Evaluasi Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni Di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar

(1)

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI JORONG KANDANG MELABUNG

NAGARI LAWANG MANDAHILING KECAMATAN SALIMPAUNG KABUPATEN TANAH DATAR

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh : OCI NOTALIA NIM : 090902008

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Oci Notalia

Nim : 070902017

ABSTRAK

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI JORONG KANDANG MELABUNG

NAGARI LAWANG MANDAHILING KECAMATAN SALIMPAUNG KABUPATEN TANAH DATAR

Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga tidak saja mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial. Untuk menunjang fungsi rumah rumah sebagai tempat tinggal yang baik maka harus dipenuhi syarat fisik yaitu aman sebagai tempat berlindung, secara mental memenuhi rasa kenyamanan dan secara sosial dapat menjaga privasi setiap anggota keluarga. Untuk mewujudkan rumah yang memenuhi persyaratan tersebut bukanlah hal mudah. Ketidakberdayaan mereka memenuhi kebutuhan rumah yang layak huni berbanding lurus dengan pendapatan dan pengetahuan tentang fungsi rumah itu sendiri. Dalam rangka mewujudkan hunian yang layak bagi semua orang pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan fasilitasi kepada masyarakat agar dapat menghuni rumah yang layak, sehat, aman, terjamin dan mudah diakses. Penelitian ini dilakukan di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar. Tipe penelitian menggunakan penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 100 kepala keluarga. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi dan wawancara, sedangkan teknik analisis data deskriptif yang diperoleh lalu dinterprestasikan dengan teknik yang dipakai adalah teknik analisis data tunggal.

Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa evaluasi pelaksanaan program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar sudah berjalan dengan baik. Evaluasi dilihat dari beberapa indikator yaitu masukan, proses, keluaran dan pengaruh. Program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni ini sangat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak sehingga masyarakat mampu menjalankan peran dan fungsi sosialnya dengan lebih baik sehinngga diharapkan pemerintah dan masyarakat bersama-sama menunjang keberhasilan program untuk peningkatan dimasa yang akan datang.


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICS SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name : Oci Notalia

Nim : 070902017

ABSTRACT

EVALUATION OF SOCIAL REHABILITATION PROGRAM uninhabitable houses ellipse COOP IN MELABUNG NAGARI mace MANDAHILING SALIMPAUNG DISTRICT DISTRICT LAND FLAT

The house has a very large function for individuals and families not only include the physical aspects, but also mentally and socially. To support the function of the house as a good place to live then the physical condition that must be met as a safe haven, mentally fulfilling sense of comfort and socially to maintain the privacy of each family member. To realize the house that meets these requirements is not easy. Powerlessness they meet the needs of decent housing is directly proportional to the income and knowledge about the functioning of the house itself. In order to achieve adequate shelter for all the people the government is responsible for providing facilities to the public in order to occupy decent housing, healthy, safe, secure and easily accessible.

This research was conducted in Jorong Cage Melabung Nagari Lawang Mandahiling Tanah Datar District of Salimpaung. This type of research uses descriptive study with a sample of 100 families. Data collection techniques using methods of observation and interviews, while the descriptive data analysis techniques and dinterprestasikan obtained with the technique used is a single data analysis techniques.

Based on the data analysis we concluded that the evaluation of the implementation of social rehabilitation programs uninhabitable houses in Jorong Cage Melabung Nagari Lawang Mandahiling Tanah Datar District of Salimpaung already well underway. Evaluation visits of several indicators of inputs, processes, outputs and effect. Social rehabilitation program uninhabitable houses is very assist communities in meeting the needs of adequate shelter so that communities are able to perform the role and social function better sehinngga expected the government and the community together to support the success of the program for future improvement.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan Hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan skripsi ini hingga akhir. Shalawat beriring salam juga tak henti-hentinya saya haturkan kepada Junjungan Besar Muhammad SAW yang telah membawa pengetahuan di dunia yang sehingga sedikitnya saya bisa merasakan dan mengamalkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan guna menggapai kesempurnaan baik di dunia maupun akhirat kelak. Amin.

Selama penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaannya, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis. Maka dengan kerendahan hati, Penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Banyak elemen yang sangat membantu di dalam penyusunan skripsi saya ini, dan dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, M.Sp selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan

Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai dosen pembmbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis serta memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

3. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan, bimbingan, dan jasa-jasanya hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

4. Seluruh staf dan pegawai di Kantor Wali Nagari Lawang Mandahiling

Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu penulis.

5. Teristimewa kepada kedua orangtuaku Papa ISKANDAR dan Mama

YENTI NOVINA, yang telah merawat penulis dengan penuh kasih sayang yang tulus serta telah banyak mengorbankan waktu, materi yang tak terhitung nilainya serta motivasi dan doa untuk keberhasilan penulis dalam meraih cita-cita.

6. Seluruh keluarga besar R.DT.PADUKO yang selalu memberikan

dukungan dan semangat untuk oci serta doa yang selalu menyertai setiap langkah oci.

7. Kepada RIDWAN RIDHO SILALAHI, S.Sos , terima kasih engkau

selalu menemaniku hingga saat ini, terima kasih cintamu selalu ada untukku, terima kasih rindumu juga selalu ada untukku, terima kasih kesetianmu masih ada untukku, Demi masa aku selalu bersyukur dapat memilikimu yang selalu memberikan doa untukku. Terima kasih sayaaanng .

8. Terima kasih kepada 22‟nk community atas kebersamaan yang telah kita


(6)

9. Kepada teman-teman seperjuangan kesos 09, marbun, elsa, rehu dan juli semoga kita bisa selalu bersama . I MISS U

10.Seluruh keluarga besar IMMIKS

11.Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung

dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih saya ucapkan. Biarlah ilmu yang kita miliki dapat kita pergunakan untuk keharuman dan kebanggaan almamater kita.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skripsi kita dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Medan, 24 Juni 2014

Penulis Oci Notalia


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR ...xiii

LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ...1

1.2Perumusan Masalah ...6

1.3Pembatasan Masalah ... 6

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitan ...6

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.4.2 Manfaat Penelitian ...7

1.5Sistematika Penulisan ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi ... 9

2.1.1 Pengertian Evaluasi ...9

2.1.2 Fungsi Evaluasi ...10

2.1.3 Proses Evaluasi ...11


(8)

2.2 Program ...12

2.2.1 Pengertian Program ...12

2.2.2 Evaluasi Program ...13

2.3Kebijakan Publik dan Kebijakan Sosial ...13

2.3.1 Kebijakan Publik ...13

2.3.2 Kebijakan Sosial ...16

2.4 Pengertian Rehabilitasi Sosial ...16

2.5 Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni ...17

2.5.1 Tujuan Program RS-RTLH...17

2.5.2 Kriteria Kepala Keluarga Penerima Bantuan RS- RTLH ...18

2.5.3 Kriteria Sarana dan Prasarana Lingkungan ...19

2.5.4 Kelompok Penerima Bantuan ...19

2.5.5 Tim Pembangunan Sarling ...20

2.5.6 Prosedur Pengusulan Kegiatan ...21

2.5.7 Pelaksanaan Kegiatan ...22

2.5.7.1 Prinsip Pelaksanaan ...22

2.5.7.2 Tahapan Pelaksanaan Bantuan ...23

2.5.7.3 Pelaporan ...24

2.5.7.4 Pelaksanaan Program ...25

2.5.7.5 Peran Pihak-Pihak Terkait ...25

2.5.8 Penyaluran, Pencairan dan Penggunaan Dana ...28

2.5.8.1 Penyaluran ...28


(9)

2.5.9 Sanksi ...31

2.6 Kemiskinan ...31

2.6.1 Pengertian Kemiskinan ...31

2.6.2 Aspek-aspek Kemiskinan ...33

2.6.3 Gejala-Gejala Kemiskinan ...34

2.6.4 Ciri-Ciri Kemiskinan ...34

2.6.5 Keluarga Miskin ...35

2.7 Kesejahteraan Sosial ...37

2.8 Kerangka Pemikiran ...39

2.9 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ...41

2.9.1 Defenisi Konsep ...41

2.9.2 Defenisi Operasional ...42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ...44

3.2 Lokasi Penelitian ...44

3.3 Populasi...44

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...45

3.5 Teknik Analisa Data ...46

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Batusangkar ...47

4.2 Demografi ...53


(10)

4.4 Kependudukan ...56

4.5 Pendidikan ...57

4.6 Kesehatan ...59

4.7 Sistem Struktur Pembangunan Wali Nagari Lawang Mandahiling ...59

BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisi Kharakteristik Umum Responden ...62

