Pengaruh Profitabilitas, Cash Position dan Keputusan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen dengan Kebijakan Utang Sebagai Variabel Intervening
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perekonomian Indonesia mendapat pengaruh negatif dari krisis keuangan
global pada awal tahun 2008 yaitu berupa krisis energi dan krisis komoditas.
Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan
bangkrutnya lembaga investasi Lehman Brother di Amerika Serikat. Krisis energi
ditandai dengan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai akibat
naiknya harga minyak mentah internasional, sedangkan krisis komoditas ditandai
dengan naiknya harga komoditas di pasar internasional.
Secara makro, kasus subprime mortgage, bangkrutnya Lehman Brother,
kenaikan harga BBM dan kenaikan harga berbagai komoditas telah mengganggu
perekonomian Indonesia. Sedangkan secara mikro, krisis tersebut telah
mengganggu entitas perusahaan, khususnya mengenai keuntungan yang akan
diperoleh untuk kemakmuran pemegang saham dan nilai perusahaan. Untuk
mencapai tujuan perusahaan yaitu untuk memperoleh keuntungan, meningkatkan
kemakmuran pemegang saham, menjaga nilai perusahaan serta meminimalkan
risiko akibat krisis.
Maka dalam hal ini manajer keuangan perlu menitikberatkan pada tiga
fungsi keuangan, yaitu: kebijakan pendanaan (financial policy), keputusan
investasi (investment policy), dan kebijakan dividen (dividend policy). Manajer
perusahaan dalam kehidupan rutinitas keseharian mereka dihadapkan pada
sejumlah keputusan penting berkenaan dengan keuangan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam rangka melakukan penilaian terhadap harga saham perusahaan go
public, calon investor dan investor membutuhkan informasi yang berkaitan
langsung dengan kebijakan perusahaan. Kebijakan yang perlu diperhatikan
tersebut adalah kebijakan dividen. Kebijakan dividen merupakan keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk
pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
Melalui kebijakan ini perusahaan dapat memberikan sebagian dari
keuntungan bersihnya kepada pemegang saham secara tunai (Brigham dan
Houston, 2006). Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemakmuran bagi
pemegang saham, khususnya pemegang saham yang berinvestasi dalam jangka
panjang dan bukan pemegang saham yang berorientasi capital gain, perusahaan
perlu menetapkan kebijakan dividen secara optimal.
Tetapi dalam praktiknya, sering terjadi hambatan/rintangan untuk
merealisasikan tujuan tersebut seperti: terjadinya penurunan profitabilitas,
keharusan membayar bunga hutang dan atau terbukanya kesempatan investasi
yang profitable menyebabkan pihak manajemen membatasi pembayaran dividen.
Hal ini disebabkan keuntungan yang diperoleh akan dialokasikan menjadi laba
ditahan sebagai sumber internal perusahaan. Sehingga mengakibatkan harapan
pemegang saham untuk mendapatkan dividen tinggi menjadi pudar. Meskipun
demikian, pihak manajemen tetap berusaha untuk menghindari terjadinya
pemotongan dividen (dividend cut) atau paling tidak membayar dividen secara
tetap atau yang dikenal dengan nama Dividend Sticky.
Universitas Sumatera Utara
Isu pemotongan dividen atau dividend cut memberikan sinyal yang buruk
mengenai kinerja keuangan perusahaan. Informasi ini akan direspon oleh pihak
eksternal sebagai dampak dari kegagalan perusahaan yang berdampak sistemik
terhadap performance harga saham (price common stock). Bila ditelaah dari sisi
internal, keputusan dividend cut belum tentu dilatarbelakangi oleh penurunan
kinerja perusahaan.
Jika perusahaan mendapat kesempatan yang profitable, maka tidak salah
bila investasi tersebut didanai dari sumber internal daripada menggunakan utang.
