Efektivitas pendidikan seks untuk anak u
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK USIA DINI MELALUI KOMIK
DAN SASTRA ANAK.
Sunarti*, Nurul Hidayah, Umaroh
([email protected])
Universitas Diponegoro
Abstrak Seks merupakan suatu istilah yang tabu untuk dibicarakan, terlebih di Indonesia.
Sebagian negara timur memiliki sebuah norma sopan santun, etika yang tinggi sebagai pedoman
dalam berujar serta berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataannya orang tua cenderung
menutup diri untuk membahas isu-isu tentang seks. Dari hal tersebut muncullah masalah ketika
berbicara seks terlebih untuk anak-anak. Sehingga banyak kejahatan seksual yang terjadi karena
tidak ada bekal pendidikan mengenai seks. Maka dari itu dibutuhkan metode pembelajaran seks
untuk anak usia dini yang tidak melanggar norma, khususnya di Indonesia.
Pada penelitian ini digunakan media sastra anak dan komik. Kedua media ini dinilai lebih
efektif untuk digunakan, baik oleh anak atau orang tua. Pendidikan seks yang dikemas dalam cerita
yang menarik ini diharapkan dapat tersalurkan dengan baik pada anak-anak. Adapun dalam cerita
tersebut banyak sekali pembelajaran mengenai antomi tubuh, toilet training, menjaga, menghargai
dan melindungi tubuh, serta belajar mandiri. Dalam penelitian kali ini melibatkan guru dan dosen
sebagai selektor bahasa dan gambar. Kemudian diterapkan kepada anak-anak SDN Bulusan kelas 3
SD, dari penelitian yang baru berjalan sekitar satu bulan, sudah memperlihatkan hasil bahwa
mereka dapat memahami pentingnya pendidikan seks untuk melindungi diri mereka dari pelecehan
seksual.
Keyword: Pendidikan Seks, Anak Usia Dini, Komik, Cerita Anak
A. PENDAHULUAN
Pendidikan seks di Indonesia merupakan
sesuatu yang tabu.
Konsep masyarakat
mengenai pendidikan seks adalah kesan
mengenai hal yang berhubungan dengan seks
biologis. Terutama di masyakat pedesaan dan
perbatasan.
Mereka
berpendapat
bahwa
penyebutan vagina dan penis adalah sesuatu hal
yang tabu untuk diperdengarkan oleh anak
mereka. maka dari itu terkadang orang tua
membuat istilah seperti “burung” atau “titit”
untuk nama lain dari penis, dan „tempe‟ untuk
penyebutan vagina.
Konsep yang demikian membuat anak
menjadi bingung dan tidak paham dengan apa
yang ada pada dirinya. Nama vagina dan penis
adalah nama yang umum untuk diperdengarkan
pada anak. Bahkan banyak pakar anak yang
mengatakan penggunaan istilah tersebut tidak
baik jika digunakan pada anak.
Maka dari itu dibutuhkan adanya media
yang bersinggungan langsung dengan anak,
yaitu komik dan cerita anak. Kedua media
tersebut peneliti kembangkan untuk mengetahui
efektif atau tidak penyampaian pendidikan seks
usia dini kenapa anak-anak di Indonesia.
Seperti pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Kurniastuti (2005) mengenai
pendidikan seks untuk anak melalui wayang
kagok. Media yang peneliti kembangkan
merupakan media yang berbeda, ringan, dan
merupakan bacaan anak-anak.
Pada tahun lalu Menteri Pendidikan
Indonesia M. Nuh menyatakan tidak setuju jika
pendidikan seks masuk ke mata pelajaran siswa.
diberi pembekalan, yakni pembahasan cerita dan
story telling bersama.
C. ANALISIS
"Saya terus terang menggunakan istilah
pendidikan seks itu agak tabu," kata Nuh di
Jakarta, Senin (5/5/2014).(Liputan6.com )
Namun mengingat pentingnya pendidikan seks,
peneliti berinisiatif untuk membuat bacaan anakanak yang berisi pendidikan seks untuk anakanak. Sehingga pendidikan tersebut dapat
disalurkan dan dimanfaatkan dengan baik.