5.2 Evaluasi Program RS-RTLH ...66

5.2.1 Masukan (Input) ...66

5.2.2 Proses (Process) ...71

5.2.3 Keluaran (Output) ... 85

5.2.4 Pengaruh (Impact) ...87

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ...91

6.2 Saran ...93 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rincian Penggunaan Dana Bantuan RS-RTLH ...29

Tabel 2.2 Rincian Penggunaan Dana Bantuan Sarling ...30

Tabel 4.1 Data Sekolah Di Kecamatan Salimpaung ...58

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Identitas Usia ...62

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ...63

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...64

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jumalah Anggota Keluarga .65 Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan ...66

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Lantai Bangunan Tempat Tinggal ...67

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Dinding Bangunan Tempat Tinggal ...67

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Atap Bangunan Tempat Tinggal ...68

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Penerangan Rumah ...69

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Air Minum ...70

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Proses Pelaksanaan Program ...72

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Tujuan Program ...73 Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai


(12)

Sasaran Program ...74 Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Bahan Bangunan Yang

Digunakan ...76 Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tukang Ahli ...77 Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Hasil

Pekerjaan Tukang Yang Diinginkan ...78 Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Dalam

Pengerjaan Rumah ...79 Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Kesanggupan Masyarakat

Dalam Menggunakan Dana Swadaya ...82 Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Penyelesaian Laporan

Yang Harus Diserahkan Kepada Dinas Sosial ...83 Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan

Masyarakat Terhadap Hasil Rehabilitasi Rumah ...86 Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kenyamanan

Menempati Rumah Yang Telah Direhabilitasi ...87 Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Hasil

Rehabilitasi Rumah Terhadap Kelas Sosial Dalam Hidup

Bermasyarakat ...89 Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Yang Tersedia


(13)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ...41 4.3 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas-II A Anak


(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Oci Notalia

Nim : 070902017

ABSTRAK

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI JORONG KANDANG MELABUNG

NAGARI LAWANG MANDAHILING KECAMATAN SALIMPAUNG KABUPATEN TANAH DATAR

Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga tidak saja mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial. Untuk menunjang fungsi rumah rumah sebagai tempat tinggal yang baik maka harus dipenuhi syarat fisik yaitu aman sebagai tempat berlindung, secara mental memenuhi rasa kenyamanan dan secara sosial dapat menjaga privasi setiap anggota keluarga. Untuk mewujudkan rumah yang memenuhi persyaratan tersebut bukanlah hal mudah. Ketidakberdayaan mereka memenuhi kebutuhan rumah yang layak huni berbanding lurus dengan pendapatan dan pengetahuan tentang fungsi rumah itu sendiri. Dalam rangka mewujudkan hunian yang layak bagi semua orang pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan fasilitasi kepada masyarakat agar dapat menghuni rumah yang layak, sehat, aman, terjamin dan mudah diakses. Penelitian ini dilakukan di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar. Tipe penelitian menggunakan penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 100 kepala keluarga. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi dan wawancara, sedangkan teknik analisis data deskriptif yang diperoleh lalu dinterprestasikan dengan teknik yang dipakai adalah teknik analisis data tunggal.

Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa evaluasi pelaksanaan program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar sudah berjalan dengan baik. Evaluasi dilihat dari beberapa indikator yaitu masukan, proses, keluaran dan pengaruh. Program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni ini sangat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak sehingga masyarakat mampu menjalankan peran dan fungsi sosialnya dengan lebih baik sehinngga diharapkan pemerintah dan masyarakat bersama-sama menunjang keberhasilan program untuk peningkatan dimasa yang akan datang.


(15)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICS SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name : Oci Notalia

Nim : 070902017

ABSTRACT

EVALUATION OF SOCIAL REHABILITATION PROGRAM uninhabitable houses ellipse COOP IN MELABUNG NAGARI mace MANDAHILING SALIMPAUNG DISTRICT DISTRICT LAND FLAT

The house has a very large function for individuals and families not only include the physical aspects, but also mentally and socially. To support the function of the house as a good place to live then the physical condition that must be met as a safe haven, mentally fulfilling sense of comfort and socially to maintain the privacy of each family member. To realize the house that meets these requirements is not easy. Powerlessness they meet the needs of decent housing is directly proportional to the income and knowledge about the functioning of the house itself. In order to achieve adequate shelter for all the people the government is responsible for providing facilities to the public in order to occupy decent housing, healthy, safe, secure and easily accessible.

This research was conducted in Jorong Cage Melabung Nagari Lawang Mandahiling Tanah Datar District of Salimpaung. This type of research uses descriptive study with a sample of 100 families. Data collection techniques using methods of observation and interviews, while the descriptive data analysis techniques and dinterprestasikan obtained with the technique used is a single data analysis techniques.

Based on the data analysis we concluded that the evaluation of the implementation of social rehabilitation programs uninhabitable houses in Jorong Cage Melabung Nagari Lawang Mandahiling Tanah Datar District of Salimpaung already well underway. Evaluation visits of several indicators of inputs, processes, outputs and effect. Social rehabilitation program uninhabitable houses is very assist communities in meeting the needs of adequate shelter so that communities are able to perform the role and social function better sehinngga expected the government and the community together to support the success of the program for future improvement.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin.Penduduk miskin pada umumnya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan, dan

gizi serta kesejateraannya, sehingga menunjukkan lingkaran

ketidakberdayaan.Kemiskinan disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki dan dimanfaatkan terutama dari tingkat pendidikan formal dan membawa konsekuensi terhadap pendidikan informal yang rendah (Supriatna, 2000:196).

Kemiskinan yang menimpa sekelompok masyarakat berhubungan dengan status sosial ekonomi dan potensi wilayahnya dikategorikan di dalam faktor sosial ekonomi antara lain beberapa faktor yang berasal dari dalam diri masyarakat sendiri dan cenderung melekat pada dirinya seperti tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah, tingkat kesehatan yang rendah. Potensi wilayah adalah faktor-faktor yang berasal dari luar seperti potensi alamiah, teknologi dan lain-lain.Kedua faktor tersebut menentukan aksebilitas masyarakat miskin dalam memanfaatkan peluang-peluang ekonomi dalam menunjang kehidupannya (Daulay, 2009:20).

Jumlah penduduk miskin di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik pada Maret 2013 mencapai 28,07 juta jiwa atau 11,37 persen. Angka kemiskinan ini masih jauh dibawah target kemiskinan yang ditetapkan pemerintah dalam


(17)

APBN-P 2013 10,5 persen. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2013, berkurang sebesar 0,52 juta orang jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2012 sebesar 28,59 juta orang atau 11,66 persen. Selama periode September 2012-Maret 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,18 juta orang dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi 10,33 juta orang pada Maret 2013. Sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35 juta orang dari 18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang pada Maret 2013 (Badan Pusat Statisti, 2013, www.bps.go.id).

Meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik terjadi karena tidak adanya kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan pokoknya menurut standart yang dibuat oleh Bank Dunia, yang dikenal dengan garis kemiskinan yang menunjukkan batas terendah seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia yang layak. Tidak terpenuhinya kebutuhan pokok merupakakn bentuk tidak adanya kesejahteraan manusia dan akan mengarah pada timbulnya masalah baru pada kehidupan manusia.

Model kebutuhan pokok telah diidentifikasikan kebutuhan dasar yaitu makanan, pakaian, rumah, kesehatan, pendidikan, kebersihan transportasi dan partisipasi masyarakat. Sementara menurut Abraham Maslow, kebutuhan yang ada pada manusia adalah bawaan, dan tersusun menurut tingkatan atau bertingkat. Kebutuhan manusia yang tersusun secara bertinngkat yaitu kebutuhan dasar fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta kasih dan memiliki, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Menurut Maslow, kebutuhan ang ada ditingkat yang paling dasar, merupakan kebutuhan yang pemuasannya lebih mendesak dari pada yang diatasnya (Sarman, 2000:1).


(18)

Berhubungan dengan kebutuhan pokok, dimana kebutuhan pokok tersebut adalah sandang, pangan, dan papan. Sesuai pasal 28H Ayat I UUD 1945 Amandemen II menetapkan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat,

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (UUD 1945. 2013.

www.google.com).

Salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi adalah papan, yaitu rumah. Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga tidak saja mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial. Menunjang fungsi rumah sebagai tempat tinggal yang baik maka harus dipenuhi syarat fisik yaitu aman sebagai tempat berlindung, secara mental memenuhi rasa kenyamanan dan secara sosial dapat menjaga privasi setiap anggota keluarga, menjadi media bagi pelaksanaan bimbingan serta pendidikan keluarga. Terpenuhinnya salah satu kebutuhan dasar berupa rumah yang layak huni, diharapkan tercapai ketahanan keluarga. Pada kenyataannya, untuk mewujudkan rumah yang memenuhi persyaratan tersebut bukanlah hal yang mudah.

