Hubungan Lama Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Primer pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012

(1)

Nama Lengkap : Hizkia Rheinhard Aurelio Purba Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/25 April 1993

Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Kristen

Alamat : Jl. Jamin Ginting No.94 Medan

Nomer Handphone : 08116151659

Email : rheinhard.aurelio25@gmail.com

Riwayat Pendidikan : 1. TK Fajar (1997 – 1999)

2. SD St. Antonius I (1999 – 2005) 3. SMP St. Thomas 4 (2005 – 2008) 4. SMA St. Thomas 1 (2008 – 2011)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012 – sekarang) Riwayat Pelatihan :

1. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU 2012 2. Peserta Pengabdian Masyarakat SCORA FK USU 2014


(2)

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Seksie Keamanan Acara Paskah FK USU 2013 2. Anggota Seksie Acara Paskah FK USU 2014

3. Koordinator Seksie Dana Perayaan Natal FK USU 2014

4. Anggota Seksie Dana Pengabdian Masyarakat SCORA FK USU 2014 5. Anggota Seksie Dana Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Kristen FK USU

2015


(3)

Dengan hormat,

Saya yang bernama Hizkia Rheinhard Purba, NIM 120100259 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Lama Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Primer Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada semester ketujuh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore pada mahasiswi. Data diperoleh langsung dari mahasiswi melalui kuesioner titipan formulir survei. Kuesioner ditinggalkan pada siswi dan peneliti akan kembali mengambilnya pada tanggal dan waktu yang ditetapkan.

Siswi akan diberikan daftar lampiran pertanyaan kombinasi antara pertanyaan tertutup yang ditanyakan tentang pola haid, gejala yang mengalami sebelum (24-48 jam) dan saat menstruasi dan tingkat gangguan yang mengalami saat menstruasi. Atas perhatian dan kesediaan Saudari berpatisipasi dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 8 Juni 2015 Peneliti,

... (Hizkia Rheinhard Purba)


(4)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Judul Penelitian: Hubungan Lama Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Primer Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012

Saya telah diminta untuk berpartisipasi dalam studi tentang Hubungan Lama Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Primer Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012. Dalam tahap ini, saya paham bahwa saya akan mengisi kuesioner ini dengan jujur. Hasil kuesioner ini akan dianalisa dengan tujuan untuk mendapatkan hubungan lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer pada mahasiswi fakultas kedokteran usniversitas sumatera utara angkatan 2012.

Saya menyadari bahwa partisipasi dalam penelitian ini tidak membahayakan saya secara fisik maupun psikologis. Saya menyadari bahwa partisipasi ini bersifat sukarela dan bisa mundur setiap saat. Saya paham bahwa semua data akan dirahasiakan. Publikasi yang berhubungan dengan penelitian ini tidak akan disertai nama sehingga kerahsiaan tetap akan terjamin.

Saya telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini. Saya telah membaca dan memahami formulir persetujuan. Semua pertanyaan saya telah dijawab dan saya setuju untuk berpartisipasi. Jika saya membutuhkan informasi lebih lanjut, saya dapat menghubungi peneliti.

Keputusan saya,

Nama :

Kelas : Tanggal lahir :

... Tanda tangan partisi


(5)

NAMA :

NIM :

ANGKATAN :

UMUR :

NO. TELP/HP :

Keterangan :

 Lingkari jawaban yang dipilih.

 Setelah selesai mohon lakukan pengecekan ulang, sehingga tidak ada jawaban yang terlewat.

Soal dari 1 – 3 menanyakan tentang POLA HAID ANDA.

1. Jarak antara tiap datang bulan ( haid ) < 24 hari 24 - 35 hari >35 hari 2. Berapa lama durasi menstruasi ( haid )

yang anda alami

< 3 hari 3 - 7 hari >7 hari 3. Ketika menstruasi, berapa kali anda

mengganti duk ( pembalut )

< 2 kali 2 - 6 kali > 6 kali Soal dari 4 – 5 menanyakan tentang RASA NYERI SAAT MENSTRUASI

4. Apakah anda pernah merasakan nyeri ketika menstruasi?

Ya Tidak

5. Apakah anda merasakan rasa kram yang luar biasa di bagian bawah perut ketika menstruasi?

Ya Tidak

Soal dari 6 – 8 menanyakan tentang kemungkinan DISMENORE SEKUNDER / PENYAKIT LAIN

6. Apakah anda pernah mengalami demam dan nyeri di bagian bawah perut yang tidak berhubungan dengan menstruasi?

Ya Tidak

7. Apakah anda pernah meraba massa di bagian perut bawah?

Ya Tidak

8. Apakah anda pernah memeriksakan kelainan ginekologis pada dokter?


(6)

Soal dari 9 –13 menanyakan tentang GEJALA YANG ANDA ALAMI SEBELUM (24 - 48 JAM) dan SAAT MENSTRUASI.

9. Apakah anda mengalami rasa pening/ pusing?

Ya Tidak

10. Apakah anda mengalami rasa mual/ muntah?

Ya Tidak

11. Apakah anda mengalami sakit punggung?

Ya Tidak

12. Apakah anda mengalami rasa lelah yang luar biasa?

Ya Tidak

13. Apakah anda mengalami gejala - gejala yang lain selain yang disebutkan di atas?

Ya,Sebutkan : Tidak

Soal 14 – 16 menanyakan tentang TINGKAT GANGGUAN YANG ANDA RASAKAN SAAT MENSTRUASI.

14. Apakah aktivitas sehari - hari anda terganggu?

* memerlukan istirahat

Tidak terganggu

Kadang terganggu

Terganggu *Sangat terganggu 15. Apakah kemampuan kerja anda

terganggu?

Tidak terganggu

Kadang terganggu

Terganggu Sangat terganggu 16. Apakah anda memerlukan obat tahan

sakit (analgesik) saat nyeri haid?

Tidak perlu

Kadang diperlukan

Membantu Tidak membantu


(7)

(8)

(9)

No.

Subjek Usia

Lama

Mens Pusing Mual SakPung Lelah GejLain GgnAktivitas GgnKerja KbthnObat 1 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 2 22 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 3 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 4 23 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 5 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 6 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 7 21 3 - 7 hari Tidak Ya Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 8 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 9 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 10 22 > 7 hari Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Membantu 11 19 > 7 hari Tidak Ya Ya Ya Tidak Terganggu Sangat terganggu Membantu 12 22 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 13 21 3 - 7 hari Tidak Ya Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Kadang diperlukan 14 20 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 15 22 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 16 22 3 - 7 hari Tidak Ya Tidak Ya Tidak Terganggu Kadang terganggu Membantu 17 21 3 - 7 hari Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 18 23 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 19 22 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 20 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 21 20 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Tidak Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 22 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Tidak Tidak Terganggu Terganggu Tidak perlu 23 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu


(10)

24 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 25 20 3 - 7 hari Ya Ya Tidak Ya Ya Terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 26 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 27 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 28 21 > 7 hari Ya Ya Ya Ya Ya Terganggu Terganggu Kadang diperlukan 29 20 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 30 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Tidak Ya Kadang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 31 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 32 21 > 7 hari Ya Ya Ya Tidak Tidak Terganggu Terganggu Membantu 33 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 34 19 3 - 7 hari Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 35 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Ya Tidak Terganggu Terganggu Tidak perlu 36 21 > 7 hari Ya Ya Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 37 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Ya Ya Kadang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 38 23 3 - 7 hari Ya Ya Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 39 21 3 - 7 hari Ya Ya Ya Ya Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Kadang diperlukan 40 19 3 - 7 hari Ya Ya Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 41 20 3 - 7 hari Ya Tidak Tidak Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 42 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 43 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Ya Tidak Terganggu Terganggu Tidak membantu 44 24 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 45 22 < 3 hari Tidak Tidak Ya Ya Tidak Terganggu Sangat terganggu Membantu 46 20 3 - 7 hari Ya Ya Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Kadang diperlukan 47 22 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 48 20 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 49 20 3 - 7 hari Ya Tidak Tidak Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 50 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 51 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 52 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Membantu 53 20 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan


(11)

59 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 60 22 < 3 hari Tidak Tidak Ya Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 61 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 62 20 3 - 7 hari Ya Ya Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 63 21 > 7 hari Ya Tidak Ya Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 64 21 3 - 7 hari Ya Ya Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Kadang diperlukan 65 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Tidak Tidak Terganggu Terganggu Membantu

66 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Ya Ya Terganggu Terganggu Membantu

67 21 > 7 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 68 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 69 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 70 21 3 - 7 hari Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 71 23 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Sangat terganggu Terganggu Membantu 72 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Membantu 73 20 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 74 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 75 21 3 - 7 hari Ya Ya Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu

76 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Ya Terganggu Terganggu Membantu

77 20 3 - 7 hari Tidak Ya Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Membantu 78 21 3 - 7 hari Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 79 22 3 - 7 hari Ya Tidak Tidak Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 80 22 3 - 7 hari Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu

81 21 3 - 7 hari Tidak Ya Ya Ya Tidak Terganggu Terganggu Membantu

82 23 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 83 20 3 - 7 hari Ya Tidak Tidak Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan


(12)

84 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 85 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Kadang diperlukan 86 19 3 - 7 hari Ya Ya Ya Ya Ya Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 87 22 3 - 7 hari Ya Ya Ya Tidak Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 88 21 3 - 7 hari Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 89 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 90 22 > 7 hari Tidak Ya Tidak Ya Ya Terganggu Terganggu Membantu 91 21 3 - 7 hari Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 92 21 3 - 7 hari Ya Ya Ya Ya Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 93 22 3 - 7 hari Tidak Ya Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 94 21 > 7 hari Tidak Tidak Tidak Ya Ya Terganggu Terganggu Membantu 95 22 3 - 7 hari Ya Ya Ya Ya Ya Terganggu Terganggu Kadang diperlukan 96 21 > 7 hari Ya Tidak Tidak Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 97 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 98 23 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 99 20 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 100 20 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Kadang terganggu Tidak terganggu Kadang diperlukan 101 20 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Membantu 102 21 3 - 7 hari Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 103 20 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Membantu 104 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Membantu 105 18 > 7 hari Ya Ya Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 106 22 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 107 20 3 - 7 hari Tidak Ya Ya Ya Ya Sangat terganggu Sangat terganggu Membantu 108 19 < 3 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak terganggu Kadang terganggu Tidak membantu 109 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 110 23 < 3 hari Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 111 21 3 - 7 hari Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 112 20 < 3 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 113 23 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu


(13)

119 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Kadang diperlukan 120 21 3 - 7 hari Ya Tidak Tidak Ya Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 121 20 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Ya Ya Tidak terganggu Tidak terganggu Kadang diperlukan 122 21 3 - 7 hari Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Terganggu Terganggu Tidak perlu 123 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 124 21 3 - 7 hari Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 125 21 > 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 126 21 3 - 7 hari Ya Ya Ya Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 127 21 3 - 7 hari Ya Ya Ya Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 128 22 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Membantu 129 24 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 130 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 131 20 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 132 22 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 133 22 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 134 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 135 20 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 136 20 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Sangat terganggu Sangat terganggu Membantu 137 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 138 20 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 139 21 3 - 7 hari Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 140 20 3 - 7 hari Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 141 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 142 21 > 7 hari Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 143 22 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu


(14)

144 20 3 - 7 hari Ya Tidak Tidak Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 145 23 3 - 7 hari Tidak Ya Ya Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 146 22 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Terganggu Terganggu Tidak perlu

147 21 3 - 7 hari Ya Ya Tidak Ya Tidak Terganggu Terganggu Membantu

148 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Membantu 149 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Kadang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 150 22 3 - 7 hari Ya Ya Ya Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Membantu 151 19 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 152 19 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 153 20 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 154 21 3 - 7 hari Ya Ya Tidak Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 155 21 3 - 7 hari Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 156 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 157 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 158 20 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 159 21 > 7 hari Tidak Tidak Ya Ya Tidak Terganggu Terganggu Tidak membantu 160 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 161 19 > 7 hari Ya Ya Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 162 21 > 7 hari Tidak Tidak Tidak Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 163 20 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 164 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 165 22 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu


(15)

(16)

Gejala Pusing

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak 94 57,0 57,0 57,0

Ya 71 43,0 43,0 100,0


(17)

Valid Ya 40 24,2 24,2 100,0

Total 165 100,0 100,0

Gejala Sakit Punggung

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak 77 46,7 46,7 46,7

Ya 88 53,3 53,3 100,0

Total 165 100,0 100,0

Gejala Lelah Luar Biasa

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak 77 46,7 46,7 46,7

Ya 88 53,3 53,3 100,0

Total 165 100,0 100,0

Gejala Lain

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak 124 75,2 75,2 75,2

Ya 41 24,8 24,8 100,0


(18)

(19)

(20)

(21)

Daftar Pustaka

Abbaspour, Z, Rostami, M and Najjar, Sh, 2006. The Effect of Exercise on Primary Dysmenorrhea. J Res Health Scin 6(1):26-31.

Ali, M.,&Asrori, M.2010.Psikologi Remaja.Jakarta: PT Bumi Aksara. Hal: 9-18. Badziad, Ali. 2003.Endokrinologi Ginekologi edisi kedua. Jakarta: Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 1-25

Cakir, Murat. et al. 2007. Menstrual Pattern and Common Menstrual Disorders among University Students in Turkey. Pediatrics International, 49, 938 – 942.

Carr, Bruce R. & Jean D. Wilson.1999. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Harrison Edisi 13, Volume 1(Ahmad H. Asdie). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 89 :567

Celik, Husnu, et al. 2009. Severity of Pain and Circadian Changes in Uterine Artery Blood Flow in Primary Dysmenorrhea. Archives of Ginecology & Obstectrics, 280, 589 – 592.

Cunningham, F. G. et al. 2005. Obstetri Williams. Alih bahasa, Andry Hartono, Y.Joko Suyono, Brahm U. Pendit ; editor bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto et al. Edisi 21. Jakarta : EGC, 2005. Hal: 69-83.

Dawood, M. Yusuf.2006. Primary Dysmenorrhea. American College of Obstetricians and Gynecologists, 108(2).

Direkvand-Moghadam, A & Khosravi, A. 2012. Evaluating Shirazi (Thymus vulgaris) on menstrual pain using verbal multidimensional scoring system (VMS).

French, Linda.2005. Dysmenorrhea. American Academy for Family Phisicians,71(2), 285 – 291.


(22)

43

_____________.2008. Dysmenorrhea in Adolescents Diagnosis and Treatment. Pediatri Drugs, 10(1), 1 – 7.

Fujiwara, Tomoko. 2003. Skipping Breakfast is Associated with Dysmenorrhea in Young Women in Japan. International Journal of Food Sciences and Nutriton, 54(6), 505 – 509.

Frenita. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dismenore pada Siswi SMK Negeri 10 Medan Tahun 2013. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Ganong, William F.2008. Fisiologi Kedokteran Edisi 22.

Gibson, John.2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 84-86

Gibson, Rossalin S.2005. Principle of Nutritional Assessments. New York, USA: Oxford University Press.

Ginarhayu.2002. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia Menarche Remaja Putri (9 –15 Tahun) Pada Siswi Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Jakarta Timur Pada Tahun 2002. Gollenberg, Audra L. et al.2010. Perceived Stress and Severity of Perimenstrual

Symptoms: The BioCycle Study. Journal of Women’s Health, 19(5), 959 – 967.

Guyton, Arthur C.2003. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 746-747.

Hand, Helen.2010. The Ups and Downs of The Menstrual Cycle. Practice Nursing, 21(9), 454 459.

Harel, Zeev.2002. A Contemporary Approach to Dysmenorrhea in Adolescent Girl. Pediatri Drugs, 4(12), 797 – 805.

Harunriyanto.2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore. Majalah Gemari. Edisi 12, Januari 2002


(23)

Hudson, Tori.2007. Using Nutrition to Relieve Primary Dysmenorrhea. Alternative & Complementary Therapies. Mary Ann Liebert, Inc, 125 - 128. Kilic, Ilke. et al.2008. Role of Leukotrienes in the Pathogenesis of Dysmenorrhea

in Adolescent Girls. The Turkish Journal of Pediatrics, 50, 521 – 525. Loto, Olabisi M. et al. 2008. Prevalence and Corelates of Dysmenorrhea among

Nigerian. Australian and New Zealand Journal of Obstetrics and Gynaecology, 48, 442 – 444.

Manuaba, et al. 2006. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Cetakan I. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2009. Gadar Obstetri & Ginekologi & Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta, EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde.2008. Manual Persalinan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Manuaba, LB.G., Manuaba, L.A.C., dan Manuaba, I.B.G.F.2007. Pengantar Kuliah Obstetri. 1st ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 78.

Maza D.2004. Dysmenorrhoea in Adolesence. Practice Nurse, 27(10). Nathan A.2005. Primary dysmenorrhoea. Practice Nurse, 30(6).

Novia, Ika & Nunik Puspitasari.2008. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Dismenorea. The Indonesian Journal of Public Health, 4, 96 – 104.

Papalia, D.E, Olds, S. W., & Feldman, D.2001. Human development (8th ed). Boston: McGraw-Hill.

Parker M. A. et al.2009. The Menstrual Disorder of Teenagers (MDOT) Study Determining Typical Menstrual Patterns and Menstrual Disturbance in a Large Population Based Study of Australian Teenagers. International Journal of Obstetrics and Ginecology,117, 185 – 192.


(24)

45

Patel, V. et al.2006. The Burden and Determinants of Dysmenorrhoea: a Population Based Survey of 2262 Women in Goa, India. International Journal of Obstetrics and Gynaecology, 453 – 463.

Polat, Aytac. et al.2009. Prevalence of Primary Dysmenorrhea in Young Adult Female University Students. Archives of Ginecology & Obstetrics, 279, 527 – 532.

Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S.2007. Ilmu kandungan. Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Hal: 181-191

Proverawati dan Misaroh.2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.Yogyakarta:Nuha Medika.

