Analisis Sosiologis Tokoh Utama Dalam Novel “Taira No Masakado” Karya Eiji Yoshikawa

BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, SETTING SOSIAL,SOSIOLOGI
SASTRA, KONFLIK SOSIAL,DAN BIOGRAFI PENGARANG
2.1 Defenisi Novel
Istilah prosa fiksi atau cukup disebut karya fiksi, biasa juga diistilahkan dengan
prosa cerita, prosa narasi, narasi, atau cerita berplot.Pengertian prosa fiksi tersebut
adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan,
latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi
pengarangnya sehingga menjalin sebuah cerita. Karya fiksi lebih lanjut masih dapat
dibedakan dalam berbagai macam bentuk, baik itu roman,novel, novellet, maupun
cerpen, Aminudin (2000:66.)Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia
dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama.Bentuk karya fiksi yang terkenal saat
ini adalah novel.Sebagai genre sastra termudah, novel ternyata telah banyak menarik
perhatian dan minat banyak kalangan.Novel adalah karya fiksi yang mengandung nilainilai keindahan dan kehidupan.Nilai-nilai keindahan yang terdapat di dalamnya
memberikan kenikmatan bagi pembacanya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
memberikan manfaat.
Di dalam novel diperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kehidupan manusia secara utuh. Maksudnya yaitu, di dalam novel menggambarkan
tokoh-tokoh, tentang peristiwa, dan tentang latarnya secara fisik,seolah-olah dapat
dilihat, diraba, serta di dengar. Di samping itu novel juga menghadirkan pengetahuanpengetahuan yang terdalam, yang tidak dapat dilihat,tidak dapat dipegang, tidak dapat di
13


dengar melainkan dirasakan oleh batin yang semua itu diperoleh secara tersirat dari
gambaran tokohnya, dari peristiwanya,dari tempat yang dilukiskan atau waktu yang
disebutkan.Sesuai dengan pernyataan Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:4), yaitu
dalam perkembangannya karya fiksi sering dianggap bersinonim dengan novel.
Novel berasal dari bahasa Italia novella. Secara harafiah, novella berarti sebuah
“barang baru yang kecil”, dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk
prosa”, Abrams dalam Nurgiyantoro, (1994:9). Dewasa ini novella mengandung
pengertian yang sama dengan istilah novelette dalam bahasa Inggris,yang berarti sebuah
karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun tidak terlalu
pendek.Menurut Jacob Sumardjo (1999:11), novel adalah cerita, dan cerita digemari
manusia sejak kecil. Dan tiap hari manusia senang pada cerita, entah faktual, untuk
gurauan, atau sekedar ilustrasi dalam percakapan.Bahasa novel juga bahasa denotatif,
tingkat kepadatan dan makna gandanya sedikit.Jadi novel mudah dibaca dan dicernakan.
Juga novel kebanyakan mengandung suspense dalam alur ceritanya, yang gampang
menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya.Menurut H.B. Jassin dalam Suroto
( 1989:19), mengatakan bahwa novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita
yang menceritakan suatu kejadian secara luar biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh
cerita), luar biasa karena dari
kejadian ini terlahir suatu konflik, suatu pertikaian yang mengalihkan jurusan nasib

mereka. Wujud novel adalah konsentrasi, pemusatan, kehidupan dalam satu saat, dalam
satu krisis yang menentukan. Dengan demikian, novel hanya menceritakan salah satu

14

segi kehidupan sang tokoh yang benar-benar istimewa yang mengakibatkan perubahan
nasib.

2.2 Setting Novel Taira No Masakado
Setiap karya sastra disusun atas unsur-unsur yang mejadikannya sebuah
kesatuan.Salah satu unsur yang sangat mempengaruhi keberadaan karya sastra adalah
unsur instrinsik.Setting merupakan salah satu unsur intrinsik yang terdapat dalam karya
sastra yang dalam hal ini adalah novel.
Setting atau latar yang disebut juga landasan tumpu, menyaran pada lingkungan
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:216)
Unsur-unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu:
1. Latar tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa tempat-tempat

dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Dalam
novel Taira No Masakado mengambil latar tempat di beberapa tempat di Jepang,
seperti Toyoda, Kyoto, Hatori, Ishida dan lain sebagainya. Peristiwa-peristiwa tersebut
terjadi di tempat-tempat seperti di istana,hutan-hutan, gunung, , kuil dan lain-lain.