Ketidakberdayaan mereka memenuhi kebutuhan rumah yang layak huni berbanding lurus dengan pendapatan dan pengetahuan tentang fungsi rumah itu sendiri. Permasalahan Rumah Tidak Layak Huni yang dihuni atau dimiliki oleh kelompok fakir miskin memiliki multidimensional. Oleh sebab itu, kepedulian untuk menangani masalah tersebut diharapkan terus ditingkatkan dengan

melibatkan seluruh komponen masyarakat (stakeholder) baik pemerintah pusat


(19)

Mewujudkan hunian yang layak bagi semua orang pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat agar dapat menghuni rumah yang layak, sehat, aman, terjamin, mudah diakses dan terjangkau yang mencakup sarana dan prasarana pendukunngnya. Memperbaiki rumah tidak layak huni tersebut, Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin Republik Indonesia mengalokasikan kegiatan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RSTLH) melalui salah satu program dari Kementerian Sosial RI yaitu program pemberdayaan sosial dalam rangka penanggulangan kemiskinan , dimana kegiatan penganggulangan kemiskinan itu salah satunya mencakup penyediaan akses perumahan dan permukiman melalui rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni (Module. 2013. http://www.kemensos.go.id)

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik pada bulan Maret 2013, mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Saat ini jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat mencapai 407.470 jiwa, atau naik sekitar 9.600 jiwa dari bulan September 2012 sampai bulan Maret 2013. Jika diper-sentasekan dari tahun 2012 sampai bulan Maret 2013, maka jumlah penduduk miskin Sumatera Barat, naik dari 8 % menjadi 8,14 % , dari total penduduk 5,8 juta jiwa. Persentase penduduk miskin di daerah pedesaan lebih tinggi dibanding daerah perkotaan. Lebih dari dua per tiga, tepatnya 70,67 %, penduduk miskin tinggal di daerah perdesaan. Sedangkan lebihnya adalah penduduk miskin yang ada di perkotaan. Pada bulan Maret 2012 garis kemiskinan di Sumatera Barat

sebesar Rp 277.784 per kapita perbulan (Haluan.2013.Padang.


(20)

Di seluruh Indonesia setidaknya ada 7,9 juta unit rumah yang tidak layak huni. Indikator rumah tidak layak huni antara lain rumah yang masih beratapkan daun, bukan asbes ataupun ganteng, dan belum memiliki tembok beton. Sebagai program nasional program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dilaksanakan diseluruh wilayah Indonesia. Hal ini berarti program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni beroperasi tanpa membedakan kondisi kemiskinan karena Rumah Tangga Miskin (RTM) tersebar dari Provinsi sampai Desa/Kelurahan.

Kementerian Sosial RI mencanangkan program bedah kampung senilai Rp 5 miliar lebih untuk Sumatera Barat. Ada dua kota mendapatkan bantuan Kemensos RI melalui program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni yakni kota Padang dan Payakumbuh. Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat memusatkan pencanangan bedah kampung di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat karena melalui Dinas Sosial Kabupaten Tanah Datar. Dari 75 Nagari yang ada di Kabupaten Tanah Datar Nagari Lawang Mandahiling yang paling banyak ditemukan rumah tidak layak huni. Bantuan Rumah Tidak Layak Huni itu akan diberikan oleh Kementerian Sosial melalui Dinas Sosial Kabupaten Tanah Datar di Jorong Kandang Melabung untuk 100 rumah masing-masing Rp 10 juta. Ada juga Sarana Lingkungan tiga unit Rp 45 juta. (Padang Ekspres. 2013. http://www.padangekspres. co.id).

Bedah kampung dilaksanakan atas dasar kebijakan yang diharapkan dapat membantu keluarga fakir miskin dalam pemenuhana hak dasar, pengurangan beban hidup dan perbaikan kualitas hidup sehingga dapat mempercepat


(21)

pengentasan kemiskinana. Namun demikian, Kementerian Sosial hanya menstimulasi untuk terjadinya perubahan kondisi kehidupan sosial ekonomi keluarga fakir miskin kearah yang lebih baik. Faktor dominan yang mempengaruhi keberhasilan itu terletak pada diri sasaran program yaitu keluarga miskin dan masyarakat setempat.

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk meneliti pelaksanaan program rehabilitasi sosial tidak layak huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat sebagai judul penelitian yanng hasilnya akan dituangkan ke dalam skripsi dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat”.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis

merumuskan permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana

Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah datar?”.

1.3 Pembatasan Masalah

Mempertajam masalah yang ingin diteliti tentang evaluasi Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong Kandang Melabung


(22)

Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar, penulis membatasi materi kajian, maka objek yang di teliti sebagai berikut:

a. Penerima sasaran berupa masyarakat

b. Pelaksanaan program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar perumahan yang layak huni.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka

pengembangan pelaksanaan program pengentasan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan serta memberikan kontribusi tentang pelaksanaan program pembangunan dimasa yang akan datang bagi pemerintah.

2. Diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian. Khususbya Ilmu

Kesejahteraan Sosial, terutama mengenai permasalahan sosial di masyarakat.

3. Diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan yang diperoleh

selama mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(23)

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan hasilnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi

2.1.1 Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur secara obyektif terhadap pencapaian hasil yang telah dirancang dari aktifitas atau program yang telah dilaksanakan sebelumnya, yang mana hasil penilaian yang dilakukan menjadi umpan balik bagi aktifitas perencanaan baru yang akan dilakukan berkenaan dengan aktifitas yang sama di masa depan.

Viviane dan Gilbert de Lansheere dalam bukunya menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes


(25)

adalah tujuan pembelajaran. Selanjutnya evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang manfaat atau efektivitas suatu program melalui indikator yang khusus, teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk perencanaan (Siagian dan Agus, 2010:117).

Rumusan evaluasi yang dikemukakan tersebut maka dapat diartikan bahwa evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan (efektivitas dan efisiensi) sebuah program dengan menggunakan indikator yang khusus, teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk perencanaan. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.

2.1.2 Fungsi Evaluasi

Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan antara lain :

1. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja

kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu dan target tertentu telah dicapai.

2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai

yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.

3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis

kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Evaluasi dapat pula menyumbang pada defenisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan menunjukkan bahwa alternatif kebijakan yang


(26)

diunggulkan sebelumnya perlu dihapus dan diganti dengan yang lain (Wahab, 2002:51).

2.1.3 Proses Evaluasi

Jika ditinjau dari tingkat pelaksanaannya, secara umum evaluasi terhadap suatu program dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis (Siagian dan Suriadi, 2012:173) yaitu:

1. Penilaian atas perencanaan, yaitu mencoba memilih dan menerapkan prioritas

terhadap berbagai alternative dan kemungkinan atas cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Penilaian atas pelaksanaan, yaitu melakukan analisis tingkat kemajuan

pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, didalamnya meliputi apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya direncanakan.

3. Penilaian atas aktivitas yang telah selesai dilaksanakan, yaitu menganalisis

hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang sebelumnya ditetapkan. 2.1.4 Tahapan Evaluasi

Kepentingan praktis, ruang lingkup evaluasi secara sederhana dapat dibedakan atas 4 kelompok yakni :


(27)

1. Penilaian terhadap masukan (input) yaitu penilaian yang menyangkut pemanfaatan berbagai sumber daya, baik sumber dana, tenaga dan sumber sarana.

2. Penilaian terhadap proses (process) yaitu penilaian yang lebih dititikberatkan

pada pelaksanaan program, apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak. Proses yang dimaksud disini mencakup semua tahap administarsi, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, dan aspek pelaksanaan program.

3. Penilaian terhadap keluaran (output) yaitu penilaian yang dapat dicapai dari

pelaksanaan suatu program.

4. Penilaian terhadap dampak (impact) yaitu penilaian yang mencakup pengaruh

yang ditimbulkan dari pelaksanaan suatu program (Tayibnapis, 2000 : 5). 2.2 Program

2.2.1 Pengertian Program

Program adalah cara yang dipisahkan untuk mencapai tujuan. Dengan adanya program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini mudah dipahami, karena program itu sendiri menjadi pedoman dalam rangka pelaksanaan program tersebut. Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan pelaksanaan karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek antara lain adalah :

1. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

2. Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan itu

3. Adanya aturan-aturan yang dipegang dengan prosedur yang harus dilalui


(28)

5. Adanya strategi dalam pelaksanaan

Unsur keduanya yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan program adalah adanya kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang tersebut merasa ikut dilibatkan dan membawa hasil program yang dilibatkan dan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Bila tidak memberikan manfaat pada kelompok orang maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan.