Konsekuensi logis dari keputusan ini adalah mengorbankan kepentingan
pemegang saham karena gagal menerima return dalam bentuk dividen. Dalam
kebijakan dividen, rasio antara dividen yang dibayarkan per lembar saham (DPR)
dengan laba bersih per saham atau Earning Per Share (EPS) yang diperoleh
perusahaan disebut Dividend Payout Ratio (DPR). DPR menunjukkan tingkat bagi
hasil atau pengembalian kepada investor. Semakin tinggi DPR maka semakin
tinggi pengembalian yang diberikan kepada pemegang saham. Berdasarkan
penilaian
yang
berbeda
dalam
menetapkan
dividen,
perusahaan
perlu
mempertimbangkan antara dividen saat ini dengan pertumbuhan perusahaan di
masa mendatang untuk memaksimalkan kemakmuran para pemegang sahamnya.
Suatu perusahaan agar dapat melangsungkan aktivitas operasinya haruslah
dalam keadaan yang menguntungkan atau profitable. Tanpa adanya keuntungan
akan sulit bagi perusaahaan untuk mencari atau menarik modal dari luar.
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi sangat diminati oleh
investor atau pemegang saham atau sebaliknya, bila perusahaan menghasilkan
profit yang rendah, maka tidak akan diminati oleh investor atau pemegang saham.
Universitas Sumatera Utara
Bila dievaluasi secara mendasar (fundamental) berapakah proporsi dividen
kas/tunai yang seharusnya menguntungkan bagi para pemegang saham dan juga
bagi perusahaan, hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Hal ini
disebabkan ada tiga teori yang melatarbelakangi tentang kebijakan dividen. Teori
mengenai dividen ini bermula dari bagaimana perlakuan manajer terhadap
keuntungan yang diperoleh perusahaan yang pada umumnya sebagian dari
penghasilan bersih setelah pajak (Earning After Tax / EAT) dibagikan kepada
para investor dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali ke
perusahaan dalam bentuk laba ditahan.
Kebijakan utang atau struktur modal adalah perbandingan pendanaan
jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan utang jangka
panjang terhadap modal sendiri. Modal yang digunakan perusahaan selalu
melibatkan biaya dalam mendapatkannya. Bagi modal berbentuk utang, biaya
dananya relatif mudah untuk diidentifikasikan yaitu, biaya bunga sedangkan bagi
modal yang berbentuk modal sendiri, biaya dananya tidak tampak. Meskipun
demikian, bukan berarti bahwa biaya dana dari modal sendiri lebih murah
daripada biaya dana berbentuk utang. Kebijakan mengenai struktur modal juga
melibatkan trade off yakni antara risiko dan tingkat pengembalian (return).
Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan, tetapi akan
memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return). Risiko
yang semakin tinggi akibat besarnya utang cenderung akan menurunkan harga
saham, tetapi meningkatnya expected return yang diharapkan akan meningkatkan
harga saham. Dari sini muncul konsep struktur modal optimal (optimal capital
Universitas Sumatera Utara
structure) yaitu struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko
dan pengembalian sehingga dapat memaksimumkan harga saham.
Struktur modal yang ditargetkan (target capital structure) yaitu bauran
atau perpaduan dari utang, saham preferen dan saham biasa yang dikehendaki
perusahaan dalam struktur modalnya. Meskipun struktur modal yang ditargetkan
akan berubah – ubah sesuai dengan perubahan kondisi perusahaan, industri dan
perekonomian, pada umumnya perusahaan telah menghitung dan mempunyai
pedoman untuk mencapai struktur modal tertentu. Dengan adanya struktur modal
ditargetkan, setiap pembiayaan akan berpatokan pada bauran modal tersebut. Jika
penggunaan utang berada di bawah target, maka perusahaan harus mencari
pinjaman. Demikian juga, jika rasio utang telah diatas target, ada kemungkinan
perusahaan harus menjual saham baru.