Santina, T.2012. Exploring dysmenorrhoea and menstrual experiences among Lebanese female adolescents.

Selby M.2007. Menstrual Problems: From Menarche to Menopause. Practice Nurse, 33(5).

Stoelting-Gettelfinger.2010. A Case Study and Comprehensive Differential Diagnosis and Care Plan for the Three Ds of Women’s Health: Primary Dysmenorrhea, Secondary Dysmenorrhea, and Dyspareunia. Journal of the American Academy of Nurse Practitioners, 22, 513 – 522. Stright, Barbara R.2001. Panduan Belajar: Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir

Edisi 3 (Maria A. Wijayarini, S.Kp, MSN). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suzanne, C. Smeltzer.2001.Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta :EGC. Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Editor Monica Ester.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tangchai, Kamonsak. et al.2004. Dysmenorrhea in Thai Adolescents: Prevalence, Impact and Knowledge of Treatment. Journal Medical Association Thailand, 87(3), 69 – 73.


(25)

Titilayo, A. et al.2009. Menstrual Discomfort and Its Influence on Daily Academic Activities and Psychosocial Relationship among Undergraduate Female Students in Nigeria. Tanzania Journal of Health Research, 11(4), 181 – 188.

Trickey, Ruth.2003. Women, Hormones, and the Menstrual Cycle: Herbal and Medical Solutions from Adolescence to Menopause. BJMP.

Wahyuni, A.S., 2009. Statistika Kedokteran (Diserati Statistika Dengan SPSS). Jakarta Timur: Bamboedoea Communication.

Wiknjosastro, H.2005. dalam Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. 236

Willman EA, Collins WP, Clayton SG. Studies in the involvement of prostaglandins in uterine symptomatology and pathology. Br J Obstet Gynaecol. 1976 May;83(5):337–341.

Wong, et al. 2002. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Xiaoshu Zhu. et al.2010. Are There any Cros-Etnic Differences in Menstrual Profiles? A Pilot Comparative Study on Australian and Chinese Women With Primary Dysmenorrhea. The Journal of Gynaecology Research, 36(5), 1083 – 1107.

Zukri, Shamsunarnie Mohd. et al.2009. Primary Dysmenorrhea among Medical and Dental University Students in Kelantan: Prevalence anda Associated Factors. International Medical Journal, 16(2), 93 – 99.


(26)

25

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi setiap variabel yang akan diteliti beserta cara, alat, hasil, serta skala ukurnya. Definisi operasional perlu dilakukan sebagai batasan untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara

Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Dismenore primer

Keram dan/atau rasa sakit; sakit yang dimulai beberapa saat sebelum atau beberapa saat setelah menstruasi dimulai (kurang dari satu hari); dan berlangsung dalam waktu 24 –48 jam.

Pengisian kuesioner

Kuesioner 1. Mild 2. Moderate 3. Severe Ordinal

Lama

Menstruasi

Tingkat Keparahan

Dismenore

Primer

Variabel Independen Variabel Dependen


(27)

Lama menstruasi

Waktu yang digunakan selama proses

perdarahan menstruasi

Pengisian Kuesioner

Kuesioner 1. < 3 hari 2. 3-7 hari 3. > 7 hari

Ordinal

Tabel 3.2 Tingkat keparahan dismenore Tingkat keparahan Aktivitas sehari-hari Kemampuan kerja Gejala sistemik Analgesik Ringan (Mild) Jarang menganggu Jarang terganggu

Tidak ada Jarang diperlukan Sedang

(Moderate)

Terganggu Terganggu Terdapat beberapa Sangat membantu Berat (Severe) * Sangat terganggu Sangat terganggu

#Sangat jelas Tidak membantu * Sehingga memerlukan istirahat.

# Gejala vegetatif positif (sakit kepala, lelah, muntah, dan diarea)

Sumber : Evaluating Shirazi (Thymus vulgaris) on menstrual pain using verbal multidimensional scoring system (VMS) (Direkvand-Moghadam dan Khosravi, 2012)

3.3 Skoring

Pertanyaan yang diajukan sebanyak 16 pertanyaan yang berisi tentang pola menstruasi,rasa nyeri saat menstruasi, kemungkinan dismenore sekunder/penyakit lain, gejala yang dialami sebelum (24-48 jam) dan saat menstruasi, tingkatan gangguan menstruasi (aktivitas sehari-hari, kemampuan kerja, kebutuhan analgesik). Pertanyaan 1, 3, 5, 6, 7,dan 8 adalah pertanyaan tambahan dan pertanyaan 2, 4, 9-16 adalah pertanyaan utama dan akan diberi skor/interpretasi, yaitu :

 Pertanyaan 2, lama menstruasi : < 3 hari : Pendek 3 – 7 hari : Normal > 7 hari : Panjang


(28)

27

 Pertanyaan 4, 9-13 jika ya = 1 dan tidak = 0

 Pertanyaan 14-15 jika tidak terganggu = 0, kadang terganggu = 1, terganggu = 2, dan sangat terganggu = 3

 Pertanyaan 16, jika tidak perlu = 0, kadang diperlukan = 1, membantu = 2, tidak membantu = 3.

Subjek mengalami dismenore dan diklasifikasikan menurut tingkat keparahannya.

Mild : 0 - 4 Moderate : 5 - 9 Severe : 10 - 14

3.4 Hipotesis

 Ada hubungan antara lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012.


(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan rancangan penelitian cross sectional study. Rancangan cross sectional dipilih karena disain penelitian yang akan peneliti lakukan dilakukan pada satu waktu dan satu kali, tidak ada follow up, dan digunakan untuk mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Lokasi ini dipilih karena belum pernah dilakukan penelitian dengan variabel independen seperti pada penelitian ini.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2015 setelah mendapatkan Ethical Clearance dari komisi etik

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi target penelitian ini adalah seluruh mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012.


(30)

29

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

4.3.2.1 Kriteria Inklusi

 Berstatus sebagai mahasiswa aktif di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara saat penelitian ini dilaksanakan.

 Mahasiswi S1 angkatan 2012 dan bersedia ikut dalam penelitian. 4.3.2.2 Kriteria Eksklusi

 Mengalami dismenore sekunder / nyeri perut bawah yang tidak berhubungan dengan menstruasi

 Mahasiswi yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Lemeshow (1994) dalam Wahyuni (2009) sebagai berikut:

Keterangan :

N = Besar populasi (228) n= Besar sampel

d= Kesalahan absolute yang dapat ditolerasi (0,05) Z = Tingkat Kepercayaan (95% = 1,96)

P = Proporsi populasi (0,5)

Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan relatif sebesar 5%

Z

2

· P (1 - P) · N

n =


(31)

Sampel (n)= 143,315 dibulatkan menjadi 144 orang, untuk menghindari sampel yang tidak mengisi kuesioner maka sampel akan ditambah 10% menjadi 144+(10% x 144) =158,4 dibulatkan menjadi 159 orang.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini diperoleh dari data primer. Data diperoleh langsung dari responden melalui angket yaitu pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang berkaitan dengan dismenore dan pola menstruasi, dimana responden diminta menjawab pertanyaan dengan memilih dari sejumlah alternatif.

4.5. Alat Pengumpulan Data

Kuesioner dismenore ini terdiri dari 16 butir pertanyaan yang disusun sendiri oleh peneliti. Pertanyaan yang diberikan diklasifikasikan menurut pola haid, rasa nyeri saat haid, gejala sistemik saat haid, aktivitas sehari - hari saat menstruasi, kemampuan kerja saat menstruasi, dan kebutuhan analgesik.

4.6 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul dari setiap responden penelitian akan dianalisis dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS) di mana hubungan lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer akan diuji dengan metode uji Chi Square. Data yang diperoleh akan disusun dan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang (diagram balok).

1,96

2

· 0,5 (1

0,5) · 228

n =


(32)

31

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara beralamat di jalan Dr. Mansur No.5, Medan. Fakultas ini didirikan tanggal 1 September 1952. Pada saat ini susunan pimpinan terdiri dari Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD.KGEH sebagai Dekan, Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K) sebagai Pembantu Dekan I, dr. Zaimah Z. Tala, M.S. Sp. GK sebagai Pembantu Dekan II, dan dr. Muhammad Rusda, M.Ked(OG) Sp.OG (K) sebagai Pembantu Dekan III. Pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 ini terdapat 4 Angkatan yang aktif di Fakultas Kedokteran USU, yakni 2012, 2013, 2014, dan 2015.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dari penelitian ini adalah mahasiswi aktif pada Angkatan 2012. Dalam penelitian ini, sebanyak 165 responden terpilih dengan cara Simple Random Sampling. Pada Angkatan 2012 terdapat beberapa kelompok usia. Data lengkap tentang distribusi frekuensi usia responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Usia (Tahun) n Persentase (%)

18 1 0.6

19 9 5.5

20 30 18.2

21 90 54.5

22 24 14.5

23 9 5.5

24 2 1.2

Total 165 100

Berdasarkan table 5.1, dapat diketahui bahwa responden yang mengikuti penelitian ini terdiri dari 7 kelompok usia, yakni 18 tahun sebanyak 0,6% (1


(33)

orang) merupakan responden paling sedikit, 19 tahun sebanyak 5,5% (9 orang), 23 tahun sebanyak 5,5% (9 orang), 24 tahun sebanyak 1,2% (2 orang), 22 tahun sebanyak 14,5% (24 orang) merupakan responden terbanyak ketiga, 20 tahun sebanyak 18,2% (30 orang) merupakan responden terbanyak kedua, dan 21 tahun sebanyak 54,5% (90 orang) merupakan responden paling banyak.

