Efek Analgesik NSAID Terhadap Volume Darah Menstruasi Penderita Dismenorea Primer Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007 hingga 2009

(1)

EFEK ANALGESIK NSAID TERHADAP VOLUME DARAH

MENSTRUASI PENDERITA DISMENOREA PRIMER PADA

MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA ANGKATAN 2007 HINGGA 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

NOOR AZIFAH BINTI IBRAHIM

070100431

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

EFEK ANALGESIK NSAID TERHADAP VOLUME DARAH

MENSTRUASI PENDERITA DISMENOREA PRIMER PADA

MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA ANGKATAN 2007 HINGGA 2009

Oleh :

NOOR AZIFAH BINTI IBRAHIM

070100431

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL: Efek Analgesik NSAID Terhadap Volume Darah Menstruasi Penderita Dismenorea Primer Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007 hingga 2009

Nama: Noor Azifah Binti Ibrahim NIM: 070100431

____________________________________________________________________

Pembimbing Penguji 1

Tandatangan Tandatangan (Prof. Dr. H. Aznan Lelo, PhD, SpFK) (dr. Hemma Yulfi DAP& E,Med.Ed) NIP: 19511202 197902 1 001 NIP: 19741019 200112 2 001

Dekan

Tandatangan

(Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD,KGEH) NIP: 140105365


(4)

ABSTRAK

Dismenorea merupakan keluhan yang sering di utarakan oleh wanita pada usia subur. Jadi, untuk mengurangi nyeri ini mereka menggunakan pelbagai analgesik termasuklah dari kelas NSAID. Analgesik merupakan obat yang sering digunakan oleh wanita yang mengalami nyeri yang disebabkan oleh haid.

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk membandingkan volume darah penderita dismenore yang menggunakan analgesik dan penderita dismenore yang tidak menggunakan analgesik. Maka kami teliti apakah benar terdapat perbedaan volume darah dari dua kumpulan ini.

Penelitian ini berbentuk deskriptif analitik dilakukan dengan 148 sampel dengan mengajukan beberapa pertanyaan dalam kuesioner, setelah di uji validitas, data dianalisa dengan batas kemaknaan d< 0,05 secara deskripsi dalam bentuk tabel dan diagram. Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan dimulai bulan februari 2010 sampai dengan bulan September 2010. instrument yang digunakan adalah kuesioner yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan dismenorea, penggunaan analgesic tabel pengukuran volume darah.

Hasil penelitian ini di dapati orang yang peduli dengan akibat penggunaan analgesik terhadap volume darah mengaku bahwa volume darah menstruasinya bertambah dengan rata-rata keseluruhan pertambahan volume darah adalah 100.50 ml berbanding dengan penderita dismenorea yang tidak menggunakan analgesik yaitu hanya 87.42ml, secara keseluruhan perbedaan volume darah adalah sebanyak 13.08 ml dan setelah dihitung secara statistic, volume darah tidak berbeda signifikan.


(5)

ABSTRACT

Dysmenorrhoea is a common complaint uttered by women at reproductive age. So, to reduce pain, they use different classes termasuklah NSAID analgesics. Analgesics are drugs that are often used by women who experience pain caused by menstruation.

The purpose of this study was to compare the blood volume of patients using analgesics and dysmenorrhea dysmenorrhea patients who did not use analgesics. Then we studied whether there are differences in blood volume from the two sets. The study was conducted with descriptive analytical form of 148 samples by asking a few questions in the questionnaire, the following test validation, data were analysed with the value D < 0.05 description in the form of tables and charts. This study was conducted over the 8 months since February 2010 until September 2010. the instrument used was the questionnaire contains questions related to the use of analgesics table dysmenorrhea, blood volume.

The results of this research is to find people who care about the results of the use of analgesics on blood volume claim that the increase in menstrual blood volume with an overall average increase in volume of 100.50 ml of blood compared with patients with dysmenorrhoea who do not use a painkiller that is only 87.42ml, differences overall in 13:08 ml of blood volume and after statistically calculated, blood volume did not differ significantly.

Keywords: dysmenorrhoea, analgesic, blood volume


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Ilahi Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya serat keberkatan olehnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan Judul ” Efek Analgesik NSAID Terhadap Volume Darah Menstruasi Penderita Dismenorea Primer Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007 hingga 2009”.

Dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari bahwa terdapat bayak kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Aznan Lelo, PhD, SpFK, selaku dosen pembimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Keluarga tercinta yang telah banyak memberikan dukungan dan doa sepanjang menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini.

3. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Semua responden yang memberi kerjasama dan sanggup meluangkan masa untuk emngisi kuesioner penelitian ini.

5. Tidak lupa juga kepada teman-teman yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Dan akhir sekali, ucapan terima kasih diberikan kepada semua pihak yang mendukung, membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


(7)

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih lagi jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan jutaan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan November 2010


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

ABSTRAK...ii ABSTRACT...iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...vi DAFTAR TABEL...viii DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN... .x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 4

1.3.1. Tujuan umum... 4

1.3.2. Tujuan khusus... 4

1.4. Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2. 1 Dismenorea... 5

2.1.1 Pengenalan... 5

2.1.2 Etiologi...6

2.1.3 Gejala klinis... 7

2.1.4 Patofisiologi... 8

2.1.4.1 Prostanoids...9

2.1.4.2 Kontraksi uterus...11

2.1.4.3 Aliran darah uterus...12

2.2 Penanganan dismenorea...12

2.2.1 Mekanisme kerja dari NSAID...14

2.3 Efek NSAID terhadap volume darah menstruasi...15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian...16

3.2. Definisi Operasional…...16

BAB 4 METODE PENELITIAN...22

4.1 Rancangan Penelitian...22

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian...22


(9)

4.2.2 Tempat penelitian... 23

4.3 Populasi dan Sampel………...23

4.3.1 Populasi………..23

4.3.2 Sampel………23

4.4.Teknik Pengumpulan Data...25

4.5. Pengolahan dan Analisa Data...25

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PERBAHASAN...26

5.1. Hasil Penelitian...26

5.1.1. Lokasi Penelitian...26

5.1.2. Deskripsi volume darah Responden yang mengalami Dismenorea...27

5.1.3. Hubungan intensitas nyeri haid dengan penggunaan analgesik...29

5.1.4. Hubungan penggunaan analgesik dengan jumlah/ volume darah haid...31

5.2. Pembahasan...33

5.2.1. Jumlah responden dismenore primer yang mengalami pertambahan dan pengurangan dengan penggunaan analgesik dan tidak menggunakan analgesik...34

5.2.2 Pengaruh pengambilan analgesik berdasarkan tingkat keparahan dismenorea...34

5.2.3 Hasil T-test...35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...38

6.1. Kesimpulan...38

6.2 Saran...38

DAFTAR PUSTAKA...40

LAMPIRAN...45


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Contoh-contoh obat NSAID 10

3.1. Contoh pengiraan volume darah 17

3.3. Jenis-jenis Analgesik 18

3.2. Tabel pengukuran volume darah 20

5.1 Jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 26

5.2 Jumlah responden yang mengalami dismenore primer yang menggunakan

analgesik dan tidak menggunakan analgesik 28

5.3. Volume Darah 31

5.4 Jenis analgesik yang biasa digunakan oleh mahasiswi untuk mengurangi nyeri

haid yang dialami 32

5.5 Perbedaan keefektivitas analgesik dalam


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Terdapat korelasi antara kadar prostaglandin 13 F2 yang di keluarkan per jam dengan tingkat

keparahan dismenorea.

2.2. Proses pembentukan prostaglandin 11

2.3. Cara kerja dari analgesik NSAID terhadap 14 pembentukan prostaglandin

3.1. Kerangka Konsep 16

3.2. Numeric Pain Rating Scale 19

4.1. Rumus Uji Hipotesis 2 Populasi 24

5.1 Jumlah mahasiswa yang mengalami pertambahan dan pengurangan volume darah setelah menggunakan analgesik

dan tidak menggunakan analgesic 28

5.2 Tingkat Keparahan nyeri penderita dismenorea yang menggunakan analgesik


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN JUDUL HALAMAN

I Daftar Riwayat Hidup 45

II Informed Consent 46

III Persetujuan Penelitian 47

IV Kuesioner Penelitian 48

V Hasil Uji Validitas 51

VI Hasil SPSS 53


(13)

ABSTRAK

Dismenorea merupakan keluhan yang sering di utarakan oleh wanita pada usia subur. Jadi, untuk mengurangi nyeri ini mereka menggunakan pelbagai analgesik termasuklah dari kelas NSAID. Analgesik merupakan obat yang sering digunakan oleh wanita yang mengalami nyeri yang disebabkan oleh haid.

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk membandingkan volume darah penderita dismenore yang menggunakan analgesik dan penderita dismenore yang tidak menggunakan analgesik. Maka kami teliti apakah benar terdapat perbedaan volume darah dari dua kumpulan ini.

Penelitian ini berbentuk deskriptif analitik dilakukan dengan 148 sampel dengan mengajukan beberapa pertanyaan dalam kuesioner, setelah di uji validitas, data dianalisa dengan batas kemaknaan d< 0,05 secara deskripsi dalam bentuk tabel dan diagram. Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan dimulai bulan februari 2010 sampai dengan bulan September 2010. instrument yang digunakan adalah kuesioner yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan dismenorea, penggunaan analgesic tabel pengukuran volume darah.

Hasil penelitian ini di dapati orang yang peduli dengan akibat penggunaan analgesik terhadap volume darah mengaku bahwa volume darah menstruasinya bertambah dengan rata-rata keseluruhan pertambahan volume darah adalah 100.50 ml berbanding dengan penderita dismenorea yang tidak menggunakan analgesik yaitu hanya 87.42ml, secara keseluruhan perbedaan volume darah adalah sebanyak 13.08 ml dan setelah dihitung secara statistic, volume darah tidak berbeda signifikan.


(14)

ABSTRACT

Dysmenorrhoea is a common complaint uttered by women at reproductive age. So, to reduce pain, they use different classes termasuklah NSAID analgesics. Analgesics are drugs that are often used by women who experience pain caused by menstruation.