Secara konseptual, operasionalisasi suatu perusahaan mengandung risiko
bisnis. Jika perusahaan menggunakan utang, maka risiko akan dibebankan
utamanya pada pemegang saham biasa. Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang
berkaitan dengan proyeksi tingkat pengembalian aktiva (Return on Asset / ROA)
dengan asumsi perusahaan tidak menggunakan utang. Fluktuasi ROA ini
disebabkan oleh banyak faktor seperti perekonomian nasional, keberhasilan
produk baru yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pesaingnya, kebakaran,
pemogokan, dan lain – lain. Unsur ketidakpastian mendapatkan ROA ini disebut
sebagai risiko bisnis. Risiko bisnis tergantung pada sejumlah faktor, antara lain:
variabilitas permintaan (unit yang terjual), variabilitas harga jual, variabilitas
harga masukan, kemampuan untuk menyesuaikan harga keluaran terhadap
Universitas Sumatera Utara
perubahan harga masukan dan sejauh mana biaya – biaya bersifat tetap: leverage
operasi.
Sementara itu risiko keuangan lebih diartikan sebagai tambahan risiko
yang ditanggung oleh pemegang saham sebagai akibat penggunaan leverage
keuangan. Artinya makin besar penggunaan sekuritas berbiaya tetap dengan
persentase bunga tertentu (utang dan saham preferen), maka pemegang saham
biasa akan menanggung seluruh risiko bisnis, sehingga risiko terhadap turunnya
nilai saham ditanggung oleh pemegang saham akan berlipat ganda jika
dibandingkan kondisi awal.
Masalah keagenan (Agency Theory) adalah perbedaan kepentingan antara
manajemen sebagai pengelola perusahaan (Agent of Owner ) dengan pemegang
saham sebagai pemilik perusahaan. Masalah keagenan tidak hanya terjadi pada
manajemen dengan pemegang saham tetapi juga bisa terjadi antara stockholder
dan debtholder . Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pemegang saham untuk
mengurangi kekhawatiran atas sumber daya perusahaan yang berada di bawah
kendali manajemen. Salah satu cara yang lazim digunakan adalah melalui struktur
kepemilikan.
Cara lain yang dapat digunakan pemegang saham adalah dengan membagikan
sejumlah laba yang diperoleh perusahaan dalam bentuk dividen. Kebijakan
pemberian dividen ini bukan ditentukan oleh manajemen tetapi oleh pemegang
saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sehingga besar-kecilnya
dividen yang dibagikan sangat tergantung pada keinginan pemegang saham.
Timbulnya konflik keagenan ini memaksa pihak perusahan (principal) melakukan
Universitas Sumatera Utara
pengawasan terhadap manajemen dengan tujuan meminimalkan kecurangankecurangan (moral hazard) yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan Kebijakan Dividen
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, Profitabilitas, Cash Position,
Keputusan Investasi dan Kebijakan Utang. Dari hasil pembahasan dan beberapa
faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen diatas, maka peneliti tertarik untuk
menguji secara parsial dan simultan semua faktor yang mempengaruhi Kebijakan
Dividen. Karena hasil penelitian sebelumnya masih ada yang tidak konsisten
sehingga peneliti tertarik untuk menguji faktor diatas kembali. Sehingga proposal
ini berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Cash Position , dan Keputusan Investasi
Terhadap Kebijakan Dividen dengan Kebijakan Utang sebagai Variabel
Intervening Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010 – 2013?”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas maka
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Profitabilitas (ROA), Cash Position (CP), dan Keputusan
Investasi (PER)
berpengaruh langsung Terhadap Kebijakan Dividen
(DPR)?
2. Apakah Profitabilitas (ROA), Cash Position (CP), dan Keputusan
Investasi (PER) berpengaruh tidak langsung Terhadap Kebijakan Diveden
(DPR) melalui Kebijakan Utang (DER)?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis Apakah Profitabilitas (ROA), Cash
Position (CP), dan Keputusan Investasi (PER)
berpengaruh langsung
Terhadap Kebijakan Diveden (DPR).