5.2 Analisis Univariat

Dalam analisis ini data disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dari variabel independen yang akan diteliti. Analisis univariat ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dari variabel dependen yang diteliti yaitu tingkat keparahan dismenore primer (gejala-gejala yang dialami, gangguang pada aktivitas sehari-hari, gangguang kemampuan kerja, kebutuhan obat analgesik) dan variabel-variabel independen yang diteliti meliputi lama menstruasi serta beberapa informasi tambahan berupa jarak haid, dan jumlah penggantian pembalut per hari setiap responden.

5.2.1 Tingkat Keparahan Dismenore Primer

Tingkat keparahan dismenore primer dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu mild, moderate, dan severe. Tingkatan mild untuk responden dengan skor total 0-4, tingkatan moderate untuk responden dengan skor total 5-9, dan tingkatan severe untuk responden dengan skor total 10-14 dari jumlah skoring variabel gejala yang dialami, tingkat gangguan aktivitas, tingkat gangguan kemampuan kerja, dan tingkat kebutuhan analgesik.

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keparahan Dismenore Primer

Tingkat Keparahan n Persentase (%)

Mild 90 54,5

Moderate 70 42,4

Severe 5 3,0


(34)

33

Berdasarkan tabel 5.2, terlihat bahwa responden paling banyak mengalami dismenore primer tingkatan mild yaitu sebanyak 54,5% (90 orang). Sementara itu hanya 3,0% (5 orang) yang mengalami dismenore primer dengan tingkatan severe. Sedangkan untuk tingkatan moderate didapati 42,4% (70 orang).

5.2.2 Gejala Yang Dialami Responden

Gambaran gejala yang dialami mahasiswi yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Yang Dialami Gejala Yang

Dialami

n Persentase (%)

Ya Tidak Ya Tidak

Gejala Pusing 71 94 43,0 57,0

Gejala

Mual/Muntah

40 125 24,2 75,8

Gejala Sakit Punggung

88 77 53,3 46,7

Gejala Lelah Luar Biasa

88 77 53,3 46,7

Gejala Lain 41 124 24,8 75,2

Dari hasil analisa pada tabel 5.3, diketahui bahwa gejala yang paling banyak dialami responden saat mengalami dismenore primer adalah sakit punggung dan lelah luar biasa 53,3% (88 orang), sedangkan gejala yang paling sedikit dialami yakni mual/muntah 24,2% (40 orang).

5.2.3 Tingkat Gangguan Aktivitas Sehari-hari

Tingkat gangguan aktivitas sehari-hari dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu tidak tenganggu, kadang terganggu, terganggu, dan sangat terganggu (hingga memerlukan istirahat). Distribusi responden berdasarkan tingkat gangguan aktivitas sehari-hari dapat dilihat pada tabel 5.4.


(35)

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Gangguan Aktivitas Sehari-hari

Tingkat gangguang n Persentase (%)

Tidak Terganggu 39 23,6

Kadang Terganggu 100 60,6

Terganggu 22 13,3

Sangat Terganggu 4 2,4

Total 165 100

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 165 responden yang mengalami dismenore primer 60,6% (100 orang) aktivitas sehari-harinya kadang terganggu, yang merupakan persentasi paling banyak. Sedangkan persentase yang paling sedikit adalah yang aktivitas sehari-harinya sangat terganggu yakni 2,4% (4 orang). Untuk tingkat gangguan tidak terganggu dan terganggu didapati masing masing 23,6% (39 orang) dan 13,3% ( 22 orang).

5.2.4 Tingkat Gangguan Kemampuan Kerja

Tingkat gangguan kemampuan kerja dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu tidak tenganggu, kadang terganggu, terganggu, dan sangat terganggu. Distribusi responden berdasarkan tingkat gangguan aktivitas sehari-hari dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Gangguan Kemampuan Kerja

Tingkat gangguang n Persentase (%)

Tidak Terganggu 53 32,1

Kadang Terganggu 89 53,9

Terganggu 18 10,9

Sangat Terganggu 5 3,0

Total 165 100

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 165 responden yang mengalami dismenore primer 53,9% (89 orang) kemampuan kerjanya kadang terganggu, yang merupakan persentasi paling banyak. Sedangkan persentase yang


(36)

35

paling sedikit adalah yang kemampuan kerjanya sangat terganggu yakni 3% (5 orang). Untuk tingkat gangguan tidak terganggu dan terganggu didapati masing masing 32,1% (53 orang) dan 10,9% ( 18 orang).

5.2.5 Tingkat Kebutuhan Obat Analgesik

Tingkat kebutuhan obat analgesik dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu tidak perlu, kadang diperlukan, membantu, tidak membantu. Distribusi responden berdasarkan tingkat kebutuhan obat analgesik dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kebutuhan Obat Analgesik

Tingkat gangguang n Persentase (%)

Tidak perlu 104 63,0

Kadang diperlukan 33 20,0

Membantu 25 15,2

Tidak membantu 3 1,8

Total 165 100

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sebanyak 63,0% (104 orang) tidak memerlukan obat analgesik saat terjadi dismenore yang merupakan persentase terbesar. Sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang merasa bahwa obat analgesik tidak membantu yaitu sebanyak 1,8% (3 orang).

5.2.6 Lama Menstruasi

Lama menstruasi ialah lama waktu yang diperlukan responden mulai dari keluarnya darah menstruasi hingga berhenti. Lama menstruasi responden dibagi menjadi tiga kategori, yaitu responden yang lama menstruasinya < 3 hari, 3 – 7 hari, serta > 7 hari. Distribusi responden berdasarkan lama menstruasi dapat dilihat pada tabel 5.7.


(37)

Tabel 5.7

Distribusi Lama Menstruasi pada Mahasiswi FK USU Angkatan 2012

Lama Menstruasi n Persentase (%)

< 3 hari 5 3,0

3 – 7 hari 144 87,3

> 7 hari 16 9,7

Total 165 100

Berdasarkan tabel 5.7, dapat dilihat bahwa paling banyak responden memiliki lama menstruasi dengan rentang antara 3 – 7 hari sebanyak 87,3% (144 orang). Hasil lain yang ialah responden dengan lama menstruasi < 3 hari sebanyak 3,0% (5 orang) adalah yang paling sedikit. Responden dengan lama menstruasi > 7 hari sebanyak 9,7% (16 orang).

5.2.7 Jarak Antar Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi ialah periode waktu yang diperlukan antar tiap proses perdarahan menstruasi. Siklus menstruasi dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu < 24 hari, 24 – 35 hari, dan > 35 hari. Distribusi responden berdasarkan siklus menstruasi dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8

Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Antar Siklus Menstruasi

Jarak Siklus n Persentase (%)

< 24 hari 14 8,5

24 – 35 hari 140 84,8

> 35 hari 11 6,7

Total 165 100

Dari tabel 5.8, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki rentang/jarak siklus menstruasi antara 24 – 35 hari merupakan yang paling banyak yaitu 84,8% (140 orang). Sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang memiliki jarak siklus menstruasi > 35 hari, yaitu 6,7% (11 orang).


(38)

37

5.2.8 Frekuensi Ganti Pembalut per Hari

Frekuensi ganti pembalut pada responden dikelompokkan menjadi 3, yaitu < 2 kali per hari, 2 – 6 kali per hari, dan > 6 kali per hari. Distribusi frekuensi penggantian pembalut pada responden per hari selama menstruasi dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9

Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Penggantian Pembalut per Hari

Frekuensi Penggantian n Persentase (%)

< 2 kali 7 4,2

2 – 6 kali 156 94,5

> 6 kali 2 1,2

Total 165 100

Dari tabel 5.9 dapat kita lihat bahwa rata-rata responden mengganti pembalutnya 2 – 6 kali per hari yaitu sebanyak 94,5% (156 orang). Sedangkan responden yang paling sedikit mengganti pembalut > 6 kali per hari sebanyak 1,2% (2 orang), meskipun tidak jauh berbeda dari responden yang mengganti pembalut < 2 kali per hari 4,2% (7 orang).

5.3 Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hubungan kemaknaan antara variabel independen dengan variabel dependen diketahui dengan menggunakan uji Chi-Square. Karena uji Chi-Square tidak dapat mengetahui keeratan hubungan dari variabel dependen dan independen, maka untuk mengetahuinya dilakukan Fisher Exact Test.

5.3.1 Hubungan Lama Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Hubungan antara lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer pada responden dapat dilihat pada tabel 5.10.