The purpose of this study was to compare the blood volume of patients using analgesics and dysmenorrhea dysmenorrhea patients who did not use analgesics. Then we studied whether there are differences in blood volume from the two sets. The study was conducted with descriptive analytical form of 148 samples by asking a few questions in the questionnaire, the following test validation, data were analysed with the value D < 0.05 description in the form of tables and charts. This study was conducted over the 8 months since February 2010 until September 2010. the instrument used was the questionnaire contains questions related to the use of analgesics table dysmenorrhea, blood volume.

The results of this research is to find people who care about the results of the use of analgesics on blood volume claim that the increase in menstrual blood volume with an overall average increase in volume of 100.50 ml of blood compared with patients with dysmenorrhoea who do not use a painkiller that is only 87.42ml, differences overall in 13:08 ml of blood volume and after statistically calculated, blood volume did not differ significantly.

Keywords: dysmenorrhoea, analgesic, blood volume


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dismenorea menurut bahasa medis ataupun nyeri haid menurut bahasa orang awam adalah didefinisikan sebagai aliran menstrual yang sulit yang disertai dengan nyeri pada bagian bawah abdomen. Dismenorea merupakan salah satu keluhan utama bagi wanita usia subur yang datang berobat ke dokter ( Calis, 2009).

Nyeri ketika haid merupakan satu keadaan yang normal, tetapi sekiranya nyeri haid berlebihan berlaku, hal ini tidaklah normal. Nyeri haid ini ditandai dengan nyeri abdominal bahagian bawah yang mencengkam, nyerinya terasa tajam yang datang dan menghilang dan kemungkinan adanya sakit pada bagian pinggang. Nyeri haid ini biasanya muncul pada beberapa hari sebelum haid atau pada hari pertama atau beberapa hari setelah datangnya haid (Storck dan Zieve, 2009).

Dismenorea biasanya terjadi pada wanita yang berusia antara 20 tahun hingga 24 tahun yang mana episode dismenorea yang paling parah biasanya berlaku pada usia sebelum 25 tahun. Sebanyak 61% terjadi pada wanita yang belum menikah manakala sebanyak 51% terjadi pada wanita yang sudah menikah dan dismenorea ini tidak langsung berkait dengan pekerjaan atau kondisi fisikal wanita. Faktor risiko durasi dan tingkat keparahan dismenorea adalah usia menarke, periode menstrual yang panjang dan juga adanya riwayat merokok ( Dawood, 2008).

Prevalensi dismenorea ini dianggarkan sebanyak 25% wanita dan lebih dari 90% adalah terdiri dari golongan wanita dewasa muda dan tidak terdapat perbedaan insidensi antara suku. Walaupun dismenorea ini bukanlah hal yang mematikan, tetapi ia bisa memberi dampak sama ada dari segi fisikal dan juga psikologikal. Sesetengah penderita memilih untuk berobat sendiri di rumah tanpa berjumpa dengan dokter dengan mendapatkan sendiri obat penahan sakit di apotek. Selain itu, ketidakhadiran ke sekolah (Rostami, 2007) ataupun tempat kerja merupakan akibat dari dismenorea ini (Holder, 2009).


(16)

Pengobatan farmakologi yang sering menjadi pilihan utama yang efektif pada penderita dismenorea yang bukan disebabkan adanya kelainan organik adalah NSAID, yaitu merupakan penghambat sintesis prostaglandin di dalam tubuh (Dawood, 2008). Para spesialis bidan sepakat bahawa penyebab utama terjadinya dismenorea adalah disebabkan oleh meningkatnya jumlah prostaglandin di dalam uterus (Deligeoroglou, 2006).

Penggunaan obat analgesik ini ternyata bisa mengurangkan nyeri dismenorea pada sesetengah penderita seperti penggunaan obat tiaprofenic acid yaitu sejenis NSAID. Penelitian tentang penggunaan tiaprofenic acid ini dilakukan pada 31 orang yang menderita dismenorea secara double-blinded. Penderita diberikan tiaprofenic acid dan juga placebo pada dua siklus menstruasi, ternyata efektifitas tiaprofenic acid untuk mengurangkan nyeri pada saat menstruasi adalah sebanyak 75% jika dibandingkan dengan plasebo yaitu hanya 35% ( Kauppila et al, 2006).

Selain itu penelitian lain menyatakan efikasi dari diclofenac sodium, sejenis NSAID dapat mengurangi sakit pada saat menstruasi dan bisa mengurangi pendarahan pada saat menstruasi. Penelitian ini dilakukan pada 35 orang wanita nulipara yang berusia antara 17-28 tahun secara double-blinded yang mana dilakukan pada 4 kali siklus menstruasi, 2 siklus diberikan diclofenac sodium dan 2 siklus menstruasi berikutnya diberikan plasebo. Ternyata dari 70 siklus 58 daripadanya terjadi pengurangan nyeri jika dibandingkan dengan plasebo dan diclofenac sodium bukan saja mengurangi nyeri, malah mengurangi pendarahan menstrual.

( Riihiluoma, 2005 ).

Terdapat penelitian lain yang menyatakan bahwa penggunaan asam mefenamat pada saat menstruasi untuk mengurangi nyeri dapat menyebabkan jumlah darah menstruasi meningkat. Penelitian ini dilakukan pada 30 kasus dismenorea yang

Penggunaan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan acetaminophen juga bisa mengubah corak pendarahan menstruasi dan jumlah total darah menstruasi seperti pada penelitian yang dilakukan selama 4 bulan pada 90 orang wanita (Pandergrass, 2007)


(17)

mana penderita dismenorea menggunakan asam mefenamat. Sebanyak 3.11% kasus menyatakan bahawa nyeri dismenorea bisa hilang tetapi jumlah darah menstruasi sedikit meningkat (Elsevier, 2009).

Menurut Picles dkk menyatakan bahwa prostaglandin merupakan stimulan menstruasi yang mana jumlah prostaglandin ini meningkat dalam darah menstruasi. Menurut Bone (2005), produksi dan pelepasan prostaglandin oleh dinding uterus sewaktu menstruasi akan meningkat sehingga jumlah prostglandin di dalam darah menstruasi penderita dismenorea adalah 4 kali lipat dibandingkan dengan orang yang menstruasi tanpa adanya dismenorea.

Prostaglandin ini akan menyebabkan berlakunya hiperkontraksi dari dinding uterus dan juga konstriksi pada pembuluh darah. Hiperkontraksi uterus dan konstriksi dari pembuluh darah ini menyebabkan aliran darah terganggu dan berkurang. Penggunaan zat atau obat yang menghambat sintesis prostaglandin ini sangat membantu mengurangi kontraksi dari uterus dan juga mengurangi konstriksi dari pembuluh darah. Akibatnya, pembuluh darah yang tidak lagi dijepit oleh kontraksi otot uterus menyebabkan lebih banyak darah yang mengalir sehingga jumlah aliran darah menstruasi turut meningkat ( Dawood, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui adakah volume darah menstruasi bisa bertambah setelah menggunakan obat analgesik yang digunakan sebagai anti nyeri pada penderita dismenorea.


(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang dapat dikembangkan adalah: ”Adakah penggunaan obat analgesik ini menyebabkan volume darah mentruasi bertambah pada penderita dismenore primer jika dibandingkan dengan penderita dismenore primer yang tidak menggunakan abat analgesik?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengkaji efek penggunaan obat analgesik NSAID terhadap volume darah dan durasi menstrual pada penderita dismenorea dibandingkan dengan volume darah dan durasi menstrual pada penderita dismenorea yang tidak menggunakan obat analgesik.

1.3.2 Tujuan khusus

Untuk membuktikan efek analgesik terhadap volume darah menstruasi. 1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai : 1. Memberikan informasi kepada wanita yang mengalami dismenorea tentang efek lain yang akan dialami setelah menggunakan obat analgesik.

2. Supaya dapat memberi edukasi kepada wanita tentang manfaat dan kerugian dalam pemakaian obat analgesik untuk mengurangi rasa nyeri ketika haid.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Dismenorea 2.1.1. Pengenalan.

Dismenorea primer merupakan nyeri yang yang disebabkan oleh kontraksi uterus saat datangnya haid atau menstruasi tanpa adanya bukti kelainan yang patologis pada seseorang yang menderita dismenorea tersebut, ianya terjadi kira-kira kurang lebih 50% pada wanita yang mengalami menstruasi. Dismenorea yang di alami oleh sesetengah wanita ini menyebabkan terganggunya kualitas hidup dan merupakan alasan yang paling sering ketidakhadiran di tempat kerja maupun sekolah (Burnett et al, 2005). Berdasarkan pemahaman yang terkini menyatakan bahawa penyebab terjadinya dismenorea ini adalah akibat dari jumlah prostanoid dan juga kemungkinan eicasaniod yang dilepaskan oleh dinding endometrium uterus yang tidak seimbang dan juga berlebihan saat menstruasi.

Pada saat menstruasi, uterus di induksi untuk berkontraksi secara berulang-ulang dan tidak teratur, sehingga terjadinya peningkatan tonus basal dan juga tekanan. Hiperkontraktilitas dari uterus akan menekan pembuluh darah di sekitarnya dan mengurangkan aliran darah dan juga terjadi peningkatan hipersensitivitas saraf perifer dan terjadinya nyeri di uterus tersebut. Jadi, untuk menegakkan diagnosa dismenorea ini haruslah disertai dengan anamnese yang baik dan dilakukan evaluasi supaya tidak dijumpai kelainan organik lain.

Berdasarkan data dari evidence-based mendukung bahawa penghambat siklooksigenase seperti ibuprofen, naproxen sodium dan juga ketoprofen. Penghambat siklooksigenase ini bekerja dengan mengurangi jumlah sekresi prostanoid dengan secara bersamaan mengurangi hiperkontraktilitas uterus dan seterusnya mengurangi nyeri yang dialami (Dawood, 2006).