2. Untuk mengetahui dan menganalisis Apakah Profitabilitas (ROA), Cash
Position (CP), dan Keputusan Investasi (PER)
berpengaruh Terhadap
Kebijakan Diveden (DPR) melalui Kebijakan Utang (DER).
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam
bidang ekonomi khususnya mengenai pengaruh Profitabilitas, Cash
Position dan Keputusan Investasi terhadap Kebijakan Dividen melalui
Kebijakan Utang pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi untuk kajian akademik mengenai pengaruh
Profitabilitas, Cash Position, dan Keputusan Investasi terhadap Kebijakan
Dividen melalui Kebijakan Utang.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
refrensi bagi pihak–pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai permasalahan ini.
Universitas Sumatera Utara
4. Bagi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan untuk
memperbaiki kebijakan dividen.
1.5. Originalitas
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang sudah pernah
dilakukan oleh Sunarya (2013) yang berjudul Pengaruh Kebijakan Utang,
Profitabilitas, Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen dengan Size sebagai
variabel moderasi pada sektor Manufaktur periode 2008 – 2011.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Hoei Devi Sunarya (2013)
sebagai berikut :
1. Variabel independen yang digunakan Sunarya (2013) Kebijakan Utang,
Profitabilitas, dan Likuiditas sedangkan penelitian ini menggunakan
variabel Profitabilitas, Cash Position, dan Keputusan Investasi.
2. Penelitian ini menggunakan tahun pengamatan selama 4 tahun mulai dari
tahun 2010 – 2013 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia,
sedangkan
Sunarya
(2013)
menggunakan
tahun
pengamatan mulai 2008 – 2011.
3. Penelitian ini menambah variabel Cash Position dan Keputusan Investasi
karena peneliti telah melihat beberapa sumber (jurnal penelitian) bahwa
variabel tersebut terjadi perbedaan (gap) dalam penelitian.
4. Penelitian ini mengganti variabel moderasi Size menjadi variabel
intervening Kebijakan Utang, karena peneliti melihat dari sumber atau
jurnal penelitian lain.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perekonomian Indonesia mendapat pengaruh negatif dari krisis keuangan
global pada awal tahun 2008 yaitu berupa krisis energi dan krisis komoditas.
Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan
bangkrutnya lembaga investasi Lehman Brother di Amerika Serikat. Krisis energi
ditandai dengan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai akibat
naiknya harga minyak mentah internasional, sedangkan krisis komoditas ditandai
dengan naiknya harga komoditas di pasar internasional.
Secara makro, kasus subprime mortgage, bangkrutnya Lehman Brother,
kenaikan harga BBM dan kenaikan harga berbagai komoditas telah mengganggu
perekonomian Indonesia. Sedangkan secara mikro, krisis tersebut telah
mengganggu entitas perusahaan, khususnya mengenai keuntungan yang akan
diperoleh untuk kemakmuran pemegang saham dan nilai perusahaan. Untuk
mencapai tujuan perusahaan yaitu untuk memperoleh keuntungan, meningkatkan
kemakmuran pemegang saham, menjaga nilai perusahaan serta meminimalkan
risiko akibat krisis.
Maka dalam hal ini manajer keuangan perlu menitikberatkan pada tiga
fungsi keuangan, yaitu: kebijakan pendanaan (financial policy), keputusan
investasi (investment policy), dan kebijakan dividen (dividend policy). Manajer
perusahaan dalam kehidupan rutinitas keseharian mereka dihadapkan pada
sejumlah keputusan penting berkenaan dengan keuangan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam rangka melakukan penilaian terhadap harga saham perusahaan go
public, calon investor dan investor membutuhkan informasi yang berkaitan
langsung dengan kebijakan perusahaan. Kebijakan yang perlu diperhatikan
tersebut adalah kebijakan dividen. Kebijakan dividen merupakan keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk
pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
Melalui kebijakan ini perusahaan dapat memberikan sebagian dari
keuntungan bersihnya kepada pemegang saham secara tunai (Brigham dan
Houston, 2006). Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemakmuran bagi
pemegang saham, khususnya pemegang saham yang berinvestasi dalam jangka
panjang dan bukan pemegang saham yang berorientasi capital gain, perusahaan
perlu menetapkan kebijakan dividen secara optimal.