2.2.2 Evaluasi Program

Evaluasi program merupakan suatu langkah, yaitu awal dalam supervisi, mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Jika ditinjau dari aspek tingkat pelaksanaannya, secara umum evaluasi terhadap suatu program dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu :

1. Penilaian atas perencanaan, yaitu mencoba memilih dan menetapkan prioritas

terhadap berbagai alternatif dan kemingkinan atas cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Penilaian atas pelaksanaan, yaitu melakukan analisis tingkat kemajuan

pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, di dalamnya meliputi apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya direncanakan.

3. Penilaian atas aktivitas yang telah selesai dilaksanakan, yaitu menganalisis


(29)

Evaluasi dalam pelaksanaan suatu program yaitu, melakukan analisis tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, didalamnya meliputi apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya direncanakan (Siagian dan Suriadi, 2012:117-118).

2.3 Kebijakan Publik dan Kebijakan Sosial 2.3.1 Kebijakan Publik

Kebijakan (policy) adalah sebuah instrumen pemerintahan, bukan saja

dalam arti government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula

gevernance yang menyentuh pengelolaan sumber daya publik.Kebijakan pada intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial, dan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara (Suharto, 2008: 3).

Bridgman dan Davis (2005: 3) mengatakan bahwa kebijakan publik pada

umumnya mengandung pengertian mengenai „whatever government choose to do

or not to do‟. Artinya kebijakan publik adalah „apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan‟.Hogwood dan Gunn (1990) menyatakan bahwa kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang didisain untuk mencapai hasil-hasil tertentu.

Tidak berarti bahwa makna kebijakan hanyalah milik atau domain pemerintah saja.Organisasi non pemerintah, organisasi sosial dan lembaga-lembaga sukarela lainnya memiliki kebijakan-kebijakan pula.Namun, kebijkan mereka tidak dapat diartikan sebagai kebijakan publik karena kebijakan mereka


(30)

tidak memakai sumber daya publik atau tidak memiliki legalitas hukum sebagaimana kebijakan lembaga pemerintah.

Kebijakan publik sedikitnya mencakup hal-hal sebagai berikut (Hogwood dan Gunn, 1990) :

1. Bidang kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan umum atau

pernyataan-pernyataan yang ingin dicapai

2. Proposal tertentu yang mencerminkan keputusan-keputusan pemerintah yang

telah dipilih

3. Kewenangan formal seperti undang-undang atau peraturam pemerintah

4. Program, yakni seperangkat kegiatan yang mencakup rencana penggunaan

sumber daya lembaga dan strategi pencapaian tujuan

5. Keluaran (output), yaitu apa yang nyata telah disediakan oleh pemerintah,

sebagai produk dari kegiatan tertentu

6. Teori yang menjelaskan jika kita melakukan X, maka akan diikuti oleh Y

7. Proses yang berlangsung dalam periode waktu tertentu yang relatif panjang

Bridgeman dan Davis menerangkan bahwa kebijakan publik sedikitnya memiliki tiga dimensi yang saling bertautan yakni :

1. Kebijakan publik sebagai tujuan

Kebijakan adalah a means to an end yaitu alat untuk mencapai sebuah

tujuan.Kebijkan publik pada akhirnya menyangkut pencapaian tujuan publik. Artinya, kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang didisain untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh publik sebgai kenstituen pemerintah


(31)

Melalui kebijakan-kebijakan, pemerintah membuat ciri khas kewenangannya.Artinya, kompleksitas dunia politik disederhanakan menjadi pilihan-pilihan tindakan yang sah atau legal untuk mencapai tujuan tertentu. Kebijakan kemudian dapat dilihat sebagai respon atau tanggapan resmi terhadap isu atau masalah publik

3. Kebijakan publik sebagai hipotesis

Kebijakan dibuat berdasarkan teori, model atau hipotesis mengenai sebab dan akibat.Kebijakan-kebijakan senantiasa bersandar pada asumsi-asumsi mengenai perilaku.Kebijakan selalu mengandung insentif yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu.Kebijakan juga selalu memuat disinsentif yang mendorong orang tidak melakukan sesuatu.

2.3.2 Kebijakan Sosial

Kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. Dalam garis besar, kebijakan sosial diwujudkan dalam tiga kategori, yaitu perundang-undangan, program pelayanan sosial, dan sistem perpajakan.Berdasarkan kategori ini, maka dapat ditanyakan bahwa setiap perundang-undangan, hukum, atau peraturan daerah yang menyangkut masalah dan kehidupan sosial adalah wujud dari kebijakan sosial.Namun, tidak semua kebijakan berbentuk perundang-undangan.

Kebijakan sosial sering kali melibatkan program-program bantuan yang sulit dilihat secara kasat mata.Karenanya, masyarakat luas kadang-kadang sulit mengenali kebijakan sosial dan membedakannya dengan kebijakan publik lainnya.Secara umum kebijakan publik lebih luas dari kebijakan sosial. Kebijakan


(32)

Transportasi, Jalan raya, Air bersih, Pertahanan dan Keamanan merupakan beberapa kebijakan publik. Sedangkan kebijakan kebijakan mengenai jaminan sosial, seperti bantuan sosial dan asuransi sosial yang umumnya diberikan bagi kelompok miskin adalah contoh kebijakan sosial (Suhartono, 2009:11-12).

2.4 Pengertian Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi adalah proses mengembalikan sesuatu kepada keadaan semula yang tadinya dalam keadaan baik, tetapi karena sesuatu hal kemudian menjadi tidak berfungsi atau rusak. Rehabilitasi bisa juga perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat agar mereka dapat memiliki seoptimal mungkin kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi. Rehabilitasi mengandung makna pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yang dahulu (semula) atau perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat (Pengertian

Rehabilitasi, 2014.http: //www.kbbi.web.id).

Apabila kata rehabilitasi dipadukan dengan kata sosial, maka rehabilitasi sosial bisa diartikan sebagai pemulihan kembali keadaan individu yang mengalami permasalahan sosial kembali seperti semula.Rehabilitasi sosial merupakan upaya memperbaiki keadaan sosial dari keadaan yang tidak baik menjadi keadaan yang lebih baik berdasarkan upaya yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Upaya rehabilitasi sosial ini dengan cara membuatnya menyusaikan diri dengan keluarga, masyarakat, dan pekerjaan. Seseorang dapat berintegrasi dengan masyarakat apabila memiliki kemampuan fisik, mental, dan sosial serta diberikan kesempatan untuk berpartisipasi. Contohnya seseorang yang mengalami permasalah sosial seperti pecandu narkoba, maka mereka akan dicoba


(33)

untuk dikembalikan kedalam keadaan sosial yang normal seperti orang pada umumnya (Konsep Reahabilitasi Sosial . 2014. http://www.google.com)

2.5 Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni

2.5.1 Tujuan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni

1. Tersedianya perumahan yang layak huni bagi keluarga fakir miskin

2. Meningkatnya kemampuan keluarga dalam melaksanakan perandan

fungsi keluarga untuk memberikan perlindungan, bimbingan dan pendidikan keluarga

3. Meningkatnya kualitas hidup masyarakat

4. Berkembangnya kegotong-royongan dan kesetiakawanan sosial

5. Terentaskannya masalah kemiskinan.

2.5.2 Kriteria Kepala Keluarga Penerima Bantuan RS-RTLH

Adapun kriteria yang yang harus dimiliki kepala keluarga penerima Bantuan RS-RTLH adalah sebagai berikut:

1. Memiliki KTP/ identitas diri yang yang berlaku

2. Kepala keluarga/ anggota keluarga tidak mempunyai sumber mata

pencaharian atau mempunyai mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan

3. Kehidupan sehari-hari masih memerlukan bantuan pangan untuk penduduk

miskin seperti zakat dan raskin

4. Tidak memiliki asset lain apabila dijual tidak cukup untuk membiayai

kebutuhan hidup anggota keluarga selama 3 bulan kecuali tanah dan rumah yang ditempati


(34)

5. Memiliki rumah di atas tanah milik sendiri yang dibuktikan dengan sertifikat atau girik atau ada surat keterangan kepemilikan dari kelurahan/ desa atas status tanah

6. Rumah yang dimiliki dan ditempati adalah rumah tidak layak huni yang tidak

memenuhi syarat kesehatan, keamanan dan solusi, dengan kondisi sebagai berikut :

a. Tidak permanen dan/ atau rusak.

b. Dinding dan atap dibuat dari bahan yang mudah rusak/lapuk, seperti :

papan, ilalang, bambu yanng dianyam/ gedeg.

c. Dinding dan atap sudah rusak sehingga membahayakan, mengganggu

keselamatan penghuninya.

d. Lantai tanah/ semen dalam kondisi rusak.

e. Diutamakan rumah tidak memiliki fasilitas kamar mandi, cuci dan kakus.