(39)

Tabel 5.10

Hasil Tabulasi Silang antara Lama Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Primer pada Responden

Lama Menstruasi

Tingkat Keparahan Dismenore Primer

Total P value Mild Moderate Severe

n % n % n % n %

< 3 hari 2 40,0 3 60,0 0 0,0 5 100

0,029 3 – 7 hari 84 58,33 57 39,58 3 2,08 144 100

> 7 hari 4 25 10 62,5 2 12,5 16 100 Total 90 54,54 70 42,42 5 3,03 165 100

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa responden yang memiliki lama menstruasi > 7 hari memiliki persentase lebih besar untuk mengalami dismenore tingkat severe, yaitu 12,5% (2 orang) dari total 16 orang yang lama menstruasinya > 7 hari. Dari hasil uji statistik Fisher Exact Test didapatkan p-value=0,029 (p-value <0,05), dan hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer.

5.4 Pembahasan

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer pada mahasiswi FK USU Angkatan 2012. Maka dari itu disusun kerangka konsep penelitian untuk melihat hubungan antara lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore, yang didasari teori pada penelitian Dawood (2006) bahwa banyaknya pelepasan prostaglandin dan vasopresin menyebabkan terjadinya kontraksi yang berlebihan dari uterus dan pengurangan suplai darah ke uterus dan peningkatan hipersensitivitas saraf perifer yang menyebabkan nyeri, apakah dipengaruhi lama menstruasi yang berakibat pada tingkat keparahan dismenore. Dari hasil analisis data penelitian, didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer (p=0,029). Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Prevalence and Corelate of Dysmenorrhea among Nigerian, yang dilakukan Loto et al (2008) pada 409


(40)

39

mahasiswi tingkat pertama di Nigerian University, didapati bahwa setelah melakukan analisis chi-square ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara lama menstruasi yang lebih dari normal dengan dismenore dengan tingkat keparahan dismenore dengan p-value 0,001.Penelitian lain yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dismenore yang dilakukan Frenita (2013) pada siswi SMK Negeri 10 Medan pada Tahun 2013, yang mendapati bahwa siswi dengan lama menstruasi ≥ 7 hari kemungkinan beresiko mengalami dismenore 1,2 kali lebih besar daripada sisi dengan lama menstruasi < 7 hari.

Salah satu faktor yang berperan pada peningkatan keparahan derajat dismenore adalah lama menstruasi Novia dan Puspitasari (2008). Menstruasi yang semakin lama menyebabkan makin seringnya uterus berkontraksi, akibatnya semakin banyak pula prostaglandin yang dikeluarkan dan supply darah ke uterus berhenti sementara. Kadar prostaglandin yang berlebihan dan supply darah yang berkurang menyebabkan nyeri pada dismenore primer (Novia dan Puspitasari, 2008).

Pada penelitian ini lama menstruasi responden dibagi menjadi tiga kategori, yaitu responden yang lama menstruasinya < 3 hari, 3 – 7 hari, serta > 7 hari. Dari hasil penelitian didapati bahwa responden yang lama menstruasinya < 3 hari berjumlah 5 orang (3,0%), responden dengan lama menstruasi 3 – 7 hari berjumlah 144 orang (87,3%), dan responden dengan lama menstruasi > 7 hari berjumlah 16 orang (9,7%). Dapat kita simpulkan bahwa rata-rata responden memiliki lama menstruasi yang normal yaitu 3 – 7 hari. Sedangkan untuk tingkat keparahan didapati hasil responden dengan tingkat keparahan Mild berjumlah 90 orang (54,54%), responden dengan tingkat keparahan Moderate berjumlah 70 orang (42,42%), dan responden dengan tingkat keparahan Severe berjumlah 5 orang (3,03%).

Setelah dilakukan pengolahan data akhirnya didapati pada responden dengan lama menstruasi < 3 hari jumlah responden untuk tingkat keparahan Mild, Moderate, dan Severe masing-masing adalah 2 orang (40%), 3 orang (60%), 0 orang. Untuk responden dengan lama menstruasi 3 - 7 hari didapati jumlah responden untuk tingkat keparahan Mild, Moderate, dan Severe masing-masing


(41)

adalah 84 orang (58,33%), 57 orang (39,58%), dan 3 orang (2,08%). Untuk responden dengan lama menstruasi > 7 hari didapati jumlah responden untuk tingkat keparahan Mild, Moderate, dan Severe masing-masing adalah 4 orang (25%), 10 orang (62,5%), 2 orang (12,5%).

Dilihat dari presentasinya untuk tingkat keparahan Mild paling tinggi pada responden dengan lama menstruasi 3 – 7 hari hal ini kemungkinan dipengaruhi responden dengan lama menstruasi < 3 hari hanya berjumlah 5 orang, yang juga menyebabkan persentase responden dengan tingkat keparahan Moderate lebih tinggi pada responden dengan lama menstruasi < 3 hari. Sedangkan untuk tingkat keparahan Severe didapati paling tinggi pada responden dengan lama menstruasi > 7 hari. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa semakin lama waktu menstruasi, maka semakin banyak prostaglandin yang dilepaskan yang menyebabkan meningkatnya keparahan dismenore primer.

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, dapat dilihat bahwa tingkat keparahan dismenore pada mahasiswi FK USU Angkatan 2012 ternyata berhubungan dengan berapa lama menstruasi berlangsung pada mahasiswi.


(42)

41

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 165 mahasiswi FK USU Angkatan 2012, ialah sebagai berikut:

1. Tingkat keparahan dismenore primer paling banyak berada pada kategori Mild, yaitu 54,54% kemudian diikuti oleh kategori Moderate (42,42%), dan kategori Severe (3,03%)

2. Gambaran lama menstruasi responden umumnya berada pada rentang 3 – 7 hari, sebesar 87,3%

3. Gambaran siklus menstruasi responden menunjukkan responden yang memiliki siklus menstruasi 24 – 35 hari merupakan yang paling banyak (84,8%).

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer

6.2 Saran

Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian mengenai faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan dismenore primer perlu dilakukan lagi untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang benar-benar berpengaruh terhadap tingkat keparahan dismenore primer sehingga dapat mengurangi dampak/beban yang ditimbulkan oleh dismenore primer. Selain itu, dalam penelitian selanjutnya diharapkan peneliti bisa memperkaya variabel-variabel independennya karena banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenore primer pada wanita.


(43)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menstruasi

2.1.1 Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa uterus secara berkala. Menstruasi terjadi dalam interval-interval kurang lebih teratur, siklis, dan dapat diperkirakan waktu-waktunya, sejak menarke sampai menopause kecuali saat hamil, menyusui, anovulasi, atau mengalami intervensi farmakologis (Cunningham, 2005). Menurut Proverawati & Misaroh (2009), menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Siklus menstruasi dimulai dengan menarche dan akan terus berlanjut hingga menopause sekitar usia 45 – 55 tahun (Sadler et al, 2007 dalam Hand, 2010). Menarche adalah menstruasi pertama perempuan yang umumnya terjadi pada sekitar 10-11 tahun (Manuaba ,2007).

2.1.2 Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi merupakan pola bulanan ovulasi dan menstruasi, dimana ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang matang dari ovarium dan menstruasi adalah proses peluruhan darah, lendir, dan sel-sel epitel dari uterus secara periodik dengan rata-rata jumlah kehilangan darah adalah 50 mL (Stright, 2001). Suzannec (2001), mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses kompleks yang mencakup reproduktif dan endokrin.

Carr dan Wilson (1999) menyebutkan normalnya siklus ini berlangsung rata-rata 28 + 3 hari dengan lama aliran menstruasi 4 + 2 hari. Menurut Manuaba (2006), pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama ±7 hari dan lama perdarahannya sekitar 3-5 hari. Sedangkan menurut Selby (2007) siklus menstruasi normal terjadi disetiap 24 – 32 hari dengan lama perdarahan 1 – 7 hari (rata-rata 4 – 5 hari). Selby (2007) juga mengatakan bahwa dua pertiga wanita siklus menstruasinya mulai teratur setelah dua tahun dari menstruasi pertama


(44)

6

karena pada awal-awal menstruasi sistem hormonnya belum matang, dimana siklus awalnya berkisar antara 21-42 hari.

Jumlah darah yang hilang saat menstruasi bervariasi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ketebalan endometrium, pengobatan, serta penyakit yang terkait dengan proses pembekuan darah. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc atau 40 mL. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Pada wanita dengan anemia defisiensi besi jumlah darah haidnya juga lebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 cc dianggap patologik dan dapat menimbulkan anemia. Darah haid tidak membeku mungkin disebabkan fibrinolisin (Hanafiah, 2009 dalam Wiknjosastro, 2007). Ganong (2008) jumlah darah yang keluar normalnya dapat sekedar bercak hingga 80 mL, keluarnya darah menstruasi lebih dari 80 mL termasuk dalam kategori abnormal. Puncaknya terjadi pada hari kedua atau ketiga dengan jumlah pemakaianpembalut sekitar 2 – 3 buah (Manuaba, 2008).