(20)

2.1.2. Etiologi

Banyak teori telah dikemukan untuk menerangkan penyebab dismenore primer, tetapi patofisologinya belum jelas dimengerti. Rupanya beberapa faktor lain memegang peranan sebagai penyebab dismenorea primer antara lain:

a. Faktor kejiwaan: pada gadis-gadis yang emotional yang tidak stabil, apalagi mereka yang tidak mendapatkan penerangan yang baik tentang proses haid, timbullah dismenorea (Wiknjosastro, 2005)

b. Faktor konstitusi: Faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor kejiwaan, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea (Wiknjosastro, 2005)

c. Faktor obstruksi kanalis servikalis: salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenorea primer adalah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenorea. Banyak wanita menderita dismenorea tanpa adanya setenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi. Sebaliknya, terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenorea, walaupun adanya stenosis servikalis dan uterus terletak dalan hiperantefleksi atau hiperretrofleksi (Wiknjosastro, 2005)

d. Faktor endokrin: pada umumnya ada anggapan bahawa kejang yang tejadi pada dismenorea primer ini disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahawa hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus, sedangkan hormon progesteron menghambat atau mencegahnya. Tetapi teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada pendarahan disfungsional anovulator, yang biasanya bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron ( Wiknjosatro,2005)


(21)

Penjelasan lain diberikan oleh Clitheroe dan Pickles. Mereka menyatakan bahwa karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenorea, dijumpai pula defek umum seperti diare, mual, muntah dan flushing.

Faktor alergi: teori ini dikemukakan setelah memperhatikan bahawa adanya asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria, migraine atau asma bronkiale. Smith menduga bahawa sebab alergi adalah toksin haid.

Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir ini menunjukkan bahawa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi dismenore primer ( Wiknjosatro, 2005).

2.1.3. Gejala Klinis

Dismenorea primer biasanya terjadi saat usia menarke atau setelah beberapa bulan selepas haid yang pertama, yaitu kira-kira dalam masa 6 bulan karena dismenore ini biasanya terjadi semasa siklus ovulatori yang mana tidak semestinya pada saat usia menarke saja. Jangka masa yang paling lambat timbulnya dismenorea ini adalah lebih kurang satu tahun setelah haid yang pertama, apabila terjadi lebih dari satu tahun setelah menarke, harus curiga bahwa itu adalah dismenorea sekunder yaitu nyeri haid yang terjadi akibat dari kelainan organik di sistem reproduksi wanita tersebut. Karakteristik dari dismenorea ini adalah perasaan nyeri spasm dan berfluktuasi dan kadang-kadang dikatakan nyerinya sakit seperti mahu melahirkan, yang bermula hanya beberapa jam sebelum atau saat menstruasi ( Dawood, 2006) Lamanya dismenorea ini hanya akan berakhir kira-kira 2 hingga 3 hari. Nyeri akibat menstruasi ini paling parah dirasakan pada hari yang pertama atau hari yang kedua atau lebih tepatnya adalah 24 hingga 36 jam pertama masa menstruasi, dan nyerinya adalah konsisten sesuai dengan peningkatan jumlah prostaglandin di dalam darah menstruasi. Lokasi nyerinya adalah disekitar daerah suprapubik dan menyebar


(22)

ke dalam paha. Nyeri yang mencengkam ini biasanya disertai dengan nyeri di daerah punggung, mual, muntah dan juga diare. Pada kasus yang lebih serius, nyeri yang dirasakan pada daerah abdominal seakan-akan seperti nyeri akibat hamil di luar rahim (ectopic pregnancy).

Pemeriksaan secara umum pada bahagian pelvis haruslah dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan tersebut. Sekiranya tidak terdapat apa-apa kelainan pada pemeriksaan tersebut, diagnosa dismenorea primer bisa ditegakkan. Latar belakang yang harus ditanyakan untuk menegakkan diagnosa ini termasuklah onset dismenorea primer dengan usia menarke, onset timbulnya gejala dengan onset datangnya menstruasi dan juga lamanya terjadi nyeri mencengkam ini ( Dawood, 2006).

2.1.4. Patofisiologi

Kemajuan pada tiga dekade yang lalu dan juga pemahaman yang terbaru mengutarakan bahwa terjadinya dismenorea primer ini adalah akibat dari peningkatan prostanoid dan juga kemungkinan sekresi eicosanoid yang mana kedua-dua ini menyebabkan terjadinya kontraksi uterus. Kontraksi yang terjadi menghalang dan mengurangi aliran darah menstrual yang memicu terjadinya hipoksia pada dinding uterus. Peningkatan sekresi prostanoid yang merupakan penyebab utama terjadinya dismenorea primer di dukung oleh beberapa faktor yaitu:

1. Persamaan yang nyata antara gejala klinis dismenorea primer dengan kontraksi uterus pada persalinan dan aborsi yang diinduksi oleh prostaglandin.

2. Bukti menyatakan bahwa adanya korelasi antara jumlah prostanoid di dalam darah menstrual wanita yang mengalami dismenorea primer jika dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami dismenorea (eumenorrheic).

3. Terdapat banyak percobaan klinikal yang melakukan demostrasi tentang efikasi siklooksigenase (COX) inhibitor dalam mengurangi nyeri akibat dismenorea melalui


(23)

supresi dan pengurangan secara kuantitatif terhadap volume prostaglandin di alam darah menstruasi (Ronald, 2001)

2.1.4.1. Prostanoids

Pada dismenorea primer, peningkatan kontraktilitas uterus yang terjadi adalah sama dengan terjadinya kontraktilitas uterus yang terjadi setelah diinduksi oleh prostaglandin seperti pada kasus aborsi dan juga persalinan. Simptom lain seperti mual, muntah dan juga diare yang terjadi kira-kira 60% pada pasien dismenorea adalah sama dengan efek samping akibat prostaglandin. Menurut pickles dan rakan-rakan (1963), menyatakan bahawa terdapat peningkatan menstrual stimulan atau prostaglandin di dalam darah menstrual wanita yang mengalami dismenorea primer jika dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami dismenore (Ylikorkala dan Dawood, 1978).

Secara umumnya, semua wanita yang mengalami dismenorea primer, terdapat peningkatan prostaglandin F2 (PGF2) ketika fase menstruasi. Pelepasan

prostaglandin ke dalam darah menstruasi merupakan suatu proses terjadi terus-menerus dan kadang-kadang sebaliknya. Intensitas atau tingkat keparahan nyeri yang dialami berkadar langsung dengan jumlah PGF2. Berdasarkan informasi seperti di


(24)

Gambar 2.1.- Terdapat korelasi antara kadar prostaglandin F2 yang di keluarkan per jam dengan tingkat keparahan dismenorea.

(Williams and Wilkins, 1982).

Prostaglandin dan juga prostanoid disintesis dari asam arakhidonat melalui jalur COX. Asam arakhidonat merupakan hasil dari hidrolisa fosfolipid oleh enzim fosfolipase. Sekiranya persenyawaan tidak berlaku pada fase luteal, kadar hormon progesterone berkurang pada fase akhir luteal, terjadi labilisasi lisosomes dan terjadi pelepasan enzim fosfolipase yang akan menghidrolisa fosfolipid dari membran sel untuk menghasilkan asam arakhidonat. Berikut merupakan kaskade bagaimana terbentuknya prostaglandin dan juga prostanoid yang mana merupakan penyebab terjadinya dismenorea (Dawood, 2006).


(25)

Gambar 2.2. Proses pembentukan prostaglandin

Fosfolipid

fosfolipase Asam arakhidonat

siklooksigenase Siklik endoperoxidase (PGG2, P2H2

Prostasiklin sintetase Isomerase, reduktase Tromboxane sintetase Prostasiklin PGI

)

2 prostaglandin (PGFa2, PGE2) tomboxane a2 (TxA2)

2.1.4.2. Kontraksi Uterus

Pada wanita yang normal, bentuk kontraksi yang terjadi adalah normal yang mana di pengaruhi oleh hormon seks, prostaglandin dan juga bahan-bahan uterotonik yang lain selama masa menstruasi. Saat menstruasi pada wanita yang normal, tonus basal uterus adalah minimal yaitu kurang dari 10mmHg dan terdapat hanya 3 hingga 4 kali kontraksi pada interval 10 menit dan tekanan yang aktif bisa mencapai 120 mmHg dan kontraksinya adalah sinkron. Berbeda dengan pasien yang mengalami dismenorea, terdapat empat kali kontrkasi yang abnormal pernah dilaporkan termasuklah peningkatan tonus basal (lebih dari 10mmHg), tekanan aktif yang lebih dari 120mmHg dan biasanya melebihi 150 hingga 180 mmHg, terdapat juga peningkatan jumlah kontraksi per menit (4 atau 5 kali) dan kontrkasinya tidak teratur. Abnormalitas ini juga memicu kepada kurangnya reperfusi dan oksigenasi dan meningkatkan intensitas nyeri (Lundstrom et al, 1976).


(26)

2.1.4.3. Aliran Darah Uterus

Studi untuk menentukan aliran darah di uterus pada wanita adalah sulit karena memerlukan metode invasif yang tinggi dan memerlukan teknik yang mencabar termasuklah hidrogen clearance, nitrus oxida elektromagnetik flowmeter dan juga metode-metode lainnya. Pada wanita yang menstruasinya normal, kontraksi uterus tidak memberi efek pada pengaliran darah menstrual, berbeda dengan wanita yang mengalami dismenorea, kontrakasi uterus yang abnormal dan kuat akan menghambat dan mengurangkan aliran darah dan menyebabkan dinding miometrium menjadi iskemik dan menyebabkan nyeri. Contoh-contoh perubahan seperti ini bisa dilakukan dengan menginduksi kontraksi uterus secara farmakologi yang mana sekiranya zat tersebut berlebihan akan menghasilkan nyeri seperti mencengkam. Adminstrasi zat uteriolitik seperti NSAID akan mengurangkan hiperkontraltilitas aliran darah kembali normal (Altunyurt S, 2005).

2.2. Penanganan Dismenorea

Terdapat tiga pendekatan yang utama untuk dismenorea primer yaitu, secara farmakologi, non farmakologi dan juga secara surgikal. Akan tetapi, penanganan secara farmakologi adalah lebih baik dan lebih efektif. Untuk menilai efikasi dari pengobatan, adalah sangat penting untuk menilai bukan saja pengurangan sakit, tapi efek plasebo terhadap 30-40% subjek penelitian yaitu pasein yang mengalami dismenorea (Dawood,1991).