B. METODE
Pada penelitian kali ini menggunakan
metode kualitatif dan kuantitatif. Kedua metode
tersebut digunakan untuk mengalisis data yang
ada dilapangan. Metode kualitatif digunakan
untuk mengolah data berupa cerita berangkai,
dan retell (menceritakan kembali) dari siswa.
Kemudian metode kuantitatif digunakan untuk
mengolah data dari kuesioner yang di ambil pra
dan pasca penelitian untuk mengukur tingkat
keefektivan media pembelajaran tersebut.
Adapun penelitian ini dimulai dengan siswa
mengisi kolom hobi. Dari hobi dan pengamatan
kebiasaan siswa selama beberapa waktu
diperoleh inspirasi atau gagasan yang dapat
dijadikan sebagai sumber cerita.
Setelah cerita dan komik berhasil disusun,
maka diberikan pada siswa. Siswa akan diminta
untuk menceritakan kembali isi cerita anak dan
komik tersebut, baik secara individu dan
berkelompok. Kemudian pada pertemuan
selanjutnya siswa diminta untuk mengisi
kuesioner. Kuesioner diberikan pada siswa
dalam waktu yang relatif agak berjauhan yakni 2
minggu usai siswa mendapat sastra anak dan
komik. Jeda waktu tersebut digunakan untuk
mengetahui pola tingkah laku siswa, apakah
terdapat perbedaan sebelum dan sesudah
mendapatkan pendidikan seks melalui kedua
media tersebut. Pertemuan selanjutnya siswa
Untuk menunjukkan keefektifan dari satra
anak dan juga komik, data di ambil sebanyak 3
kali. Pertama adalah menilai kemampuan
individu siswa menjawab pertanyaan yang
diberikan. Terdapat 9 cerita yang diberikan
kepada siswa, setiap cerita memiliki 3
pertanyaan yang harus di jawab oleh siswa.
Berikut cara penilaiannya:
Nilai individu =
Berikut adalah tabel yang telah di peroleh dari
hasil analisis data pertama
Tingkat Pemahaman Siswa
Membaca per Individu
50
0
Kelas 3
Kelas 4
Standar
Tabel 1: Grafik tingkat pemahaman siswa
terhadap komik dan dongeng.
Untuk pengambilan data berikutnya dilakukan
dengan cara siswa menceritakan kembali atau
retell cerita yang dibacanya namun dilakukan
secara berkelompok.
Kelas 4 dan di kelas 3 dibuat kelompok yang
masing-masing beranggotakan 3-4 siswa,
kemudian siswa diberikan satu cerita. Minggu
selanjutnya setiap kelompok menceritakan
kembali isi cerita. Selanjutnya dilakukan
pengamatan secara berkala, dua minggu usai
pengumpulan data terakhir, siswa kembali diberi
kuesioner yang sama. Yakni kuesioner yang
berisikan seputar sikap dan tindakan yang
bersinggungan dengan pendidikan seks.
Tingkat Pemahaman Siswa yang Dilakukan
Secara Berkelompok
150
100
50
0
100
70 90 90 90 90 90 90 85 70 65 70
Nilai Stand.
Nilai Siswa 2
SiswaSiswaSiswaSiswaSiswaSiswa
1
3
5
7
9 11
Tabel 2: grafik pemahaman pendidikan seks usia
dini melalui teknik retell berkelompok.
Kemudian peneliti juga mengambil data
pembanding
untuk
mengetahui
tingkat
keefektivan kedua media saat diterapkan
sebelum dan sesudah diadakan pendidikan seks.
Tabel 3: Perbandingan Sebelum dan sesudah
pendidikan.
D.
PENUTUP
Pendidikan seks yang dilakukan di SD N
Bulusan dengan media Komik dan sastra anak
dalam hal ini cerita anak di nilai efektif untuk
meningkatkan pemahaman siswa mengenai cara
melindungi dan menjaga tubuhnya.
E.
