Tingkat Sindroma Kecemasan terhadap Gejala-Gejala Dismenorea Primer pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, hal itu memperingatkan adanya

bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk
mengatasi ancaman. Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia.
Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, dan samarsamar, sering kali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi,
kekakuan pada dada dan gangguan lambung ringan. Seseorang yang cemas mungkin juga
merasa gelisah seperti yang dinyatakan oleh ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri
lama.
Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan cenderung bervariasi dari
orang ke orang (Kaplan, 2010).
Di Amerika Serikat, terdapat 40 juta orang yang mengalami gangguan kecemasan
pada usia 18 tahun hingga lanjut usia (National Institute of Mental Health, 2010).
Sedangkan prevalensi gangguan kecemasan di Indonesia berkisar pada 6-7% dari populasi
umum. Prevalensi kelompok perempuan lebih tinggi dibandingkan kelompok laki-laki
(Suwarni, 2009; Ibrahim dalam Hidayati, 2008).

Seperti pada sebagian besar gangguan mental, penyebab gangguan kecemasan umum
tidak diketahui. Seperti yang telah didefinisikan, kecemasan kemungkinan mempengaruhi
kelompok pasien yang heterogen. Kemungkinan karena derajat kecemasan tertentu adalah
normal dan adaptif, membedakan kecemasan normal dari kecemasan patologis dan
membedakan faktor penyebab biologis dari faktor psikososial adalah sulit. Faktor biologis
dan psikologis kemungkinan berkerja sama. Pada sistem biologis, terdapat gangguan sistem
neurotransmiter seperti GABA dan serotonin. Pada faktor psikososial terdapat dua bidang
pikiran yang menyebabkan perkembangan gangguan kecemasan, yaitu bidang kognitif
perilaku dan psikoanalitik. Pada bidang kognitif perilaku, dihipotesiskan bahwa pasien
dengan gangguan kecemasan berespon secara tidak tepat terhadap bahaya yang akan
dihadapi. Sedangkan pada bidang psikoanalitik dihipotesiskan bahwa kecemasan adalah
suatu gejala konflik bawah sadar yang tidak terpecahkan (Kaplan, 2010).

Karena tingginya insidensi gangguan mental komorbid pada pasien dengan
gangguan kecemasan umum, perjalanan klinis dan prognosis gangguan adalah sukar untuk
diperkirakan. Namun beberapa data menyatakan bahwa peristiwa kehidupan berhubungan
dengan onset gangguan kecemasan yang menyebabkan terjadinya beberapa peristiwa yang
negatif secara jelas meningkatkan kemungkinan akan terjadinya gangguan. Sebanyak 25 %
pasien akan mengalami gangguan panikdan depresi berat (Kaplan, 2010).
Selain menyebabkan gangguan diatas kecemasan juga dapat menyebabkan gangguan

pada saat menstruasi, terutama dismenorea. Faktor kejiwaan pada gadis-gadis yang
emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang
proses menstruasi, mudah timbul dismenorea (Simanjuntak, 2009). Terdapat hubungan
antara kecemasan dengan kejadian dismenorae pada wanita yang bekerja di rumah sakit
swasta dan pusat kesehatan di Iran pada tahun 2010 dan 2011.
Menurut model biopsikososial gejala-gejala menstruasi tidak hanya dihasilkan oleh
faktor biologis seperti hormonal dan gaya hidup, namun juga dipengaruhi faktor psikologi
dan sosial seperti sikap terhadap menstruasi, kecemasan, depresi dan hubungan dengan
teman, keluarga, rekan, dan kondisi psikososial dari lingkungan pekerjaan (Kordi, 2013).
Dismenorea atau nyeri menstruasi mungkin merupakan suatu gejala yang paling
sering menyebabkan wanita-wanita muda datang ke dokter untuk konsultasi dan
pengobatan. Karena gangguan ini sifatnya subjektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai.
Walaupun frekuensi dismenorea cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal, namun
sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan memuaskan. Oleh karena
hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama
menstruasi dan sering kali rasa mual maka istilah dismenorea hanya dipakai jika nyeri
menstruasi demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan
meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa
hari (Simanjuntak, 2009).
Studi longitudinal dari Swedia melaporkan dismenorea terjadi pada 90% wanita yg

kurang dari 19 tahun dan 67% wanita yang berusia 24 tahun. Angka kejadian dismenorea di
Indonesia sekitar 54,89% (Baradero dalam Prihantati, 2010).
Gejala dari premenstrual syndrome meliputi sakit kepala, nyeri perut (dismenorea),
sulit konsentrasi, diare, konstipasi, buah dada nyeri, sering merasa lelah, berdebar-debar,
depresi, mudah tersinggung, mudah marah, tegang, gelisah, sensitif, rasa cemas, perasaan

labil. Bahkan beberapa perempuan mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum
mendapat menstruasi (Colemon, 2000).

Terdapat hubungan positif antara kecemasan dengan kejadian dismenorea. Hal ini
disebabkan oleh tingginya kadar prostaglandin dalam tubuh seorang yang menderita
kecemasan akan meningkat. Hal tersebut merupakan salah satu faktor pencetus dari
terjadinya dismenorea (Prihatanti, 2010).
Dari latar belakang tersebut, penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui
Bagaimana tingkat sindrom kecemasan terhadap gejala-gejala dismenorea primer pada
mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU).
1.2

Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat sindrom kecemasan terhadap gejala-gejala dismenorea primer


pada mahasiswi FK USU ?
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat sindrom kecemasan terhadap gejala-gejala dismenorea

primer pada mahasiswi FK USU.
1.3.2

Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui onset menarche pada mahasiswi FK USU.
2. Mengetahui lama siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU.
3. Mengidentifikasi sindrom kecemasan pada mahasiswi FK USU.
4. Mengidentifikasi gejala gejala dismenorea primer terhadap tingkat sindroma

kecemasan pada mahasiswi FK USU.

1.4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa:
1.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dasar dalam bidang
kecemasan dan dismenorea.

2.

Remaja putri dapat mengantisipasi dan mewaspadai terjadinya kecemasan untuk
kemudian berupaya menghindari dan mengatasi kecemasan tersebut sehingga
dapat mengurangi kejadian dismenorea.

3.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

pemberian pelayanan dan penanganan masalah kesehatan reproduksi khususnya
remaja putri.