Riset telah mengidentifikasi bahwa terjadinya produksi prostaglandin yang berlebih dalam pada uterus yaitu (PGFa2 dan PGE2) yang mana merupakan faktor kontribusi terjadinya dismenorea primer. Non-steriod anti-inflammatory drugs (NSAID) merupakan analgesik yang mana akan menginhibisi enzim siklooksigenase (COX) dengan menginhibisi pembentukan prostaglandin. Pada satu penelitian meta-analisis


(27)

terhadap 56 percobaan, 4 jenis NSAID telah di evaluasi (naproxen, ibuprofen, asam mefanamat dan aspirin), keempat-empat jenis obat ini adalah efektif mengobati dismenorea primer, dan juga menjadikan rutin harian menjadi lebih baik. Terdapat juga penelitian lain, dilakukan penelitian terhadap 63 orang yang menderita dismenorea primer, dikatakan bahawa NSAID adalah lebih efektif secara bermakna untuk mengurangkan nyeri jika dibandingkan dengan placebo (Ronald, 2001).

Tabel 2.1 Contoh-contoh obat NSAID adalah:

Kelas NSAID Contoh obat

NSAID COX-nonselektif -aspirin - indometasin - piroksikam -ibuprofen -naproxen

-asam mefenamat NSAID COX-2 preferential - nimesulid

- meloksikam - nabumeton - diklofenak - etodolak NSAID COX-2 selektif Generasi 1

- selekoksib -rofekoksib -valdekoksib Generasi 2 - lumirakoksib


(28)

2.2.1. Mekanisme Kerja dari NSAID

Mekanisme kerja berhubungan dengan sistem biosintesis prostaglandin mulai dilaporkan pada tahun 1971 oleh Vane dkk yang memperlihatkan secara invitro bahwa dosis rendah aspirin dan indometasin menghambat produksi enzimatik prostaglandin. Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi dari asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Apabila terganggunya

pembentukan siklik endoperoksidase (PGG2

Fosfolipid

fosfolipase Asam arakhidonat

) akan menyebabkan prostaglandin tidak akan terbentuk. Maka terjadilah pengurangan kontraksi uterus dan nyeri daerah suprapubik, vasodilatasi pembuluh darah dan terjadinya peningkatan ambang nyeri pada saraf yang diakibatkan oleh kadar prostaglandin dan juga prostanoids di dalam uterus serta dalam darah menstruasi. Mekanisme kerja obat NSAID adalah berikut seperti dibawah:

Gambar 2.3. Cara kerja dari analgesik NSAID terhadap pembentukan prostaglandin.

NSAID siklooksigenase Siklik endoperoxidase (PGG2, P2H2)

Prostasiklin sintetase isomerase, reduktase tromboxane sintetase Prostasiklin PGI2 prostaglandin (PGFa2, PGE2) tomboxane a2 (TxA2)

Kontraksi otot uterus

Vasokontriksi pembuluh darah (Dawood, 2006) Hipersensitisasi saraf nyeri


(29)

Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda. Enzim siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform disebut COX-1 dan COX-2. kedua isoform tersebut dikode oleh gen yang berbeda dan ekspresinya bersifat unik. Secara garis besar COX-1 esensial dalam pemeliharaan berbagai fungsi dalam kondisi normal di berbagai jaringan khususnya di ginjal, saluran cerna dan trombosit

(Wilmana , Sulista Gan, 2008).

2.3. Efek NSAID terhadap Volume Darah Menstruasi.

Secara anatomi, uterus terbentuk dari 3 lapisan otot yaitu lapisan paling luar terdiri dari otot yang disusun secara longitudinal, lapisan tengah yang paling tebal disusun oleh serabut-serabut otot yang saling mengunci dan lapisan yang paling dalam disusun secara sirkular. Kedudukan pembuluh darah pula adalah berada di antara serabut-serabut otot pada lapisan tengah (Ten Teachers, 2006).

Pada saat menstruasi, kontraksi dari otot uterus akan menjepit pembuluh darah yang berada diantaranya dan ditambah pula vasokonstriksi pembuluh darah yang terjadi akibat dari kadar prostaglandin dan prostanoid yang berlebihan saat menstruasi pada penderita dismenorea, akibatnya aliran darah menstrual menjadi sulit dan terganggu.

Penggunaan obat-obatan analgesik seperti NSAID yang mekanismenya menghambat pembentukan prostaglandin, akan menyebabkan kontraksi uterus tidak lagi terjadi dan nyeri turut berkurang, pembuluh darah tidak lagi dijepit, maka aliran darah menstruasi tidak lagi dihambat oleh kontraksi uterus, sehingga seterusnya volume darah menstruasi turut meningkat (Dawood, 2006)


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

- Analgesik (NSAID) ( Penghambat prostaglandin)

Volume darah menstruasi

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Defenisi Operasional 3.2.1. Volume Darah Defenisi :

Volume darah menstruasi pada pembalut wanita yang diukur. Hal yang diharapkan pada penelitian ini adalah ada atau tidak perbedaan volume darah menstruasi pada penderita dismenorea yang menggunakan analgesik NSAID di bandingkan dengan penderita dismenorea yang tidak menggunakan analgesik.

Cara pengukuran volume darah dilakukan dengan mengisi jumlah tuala wanita yang digunakan pada tabel menstruasi piktogram yang disediakan. Menurut jurnal Quantification Of Blood Loss yang dilakukan Warrilow dkk pada tahun 2004, pengukuran volume darah bisa dilakukan dengan menggunakan piktogram seperti di bawah yaitu pengukuran volume darah berdasarkan corak pendarahan yang diwakili oleh jumlah volume darah dalam mililiter (ml) dimulai pada hari pertama penggunaan analgesik. Untuk mengetahui jenis pembalut wanita yang digunakan, peneliti berasumsi


(31)

bahawa semua wanita menggunakan jenis tuala wanita yang sama untuk tidak menimbulkan bias.

Cara ukur: angket

Alat ukur: kuesioner dengan mengisi tabel menstrual piktogram seperti dibawah yaitu dengan mengisi JUMLAH tuala wanita yang telah digunakan dengan corak pendarahan yang berbeda pada siang hari dan juga malam.

Tabel 3.1. Contoh pengiraan volume darah:

Hasil ukur: sekiranya jumlah tuala wanita di isi seperti dalam tabel diatas, maka volume darah menstruasi adalah

Hari 1+ Hari 2+ Hari 3

= [(3ml x 3) + (6ml x 1)] + [ (3ml x 0) + (6ml x 1)] + [ (3ml x 3) + ( 6ml x 1)] = (9 + 6) + (0+ 6 ) + (9 + 6)

= 15 + 6 + 15 = 36 ml

Skala ukur: Numerik

Tabel 3.2. Tabel pengukuran volume darah.

corak pendarahan waktu skor Bilangan hari menstruasi

( hari yang ke....)

1 2 3

siang 3ml 3 0 3


(32)

( Wyatt et al, 2004)

3.2.2. Dismenorea

Defenisi : Penelitian ini hanya dilakukan pada penderita dismenorea primer. Dismenorea primer merupakan nyeri yang dialami sebelum, sesaat, atau sesudah menstruasi yang bukan disebabkan oleh kelainan organik pada sistem reproduktif. Untuk menentukan nyeri yang dialami adalah disebabkan oleh haid, maka hal-hal yang berkait dengan dismenorea primer ditanyakan pada kuesioner.

Cara ukur: angket

Alat ukur: kuesioner dengan urutan pertanyaan nomor 1 hingga 7 Sekiranya jawaban yang dinyatakan ya, maka diberikan nilai = 1

Corak pendarahan

waktu ml Bilangan hari menstruasi

(hari yang ke..)

1 2 3 4 5 6 7

siang 1 ml malam 1 ml siang 2 ml malam 3 ml

siang 3 ml

malam 6 ml siang 4 ml malam 10 ml

siang 5 ml malam 15 ml


(33)

Sekiranya jawaban yang diberikan tidak, maka diberikan nilai = 0 Hasil ukur:

1. Nyeri akibat haid bisa dinyatakan apabila skor >6

2. Nyeri kemungkinan bukan disebabkan haid apabila semua pertanyaan dijawab tidak Skala ukur: Ordinal

3.2.3. Intensitas Nyeri Haid

Defenisi: intensitas/ tingkat keparahan nyeri haid bisa diukur dengan menggunakan Visual Analogue Scale (VAS), untuk melihat tingkat intensitas yang mana memungkinkan seseorang itu menggunakan analgesik untuk mengurangkan nyeri yang dialami. Keputusan seseorang untuk berobat menghilangkan nyeri bisa berhubungan dengan taraf hidup seseorang, pendapatan kerja dan lain-lain. Intensitas nyeri haid bisa diukur dengan menandakan satu tempat pada garis 10cm. Pengukuran dilakukan dari kiri ke kanan ke tempat yang ditandakan oleh pasien. Sekiranya penderita menanda disatu garis, apabila diukur dari kari ke kanan adalah 3cm, maka intensitas nyeri adalah 3 yaitu nyeri ringan.

Gambar 3.2. Numeric Pain Rating Scale

(Straton, 1997)

Cara ukur: angket Alat ukur: kuesioner


(34)

Hasil ukur: intensitas nyeri dinyatakan jika skala 0-3 = ringan

4-7 = sedang > 7 = berat

3.2.3. Analgesik (NSAID)

Definisi : Analgesik merupakan obat yang mengurangi keluhan nyeri, Non-Steroid Anti-Inflammatory (NSAID) merupakan salah satu analgesik yang bekerja menghambat pembentukan prostaglandin. Antara contoh-contoh NSAID yang biasa digunakan untuk mengurangi nyeri dismenorea adalah:

Tabel 3.3. Jenis-jenis Analgesik

-aspirin - indometasin - piroksikam -ibuprofen -naproxen

-asam mefenamat - nimesulid - meloksikam - nabumeton - diklofenak - etodolak

Generasi 1 - selekoksib - rofekoksib -valdekoksib Generasi 2 - lumirakoksib

Cara ukur: angket

Alat ukur : kuesioner dengan urutan pertanyaan nomor 9 -12 Hasil ukur:


(35)

Sekiranya jawaban yang dinyatakan tidak, maka nilai yang diberikan = 0

Nilai maksimum diberikan apabila semua soalan dijawab ya dan nilai minimal 1 diberikan sekiranya hanya salah satu soalan yang dijawab ya.