15

2. Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.Masalah kapan tersebut biasanya
dihubungkan dengan waktu factual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan
dengan peristiwa sejarah. Oleh sebab itu dalam kaitannya sebagai latar waktu maka
dalam novel Taira No Masakado karya Eiji Yoshikawa mengambil setting pada zaman
Heian sekitar tahun 794 - 1185.

3. Latar Sosial
Latar sosial menyaran kepada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi maupun
nonfiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat dapat berupa kebiasaan hidup, adapt
istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, dan lain-lain.

Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya
rendah, menengah, atau atas.

2.3 Zaman Heian
Era Heian merupakan salah satu zaman sejarah klasik di Jepang, masa di mana
kebudayaan Jepang memasuki zaman keemasannya.Zaman ini berlangsung dari tahun
794 sampai 1185.Ini adalah waktu yang dikenal bagi perdamaian dan keamanan belum
pernah terjadi sebelumnya di Jepang serta munculnya kelas samurai dalam struktur
masyarakat.

16

2.3.1 Keadaan Politik
Pada zaman Heian masih menngunakan sistem Ritsuryou (sistem kerajaan) yang
sudah digunakan sejak zaman Nara.Dalam sistem Ritsuryou, Tenno (kaisar) adalah
penguasa administrasi pemerintahan tertinggi (Situmorang, 2009:14).Saudara-saudara
kaisar adalah menjadi bangsawan.Para bangsawan kerabat Tenno ini bertugas
melaksanakan pekerjaan birokrasi di Istana maupun daerah.
Sistem pemilikan pada masa itu dikenal dengan sistem Kochikomin (wilayah
umum dengan masyarakat umum).Tidak dikenal pemilikan tanah secara pribadi dan

penguasaan atas diri orang secara pribadi.Para bangsawan kerabat Kaisar lah yang
menguasai tanah secara pribadi.Karena para bangsawan tersebut banyak yang
menguasai tanah secara pribadi, mereka membutuhkan tenaga kerja untuk menggarap
tanah yang dikuasainya tersebut.Yang kemudian melahirkan kelompok-kelompok kecil
di daerah yang semakin lama semakin kuat dan tidak membayar pajak kepada kaisar.
Karena Kanmu Tenno ingin memperbaharui politik Ritsuryou, maka ia
memindahkan ibukota dari Nara ke Kyoto. Yang lebih dikenal dengan sebutan
Heiankyo (kota yang damai). Istana Kaisar berada di Kyoto selama masa Feodal yang
berlangsung kira-kira 1100 tahun (Toyota Toyoko dalam Situmorang, 2009:15).
Pada zaman Heian, jumlah Shoen (wilayah swasta) semakin banyak.Salah satu
penguasa Shoen yang terbesar adalah keluarga Fujiwara.Fujiwara mengawinkan
putrinya dengan anak Tenno, oleh karena itu generasi berikutnya adalah cucu
Fujiwara.Kemudian keluarga Fujiwara memegang peranan dalam pemerintahan.Seperti
Sekkanseiji (politik perwakilan Kaisar), Sekkan adalah singkatan dari Sessho dan
17

Kanpaku.Sessho adalah pelaksana kekuasaan pemerintahan ketika kaisar masih kecil,
dan Kanpaku adalah pelaksana pemerintahan ketika Kaisar mengadakan Inkyou (bertapa
di kuil), disebut dengan politik Insei (Situmorang, 2009:15).
Dalam perkembangannya, kelompok militer Taira dan Genji di undang ke Kyoto