2.5.3 Kriteria Sarana dan Prasarana Lingkungan

Sarana prasarana lingkungan yang menjadi sasaran kegiatan adalah :

1. Terletak pada lokasi RS-RTLH

2. Merupakan fasilitas umum yang mendukung peningkatan kualitas hidup

masyarakat terutama warga miskin.

3. Menjadi kebutuhan dan diusulkan oleh masyarakat.

4. Legal dan tidak berpotensi menimbulkan konflik.

5. Masyarakat setempat bersedia untuk mengalokasikan sumber daya yang

mereka miliki seperti : lahan, tenaga dan material. 2.5.4 Kelompok Penerima Bantuan


(35)

Kepala keluarga penerima bantuan dengan difasilitasi oleh Dinas Sosial Kabupaten/Kota membentuk kelompok dengan anggota berjumlah 5 sampai dengan 10 KK. Tugas kelompok adalah :

1. Membentuk pengurus kelompok terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara.

2. Membuka rekening di Bank Pemerintah atas nama kelompok dengan

specimen ditandatangani ketua dan bendahara.

3. Melakukan penilaian bagian rumah yang akan direhabilitasi.

4. Menetapkan toko bangunan yang akan menjamin penyediaan barang.

5. Mengusulkan pelaksana yang ahli dalam bidang bangunan (tukang).

6. Mengajukan usulan kebutuhan perbaikan rumah beserta dana yang diperlukan

maksimal sebesar Rp. 10.000.000,- setiap rumah untuk disetujui oleh Dinas Sosial.

7. Membantu tukang yang telah ditunjuk untuk mengerjakan perbaikan rumah

secara gotong royong dalam satu kelompok.

8. Setelah uang diterima, ketua membuat dan menandatangani tanda terima uang

bantuan dari Kementerian Sosial sejumlah yang tercantum dalam rekening dengan diketahui aparat desa/ kelurahan setempat dan segera dikirim ke Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Dinas Sosial Kabupaten/ Kota.

9. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan kegiatan

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni kepada Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melaui Dinas Sosial Kabupaten/ Kota tembusan disampaikan kepada Dinas Sosial Provinsi dengan melampirkan bukti-bukti


(36)

kwitansi pengeluaran dan surat pernyataan telah diselesaikannya pekerjaan yang diketahui kepala desa/ lurah.

2.5.5 Tim Pembangunan Sarling

Pelaksanaan pembangunan Sarling di RS-RTLH tim pembangunan sarling mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Menyusun pengurus Tim Sarling yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara

dan anggota.

2. Membuka rekening di bank pemerintah atas nama kelompok dengan

specimen ditandatangani ketua dan bendahara.

3. Menentukan jenis Sarling yang akan dibangun sesuai kebutuhan masyarakat.

4. Menggali dan mendayagunakan potensi dan sumber lokal.

5. Menggerakkan masyarakat dan dunia untuk usaha untuk berpartisipasi.

6. Menunjuk tenaga ahli (tukang).

7. Melakukan pembangunan Sarling secara bergotong-royong.

8. Setelah uang diterima, ketua membuat dan menandatangani tanda terima uang

bantuan dari Kemeterian Sosial sejumlah uang yang tercantum dalam rekening dengan diketahui aparat desa/kelurahan setempat dan segera dikirim ke Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Dinas Sosial Kabupaten/Kota.

9. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan kegiatan Sarling

kepada Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Dinas Sosial Kabupaten/Kota tembusan disampaikan kepada Dinas Sosial Provinsi, dengan melampirkan bukti-bukti kwitansi pengeluaran dan surat pernyataan selesainya pekerjaan yang diketahui kelapa desa/lurah.


(37)

2.5.6 Prosedur Pengusulan Kegiatan

Prosedur pengusulan penerima bantuan rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni dan sarana prasarana lingkungan adalah sebagai berikut :

1. Dinas Sosial Kabupaten/ Kota bersama TKSK/ PSM/ Karang Taruna/

Organisasi Sosial/ Aparat desa/ Kelurahan melakukan pendataan Kepala Keluarga calon penerima RTLH.

2. Berdasarkan hasil pendataan tersebut, Dinas Sosial/ Instansi Kabupaten/ Kota

mengajukan permohonan bantuan rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni ke Kementerian Sosial dengan rekomendasi Dinas Sosial Provinsi dengan melampirkan data lokasi, data calon penerima dan foto rumah.

3. Ditjen Pemberdayaan Sosil cq Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin

melakukan verifikasi administrasi dan verifikasi lapangan.

4. Berdasarkan hasil verifikasi administrasi dan lapangan Ditjen Pemberdayaan

Sosial mengeluarkan SK Penerapan KK penerima bantuan RS-RTLH dan alokasi sarana lingkungan.

5. Nama penerima bantuan yang sudah ditetapkan dalam SK Dirjen

Pemberdayaan Sosial tidak dapat diganti. 2.5.7 Pelaksanaan Kegiatan

2.5.7.1 Prinsip Pelaksanaan

Prinsip pelaksanaan kegiatan RS-RTLH dan Sarling :

a. Swakelola. Baik secara individu maupun kelompok sesuai pasal 39 dan

lampiran I Bab III Keppres No. 80 tahun 2003.


(38)

c. Keadilan. Menekankan pada aspek pemerataan, tidak diskriminatif dan seimbang antara hak dan kewajiban.

d. Kemanfaatan. Dilaksanakan dengan memperhatikan kegunaan atau fungsi

dari barang/ ruang/ kondisi yang diperbaiki atau diganti.

e. Keterpaduan. Mengintegrasikan berbagai komponen terkait sehingga dapat

berjalan secara terkoordinir dan sinergis.

f. Kemitraan. Dalam upaya menigkatkan kesejahteraan fakir miskin dan

masyarakat pada umunnya dibutuhkan kemitraan dengan berbagai pihak.

g. Keterbukaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini berhak

mendapatkan informasi yang benar dan bersedia menerima masukan bagi keberhasilan pelaksanaan kegiatan RS-RTLH.

h. Akuntabilitas. Berbagai sumber daya digunakan dengan penuh tanggung

jawab dan dapat dipertanggungjawabkan secara teknis maupun administratif.

i. Partisipasi. Pelaksanaan RS-RTLH dilaksanakan dengan melibatkan unsur

masyarakat termasuk dunia usaha dengan mendayagunakan berbagai sumber daya yang dimilikinya.

j. Profesional. Dilaksanakan dengan menggunakan manajemen yang baik

dan pendekatan/ konsep yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

k. Keberlanjutan. Dilaksanakan secara berkesinambungan untuk mencapai

kesejateraan dan kemandirian. 2.5.7.2 Tahapan Pelaksanaan Bantuan


(39)

b. Penjajagan calon lokasi kegiatan, dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kesiapan daerah dan masyarakat, kelayakan calon penerima bantuan dan faktor lainnya yang akan mendukung keberhasilan kegiatan.

c. Sosialisasi. Sosialisasi dilaksanakan dalam rangka memperoleh kesamaan

pemahaman dan gerak langkah setiap pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan RS-RTLH.

Sasaran kegiatan sosialisasi mencakup :

1. Dinas/ Instansi Sosial Provinsi.

2. Dinas/ Instansi Sosial Kabupaten/ Kota.

3. Unsur Masyarakat.

4. Pendamping (TKSK).

d. Membangun dan mengermbangkan komitmen untuk menyepakati berbagai

sumber daya yang dapat dan akan dialokasikan oleh Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam rangka mencapai keberhasilan pelaksanaan program.

e. Penentuan lokasi dan calon penerima.

f. Verifikasi Calon Penerima Bantuan.

g. Pelaksanaan pembangunan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni :

1. Melakukan penilaian dan menentukan bagian rumah yang akan

diperbaiki.

2. Menetapkan prioritas bagian rumah yang akan diperbaiki


(40)

3. Membuat rincian jenis/ bahan bangunan yang diperlukan serta besarnya biaya.

4. Melaksanakan pembelian bahan bangunan.

5. Melaksanakan perbaikan rumah dan pembangunan Sarling.

6. Pelaksanaan pembangunan RS-RTLH telah selesai

selambat-lambatnya 100 hari setelah dana masuk ke rekening kelompok. 2.5.7.3Pelaporan

Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan oleh Dinas Sosial Kabupaten/ Kota kepada Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin, mencakup :

a. Laporan pertanggungjawaban keuangan dana operasional masing-masing

Kabupaten/ Kota selambat-lambatnya akhir tahun anggaran.

b. Laporan pertanggungjawaban keuangan bantuan RS-RTLH masing-masing

kelompok setelah selesai pelaksanaan pekerjaan.

c. Laporan hasil pelaksanaan kegiatan dengan melampirkan foto rumah dan

sarling dalam kondisi sebelum, proses dan hasil akhir kegiatan dengan disertakan surat pernyataan penyelesaiaan pekerjaan untuk kelompok, disampaikan selambat-lambatnya 14 hari setelah pekerjaan selesai.