Keefektivan analgesik yang sering menjadi pilihan utama untuk mengurangi nyeri dan gelaja lain yang menyertai nyeri haid adalah:

1. Tinggi, jika jumlah total nilai >75% apabila > 3 pertanyaan yang dijawab ya 2. Sedang, jika jumlah total nilai 40-75% apabila 2-4 pertanyaan yang dijawab

ya

3. kurang, jika jumlah total nilai <40% apabila hanya 1 pertanyaan yang dijawab ya

Skala: ordinal

3.3. Hipotesis

Volume darah pada penderita dismenorea yang menggunakan analgesik adalah bertambah dibandingkan dengan volume darah pada penderita dismenorea yang tidak menggunakan analgesik.

Pada penelitian ini, digunakan hipotesis alternatif yaitu menyatakan bahwa adanya perbedaan volume darah antara kedua kelompok.


(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yaitu data dari hasil penelitian diuraikan secara komprehensif tentang hasil penelitian tentang efek penggunaan analgesik NSAID terhadap volume darah menstruasi berdasarkan teori yang telah dibicarakan, kemudian hasil data juga telah dianalisa secara sistematis yaitu dengan menggunakan statistik T test untuk menguji hipotesa yang telah dikemukakan untuk mengetahui efek penggunaan analgesik NSAID terhadap volume darah menstruasi pada penderita dismenorea di bandingkan dengan penderita dismenorea yang tidak menggunakan analgesik.

Desain penelitian ini adalah desain cross-sectional studi, yaitu melakukan observasi satu kali dan sesaat dalam satu waktu, pengukuran variable subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut yaitu dismenorea dan penggunaan analgesik dan mengenai volume darah menstruasi berdasarkan jumlah tuala wanita yang digunakan dari data yang diperoleh melalui mentode angket melalui pengisian kuesioner yang telah disediakan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, dimulai dari Februari hingga April. Perencanaan penelitian melalui beberapa tingkat proses yaitu dari pencarian judul penelitian, persetujuan judul bersama dosen pembimbing, penelusuran daftar pustaka, penyusunan proposal penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, seminar proposal pada Mei 2010 dan diteruskan dengan penelitian lapangan mulai dari pengumpulan data hingga ke penulisan hasil laporan penelitian yang dilakukan.


(37)

4.2.2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pemilihan lokasi ini adalah karena Fakultas kedokteran merupakan salah satu fakultas mempunyai jumlah mahasiswi yang berusia 18 hingga 24 tahun yang mewakili wanita berusia 18-24 tahun yang lain. Jadi sampel dan populasi yang diperlukan untuk penelitian ini dapat ditemukan.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ( FK USU) dari setambuk 2007 hingga 2009. Menurut survei awal yang telah dilakukan di Fakultas Kedokteran, didapati populasi mahasiswi angkatan 2007 hingga 2009 adalah 694 orang.

4.3.2. Sampel

Sampel diambil sebagai responden adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran USU. Penarikan sampel adalah menurut kaedah Consecutive Sampling, pada mahasiswa yang memenuhi kriteria-kriteria.

Kriteria inklusi: riwayat dismenorea, usia 18-24 tahun dan riwayat penggunaan analgesik.

Kriteria eksklusi: mahasisiwi yang mempunyai kelainan darah, durasi menstruasi yang lebih dari 7 hari atau kurang dari 3 hari.


(38)

Gambar 4.1. Rumus Uji Hipotesis 2 Populasi

[Z 1-a/2 √2P (1-P) + Z 1-β (√ P1 (1-P1 + P2 (1-P)]2

n1=n2 = _____________________________________________ ( P1-P2)2

n = besar sampel minimum

Z 1-a/2 = nilai distribusi nilai baku (tabel Z), pada α tertentu 5% (1,645)

Power of test (Kekuatan uji) = 80% Jadi Z 1-β = 0,842

Z 1-β = nilai distribusi normal baku (table Z), pada β tertentu (0,842)

P = rata-rata P1 dan P2  P =1/2 ( 0,5 + 0,7 ) P = 0,6

P1 = proporsi di populasi ( 0,5)

P2 = perkiraan proprsi di populasi (0,7)

P1-P2

n1=n2 = [1,645 √2(0,6) (1-0,6) + 0,842 (√ 0,5 (1-0,5) + 0,7 = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi dipopulasi

(1-0,7)]2 __________________________________________________

( 0,2)2 = 73,16 ≈ 74 orang

Jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus diatas adalah 73,16 orang dan dibulatkan menjadi 74 orang. Maka, kedua-dua kelompok yaitu n1 (penderita dismenorea yang menggunakan analgesik) dan n2 (penderita dismenorea yang tidak menggunakan analgesik) masing-masing adalah 74 orang. Jumlah total semua sampel adalah sebanyak 74+74= 148 orang.

Kriteria inklusi: - dismenorea primer Kriteria eksklusi: - dismenorea sekunder


(39)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui metode angket pada responden dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dilakukan uji validitas dan realibilitas. Kemudian kuesioner tersebut akan diberikan kepada responden untuk diisi. Data primer yang dikumpulkan adalah semua data yang termasuk variable independen (penggunaan analgesik) dan variable dependen (volume darah).

Ada beberapa formulir yang akan disertakan dalam instrumen penelitian. Formulir A:

Adalah lembaran informed consent. Formulir ini berisi tentang penjelasan kepada responden tentang penelitian yang dijalankan yang memuatkan tandatangan peneliti. Formulir B:

Adalah surat persetujuan dari responden yang memuatkan tanda tangan responden dan persetujuan responden

Formulir C:

Kuesioner yang diisi oleh responden

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data diperoleh dari penelitian jawaban kuesioner responden. Kemudian, dilakukan analisa dengan cara deskriptif analitik dengan melihat berapa perbedaan volume darah pada responden yang terkumpul berdasarkan pengiraan volume darah dalam mililiter, yaitu terdapat pertambahan atau pengurangan volume darah apabila menggunakan atau tidak menggunakan analgesik jenis NSAID. Kemudian analisa data diubah dalam bentuk tabel dengan bantuan perangkat lunak Statistical Package For Social Sciences (SPSS).


(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PERBAHASAN

5.1 Hasil penelitian 5.1.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus USU (Universitas Sumetara Utara) sebagai kampus utama berlokasi di Keluarahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Kampus ini mulai digunakan sejak tahun 1957. Salah satu fakultasnya adalah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) . Lokasi dan alamat FK USU adalah Jalan dr.T Mansur, No 5 Kampus USU 20155 Medan, yang terletak bersebelahan dengan Fakultas Psikologi dan dibelakang FK USU terdapat Fakultas Kesehatan Masyarakat. Pada tahun 2009, terdapat mahasiswi bermula dari angkatan 2007, 2008 hingga 2009. Jumlah populasi mahasiswi FK USU dari angkatan 2007-2009 pada tahun 2009 adalah sebanyak 694 orang.(Tabel 5.1)

Tabel 5.1

Jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Angkatan mahasiswi Jumlah Persen(%)

2007 230 33.14

2008 232 33.42

2009 232 33.42

Total 694 100

Pada penelitian ini, sebanyak 200 lembar kuesioner telah diedarkan kepada mahasiswi FK USU, tetapi hanya 148 lembar yang dikembalikan untuk dijadikan


(41)

sampel dalam penelitian efek analgesik NSAID terhadap volume darah menstruasi pada mahasiswi yang mengalami dismenorea.

5.1.2 Deskripsi volume darah Responden yang mengalami dismenorea

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara yang mengalami nyeri haid (dismenorea) pada 3 bulan terakhir semasa penelitian ini dilakukan. Karakteristik responden dapat terbagi kepada dua yaitu penderita dismenorea yang menggunakan analgesik dan penderita dismenorea yang tidak menggunakan analgesik. Jumlah penderita dismenorea yang menggunakan analgesik dan tidak menggunakan analgesik adalah sama yaitu masing-masing sebanyak 74 orang.

Berdasarkan tabel 5.2 dah diagram 5.1 diketahui bahawa, setelah dilakukan perhitungan, volume darah penderita dismenorea yang menggunakan analgesik, terdapat pertambahan volume darah sebanyak 47 (63,5%) orang mahasiswa manakala sebanyak 27 (36,5%) orang mahasiswa penderita dismenorea yang menggunakan analgesik, diketahui bahawa terjadinya pengurangan volume darah pada bulan tersebut.

Berlainan pula bagi penderita dismenorea yang tidak menggunakan analgesik, sebanyak 42 (56,8%) orang diketahui mengalami pertambahan volume darah, manakala sebanyak 32 (43,2%) orang mahasiswa diketahui mengalami pengurangan volume darah menstruasi setelah tidak menggunakan dismenore pada saat terjadinya dismenorea. ( Tabel 5.2)


(42)

Tabel 5.2

Jumlah responden yang mengalami dismenore primer yang menggunakan analgesik dan tidak menggunakan analgesik.

Volume darah Penggunaan analgesik total

Ber (+) Ber(-) total + - 89 59 148 47 27 74 42 32 74 Diagram 5.1

Jumlah mahasiswa yang mengalami pertambahan dan pengurangan volume darah setelah menggunakan analgesik dan tidak menggunakan analgesik

47

27

42

32

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

jumlah mahasiswi

analgesik

(+)

analgesik

(-)

penggunaan analgesik volume darah bertambah volume darah berkurang


(43)

5.1.3 Hubungan intensitas nyeri haid dengan penggunaan analgesik.

Intensitas nyeri haid yang dialami oleh seseorang diketahui adalah berbeda, hal ini disebabkan oleh ambang nyeri dalam tubuh seseorang untuk menghasilkan keluhan nyeri adalah tidak sama. (Diagram 5.2)

13

2

54 52

7

20

0

10

20

30

40

50

60

berat

sedang

ringan

analgesik (+) analgesik (-)

Diagram 5.2 Tingkat Keparahan nyeri penderita dismenorea yang menggunakan analgesik dan tidak menggunakan analgesik

Berdasarkan diagram 5.2 dapat diketahui bahawa, tingkat keparahan nyeri haid yang berskala dari 0 hingga 3 dikatakan nyeri haid adalah ringan yaitu sebanyak 7 (9.46%) orang mahasiswa dari kumpulan yang menggunakan analgesik, merupakan bagian yang terkecil manakala perbandingan tingkat keparahan nyeri pada mahasiswa yang tidak menggunakan analgesik adalah sebanyak 20 (27.03%) orang. Selain itu, sebanyak 54 (73%) orang mahasiswi yang mengalami nyeri haid tingkat sedang yang mewakili skala intensitas nyeri haid dari skala 4 hingga 7 dan merupakan bagian yang

Tingkat keparahan nyeri Jumlah mahasiswa


(44)

terbesar dari penelitian yang telah dilakukan, dibandingkan dengan yang tidak menggunakan analgesik adalah sebanyak 52 (70.27%) orang. Satu bagian lain dari diagram seperti diatas, 13 (17.57%) orang adalah mewakili tingkat keparahan nyeri haid yang berat untuk mahasiswa yang menggunakan analgesik manakala 2 (18,91%) orang mahasiswa tidak menggunakan analgesik. Intensitas berat yang mewakili skala yang lebih besar dari skala 7 berdasarkan skala intensitas nyeri haid.