untuk mengamankan perang yang terjadi dalam keributan keluarga Fujiwara.Tetapi
kemudian keluarga Genji dan Taira saling berperang seperti perang Hogennoran (1156)
dan Heijiniran (1159).Perang tersebut dimenangkan oleh keluarga Taira yang dipimpin
oleh Taira no Kiyomori.Mulai saat inilah bushi menjadi sangat berpengaruh dalam
pemerintahan pusat.Ketika itu sistem Ritsuryou hancur, berubah menjadi sistem Ujizoku
(kekerabatan).
Ketika klan Taira menang dan berkuasa di Ibukota Kyoto, tak ada yang lebih
kuat daripadanya. Ia masuk istana dan merebut kekuasaan. Tetapi disini ada sesuatu
yang khas Jepang.Klan Taira ternyata tidak merebut kedudukan Tenno yang dianggap
turunan dewa matahari Amaterasu Omikami.Seperti apa yang dilakukan klan Fujiwara,
Kiyomoripun mengangkat dirinya sebagai perdana menteri dan menempatkan anggotaanggota keluarganya pada kedudukan penting (Suryohadiprojo, 1985:14).
Sebenarnya, dengan perebutan kekuasaan oleh kaum Taira sudah dimulailah
suatu masa baru.Tetapi dari sudut perkembangan masyarakat Jepang yang juga penting
untuk dilihat adalah bahwa sejak saat itu kekuasaan sekuler di Jepang sebenarnya tidak
lagi berada di tangan Tenno, melainkan di tangan kaum samurai.Tenno Heika adalah
pimpinan Jepang yang tidak boleh disentuh, karena merupakan lambang keagungan dan

18

kesucian Jepang yang berasal dan bersumber pada dunia dewa-dewa, dan karena

senantiasa merupakan pemuka tertinggi Shinto.
Tetapi ia tidak mempunyai kekuasaan nyata dalam mengendalikan pemerintahan dan
Negara (Suryohadiprojo, 1985:15).
Melihat klan Taira yang berkuasa melebihi kekuasaan Kaisar, klan Genji tidak
tinggal diam begitu saja. Genji terbagi atas dua kekuasaan, yaitu Genji yang dipimpin
oleh Minamoto no Yoritomo dan Genji yang dipimpin oleh Minamoto no Yoshinaka
dari Kiso, yang tidak lain merupakan sepupu dari Yoritomo sendiri. Saat klan Taira
meninggalkan ibukota Kyoto, Genji dari pihak Yoshinaka memasuki wilayah ibukota
dan menggantikan kekuasaan Taira. Tetapi keadaan ini tidak bertahan lama.Sementara
itu di Kamakura, Genji dari pihak Yoritomo semakin memperkuat prajuritnya bersama
adiknya Minamoto no Yoshitsune.Minamoto no Yoritomo berhasil mengalahkan sisasisa keluarga Taira pada tahun 1185 pada perang Dannoura.Kekuasaan pun berpindah
ke klan Minamoto. Klan Minamoto memperkuat prajuritnya di Jepang bagian timur
yaitu di Kamakura (Situmorang, 2009:16).

2.3.2 Keadaan Budaya
Disaat klan Fujiwara menguasai pemerintahan, anggota keluarga mereka semua
tinggal di istana dan dengan cara memperkuat posisi melalui pernikahan anggota
keluarga kaisar. Jasa terbesar klan Fujiwara adalah berkembangnya budaya dan
kesenian Jepang, yang mulai menggali potensi negeri sendiri, tidak hanya mengimpor


19

mentah-mentah budaya negara lain. Seni sastra, pakaian, melukis, puisi dan permainan
olahraga seperti Igo dan Shogi berkembang di era ini.
Penghuni istana amat memiliki cita rasa seni yang tinggi.Pakaian pun dibuat
indah dengan aturan warna untuk masing-masing level di istana bahkan warna yang
berbeda untuk setiap musim.Kaum wanitanya pun berbusana Kimono yang sudah
menggunakan teknik pencelupan warna dan sulaman yang indah.
Dalam masa Heian, timbul semangat “ke-Jepangan” yang lebih kuat dan
hubungan dengan Cina pun mulai dikurangi. Bahasa Jepang yang banyak menggunakan
huruf Cina atau Kanji, mulai dikembangkan dengan huruf Jepang “kana” yang
disempurnakan, berupa Katakana dan Hiragana (Suryohadiprojo, 1985:13).
Walaupun pada masa itu sistem tulisan Hiragana Katakana telah diciptakan,
tetapi huruf Kanji Cina tetap dipakai oleh kaum pria dari kalangan atas yang
membuktikan bahwa ia terpelajar. Dengan adanya perkembangan bahasa, dunia sastra
juga berkembang.Dalam hal kesusastraan, Murasaki Shikibu, bangsawan wanita yang
kala itu menulis Genji Monogatari, sebuah karya sastra yang amat diakui hingga masa
kini.Selain itu, ada juga Lady Sei Shonagon dengan bukunya Makura no Soshi dan
banyak buku harian para bangsawan wanita, seperti Kagero Nikki, yang isinya bisa
dikategorikan sebagai karya sastra.Mengapa sastra lebih banyak ditulis oleh