(41)

1. Unsur Pemerintah :

a. Kementerian Sosial

b. Dinas Sosial Provinsi

c. Jajaran Pemkot/ Pemkab

d. Dinas Sosial Kota/ Kabupaten

e. Dinas/ Instansi/ Lembaga terkait

6. Unsur Mayarakat

a. Penerima Bantuan

b. Tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat

c. TKSK, PSM, Karang Taruna, Tagana

d. WKSBM, FCU

e. Organisasi Sosial/ LSM

7. Dunia Usaha

2.5.7.5 Peran Pihak-Pihak Terkait

1. Kementerian Sosial

a. Menyusun pedoman pelaksanaan Bedah Kampung

b. Menyiapkan anggaran bedah kampung

c. Melaksanakan penjajakan dan verifikasi ke lokasi calon penerima

bantuan

d. Melaksanakan koordinasi dengan pihak-pihak terkait

e. Menetapkan lokasi bedah kampung

f. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi


(42)

2. Provinsi

a. Menerima usulan dari Kabupaten/ Kota data calon penerima

bantuan RS-RTLH, Sarling, dan UEP KUBE serta memberikan rekomendasi

b. Mengusulkan lokasi yang menjadi prioritas kegiatan

c. Menggali potensi dan sumber untuk mengoptimalkan pelaksanaan

bedah kampung

d. Bersama dengan Kementerian Sosial RI melakukan penjajakan,

pemantauan dan evaluasi

3. Kabupaten

a. Melakukan pendataan/ menyiapkan dan mengajukan data lokasi

bedah kampung dan data by name by address calon kepala keluarga penerima kegiatan bantuan RS-RTLH, Sarling, dan UEP Kube kepada kemeterian sosial melalui Dinas Sosial Provinsi

b. Melibatkan TKSK untuk menggerakkan partisipasi masyarakat

dalam pelaksanaan kegiatan bedah kampung

c. Melaksanakan sosialisasi kegiatan bedah kampung kepada

penerima bantuan pihak-pihak terkait wilayah kerjanya

d. Melakukan verifikasi calon penerima RS-RTLH, Sarling, UEP

KUBE dalam rangka bedah kampung

e. Membentuk kelompok penerima bantuan UEP KUBE

f. Membentuk tim Sarling


(43)

h. Membuat/ menginformasikan rekening kelompok penerima bantuan dan meyiapkan rekening untuk bantuan dana operasional untuk bantuan yang bersumber dari dana APBN

i. Mengalokasikan dana untuk optimalisasi pelaksanaan kampung

j. Menggerakkan potensi sumber kesejahteraan sosial

k. Melaksanakan monitoring serta evaluasi

l. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan bedah

kampung

m. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bedah kampung

kepada kementerian sosial

4. Pendamping (TKSK)

a. Membantu membuat rencana usulan kebutuhan perbaikan rumah

dan sarling dalam rangka bedah kampung

b. Membantu monitoring pelaksanaan kegiatan bedah kampung

c. Melaksanakan pendampingan terhadap KUBE

d. Membantu memobilisasi massa dalam pelaksanaan bedah kampung

e. Mambantu pembuatan laporan

f. Memberikan motivasi kepada masyarakat penerima bantuan

5. Penerima bantuan RS-RTLH

a. Melakukan penilaian bagian rumah yang akan direhabilitasi

b. Mengajukan usulan kebutuhan perbaikan rumah beserta dana yang

diperlukan maksimal sebesar Rp 10.000.000 untuk disetujui Dinas Sosial Kabupaten/ Kota


(44)

6. Masyarakat

4. Mengalokasikan sumber daya lain yang dibutuhkan untuk

keberhasilan kegiatan

5. Melakukan penanggulangan dana dan sumber lainnya yang

dibutuhkan

6. Bersama kelompok dan tim pembangunan Sarling melaksanakan

rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni dan sarana prasarana lingkungan

7. Melaksanakan pemeliharaan dan peningkatan hasil kegiatan bedah

kampung

2.5.8 Penyaluran, Pencairan dan Penggunaan Dana 2.5.8.1Penyaluran

1. Pihak Dnas Sosial Kabupaten/ Kota mengajukan identitas

penanggung jawab pengelola anggaran (nama dan alamat kantor, penanggung jawab program, nama bendahara pengeluaran, nomor rekening bank dan nomor pokok wajib pajak) ke Dit. PFM untuk dana operasional (tembusan disampaikan kepada Dinas/ Instansi Sosial Provinsi).

2. Pihak Dinas Sosial Kabupaten/ Kota mengajukan identitas dan

nomor rekening Dinas Sosial yang sudah ada, rekening kelompok penerima bantuan RS-RTLH dan rekening Tim Sarling.

3. Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin


(45)

Pemberdayaan Sosial dengan melampirkan SK Dirjen Pemberdayaan Sosial tentang penetapan penerima bantuan RS-RTLH dan rekening tim Sarling untuk dibuatkan SPM-LS.

4. Pejabat Pembuat Komitmen mengajukan SPM-LS ke KPPN

dilampiri SK Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial tentang penerima bantuan RS-RTLH serta dana operasional.

5. KPPN menerbitkan SP2D dan menyalurkan ke rekening Dinas

Sosial Kabupaten/ Kota, rekening kelompok penerima bantuan RS-RTLH dan rekening tim Sarling.

6. Pencairan dana kegiatan RS-RTLH dari rekening kelompok dapat

dilaksanakan setelah mendapatkan rekomendasi persetujuan dari Dinas Sosial Kabupaten/ Kota.

2.5.8.2Penggunaan Dana

1. Jumlah dana bantuan stimulant untuk setiap unit rumah; Rp. 10.000.000,-

dengan proporsi penggunaan sebagai berikut : Tabel 2.1

Rincian penggunaan dana bantuan RS-RTLH

No. Uraian % Jumlah (Rp)

1. 2.

Pembelian bahan bangunan dan kinsumsi Biaya tukang

90 10

9.000.000,- 1.000.000,-

Jumlah 100 10.000.000,-


(46)

2. Jumlah dana bantuan stimulant untuk setiap unit Sarling; Rp. 45.000.000,- dengan proporsi penggunaan sebagai berikut :

Tabel 2.2

Rincian penggunaan dana bantuan Sarling

No. Uraian % Jumlah (Rp)

1. 2.

Pembelian bahan bangunan dan kinsumsi Biaya tukang

90 10

40.500.000,- 4.500.000,-

Jumlah 100 45.000.000,-

Sumber : kemensos 2013

3. Jumlah dana untuk operasional kegoatan sebesar Rp. 12.500.000,- yang

digunakan untuk :

a. Sosialisasi

b. Monitoring dan Evaluasi

c. Pelaporan

4. Apabila sampai dengan akhir tahun anggaran masih terdapat sisa dana

operasional, maka Dinas Sosial Kabupaten/ Kota harus segera menyetor ke kas Negara dengan blanko Surat Setoran Pengembalian Belanja, belanja barang non operasional lainnya dengan kode 521218 an. Direktorat PFM kode Satker 440207.

5. Seluruh pajak dan penerima Negara bukan pajak dalam pelaksanaan kegiatan

dana operasional disetorkan ke kas Negara oleh pihak Dinas Sosial Kabupaten/ Kota sesuai peraturan perpajakan yang berlaku dengan


(47)

menyampaikan bukti setoran pajak dan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) ke Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin.

2.5.9 Sanksi

Sanksi hukum akan dikenakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila :

1. Dinas Sosial selaku penerima, pengelola dan penanggung jawab dana

operasional tidak sepenuhnya dipergunakan sesuai dengan peruntukkannya.

2. Kelompok penerima bantuanstimulan RS-RTLH selaku penerima, pengelola

dan penanggung jawab dana bantuan tidak sepenuhnya dipergunnakan sesuai dengan peruntukkannya.

3. Tim Sarling selaku pengelola dan penanggung jawab dana Sarling tidak

sepenuhnya dipergunakan sesuai dengan perunntukkannya (Kementerian Sosial RI.2013, Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan, http:// www.kemsos.go.id).