Dari ketiga-tiga bagian tingkat keparahan nyeri yang disebabkan oleh haid dari diagram tersebut, mahasiswa sering mengeluhkan bahawa nyeri yang dialami saat menstruasi merupakan salah satu alasan mengapa mereka membuat keputusan untuk mengambil cuti sakit dan tidak dapat hadir ke kelas kerana menurut mereka, kehadiran ke kelas dengan nyeri haid yang dialami menyebabkan mereka tidak dapat menumpukan perhatian yang sepenuhnya terhadap pembelajaran di dalam kelas terutamanya mereka yang mengalami nyeri haid pada tingkat yang berat yaitu skala yang lebih dari 7 pada skala intensitas nyeri haid.

Mahasiswi yang mengalami nyeri haid yang berat majoriti menyatakan bahawa mereka harus bedrest selama mereka mengalami nyeri haid sehinggakan aktivitas harian yang biasa mereka terganggu. Berlainan pula dengan mahasiswi yang mengalami nyeri haid tingkat sedang, majoriti mengatakan bahawa aktivitas harian mereka sedikit terganggu tetapi tidaklah separah mereka yang mengalami nyeri haid tingkat berat. Selain itu, mahasisiwi yang mengalami nyeri haid tingkat ringan, mereka menyatakan bahawa mereka hanya mengeluhkan nyeri haid yang biasa dan aktivitas harian mereka tidak terganggu.

Berdasarkan diagram 5.2 juga dapat diketahui bahawa pada tingkat nyeri keparahan yang bagaimana mahasiswi cenderung untuk menggunakan analgesik suapaya dapat mengurangkan nyeri haid yang dialami. Diagram menunjukkan, jumlah mahasiswi pada tingkat keparahan nyeri yang sedang merupakan mahasiswi yang paling ramai menggunakan analgesik diikuti oleh tingkat keparahan ringan dan seterusnya tingkat keparahan yang berat.


(45)

5.1.4 Hubungan penggunaan analgesik dengan jumlah/ volume darah haid. Tabel 5.3. Volume Darah

Penggunaan analgesik

Analgesik (+) Analgesik(-) Mean

SD

100.5 ml 87.4 ml 47.1 ml 40.5 ml F: 0.247 P value: 0.620 95% CI df: 146 t hit:1.811 t tabel : 0.072

Berdasarkan tabel 5.3. diatas dapat dinyatakan bahwa rata-rata volume darah menstruasi penderita dismenorea yang menggunakan analgesik adalah 100.50 ml dengan standard deviation (SD 47.091) dan rata-rata volume darah menstruasi penderita dismenorea yang tidak menggunakan analgesik adalah 87.42 ml dengan SD 40.525. Hasil uji varian (F) hitung adalah 0.247 dan p value adalah 0.620,f hitung lebih kecil dari nilai p yang berarti tidak dapat perbedaan varian sehingga uji t yang digunakan adalah uji t dengan varian yang sama. Hasil uji t adalah 1.811 dan p value adalah 0.072 dan nilai p dalam penelitian ini adalah lebih besar dari 0.05 (p>0.05). Meskipun, pada pemakai obat analgesik dijumpai jumlah pendarahan yang lebih banyak (13.08 ml) daripada yang tidak menggunakan analgesik. Secara hitungan statistik, ternyata tidak berbeda signifikan.


(46)

Tabel 5.4 jenis analgesik yang biasa digunakan oleh mahasiswi untuk mengurangi nyeri haid yang dialami.

Jenis analgesik Contoh obat yang digunakan frekuensi (orang) Analgesic antipiretik - paracetamol

- panadol 41 NSAID - pontalon

- ponstan 23 Analgesik kombinasi

(kandungan: paracetamol

+ pamabrom) -panadol menstruasi 10

Berdasarkan tabel 5.4. sebanyak 74 orang mahasiswi menggunakan analgesik pada saat nyeri haid manakala sisa 74 orang tidak menggunakan analgesik. Hasilnya dapat diketahui bahwa jenis analgesik yang biasa digunakan oleh mahasiswi untuk mengurangi nyeri haid yang dialami terdiri dari kelas analgesik antipiretik, analgesik combinasi yang terdiri dari paracetamol dan juga pamabrom (obat untuk mengurangkan bloating dalam tubuh) serta non steriod antiinflamatory drugs (NSAID). Sebanyak 41 orang mahasiswi menggunakan analgesik antipiretik seperti panadol atau paracetamol untuk mengurangkan nyeri manakala mahasiswi yang menggunakan analgesik kombinasi sebanyak 10 orang. Mahasiswi yang menggunakan NSAID pula adalah sebanyak 23 orang


(47)

Tabel 5.5. Perbedaan keefektivitas analgesik dalam mengurangi nyeri haid

Mahasiswi yang telah menggunakan analgesik dalam mengurangi nyeri haid yang dialami telah dapat kita ketahui berdasarkan table diatas bahwa sekurang-kurangnya sebanyak 62 (83.8%) orang mahasiswi mengaku efektivitas analgesik dalam mengurangi nyeri haid adalah tinggi, mereka juga menyatakan bahwa sekurang-kurangnya penggunaaan analgesik ini membolehkan mereka melakukan aktiviti harian seperti biasa. Sebanyak 12 (16.2%) orang menyatakan bahawa keefektivitas analgesik ini adalah sedang, biasanya dinyatakan oleh mahasiswi yang mengalami tingkat keparahan nyeri haid yang berat ditambah dengan penggunaan analgesik seperti paracetamol yang dibisa di dapat di toko-toko sahaja .

5.2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 148 orang Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dari angkatan 2007 hingga 2009, diperoleh data yang akan dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir sebagai berikut:

Efektivitas Jumlah mahasiswi persen Tinggi 62 83.8

Sedang 12 16.2


(48)

5.2.1. Jumlah responden dismenore primer yang mengalami pertambahan dan pengurangan dengan penggunaan analgesik dan tidak menggunakan analgesik.

Berdasarkan table 5. 2, sebanyak 47 orang dismenorea yang mengunakan analgesik, diketahui bahwa setelah dilakukan pengiraan volume darah berdasarkan tabel pengukuran darah yang telah disediakan, didapati terdapat peningkatan volume darah berdasarkan referensi, volume darah yang lebih dari 80 ml dikatakan volume darah menstruasi bertambah. Selain itu dari golongan mahasiswi yang menggunakan analgesik, sebanyak 27 orang mahasiswi diketahui volume darah menstruasinya berkurang.

Hal yang sama terjadi pada penderita dismenore yang tidak menggunakan analgesik, dalam tabel 5.2. menyatakan bahwa sebanyak 42 orang yang tidak menggunakan analgesik terjadi pertambahan volume darah menstruasi dan 32 orang mahasiswi diketahui terjadinya pengurangan volume darah. Walaupun terjadi pertambahan volume darah menstruasi pada penderita yang menggunakan analgesik dan tidak menggunakan analgesik, nampaknya jumlah mahasiswi yang terjadi pertambahan volume darah dari kumpulan yang menggunakan analgesik lebih tinggi jika dibandingkan kumpulan mahasiswi yang tidak menggunakan analgesik.

5.2.2 Pengaruh pengambilan analgesik berdasarkan tingkat keparahan dismenorea

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui keputusan individu dalam pengambilan analgesik untuk mengurangi nyeri haid yang dialami adalah berbeda. Ada yang mengambil analgesik setelah nyeri yang haid yang dirasakan itu adalah berat atau sederhana dan juga ada yang ringan.

Tiap-tiap individu mempunyai reaksi yang berbeda-beda untuk mengatasi setiap permasalahannya masing-masing termasuklah penanganan nyeri haid yang dialami. Pengambilan analgesik ini merupakan salah satu cara bagi setiap individu dalam


(49)

menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan keinginan yang dicapai dengan harapan nyeri teratasi dan respon terhadap situasi seperi nyeri haid yang bagi mereka adalah suatu ancaman terhadap kualitas hidup sehari setelah menstruasi. Jadi, pengambilan analgesic ini adalah wajar bagi tiap-tiap individu tersebut.

Interpretasi seseorang terhadap sakit dapat berbeda sehingga mempengaruhi keputusan yang diambil, misalnya nyeri haid yang diperberat dengan kelelahan diinpretasikan sebagai nyeri haid yang berat dan begitulah sebaliknya. (Supardi dan Notosiswoyo, 2003)

Keputusan dalam pengambilan analgesik juga dipengaruhi oleh beberapa faktor individu yaitu:

1. pengalaman- pengalaman diri sendiri dan juga orang lain menyakinkan bahawa penggunaan analgesik bisa mengurangi nyeri sama ada yang ringan, sederhana dan juga berat

2. tingkat pendidikan- semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang individu, semakin luas tingkat pengetahuan, dan individu tersebut akan cuba untuk memahami dan mencari penyelesaian tentang masalah yang berlaku pada diri sendiri

3. fasilitas dan ekonomi- kemudahan atau fasilitas dan ekonomi yang tidak bermasalah untuk mendapatkan obat ditempat tinggal juga mempengaruhi seseorang individu dalam pengambilan analgesik untuk mengurangi nyeri haid yang dialami.