Tetapi dalam praktiknya, sering terjadi hambatan/rintangan untuk
merealisasikan tujuan tersebut seperti: terjadinya penurunan profitabilitas,
keharusan membayar bunga hutang dan atau terbukanya kesempatan investasi
yang profitable menyebabkan pihak manajemen membatasi pembayaran dividen.
Hal ini disebabkan keuntungan yang diperoleh akan dialokasikan menjadi laba
ditahan sebagai sumber internal perusahaan. Sehingga mengakibatkan harapan
pemegang saham untuk mendapatkan dividen tinggi menjadi pudar. Meskipun
demikian, pihak manajemen tetap berusaha untuk menghindari terjadinya
pemotongan dividen (dividend cut) atau paling tidak membayar dividen secara
tetap atau yang dikenal dengan nama Dividend Sticky.
Universitas Sumatera Utara
Isu pemotongan dividen atau dividend cut memberikan sinyal yang buruk
mengenai kinerja keuangan perusahaan. Informasi ini akan direspon oleh pihak
eksternal sebagai dampak dari kegagalan perusahaan yang berdampak sistemik
terhadap performance harga saham (price common stock). Bila ditelaah dari sisi
internal, keputusan dividend cut belum tentu dilatarbelakangi oleh penurunan
kinerja perusahaan.
Jika perusahaan mendapat kesempatan yang profitable, maka tidak salah
bila investasi tersebut didanai dari sumber internal daripada menggunakan utang.
Konsekuensi logis dari keputusan ini adalah mengorbankan kepentingan
pemegang saham karena gagal menerima return dalam bentuk dividen. Dalam
kebijakan dividen, rasio antara dividen yang dibayarkan per lembar saham (DPR)
dengan laba bersih per saham atau Earning Per Share (EPS) yang diperoleh
perusahaan disebut Dividend Payout Ratio (DPR). DPR menunjukkan tingkat bagi
hasil atau pengembalian kepada investor. Semakin tinggi DPR maka semakin
tinggi pengembalian yang diberikan kepada pemegang saham. Berdasarkan
penilaian
yang
berbeda
dalam
menetapkan
dividen,
perusahaan
perlu
mempertimbangkan antara dividen saat ini dengan pertumbuhan perusahaan di
masa mendatang untuk memaksimalkan kemakmuran para pemegang sahamnya.
Suatu perusahaan agar dapat melangsungkan aktivitas operasinya haruslah
dalam keadaan yang menguntungkan atau profitable. Tanpa adanya keuntungan
akan sulit bagi perusaahaan untuk mencari atau menarik modal dari luar.
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi sangat diminati oleh
investor atau pemegang saham atau sebaliknya, bila perusahaan menghasilkan
profit yang rendah, maka tidak akan diminati oleh investor atau pemegang saham.
Universitas Sumatera Utara
Bila dievaluasi secara mendasar (fundamental) berapakah proporsi dividen
kas/tunai yang seharusnya menguntungkan bagi para pemegang saham dan juga
bagi perusahaan, hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Hal ini
disebabkan ada tiga teori yang melatarbelakangi tentang kebijakan dividen. Teori
mengenai dividen ini bermula dari bagaimana perlakuan manajer terhadap
keuntungan yang diperoleh perusahaan yang pada umumnya sebagian dari
penghasilan bersih setelah pajak (Earning After Tax / EAT) dibagikan kepada
para investor dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali ke
perusahaan dalam bentuk laba ditahan.
