Evaluasi Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni Di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan
dikehendaki oleh si miskin.Penduduk miskin pada umumnya ditandai oleh
rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan, dan
gizi

serta

kesejateraannya,

sehingga

menunjukkan

lingkaran

ketidakberdayaan.Kemiskinan disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia
yang dimiliki dan dimanfaatkan terutama dari tingkat pendidikan formal dan

membawa konsekuensi terhadap pendidikan informal yang rendah (Supriatna,
2000:196).
Kemiskinan yang menimpa sekelompok masyarakat berhubungan dengan
status sosial ekonomi dan potensi wilayahnya dikategorikan di dalam faktor sosial
ekonomi antara lain beberapa faktor yang berasal dari dalam diri masyarakat
sendiri dan cenderung melekat pada dirinya seperti tingkat pendidikan dan
keterampilan yang rendah, tingkat kesehatan yang rendah. Potensi wilayah adalah
faktor-faktor yang berasal dari luar seperti potensi alamiah, teknologi dan lainlain.Kedua faktor tersebut menentukan aksebilitas masyarakat miskin dalam
memanfaatkan peluang-peluang ekonomi dalam menunjang kehidupannya
(Daulay, 2009:20).
Jumlah penduduk miskin di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik pada
Maret 2013 mencapai 28,07 juta jiwa atau 11,37 persen. Angka kemiskinan ini
masih jauh dibawah target kemiskinan yang ditetapkan pemerintah dalam APBN-

Universitas Sumatera Utara

P 2013 10,5 persen. Jumlah

penduduk miskin pada Maret 2013, berkurang


sebesar 0,52 juta orang jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada
September 2012 sebesar 28,59 juta orang atau 11,66 persen. Selama periode
September 2012-Maret 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan
berkurang 0,18 juta orang dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi
10,33 juta orang pada Maret 2013. Sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35
juta orang dari 18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang
pada Maret 2013 (Badan Pusat Statisti, 2013, www.bps.go.id).
Meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia menurut Badan Pusat
Statistik terjadi karena tidak adanya kemampuan mereka untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya menurut standart yang dibuat oleh Bank Dunia, yang dikenal
dengan garis kemiskinan yang menunjukkan batas terendah seseorang untuk
memenuhi kebutuhan pokok manusia yang layak. Tidak terpenuhinya kebutuhan
pokok merupakakn bentuk tidak adanya kesejahteraan manusia dan akan
mengarah pada timbulnya masalah baru pada kehidupan manusia.
Model kebutuhan pokok telah diidentifikasikan kebutuhan dasar yaitu
makanan, pakaian, rumah, kesehatan, pendidikan, kebersihan transportasi dan
partisipasi masyarakat. Sementara menurut Abraham Maslow, kebutuhan yang
ada pada manusia adalah bawaan, dan tersusun menurut tingkatan atau bertingkat.
Kebutuhan manusia yang tersusun secara bertinngkat yaitu kebutuhan dasar
fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta kasih dan memiliki,

kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Menurut Maslow,
kebutuhan ang ada ditingkat yang paling dasar, merupakan kebutuhan yang
pemuasannya lebih mendesak dari pada yang diatasnya (Sarman, 2000:1).

Universitas Sumatera Utara

Berhubungan dengan kebutuhan pokok, dimana kebutuhan pokok tersebut
adalah sandang, pangan, dan papan. Sesuai pasal 28H Ayat I UUD 1945
Amandemen II menetapkan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat,
serta

berhak

memperoleh

pelayanan

kesehatan


(UUD

1945.

2013.

www.google.com).
Salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi adalah papan, yaitu rumah.
Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga tidak saja
mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial. Menunjang fungsi rumah
sebagai tempat tinggal yang baik maka harus dipenuhi syarat fisik yaitu aman
sebagai tempat berlindung, secara mental memenuhi rasa kenyamanan dan secara
sosial dapat menjaga privasi setiap anggota keluarga, menjadi media bagi
pelaksanaan bimbingan serta pendidikan keluarga. Terpenuhinnya salah satu
kebutuhan dasar berupa rumah yang layak huni, diharapkan tercapai ketahanan
keluarga. Pada kenyataannya, untuk mewujudkan rumah yang memenuhi
persyaratan tersebut bukanlah hal yang mudah.
Ketidakberdayaan mereka memenuhi kebutuhan rumah yang layak huni
berbanding lurus dengan pendapatan dan pengetahuan tentang fungsi rumah itu
sendiri. Permasalahan Rumah Tidak Layak Huni yang dihuni atau dimiliki oleh

kelompok fakir miskin memiliki multidimensional. Oleh sebab itu, kepedulian
untuk menangani masalah tersebut diharapkan terus ditingkatkan dengan
melibatkan seluruh komponen masyarakat (stakeholder) baik pemerintah pusat
maupun daerah, dunia usaha, masyarakat, LSM dan elemen lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Mewujudkan hunian yang layak bagi semua orang pemerintah
bertanggung jawab untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat agar dapat
menghuni rumah yang layak, sehat, aman, terjamin, mudah diakses dan terjangkau
yang mencakup sarana dan prasarana pendukunngnya. Memperbaiki rumah tidak
layak huni tersebut, Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin Republik Indonesia
mengalokasikan kegiatan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RSTLH)
melalui salah satu program dari Kementerian Sosial RI yaitu program
pemberdayaan sosial dalam rangka penanggulangan kemiskinan , dimana kegiatan
penganggulangan kemiskinan itu salah satunya mencakup penyediaan akses
perumahan dan permukiman melalui rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni
(Module. 2013. http://www.kemensos.go.id)
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik pada
bulan Maret 2013, mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Saat ini jumlah