4. keberhasilan- keberhasilan penggunaan analgesik dalam mengirangi nyeri haid yang berat atau ringan sebelumnya juga bisa mempengaruhi pengambilan analgesik untuk nyeri yang berikutnya. (Supardi dan Notosiswoyo, 2003)

5.2.3 Hasil T-test

Hasil T-test pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan volume darah menstruasi pada penderita dismenorea yang menggunakan analgesik dibandingkan dengan penderita dismenorea yang tidak menggunakan analgesik yaitu 100.50 ml dibandingkan dengan 87.42ml masing-masing.


(50)

Walaupun perbedaan volume darah adalah dari kedua-kedua kumpulan ini tidak begitu jauh, dapat diketahui bahawa berdasarkan jenis obat yang biasa digunakan untuk menghilangkan nyeri akibat haid ini terdapat sedikit kaitan dengan volume darah menstruasi responden yaitu dari golongan analgesik antipiretik, analgesik kombinasi dan juga NSAID.

Analgesik antipiretik ini seperti panadol, paracetamol adalah golongan obat yang sering digunakan, mudah di dapatidan harganya murah dibandingkan obat yang lain, yaitu tergolong dari obat bebas yang bisa di dapat di toko-toko tanpa memerlukan resep doktor (Lallanila M, 2009). Biasanya kerja dari obat panadol dan paracetamol adalah majority untuk menghilangkan nyeri di sistem saraf sentral dengan menghambat biosintesis dari prostaglandin yang mana prostaglandin inilah salah satu bahan kimia tubuh yang bertanggungjawab terjadinya nyeri termasoklah nyeri akibat haid.

Terhambatnya sintesa prostaglandin hanya terjadi sekiranya jumlah asam arachidonik dalam jumlah yang sedikit. (Garry G, 2003) Prostaglandin ini tidak akan bersirkulasi ke otak dan sistem saraf akan mengurangkan nyeri yang dialami, paracetamol ini jarang berkerja di sistem saraf perifer. Akhir-akhir ini, penemuan terbaru menyatakan bahwa kerja dari paracetamol atau panadol ini adalah dengan menghambat COX-3 yang berada di otak dan juga medulla spinalis untuk mengurangi nyeri. Tetapi, sesetengah mahasiswa menunjukkan peningkatan volume darah menstruasi selepas menggunakan panadol dan penyebabnya adalah tidak diketahui kemungkinan yang bisa dinyatakan adalah akibat efek yang minimal dari paracetamol terhadap inflamasi perifer.

Efek paracetamol ini terhadap nyeri akibat inflamasi di perifer adalah sedikit jika dibandingkan dengan obat anti inflamasi yang lain. Disebabkan penggunaan panadol ini, kemungkinan peningkatan volume darah penderita dismenorea yang menggunakan obat jenis ini adalah tidak ketara.

Kerja obat dari golongan NSAID adalah lebih kurang sama dengan paracetamol atau panadol tetapi efeknya adalah lebih mengurangkan nyeri akibat stimulasi saraf


(51)

perifer oleh prostaglandin. Efek anti inflamasi di perifer tubuh dari NSAID ini adalah lebih banyak jika dibandingkan dengan paracetamol karena menghambat jalur COX-1 dan COX-2 yang mana enzim-enzim ini lebih banyak di perifer tubuh. Nyeri haid yang dialami oleh sesetengah wanita adalah akibat dari stimulasi saraf perifer yaitu di uterus, jadi, obat NSAID ini dikatakan menghambat inflamasi dan nyeri dengan menghambat terbentuknya prostaglandin. (Kieran F, 2003). Terhambatnya prostaglandin inilah yang menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah di uterus dan terjadinya peningkatan volume darah menstruasi ( Dawood Y, 2008)


(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai efek analgesik terhadap volume darah menstruasi penderita dismenore primer pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 hingga 2009 dapat dinyatakan kesimpulan sebagai berikut:

a. volume darah penderita dismenorea yang menggunakan analgesik adalah bertambah yaitu rata-rata sebanyak 100.50 ml dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita dismenore yang tidak menggunakan analgesik yaitu 87.42 ml

b. Tingkat keparahan nyeri yang disebabkan oleh haid adalah berbeda pada setiap individu, sesetengah mahasiswi bertindak untuk mengambil analgesik walaupun tingkat keparahan nyeri yang dialami adalah ringan.

c. Majoriti mahasiswi menggunakan analgesik yang sederhana, murah dan bisa didapat di toko-toko tanpa resep dokter untuk mengurangi nyeri haid yang di alami kaena walaupun dengan panadol atau paracetamol sahaja sudah bisa mengurangi nyeri apatah lagi dengan NSAID.

6.2. Saran

a. Bagi mahasiswi

Sekiranya mahasiswi menggunakan analgesik untuk mengurangi nyeri haid yang dialami haruslah bersedia untuk menyediakan tuala wanita dengan lebih banyak karena kemungkinan terjadinya pertambahan volume darah yang memerlukan frekuensi penggantian tuala wanita yang lebih kerap.


(53)

b. Bagi peneliti

Bagi peneliti dimasa yang akan datang disarankan supaya dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam mungkin secara eksperimental atau penelitian secara kohort tentang kemungkinan terjadinya pertambahan volume darah setelah penggunaan analgesik oleh wanita yang mengalami dismenore


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Aitken, R.B. (1969). Measurement of feelings using visual analogue scales. Hayes, M. H. S. & D. G. Patterson DG (1921). Experimental development of the graphic rating method. Visual Analogue Scales (VAS): Psychological Bulletin, 18, 98-99. Available from:

Anthony J. Trevor, Bertrem G. Katzung, Susan B. Masters. 2008. NSAIDS and Acetaminophen. Pharmacology examinations and board review. 8th Edition.

Arlinda Sari Wahyuni. 2007. Metode Penarikan Sampel dan Uji Beda Mean. Statistika Kedokteran

A 10-cm baseline VAS scales. Acute Pain Management: Operative or Medical Procedures and Trauma, Clinical Practice Guideline No. 1. Agency for Healthcare Research & Quality,

Rockville, MD; pages 116-117. Available from:

Burnett MA, Antao V, Bone A, Feldman K, Grenville A, Lea R, et al. 2005. Prevalence of primary dysmenorrhea in Canada. J Obstet Gynaecol Can.

Calis KA, Vaishali PopatDevra, K DangSophia, N Kalantaridou. 2009. Dysmenorrhea. Emedicine Obstetrics and Ginecology.Updated Jan 28 2009. Available from:

Dawood MY, Advances In Patogénesis And Management. Available from:

2010]


(55)

Deligoeroglou E. 2006. The Young Woman At The Rise Of 21st Century. Ginecological and Reproductive Issues in Health and Disease. New York Academy of Sciences.

Elsevier K, Gebbie AE, Hay Philips, Ingamells Susan, Monga Ash, Norman Jane, Purdie DW. 2006. Reproductive Organs.18th ed. Obstetrics by Ten Teachers

Edmonds Keith, Gebbie AE, Hay Philips, Ingamells Susan, Monga Ash, Norman Jane, Purdie DW. 2006. Reproductive Organs.18th ed. Gynaecology by Ten Teachers.

Garry G Graham. 2003. Mechanism Of Action Of Paracetamol And Related Analgesic.

Inflammopharmacology.volume 11.pp 401-413. Available from: http://www.springerlink.com/content/7h458njr0768kctv/

[ Accessed 3 Oktober 2010]

Guylaine Lefebvre, Odette Pinsonneault, Viola Antao, Amanda Black, Margaret Burnett, Kymm Feldman. 2005. Primary Dysmenorrhea Consensus Guidelines. Available from;

[ Accessed 24 April 2010]

Holder W, C Demetriou, K May, S Kennedy, S Kirtley & S Hogg. 2010.

NHS Evidence – women’s health Dysmenorrhoea Annual Evidence Update March

2010. Available from:

[

Accessed 13 April 2010]

Katrina Wyatt, Paul Dimmock, Shaughn O’Brien, Caroline Kirkham, Gill Warrilow and Khaled Ismail. 2004.Quantitification of menstrual blood loss. Review of obstetric and ginecology 2004. Available from: April 2010]


(56)

Lallanilla Marc.2009. Which pain Medication is best for u?. OTC pain Medication—Pain

medication Available Over-The –Counter. Available from:

Kaupilla A, Makila UM, Makareinen L, Puolakka and Sepalla A, 2005. Tiaprofenic Acid in the Treatment of Primary Dysmenorrhea. Europian Jurnal of Obstetrics and Ginecology and Reproductive Biology.

Kieran F Scott. 2003. Paracetamol And Analgesic. Inflammopharmacology.volume 11.pp 399-410

Lundstrom et al Augood C, Duckitt K, Farquhar C. 2007. Nonsteroidal anti-inflamatory drugs for heavy Menstrual Bleeding. Cochrane Database Syst. Rev.University of Auckland.

Linda French. 2005.Dysmenorea. Michigan State University College of Human Medicine, East Lansing, Michigan Am Fam Physician. 2005 Jan 15;71(2):285-291. Available at:

Mark H. Beers et al., The Merck Manual of Medical Information eds. 2nd Home Edition. Whitehouse Station, NJ: Merck; 2003. Available from:

Pendergrass P B, Ream L J, Scott J N, Agna M A.2006. Do aspirin and acetaminophen affect total menstrual loss?. Journal of Obstetric and Ginecology. Available from: March 2010]

Prawirohardjo Sarwono, Hanifa Wiknjosastro, Simanjuntak Pandapotan, Djamaloeddin, Albar Erdjan, Moeloek FA, dkk. 2007. Gangguan Haid dan siklusnya. Buku Ilmu Kandungan Edisi ke-2 cetakan ke-4.


(57)

Riihiluoma P, Wuolijoki E , Pulkkinen MO. 2005. Treatment of primary dysmenorrhea

with diclofenac sodium. Available from:

2010]

Storck Susan. 2010. Painful menstrual periods. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/encyclopedia.html/ [Accessed 13 April 2010]

Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismail, Djajadiman Gatot, Nartono Kadri, Purnamawati S Pudjiarto,Aswitha Boediarso, dkk.2008. Pemilihan uji hipotesa dan perkiraan besar sampel. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3.