2.6 Kemiskinan

2.6.1 Pengertian Kemiskinan

Memahami kemiskinan kita perlu memandang kemiskinan dari dua aspek, yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau kelempok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhikebutuhan hidupnya. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya


(48)

dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (Siagian, 2012 : 2-3).

Bappenas mendefinisikan kemiskinan dalam 3 kriteria, yaiut :

1. Berdasarkan kebutuhan dasar suatu ketidakmampuan (lack of capabilities)

seseorang, keluarga, dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup minimum antara lain : pangan, sandang, perumahan, pelayanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Ketidakmampuan ini akan mengakibatkan rendahnya kemampuan fisik dan mental seseorang, keluarga dan masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

2. Berdasarkan pendapatan, suatu tingkat pendapatan atau pengeluaran

seseorang, keluarga, dan masyarakat berada di bawah ukuran tertentu (garis kemiskinan). Kemiskinan ini terutama disebabkan rendahnya penguasaan asset seperti lahan, modal, dan kesempatan usaha.

3. Berdasarkan kemampuan dasar, suatu keterbatasan kemampuan dasar

seseorang dan keluarga untuk menjalankan fungsi minimal dalam suatu masyarakat. Keterbatasan kemampuan dasar akan menghambat seseorang dan keluarga dalam menikmati hidup yang lebih sehat, maju dan berumur panjang. Juga memperkecil kesempatan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan masyarakat dan mengurangi kebebasan dalam menentukan pilihan terbaik bagi kehidupan pribadi.


(49)

Dari kedua pengertian kemiskinan di atas, kemiskinan dapat diartikan sebagai kondisi dari seseorang, keluarga, dan masyarakat yang berada dibawah nilai standar minimum yang tidak memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuahn hidup minimum antara lain: pangan, sandang, perumahan, pelayanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi.

2.6.2 Aspek-Aspek Kemiskinan

Langkah pertama yang tepat dilakukan dalam upaya memahami kemiskinan secara holistik adalah dengan melakukan kajian tentang aspek-aspek kemiskinan itu sendiri, yaitu :

1. Kemiskinan itu multi dimensi. Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang

multi dimensi yang berakar dari kondisi kebutuhan manusia yang beraneka ragam.

2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Sebagai konsekwensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya

3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur. Kondisi kehidupan manusia

memiliki standar yang akuntabel. Kajian kesehatan memiliki kemampuan untuk mengukur kuantitas kalori yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup secara wajar.

4. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun

kolektif. Kondisi desa dan kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia,


(50)

baik secara individual maupun kelompok dan bukan wilayah (Siagian, 2012: 12-15).

2.6.3 Gejala-Gejala Kemiskinan

Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala-gejala kemiskinan seperti :

1. Kondisi kepemilikan faktor produksi. Salah satu pendekatan untuk

mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan, apa alat atau faktor yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian itu. Pemahaman akan berbagai hal tersebut merupakan jalan bagi kita untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut miskin atau tidak.

2. Angka ketergantungan penduduk. Secara teoritis memang dikenal banyak

sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau keuntungan, upah, bunga tabungan dan lain-lain. Angka ketergantungan tentu sangat berbeda pada negara yang surplus dan minus lapangan dan kesempatan kerja. Tingginya angka ketergantungan di Indonesia saat nyata, dimana bekerja di negara lain saat ini menjadi alternatif.

3. Kekurangan gizi. Pendapatan merupakan unsur yang secara langsung dapat

digunakan sebagai alat memenuhi kebutuhan agar seseorang itu dapat hidup secara layak.

4. Pendidikan yang rendah. Di era modern ini, pendidikan dianggap sebagai

sesuatu yang penting. Pendidikan bahkan telah dianggap sebagai indikator utama kedudukan dalam masyarakat (Siagian, 2012 : 16-19).


(51)

Suatu studi menunjukkan ada 5 (lima) ciri-ciri kemiskinan, yaitu :

1. Mereka yang dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor

produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya.

2. Mereka pada umunya tidak mempunya kemungkinan atau peluang untuk

memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sampai tamat SD,

atau hanya tamat SD. Kondisi seperti inilah yang akan berpengaruh terhadap wawasan mereka.

4. Pada umunya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori

setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formal bagaikan tertutup rapat.

5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak

memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa yang makin deras. Artinya, laju investasi diperkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi (Siagian, 2012: 20-23).

2.6.5 Keluarga Miskin

Kriteria Rumah Tangga Miskin menurut Badan Pusat Statistik yaitu :

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 meter per orang.


(52)

3. Jenis dinding bangunan tempat tinggal terbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa di plester.

4. Tidak mempunyai fasilitas tempat buang buang air besar/ bersama-sama

dengan rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga bukan listrik.

6. Sumber air minum diambil dari sumur/ mata air tidak terlindungi/ sungai/ air

hujan.

7. Tidak pernah mengkonsumsi daging/ susu/ ayam perminggu atau hanya

dalam satu kali seminggu.

8. Tidak pernah membeli pakaian baru untuk setiap RT dalam setahun atau tidak

pernah membeli/ hanya satu stel dalam setahun.

9. Makanan dalam sehari untuk setiap RT hanya sekali makan/ dua kali makan

dalam sehari.

10. Tidak mampu membayar untuk berobat ke puskesmas/ poliklinik untuk

berobat.

11. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga; petani dengan luas tanah 0,5

ha/ buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan berpendapatan dibawah Rp 600.000/ bulan.

12. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga keluarga tidak sekolah/ tidak tamat

SD/ hanya tamat SD.

13. Kepemilikan asset/ tabuungan tidak punya/ barang yang mudah dijual

minimal Rp 500.000 seperti sepeda motor, emas, ternak, kapal, atau barang modal lainnya.


(53)

Adapun yang menjadi karakteristik penduduk miskin menurut LP3S adalah :

1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri.

2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan

kekuatan sendiri.

3. Tingkat pendidikan umumnya rendah.

4. Banyak diantara mereka yang tidak mempunyai fasilitas.

5. Diantara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau

pendidikan yang memadai.

6. Makan dua atau sekali tetapi jarang makan telor dan daging (makanan

bergizi).

7. Tidak bisa berobat ketika sakit.

8. Memiliki banyak anak atau satu rumah dihuni banyak keluarga atau dipimpin

kepala keluarga perempuan.

Keluarga dirumuskan sebagai unit masyarakat kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.Pengertian keluarga dapat dilihat dalam arti sempit dan luas.Keluarga dalam arti sempit didefinisikan sebagai kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum dewasa/ belum kawin.Sedangkan, defenisi keluarga dalam artt luas adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan suatu lingkungan keluarga yang luas daripada ayah, ibu dan anak-anaknya.Jadi yang dimaksud dengan keluarga miskin adalah suatu unit masyarakat yang terkecil yang mempunyai hubungan biologis yang hidup dan tinggal dalam satu rumah yang standar ekonominya lemah atau tingkat


(54)

pendapatannya relatif kurang untuk memenuhi kebutuhan pokok dasar seperti

sandang, pangan dan papan (Badan Pusat Statistik.2013. http://www.bps.co.id).

2.6 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan (welfare) ialah dua kata benda yang dapat diartikan nasib yang baik, kesehatan, kebahagian, dan kemakmuran.Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk pada keadaan yang baik, kondisi masyarakat dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur, sehat dan damai.Kesejahteraan sosial dalam arti sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisiknya belaka, tetapi juga ikut lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisiknya belaka, tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spriritual (Adi, 2005 : 40).

Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial dilakukan berdasarkan asas :

1. Kesetiakawanan


(55)

3. Kemanfaatan

4. Keterpaduan

5. Kemitraan

6. Keterbukaan

7. Akuntabilitas

8. Partisipasi

9. Profesionalitas

10. Keberlanjutan

Kesejahteraan sosial memiliki beberapa makna yang relatif berbeda, meskipun substansinya tetap sama. Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu :

1. Kondisi kehidupan atau keadaan kesejahteraan, yakni terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani dan sosial.

2. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan

sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk

mencapai kondisi sejahtera (Suhartono, 2009:2).

2.8 Kerangka Pemikiran

Program RS-RTLH adalah program yang diberikan kepada rumah tangga miskin yang rumahnya tidak memenuhi standar untuk dihuni, dengan maksud agar mereka dapat meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Pelaksanaan program RS-RTLH bertujuan untuk melihat atau mengetahui sejauh mana


(56)

program pemerintah dapat dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan, tepat waktu, tepat pengerjaan dan tepat sasaran sehingga tujuan diadakannya RS-RTLH benar-benar dapat membantu meringankan kesulitan keluarga miskin untuk memiliki rumah yang layak huni.

