran mereka untuk menggunakannya, budaya ( kepercayaan )
dimana masih ada juga orang tua yang tidak mau membatasi melahirkan karena
beranggapan banyak anak banyak rezeki sehingga sebagian orang tua mereka
merasa tidak perlu khawatir karena anak tersebut sudah membawa rezeki masing
–masing. 1 orang adanya perasaan takut untuk menggunakan KB Implan, adanya
perasaan takut dilihat dari proses pemasangan saat dilakukan insisi, khawatir
Universitas Sumatera Utara
terkait dengan biaya mahal pemasangan Implant. Masih rendahnya akseptor KB
aktif yang menggunakan penggunaan alat kontrasepsi implant membuat penulis
tertarik untuk mengetahui dan melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Impalan pada Akseptor
KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah
Tahun 2015.
1.2
Rumusan Masalah
Masih rendahnya akseptor KB aktif yang menggunaan alat kontrasepsi
Implant pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan
Barumun Tengah Tahun 2015.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan
Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas
Binanga Kecamatan Barumun Tengah tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan umur dengan penggunaan alat kontrasepsi
Implant pada akseptor KB aktif.
2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan penggunaan alat
kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif.
3. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan penggunaan alat kontrasepsi
Implant pada akseptor KB aktif.
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan penggunaan alat
kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif.
5 Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan penggunaan alat
kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif.
1.4
Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai informasi bagi ibu untuk mengetahui bahwa metode kontrasepsi
Implant merupakan metode yang paling efektif, murah, dan aman bila di
pasangan suami istri sudah tidak mempunyai rencana memiliki anak, serta
sebagai informasi untuk menambah pengetahuan tentang Implat dan mau
ikut serta dalam pelayanan kontrasepsi Implant.
2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun
Tengah dalam peningkatan pemakaian alat kontrasepsi yaitu khususnya
pemakaian metode kontrasepsi Implant untuk bulan berikutnya.
3. Sebagai bahan informasi dan masukan pihak-pihak lain yang membutuhkan
dan dijadikan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya.
Universitas Sumatera Utara