Siklus menstruasi dikontrol oleh sekelompok hormon, terutama estrogen dan progesteron. Kedua hormon tersebut dikeluarkan secara siklik oleh ovarium pada masa reproduksi di bawah kontrol dua hormon gonadotropin, yaitu folliclestimulating hormone (FSH) dan lutenizing hormone (LH). yang merupakan stimulasi dari hipotalamus (Hand, 2010). Di bawah pengaruh hormon-hormon tersebut, terjadi perubahan pada dinding endometrium rahim selama siklus menstruasi (Jenkins et al, 2007 dalam Hand, 2010). Perubahan pada dinding endometrium selama siklus menstruasi dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase poliferasi (pre-ovulasi), fase sekretori (post-ovulasi), dan fase menstruasi itu sendiri (Gibson, 2002).

Fase Proliferasi (Fase Esterogen) Siklus Endometrium. Pada permulaan setiap siklus menstruasi, sebagian besar endometrium mengalami deskuamasi oleh proses menstruasi. Setelah menstruasi, hanya lapisan tipis stroma endometrium tersisa pada basis endometrium asli, dan satu-satunya sel epitel yang tertinggal terletak pada bagian dalam sisa-sisa kelenjar dan kriptus endometrium. Di bawah pengaruh esterogen, yang sekresinya ditingkatkan oleh ovarium selama bagian pertama siklus ovarium, sel-sel stroma dan sel-sel epitel dengan cepat


(45)

berproliferasi. Permukaan endometrium mengalami reepitelisasi dalam 3-7 hari setelah permulaan menstruasi (Guyton, 2003). Pada fase ini hormon estrogen disekresi oleh folikel ovarium akibat pengaruh FSH (Gibson, 2002). FSH dari hipofisis bertanggung jawab terhadap pematangan awal folikel ovarium, dan FSH serta LH bersama-sama bertanggung jawab terhadap pematangan akhir. Letupan sekresi LH menyebabkan ovulasi dan pembentukan awal korpus luteum (Ganong, 2008). Selama dua minggu pertama siklus seksual, yaitu sampai ovulasi, tebal endometrium sangat bertambah. Pada saat ovulasi tebal endometrium sekitar 2 sampai 3 mm (Guyton, 2003).

Fase Sekresi (Fase Progesteron) Siklus Endometrium. Fase ini merupakan lanjutan dari fase poliferasi dimana estrogen tetap bertanggung jawab terhadap proses perkembangan endometrium. Pada fase ini progesteron diproduksi untuk mempersiapkan endometrium menerima ovum yang sudah dibuahi (Hand, 2010). Selama separuh terakhir siklus seksual, progesteron dan esterogen disekresi dalam jumlah besar oleh korpus luteum. Esterogen menyebabkan proliferasi sel tambahan dan progesteron menyebabkan pembengkakan hebat dan pembentukan sekresi endometrium (Guyton, 2003). Endometrium berkembang terus dan menjadi lebih vaskular (Gibson, 2002). Tujuan dari seluruh perubahan endometrium ini adalah untuk menghasilkan endometrium yang banyak menyekresi dan sangat banyak mengandung cadangan zat gizi yang dapat memberikan keadaan yang sesuai untuk implantasi ovum yang telah dibuahi selama separuh siklus haid (Guyton, 2003). Bila ovum tidak dibuahi, korpus luteum akan mengalami regresi dan pasokan hormon untuk endometrium terhenti, endometrium akan terlepas menghasilkan darah haid kemudian memulai daur yang baru (Ganong, 2008). Selain itu, Ganong juga menyebutkan bahwa lama fase sekretorik itu konstan, yaitu sekitar 14 hari dan variasi lama haid lebih dipengaruhi oleh variasi lama fase poliferasi.

Fase menstruasi. Menstruasi disebabkan oleh pengurangan mendadak progesteron dan esterogen pada akhir siklus haid ovarium. Vasospasme yang terjadi 24 jam sebelum menstruasi dan kehilangan rangsangan hormonal menimbulkan nekrosis pada endometrium (Guyton, 2003). Akibatnya sekresi


(46)

8

kelenjar dikeluarkan dan kapiler-kapiler yang tidak mempunyai sokongan pecah dan berdarah dengan lama fase sekitar 4 – 5 hari (Gibson, 2002).


(47)

2.1.3 Kelainan Menstruasi

Setiap wanita memiliki proses fisiologis yang serupa dalam setiap menstruasi. Namun prosesnya tidak akan pernah sama karena akan dipengaruhi berbagai macam faktor, salah satunya adalah hormon. Kelainan-kelainan dalam menstruasi dapat di klasifikasikan sebagai berikut.

1. Gangguan dalam jumlah darah a. Hipermenorea (Menorrhagia)

Hipermenorea ialah gangguan siklus menstruasi yang tetap teratur namun jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak (Manuaba, 2009). Gould (2007) dalam Hand (2010) menyebutkan menorrhagia terjadi jika kehilangan darah > 80 mL saat menstruasi. Menorrhagia dapat disebabkan oleh fibroid, gangguan pembekuan darah, atau kanker endometrium (Mc Veigh et al, 2008 dalam Hand, 2010).

b. Hipomenorea

Hipomenorea ialah sedikitnya volume darah yang keluar dengan siklus normal. Jumlah pembalut yang digunakan umumnya kurang dari 3 buah/hari.

2. Kelainan Siklus a. Polimenorea

Polimenorea ialah siklus menstruasi yang terjadi kurang dari 20 hari.

b. Oligomenorea

Oligomenorea ialah siklus menstruasi yang terjadi di atas 35 hari. c. Amenorea

Amenorea ialah keterlambatan menstruasi lebih dari 3 bulan berturut-turut, menstruasi teratur setelah mencapai usia 28 tahun (Manuaba, 2009). Ganong (2008) membagi amenorea menjadi dua jenis, yaitu amenorea primer dan amenorea skunder. Dikatakan sebagai amenorrhea primer jika periode menstruasi tak kunjung


(48)

10

mulai dan sekunder jika tidak terjadi menstruasi setelah mengalami siklus menstruasi normal. Kemungkinan penyebab amenorea primer ialah adanya kelainan genetik atau fisik seorang wanita (Hand, 2010). Sedangkan penyebab amenorea sekunder umumnya ialah kehamilan (Ganong, 2008 dan Blenkinsopp, 2004 dalam Hand, 2010).

3. Perdarahan di luar siklus menstruasi atau biasa disebut metroragia. Ganong (2008) mendefinisikan metroragia sebagai perdarahan dari uterus yang terjadi di luar periode haid.

4. Gangguan lain yang menyertai menstruasi, yaitu a. Premenstrual Tention

Premenstrual tention merupakan keluahan yang menyertai menstruasi dan sering dijumpai pada masa reproduksi aktif. Hal ini dapat disebabkan oleh kejiawaan yang labil (premature) dan juga akibat terjadinya gangguan keseimbangan estrogen-progesteron. b. Mastalgia

Mastalgia merupakan rasa berat dan bengkak pada payudara menjelang menstruasi. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh estrogen yang menyebabkan retensi natrium dan air pada payudara. Tekanan pada ujung saraf menimbulkan rasa nyeri.

c. Mittelschmerz

Mittelchmerz merupakan rasa nyeri yang terjadi saat ovulasi. Namun, hal ini jarang dirasakan oleh wanita.

d. Dismenore

Dismenore ialah nyeri di perut bawah sebelum atau bersamaan dengan haid, yang menyebar ke daerah pinggang, dan paha (Wiknjosastro, 2005). Nyeri ini sering terjadi pada usia muda dan menghilang setelah kehamilan pertama. Gejala ini disebabkan oleh adanya penimbunan prostaglandin di uterus.


(49)

e. Vicarious Menstruation

Vicarious menstruasi merupakan perdarahan yang terjadi pada organ lainnya yang tidak ada hubungannya dengan endometrium. Organ yang mengalami perdarahan ialah hidung sehingga menimbulkan epistaksi dan lambung. Organ tersebut dapat mengalami perdarahan sesuai dengan siklus menstruasi.

2.2 Dismenore

2.2.1 Definisi Dismenore

Dismenore merupakan salah satu gangguan menstruasi yang sering terjadi pada wanita. Menurut Prawirohardjo (2008), Dismenore adalah nyeri selama haid yang dirasakan di perut bawah atau pinggang, bersifat seperti mulas-mulas, seperti ngilu, dan seperti ditusuk-tusuk. Dismenore juga didefinisikan sebagai rasa nyeri saat menstruasi yang cukup dapat membatasi aktivitas normal atau membutuhkan pengobatan (Loto et al, 2008). Jadi dapat disimpulkan bahwa Dismenore adalah nyeri yang timbul pada bagian bawah abdomen saat menstruasi sehingga dapat mengganggu aktivitas secara normal dan/atau membutuhkan pengobatan. Nyeri ini dapat berkurang setelah menstruasi, namum pada beberapa wanita nyeri bisa terus dialami selama periode menstruasi (Proverawati & Misaroh, 2009).