Menentukan siapa saja yang berhak mendapatkan RS-RTLH, maka dibutuhkan data yang akurat dan bisa dipertanggungjawabkan.Apabila adai pertanyaan tentang perbaikan rumah, maka petugas dapat membuktikan kenapa orang itu dapat RS-RTLH.Keseluruhan program yang dibuat pemerintah pasti membutuhkan tahap evaluasi dari masyarakat di dalam pelaksanaannya. Begitu juga program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni yang dibuat pemerintah di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar.

Untuk memperjelas alur pemikiran diatas dapat dilihat pada bagan kerangka pemikiran di bawah ini :

Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir

Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni

Keluarga Miskin Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar

Evaluasi Progran dilihat dari :


(57)

2.9 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.9.1 Defenisi Konsep

Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009:112).

Menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seseorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna-makna konsep yang diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu pene.itian disebut dengan defenisi konsep. Secara konsep defenisi disini diartikan sebagai batasan arti. Defenisi konsep adalah

Terwujudnya hunian layak huni bagi kepala keluarga penerima

bantuan Rehabilitasi Sosial


(58)

pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian,2011:138).

Adapun batasan konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat

sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.

2. Program adalah tahap-tahap dalam penyelesaian rangkaian kegiatan yang

berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi.

3. Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat agar

mereka cakap berbuat untuk memiliki seopyimal mungkin kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi.

4. Rehabilitasi sosial merupakan upaya yang ditujukan untuk mengintegrasikan

kembali seseorang kedalam kehidupan yang masyarakat dengan cara membuatnya menyesuaikan diri dengan keluarga, masyarakat, dan pekerjaan.

5. Program RS-RTLH adalah program yang diberikan kepada rumah tangga

miskin yang rumahnya tidak memenuhi standart untuk dihuni, dengan dimaksud agar mereka dapat meningkatkan kehidupan secara wajar.

6. Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan

Salimpaung Kabupaten Tanah Datar.

2.9.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana


(59)

mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan peelitian dilapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009:120).

Perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Defenisi operasional sering disebut sebagai proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis.Defenisi operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel dapat diukur (Siagian, 2011:141).Adapun yang menjadi indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Adapun yang menjadi indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Masukan (input), meliputi :

- Sumber daya manusia

- Sumber dana

- Sumber sarana

b. Proses (process), meliputi :

- Perencanaan program

- Pelaksanaan program

c. Keluaran (output), yaitu hasil atau keluaran program (outcome) yakni kinerja

yang dicapai dari suatu pelaksanaan program.

d. Pengaruh (impact), meliputi :

- Pengaruh atau dampak program terhadap orang yang mendapatkan layanan;

maksudnya adalah adanya suatu perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah adanya program.


(1)

Daftar Pertanyaan Kuesioner

Evaluasi Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan

Salimpaung Kabupaten Tanah Datar

No. Responden : Dengan hormat,

Dalam rangka melengkapi data yang diperlukan untuk memenuhi tugas

akhir, bersama ini saya menyampaikan kuesioner penelitian mengenai “Evaluasi Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar”.Adapun hasil dari penelitian ini saya gunakan sebagai bahan penyusunan skripsi pada departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

Saya memahami waktu saudara/i sangatlah terbatas dan berharga, namun saya juga mengharapkan kesediaan saudara/i untuk membantu penelitian ini dengan mengisi secara lengkap kuesioner yang terlampir.

Saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kesediaan saudara/i telah meluangkan waktu untuk menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner ini.

Hormat saya,

Oci Notalia

Petunjuk Pengisian :

- Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan.

- Pilihlah dan berikan tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu.

- Isilah titik-titik dengan baik dan benar sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu. - Mohon semua pertanyaan diisi dengan jujur, benar, dan tidak ada yang


(2)

- Atas kesediaan Bapak/Ibu dalam membantu peneliti mengisi kuesioner, peneliti mengucapkan terimakasih.

A. Karakteristik Umum Responden 1. Nama :

2. Umur : ... tahun

3. Jenis Kelamin : ... 4. Pendidikan terakhir : ... 5. Pekerjaan Bapak/Ibu :

a. a. Petani d. PNS

b. b. Buruh e. Lain-lain

(sebutkan...) c. Pedagang

6. Status Perkawinan:

a. Menikah b. Belum Menikah

7. Jumlah Anak : ... orang

B. Evaluasi Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni B.1. Masukan (input)

8. BerapakahpenghasilaanBapak/ibuperbulan? a. < 300.000

b. 300.000 – 500.000 c. > 500.000

9. Bagaimana status kepemilikanrumahBapak/ibu ? a. Milikpribadi

b. Menyewa

c. Lainya (sebutkan ……….)

10.Apa jenis lantai bangunan tempat tinggal Bapak/ Ibu? a. Tanah

b. Bambu

c. Kayu Murahan

11.Terbuat dari apa jenis dinding bangunan tempat tinggal Bapak/ Ibu? a. Bambu


(3)

b. Rumbia

c. Kayu berkualitas rendah d. Tembok tanpa di plester

12.Terbuat dari apa atap bangunan tempat tinggal Bapak/Ibu ? a. Plastik

b. Seng c. Rumbia

13.Apakah Bapak/ Ibu mempunyai fasilitas tempat MCK ? a. Ada

b. Tidak Ada

14.Apakah sumber penerangan rumah tangga Bapak/ Ibu? a. Listrik

b. Bukan listrik (Sebutkan...) 15.Dari mana sumber air minum Bapak/ Ibu dapatkan?

a. Sumur

b. Mata air tidak terlindungi c. Sungai

d. Air hujan

e. Lain-lain(Sebutkan ...)

B.2. Proses (process)

16.Darimanakah anda mengetahui Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling ?

a. Dinas Sosial b. Kecamatan c. Kelurahan

d. Lain-lain (Sebutkan ...)

17.Apakah saudara mengetahui mengenai proses pelaksanaan program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling ?

a. Mengetahui b. Tidak mengetahui


(4)

18.Apakah saudara mengetahui tujuan dari program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling?

a. Mengetahui b. Tidak mengetahui

19.Apakah saudara mengetahu sasaran dari program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling ?

a. Mengetahui b. Tidak mengetahui

20.Apakah anda setuju dengan adanya program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling ?

a. Setuju b. Tidak setuju

21.Apa jenis bahan bangunan yang digunakan ? a. Batu bata

b. Kayu c. Triplek

22.Berapa orang tukang yang mengerjakan rehabilitasi rumah anda ? a. 3 orang

b. 2 orang c. 1 orang

23.Apakah hasil pekerjaan tukang sesuai dengan hasil yang anda inginkan ? a. Sesuai

b. Tidak sesuai

24.Apakah Bapak/Ibu pernah terlibat dalam pengerjaan rehabilitasi rumah bapak?

a. Terlibat b. Tidak terlibat

25.Apakah bahan bangunan yang Bapak/Ibu gunakan dapat diperoleh dengan harga yang terjangkau ?


(5)

a. Terjangkau b. Tidak terjangkau

26.Apakah waktu pemberian bantuan dengan waktu berjalannya rehabilitasi rumah bapak sudah sesuai ?

a. Sesuai b. Tidak sesuai

27.Apakah dana swadaya yang digunakan untuk membeli bahan bangunan memberatkan keluarga ?

a. Memberatkan b. Tidak memberatkan

28.Apakah Bapak/Ibu dapat menyelesaikan laporan kepada Dinas Sosial tepat pada waktunya ?

a. Tepat waktu b. Tidak tepat waktu

29.Apakah dana yang disalurkan kepada Bapak/Ibu diterima sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan ?

a. Sesuai b. Tidak sesuai

B.3.Keluaran (output)

30.Apakah anda merasa terbantu dengan adanya program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni ?

a. Terbantu b. Tidak terbantu

31.Apakah Bapak/Ibu merasa puas dengan hasil rehabilitisai rumah Bapak/Ibu ?

a. Puas b. Tidak puas

B.4. Pengaruh (impact)

32.Apakah Bapak/Ibu merasa nyaman menempati rumah baru ini ? a. Nyaman


(6)

b. Tidak nyaman

33.Apakah rumah yang bapak tempati sekarang bisa memberikan rasa aman bagi keluarga ?

a. Aman b. Tidak aman

34.Apakah dengan adanya rumah baru ini mempengaruhi kelas sosial keluarga dimasyarakat ?

a. Berpengaruh b. Tidak berpengaruh

35.Apakah tempat tinggal saudara memiliki fasilitas yang cukup memadai setelah mendapatkan bantuan dari program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni ?

a. Memadai b. Tidak memadai