Supardi & Notosiswoyo, Rostami, 2003, Pengobatan Sendiri Sakit Kepala, Demam, Batuk dan Pilek pada Masyarakat di Desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jakarta, INA: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI

Syarif Amir, Estuningtyas Ari, Setiawati Arini, Muchtar Armen, Bahry Bahroelim, Suyatna FD, dkk.2007.Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-inflamasi nonsteroid. Farmakolgi dan Terapi . Edisi ke-5.

Tortora GJ., Bryan Derrickson. 2006. The Female Reproductive Cycle.Principle of Anatomy and Physiology; 11th edition.

Universitas Sumatera Utara, Medan 2010. Lokasi Kampus. Available from:

[


(58)

Williams and Wilkins; 1981. p. 20–52Dawood MY. Hormones, prostaglandin and dysmenorrhea. In: Dawood MY, editor. Dysmenorrhea. Baltimore (MD):

.

Wyatt KM, Wilmana, Determination of total blood loss. Available from:

[Accessed 24 April 2010]

Zuellig, Panadol Menstrual. Available from:


(59)

LAMPIRAN I

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Noor Azifah Bt Ibrahim Tempat/ tanggal Lahir : Malaysia /24 januari 1988 Agama : Islam

Alamat : Putra Villa, Bertam 13200 Kepala Batas

Riwayat pendidikan : 1. Sekolah kebangsaan chiku 03, Gua Musang, Kelantan.

2. Sekolah Menengah Kebangsaan Assunta, Petaling Jaya, Selangor.

3. Maktab Rendah Sains Mara Kuala Berang, Terengganu.

4. Kolej Matrikulasi Masjid Tanah, Melaka. 5. Allianze Cllege Of Medical Sciences (ACMS) Riwayat Pelatihan: Seminar and Training in Presentation of Research Proposal


(60)

LAMPIRAN II

INFORMED CONSENT

Kepada Yth: Calon Responden Penelitian Mahasiswi FK USU

Medan

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama: Noor Azifah Binti Ibrahim NIM: 070100431

Alamat: Jl. Intan, No.15, Medan

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan yang sedang melakukan penelitian dengan judul ”Efek analgesik NSAID terhadap volume darah menstruasi pada penderita dismenorea”.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudari sebagai responden, kerahsiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudari tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi saudari, serta memungkinkan untuk mengundurkan diri untuk tidak ikut dalam penelitian ini.

Apabila saudari menyetujui, maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya telah buat. Atas perhatian dan kesediaan saudari menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2009 Peneliti,


(61)

LAMPIRAN III

PERSETUJUAN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bernama Noor Azifah Binti Ibrahim, NIM 070100431 dengan judul ”efek analgesik NSAID terhadap volume darah menstruasi pada penderita dismenorea”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya. Kerahsiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Medan, Mei 2009 Responden


(62)

LAMPIRAN IV

KUESIONER PENELITIAN

EFEK ANALGESIK TERHADAP VOLUME DARAH MENSTRUASI PADA PENDERITA DISMENOREA

______________________________________________________________________ Identitas Responden

Mahasiswi Nama: Nim: Umur: Alamat:

Sila tandakan (√) pada kotak jawaban yang disediakan.

Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak 1 Apakah anda pernah mengalami nyeri haid dalam 3 bulan

terakhir?

2 Apakah nyeri yang dialami dirasakan sewaktu datangnya haid atau beberapa hari sebelum datangnya haid?

3 Adakah nyerinya hilang setelah berapa hari anda mengalami haid?

4 Apakah nyeri yang dirasakan seperti mencengkam di daerah suprapubik hingga ke daeah pinggang?

5 Adakah nyeri haid yang anda alami mengganggu aktivitas harian anda?

6 sila tandakan keparahan nyeri haid yang anda alami pada garis dibawah ini


(63)

8 Apakah nyeri haid pertama anda terjadi kurang dari satu tahun setelah menarke ?

II . Analgesik Ya Tidak

9 Adakah anda pernah menggunakan analgesik untuk mengurangkan nyeri haid yang dialami?

10 sebutkan nama obat yang anda gunakan. (isikan nama obat dalam kotak disamping kanan.

11 Apakah obat tersebut bisa mengurangkan nyeri haid yang anda alami?

12 Adakah penggunaan analgesik hanya pada saat nyeri haid sahaja?

III. Durasi dan Volume darah Menstruasi Ya Tidak 13 Adakah anda menggunakan analgesik pada saat terjadinya

nyeri akibat menstruasi?

14 Adakah durasi menstruasi/haid anda saat anda mengalami dismenore lebih dari 3-7 hari?


(64)

15. berdasarkan tabel dibawah, sila isikan jumlah tuala wanita yang telah anda gunakan pada siang hari dan juga malam mulai yang hari PERTAMA hingga hari yang

TERAKHIR haid anda pada kotak yang telah disediakan.

a. Sila isikan JUMLAH tuala wanita (1, 2, 3 dan seterusnya) berdasarkan corak pendarahan pada tuala wanita yang telah anda gunakan dalam ruangan yang telah disediakan pada siang hari dan malam hari. Cth:

b. Sila bulatkan pada hari ke berapa anda menggunakan obat analgesik (sekiranya menggunakan analgetik) pada kolum hari pada tabel dibawah.

Corak

Pendarahan pada tuala wanita

waktu Bilangan hari menstruasi

(hari yang ke..)

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Contoh: siang 3

lembar 2 lembar

Dan isikan berapa JUMLAH pada hari yang berikutnya...

malam 2 lembar

3 lembar

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 siang malam siang malam siang malam siang malam siang malam


(65)

LAMPIRAN V

Hasil Uji Validitas dan Realibilitas

Validitas Nomor Total Status Alpha Status Pertanyaan Pearson Correlation

Keefektivitas 9 0.869 Valid 0.904 Reliable Analgesik

10 0.869 Valid Reliable

11 0.790 Valid Reliable

12 0.847 Valid Reliable


(1)

LAMPIRAN II

INFORMED CONSENT

Kepada Yth: Calon Responden Penelitian Mahasiswi FK USU

Medan

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama: Noor Azifah Binti Ibrahim NIM: 070100431

Alamat: Jl. Intan, No.15, Medan

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan yang sedang melakukan penelitian dengan judul ”Efek analgesik NSAID terhadap volume darah menstruasi pada penderita dismenorea”.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudari sebagai responden, kerahsiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudari tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi saudari, serta memungkinkan untuk mengundurkan diri untuk tidak ikut dalam penelitian ini.

Apabila saudari menyetujui, maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya telah buat. Atas perhatian dan kesediaan saudari menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2009 Peneliti,

(Noor Azifah Binti Ibrahim)


(2)

LAMPIRAN III

PERSETUJUAN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bernama Noor Azifah Binti Ibrahim, NIM 070100431 dengan judul ”efek analgesik NSAID terhadap volume darah menstruasi pada penderita dismenorea”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya. Kerahsiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Medan, Mei 2009 Responden


(3)

LAMPIRAN IV

KUESIONER PENELITIAN

EFEK ANALGESIK TERHADAP VOLUME DARAH MENSTRUASI PADA PENDERITA DISMENOREA

______________________________________________________________________ Identitas Responden

Mahasiswi Nama: Nim: Umur: Alamat:

Sila tandakan (√) pada kotak jawaban yang disediakan.

Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak 1 Apakah anda pernah mengalami nyeri haid dalam 3 bulan

terakhir?

2 Apakah nyeri yang dialami dirasakan sewaktu datangnya haid atau beberapa hari sebelum datangnya haid?

3 Adakah nyerinya hilang setelah berapa hari anda mengalami haid?

4 Apakah nyeri yang dirasakan seperti mencengkam di daerah suprapubik hingga ke daeah pinggang?

5 Adakah nyeri haid yang anda alami mengganggu aktivitas harian anda?

6 sila tandakan keparahan nyeri haid yang anda alami pada garis dibawah ini

7 Apakah setiap kali haid anda mengalami nyeri haid?


(4)

8 Apakah nyeri haid pertama anda terjadi kurang dari satu tahun setelah menarke ?

II . Analgesik Ya Tidak

9 Adakah anda pernah menggunakan analgesik untuk mengurangkan nyeri haid yang dialami?

10 sebutkan nama obat yang anda gunakan. (isikan nama obat dalam kotak disamping kanan.

11 Apakah obat tersebut bisa mengurangkan nyeri haid yang anda alami?

12 Adakah penggunaan analgesik hanya pada saat nyeri haid sahaja?

III. Durasi dan Volume darah Menstruasi Ya Tidak 13 Adakah anda menggunakan analgesik pada saat terjadinya

nyeri akibat menstruasi?

14 Adakah durasi menstruasi/haid anda saat anda mengalami dismenore lebih dari 3-7 hari?


(5)

15. berdasarkan tabel dibawah, sila isikan jumlah tuala wanita yang telah anda gunakan pada siang hari dan juga malam mulai yang hari PERTAMA hingga hari yang

TERAKHIR haid anda pada kotak yang telah disediakan.

a. Sila isikan JUMLAH tuala wanita (1, 2, 3 dan seterusnya) berdasarkan corak pendarahan pada tuala wanita yang telah anda gunakan dalam ruangan yang telah disediakan pada siang hari dan malam hari. Cth:

b. Sila bulatkan pada hari ke berapa anda menggunakan obat analgesik (sekiranya menggunakan analgetik) pada kolum hari pada tabel dibawah.

Corak

Pendarahan pada tuala wanita

waktu Bilangan hari menstruasi (hari yang ke..)

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7

Contoh: siang 3 lembar

2 lembar

Dan isikan berapa JUMLAH pada hari yang berikutnya...

malam 2 lembar

3 lembar

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7

siang malam siang malam siang malam siang malam siang malam


(6)

LAMPIRAN V

Hasil Uji Validitas dan Realibilitas

Validitas Nomor Total Status Alpha Status Pertanyaan Pearson Correlation

Keefektivitas 9 0.869 Valid 0.904 Reliable Analgesik

10 0.869 Valid Reliable

11 0.790 Valid Reliable

12 0.847 Valid Reliable