wanita?Karena zaman itu, posisi wanita dianggap cukup penting. Seorang perempuan
bila pandai menulis puisi atau cerita, bermain musik, maka ia bisa masuk ke kalangan
atas dengan menjadi selir atau istri. Kaum bangsawan pria sering meminta selirnya
untuk menciptakan puisi secara mendadak, jadi apabila sang wanita bisa memenuhi
20

permintaannya itu, ia akan dihormati. Dengan pengaruh ini, nuansa kebudayaan Jepang
berkembang dengan penuh cita rasa dan keindahaan.
Munculnya Konjaku Monogatari (kisah masa lalu dan sekarang) pada sekitar
tahun 1100 menambah dimensi baru pada kesusastraan. Lebih dari 1000 koleksi kisah
Buddhis dari China, India dan Jepang ini menonjol akan penggambarannya yang penuh
tentang kehidupan bangsawan dan rakyat kebanyakan di Jepang pada waktu itu
(Kedutaan Besar Jepang, 1985:163).
Pada zaman Heian juga terdapat beberapa festival yang dilaksanakan seperti Aoi
Matsuri, Jidai Matsuri, Hina Matsuri dan lain sebagainya.Dalam festival ataupun acara
hiburan, salah satu pertunjukkan yang dipertunjukkan adalah tarian Shirabyoushi, tarian
ini muncul sejak awal zaman Heian.

2.3.3 Keadaan Masyarakat
Ada empat kelompok utama yang memegang kekuasaan selama era

Heian.Kaisar dan keluarga kerajaan, aristokrasi atau bangsawan, sekte Budha
terorganisir, dan prajurit provinsi atau Bushi.Peran bangsawan sangat penting dalam
pemerintahan.Karena sangat jarang seorang kaisar mampu memerintah tanpa dukungan
dari kalangan bangsawan.
Masyarakat Heian merupakan masyarakat Feodal agraris. Lahan pertanian yang
dikenal dangan namaShoen dibuka dan dimiliki oleh tuan tanah bangsawan. Mereka lalu
mempekerjakan para petani dan sekaligus menjadikannya sebagai bawahan atau

21

pengikut mereka.Bangsawan-bangsawan tersebut hidup dalam kemewahan dan
kekuasaan yang melimpah.
Ienaga Saburo (dalam Situmorang, 2009:87) mengatakan bahwa pada zaman
Heian (793-1185) di daerah pertanian muncul penguasa baru yang disebut bushi.Pada
awalnya muncul untuk membedakan arti dengan petani. Pada awalnya mereka hidup di
daerah petanian kemudian berubah menjadi masyarakat kota. Berbeda dengan
masyarakat kizoku (bangsawan) pekerjaan sehari-hari mereka adalah membidangi
seni.Tetapi bushi berprofesi sebagai ahli perang, dan mereka bekerja sebagai abdi pada
kizoku tersebut (Situmorang, 2009:87-88).


2.4 Sosiologi Sastra
Sosiologi adalah ilmiah yang objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi
mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial.Selanjutnya dikatakan bahwa
sosiologi

berusaha

menjawab

pertanyaan

mengenai

bagaimana

masyarakat

dimungkinkan, bagaimana cara kerjanya, dan mengapa masyarakat itu bertahan hidup.
Lewat penelitian yang ketat melalui lembaga-lembaga sosial, agama, ekonomi, politik,
dan keluarga, yang secara bersama-sama apa yang disebut sosiologi, dikatakan
memperoleh gambaran cara manusia menyesuaikan dirinya dengan dan ditentukan oleh
masyarakat-masyarakat tertentu, gambaran mengenai mekanisme sosialisasi, proses
belajar secara kultural, individu-individu dialokasikan pada dan menerima perananperanan tertentu dalam struktur sosial itu, Swingewood dalam Faruk (1994:11).

22

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra.Sosiologi sastra adalah cabang
penelitian yang bersifat reflektif.Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin
melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyrakat.Karenanya, asumsi dasar penelitian
sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial
akan menjadi picu lahirnya karya sastra (Endraswara, 2008:77).
Sosiologi sastra dengan menggabungkan dua disiplin yang berbeda,sosiologi dan
sastra, secara harafiah mesti ditopang oleh dua teori yang berbeda,yakni teori-teori
sosiologi dan teori-teori sastra. Dalam sosiologi sastra yang jelas mendominasi jelas
teori-teori yang berkaitan dengan sastra, sedangkan teori-teori yang berkaitan dengan
sosiologi berfungsi sebagai komplementer, Ratna (2005:18). Teori- teori sosiologi yang
dapat menopang analisis sosiologis adalah teori-teori yang dapat menjelaskan hakikat
fakta-fakta sosial, karya sastra sebagai sistem komunikasi, khususnya dalam kaitannya
dengan aspek ekstrinsik.Soemardjan dan Soemardi dalam Soekanto (2009: 18)
menyatakan bahwa Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari
struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur
sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidahkaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta
lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai segi
kehidupan bersama.
Adapun wilayah sosiologi sastra cukup luas, Wellek dan Warren dalam Damono
(1984:3) membuat klasifikasi masalah sosiologi sastra yaitu:

23

1. Sosiologi pengarang yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain
yang menyangkut pengarang sabagai penghasil sastra.
2. Sosiologi sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri, yang menjadi pokok
penelaan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya.
3. Sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra.
Karya sastra bukan semata-mata kualitas otonom atau dokumen sosial,melainkan
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
Kenyataan yang ada dalam sosiologi bukanlah kenyataan objektif, tetapi
kenyataan yang sudah ditafsirkan, kenyataan sebagi konstruksi sosial.Alat utama dalam
menafsirkan kenyataan adalah bahasa, sebab bahasa merupakan milik bersama, di
dalamnya terkandung persedian pengetahuan sosial.Lebih-lebih dalam sastra, kenyataan
bersifat interpretatif, sebagai kenyataan yang diciptakan.Pada giliran kenyataannya yang
tercipta dalam karya model, Lewat mana masyarakat pembaca dapat membayangkan
dirinya sendiri.Karekteristik tokoh misalnya, tidak diukur atas dasar persamaanya
dengan tokoh masyarakat yang dilukiskan.Sebaliknya, citra tokoh masyarakatlah yang
mesti meneladani tokoh novel, karya seni sebagai model yang diteladani. Proses
penafsiran bersifat bolakbalik,dwiarah, yaitu antara kenyataan dan rekaan, Teeuw
(1984:224-229).
Hal penting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin (mirror).Dalam kaitan
ini, sastra dianggapa sebgai mimesis (tiruan) masyarakat.Kendati dengan demikian,
sastra tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan.
Secara esensial sosiologi sastra adalah penelitian tentang:
24

a. Studi ilmiah manusia dan masyarakat secara objektif.
b. Studi lembaga-lembaga sosial lewat sastra dan sebaliknya.
c. Studi proses sosial, yaitu bagaimana masyarakat mungkin, dan bagaimana mereka
melangsungkan hidupnya

2.5 Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa
interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunyaorangperorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulanhidup dalam
suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akanterjadi apabila orangperorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama,saling berbicara, dan
seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama,mengadakan persaingan, pertikaian
(konflik) dan sebagainya. Maka dapatdikatakan bahwa interaksi sosial adalah proses
sosial, pengertian mana menunjukpada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
Interaksi
yangmenyangkut
kelompokmanusia,

sosial

merupakan

hubungan-hubungan

sosial

yang

dinamis

hubungan

antara

orang-perorangan,

antara

kelompok-

maupun

antara

orang-perorangan

dengan

kelompok

manusia.Apabiladua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka
saling menegur,berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan saling berkelahi.
Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.Menurut
Soekanto (2000:71) suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak
memenuhi dua syarat, yaitu :
25

a. Kontak langsung
b. Komunikasi
Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-sama)
dan tango (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harafiah adalah bersama-sama
menyentuh.Kontak merupakan aksi dari individu atau kelompok yang mempunyai
makna bagi para pelakunya dan kemudian ditangkap oleh individu atau kelompok lain.
Makna yang diterima direspon untuk memberikan reaksi. Kontak dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung melalui gerak dari filsafat organisme,
misalnya melalui pembicaraan, gerak, isyarat. Sedangkan tidak langsung adalah lewat
tulisanatau bentuk-bentuk komunikasi jarak jauh seperti telepon, chatting dan
sebagainya.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu:
1. Antara orang perorangan.
2. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atausebaliknya.
3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
Kontak sosial tersebut dapat bersifat positif atau negatif. Yang bersifatpositif
mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu
pertentangan atau pertikaian (konflik).
Arti terpenting dari komunikasi adalah bahwa seseorang memberikantafsiran
pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerakbadaniah atau sikap),
perasaan-perasan apa yang ingin disampaikan oleh orangtersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadapperasaan yang ingin disampaikan
26

oleh orang lain tersebut.Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaanperasaansuatu kelompok manusia atau orang perseorangan dapat diketahui oleh
kelompok-kelompoklain atau orang-orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan
bahanuntuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.
Komunikasimemungkinkan kerja sama antara orang perorangan atau antara
kelompok-kelompokmanusia dan memang komunikasi merupakan salah satu syarat
terjadikerja sama. Akan tetapi tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama
bahkansuatu pertikaian/konflik mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham
ataukarena masing- masing tidak mau mengalah. Bentuk-bentuk interaksi sosial
dapatberupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition) dan bahkan dapat
jugaberbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Konflik terjadi sesudah
timbulemosi, rasa benci dan rasa marah, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan
inginmenyerang, melukai, merusak atau memusnahkan pihak lain.

2.5.1 Konflik Sosial
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti salingmemukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antaradua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusahamenyingkirkan pihak lain
dengan

menghancurkannya

atau

membuatnya

tidakberdaya

( http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik).Pribadi maupun kelompok yang menyadari
adanya

perbedaan-perbedaanmisalnya

ciri-ciri

badaniah,

emosi,

unsur-unsur

kebudayaan, pola-pola perilakudan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat
27

mempertajam perbedaanyang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian
(conflict). Perasaanmemegang peranan penting dalam mempertajam perbedaanperbedaan tersebutsedemikian rupa, sehingga masing-masing berusaha untuk saling
menghancurkan.Perasaan

biasanya

berwujud

amarah

dan

rasa

saling

benci

yangmenyebabkan dorongan-dorongan untuk melukai atau menyerang pihak lain,
atauuntuk menekan dan menghancurkan individu atau kelompok yang menjadi
lawan.Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial di mana individu
ataukelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain
yang disertai ancaman atau kekerasan.
Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi.Hal
inidimaksudkan

apabila

mengetahuikemampuan

kita
dan

ingin
perilaku

mengetahui

konflik

komunikasi.Konflik

berarti
pun

kita
tidak

harus
hanya

diungkapkansecara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam bentuk
rautmuka,

gerak

badan,

yang

mengekspresikan

pertentangan.

Konflik

tidak

selaludiidentifikasikan sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak
yangberseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai ‘perang dingin’ antara dua
pihakkarena tidak diekspresikan langsung melalui kata–kata yang mengandung
amarah( http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik).
Soerjono Soekanto mengemukakan 4 faktor penyebab terjadinya konflik,yaitu :
- Perbedaan antar individu; merupakan perbedaan yang menyangkutperasaan, pendirian,
atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan,dan identitas seseorang. Sebagai
contoh anda ingin suasana belajar tenangtetapi teman anda ingin belajar sambil
28

bernyanyi, karena menurut temananda itu sangat mendukung.Kemudian timbul amarah
dalam diri anda.Sehingga terjadi konflik.
- Perbedaan kebudayaan; kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga danmasyarakat.
Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yangsama. Apa yang dianggap
baik oleh satu masyarakat belum tentu baik olehmasyarakat lainnya. Interaksi sosial
anta rindividu atau kelompok denganpola kebudayaan yang berlawanan dapat
menimbulkan rasa amarah danbenci sehingga berakibat konflik.
- Perbedaan kepentingan; setiap kelompok maupun individu memilikikepentingan yang
berbeda pula. Perbedaan kepentingan itu dapatmenimbulkan konflik diantara mereka.
- Perubahan sosial; perubahan yang terlalu cepat yang terjadi pada suatumasyarakat
dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yangberlaku, akibatnya
konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaianantara harapan individu dengan
masyarakat.Sebagai contoh kaum mudaingin merombak pola perilaku tradisi
masyarakatnya, sedangkan kaum tuaingin mempertahankan tradisi dari nenek
moyangnya. Maka akan timbullahkonflik diantara mereka.
Pertentangan atau konflik mempunyai beberapa bentuk khusus:
1. Pertentangan pribadi. Tidak jarang terjadi bahwa dua orang sejak mulaiberkenalan
sudah saling tidak menyukai.Apabila permulaaan yang buruktadi dikembangkan, maka
timbul rasa saling membenci.Masing-masingpihak berusaha memusnahkan pihak
lawanya. Makian-makian diucapkan,penghinaan dilontarkan dan seterusnya sampai
timbul kekerasan fisik.

29

2. Pertentangan rasial. Misalanya, pertentangan antara orang-orang Negrodengan orangorang kulit putih di Amerika Serikat
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial. Pada umumnya iadisebabkan olehperbedaan
kepentingan.
4. Pertentangan politik. Biasanya pertentangan ini menyangkut antaragolongangolongan dalam suatu masyarakat, maupun antara negara-negarayang berdaulat.
5. Pertentangan yang bersifat internasional.
Berdasarkan sifatnya konflik dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
- Konflik destruktif, merupakan konflik yang muncul karena adanyaperasaan tidak
senang, rasa benci dan dendam dari seseorang ataupunkelompok orang. Pada titik
tertentu konflik ini dapat merusak ataumenghancurkan sebuah hubungan.
- Konflik konstruktif, merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflikini muncul
karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompokdalam menghadapi suatu
permasalahan.
Pengertian

konflik

secara

sosiologis

tidak

jauh

berbeda

dengan

pengertiankonflik yang dijabarkan dalam ilmu sastra. Manusia adalah makluk
konfliktis(homo

conflictus),

yaitu

makluk

yang

selalu

terlibat

dalam

perbedaan,pertentangan, dan persaingan baik sukarela dan terpaksa. Dalam Kamus
UmumBahasa

Indonesia,

konflik

berarti

pertentangan

atau

percekcokan.

Pertentangansendiri bisa muncul ke dalam bentuk pertentangan ide maupun fisik antara
duabelah pihak yang berseberangan, Susan Novri (2009:4).

30

Konflik dalam sebuah karya fiksi sangatlah penting dalam pembentukanalur
cerita. Ada dua elemen yang membangun alur adalah konflik dan klimaks.Setiap konflik
utama selalu bersifat fundamental, membenturkan “sifat-sifat” dan“kekuatan-kekuatan”
tertentu seperti kejujuran dengan kemunafikan, kenaifandengan pengalaman atau
individualistis dan kemauan beradaptasi, Stanton(2007:13). Konflik menyaran pada
pengertian sesuatu yang bersifat tidakmenyenangkan yang terjadi dan atau dialami oleh
tokoh-tokoh cerita yang, jikatokoh-tokoh itu mempunyai kebebasan untuk memilih, ia
tidak akan memilihperistiwa itu menimpa dirinya, Meredith & Fitzgerald dalam
Nurgiyantoro(1995:122).