Kebijakan utang atau struktur modal adalah perbandingan pendanaan
jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan utang jangka
panjang terhadap modal sendiri. Modal yang digunakan perusahaan selalu
melibatkan biaya dalam mendapatkannya. Bagi modal berbentuk utang, biaya
dananya relatif mudah untuk diidentifikasikan yaitu, biaya bunga sedangkan bagi
modal yang berbentuk modal sendiri, biaya dananya tidak tampak. Meskipun
demikian, bukan berarti bahwa biaya dana dari modal sendiri lebih murah
daripada biaya dana berbentuk utang. Kebijakan mengenai struktur modal juga
melibatkan trade off yakni antara risiko dan tingkat pengembalian (return).
Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan, tetapi akan
memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return). Risiko
yang semakin tinggi akibat besarnya utang cenderung akan menurunkan harga
saham, tetapi meningkatnya expected return yang diharapkan akan meningkatkan
harga saham. Dari sini muncul konsep struktur modal optimal (optimal capital
Universitas Sumatera Utara
structure) yaitu struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko
dan pengembalian sehingga dapat memaksimumkan harga saham.
Struktur modal yang ditargetkan (target capital structure) yaitu bauran
atau perpaduan dari utang, saham preferen dan saham biasa yang dikehendaki
perusahaan dalam struktur modalnya. Meskipun struktur modal yang ditargetkan
akan berubah – ubah sesuai dengan perubahan kondisi perusahaan, industri dan
perekonomian, pada umumnya perusahaan telah menghitung dan mempunyai
pedoman untuk mencapai struktur modal tertentu. Dengan adanya struktur modal
ditargetkan, setiap pembiayaan akan berpatokan pada bauran modal tersebut. Jika
penggunaan utang berada di bawah target, maka perusahaan harus mencari
pinjaman. Demikian juga, jika rasio utang telah diatas target, ada kemungkinan
perusahaan harus menjual saham baru.
Secara konseptual, operasionalisasi suatu perusahaan mengandung risiko
bisnis. Jika perusahaan menggunakan utang, maka risiko akan dibebankan
utamanya pada pemegang saham biasa. Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang
berkaitan dengan proyeksi tingkat pengembalian aktiva (Return on Asset / ROA)
dengan asumsi perusahaan tidak menggunakan utang. Fluktuasi ROA ini
disebabkan oleh banyak faktor seperti perekonomian nasional, keberhasilan
produk baru yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pesaingnya, kebakaran,
pemogokan, dan lain – lain. Unsur ketidakpastian mendapatkan ROA ini disebut
sebagai risiko bisnis. Risiko bisnis tergantung pada sejumlah faktor, antara lain:
variabilitas permintaan (unit yang terjual), variabilitas harga jual, variabilitas
harga masukan, kemampuan untuk menyesuaikan harga keluaran terhadap
Universitas Sumatera Utara
perubahan harga masukan dan sejauh mana biaya – biaya bersifat tetap: leverage
operasi.
Sementara itu risiko keuangan lebih diartikan sebagai tambahan risiko
yang ditanggung oleh pemegang saham sebagai akibat penggunaan leverage
keuangan. Artinya makin besar penggunaan sekuritas berbiaya tetap dengan
persentase bunga tertentu (utang dan saham preferen), maka pemegang saham
biasa akan menanggung seluruh risiko bisnis, sehingga risiko terhadap turunnya
nilai saham ditanggung oleh pemegang saham akan berlipat ganda jika
dibandingkan kondisi awal.
Masalah keagenan (Agency Theory) adalah perbedaan kepentingan antara
manajemen sebagai pengelola perusahaan (Agent of Owner ) dengan pemegang
saham sebagai pemilik perusahaan. Masalah keagenan tidak hanya terjadi pada
manajemen dengan pemegang saham tetapi juga bisa terjadi antara stockholder
dan debtholder . Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pemegang saham untuk
mengurangi kekhawatiran atas sumber daya perusahaan yang berada di bawah
kendali manajemen. Salah satu cara yang lazim digunakan adalah melalui struktur
kepemilikan.
