Analisis Sosiologis Tokoh Utama \ Dalam Novel “Taira No Masakado” Karya Eiji Yoshikawa

(1)

Daftar Pustaka

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Badrun, Ahmad. 1983. Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra), Surabaya: Usaha Nasional.

Budianto, Melani. 1997. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia. Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra Edisi Revisi.

Yogyakarta: Media Pressindo.

Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Hanum, Miskah. 2010.Analisis Sosiologis Tokoh Dalam Novel Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn.Skripsi. Medan: USU.

Kedutaan Besar Jepang. 1985. Jepang Sebuah Pedoman Saku. Jakarta: Foreign Press Center Japan

Kurniawan, Heru. 2012. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu

Luxemburg, Jan Van.1992, Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Moleong, LexyJ. 1994. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya


(2)

Pradopo, Rachmat Djoko,2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ratna, Nyoman Kutha. 2001. Antropologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

_________________. 2003. Paradigma Sosiologis Sastra. Yogyakarta: Pusataka pelajar Sapardi, Djoko Damono. 1979. Pengantar Sosiologi Sastra. Jakarta : P3B

Situmorang, Hamzon. 2009. Ilmu Kejepangan 1 Edisi Revisi.Medan: USU Press Soekanto, Soerjono. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

_______________. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sumardjo, Jakob. 1999. Konteks Sosial Novel Indonesia. Bandung: Yayasan Adikarya IKAPI dengan The Ford Foundation.

Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suroto.1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Suryahadiprojo, Sayidiman. 1982. Manusia dan Masyarakat Jepang dalam Perjuangan Hidup. Jakarta: UI Press, Pustaka Bradjaguna

Susan, Novri. 2009. Sosiologi Konflik & Isu- Isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tarihoran, Juwita B. 2009. Analisis Sosiologis Tokoh dalam Novel Dengarlah

Nyanyian Angin Karya Haruki Murakami. Skripsi Sarjana. Medan:Departemen Sastra Jepang USU


(3)

Teeuw, A. 1984.Sastra dan Ilmu Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yoyakarta: Pustaka

Yasa, I Nyoman.2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: C.V Karya Putra Darwati

Yoshikawa, Eiji. 2012. Taira No Masakado. Jakarta: Kansha Books

Yutanto, Airin. 2013. (skripsi) Analisis Sosiologis dalam Novel Catatan Ichiyo Karya Rei Kimura. Medan: Usu Press


(4)

BAB III

ANALISIS SOSIOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA.

3.1Analisis Interaksi Sosial Taira No Masakado Ketika Menjadi Pelayan Di Lingkungan Kerja

Cuplikan 1 Siapa itu

Saya Kojiro. Kojiro,pengawal kereta. Saya tadi melihat para bandit di dekat gerbang belakang dan sempat berkelahi dengan mereka.Apakah Tuan tidak terluka?

Siapa saja.Cepat lepaskan tali ini. Tak usah ragu.Masuklah…. Cepat! Ayo,cepat! Kalau melihat bandit,kau pasti juga melihat sang Putri yang diculik.

Bagaimana keadaan sang Putri?

Maksud Tuan,ke mana Putri Aiko dibawa?

Apa? Tadahira terperanjat dan membelalak. Ba…bagaimana kau tahu namanya?

Pemimpin bandit memanggil beliau dengan nama itu. Oh,persetan itu! Jadi apa kau beradu pedang dengannya??

Ya,kebetulan saya bangun lebih pagi,kemudian membawa sapi keluar agar dapat merumput.Melihat beberapa orang yang mencurigakan,saya lantas langsung


(5)

kejar.Gerombolan itu sudah menyeberang sungai dengan membawa Putri Aiko,tapi pemimpin bandit yang masih di tepi sebelah sini,mengatakan begini. Apa yang dikatakannya?Apa?

‘Kalau Putri Aiko ingin dikembalikan,datanglah dengan membawa sekarung

serbuk emas dalam dua hari.Setelah dua hari,anggaplah aku sudah menggunakan badannya sesuka hatiku.Kalau aku bosan,dia akan kujual sebagai pelacur di Naniwae.Kau boleh membelinya kembali disana.’ Setelah berkata begitu,pemimpin bandit itu pun melarikan diri.(Halaman 128-129)

Analisis

Pada cuplikan diatas terdapat interaksi sosial antara Taira No Masakado dengan majikannya yaitu Menteri Sayap Kanan Fujiwara No Tadahira.Interaksi terjadi ketika Masakado menolong majikannya yang diikat ke tiang oleh bandit yang masuk ke rumah majikannya.Tadahira menanyakan kepada Masakado dimana Putri Aiko berada.

Dalam cuplikan diatas interaksi yang terjadi termasuk dalam bentuk kerjasama yaitu dimana Taira No Masakado berusaha menolong majikannya yang diikat ke tiang oleh bandit yang masuk ke rumah majikannya.

Cuplikan 2

Hei,Kojiro.Aku mendengar kau sering melalaikan tugas dan kabur sampai beberapa malam.Memalukan .


(6)

Dengan siapa kau mulai berlangganan di tempat seperti Eguchi itu?Darimana kau mendapatkan uang untuk bermain? Mencurigakan.Kalau tidak berterus terang,kau tidak bisa dimaafkan.Katakanlah dengan jujur.Jangan berbohong.

Saya akan mengatakan yang sejujurnya.Tapi dari siapa Tuan Menteri mendengar hal itu?

Jangan Tanya.Ceritakan saja.Jelaskan apa yang terjadi Sebenarnya…

Bulan lalu saya diajak ke Eguchi untuk pertama kalinya.Karena seorang sahabat saya akan pulang ke Negeri Iyo,maka kami berkumpul di sebuah pelacuran di tepi sungai disana untuk pesta perpisahan.

Apa?Sahabat?Memangnya kau punya sahabat?Siapa dia?

Ya.Fujiwara No Sumitomo,Inspektur Iyo,Tingkat Keenam.Selama di Kyoto saya berteman dengan Ki No Akishige,Ono No Ujihiko,dan lain-lain.

Apa?Dengan Sumitomo?

Lain kali jaga kelakuanmu.Jangan sampai menggusarkan Pengawal Biru lainnya. Analisis

Pada cuplikan diatas terdapat interaksi sosial antara Taira No Masakado dengan majikannya yaitu Menteri Sayap Kanan Fujiwara No Tadahira.Interaksi terjadi ketika majikan Taira No Masakado yaitu Fujiwara No Tadahira marah kepada Masakado karena dia sering melalaikan tugas.


(7)

Dalam cuplikan diatas interaksi yang terjadi termasuk dalam bentuk konflik yaitu dimana majikan Taira No Masakado yaitu Fujiwara No Tadahira marah kepada Masakado karena dia sering melalaikan tugas.

3.2Analisis Konflik Keluarga Antara Taira No Masakado Dengan Pamannya Cuplikan 1

Dari tadi Paman mengatakan bahwa semua ini berkat Paman dan karenanya kami berutang budi.Tapi saat itu kami masih kecil,jadi ayah kami,Yoshimochi,memercayai Paman sebagai saudaranya sendiri dengan menitipkan semuanya sebelum beliau me … meninggal …. Dan Paman sudah berjanji kepada Ayah bahwa segalanya akan beres,dan jika anak-anak sudah dewasa,baik ladang pemberian pemerintah maupun tanah yang digarap Ayah,akan dikembalikan kepada anak-anaknya.

Benar.Karena itulah kalian sekarang tinggal di Wisma Toyoda,bukan? Adik-adikmu juga bisa hidup tanpa kelaparan.Bukankah begitu?

Tetapi,masih ada yang belum dikembalikan.Tanah yang digarap Ayah,ladang-ladang pemberian pemerintah berkat usaha leluhur kami,serta surat kepemilikan yang dibuat pemerinah,surat pernyataan,tanda pernyataan dari gubernur,dan sebagainya.Pokoknya sebagian besar harta warisan Ayah belum dikembalikan kepada kami. (Halaman 231)


(8)

Dari cuplikan di atas terlihat adanya interaksi sosial yang terjadi antara Masakado dengan pamannya yangmengarah pada suatu bentuk pertikaian/konflik. Dimana Masakado meminta pamannya mengembalikan warisan yang menjadi hak Masakado dan adik-adiknya yang dititipkan ayahnya kepada pamannya sebelum meninggal.Seharusnya pamannya mengembalikannya kepada Masakado dan adik-adiknya tetapi sebaliknya,pamannya menguasai warisan yang dititipkan itu.

Dalam cuplikan diatas faktor penyebab terjadi konflik adalah adanya perbedaan kepentingan antara Taira No Masakado dengan pamannya.Disini nampak perbedaan kepentingan dalam memperebutkan harta yang terjadi antara Taira No Masakado dengan pamannya yaitu dimana paman Masakado ingin menguasai harta ayah Masakado sedangkan Masakado ingin harta yang menjadi hak dia dan adik-adiknya dikembalikan.

Cuplikan 2

Kalau kukatakan sekarang,percuma karena sudah terlambat.Tetapi aku pernah mengirimmu surat rahasia dan memberimu tugas sewaktu Masakado masih di Ibukota …. Aku menyuruhmu melenyapkan dia selama masih di Ibukota, karena jika dia pulang kampung dengan selamat, nanti bisa timbul berbagai masalah. Oh,itu.Aku ingat.Aku pun berusaha mencari kesempatan selama dia di Kyoto.Tapi jika aku gagal,lantas bagaimana? Kebetulan saja aku tidak sempat membunuhnya . Lagi pula, jika pun orang dungu tanpa kecerdasan itu pulang


(9)

kampung,Ayah dan para paman bisa mengatasinya dengan mudah, begitu pikirku. Mungkin itu juga salah satu alasan mengapa aku tidak bertekad melakukan perintah Ayah . (Halaman 306)

Analisis

Dari cuplikan diatas dapat dilihat adanya pembicaraan antara paman Taira No Masakado yaitu Daijo Kunika dan anaknya yaitu Joheita Sadamori yang berencana untuk menyingkirkan Taira No Masakado.Ketika Masakado berada di Kyoto paman Masakado yaitu Kunika menyuruh anaknya yaitu Joheita Sadamori untuk membunuh Masakado tapi gagal.Karena serakah pamannya berusaha menyingkirkan Masakado agar dapat menguasai warisan ayah Masakado.

Sesuai dengan pengertian konflik sosial yaitu konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antar manusia. Dimana telah terjadi perbenturan antara tokoh satu dengan tokoh lain. Konflik sosial yang terjadi antara Masakadodengan pamannya merupakan konflik sosial yang terjadi dalam lingkungan keluarganya.

Dalam cuplikan diatas konflik yang terjadi termasuk dalam bentuk pertentangan pribadi yaitu pertentangan antara Masakado dengan pamannya.Dan dalam cuplikan tersebut


(10)

konflik yang terjadi bersifat destruktif karena jadi merusak hubungan keluarga antara Taira No Masakado dengan pamannya.

Cuplikan 3

Daijo Kunika tak bisa berdiam diri. Dia meluncur ke Ogushi untuk mendukung Mamoru, namun malah diserang pasukan Masakado.Dia tidak mati di tempat , tetapi terluka parah . Walaupun berhasil melarikan diri sampai ke wismanya di Ishida , malam itu dia bunuh diri karena tak tahan penderitaan. (Halaman 333)

Analisis

Dari cuplikan diatas terlihat adanya perang keluarga yang terjadi antara Taira No Masakado dengan pamannya yang pertama yaitu Daijo Kunika.Tetapi pamannya kalah dan terluka parah,dan pamannya bunuh diri karena tak tahan menanggung penderitaan. Sesuai dengan pengertian konflik sosial yaitu konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antar manusia. Dimana telah terjadi perbenturan antara tokoh satu dengan tokoh lain. Konflik sosial yang terjadi antara Masakadodengan pamannya merupakan konflik sosial yang terjadi dalam lingkungan keluarganya.

Dalam cuplikan diatas konflik yang terjadi termasuk dalam bentuk pertentangan pribadi yaitu pertentangan antara Masakado dengan pamannya.Dan dalam cuplikan tersebut konflik yang terjadi bersifat destruktif karena jadi merusak hubungan keluarga antara Taira No Masakado dengan pamannya.


(11)

Cuplikan 4

Di mana Yoshikane?Apakah Yoshimasa tidak ada? Kojiro Masakado sudah tiba di sini,tapi kenapa kalian tidak datang memenggal leherku?

Hei,Masakado! Akhirnya kau datang! A–apa? Ada apa?

Masakado mendadak menarik tali kekang kuda.

Entah dari mana, mereka rupanya mengeluarkan patung pendiri klan Heishi dan patung mendiang ayah Masakado, lalu membawanya ke garis depan pasukan.

Takutlah, takutlah! Rasakan ketakutan itu! Terhadap patung Pangeran Takamochi. Di depan mendiang Tuan Yoshimochi. Beranikah kau memanahnya?

Beranikah kau menyerangnya? Takutlah Masakado!

Melihat patung-patung itu maju membelah ombak rumput,Masakado tahu-tahu memundurkan kudanya, mulai ragu, tak berani bergerak. (Halaman 390-392)

Analisis

Dari cuplikan diatas terlihat adanya perang keluarga antara Taira No Masakado dengan pamannya yang kedua yaitu Kazusa Yoshikane dimana Masakado mengalami kekalahan karena pasukan pamannya yaitu Yoshikane mengeluarkan patung pendiri


(12)

Yoshimochi sehingga dia tidak berani menyerang.Konflik yang terjadi antara Taira No Masakado dengan pamannya disebabkan oleh rasa serakah pamannya yang ingin menguasai seluruh warisan ayah Taira No Masakado.

Sesuai dengan pengertian konflik sosial yaitu konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antar manusia. Dimana telah terjadi perbenturan antara tokoh satu dengan tokoh lain. Konflik sosial yang terjadi antara Masakadodengan pamannya merupakan konflik sosial yang terjadi dalam lingkungan keluarganya.

Dalam cuplikan diatas konflik yang terjadi termasuk dalam bentuk pertentangan pribadi yaitu pertentangan antara Masakado dengan pamannya.Dan dalam cuplikan diatas konflik yang terjadi bersifat destruktif karena merusak hubungan kekeluargaan antara Taira No Masakado dengan pamannya.

Cuplikan 5

Ayo, maju! Tangkap Masakado hidup – hidup! Mereka balas menyerang.

Entah mengapa hari ini Masakado berlari-lari saja,tampaknya tidak begitu bergairah untuk menyerang.

Ada apa? Aneh.


(13)

Gara-gara mengkhawatirkan sang kakak,adik-adiknya tak bisa bertempur dengan kekuatan penuh.

Alasan sikap aneh Masakado itu kemudian ketahuan.Sejak musim panas lalu,Masakado menderita penyakit beri-beri yang berjangkit di daerah kaya akan air ini.

Analisis

Dari cuplikan diatas dilihat terjadi lagi perang antara Masakado dengan pamannya yaitu Yoshikane,dan Masakado mengalami kekalahan lagi,Masakado dan adik-adiknya terpaksa mundur karena dia sedang sakit sehingga dia tidak bersemangat untuk menyerang.Konflik yang terjadi antara Taira No Masakado dengan pamannya disebabkan oleh rasa serakah pamannya yang ingin menguasai seluruh warisan ayah Taira No Masakado.

Sesuai dengan pengertian konflik sosial yaitu konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antar manusia. Dimana telah terjadi perbenturan antara tokoh satu dengan tokoh lain. Konflik sosial yang terjadi antara Masakadodengan pamannya merupakan konflik sosial yang terjadi dalam lingkungan keluarganya.

Dalam cuplikan diatas konflik yang terjadi termasuk dalam bentuk pertentangan pribadi yaitu pertentangan antara Masakado dengan pamannya.Dan dalam cuplikan diatas konflik yang terjadi bersifat destruktif karena merusak hubungan kekeluargaan antara


(14)

Cuplikan 6

Sama sekali tidak ada kabar dari Sadamori.Ada apa dengannya?

Yoshikane sedang menanti-nanti bala bantuan dari negeri-negeri sekitarnya.Dia sangat menantikan efek dari pemerintah pusat yang sudah dikeluarkan berkat siasat Sadamori. Ketika Masakado balas menyerang,Yoshikane kabur ke Gunung Yubukuro dan dengan susah payah menyelamatkan diri.Saat dia kembali,baik Wisma Hatori maupun rumah-rumah penduduk dan gudang-gudang di daerah sekitar hangus dalam semalam.

Ditambah lagi,hampir bersamaan dengan kejadian itu Yoshimasa di Mimori yang sangat diandalkannya jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Kematian itu juga menjadi pukulan telak bagi Yoshikane. (Halaman 446)

Analisis

Dari cuplikan diatas terlihat paman Masakado yaitu Yoshikane mengharapkan bantuan dari Yoshimasa yang juga paman Masakado untuk melawan Masakado,tetapi Yoshimasa jatuh sakit dan tidak dapat membantu bahkan dia meninggal akibat sakit.Kematian Yoshimasa menimbulkan pukulan sangat berat bagi Yoshikane, dan semangatnya menjadi lemah.

Sesuai dengan pengertian konflik sosial yaitu konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antar manusia, Miskah (2010:31). Dimana telah terjadi perbenturan antara


(15)

tokoh satu dengan tokoh lain. Konflik sosial yang terjadi antara Masakadodengan pamannya merupakan konflik sosial yang terjadi dalam lingkungan keluarganya.

Dalam cuplikan diatas konflik yang terjadi termasuk dalam bentuk pertentangan pribadi yaitu pertentangan antara Masakado dengan pamannya.Dan dalam cuplikan diatas konflik yang terjadi bersifat destruktif karena merusak hubungan kekeluargaan antara Taira No Masakado dengan pamannya.


(16)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Novel Taira No Masakado adalah novel yang menceritakan tentang kehidupan dan konflik sosial yang dialami tokoh utamanya yaitu Taira No Masakado

menceritakan tentang konflik keluarga yang terjadi antara Taira No Masakado dengan pamannya

2. Konflik pada novel Taira No Masakado disebabkan karena adanya pertentangan sifat dan sikap antara tokoh utama Taira No Masakado dengan orang-orang di sekitarnya khususnya di lingkungan keluarga. Taira No Masakado mengalami konflik dengan pamannya. Bentuk konflik sosial yang terjadi antara tokoh Taira No Masakado adalah berupa rasa isi, dan serakah pamannya yang ingin menguasai seluruh warisan ayah Taira No Masakado.

3. Akibat konflik yang terjadi antara tokoh Taira No Masakado dan lingkungan sekitarnya,khususnya di lingkungan keluarga adalah terjadi perang saudara antara Taira No Masakado dengan pamannya.

4. Konflik yang terjadi antara Taira No Masakado dengan pamannya adalah pertentangan pribadi. Konflik yang terjadi memiliki sifat destrukti karena dapat merusak hubungan kekeluargaan antara Taira No Masakado dengan pamannya


(17)

4.2 Saran

Melalui skripsi ini penulis berharap agar apresiasi masyarakat terhadap karya sastra lebih baik lagi, khususnya novel, karena selain mendapat cerita yang bagus dan memberikan efek kesenangan, novel juga dapat memberikan amanat atau pesan moral yang ingin di sampaikan pengarang kepada pembaca yang dapat dijadikan pelajaran dan pengajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.

Setelah membaca dan memahami skripsi ini diharapkan agar pembaca lebih adil dan bijaksana dalam hal pembagian harta warisan.Agar tidak terjadi pertikaian antar keluarga karena masalah harta warisan.


(18)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, SETTING SOSIAL,SOSIOLOGI SASTRA, KONFLIK SOSIAL,DAN BIOGRAFI PENGARANG

2.1 Defenisi Novel

Istilah prosa fiksi atau cukup disebut karya fiksi, biasa juga diistilahkan dengan prosa cerita, prosa narasi, narasi, atau cerita berplot.Pengertian prosa fiksi tersebut adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin sebuah cerita. Karya fiksi lebih lanjut masih dapat dibedakan dalam berbagai macam bentuk, baik itu roman,novel, novellet, maupun cerpen, Aminudin (2000:66.)Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama.Bentuk karya fiksi yang terkenal saat ini adalah novel.Sebagai genre sastra termudah, novel ternyata telah banyak menarik perhatian dan minat banyak kalangan.Novel adalah karya fiksi yang mengandung nilai-nilai keindahan dan kehidupan.Nilai-nilai-nilai keindahan yang terdapat di dalamnya memberikan kenikmatan bagi pembacanya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya memberikan manfaat.

Di dalam novel diperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia secara utuh. Maksudnya yaitu, di dalam novel menggambarkan tokoh-tokoh, tentang peristiwa, dan tentang latarnya secara fisik,seolah-olah dapat dilihat, diraba, serta di dengar. Di samping itu novel juga menghadirkan pengetahuan-pengetahuan yang terdalam, yang tidak dapat dilihat,tidak dapat dipegang, tidak dapat di


(19)

dengar melainkan dirasakan oleh batin yang semua itu diperoleh secara tersirat dari gambaran tokohnya, dari peristiwanya,dari tempat yang dilukiskan atau waktu yang disebutkan.Sesuai dengan pernyataan Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:4), yaitu dalam perkembangannya karya fiksi sering dianggap bersinonim dengan novel.

Novel berasal dari bahasa Italia novella. Secara harafiah, novella berarti sebuah “barang baru yang kecil”, dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa”, Abrams dalam Nurgiyantoro, (1994:9). Dewasa ini novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah novelette dalam bahasa Inggris,yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun tidak terlalu pendek.Menurut Jacob Sumardjo (1999:11), novel adalah cerita, dan cerita digemari manusia sejak kecil. Dan tiap hari manusia senang pada cerita, entah faktual, untuk gurauan, atau sekedar ilustrasi dalam percakapan.Bahasa novel juga bahasa denotatif, tingkat kepadatan dan makna gandanya sedikit.Jadi novel mudah dibaca dan dicernakan. Juga novel kebanyakan mengandung suspense dalam alur ceritanya, yang gampang menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya.Menurut H.B. Jassin dalam Suroto ( 1989:19), mengatakan bahwa novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian secara luar biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh cerita), luar biasa karena dari

kejadian ini terlahir suatu konflik, suatu pertikaian yang mengalihkan jurusan nasib mereka. Wujud novel adalah konsentrasi, pemusatan, kehidupan dalam satu saat, dalam satu krisis yang menentukan. Dengan demikian, novel hanya menceritakan salah satu


(20)

segi kehidupan sang tokoh yang benar-benar istimewa yang mengakibatkan perubahan nasib.

2.2 Setting Novel Taira No Masakado

Setiap karya sastra disusun atas unsur-unsur yang mejadikannya sebuah kesatuan.Salah satu unsur yang sangat mempengaruhi keberadaan karya sastra adalah unsur instrinsik.Setting merupakan salah satu unsur intrinsik yang terdapat dalam karya sastra yang dalam hal ini adalah novel.

Setting atau latar yang disebut juga landasan tumpu, menyaran pada lingkungan tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:216)

Unsur-unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu: 1. Latar tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Dalam novel Taira No Masakado mengambil latar tempat di beberapa tempat di Jepang, seperti Toyoda, Kyoto, Hatori, Ishida dan lain sebagainya. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi di tempat-tempat seperti di istana,hutan-hutan, gunung, , kuil dan lain-lain.


(21)

2. Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.Masalah kapan tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu factual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Oleh sebab itu dalam kaitannya sebagai latar waktu maka dalam novel Taira No Masakado karya Eiji Yoshikawa mengambil setting pada zaman Heian sekitar tahun 794 - 1185.

3. Latar Sosial

Latar sosial menyaran kepada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi maupun nonfiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat dapat berupa kebiasaan hidup, adapt istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, dan lain-lain. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

2.3 Zaman Heian

Era Heian merupakan salah satu zaman sejarah klasik di Jepang, masa di mana kebudayaan Jepang memasuki zaman keemasannya.Zaman ini berlangsung dari tahun 794 sampai 1185.Ini adalah waktu yang dikenal bagi perdamaian dan keamanan belum pernah terjadi sebelumnya di Jepang serta munculnya kelas samurai dalam struktur masyarakat.


(22)

2.3.1 Keadaan Politik

Pada zaman Heian masih menngunakan sistem Ritsuryou (sistem kerajaan) yang sudah digunakan sejak zaman Nara.Dalam sistem Ritsuryou, Tenno (kaisar) adalah penguasa administrasi pemerintahan tertinggi (Situmorang, 2009:14).Saudara-saudara kaisar adalah menjadi bangsawan.Para bangsawan kerabat Tenno ini bertugas melaksanakan pekerjaan birokrasi di Istana maupun daerah.

Sistem pemilikan pada masa itu dikenal dengan sistem Kochikomin (wilayah umum dengan masyarakat umum).Tidak dikenal pemilikan tanah secara pribadi dan penguasaan atas diri orang secara pribadi.Para bangsawan kerabat Kaisar lah yang menguasai tanah secara pribadi.Karena para bangsawan tersebut banyak yang menguasai tanah secara pribadi, mereka membutuhkan tenaga kerja untuk menggarap tanah yang dikuasainya tersebut.Yang kemudian melahirkan kelompok-kelompok kecil di daerah yang semakin lama semakin kuat dan tidak membayar pajak kepada kaisar.

Karena Kanmu Tenno ingin memperbaharui politik Ritsuryou, maka ia memindahkan ibukota dari Nara ke Kyoto. Yang lebih dikenal dengan sebutan Heiankyo (kota yang damai). Istana Kaisar berada di Kyoto selama masa Feodal yang berlangsung kira-kira 1100 tahun (Toyota Toyoko dalam Situmorang, 2009:15).

Pada zaman Heian, jumlah Shoen (wilayah swasta) semakin banyak.Salah satu penguasa Shoen yang terbesar adalah keluarga Fujiwara.Fujiwara mengawinkan putrinya dengan anak Tenno, oleh karena itu generasi berikutnya adalah cucu Fujiwara.Kemudian keluarga Fujiwara memegang peranan dalam pemerintahan.Seperti Sekkanseiji (politik perwakilan Kaisar), Sekkan adalah singkatan dari Sessho dan


(23)

Kanpaku.Sessho adalah pelaksana kekuasaan pemerintahan ketika kaisar masih kecil, dan Kanpaku adalah pelaksana pemerintahan ketika Kaisar mengadakan Inkyou (bertapa di kuil), disebut dengan politik Insei (Situmorang, 2009:15).

Dalam perkembangannya, kelompok militer Taira dan Genji di undang ke Kyoto untuk mengamankan perang yang terjadi dalam keributan keluarga Fujiwara.Tetapi kemudian keluarga Genji dan Taira saling berperang seperti perang Hogennoran (1156) dan Heijiniran (1159).Perang tersebut dimenangkan oleh keluarga Taira yang dipimpin oleh Taira no Kiyomori.Mulai saat inilah bushi menjadi sangat berpengaruh dalam pemerintahan pusat.Ketika itu sistem Ritsuryou hancur, berubah menjadi sistem Ujizoku (kekerabatan).

Ketika klan Taira menang dan berkuasa di Ibukota Kyoto, tak ada yang lebih kuat daripadanya. Ia masuk istana dan merebut kekuasaan. Tetapi disini ada sesuatu yang khas Jepang.Klan Taira ternyata tidak merebut kedudukan Tenno yang dianggap turunan dewa matahari Amaterasu Omikami.Seperti apa yang dilakukan klan Fujiwara, Kiyomoripun mengangkat dirinya sebagai perdana menteri dan menempatkan anggota-anggota keluarganya pada kedudukan penting (Suryohadiprojo, 1985:14).

Sebenarnya, dengan perebutan kekuasaan oleh kaum Taira sudah dimulailah suatu masa baru.Tetapi dari sudut perkembangan masyarakat Jepang yang juga penting untuk dilihat adalah bahwa sejak saat itu kekuasaan sekuler di Jepang sebenarnya tidak lagi berada di tangan Tenno, melainkan di tangan kaum samurai.Tenno Heika adalah pimpinan Jepang yang tidak boleh disentuh, karena merupakan lambang keagungan dan


(24)

kesucian Jepang yang berasal dan bersumber pada dunia dewa-dewa, dan karena senantiasa merupakan pemuka tertinggi Shinto.

Tetapi ia tidak mempunyai kekuasaan nyata dalam mengendalikan pemerintahan dan Negara (Suryohadiprojo, 1985:15).

Melihat klan Taira yang berkuasa melebihi kekuasaan Kaisar, klan Genji tidak tinggal diam begitu saja. Genji terbagi atas dua kekuasaan, yaitu Genji yang dipimpin oleh Minamoto no Yoritomo dan Genji yang dipimpin oleh Minamoto no Yoshinaka dari Kiso, yang tidak lain merupakan sepupu dari Yoritomo sendiri. Saat klan Taira meninggalkan ibukota Kyoto, Genji dari pihak Yoshinaka memasuki wilayah ibukota dan menggantikan kekuasaan Taira. Tetapi keadaan ini tidak bertahan lama.Sementara itu di Kamakura, Genji dari pihak Yoritomo semakin memperkuat prajuritnya bersama adiknya Minamoto no Yoshitsune.Minamoto no Yoritomo berhasil mengalahkan sisa-sisa keluarga Taira pada tahun 1185 pada perang Dannoura.Kekuasaan pun berpindah ke klan Minamoto. Klan Minamoto memperkuat prajuritnya di Jepang bagian timur yaitu di Kamakura (Situmorang, 2009:16).

2.3.2 Keadaan Budaya

Disaat klan Fujiwara menguasai pemerintahan, anggota keluarga mereka semua tinggal di istana dan dengan cara memperkuat posisi melalui pernikahan anggota keluarga kaisar. Jasa terbesar klan Fujiwara adalah berkembangnya budaya dan kesenian Jepang, yang mulai menggali potensi negeri sendiri, tidak hanya mengimpor


(25)

mentah-mentah budaya negara lain. Seni sastra, pakaian, melukis, puisi dan permainan olahraga seperti Igo dan Shogi berkembang di era ini.

Penghuni istana amat memiliki cita rasa seni yang tinggi.Pakaian pun dibuat indah dengan aturan warna untuk masing-masing level di istana bahkan warna yang berbeda untuk setiap musim.Kaum wanitanya pun berbusana Kimono yang sudah menggunakan teknik pencelupan warna dan sulaman yang indah.

Dalam masa Heian, timbul semangat “ke-Jepangan” yang lebih kuat dan hubungan dengan Cina pun mulai dikurangi. Bahasa Jepang yang banyak menggunakan huruf Cina atau Kanji, mulai dikembangkan dengan huruf Jepang “kana” yang disempurnakan, berupa Katakana dan Hiragana (Suryohadiprojo, 1985:13).

Walaupun pada masa itu sistem tulisan Hiragana Katakana telah diciptakan, tetapi huruf Kanji Cina tetap dipakai oleh kaum pria dari kalangan atas yang membuktikan bahwa ia terpelajar. Dengan adanya perkembangan bahasa, dunia sastra juga berkembang.Dalam hal kesusastraan, Murasaki Shikibu, bangsawan wanita yang kala itu menulis Genji Monogatari, sebuah karya sastra yang amat diakui hingga masa kini.Selain itu, ada juga Lady Sei Shonagon dengan bukunya Makura no Soshi dan banyak buku harian para bangsawan wanita, seperti Kagero Nikki, yang isinya bisa dikategorikan sebagai karya sastra.Mengapa sastra lebih banyak ditulis oleh wanita?Karena zaman itu, posisi wanita dianggap cukup penting. Seorang perempuan bila pandai menulis puisi atau cerita, bermain musik, maka ia bisa masuk ke kalangan atas dengan menjadi selir atau istri. Kaum bangsawan pria sering meminta selirnya


(26)

permintaannya itu, ia akan dihormati. Dengan pengaruh ini, nuansa kebudayaan Jepang berkembang dengan penuh cita rasa dan keindahaan.

Munculnya Konjaku Monogatari (kisah masa lalu dan sekarang) pada sekitar tahun 1100 menambah dimensi baru pada kesusastraan. Lebih dari 1000 koleksi kisah Buddhis dari China, India dan Jepang ini menonjol akan penggambarannya yang penuh tentang kehidupan bangsawan dan rakyat kebanyakan di Jepang pada waktu itu (Kedutaan Besar Jepang, 1985:163).

Pada zaman Heian juga terdapat beberapa festival yang dilaksanakan seperti Aoi Matsuri, Jidai Matsuri, Hina Matsuri dan lain sebagainya.Dalam festival ataupun acara hiburan, salah satu pertunjukkan yang dipertunjukkan adalah tarian Shirabyoushi, tarian ini muncul sejak awal zaman Heian.

2.3.3 Keadaan Masyarakat

Ada empat kelompok utama yang memegang kekuasaan selama era Heian.Kaisar dan keluarga kerajaan, aristokrasi atau bangsawan, sekte Budha terorganisir, dan prajurit provinsi atau Bushi.Peran bangsawan sangat penting dalam pemerintahan.Karena sangat jarang seorang kaisar mampu memerintah tanpa dukungan dari kalangan bangsawan.

Masyarakat Heian merupakan masyarakat Feodal agraris. Lahan pertanian yang dikenal dangan namaShoen dibuka dan dimiliki oleh tuan tanah bangsawan. Mereka lalu mempekerjakan para petani dan sekaligus menjadikannya sebagai bawahan atau


(27)

pengikut mereka.Bangsawan-bangsawan tersebut hidup dalam kemewahan dan kekuasaan yang melimpah.

Ienaga Saburo (dalam Situmorang, 2009:87) mengatakan bahwa pada zaman Heian (793-1185) di daerah pertanian muncul penguasa baru yang disebut bushi.Pada awalnya muncul untuk membedakan arti dengan petani. Pada awalnya mereka hidup di daerah petanian kemudian berubah menjadi masyarakat kota. Berbeda dengan masyarakat kizoku (bangsawan) pekerjaan sehari-hari mereka adalah membidangi seni.Tetapi bushi berprofesi sebagai ahli perang, dan mereka bekerja sebagai abdi pada kizoku tersebut (Situmorang, 2009:87-88).

2.4 Sosiologi Sastra

Sosiologi adalah ilmiah yang objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial.Selanjutnya dikatakan bahwa sosiologi berusaha menjawab pertanyaan mengenai bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana cara kerjanya, dan mengapa masyarakat itu bertahan hidup. Lewat penelitian yang ketat melalui lembaga-lembaga sosial, agama, ekonomi, politik, dan keluarga, yang secara bersama-sama apa yang disebut sosiologi, dikatakan memperoleh gambaran cara manusia menyesuaikan dirinya dengan dan ditentukan oleh masyarakat-masyarakat tertentu, gambaran mengenai mekanisme sosialisasi, proses belajar secara kultural, individu-individu dialokasikan pada dan menerima peranan-peranan tertentu dalam struktur sosial itu, Swingewood dalam Faruk (1994:11).


(28)

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra.Sosiologi sastra adalah cabang penelitian yang bersifat reflektif.Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyrakat.Karenanya, asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi picu lahirnya karya sastra (Endraswara, 2008:77).

Sosiologi sastra dengan menggabungkan dua disiplin yang berbeda,sosiologi dan sastra, secara harafiah mesti ditopang oleh dua teori yang berbeda,yakni teori-teori sosiologi dan teori-teori sastra. Dalam sosiologi sastra yang jelas mendominasi jelas teori-teori yang berkaitan dengan sastra, sedangkan teori-teori yang berkaitan dengan sosiologi berfungsi sebagai komplementer, Ratna (2005:18). Teori- teori sosiologi yang dapat menopang analisis sosiologis adalah teori-teori yang dapat menjelaskan hakikat fakta-fakta sosial, karya sastra sebagai sistem komunikasi, khususnya dalam kaitannya dengan aspek ekstrinsik.Soemardjan dan Soemardi dalam Soekanto (2009: 18) menyatakan bahwa Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama.

Adapun wilayah sosiologi sastra cukup luas, Wellek dan Warren dalam Damono (1984:3) membuat klasifikasi masalah sosiologi sastra yaitu:


(29)

1. Sosiologi pengarang yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain yang menyangkut pengarang sabagai penghasil sastra.

2. Sosiologi sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri, yang menjadi pokok penelaan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. 3. Sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra.

Karya sastra bukan semata-mata kualitas otonom atau dokumen sosial,melainkan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.

Kenyataan yang ada dalam sosiologi bukanlah kenyataan objektif, tetapi kenyataan yang sudah ditafsirkan, kenyataan sebagi konstruksi sosial.Alat utama dalam menafsirkan kenyataan adalah bahasa, sebab bahasa merupakan milik bersama, di dalamnya terkandung persedian pengetahuan sosial.Lebih-lebih dalam sastra, kenyataan bersifat interpretatif, sebagai kenyataan yang diciptakan.Pada giliran kenyataannya yang tercipta dalam karya model, Lewat mana masyarakat pembaca dapat membayangkan dirinya sendiri.Karekteristik tokoh misalnya, tidak diukur atas dasar persamaanya dengan tokoh masyarakat yang dilukiskan.Sebaliknya, citra tokoh masyarakatlah yang mesti meneladani tokoh novel, karya seni sebagai model yang diteladani. Proses penafsiran bersifat bolakbalik,dwiarah, yaitu antara kenyataan dan rekaan, Teeuw (1984:224-229).

Hal penting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin (mirror).Dalam kaitan ini, sastra dianggapa sebgai mimesis (tiruan) masyarakat.Kendati dengan demikian, sastra tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan.


(30)

a. Studi ilmiah manusia dan masyarakat secara objektif. b. Studi lembaga-lembaga sosial lewat sastra dan sebaliknya.

c. Studi proses sosial, yaitu bagaimana masyarakat mungkin, dan bagaimana mereka melangsungkan hidupnya

2.5 Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunyaorang-perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulanhidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akanterjadi apabila orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama,saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama,mengadakan persaingan, pertikaian (konflik) dan sebagainya. Maka dapatdikatakan bahwa interaksi sosial adalah proses sosial, pengertian mana menunjukpada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yangmenyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompokmanusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia.Apabiladua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur,berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan saling berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.Menurut Soekanto (2000:71) suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu :


(31)

a. Kontak langsung b. Komunikasi

Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harafiah adalah bersama-sama menyentuh.Kontak merupakan aksi dari individu atau kelompok yang mempunyai makna bagi para pelakunya dan kemudian ditangkap oleh individu atau kelompok lain. Makna yang diterima direspon untuk memberikan reaksi. Kontak dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung melalui gerak dari filsafat organisme, misalnya melalui pembicaraan, gerak, isyarat. Sedangkan tidak langsung adalah lewat tulisanatau bentuk-bentuk komunikasi jarak jauh seperti telepon, chatting dan sebagainya.

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu: 1. Antara orang perorangan.

2. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atausebaliknya. 3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

Kontak sosial tersebut dapat bersifat positif atau negatif. Yang bersifatpositif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau pertikaian (konflik).

Arti terpenting dari komunikasi adalah bahwa seseorang memberikantafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerakbadaniah atau sikap), perasaan-perasan apa yang ingin disampaikan oleh orangtersebut. Orang yang


(32)

oleh orang lain tersebut.Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-perasaansuatu kelompok manusia atau orang perseorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompoklain atau orang-orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahanuntuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.

Komunikasimemungkinkan kerja sama antara orang perorangan atau antara kelompok-kelompokmanusia dan memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadikerja sama. Akan tetapi tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama bahkansuatu pertikaian/konflik mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham ataukarena masing- masing tidak mau mengalah. Bentuk-bentuk interaksi sosial dapatberupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition) dan bahkan dapat jugaberbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Konflik terjadi sesudah timbulemosi, rasa benci dan rasa marah, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan inginmenyerang, melukai, merusak atau memusnahkan pihak lain.

2.5.1 Konflik Sosial

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti salingmemukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antaradua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusahamenyingkirkan pihak lain

dengan menghancurkannya atau membuatnya tidakberdaya ( http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik).Pribadi maupun kelompok yang menyadari adanya perbedaan-perbedaanmisalnya ciri-ciri badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilakudan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat


(33)

mempertajam perbedaanyang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian (conflict). Perasaanmemegang peranan penting dalam mempertajam perbedaan-perbedaan tersebutsedemikian rupa, sehingga masing-masing berusaha untuk saling menghancurkan.Perasaan biasanya berwujud amarah dan rasa saling benci yangmenyebabkan dorongan-dorongan untuk melukai atau menyerang pihak lain, atauuntuk menekan dan menghancurkan individu atau kelompok yang menjadi lawan.Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial di mana individu ataukelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain yang disertai ancaman atau kekerasan.

Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi.Hal inidimaksudkan apabila kita ingin mengetahui konflik berarti kita harus mengetahuikemampuan dan perilaku komunikasi.Konflik pun tidak hanya diungkapkansecara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam bentuk rautmuka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan. Konflik tidak selaludiidentifikasikan sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak yangberseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai ‘perang dingin’ antara dua pihakkarena tidak diekspresikan langsung melalui kata–kata yang mengandung amarah( http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik).

Soerjono Soekanto mengemukakan 4 faktor penyebab terjadinya konflik,yaitu :

- Perbedaan antar individu; merupakan perbedaan yang menyangkutperasaan, pendirian, atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan,dan identitas seseorang. Sebagai


(34)

bernyanyi, karena menurut temananda itu sangat mendukung.Kemudian timbul amarah dalam diri anda.Sehingga terjadi konflik.

- Perbedaan kebudayaan; kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga danmasyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yangsama. Apa yang dianggap baik oleh satu masyarakat belum tentu baik olehmasyarakat lainnya. Interaksi sosial anta rindividu atau kelompok denganpola kebudayaan yang berlawanan dapat menimbulkan rasa amarah danbenci sehingga berakibat konflik.

- Perbedaan kepentingan; setiap kelompok maupun individu memilikikepentingan yang berbeda pula. Perbedaan kepentingan itu dapatmenimbulkan konflik diantara mereka. - Perubahan sosial; perubahan yang terlalu cepat yang terjadi pada suatumasyarakat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yangberlaku, akibatnya konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaianantara harapan individu dengan masyarakat.Sebagai contoh kaum mudaingin merombak pola perilaku tradisi masyarakatnya, sedangkan kaum tuaingin mempertahankan tradisi dari nenek moyangnya. Maka akan timbullahkonflik diantara mereka.

Pertentangan atau konflik mempunyai beberapa bentuk khusus:

1. Pertentangan pribadi. Tidak jarang terjadi bahwa dua orang sejak mulaiberkenalan sudah saling tidak menyukai.Apabila permulaaan yang buruktadi dikembangkan, maka timbul rasa saling membenci.Masing-masingpihak berusaha memusnahkan pihak lawanya. Makian-makian diucapkan,penghinaan dilontarkan dan seterusnya sampai timbul kekerasan fisik.


(35)

2. Pertentangan rasial. Misalanya, pertentangan antara orang Negrodengan orang-orang kulit putih di Amerika Serikat

3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial. Pada umumnya iadisebabkan olehperbedaan kepentingan.

4. Pertentangan politik. Biasanya pertentangan ini menyangkut antaragolongan-golongan dalam suatu masyarakat, maupun antara negara-negarayang berdaulat.

5. Pertentangan yang bersifat internasional.

Berdasarkan sifatnya konflik dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

- Konflik destruktif, merupakan konflik yang muncul karena adanyaperasaan tidak senang, rasa benci dan dendam dari seseorang ataupunkelompok orang. Pada titik tertentu konflik ini dapat merusak ataumenghancurkan sebuah hubungan.

- Konflik konstruktif, merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflikini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompokdalam menghadapi suatu permasalahan.

Pengertian konflik secara sosiologis tidak jauh berbeda dengan pengertiankonflik yang dijabarkan dalam ilmu sastra. Manusia adalah makluk konfliktis(homo conflictus), yaitu makluk yang selalu terlibat dalam perbedaan,pertentangan, dan persaingan baik sukarela dan terpaksa. Dalam Kamus UmumBahasa Indonesia, konflik berarti pertentangan atau percekcokan. Pertentangansendiri bisa muncul ke dalam bentuk pertentangan ide maupun fisik antara duabelah pihak yang berseberangan, Susan Novri (2009:4).


(36)

Konflik dalam sebuah karya fiksi sangatlah penting dalam pembentukanalur cerita. Ada dua elemen yang membangun alur adalah konflik dan klimaks.Setiap konflik utama selalu bersifat fundamental, membenturkan “sifat-sifat” dan“kekuatan-kekuatan” tertentu seperti kejujuran dengan kemunafikan, kenaifandengan pengalaman atau individualistis dan kemauan beradaptasi, Stanton(2007:13). Konflik menyaran pada pengertian sesuatu yang bersifat tidakmenyenangkan yang terjadi dan atau dialami oleh tokoh-tokoh cerita yang, jikatokoh-tokoh itu mempunyai kebebasan untuk memilih, ia tidak akan memilihperistiwa itu menimpa dirinya, Meredith & Fitzgerald dalam Nurgiyantoro(1995:122).

2.6 Biografi Pengarang`

Eiji Yoshikawa lahir dengan nama Hidetsugu Yoshikawa pada 11 Agustus 1892 di Perfektur Kanagawa, sekarang bagian dari Yokohama. Ia berasal dari keluarga samurai miskin. Kesulitan keuangan dalam keluarganya menyebabkan Yoshikawa terpaksa keluar dari sekolah dan mencari pekerjaan pada usia 11 tahun. Ia lalu bekerja serabutan untuk bisa hidup, termasuk diantaranya bekerja di galangan kapal. Waktu-waktu luangnya yang sedikit ia habiskan dengan membaca dan mencoba menulis haiku serta cerita. Haiku adalah puisi pendek khas Jepang yang sangat indah.

Ketika ia berumur 18 tahun, ia mengalami suatu kecelakaan ditempat ia bekerja di dermaga Yokohama. Kemudian ia pindah ke Tokyo. Di sana ia mulai menulis senryu atau haiku lucu dengan menggunakan nama pena “Kijiro”.


(37)

Tahun 1914, dengan cerita Hikayat Enoshima, ia menang juara pertama pada lomba menulis yang disponsori oleh penerbit Kodansha.Ia bergabung dengan surat kabar Maiyu tahun 1921 dan dalam tahun ini ia mulai menerbitkan cerita-cerita bersambungnya, yang di mulai dengan Life of Shinran (Shinran). Yoshikawa menikah dengan Yasu Akazawa pada tahun 1923, tahun terjadinya peristiwa gempa bumi besar di Kanto.Dengan pengalamannya dalam peristiwa gempa bumi, menguatkan keputusannya untuk menjadi novelis profesional.

Berbagai jenis novel ditulisnya: humor, thriller, dan roman. Tidak jarang ia menulis sekaligus tiga novel. Novel-novel yang ditulisnya diterbitkan oleh Kodansha, yang menjadikan Yoshikawa sebagai penulis nomor satunya.Ia menggunakan 19 nama pena sebelum akhirnya memutuskan memakai nama Eiji Yoshikawa. Ia pertama kali menggunakan nama penanya dalam cerita seri Sword Trouble, Woman Trouble (Kennan Jonan). Kemudian ia menulis cerita seri Secret Record of Naruto (Naruto Hitcho) di Mainichi Shimbun. Tetapi ia tidak pernah puas dengan tulisannya dalam hal selera publik.

Sejak tahun 1930, terjadi perubahan gaya penulisan pada dirinya. Ia mengekspresikan pandangan-pandangan pada masanya dengan setting masa lampau atau sejarah. Pada tahun 1935, ia menulis cerita seri Musashi, yaitu mengenai pendekar pedang kenamaan Miyamoto Musashi di Asahi Shimbun, dengan menulis cerita inilah ia menekankan genre tulisannya pada jenis sejarah petualangan fiksi. Tidak kurang dari 1.009 nomor urutan serial itu.Ini berarti pemuatannya setiap hari selama tiga tahun lebih.


(38)

Selama perang dengan Cina tahun 1937, Asahi Shimbun mengirimnya ke lapangan sebagai wartawan khusus dan ia menulis laporan-laporan perjalanannya. Pada waktu itu ia diceraikan oleh istrinya, Yasu Akazawa, kemudian ia menikah lagi dengan Fumiko Ikedo. Selama perang ia melanjutkan menulis novel dan banyak terinspirasi dari kebudayaan Cina. Pada waktu ini ia mengerjakan novel Taiko dan novel adaptasi (terjemahan) dari kisah popular Cina, Romance of The Three Kingdoms (Sangoku Shi). Ketika peperangan berakhir, ia berhenti menulis dan beristirahat di Yoshino (sekarang Oumeshi) di pinggiran Tokyo. Tapi, kemudian ia menulis lagi pada tahun 1947. Karyanya yang juga terkenal adalah New Tale of Heike (Shin Heike Monogatari), yang terdiri atas 24 jilid, yang ditulisnya antara tahun 1950-1957 dan Private Record of The Pacific War (Shihon Taihei ki) tahun 1958.

Yoshikawa mendapatkan penghargaan atas karya-karyanya, antara lain: Tanda Jasa Kebudayaan yang bergengsi (penghargaan yang tertinggi untuk pria) tahun 1960, dan tidak lama setelah ia meninggal dunia, ia mendapatkan penghargaan Mainichi Art Award pada tahun 1962. Ia meninggal dunia karena kanker. Yoshikawa merupakan salah satu penulis novel sejarah terbaik yang paling terkenal di Jepang dan di dunia secara umum.


(39)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99). Menurut Wellek dalam Budianto (1997: 109), bahwa sastra adalah lembaga sosial yang memakai medium bahasa dalam menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial.Menurut Luxemburg (1992: 23-24), sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial, sastra yang ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu.Sastra pun dipergunakan sebagai sumber untuk menganalisa sistem masyarakat.Sastra juga mencerminkan kenyataan dalam masyarakat dan merupakan sarana untuk memahaminya.

Istilah sastra hendaknya dibatasi pada seni sastra yang bersifat imajinatif, artinya segenap kejadian dan peristiwa yang dikemukakan dalam sastra bukanlah pengalaman jiwa atas yang sesungguhnya tetapi merupakan sesuatu yang dibayangkan saja (Wellek dalam Badrun 1983:16).

Menurut Piaget dalam Ratna (2001:13) karya sastra dianggap sebagai entitas dengan struktur yang otonom, mandiri, bahkan dianggap memiliki kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri (self-regulation) di samping kesatuan intrinsik dan prosedur transformasi.Karya sastra dipahami dalam kaitannya dengan latar belakang sosial yang


(40)

menghasilkannya. Dalam hubungan inilah, berkembang model analisis inter disiplin, yaitu: psikologi sastra, sosiologi sastra.

Karena sastra memiliki hubungan yang khas dengan sistem sosial dan budaya sebagai basis kehidupan penulisnya, maka sastra selalu hidup dan dihidupi oleh masyarakat dan masyarakat sebagai objek kajian sosiologi menegaskan adanya hubungan antara sastra sebagai disiplin ilmu dengan sosiologi sebagai disiplin ilmu lainnya (Kurniawan, 2012:3)

Pada dasarnya karya sastra memiliki karya yang bersifat fiksi dan non fiksi.Karya sastra yang bersifat fiksi seperti novel, cerpen, komik, dan essai.Sedangkan yang bersifat non fiksi berupa puisi, lagu, dan drama. Novel merupakan salah satu karya sastra yang dapat dijadikan media untuk mengabadikan sesuatu yang menarik atau luar biasa atau untuk merekam zaman dan juga digunakan sebagai media untuk menggambarkan situasi yang terjadi saat itu dan melihat kehidupan sosiologi masyarakat yang ada dalam novel ( Yutanto, 2013:7).

Pengertian novel menurut Wellek dan Warren dalam Hanum (2010:1-2) adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel itu di tulis yang bersifat realistis dan mengacu pada realitas yang lebih tinggi dan psikologi yang lebih mendalam.

Berdasarkan konsep pengertian novel diatas maka contohnya pada penelitian ini, penulis akan membahas sebuah novel yang berjudul“Taira No Masakado” karya Eiji Yoshikawa yang memiliki setting pada zaman Heian yang menceritakan tentang tokoh


(41)

utama yang bernama Taira No Masakado. Novel ini menceritakan tentang konflik keluarga yang terjadi antara Taira No Masakado dengan ketiga pamannya yaitu Daijo Kunika,Kazusa Yoshikane,dan Rokuro Yoshimasa dan konflik yang terjadi antara Taira dengan pamannya adalah perampasan warisan ayah Taira yang dilakukan oleh pamannya. Konflik ini berawal dari iri pamannya terhadap ayahnya, karena ayahnya banyak mendapat penghasilan dari tanah warisan pemerintah yang dimiliki.Setelah ayahnya meninggal ketiga pamannya berusaha menyingkirkannya dengan mengirimnya ke ibukota untuk menjadi seorang pelayan di rumah seorang Menteri.

Setelah 13 tahun di Ibukota,Taira kembali ke daerahnya dan mendapat kabar dari adiknya bahwa warisan ayahnya dirampas oleh pamannya.Taira marah dan akhirnya membalas dendam kepada pamannya dengan cara merebut kembali warisan yang dirampas oleh pamannya.Tetapi konflik terus berlanjut menjadi perang saudara antara Taira dengan pamannya.Perang tersebut terus berlanjut sampai akhirnya pamannya meninggal.

Di dalam novel Taira No Masakado dapat dilihat konflik yang dialami oleh tokoh utama Taira No Masakado dengan Tokoh lain dan bagaimana hubungan Taira No Masakado di masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk menganalisa secara sosiologis cerita dalam novel ini. Untuk itu penulis membahasnya dalam skripsi yang berjudul “AnalisisSosiologis Tokoh Utama dalam Novel Taira No Masakado Karya Eiji Yoshikawa.”


(42)

1.2 Perumusan Masalah

Novel “Taira No Masakado” menceritakan tentang konflik keluarga yang terjadi antara Taira No Masakado dengan ketiga pamannya yaitu Daijo Kunika,Kazusa Yoshikane,dan Rokuro Yoshimasa dan konflik yang terjadi antara Taira dengan pamannya adalah masalah perampasan warisan ayah Taira yang dilakukan oleh pamannya.Konflik ini berawal dari iri pamannya terhadap ayahnya karena banyak mendapat penghasilan dari tanah warisan pemerintah. Setelah ayahnya meninggal ketiga pamannya berusaha menyingkirkannya dengan mengirimnya ke ibukota untuk menjadi seorang pelayan di rumah seorang Menteri.

Setelah 13 tahun di Ibukota,Taira kembali ke daerahnya dan mendapat kabar dari adiknya kalau warisan ayahnya dirampas oleh pamannya.Taira marah dan akhirnya membalas dendam kepada pamannya dengan cara merebut kembali warisan yang dirampas oleh pamannya.Tetapi konflik terus berlanjut menjadi perang saudara antara Taira dengan pamannya.Perang tersebut terus berlanjut sampai akhirnya pamannya meninggal.

Di dalam novel Taira No Masakado dapat dilihat konflik yang dialami oleh tokoh utama Taira No Masakado dengan tokoh lain dan bagaimana perebutan warisan yang dilakukan oleh paman Taira No Masakado.


(43)

1. Bagaimana interaksi sosial Taira No Masakado ketika menjadi pelayan di lingkungan kerja?

2. Bagaimana konflik keluarga antara Taira No Masakado dengan pamannya?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari luasnya permasalahan-permasalahan yang terdapat pada novel yang berjudul “Taira No Masakado”,terbit tahun 2012,edisi Bahasa Indonesia,dengan jumlah halaman sebanyak 635 halaman maka penulis melakukan pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulisan dapat terarah dan terfokus.

Pembahasan yang menjadi fokus masalah dalam penelitian novel “Taira No Masakado” karya Eiji Yoshikawa.Penulis memfokuskan pada konflik sosial tokoh utama Taira No Masakado. Supaya pembahasan lebih jelas dan memiliki keakuratan data yang mendukung, maka penulis dalam bab II menjelaskan juga novel Taira No Masakado, setting Novel Taira No Masakado, sosiologi sastra,konflik sosial,dan biografi pengarang.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka


(44)

tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Dengan demikian karya sastra lahir ditengah-tengahmasyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang yang merupakan refleksi kehidupanmanusia terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya.

Menurut Selo Soemarjan dan Soemardi dalam Soekanto, (2000:21)Sosiologi adalah ilmu yang memepelajari struktur sosial dan proses-proses sosial,termasuk perubahan-perubahan sosial.Interaksi sosial menurut Soekanto (2003:61) merupakan hubungan-hubungansosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkinada kehidupan bersama. Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama(cooperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentukpertentangan atau pertikaian (conflict).Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti salingmemukul.

Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidakberdaya ( http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik). Sedangkan menurut Gillin danGillin konflik adalah bagian dari sebuah proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan fisik, emosi, kebudayaan dan perilaku (http://sosiologi-sosiologixavega.blogspot.com/2010/10/konflik-dan-integrasisosial.html).


(45)

Soerjono Soekanto mengemukakan 4 faktor penyebab terjadinya konflikyaitu : - Perbedaan antar individu; merupakan perbedaan yang menyangkutperasaan, pendirian, atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggan,dan identitas seseorang. Sebagai contoh anda ingin suasana belajar tenangtetapi teman anda ingin belajar sambil bernyanyi, karena menurut teman

anda itu sangat mendukung. Kemudian timbul amarah dalam diri anda.Sehingga terjadi konflik.

- Perbedaan kebudayaan; kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga danmasyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yangsama. Apa yang dianggap baik oleh satu masyarakat belum tentu baik olehmasyarakat lainnya.

- Perbedaan kepentingan; setiap kelompok maupun individu memilikikepentingan yang berbeda pula. Perbedaan kepentingan itu dapatmenimbulkan konflik diantara mereka. - Perubahan sosial; perubahan yang terlalu cepat yang terjadi pada suatumasyarakat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yangberlaku, akibatnya konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaianantara harapan individu dengan masyarakat.

Menurut Wolf dalam Endraswara, (2008:77), sosiologi sastra merupakandisiplin yang tanpa bentuk, tidak terdefenisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan berbagai percobaan pada teori yang lebih general, yangmasing-masingnya hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanyaberurusan dengan hubungan sastra dan masyarakatnya.


(46)

Menurut Swingewood dalam Tarihoran, (2009:8), sosiologi sastra dapatmeneliti sekurang-kurangnya melalui tiga perspektif, yaitu:

a. Perspektif Teks Sastra

Artinya peneliti menganalisis sebagai sebuah refleksi kehidupanmasyarakat dan sebaliknya.Teks biasanya dipotong-potongdiklasifikasikan, dan dijelaskan makna sosiologisnya.

b. Perspektif Biografis

Yaitu peneliti menganalisis pengarang. Persfektif ini akan berhubungandengan life story seorang pengarang dan latar belakang sosialnya.

c. Perspektif Reseptif

Yaitu peneliti menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra.

2.Kerangka Teori

Menurut Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyantoro (1995:3), fiksi dapatdiartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajiner, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubunganantarmanusia.Pengarang mengemukakan hal itu berdasarkan pengalaman danpengamatannya terhadap kehidupan.Namun, hal itu dilakukan secara selektif dandibentuk sesuai dengan tujuannya sekaligus memasukan hiburan dan peneranganterhadap pengalaman kehidupan manusia.Fiksi menceritakan berbagai masalahkehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan seksama.


(47)

Dalam menganalisis suatu karya sastra diperlukan suatu pendekatan yangmenjadi acuan bagi penulis dalaam menganalisis karya sastra tersebut.Olehkarena itu, penulis menggunakan pendekatan sosiologis dan pendekatan semiotikadi dalam menganalisis karya sastra ini.Pendekatan semiotika adalah pendekatanyang memandang karya sastra sebagai sistem tanda.Hal ini sesuai denganpengertian semiotik sebagai ilmu tanda, yang memandang fenomena sosial danbudaya sebagai sistem tanda, Preminger dalam Wiyatmi, (2009:92). Denganmenggunakan pendekatan semiotika dalam menganalisis penulis dapatmengetahui konflik sosial yang dialami tokoh “Taira No Masakado” melalui interaksi-interaksitokoh utama dengan tokoh-tokoh lain dalam lingkungan masyarakatnya,khususnya lingkungan pekerjaan dalam novel ini melalui dialog atau komunikasiantar tokoh, dan adanya kontak sosial.

Konflik dalam sebuah karya fiksi sangatlah penting dalam pembentukanalur cerita. Ada dua elemen yang membangun alur adalah konflik dan klimaks.Setiap konflik utama selalu bersifat fundamental, membenturkan “sifat-sifat” dan“kekuatan-kekuatan” tertentu seperti kejujuran dengan kemunafikan, kenaifandengan pengalaman atau individualistis dan kemauan beradaptasi, Stanton(2007:13).Untuk melihat gambaran kehidupan sosial seseorang individu secarakhusus dan masyarakat pada umumnya di dalam sebuah karya sastra adalahdengan menggunakan disiplin ilmu yaitu sosiologi sastra. Sosiologi sastra adalahcabang penelitian sastra yang bersifat reflektif.Melihat sastra sebagai cerminankehidupan masyarakat. Dengan menggunakan teori sosiologis


(48)

terhadaptokoh lain dalam novel ini. Menurut Soemarjan dan Soemardi dalam Soekanto,(2000:21) sosiologi adalah ilmu yang memepelajari struktur sosial dan proses-prosessosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Menurut Gillin dan Gillin, konflik adalah bagian dari sebuah proses sosialyang terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan fisik, emosi, kebudayaan danperilaku. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto konflik adalah suatu prosessosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalanmenentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan dalam(http://sosiologi sosiologixavega.blogspot.com/2010/10/konflik-dan-integrasisosial.html).Menurut Susan Novri (2009:4), manusia adalah makluk konfliktis (homoconflictus), yaitu makluk yang selalu terlibat dalam perbedaan, pertentangan, danpersaingan baik sukarela dan terpaksa.Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesiakonflik berarti pertentangan atau percekcokan.Pertentangan sendiri bisa munculke dalam bentuk pertentangan ide maupun fisik antara dua belah pihak yangberseberangan.

Unsur-unsur penunjang terciptanya sebuah karya sastra, khususnya prosaantara lain tema, penokohan, alur, plot, setting, dan sebagainya. Tokoh danpenokohan merupakan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif.Menurut Sayuti dalam Wiyatmi, (2009:30) tokoh adalah para pelaku yang terdapatdalam sebuah fiksi yang merupakan ciptaan pengarang, meskipun dapat jugamerupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata, oleh karena itu dalam sebuah fiksi tokoh hendaknya dihadirkan secara alamiah, dalam arti tokoh-tokohitu memiliki ”kehidupan” atau “berciri hidup”, atau memiliki derajatlifelikeness (kesepertihidupan). Tokoh cerita menempati sebagai


(49)

posisi yangstrategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral atau sesuatu yangsengaja ingin disampaikan kepada pembaca.

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan interaksi sosial Taira No Masakado ketika menjadi pelayan di lingkungan kerja

2. Untuk mendeskripsikan konflik sosial yang dihadapi tokoh utama Taira No Masakado melalui interaksi sosial tokoh utama Taira No Masakado dengan tokoh-tokoh lain dalam novel Taira No Masakado

2.Manfaat Penelitian

1. Untuk peneliti sendiri diharapkan dapat menambah wawasan mengenai sosiologis dalam karya sastra.

2. Bagi pembaca dan pelajar-pelajar bahasa Jepang pada khususnya dan masyarakat pada umumnya diharapkan semoga penelitian ini bisa sebagai bahan referensi dan menambah informasi tentang bagaimana interaksi dan intensitas dalam sosial masyarakat.

3. Untuk pembaca penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian-penelitian lain yang telah ada sebelumnya.


(50)

Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan metode penelitian deskriptif (Endraswara , 2008: 86). Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.Metode deskriptif juga termasuk sebagai metode dalam penelitian kualitatif.

Menurut Moleong (1994: 6), metode penelitian kualitatif adalah merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Penelitian kualitatif ini bukanlah penelitian kuantitatifikasi yang berdasarkan angka-angka, tapi menggunakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris.

Untuk mendukung data yang konkret dalam penulisan skripsi ini penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan (library research) untuk mengumpulkan data-data pendukung. Yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dari berbagai macam literatur buku yang berhubungan dengan masalah penelitian dan menghimpun data yang bersumber dari internet seperti google dan blog-blog yang membahas mengenai permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini. Kemudian semua data tersebut dianalisa untuk memecahkan masalah yang diteliti sehingga mendapat kesimpulan dan saran.


(51)

ABSTRAK

Sastra adalah karya seni yang berisi tentang penggunaan kata yang indah, gaya bahasa dan gaya cerita yang menarik.

Istilah sastra dibatasi dengan seni sastra yang bersifat imajinatif, artinya segenap kejadian dan peristiwa yang dikemukakan dalam sastra bukan penghalang atas yang sebenarnya, tetapi merupakan sesuatu yang dibayangkan saja.

Sastra memiliki hubungan yang khas dengan system sosial dan budaya sebagai dengan kehidupan penulisnya.

Sastra selalu hidup didalam masyarakat dan masyarakat sebagai makluk sosial menjelaskan adanya hubungan antara sastra dan sosiologi.

Novel ini menceritakan tentang pertengkaran antara Taira no Masakado dengan ketiga pamannya.

Ketiga pamannya yaitu Daijo Kunika, Kazusa Yoshikame dan Rokuro Yoshimasa, konflik itu adalah tentang harta warisan.

Konflik ini berawal dari iri pamannya terhadap ayahnya, karena ayahnya mendapat banyak harta warisan pemerintah.

Setelah ayahnya meninggal ketiga pamannya mengirimnya ke ibukota untuk menjadi seorang pelayan dirumah seorang menteri.


(52)

Disana taira mendapat kabar dari adiknya bahwa warisan ayahnya dirampas oleh pamannya.

Taira sangat marah dan kemudian merebut kembali warisan yang dirampas oleh pamannya.

Tetapi konflik terus berlanjut menjadi perang saudara sampai akhirnya pamannya meninggal.

Dalam menganalisis penulis menggunakan teori interaksi sosial dan teori konflik sosial. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dengan cara menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan masalah penelitian. Selain buku, data juga dikumpulkan dari internet.

Kesimpulan dari novel “Taira No Masakado” karya Eiji Yoshikawa adalah konflik yang disebabkan adanya perbedaan sifat dan sikap antara tokoh utama dengan orang-orang disekitarnya.

Khususnya di lingkungan keluarga.

Taira no masakado mengalami konflik dengan pamannya.

Konflik itu berupa rasa iri pamannya yang ingin menguasai seluruh warisan ayah Taira no masakado.


(53)

Konflik yang terjadi antara taira no masakado dengan pamannya adalah pertentangan pribadi.

Konflik yang terjadi memiliki sifat destruktif. Karena dapat merusak hubungan kekeluargaan antara Taira no masakado dengan pamannya.

文学

ぶんがく

はおもしろ面白 い 物 語ものがたり、言語 のスタイルげ ん ご , 美

うつく

しい言葉 を 使こ と ば つかいかた方 を 入はいられる

げいじゅつさくひん

芸 術 作 品 、である。

文学

ぶんがく

はそうぞうりょく想 像 力 の性格せいかくを持っている文学も ぶんがくでげんかい限界される、それは文学ぶんがくの起こることお

は本当ほんとうのことを邪魔にならなくて、ただの想像じ ゃ ま そうぞうすることである。

文学作家

ぶ ん が く さ っ か

のせいかつ生活の基礎き そとして文化と社会システムは特 集ぶ ん か とくしゅうのかんけい関係が違ちがう。

文学

ぶんがく

はいつもしゃかい社会に生い きていて、しゃかい社会は社会的しゃかいてきな生き物い もの としてぶんがく文学と社会学しゃかいがく

のかんけい関係を説明せつめい

この

する。

論文

ろんぶん

のないよう内容は芳川英よしかわえい じ冶の作つくったたいらのまさかど平 将 門 の小 説しょうせつをぶんせき

この

分析する。

小 説

しょうせつ

はへいあん平安時代じ だ いでしゅじんこのたいらのまさかど平 将 門 のことを話はな

この

している。

小 説

しょうせつ


(54)

平 将 門

たいらのまさかど

のお じ

この

叔父さんたちはダイジョクニカ、カズサヨシタケ、とロクロヨシマサ である。

喧嘩け ん かは遺産の喧嘩い さ ん け ん かである。この喧嘩の始け ん か はじまりはたいら平 の父ちちがだいみょう大 名 から遺産い さ ん

たくさん

もら

って、ひら平の叔父お じさんたちはうらや羨 ましくて、あの遺産が欲しい。

たいら

のちち父が死しんだあと、叔父さんたちは 平お じ たいらをだいみょう大 名 の家いえで手伝いさんになるになて つ だ

る為に首都し ゅ とへおく

13

送られる。

年間

ねんかん

あとに首都でいて、 平し ゅ と たいらはふるさと古里に戻もど

そこには

る。

たいら

はちち父の遺産い さ んが叔父さんたちに取お じ とられたしょうそく消 息 を 平たいらのおとうと弟 から聞きいた。

たいら

はとてもおこ怒って、そして叔父お じさんたちに取られた遺産と い さ んを取り戻と もど

しかし、その

す。

喧嘩け ん かはきょうだいせんそう兄 弟 戦 争 になって続つづいて、たいら平 の叔父お じさんたちを死ぬまででし ある。

分析

ぶんせき


(55)

この 研 究けんきゅうに作家は文 献 研 究さ っ か ぶんけんけんきゅうでデータを集た あつめる。それはけんきゅう研 究 の問題もんだいとかんけい関係があ

る本ほんをつか使う方法ほうほうでデータを集で あつめる。本の以外にデータはインターネットからも集い が い あつ

める。

芳川英冶

よ し か わ え い じ

のつく作った 平 将 門たいらのまさかどと言う 小 説い しょうせつのけつろん結論はしゅじんこの 平 将 門たいらのまさかどとまわ周りの

ひと

のせいかく性格と態度た い どがちが違うから闘争とうそうである。

特別

とくべつ

は家族の中か ぞ く なかである。

平 将 門

たいらのまさかど

は叔父さんと闘争お じ とうそう

あの

がある。

闘争

とうそう

はたいらのまさかど平 将 門 の父ちちの遺産を全部支配い さ ん ぜ ん ぶ し は いしたいたいら平 の叔父お じさんのうらや

その

羨 ましいのこ とである。

結果け っ かはたいらのまさかど平 将 門 と叔父お じさんのきょうだいせんそう兄 弟 戦 争 になっている。

平 将 門

たいらのまさかど

と叔父さんの闘争お じ とうそうは個人の対抗こ じ ん たいこうである。

おこ

ったとうそう闘争は破壊的は か い て きにひんせい品性を持もっている。

平 将 門

たいらのまさかど


(56)

ANALISIS SOSIOLOGIS TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL“TAIRA NO MASAKADO” KARYA EIJI YOSHIKAWA EIJI YOSHIKAWA NO SAKUHIN NO “TAIRA NO MASAKADO” NO SHOUSETSU NI

OKERU SHUJINKOU NO SHAKAIGAKUTEKI NA BUNSEKI SKRIPSI

Skripsi Ini Ditujukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu

Sastra Jepang Oleh :

PUTRI IVANA PASARIBU 110708059

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(57)

ANALISIS SOSIOLOGIS TOKOH UTAMA \

DALAM NOVEL “TAIRA NO MASAKADO” KARYA EIJI YOSHIKAWA EIJI YOSHIKAWA NO SAKUHIN NO “TAIRA NO MASAKADO” NO SHOUSETSU NI

OKERU SHUJINKOU NO SHAKAIGAKUTEKI NA BUNSEKI SKRIPSI

Skripsi Ini Ditujukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu

Sastra Jepang Oleh

PUTRI IVANA PASARIBU 11070805

Pembimbing I Pembimbing II

NIP :19670807 2004 01 1 001 NIP: 19691011 2002 12 1 001 Zulnaidi. S.S. M,HumMhd. Pujiono.M,Hum,Ph.D.

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(58)

Disetujui Oleh Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan

Departemen Sastra Jepang Ketua,

NIP: 19600916 198803 1 001 Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum


(59)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Sosiologis Tokoh Utama Dalam Novel Taira No Masakado Karya Eiji Yoshikawa”ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya, Departemen Sastra Jepang, Universitas Sumatera Utara.

Dalam pengerjaan skripsi ini, ada banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Syahron Lubis, MAselaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Zulnaidi,S.S,M.Hum selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dan membantu menyempurnakan skripsi ini.

4. Mhd.Pujiono,M.Hum,Ph.D. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan waktu untuk membimbing penulis ditengah-tengah kesibukannya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Kepada seluruh Dosen di Departemen Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu kepada penulis.


(60)

6. Kepada yang terkasih dan teristimewa orang tua penulis, dr.Hotasi Pasaribu dan Dra.Marnala L.Tobing,M.Pd Terimakasih untuk doa, kasih sayang, didikan, teladan dan semua hal yang telah diberikan kepada penulis. Kepada kedua kakak dan abang penulis, Josephine Bintang Paget Pasaribu,SP,Samuel Bonar Christian Pasaribu,ST,Johanna Pasaribu,SE .Terima kasih untuk semua kasih sayang dan semangat yang diberikan kepada penulis.

7. Kepada teman-teman penulis di Sastra Jepang Aotake 2011: Agung Klaudian Putra,Yenny Vitasari,Yuki Herawati,Juliana Christina ,Ronika Olivia, Dwinta Anindya,Mediciata Farahdina,Ofita,dan yang tidak dapat saya sebutkan. Terima kasih untuk waktu yang telah kita lewati bersama, untuk dukungan dan perhatian yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini agar bermanfaat untuk pengembangan Ilmu Sastra ke depannya.

Akhir kata, penulis berharap kiranya Skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri, pembaca, dan pengembangan Ilmu dalam bidang Sastra Jepang.

Medan, 2016 Penulis


(61)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 7

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.6 Metode Penelitian... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL ,SETTING SOSIAL, SOSIOLOGI SASTRA,BIOGRAFI PENGARANG 2.1 Defenisi Novel ... 13

2.2 Setting Novel ... 15

2.3 Zaman Heian ... 16

2.3.1Keadaan Politik... 17

2.3.2 Keadaan Budaya... ... 19


(62)

2.4. Sosiologi Sastra ... 22

2.5. Interaksi Sosial ... ... 25

2.5.1 Konflik Sosial... 27

2.6 Biografi Pengarang ... 31

BAB III ANALISIS KONDISI SOSIOLOGIS TOKOH TAIRA NO MASAKADO DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA 3.1. Analisis Interaksi Sosial Taira No Masakado Ketika Menjadi Pelayan Di Lingkungan Kerja... 34

3.2. Analisis Konflik Keluarga Taira No Masakado dengan Pamannya ... 38

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ... 47

4.2. Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA


(1)

ANALISIS SOSIOLOGIS TOKOH UTAMA \

DALAM NOVEL “TAIRA NO MASAKADO” KARYA EIJI YOSHIKAWA EIJI YOSHIKAWA NO SAKUHIN NO “TAIRA NO MASAKADO” NO SHOUSETSU NI

OKERU SHUJINKOU NO SHAKAIGAKUTEKI NA BUNSEKI SKRIPSI

Skripsi Ini Ditujukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu

Sastra Jepang Oleh

PUTRI IVANA PASARIBU 11070805

Pembimbing I Pembimbing II

NIP :19670807 2004 01 1 001 NIP: 19691011 2002 12 1 001 Zulnaidi. S.S. M,HumMhd. Pujiono.M,Hum,Ph.D.

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(2)

Disetujui Oleh Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan

Departemen Sastra Jepang Ketua,

NIP: 19600916 198803 1 001 Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum


(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Sosiologis Tokoh Utama Dalam Novel Taira No Masakado Karya Eiji Yoshikawa”ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya, Departemen Sastra Jepang, Universitas Sumatera Utara.

Dalam pengerjaan skripsi ini, ada banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Syahron Lubis, MAselaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Zulnaidi,S.S,M.Hum selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dan membantu menyempurnakan skripsi ini.

4. Mhd.Pujiono,M.Hum,Ph.D. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan waktu untuk membimbing penulis ditengah-tengah kesibukannya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Kepada seluruh Dosen di Departemen Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu kepada penulis.


(4)

ii

6. Kepada yang terkasih dan teristimewa orang tua penulis, dr.Hotasi Pasaribu dan Dra.Marnala L.Tobing,M.Pd Terimakasih untuk doa, kasih sayang, didikan, teladan dan semua hal yang telah diberikan kepada penulis. Kepada kedua kakak dan abang penulis, Josephine Bintang Paget Pasaribu,SP,Samuel Bonar Christian Pasaribu,ST,Johanna Pasaribu,SE .Terima kasih untuk semua kasih sayang dan semangat yang diberikan kepada penulis.

7. Kepada teman-teman penulis di Sastra Jepang Aotake 2011: Agung Klaudian Putra,Yenny Vitasari,Yuki Herawati,Juliana Christina ,Ronika Olivia, Dwinta Anindya,Mediciata Farahdina,Ofita,dan yang tidak dapat saya sebutkan. Terima kasih untuk waktu yang telah kita lewati bersama, untuk dukungan dan perhatian yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini agar bermanfaat untuk pengembangan Ilmu Sastra ke depannya.

Akhir kata, penulis berharap kiranya Skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri, pembaca, dan pengembangan Ilmu dalam bidang Sastra Jepang.

Medan, 2016 Penulis


(5)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 7

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.6 Metode Penelitian... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL ,SETTING SOSIAL, SOSIOLOGI SASTRA,BIOGRAFI PENGARANG 2.1 Defenisi Novel ... 13

2.2 Setting Novel ... 15

2.3 Zaman Heian ... 16

2.3.1Keadaan Politik... 17

2.3.2 Keadaan Budaya... ... 19


(6)

iv

2.4. Sosiologi Sastra ... 22

2.5. Interaksi Sosial ... ... 25

2.5.1 Konflik Sosial... 27

2.6 Biografi Pengarang ... 31

BAB III ANALISIS KONDISI SOSIOLOGIS TOKOH TAIRA NO MASAKADO DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA 3.1. Analisis Interaksi Sosial Taira No Masakado Ketika Menjadi Pelayan Di Lingkungan Kerja... 34

3.2. Analisis Konflik Keluarga Taira No Masakado dengan Pamannya ... 38

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ... 47

4.2. Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA