Karakterisasi Simplisia dan Analisis Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium pada Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) secara Spektrofotometri Serapan Atom

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Abnormal Return
2.1.1.1 Return Saham
Return saham dapat diartikan sebagai keuntungan yang diperoleh investor
dari hasil investasi saham yang dimilikinya. Menurut Tandelilin (2010:47) return
saham juga merupakan imbalan atas keberanian investor dalam menanggung
risiko atas investasi yang dilakukannya. Jogiyanto (2013:609) membagi return
menjadi return sesungguhnya (actual return) dan return ekspektasi (expected
return).
Actual return adalah keuntungan yang dapat diterima atas suatu investasi
saham pada periode tertentu, secara matematis diformulasikan sebagai berikut
(Jogiyanto, 2013:609):

��.� =
Keterangan :

��.� − ��.�−1
��.�−1


Ri.t

= return realisasian/actual return saham i pada waktu t

Pi.t

= harga saham harian sekuritas i pada waktu t

Pi.t-1

= harga saham harian sekuritas i pada waktu t-1 (hari sebelumnya)

11

Return pasar adalah indeks pasar dalam periode tertentu, dalam penelitian
ini indeks pasar yang digunakan adalah IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan).
Cara menghitung return pasar (Jogiyanto, 2013:610) :

Keterangan :


��� = �

����� − �����−1

�����−1

Rmt

= return pasar pada waktu t

IHSGt

= indeks harga saham gabungan pada waktu t

IHSGt-1

= indeks harga saham gabungan pada waktu t-1

Dalam penelitian ini, expectedreturn dihitung menggunakan metode

market model karena dianggap lebih akurat dibandingkan metode lainnya karena
perhitungan expected return dihitung dengan regresi pada periode normal yaitu
periode di mana tidak adanya abnormal return terhadap aksi korporasi yang
dilakukan perusahaan. Rumus ekspektasi return yaitu (Jogiyanto, 2013:610) :

Keterangan :

�(��� ) = �� + �� ��� + ���

E(Rit)

= return saham yang diharapkan

αi

= intercept untuk sekuritas i

βi

= koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas i


Rmt

= return pasar pada waktu t

εit

= kesalahan residu sekuritas i pada waktu t

12

2.1.1.2 Pengertian Abnormal Return
Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari
suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka pasar
diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Reaksi pasar tersebut dapat ditunjukkan dari adanya perubahan harga suatu
sekuritas. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencerminkan apakah
informasi yang ada mempengaruhi pasar ataukah tidak yaitu menggunakan
abnormal return. (Jogiyanto, 2013:586)
Abnormal return pada umumnya sering digunakan untuk mengukur reaksi

pasar dan efisiensi pasar. Syahyunan (2015:245) berpendapat Abnormal return
adalah suatu istilah yang menunjukkan suatu keuntungan atau return yang tidak
normal/lazim. Menurut Bodie et al. (2008:627), Abnormal Return atau return
tidak normal adalah imbal hasil suatu saham yang melebihi perkiraan pasar.
Menurut Jogiyanto (2013:609) menyatakan bahwa Abnormal return
merupakan kelebihan atau kekurangan dari return yang sesungguhnya terjadi
terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi, yaitu return
yang diharapkan investor. Dengan demikian abnormal return adalah selisih antara
return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi.

2.1.1.3 Pengukuran Abnormal Return
Abnormal Return saham i pada hari ke-t dapat diukur dengan (Jogiyanto,
2013:610) :
AR it = R it − E(R it )
13

Keterangan :
ARit

= abnormal return saham i pada waktu t


Rit

= return realisasi saham i pada waktu t

E(Rit)

= return saham yang diharapkan saham i pada waktu t
Menurut

teori

Brown

dan

Warner

(1985)


dalam

buku

(Jogiyanto,2013:610) menjelaskan bahwa untuk mengestimasi return yang
diharapkan (expected return) dapat digunakan tiga model, yaitu :
1. Model Disesuaikan Rata-rata(Mean Adjusted Model)
Model Disesuaikan Rata-rata(Mean Adjusted Model) ini mengasumsikan
bahwa expectedreturn memiliki nilai konstan yang sama dengan rata-rata
return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. expectedreturn pada pada
periode tertentu didapatkan dengan lamanya periode estimasi.
2. Model Pasar (Market Model)
Model Pasar (Market Model) dihitung dengan melalui dua tahapan yaitu
membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama
periode return estimasi. Mengestimasi return ekspektasi pada periode jendela
dengan menggunakan model ekspektasi ini. Model ekspektasi deibentuk
dengan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square).
3. Model Disesuaikan pasar (Market Adjusted Model)
Model Disesuaikan pasar (Market Adjusted Model)menganggap bahwa
penduga paling baik dalam mengestimasi return dari suatu sekuritas adalah

return indeks pasar pada saat ini. Model ini tidak menggunakan periode

14

estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas yang
diestimasi adalah sama dengan return indeks harga pasar.

2.1.2 Kinerja Keuangan
2.1.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Jumingan (2009:239) pengertian kinerja adalah sebagai berikut
kinerja merupkan gambaran prestasi yang dicapai perusahaan dalam kegiatan
operasionalnya baik menyangkut aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek
penghimpunan dana dan penyaluran dana, aspek teknologi, maupun aspek sumber
daya manusianya.
Kinerja keuangan menurut Fahmi (2012:2) merupakan gambaran dari
pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah
dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa
kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana
suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

Menurut Sutrisno (2009:53) menyatakan kinerja keuangan perusahaan
merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut.
Menurut Mulyadi (2007:2) menguraikan pengertian kinerja keuangan ialah
penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan
sebelumnya. Sedangkan kinerja keuangan menurut Jumingan (2009:239) adalah
sebagai berikut kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan

15

pada suatu periode tertentu baik menyangkut penghimpunan dana maupun
penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal,
likuiditas dan profitabilitas.

2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan menurut
Kuncoro (2009:8), antara lain:
1. Risiko
Keuntungan atau return yang didapat oleh investor tidak terlepas dari risiko

yang melekat pada setiap perusahaan. Risiko adalah kemungkinan realized
return suatu investasi akan berbeda dengan expected return investasi tersebut.
2. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan (firm size) adalah salah satu kriteria yang dipertimbangkan
oleh investor dalam strategi berinvestasi. Indikator yang dapat digunakan
sebagai ukuran perusahaan adalah total penjualan, total aktiva, jumlah
karyawan, value added, kapitalisasi nilai pasar dan berbagai parameter lainnya.
3. Keputusan Manajemen
Kinerja keuangan perusahaan tidak akan terlepas dari keputusan-keputusan
yang diambil manajemen. Jika manajemen mengambil keputusan yang salah,
akan sangat berdampak pada hal-hal yang akan dikerjakan dan pasti akan
sangat berpengaruh pada kinerja keuangannya.

16

4. Kualitas Sumber Daya Manusia
Para pekerja yang dipekerjakan di suatu perusahaan memiliki partisipasi
penting dalam kinerja keuangan. Sumber daya manusia yang baik akan terus
berfokus pada tujuan perusahaan, yaitu profit.


2.1.2.3 Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan
Kasmir (2010:92) menyatakan bahwa tujuan dan manfaat dari pengukuran
kinerja keuangan melalui analisis laporan keuangan adalah:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu,
baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk
beberapa periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke
depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena telah dianggap berhasil atau gagal.
6. Dapat digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil
yang mereka capai.

2.1.2.4 Analisis Rasio Keuangan
2.1.2.4.1 Pengertian Rasio Keuangan
Rasio menurut Fahmi (2014:51) adalah perbandingan jumlah, dari satu
jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingan dengan harapan

17

nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya dijadikan bahan kajian untuk
dianalisis dan diputuskan.
Rasio keuangan menurut Hary (2015:138) merupakan perhitungan rasio
dengan menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam
menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Ataupun dapat diartikan angka
yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos laporan keuangan dengan
pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.
Analisis rasio keuangan menurut Syahyunan (2013:91) merupakan analisis
analisis yang paling populer untuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan.
Menurut Munawir (2007:64) rasio keuangan adalah suatu hubungan atau
perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan
menggunakan alat analisa berupa rasio akan dapat menjelaskan atau memberi
gambaran kepada penganalisa tentang baik dan buruknya keadaan atau posisi
keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan
dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standart.

2.1.2.4.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Menurut Brigham dan Houston (2010:134) jenis-jenis rasio keuangan
dapat dikelompokkan menjadi :
1. Liquidity Ratio (Rasio Likuiditas)
Liquidity Ratio merupakan rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva
lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Rasio yang umum digunakan, yaitu
Current Ratio (Rasio Lancar), Acid Test (Rasio Cepat).

18

2. Asset Management Ratio (Rasio Manajemen aktiva)
Asset Management Ratiomerupakan seperangkat rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasioyang umum
digunakan, yaitu Inventory Turnover Ratio (Rasio Perputaran Persediaan),
Days Sales Outstanding(Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih), Fixed Assets
Turnover Ratio (Rasio Perputaran Aktiva Tetap), Total Assets Turnover Ratio
(Rasio Perputaran Total Aktiva).
3. Leverage Ratio (Rasio Manajemen Utang)
Leverage Ratio merupakan rasio yang menunjukkan penggunaan pembiayaan
dengan utang. Rasio yang umum digunakan, yaitu Debt Ratio (Rasio Utang),
Time Interest Earned Ratio (Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga), EBITDA
Coverage Ratio (Rasio Cakupan EBITDA).
4. Profitability Ratio (Rasio Profitabilitas)
Profitability Ratio merupakan sekelompok rasio yang memperlihatkan
pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap
hasil operasi. Rasio yang umum digunakan, yaitu Profit Margin on Sales
(Marjin Laba Atas Penjualan) , Return on Assets (Pengembalian Atas Total
Aktiva), Basic Earning Power Ratio (Rasio Kemampuan Dasar untuk
Menghasilkan Laba), Return on Equity (Pengembalian Atas Ekuitas Saham
Biasa).
5. Market Value Ratio (Rasio Nilai Pasar)
Market Value Ratio merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga
saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio yang umum

19

digunakan, yaitu Price/Earnining Ratio (Rasio Harga/Laba), Price/Cash Flow
Ratio(Rasio Harga/Arus Kas), Market/Book Ratio (Rasio Nilai Pasar/Buku).
Dalam penelitian ini, adapun rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah
Liquidity Ratio yaitu Current Ratio (CR), Asset Management Ratio yaitu Total
Assets Turnover Ratio (TATO), Leverage Ratio yaitu Debt Ratio (DR),
Profitability Ratio yaitu Return on Equity (ROE), serta Market Value Ratio yang
digunakan yaitu Price/Earning Ratio (P/E).

2.1.3 Penggabungan Usaha
Penggabungan usaha yang tertuang dalam IFRS 3 adalah Sebuah transaksi
atau peristiwa lain di mana pengakuisisi memperoleh kendali dari satu atau lebih
bisnis. Transaksi kadang-kadang disebut sebagai true merger atau merger of
equals.
Sejalan

dengan IFRS 3, PSAK 22 revisi 2010 juga menyatakan

penggabungan usaha adalah suatu transaksi atau peristiwa lain di mana pihak
pengakuisisi memperoleh pengendalian atas satu atau lebih bisnis. Transaksi yang
kadangkala disebut sebagai penggabungan sesungguhnya (true merger) atau
penggabungan setara (merger of equals).
Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 9 tentang perseroan terbatas,
Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau
lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang
mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih
karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya
status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.

20

Dari uraian diatas, penggabungan usaha dapat diartikan pembelian ataupun
peleburan 2 (dua) perusahaan atau lebih dengan memiliki maksud dan tujuan
tertentu yang diatur dalam hukum. Penggabungan usaha secara umum terbagi
menjadi merger dan akuisisi.

2.1.4 Merger
2.1.4.1 Pengertian Merger
Menurut Samsul (2006:69) Merger adalah tindakan dua perusahaan untuk
bergabung menjadi satu dengan menggunakan salah satu nama perusahaan lama,
sedangkan satu nama yang lain duhapuskan.
Prihadi (2012:279) menyatakan bahwa merger terjadi apabila sebuah
perusahaan membeli perusahaan target dan seluruh asset dan kewajiban target
dipindahkan kepada perusahaan pembeli. Entitas target menjadi hilang dan
bergabung menjadi satu di perusahaan pembeli.
Menurut Moin (2010:5) Merger adalah penggabungan dua atau lebih
perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai
badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar.

Sebelum
Merger
Bank
Danamon

Setelah Merger

Bank
Danamon

Bank
Duta
Sumber : Moin (2010:7)

Gambar 2.1 Skema Merger

21

2.1.4.2 Klasifikasi Merger
Menurut Utari et al. (2014:280) merger dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Horizontal Merger adalah penggabungan dua perusahaan yang menghasilkan
jenis produk atau jasa yang sama.
2. Vertical Merger adalah penggabungan suatu perusahaan dengan pemasoknya
atau pelanggannya.
3. Congeneric Merger adalah penggabungan perusahaan dalam jenis industri
yang sama, tetapi tidak ada hubungan pelanggan dan pemasok.
4. Conglomerate Merger adalah penggabungan perusahaan yang jenis usahanya
berbeda.

2.1.5 Akuisisi
2.1.5.1 Pengertian Akuisisi
Menurut Samsul (2006:69) Akuisisi adalah tindakan suatu perusahaan
untuk memiliki perusahaan lain dengan cara membeli sebagian atau seluruh
sahamnya melalui pasar modal, tanpa mengubah nama perusahaan lain tersebut.
Menurut Moin (2010:8) Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atau
pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan atau perusahaan lain, dan
dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambilalih atau yang diambilalih tetap
eksis sebagai badan hukum yang terpisah.
Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 11 tentang perseroan
terbatas, Akuisisi atau pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham
perseroan yang melibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut.

22

Sebelum
Akuisisi
PT Semen
Gresik

Setelah Akuisisi
PT Semen
Gresik
Pengendalia

PT Semen
Padang

PT Semen
Padang

Sumber : Moin (2010:9)

Gambar 2.2 Skema Akuisisi

2.1.5.2 Klasifikasi Akuisisi
Menurut Assauri (2013:131) bentuk akuisisi dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) jenis, yaitu:
1. Akuisisi Horizontal
Akuisisi horizontal adalah akuisisi yang dijalankan oleh suatu perusahan
dengan membeli perusahaan pesaing dalam industri yang sama. Akuisisi jenis
ini diharapkan untuk meningkatkan penguasaan pasar suatu perusahaan.
2. Akuisisi Vertikal
Akuisisi vertikal adalah akuisisi yang dijalankan suatu perusahaan dengn
membeli satu pemasok atau distributor dari barang dan jasa yang dibutuhkan.
Dengan akuisisi ini, perusahaan dapat melakukan pengendalian bahan atau
parts tambahan dari suatu rantai nilai.
3. Akuisisi yang Terkait atau Related
Akuisisi related adalah akuisisi yang dilakukan suatu perusahaan atas
perusahaan lain dalam suatu industri yang terkait.

23

2.1.6 Tahapan Merger dan Akuisisi
Tahapan merger dan akuisisi menurut Moin (2010:112) terdiri dari :
1. Identifikasi awal, perusahaan mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak
mungkin perusahaan-perusahaan yang potensial untuk diakuisisi. Identifikasi
dapat berupa kekuatan dan kelemahan, pemasaran, kinerja keuangan, kinerja
manajemen, sumber daya manusia, organisasi, pemegang saham, sejarah masa
lalu, status perusahaan, posisi dalam industri, ukuran perusahaan.
2. Screening adalah proses menyaring sekaligus memilih mana diantara calon
target tersebut yang paling layak untuk diakuisisi.
3. Penawaran formal, di mana perusahaan membentuk tim untuk bertanggung
jawab dalam pelaksanaan merger dan akuisisi yang akan melakukan
pendekatan dengan target melalui pemberitahuaan resmi dan tertulis yang
ditujukan kepada manajemen puncak perusahaan target.
4. Due diligence atau uji tuntas adalah investigasi yang menyeluruh dan
mendalam terhadap berbagai aspek perusahaan target. Uji tuntas ini
dimaksudkan untuk memberikan informasi sedetail mungkin tentang kondisi
perusahaan target dilihat dari semua aspek seperti aspek hukum, keuangan,
organisasi dan sumber daya manusia, pemasaran, teknologi, produksi.
5. Negosiasi/deal, di mana dua pihak perusahaan target harus memberikan
persetujuan agar proses akuisisi berjalan normal (tidak terjadi hostile take over)
yaitu antara manajemen dan pemegang saham. Ketika kedua pihak setuju
dengan syarat-syarat yang disepakati antara pengakuisisi dengan target,

24

selanjutnya mereka menandatangani nota kesepakatan (memorandum of
understanding) sebagai kelanjutan dari deal mereka.
6. Closing merupakan penutupan transaksi merger dan akuisisi. Pada merger,
closing berarti berakhirnya status hukum perusahaan yang dimerger ke dalam
perusahaan hasil merger bersamaan dengan diserahkannya saham perusahaan
hasil merger kepada pemegang saham perusahaan yang dimerger. Sedangkan
pada akuisisi, closing berarti diserahkannya pembayaran oleh pengakuisisi
kepada pemegang saham perusahaan yang diakuisisi.
7. Integrasi berarti tahap dimulainya “kehidupan baru” setelah perusahaan
melakukan penggabungan bisnis sebagai satu kesatuan entitas ekonomi.
Perusahaan hasil merger atau pengakuisisi mulai melaksanakan perencanaan
strategik yang telah disusun sebelumnya.

2.1.7 Motif Merger dan Akuisisi
Dalam teori yang diungkapkan Lani Dharmasetya dan Sulaimin (2009)
dalam penelitian yang dilakukan oleh (Wangi,2010) di mana motivasi yang
melatarbelakangi perusahan melakukan merger dan akuisisi tertuang dalam
beberapa teori, antara lain:
1. Teori Efisiensi
Merger dapat meningkatkan efisiensi karena akan terbentuk sinergi, yang
secara sederhana diartikan sebagai 2+2=5, yaitu konsep dalam ilmu ekonomi
yang

mengatakan

gabungan

faktor-faktor

yang

komplementer

akan

25

menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Sinergi tersebut dapat berupa
sinergi manajemen, sinergi operasi, dan sinergi keuangan.
2. Teori Diversifikasi
Dengan memiliki bidang usaha yang beraneka ragam maka suatu perusahaan
dapat menjaga stabilitas pendapatannya.
3. Teori Kekuatan Pasar
Keinginan untuk meningkatkan pangsa pasar (market share) juga dapat
menjadi salah satu motivasi terjadinya suatu merger. Penggabungan dua atau
lebih perusahaan yang sebelumnya saling bersaing menjual produk yang sama,
secara teoritis akan meningkatkan penguasaan pangsa pasar secara berlipat
ganda.
4. Teori Keuntungan Pajak
Keuntungan di bidang perpajakan melalui pengurangan kewajiban pembayaran
pajak dapat menjadi motivasi yang melatarbelakangi suatu merger. Merger
dapat dipilih untuk meminimalkan pajak dan menggunakan kas yang berlebih
dan mengurangi laba kena pajak. Sebagai contoh, perusahaan yang
menguntungkan dan berada di rentang pajak tertinggi dapat mengakuisisi
sebuah perusahaan yang memiliki akumulasi kerugian pajak dalam jumlah
besar. Kerugian secara pajak ini selanjutnya dapat langsung diubah menjadi
penghematan pajak daripada dibawa ke tahun berikutnya dan digunakan di
masa mendatang.

26

5. Teori Undervaluation
Penilaian harta yang lebih rendah dari harga sebenarnya pada suatu perusahaan
akan mendorong minat perusahaan lain untuk menggabungkan diri ke dalam
perusahaannya melalui merger.
6. Teori Prestise
Meskipun sulit diterima logika, namun kenyataannya banyak merger dilakukan
bukan motivasi ekonomis, melainkan motivasi ingin meningkatkan prestise.
Menurut Pardede (2011:604) ada beberapa alasan atau motif perusahaan
untuk melakukan penggabungan atau pengambilalihan, yaitu:
1. Memperbesar ukuran perusahaan
Untuk memperbesar ukurannya, cara yang dapat ditempuh perusahaan adalah
melakukan penggabungan atau pengambilalihan dengan perusahaan lain.
2. Menambah jenis barang yang dibuat
Menambah jenis barang agar tidak ketergantungan dengan satu jenis barang
saja dengan cara bergabung atau mengambilalih perusahaan lain yang saat ini
sedang membuat barang tersebut.
3. Memperoleh sumber daya – sumber daya penting
Apabila ada satu perusahaan yang membutuhkan sumber daya tertentu di mana
perusahaan ini tidak dapat memperolehnya dan apabila ada perusahaan lain
yang dapat memperolehnya, maka sebaiknya bergabung atau mengambilalih
perusahaan lain tersebut. Pada tingkat penjualan yang membuatnya impas,
yaitu tidak memperoleh laba dan tidak juga menderita rugi, perusahaan tersebut
tentu saja tidak akan membayar pajak penghasilan.

27

2.1.8 Keunggulan dan Kelemahan Merger dan Akuisisi
Keunggulan dan manfaat merger dan akuisisi menurut Moin (2010:13) :
1. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas.
2. Memperoleh kemudahan dana/pembiayaan karena kreditor lebih percaya
dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan.
3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.
4. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal.
5. Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan.
6. Mengurangi risiko kegagalan karena tidak harus mencari konsumen baru.
7. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru.
8. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat.
Selain mendapatkan manfaat atau keunggulan, Moin (2010:13) juga
menyatakan kelemahan dari merger dan akuisisi sebagai berikut :
1. Proses integrasi yang tidak mudah.
2. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat.
3. Biaya konsultan yang mahal.
4. Meningkatkan kompleksitas birokrasi.
5. Biaya koordinasi yang mahal.
6. Seringkali menurunkan moral organisasi.
7. Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan.
8. Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.

28

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Ahmed (2014) dengan penelitian yang berjudul Merger and Acquisitions :
Effect on Financial Performance of Manufacturing Companies of Pakistan.
Variabel yang digunakan adalah Return on Capital Employed (ROCE), Gross
Margin, Return on Equity (ROE), Net Margin, Operating Profit, Current Ratio
(CR), Quick Ratio (QR), Debt/Equity (DER), Debt Ratio (DR), Fixed Assets
Turnover (FATO), Assets Turnover (TATO), Sales Growth, Earning Per Share
(EPS), Break-up Value per Share. Teknik analisis data yang digunakan adalah
Paired Sample T-statistics. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja
kuangan secara keseluruhan perusahaan manufaktur pengakuisisi tidak signifikan
membaik setelah periode merger. Likuiditas /Leverage (CR, QR, DER, DR),
Profitabilitas (ROCE, Gross Margin, ROE, Net Margin, Operating Profit) dan
posisi modal (EPS, Break-up Value per Share) meningkat secara tidak signifikan
sementara efisiensi (FATO, TATO, Sales Growth) memburuk setelah merger.
Zaremba (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Mergers and
Acquisitions: Evidence on Post-Announcement Performance from CEE Stock
Markets. Variabel yang digunakan adalah Abnormal Return dan Average
Cumulative Abnormal Return. Teknik analisis data yang digunakan adalah event
study. Hasil penelitian membuktikan terdapat Abnormal Return yang potitif dan
signifikan dalam jangka pendek sedangkan untuk jangka panjang terdapat
Abnormal Return yang negatif dan tidak signifikan.
Astria (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Dampak
Pengumuman Merger dan Akuisisi Terhadap Abnormal Return Saham Perusahaan
29

Akuisitor yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2008. Variabel yang digunakan
merupakan Abnormal Return. Teknik analisis data yang digunakan adalah
Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian memberikan bukti bahwa Abnormal
Return yang berbeda signifikan pada periode sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa merger dan akuisisi merupakan
kabar baik bagi pelaku pasar untuk berinvestasi di pasar modal.
Gunawan (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Kinerja Pasar dan
Kinerja Keuangan Sesudah Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia.
Variabel yang digunakan adalah Harga Saham, Current Ratio, Return on Equity,
Total Assets to Total Debt. Teknik analisis data yang digunakan adalah Paired
Sample T-test dan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitan memberikan bukti
bahwa kinerja pasar perusahaan mengalami peningkatan yang signifikan sesudah
merger dan akuisisi, sedangkan kinerja keuangan perusahaan tidak mengalami
peningkatan yang signifikan sesudah merger dan akuisisi. pembayaran merger dan
akuisisi menggunakan saham akan menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada
metode pembayaran tunai.
Hamidah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Perbandingan Kinerja
Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi pada
Perusahaan Pengakuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20042006. Variabel yang digunakan adalah Current Ratio, Total Assets Turnover, Debt
Ratio, Return on Assets, Price Earning Ratio serta teknik analisis data yang
digunakan adalah Paired Sample T-test. Hasil penelitian memberikan bukti bahwa
tidak terdapat perbedaan signifikan Debt Ratio dan Total Assets Turnover
30

sedangkan terdapat perbedaan yang signifikan untuk Current Ratio, Return on
Assets, Price Earning Ratio setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi.
Dasmanto

(2012)

dalam

penelitiannya

yang

berjudul

Analisis

Perbandingan Kinerja Perusahaan dan Abnormal Return Saham pada Perusahaan
Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia
Periode 2000-2007. Variabel yang digunakan adalah Current Ratio, Quick Ratio,
Return on Assets, Return on Equity, Total Debt to Total Assets, Total Debt to
Total Equity, Total Assets Turnover, Pre-tax Operating Cash Flow Return on
Assets dan Abnormal Return. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji beda
Paired Sample T-test. Hasil penelitian memberikan bukti bahwa terdapat
perbedaan signifikan untuk Current Ratio, Quick Ratio, Average Abnormal
Return, Total Assets Turnover dan pengujian terhadap Return on Assets, Return
on Equity, Total Debt to Total Assets, Total Debt to Total Equity, Pre-tax
Operating Cash Flow Return on Assets tidak terdapat perbedaan yang sigifikan.
Lesmana (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Perbedaan Kinerja
Keuangan dan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Akuisisi di BEI. Variabel
yang digunakan adalah Current Ratio, Quick Ratio, Debt to Total Assets, Debt to
Total Equity, Total Assets Turnover, Net Profit Margin, Return on Investment,
Return on Equity, Earning Per Share, Abnormal Return. Teknik analisis data yang
digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan komparatif. Hasil
penelitian memberikan bukti bahwa kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi
yang melakukan akuisisi dinyatakan tidak ada peningkatan yang signifikan,
sedangkan kinerja keuangan sesudah akuisisi lebih tinggi dibandingkan dengan
31

kinerja keuangan sebelum akuisisi pada perusahaan pengakuisisi. Hal serupa
terjadi pada perusahaan diakuisisi/target.
Dai (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Comparative Analysis of
Stock Performance to Announcement of Mergers and Acquisitions Deals in China
Mainland and Hong Kong from 2000-2010. Variabel yang digunakan adalah
Abnormal Return (AR), AverageAbnormal Return (AAR), Cumulative Abnormal
Return (CAR). Teknik analisis data yang digunakan adalah Wilcoxon Z-statistic
Test dan Regression. Hasil Penelitian memberikan bukti bahwa AAR dan CAR
pada perusahaan akuisitor di daratan Cina bernilai positif. Di Hong Kong, AAR
positif dan CAR negatif selama periode peristiwa (-5,5). Melalui regresi, daerah
akuisisi yang berbeda mempengaruhi return dan metode pembayaran tidak
mempengaruhi AR dan CAR.
Sinha (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Measuring Post Merger
and Acquisition Performance : An Investigation of Select Financial Sector
Organizations India. Variabel yang digunakan adalah Return on Net Worth
(RONW), Earning Per Share (EPS), Current Ratio (CR), Debt-Equity Ratio
(DER), Profit Before Tax, dan Profit Before Tax to Total Income. Teknik analisis
data yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian
memberikan bukti bahwa EPSdan DERmengalami perubahan signifikan sebelum
dan sesudah merger dan akuisisi perusahaan. RONW, CR, Profit Before Tax to
Total Income tidak mengalami perubahan yang signifikan. Profit Before Tax
menunjukkan tren positif setelah merger dan akuisisi.

32

Ma (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Abnormal Returns to
Mergers and Acquisitions in Ten Asian Stock Market. Variabel yang digunakan
adalah Abnormal Return dan Cumulative Abnormal Return. Teknik analisis data
yang digunakan adalah T-test dan Wilcoxon Z-statistic. Hasil penelitian
membuktikan bahwa pasar modal akan menunjukkan Cumulative Abnormal
Return yang positif dan signifikan dalam tiga event window yaitu jendela dua hari
(0,1), jendela tiga hari (-1,+1), dan jendela lima hari (-2,+2).
Widyaputra (2006) dalam penelitiannya berjudul Analisis Perbandingan
Kinerja Perusahaan dan Abnormal Return Saham sebelum dan Sesudah Merger
dan Akuisisi pada Bursa Efek Jakarta Periode 1998-2004. Variabel yang
digunakan adalah Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV),
Earning Per Share (EPS), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin
(NPM), Total Assets Turnover (TATO), Return on Assets (ROA), Return on
Equity (ROE), dan Abnormal Return. Teknik analisis data yang digunakan adalah
uji beda Wilcoxon Sign Test, uji Manova, dan event study. Hasil penelitian
memberikan bukti ada perbedaan signifikan untuk rasio keuangan EPS, OPM,
NPM, ROE, dan ROA untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah
M&A; rasio OPM, dan ROE untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 2 tahun setelah
M&A; rasio PBV, dan OPM untuk pengujian 2 tahun sebelum dan 1 tahun setelah
M&A; rasio OPM untuk pengujian 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah M&A.
Abnormal return tidak berbeda setelah merger dan akuisisi.

33

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
1.

Nama
Peneliti/
Tahun
Ahmed
(2014)

2.

Zaremba
(2014)

3.

Astria
(2013)

Judul
Penelitian
Merger and
Acquisitions :
Effect on
Financial
Performance
of
Manufacturing
Companies of
Pakistan

Mergers and
Acquisitions:
Evidence on
PostAnnouncement
Performance
from CEE
Stock Markets
Analisis
Dampak
Pengumuman
Merger dan
Akuisisi
Terhadap
Abnormal
Return Saham
Perusahaan
Akuisitor yang
Terdaftar di

Variabel
Penelitian

1. Return on
Capital
Employed
(ROCE)
2. Gross Margin
3. Return on
Equity (ROE)
4. Net Margin
5. Operating Profit
6. Current Ratio
(CR)
7. Quick Ratio
(QR)
8. Debt/Equity
(DER)
9. Debt Ratio (DR)
10. Fixed Assets
Turnover
(FATO)
11. Assets Turnover
(TATO)
12. Sales Growth
13. Earning Per
Share (EPS)
14. Break-up Value
per Share

Teknik
Analisis
Paired
Sample
Tstatistics

1. Abnormal
Return
2. Average
Cumulative
Abnormal
Return

Event
Study

Abnormal Return

Wilcoxon
Signed
Rank
Test

Hasil Penelitian
Bahwa kinerja
kuangan secara
keseluruhan
perusahaan
manufaktur
pengakuisisi tidak
signifikan membaik
setelah periode
merger.
Likuiditas/Leverage
(CR, QR, DER, DR),
Profitabilitas (ROCE,
Gross Margin, ROE,
Net Margin,
Operating Profit) dan
posisi modal (EPS,
Break-up Value per
Share) meningkat
secara tidak
signifikan sementara
efisiensi (FATO,
TATO, Sales
Growth) memburuk
setelah merger.
Terdapat Abnormal
Return yang potitif
dan signifikan dalam
jangka pendek. Untuk
jangka panjang
terdapat Abnormal
Return yang negatif
dan tidak signifikan.
Abnormal Return
yang berbeda signifikan pada periode
sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi.
Penelitian ini juga
menyimpulkan
bahwa merger dan
akuisisi merupakan
kabar baik bagi
pelaku pasar untuk

34

Lanjutan Tabel 2.1
No

Nama
Peneliti/
Tahun

4.

Gunawan
(2013)

5.

Hamidah
(2013)

6.

Dasmanto
(2012)

Judul
Penelitian
BEI Tahun
2006-2008
Kinerja Pasar
dan Kinerja
Keuangan
Sesudah
Merger dan
Akuisisi di
Bursa Efek
Indonesia

Perbandingan
Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum
dan Sesudah
Merger dan
Akuisisi pada
Perusahaan
Pengakuisisi
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
Periode 20042006
Analisis
Perbandingan
Kinerja
Perusahaan
dan Abnormal
Return Saham
pada
Perusahaan
Pengakuisisi
Sebelum dan
Sesudah
Merger dan
Akuisisi di
Bursa Efek

Variabel
Penelitian

Teknik
Analisis

1. Harga Saham
2. Current Ratio
3. Return on
Equity
4. Total Assets to
Total Debt

Paired
Sample
T-test
dan
Wilcoxon
Signed
Rank
Test

1. Current Ratio
2. Total Assets
Turnover
3. Debt Ratio
4. Return on
Assets
5. Price Earning
Ratio

Paired
Sample
T-test

1. Current Ratio
2. Quick Ratio
3. Return on
Assets
4. Return on
Equity
5. Total Debt to
Total Assets
6. Total Debt to
Total Equity
7. Total Assets
Turnover
8. Pre-tax
Operating Cash
Flow Return on
Assets

uji beda
Paired
Sample
T-test

Hasil Penelitian
berinvestasi di pasar
modal.
Kinerja pasar perusahaan mengalami
peningkatan yang
signifikan sesudah
M&A, sedangkan
kinerja keuangan perusahaan tidak mengalami peningkatan
yang signifikan sesudah M&A. pembayaran merger dan
akuisisi dengan
saham akan menghasilkan kinerja yang
lebih baik daripada
pembayaran tunai.
Tidak terdapat
perbedaan signifikan
Debt Ratio dan Total
Assets Turnover
sedangkan terdapat
perbedaan yang
signifikan untuk
Current Ratio, Return
on Assets, Price
Earning Ratio setelah
perusahaan
melakukan merger
dan akuisisi.
Terdapat perbedaan
signifikan untuk
Current Ratio, Quick
Ratio, Average
Abnormal Return,
Total Assets Turnover
dan pengujian
terhadap Return on
Assets, Return on
Equity, Total Debt to
Total Assets, Total
Debt to Total Equity,
Pre-tax
OperatingCash Flow

35

Return on

Lanjutan Tabel 2.1
No

Nama
Peneliti/
Tahun

7.

Lesmana
(2012)

8.

Dai (2012)

9.

Sinha
(2010)

Judul
Penelitian
Indonesia
Periode 20002007
Perbedaan
Kinerja
Keuangan dan
Abnormal
Return
Sebelum dan
Sesudah
Akuisisi di
BEI

Comparative
Analysis of
Stock
Performance
to
Announcement
of Mergers
and
Acquisitions
Deals in
China
Mainland and
Hong Kong
from 20002010
Measuring
Post Merger
and
Acquisition
Performance :
An
Investigation
of Select
Financial

Variabel
Penelitian

Teknik
Analisis

9. Abnormal
Return
1. Current Ratio
2. Quick Ratio
3. Debt to Total
Assets
4. Debt to Total
Equity
5. Total Assets
Turnover
6. Net Profit
Margin
7. Return on
Investment
8. Return on
Equity
9. Earning Per
Share
10. Abnormal
Return

Metode
deskriptif
dengan
pendekatan
komparatif

1. Abnormal
Return (AR)
2. Average
Abnormal
Return (AAR)
3. Cumulative
Abnormal
Return (CAR)

Wilcoxon
Zstatistic
Test dan
Regressi
on

1. Return on Net
Worth (RONW)
2. Earning Per
Share (EPS)
3. Current Ratio
(CR)
4. Debt-Equity
Ratio (DER)
5. Profit Before
Tax

Wilcoxon
Signed
Rank
Test

Hasil Penelitian
Assets tidak terdapat
perbedaan yang
sigifikan.
Kinerja keuangan
perusahaan pengakuisisi yang melakukan
akuisisi dinyatakan
tidak ada peningkatan
yang signifikan,
sedangkan kinerja
keuangan sesudah
akuisisi lebih tinggi
dibandingkan dengan
kinerja keuangan
sebelum akuisisi pada
perusahaan pengakuisisi. Hal serupa terjadi pada perusahaan
diakuisisi/target.
AAR dan CAR pada
perusahaan akuisitor
di Cina bernilai
positif. Di Hong
Kong, AAR positif
dan CAR negatif
selama periode
peristiwa (-5,5).
Melalui regresi,
daerah akuisisi yang
berbeda mempengaruhi return dan
metode pembayaran
tidak mempengaruhi
AR dan CAR.
EPSdan DERmengalami perubahan signifikan sebelum dan
sesudah merger dan
akuisisi perusahaan.
RONW, CR, Profit
Before Tax to Total
Income tidak mengalami perubahan yang

36

Sector

6. Profit Before

signifikan. Profit.

Lanjutan Tabel 2.1
No

Nama
Peneliti/
Tahun

Judul
Penelitian

Variabel
Penelitian

Organizations
India

Tax to Total
Income

Teknik
Analisis

10.

Ma (2009)

Abnormal
Returns to
Mergers and
Acquisitions in
Ten Asian
Stock Market

1. Abnormal
Return (AR)
2. Cumulative
Abnormal
Return (CAR)

T-test
dan
Wilcoxon
Zstatistic

11.

Widyaputra
(2006)

Analisis
Perbandingan
Kinerja
Perusahaan
dan Abnormal
Return Saham
Sebelum dan
Sesudah
Merger dan
Akuisisi pada
Bursa Efek
Jakarta
Periode 19982004

1. Price Earning
Ratio (PER)
2. Price to Book
Value (PBV)
3. Earning Per
Share (EPS)
4. Operating Profit
Margin (OPM)
5. Net Profit
Margin (NPM)
6. Total Assets
Turnover
(TATO)
7. Return on
Assets (ROA)
8. Return on
Equity (ROE)
9. Abnormal
Return (AR)

uji beda
Wilcoxon
Sign
Test, uji
Manova,
dan event
study

Hasil Penelitian
Before Tax
menunjukkan tren
positif setelah M&A
Pasar modal akan
menunjukkan
CARyang positif dan
signifikan dalam tiga
event window yaitu
jendela dua hari (0,1),
jendela tiga hari
(-1,+1), dan jendela
lima hari (-2,+2).
Ada perbedaan
signifikan untuk rasio
keuangan EPS, OPM,
NPM, ROE, dan
ROA untuk pengujian
1 tahun sebelum dan
1 tahun setelah
M&A; rasio OPM,
dan ROE untuk
pengujian 1 tahun
sebelum dan 2 tahun
setelah M&A; rasio
PBV, dan OPM untuk
pengujian 2 tahun
sebelum dan 1 tahun
setelah M&A; rasio
OPM untuk
pengujian 2 tahun
sebelum dan 2 tahun
setelah M&A.
Abnormal return
tidak berbeda setelah
merger dan akuisisi.

1.3 Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya perbedaan sebelum dan
sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Dasmanto (2012) dalam

37

penelitiannya mengungkapkan bahwa pengukuran pengaruh merger dan akusisi
dapat diukur dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan harga pasar saham dan
pendekatan akuntansi. Pendekatan harga pasar dalam penelitian ini diukur
menggunakan abnormal return saham. Sedangkan pendekatan akuntansi untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan pada penelitian ini menggunakan rasio
keuangan yang terdiri dari Current Ratio (CR), Total Assets Turnover Ratio
(TATO), Debt Ratio (DR), Return on Equity (ROE), Price/Earning Ratio (P/E).
Tujuan menggabungkan usaha melalui merger dan akusisi secara umum
adalah mencapai sinergi. Dengan adanya sinergi maka diharapkan kinerja
perusahaan meningkat secara signifikan dengan menjalankan kegiatan operasinya
secara efisien. Semakin efisien perusahaan setelah merger dan akuisisi maka akan
tercermin dalam laporan keuangannya dan dapat diukur menggunakan rasio
keuangan. Laporan keuangan yang membaik maka diharapkan agar investor
melakukan investasi dengan membeli saham perusahaan yang mengakibatkan
meningkatnya permintaan saham dan kenaikan harga sahamnya.
Begitu pula sebaliknya, apabila perusahaan gagal dalam melakukan sinergi
yang berakibat memburuknya kinerja setelah merger dan akuisisi akan tercermin
pada laporan keuangannya maka investor cenderung menjual sahamnya dan
mengakibatkan harga saham menurun. Abnormal return terjadi karena reaksi
pasar yang diukur dengan naik turunnya harga saham atas pengumuman merger
dan akuisisi. Jika pasar menghasilkan reaksi yang bersifat positif maka abnormal
return akan bernilai positif dan begitu pula sebaliknya.

38

Berdasarkan

penjabaran

diatas

maka

kerangka

konseptual

dapat

digambarkan sebagai berikut :
Sebelum Merger & Akuisisi

Sebelum Merger & Akuisisi

Kinerja Keuangan

Kinerja Keuangan
Uji Beda

Current Ratio (CR), Total
Assets Turnover Ratio
(TATO), Debt Ratio (DR),
Return on Equity (ROE),
Price/Earning Ratio (P/E)

Abnormal Return

Current Ratio (CR), Total
Assets Turnover Ratio
(TATO), Debt Ratio (DR),
Return on Equity (ROE),
Price/Earning Ratio (P/E)
Uji Beda

Abnormal Return

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan telaah pustaka yang telah dilakukan maka
dapat ditarik hipotesis dalam penelitian ini adalah: Kinerja keuangan perusahaan
akuisitor yang diukur dengan Current Ratio (CR), Total Assets Turnover Ratio
(TATO), Debt Ratio (DR), Return on Equity (ROE), Price/Earning Ratio (P/E),
dan Abnormal Return (AR) secara parsial berbeda signifikan sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi.

39

Dokumen yang terkait

Analisis Kandungan Kalsium, Kalium, dan Magnesium pada Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) Segar dan Direbus Secara Spektrofotometri Serapan Atom

17 135 131

Karakterisasi Simplisia dan Analisis Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium pada Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 10 115

Karakterisasi Simplisia Daun Dan Biji Kelor (Moringa Oleifera Lam.) Serta Analisis Magnesium Dan Besi Secara Spektrofotometri Serapan Atom

8 60 144

Karakterisasi Simplisia Daun Dan Biji Kelor (Moringa Oleifera Lam.) Serta Analisis Magnesium Dan Besi Secara Spektrofotometri Serapan Atom

1 1 18

Karakterisasi Simplisia Daun Dan Biji Kelor (Moringa Oleifera Lam.) Serta Analisis Magnesium Dan Besi Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 2

Karakterisasi Simplisia dan Analisis Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium pada Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 11

Karakterisasi Simplisia dan Analisis Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium pada Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 2

Karakterisasi Simplisia dan Analisis Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium pada Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 10

Karakterisasi Simplisia dan Analisis Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium pada Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 4

Karakterisasi Simplisia dan Analisis Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium pada Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 16