2.6 Biografi Pengarang`
Eiji Yoshikawa lahir dengan nama Hidetsugu Yoshikawa pada 11 Agustus 1892
di Perfektur Kanagawa, sekarang bagian dari Yokohama. Ia berasal dari keluarga
samurai miskin. Kesulitan keuangan dalam keluarganya menyebabkan Yoshikawa
terpaksa keluar dari sekolah dan mencari pekerjaan pada usia 11 tahun. Ia lalu bekerja
serabutan untuk bisa hidup, termasuk diantaranya bekerja di galangan kapal. Waktuwaktu luangnya yang sedikit ia habiskan dengan membaca dan mencoba menulis haiku
serta cerita. Haiku adalah puisi pendek khas Jepang yang sangat indah.
Ketika ia berumur 18 tahun, ia mengalami suatu kecelakaan ditempat ia bekerja
di dermaga Yokohama. Kemudian ia pindah ke Tokyo. Di sana ia mulai menulis senryu
atau haiku lucu dengan menggunakan nama pena “Kijiro”.

31

Tahun 1914, dengan cerita Hikayat Enoshima, ia menang juara pertama pada
lomba menulis yang disponsori oleh penerbit Kodansha.Ia bergabung dengan surat
kabar Maiyu tahun 1921 dan dalam tahun ini ia mulai menerbitkan cerita-cerita
bersambungnya, yang di mulai dengan Life of Shinran (Shinran). Yoshikawa menikah
dengan Yasu Akazawa pada tahun 1923, tahun terjadinya peristiwa gempa bumi besar
di Kanto.Dengan pengalamannya dalam peristiwa gempa bumi, menguatkan
keputusannya untuk menjadi novelis profesional.
Berbagai jenis novel ditulisnya: humor, thriller, dan roman. Tidak jarang ia
menulis sekaligus tiga novel. Novel-novel yang ditulisnya diterbitkan oleh Kodansha,
yang menjadikan Yoshikawa sebagai penulis nomor satunya.Ia menggunakan 19 nama
pena sebelum akhirnya memutuskan memakai nama Eiji Yoshikawa. Ia pertama kali
menggunakan nama penanya dalam cerita seri Sword Trouble, Woman Trouble (Kennan
Jonan). Kemudian ia menulis cerita seri Secret Record of Naruto (Naruto Hitcho) di
Mainichi Shimbun. Tetapi ia tidak pernah puas dengan tulisannya dalam hal selera
publik.
Sejak tahun 1930, terjadi perubahan gaya penulisan pada dirinya. Ia
mengekspresikan pandangan-pandangan pada masanya dengan setting masa lampau
atau sejarah. Pada tahun 1935, ia menulis cerita seri Musashi, yaitu mengenai pendekar
pedang kenamaan Miyamoto Musashi di Asahi Shimbun, dengan menulis cerita inilah ia
menekankan genre tulisannya pada jenis sejarah petualangan fiksi. Tidak kurang dari
1.009 nomor urutan serial itu.Ini berarti pemuatannya setiap hari selama tiga tahun lebih.

32

Selama perang dengan Cina tahun 1937, Asahi Shimbun mengirimnya ke
lapangan sebagai wartawan khusus dan ia menulis laporan-laporan perjalanannya. Pada
waktu itu ia diceraikan oleh istrinya, Yasu Akazawa, kemudian ia menikah lagi dengan
Fumiko Ikedo. Selama perang ia melanjutkan menulis novel dan banyak terinspirasi dari
kebudayaan Cina. Pada waktu ini ia mengerjakan novel Taiko dan novel adaptasi
(terjemahan) dari kisah popular Cina, Romance of The Three Kingdoms (Sangoku Shi).
Ketika peperangan berakhir, ia berhenti menulis dan beristirahat di Yoshino (sekarang
Oumeshi) di pinggiran Tokyo. Tapi, kemudian ia menulis lagi pada tahun 1947.
Karyanya yang juga terkenal adalah New Tale of Heike (Shin Heike Monogatari), yang
terdiri atas 24 jilid, yang ditulisnya antara tahun 1950-1957 dan Private Record of The
Pacific War (Shihon Taihei ki) tahun 1958.
Yoshikawa mendapatkan penghargaan atas karya-karyanya, antara lain: Tanda
Jasa Kebudayaan yang bergengsi (penghargaan yang tertinggi untuk pria) tahun 1960,
dan tidak lama setelah ia meninggal dunia, ia mendapatkan penghargaan Mainichi Art
Award pada tahun 1962. Ia meninggal dunia karena kanker. Yoshikawa merupakan
salah satu penulis novel sejarah terbaik yang paling terkenal di Jepang dan di dunia
secara umum.

33