penduduk miskin di Sumatera Barat mencapai 407.470 jiwa, atau naik sekitar
9.600 jiwa dari bulan September 2012 sampai bulan Maret 2013. Jika dipersentasekan dari tahun 2012 sampai bulan Maret 2013, maka jumlah penduduk
miskin Sumatera Barat, naik dari 8 % menjadi 8,14 % , dari total penduduk 5,8
juta jiwa. Persentase penduduk miskin di daerah pedesaan lebih tinggi dibanding
daerah perkotaan. Lebih dari dua per tiga, tepatnya 70,67 %, penduduk miskin
tinggal di daerah perdesaan. Sedangkan lebihnya adalah penduduk miskin yang
ada di perkotaan. Pada bulan Maret 2012 garis kemiskinan di Sumatera Barat
sebesar

Rp

277.784

per

kapita

perbulan

(Haluan.2013.Padang.


www.harianhaluan.com).

Universitas Sumatera Utara

Di seluruh Indonesia setidaknya ada 7,9 juta unit rumah yang tidak layak
huni. Indikator rumah tidak layak huni antara lain rumah yang masih beratapkan
daun, bukan asbes ataupun ganteng, dan belum memiliki tembok beton. Sebagai
program nasional program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni
dilaksanakan diseluruh wilayah Indonesia. Hal ini berarti program Rehabilitasi
Sosial Rumah Tidak Layak Huni beroperasi tanpa membedakan kondisi
kemiskinan karena Rumah Tangga Miskin (RTM) tersebar dari Provinsi sampai
Desa/Kelurahan.
Kementerian Sosial RI mencanangkan program bedah kampung senilai Rp
5 miliar lebih untuk Sumatera Barat. Ada dua kota mendapatkan bantuan
Kemensos RI melalui program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni yakni
kota Padang dan Payakumbuh. Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat memusatkan
pencanangan bedah kampung di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang
Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera
Barat karena melalui Dinas Sosial Kabupaten Tanah Datar. Dari 75 Nagari yang

ada di Kabupaten Tanah Datar Nagari Lawang Mandahiling yang paling banyak
ditemukan rumah tidak layak huni. Bantuan Rumah Tidak Layak Huni itu akan
diberikan oleh Kementerian Sosial melalui Dinas Sosial Kabupaten Tanah Datar
di Jorong Kandang Melabung untuk 100 rumah masing-masing Rp 10 juta. Ada
juga Sarana Lingkungan tiga unit Rp 45 juta. (Padang Ekspres. 2013.
http://www.padangekspres. co.id).
Bedah kampung dilaksanakan atas dasar kebijakan yang diharapkan dapat
membantu keluarga fakir miskin dalam pemenuhana hak dasar, pengurangan
beban hidup dan perbaikan kualitas hidup sehingga dapat mempercepat

Universitas Sumatera Utara

pengentasan kemiskinana. Namun demikian, Kementerian Sosial hanya
menstimulasi untuk terjadinya perubahan kondisi kehidupan sosial ekonomi
keluarga fakir miskin kearah yang lebih baik. Faktor dominan yang
mempengaruhi keberhasilan itu terletak pada diri sasaran program yaitu keluarga
miskin dan masyarakat setempat.
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka
penulis tertarik untuk meneliti pelaksanaan program rehabilitasi sosial tidak layak
huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan

Salimpaung Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat sebagai judul
penelitian yanng hasilnya akan dituangkan ke dalam skripsi dengan judul
“Evaluasi Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di
Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung
Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat”.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang
diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis
merumuskan permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana
Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di
Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan
Salimpaung Kabupaten Tanah datar?”.
1.3 Pembatasan Masalah
Mempertajam masalah yang ingin diteliti tentang evaluasi Program
Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong Kandang Melabung

Universitas Sumatera Utara

Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar,
penulis membatasi materi kajian, maka objek yang di teliti sebagai berikut:

a. Penerima sasaran berupa masyarakat
b. Pelaksanaan program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan

pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong
Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung
Kabupaten Tanah Datar dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar perumahan
yang layak huni.
1.4.2

Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka
pengembangan pelaksanaan program pengentasan kemiskinan dan
pembangunan berkelanjutan serta memberikan kontribusi tentang
pelaksanaan program pembangunan dimasa yang akan datang bagi
pemerintah.

2. Diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian. Khususbya Ilmu
Kesejahteraan Sosial, terutama mengenai permasalahan sosial di
masyarakat.
3. Diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan yang diperoleh
selama mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Kesejahteraan
Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.

Universitas Sumatera Utara

1.5

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang
berkaitan

dengan

penelitian

yang

dilakukan,

kerangka

pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.
BAB III

: METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB IV

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi
penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya
ilmiah ini.

BAB V

: ANALISIS DATA
Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dari hasil
penelitian beserta dengan hasilnya.

BAB VI

: PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat
sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara