Peran wanita dalam pembangunan ekonomi

Nama : Abdulloh Shodikin
NIM : 1401101010068
Mata Kuliah : Ekonomi Pembangunan
Peran wanita dalam pembangunan ekonomi :
Mengatasi hambatan-hambatan
1.

Evolusi “perempuan dalam pembangunan” ke “gender dan pembangunan”
Pada tahun 1970-an, penelitian tentang petani-petani afrika mencatat
bahwa jauh dari bersikap netral terhadap jender, pembangunan telah membutakan
jender dan membahayakan perempuan. Perempuan dianggap kurang penting
dilihat sebagaimana mereka memiliki keterbatasan, akses mereka yang terbatas
terhadap kontrol dan sumberdaya. Kuncinya adalah untuk menenmpatkan
perempuan “dalam” pembangunan oleh leglisatif mencoba untuk membatasi
perbedaan dan dengan mendorong keterlibatan mereka di dalam pendidikan dan
pekerjaan.
Pendekatan WID (Women in Development) mengarah kepada target
terhadap sumberdaya perempuan dan terutama membuat perempuan lebih
produktif atau menghasilakan kontribusi pendapatan yang klebih terlihat. Bagi
sebagian besar lembaga dan organisasi pembangunan, pendekatan WID sekarang
sebagian besar sudah diganti oleh GAD (Gender and Development) yang telah

dilembagakan dalam pengarusutamaan jender. Pengarusutamaan juga melibatkan
bahwa perspektif jender merupakan pusat untuk semua kegiatan. Yang termasuk
perencanaan, pelaksanaan dan pemantuan semua program, proyek, dan
perundang-undangan.

2.

Bukti pentingnya perempuan untuk pembangunan ekonomi
Yang paling berpengaruh dalam bukti pentingnya perempuan untuk
pembangunan ekonomi telah kembali digunakan dan untuk mendukung penelitian
bank dunia “Gender Mainstreaming Strategy” yang diluncurkan pada 2001
(Dollar and Gatti 1999; Klasen 1999).
Identifikasi perempuan menjadi seorang yang dapat diandalkan
produktifitas dan angkatan kerja yang murah membuat mereka dipilih untuk
bekerja di perusahaan tekstil dan transnasioanal elektronik. Persepsi perempuan
sebagai “baik dengan uang” ternasuk lebih baik dalam membayar pinjaman telah
membawa mereka menjadi sasaran terhadap program-program mikrofinansial.
Penting untuk dicatat bahwa kesetaraan jender akan membantu pertumbuhan
ekonomi, pertumbuhan ekonomi tidak perlu membawa kesetaraan gender.


3.

Hambatan dalam menyadari sepenuhnya potensi perempuan dalam proses
pembangunan ekonomi
Investasi disumberdaya manusia, kesehatan dan pendidikan, perempuan
dan anak-anak disajikan sebagain kunci cara untuk maju oleh MDGs. Dengan
demikian investasi modal manusia telah positif untuk hasil antar generasi jangka
pendek maupun jangka panjang dan baik untuk keduanya memperoleh
produktifitas dan membatasi pertumbuhan penduduk yang tidak berkelanjutan.
Factor-faktor kultural membatasi hak-hak wanita dan kerjasama ditempat
kerja. Agama masih sangat berperan dalam menentukan aturan-aturan gender
didalam banyak kebudayaan dan pandangan fundamental diseluruh spektrum
agama mengancam atau menolak hak-hak wanita, termasuk hak mengenai seks
dan seksualitas, dan untuk mobilitas dan tenaga kerja. Sementara budaya politik
penting untuk membawa perubahan, wanita terus memiliki suara yang terbatas
baik di daerah maupun di tingkat nasional, dan perempuan tidak senuhnya dapat
berpatisipasi dalam system kekuasaan formal.
Mayoritas ketidaksetaraan gender dalam perusahaan membuat wanita lebih
memilih untuk keluar dari perusahaan tersebut. Karena wanita yang mendapat
upah maka ia akan memiliki suara di dalam rumah tangganya dan hal tersebutakan

menghasilkan konflik dengan suaminya. Dengan demikian suaminya akan
membatasi peran wanita untuk bekerja sehingga mereka tidak memiliki suara
didalam rumah tangganya. Kecuali jika perempuan mengerti lebih suaminya, atau
perempuan dan suaminya terhimpit penganggguran. Dalam beberapa dekade
terakhir, “krisis maskulinitas” telah diakui, berkaitan dengan peran laki-laki dan
posisiya maka hal tersebut akan mendorong kesetaraan gender terhadap
perempuan.
Ketika wanita dibayar dalam pekerjaannya, mereka lebih dapat terlibat
dalam paruh waktu daripada bekerja penuh waktu, didalam sector informal
daripada sector formal, dan diseluruh dunia perempuan mendapat sedikit
pekerjaan dibandingkan laki-laki.
4.

Memprioritaskan area intervensi yang diperlukan untuk melepaskan
hambatan ini

Hak reproduksi dan seks yang penting untuk sosial dan pembangunan
ekonomi. Tanpa hak-hak itu, perempuan dan anak-anak tidak dapat membuat
keputusannya, melahirkan mengurangi meraka dalam beraktifitaas dan
mengurangi pendapatan serta produktifitasnya, serta memaksa pernikahan muda

membuat mereka cepat keluar dari pendidikan dan pekerjaannya.
Dalam jangka pendek, diperlukan untuk menciptakan, peluang
produktifitas tenaga kerja yang layak bagi perempuan dan akses terhadap
finansial, serta terus memberi perlindungan sosial, dan lebih penting lagi
mempromosikan arti wanita sebagai “baik dengan uang”. Kuncinya untuk
pertumbuhan ekonomi adalah mempromosikan hak-hak perempuan yang
mencakup: hak-hak reproduksi dan seks mereka, hak-hak untuk pendidikan,
mobilitas, menyampaikan pendapat, kepemilikan, serta hidup bebas tanpa
kekerasan.