2.2.2 Klasifikasi Dismenore

Dismenore dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder (French, 2005) (Loto et al, 2008) (Wiknjosastro, 2005). Perbedaan antara dismenore primer dan sekunder terletak pada ada atau tidaknya patologi pada organ pelvicnya, dikategorikan dalam dismenore sekunder jika ditemukan patologi pada organ pelvisnya (French, 2005).

2.2.3 Derajat Dismenore

Menurut Fujiwara (2003) derajat dismenore dapat dibagi berdasarkan tingkat keparahannya. Terdapat 3 tingkat keparahan untuk menentukan derajat dismenore, yaitu :


(50)

12

a. Derajat 1 ialah yang mengalami dismenore dan dapat diatasi tanpa menggunakan obat.

b. Derajat 2 ialah yang mengalami dismenore dan mengatasi nyerinya dengan menggunakan obat.

c. Derajat 3 ialah yang mengalami dismenore lalu berusaha mengatasi rasa nyerinya dengan meminum obat namun tetap merasa nyeri.

Wanita yang tidak mengalami dysemenorrhea dapat masuk ke dalam kategori derajat 0. Pembagian derajat ini didasarkan oleh Fujiwara pada responden yang seluruhnya mengalami dismenore.

2.3 Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada anatomi pelvic. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri (Badziad, 2003). Umumnya dimulai satu tahun setelah menarche ketika siklus ovulasi sudah terbangun pertama kali dan paling banyak dialami antara usia 15 – 25 tahun dan menurun setelah usia tersebut (Nathan, 2005).

Rasa nyerinya mulai muncul beberapa jam sebelum atau sesaat menstruasi dimulai kemudian menghilang dalam beberapa jam hingga satu hari tapi terkadang terjadi hingga 2 sampai 3 hari (Hudson, 2007). Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha (Badziad, 2003) (Hudson, 2007). Lebih dari setengah wanita yang mengalami nyeri juga memiliki gejala yang lain seperti mual dan muntah, sakit kepala, diare, pusing, dan sakit punggung bagian bawah (Badziad, 2003) (Hudson, 2007).


(51)

2.3.1 Patofisiologi Dismenore Primer

Dismenore primer disebabkan oleh peningkatan kadar prostaglandin (French, 2005). Kadar prostaglandin ditemukan lebih tinggi pada wanita yang mengalami dismenore tingkat parah dari pada pada wanita dismenore dengan intesitas sedang atau tidak mengalami dismenore (Lotto et al, 2008). Maza (2004) juga menemukan peningkatan kadar PGF-2alpha menyebabkan kontaksi rahim dan vasokontriksi yang mengakibatkan timbulnya nyeri berupa dismenore. Harel (2002) menemukan bahwa aktivitas PGF-2alpha dua kali lebih tinggi pada wanita yang dismenore dibandingkan yang tidak.

Gambar 2.2 Korelasi Jumlah Prostaglandin dan Keparahan Dismenore (Dawood, 2006)

Peningkatan produksi prostaglandin mungkin berhubungan dengan penurunan kadar progesteron pada fase luteal akhir yang memicu aksi enzimatik litik, menghasilkan pelepasan fosfolipid dengan generasi asam arakidonat dan aktivasi dari jalur (COX) siklooksigenase (Hudson, 2007). Tingginya kadar prostaglandin berhubungan dengan kontraksi uterus dan nyeri (French, 2005). Kontraksi miometrial distimulasi oleh prostaglandin, khususnya PGF-2alpha (Maza, 2004) dan PGE-2 (Hudson, 2007). Hal ini menyebabkan kontraksi sehingga endometrium meluruh dan keluar bersama ovum yang tidak dibuahi, atau akibat


(52)

14

terjadinya peningkatan sensitivitas otot endometrium (Nathan, 2005) menyebabkan iskemia dan nyeri (Hudson, 2007).

Hormon vasopresin juga mungkin terlibat dalam hipersensitifitas miometrium. Vasopresin berperan meningkatkan kontraksi uterus dan menyebabkan iskemik sebagai akibat vasokonstriksi (French,2005). Vasopresin primer dalam endometrium mungkin berhubungan dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin (Nathan, 2005). Leukotrien juga berperan dalam pathogenesis dismenore dengan menyebabkan tidak beraturannya irama kontraksi uterin dan menurunkan aliran darah pada uterin (Kilic et al, 2008). Dalam studinya mengenai leukotrien, Harel (2002) menemukan bahwa terdapat hubungan yang erat antara LTC4 dan LTD4 dengan beratnya gejala dismenore pada wanita. Sejumlah besar leukotrien telah ditemukan di endometrium dan darah menstruasi pada wanita yang dismenore primer yang tidak merespon pengobatan antagonis prostaglandin (Abu et al, 2000 dalam Kilic et al, 2008).

Harel (2002) mengatakan asam lemak omega-6 memiliki peran dalam proses patofisiologi dismenore primer. Asam lemak omega-6 berperan dalam merangsang produksi prostaglandin dan leukotrien di uterus.


(53)

Dismenore primer juga dikaitkan dengan faktor perilaku dan psikologis. Meskipun faktor-faktor ini belum terbukti sebagai penyebab, namun harus dipertimbangkan jika terapi medikamentosa gagal.

2.3.2 Faktor Risiko Dismenore Primer 2.3.2.1 Usia

Dismenore primer tidak terjadi pada saat menarche tetapi hanya terjadi pada saat siklus ovulatorik dan umumnya baru terjadi setelah dua tahun menstruasi (Wong et al, 2002). Dalam siklus anovulatorik, estrogen dilawan oleh

Siklo Oksigenase pospolifase A2

5-Lipoksigenase

Gambar 2.3 Patofisiologi dismenore primer, LT = Leukotrien; PG = Prostaglandin; TX = Tromboksane (Harel, 2002)

Penarikan Progesteron

Dinding Sel Posfolipid (ω6

> ω3)

Asam Arakidonik

(ω6)

LTB4 LTC4 Endoperoksida

Siklik

PGI2 (Prostasiklin)

TXA2 LTD4 PGE-2

PGF2-α

Kontraksi Miometrium dan

Vasokonstriksi LTE4

Nyeri


(54)

16

progesteron sehingga menghasilkan sebuah lapisan endometrium yang tidak stabil dan akhirnya rusak sehingga vasokonstriksi dan kontraktilitas miokard tidak terjadi (Cakir et al, 2007). Studi yang dilakukan oleh Novia dan Puspitasari (2008) menunjukkan bahwa dismenore primer paling banyak terjadi pada wanita dengan golongan usia 21 – 25 tahun.

2.3.2.2 Indeks Masa Tubuh (IMT)

IMT dihitung sebagai perbandingan berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter dikuadratkan (m2) (Gibson, 2005).

Tabel 2.1 Klasifikasi IMT berdasarkan WHO

Studi yang dilakukan oleh Tangchai et al (2004) menemukan nilai IMT yang rendah juga berhubungan dengan dismenore dengan P = 0.02. Sedangkan nilai IMT yang tinggi tidak dapat dianalisis karena hanya sedikit responden yang termasuk ke dalam kategori tersebut. Nilai IMT yang rendah juga ditemukan berhubungan dengan dismenore dengan nilai P = 0.011 (Loto et al, 2008). Widjanarko (2006) dalam Novia dan Puspitasari (2008) juga berpendapat bahwa kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer karena di dalam tubuhnya terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah (terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak) pada organ reproduksi wanita sehingga darah yang seharusnya mengalir pada proses menstruasi terganggu.Namun beberapa studi tetap tidak menemukan hubungan antara IMT dan dismenore.


(55)

2.3.2.3 Usia Menarche

Usia menarche dipengaruhi oleh kesehatan secara umum, faktor genetik, sosioekonomi, dan status gizinya. Umumnya menarche terjadi pada usia 12 – 13 tahun dan bisa jadi lebih cepat dengan meningkatnya status gizi dan kesehatan yang rendah (Cakir et al, 2007). Menarche pada usia 11 tahun atau lebih muda memiliki risiko lebih tinggi dismenore primer dibandingkan dengan wanita yang menarche di atas usia 11 tahun (Zukri et al, 2009). Menarche pada usia yang sangat muda dapat disebabkan oleh adanya riwayat keluarga yang memang pubertas lebih awal, obesitas, tumor pada kelenjar adrenal, dan pengeluaran estrogen yang berlebihan (Mc Veigh et al, 2008 dalam Hand, 2010).

Umumnya, menarche di usia muda mengarah kepada siklus ovulatorik yang lebih awal dan lebih awal pula mengalami gejala dismenore (Xiaoshu, 2010). Widjanarko (2006) dalam Novia dan Puspitasari (2008) menyatakan bahwa alat reproduksi wanita harus berfungsi sebagaimana mestinya. Namun, jika menarche terjadi pada usia yang lebih awal dari normal, di mana alat reproduksi masih belum siap untuk mengalami perubahan dan juga masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa sakit ketika menstruasi. Xiaoshu (2010) menyatakan bahwa menarche di usia muda, interval menstruasi yang pendek, serta aliran menstruasi yang banyak/berat diketahui bahwa terjadi karena ada pengaruh hormon esterogen. Shin (2005) dalam Xiaoshu (2010) menemukan hubungan antara esterogen dengan nyeri/ keram saat menstruasi sebagai konsekuensi dari sintetis prostaglandin yang distimulasi oleh estrogen yang meningkat. Peningkatan kadar esterogen mungkin juga dapat meningkatkan terjadinya keram/nyeri menstruasi.