Cara lain yang dapat digunakan pemegang saham adalah dengan membagikan
sejumlah laba yang diperoleh perusahaan dalam bentuk dividen. Kebijakan
pemberian dividen ini bukan ditentukan oleh manajemen tetapi oleh pemegang
saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sehingga besar-kecilnya
dividen yang dibagikan sangat tergantung pada keinginan pemegang saham.
Timbulnya konflik keagenan ini memaksa pihak perusahan (principal) melakukan
Universitas Sumatera Utara
pengawasan terhadap manajemen dengan tujuan meminimalkan kecurangankecurangan (moral hazard) yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan Kebijakan Dividen
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, Profitabilitas, Cash Position,
Keputusan Investasi dan Kebijakan Utang. Dari hasil pembahasan dan beberapa
faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen diatas, maka peneliti tertarik untuk
menguji secara parsial dan simultan semua faktor yang mempengaruhi Kebijakan
Dividen. Karena hasil penelitian sebelumnya masih ada yang tidak konsisten
sehingga peneliti tertarik untuk menguji faktor diatas kembali. Sehingga proposal
ini berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Cash Position , dan Keputusan Investasi
Terhadap Kebijakan Dividen dengan Kebijakan Utang sebagai Variabel
Intervening Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010 – 2013?”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas maka
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Profitabilitas (ROA), Cash Position (CP), dan Keputusan
Investasi (PER)
berpengaruh langsung Terhadap Kebijakan Dividen
(DPR)?
2. Apakah Profitabilitas (ROA), Cash Position (CP), dan Keputusan
Investasi (PER) berpengaruh tidak langsung Terhadap Kebijakan Diveden
(DPR) melalui Kebijakan Utang (DER)?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis Apakah Profitabilitas (ROA), Cash
Position (CP), dan Keputusan Investasi (PER)
berpengaruh langsung
Terhadap Kebijakan Diveden (DPR).
2. Untuk mengetahui dan menganalisis Apakah Profitabilitas (ROA), Cash
Position (CP), dan Keputusan Investasi (PER)
berpengaruh Terhadap
Kebijakan Diveden (DPR) melalui Kebijakan Utang (DER).
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam
bidang ekonomi khususnya mengenai pengaruh Profitabilitas, Cash
Position dan Keputusan Investasi terhadap Kebijakan Dividen melalui
Kebijakan Utang pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi untuk kajian akademik mengenai pengaruh
Profitabilitas, Cash Position, dan Keputusan Investasi terhadap Kebijakan
Dividen melalui Kebijakan Utang.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
refrensi bagi pihak–pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai permasalahan ini.
Universitas Sumatera Utara
4. Bagi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan untuk
memperbaiki kebijakan dividen.
1.5. Originalitas
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang sudah pernah
dilakukan oleh Sunarya (2013) yang berjudul Pengaruh Kebijakan Utang,
Profitabilitas, Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen dengan Size sebagai
variabel moderasi pada sektor Manufaktur periode 2008 – 2011.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Hoei Devi Sunarya (2013)
sebagai berikut :
1. Variabel independen yang digunakan Sunarya (2013) Kebijakan Utang,
Profitabilitas, dan Likuiditas sedangkan penelitian ini menggunakan
variabel Profitabilitas, Cash Position, dan Keputusan Investasi.
2. Penelitian ini menggunakan tahun pengamatan selama 4 tahun mulai dari
tahun 2010 – 2013 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia,
sedangkan
Sunarya
(2013)
menggunakan
tahun
pengamatan mulai 2008 – 2011.
3. Penelitian ini menambah variabel Cash Position dan Keputusan Investasi
karena peneliti telah melihat beberapa sumber (jurnal penelitian) bahwa
variabel tersebut terjadi perbedaan (gap) dalam penelitian.
4. Penelitian ini mengganti variabel moderasi Size menjadi variabel
intervening Kebijakan Utang, karena peneliti melihat dari sumber atau
jurnal penelitian lain.
Universitas Sumatera Utara