2.3.2.4 Lama Menstruasi

Lama menstruasi merupakan salah satu faktor risiko dismenore primer. Shanon (2006) dalam Novia dan Puspitasari (2008) mengatakan semakin lama menstruasi terjadi, maka semakin sering uterus berkontraksi, akibatnya semakin banyak pula prostaglandin yang dikeluarkan. Sesuai dengan patologi dismenore, kadar prostaglandin yang berlebihan dapat menimbulkan nyeri. Selain itu,


(56)

18

kontraksi uterus yang terus menerus juga menyebabkan supply darah ke uterus berhenti sementara dan terjadi dismenore. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square pada penelitian Frenita diperoleh nilai p=0,046 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore. Rasio prevalens siswi dengan lama menstruasi ≥ 7 hari dan < 7 hari adalah 1,158 (0,746–0,999). Yang berarti siswi dengan lama menstruasi ≥ 7 hari kemungkinan berisiko mengalami dismenore 1,2 kali lebih besar daripada siswi dengan lama menstruasi < 7 hari (Frenita, 2013).

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Loto et al (2008) pada 409 mahasiswi tingkat pertama di Nigerian University setelah melakukan analisis chi-square ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara lama menstruasi yang lebih dari normal dengan dismenore dengan p-value 0,001. Variabel yang signifikan kemudian di analisis kembali oleh Loto et al dengan menggunakan regresi logistik. Hasil analisis menghasilkan p-value 0,001, yang berarti bahwa lama menstruasi berhubungan secara bermakna dengan dismenore.

2.3.2.5 Riwayat Keluarga

Wanita yang memiliki riwayat keluarga seperti ibu yang dismenore cenderung 5.37 kali lebih berisiko dismenore primer dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga (Zukri et al, 2009). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Novia dan Puspitasari (2008) menemukan bahwa responden yang mempunyai riwayat keluarga atau keturunan dismenore primer mempunyai risiko 0,191 kali untuk terkena dismenore primer dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat keluarga atau keturunan dismenore primer.

Dismenore primer sebagian besar dialami oleh wanita yang memiliki riwayat keluarga atau keturunan yang dismenore primer pula. Dua dari tiga wanita yang menderita dismenore primer mempunyai riwayat dismenore primer pada keluarganya. Sebelumnya mereka sudah diingatkan oleh ibunya bahwa kemungkinan besar akan menderita dismenore primer juga seperti ibunya (Novia dan Puspitasari, 2008).


(57)

2.3.2.6 Aktivitas Fisik

Menurut Abbaspour (2005), wanita yang teratur berolahraga didapatkan penurunan insidensi dismenore. Hal ini mungkin disebabkan efek hormonal yang berhubungan dengan olahraga pada permukaan uterus, atau peningkatan kadar endorfin yang bersirkulasi. Diduga olahraga bekerja sebagai analgesik nonspesifik yang bekerja jangka pendek dalam mengurangi nyeri. Tetapi menurut Abbaspour (2005), kombinasi dari faktor organik, psikologikal, dan sosiokultural juga berperan.

2.3.2.7 Stress

Stress dan tekanan memiliki peran yang besar dalam etiologi dismenore. Faktor psikososial dalam hal ini adalah stress yang merupakan penyebab langsung yang dapat menyebabkan terjadinya dismenore primer (Tambayong, 2000). Menurut Hudson (2007), dismenore dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kebiasaan dan faktor psikologis. Stress merupakan salah satu faktor psikologis manusia di mana faktor ini dapat menyebabkan aliran darah tidak lancar sehingga terjadi defisiensi oksigen di uterus (iskemia) dan meningkatkan produksi dan merangsang prostaglandin (PGs) di uterus.

Stress telah terbukti menyebabkan perubahan hormonal melalui sumbu hipotalamik pituitari-ovarium (HPO) yang menyebabkan perubahan dalam hormon ovarium yang mungkin membuat wanita lebih rentan terhadap gangguan menstruasi (Nepomnaschy et al, 2004 dalam Gollenberg, 2010). Melalui aktivasi sumbu HPO, dapat mengubah kadar hormon ovarium atau menstimulasi sistem saraf simpatik yang menyebabkan perubahan kadar neurotransmitter dan proses otak lainnya (Freeman et al, 2001 dalam Gollenberg, 2010).

Tiga mekanisme potensial yang berhubungan dengan kadar stress ialah neurotransmitter epinefrin, norepinefrin, dan serotonin. Gollenberg (2010) menemukan bahwa perubahan kadar norepinefrin dan epinefrin berhubungan dengan kegelisihan dan suasana hati. Gollenberg (2010) menyimpulkan bahwa psikologikal stres mengarah kepada meningkatnya sensitivitas yang dapat meningkatkan keparahan gejala menstruasi.


(1)

vii

2.2.2 Klasifikasi Dismenore ... 11

2.2.3 Derajat Dismenore... 11

2.3 Dismenore Primer ... 12

2.3.1 Patofisiologi Dismenore Primer ... 13

2.3.2 Faktor Risiko Dismenore Primer... 15

2.3.2.1 Usia ... 15

2.3.2.2 Indeks Masa Tubuh (IMT) ... 16

2.3.2.3 Usia Menarche ... 17

2.3.2.4 Lama Menstruasi ... 17

2.3.2.5 Riwayat Keluarga ... 18

2.3.2.6 Aktifitas Fisik ... 19

2.3.2.7 Stress ... 19

2.4 Dismenore Sekunder ... 20

2.5 Diagnosis Dismenore ... 20

2.6 Dampak Dismenore ... 22

2.7 Remaja... 24

BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 25

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 25

3.2 Definisi Operasional... 25

3.3 Skoring ... 26

3.4 Hipotesis ... 27

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 28

4.1 Jenis Penelitian ... 28

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.2.1 Lokasi Penelitian ... 28

4.2.2 Waktu Penelitian ... 28

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

4.3.1 Populasi ... 28

4.3.2 Sampel Penelitian ... 29


(2)

4.3.2.2 Kriteria Eksklusi ... 29

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 30

4.5 Alat Pengumpulan Data ... 30

4.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 30

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

5.1 Hasil Penelitian ... 31

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 31

5.2 Analisis Univariat... 32

5.2.1 Tingkat Keparahan Dismenore Primer ... 32

5.2.2 Gejala Yang Dialami Responden ... 33

5.2.3 Tingkat Gangguan Aktivitas Sehari-hari... 33

5.2.4 Tingkat Gangguan Kemampuan Kerja ... 34

5.2.5 Tingkat Kebutuhan Obat Analgesik ... 35

5.2.6 Lama Menstruasi ... 35

5.2.7 Jarak Antar Siklus Menstruasi... 36

5.2.8 Frekuensi Ganti Pembalut per Hari ... 37

5.3 Analisis Bivariat ... 37

5.3.1 Hubungan Lama Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Primer ... 37

5.4 Pembahasan ... 38

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

6.1 Kesimpulan ... 41

6.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(3)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Siklus Menstruasi 8

Gambar 2.2 Korelasi Jumlah Prostaglandin dan Keparahan Dysmenorrhea

13

Gambar 2.3 Patofisiologi dysmenorrhea primer 15

Gambar 2.4 Alur diagnosis dysmenorrhea 21

Gambar 2.5 Dampak dysmenorrhea 23


(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi IMT berdasarkan WHO 16

3.1 Definisi Operasional 25

3.2 Tingkat Keparahan Dismenore 26

5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia 31 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat

Keparahan Dismenore Primer

32

5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Yang Dialami

33

5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Gangguan Aktivitas Sehari-hari

34

5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Gangguan Kemampuan Kerja

34

5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kebutuhan Obat Analgesik

35

5.7 Distribusi Lama Menstruasi pada Mahasiswi FK USU Angkatan 2012

36

5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Antar Siklus Menstruasi

36

5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Penggantian Pembalut per Hari

37

5.10 Hasil Tabulasi Silang antara Lama Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Primer

Pada Responden


(5)

xi

DAFTAR SINGKATAN

FSH : Folliclestimulating Hormone

HPO : Hipotalamik Pituitari-Ovarium

IMT : Indeks Massa Tubuh

LH : Lutenizing Hormone

LT : Leukotrien

LTC4 : Leukotrien C4

LTD4 : Leukotrien D4

NSAID : Non Steroidal Anti-Inflamatory Drug

OC : Oral Contraceptive

OR : Odd Ratio

PG : Prostaglandin

PGF-2alpha : Prostaglandin F2α


(6)

DAFTAR ISTILAH

Deskuamasi : Pelepasan

Dysphoric mood : Keadaan ketidakpuasan, kecemasan, kegelisah