DAFTAR PUSTAKA
Maemunah,Emma.2010.
Kesantunan
Berbahasa Pada Cerita Pendek Anak.
Balai Bahasa Jateng: Pusat Bahasa.
Faturochman. 1990.” Pendidikan Seks,
Perlukah?,” Kedaulan Rakyat, 9 April
1990, hlm 1-2.
Helmi,
Avin
Fadilla
dan
Ira
Permatastri.”Efektivitas
Pendidikan
Seksual Dini dalam Meningkatkan
Pengetahuan Perilaku Seksual Sehat,”
Jurnal Universitas Gajah Mada.1998.
No.2, 25-35.
Jamin, Ibnu. 2008. Metode Pendidikan Seks
bagi Anak Menurut Abdullah Nashih
Ulwan (Perspektif Pendidikan Islam).
Sekripsi. Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
Kalijaga: Yogyakarta.
Rochmanuddin.”Cegah
Emon
Baru,
Sukabumi Bikin Model Pendidikan Seks
Usia Dini,”Liputan6.com, 12 Mei 2014,
09.38 WIB.
Sidik, Jafar M. “Sukabumi Buat Model
Pandidikan Seks Usia Dini,”Antara
News, 12 Mei 2014, 09.15 WIB.
Virdhani, Marieska Harya,” Pendidikan Seks
Usia Dini Penting bagi Anak,”Okezone,
9 Mei 2014, 01.34 WIB.
Wijayanti,
Danik._________
.”PentingnyaPendidikanSeksUntukAnak
UsiaDini.”
http://bandung.lan.go.id/sites/default/file
s/Pentingnya%20Pend%20seks%20bagi
%20AUD.pdf (Diunduhpada 10 Juni
2014).
DAN SASTRA ANAK.
Sunarti*, Nurul Hidayah, Umaroh
([email protected])
Universitas Diponegoro
Abstrak Seks merupakan suatu istilah yang tabu untuk dibicarakan, terlebih di Indonesia.
Sebagian negara timur memiliki sebuah norma sopan santun, etika yang tinggi sebagai pedoman
dalam berujar serta berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataannya orang tua cenderung
menutup diri untuk membahas isu-isu tentang seks. Dari hal tersebut muncullah masalah ketika
berbicara seks terlebih untuk anak-anak. Sehingga banyak kejahatan seksual yang terjadi karena
tidak ada bekal pendidikan mengenai seks. Maka dari itu dibutuhkan metode pembelajaran seks
untuk anak usia dini yang tidak melanggar norma, khususnya di Indonesia.
Pada penelitian ini digunakan media sastra anak dan komik. Kedua media ini dinilai lebih
efektif untuk digunakan, baik oleh anak atau orang tua. Pendidikan seks yang dikemas dalam cerita
yang menarik ini diharapkan dapat tersalurkan dengan baik pada anak-anak. Adapun dalam cerita
tersebut banyak sekali pembelajaran mengenai antomi tubuh, toilet training, menjaga, menghargai
dan melindungi tubuh, serta belajar mandiri. Dalam penelitian kali ini melibatkan guru dan dosen
sebagai selektor bahasa dan gambar. Kemudian diterapkan kepada anak-anak SDN Bulusan kelas 3
SD, dari penelitian yang baru berjalan sekitar satu bulan, sudah memperlihatkan hasil bahwa
mereka dapat memahami pentingnya pendidikan seks untuk melindungi diri mereka dari pelecehan
seksual.
Keyword: Pendidikan Seks, Anak Usia Dini, Komik, Cerita Anak
A. PENDAHULUAN
Pendidikan seks di Indonesia merupakan
sesuatu yang tabu.
Konsep masyarakat
mengenai pendidikan seks adalah kesan
mengenai hal yang berhubungan dengan seks
biologis. Terutama di masyakat pedesaan dan
perbatasan.
Mereka
berpendapat
bahwa
penyebutan vagina dan penis adalah sesuatu hal
yang tabu untuk diperdengarkan oleh anak
mereka. maka dari itu terkadang orang tua
membuat istilah seperti “burung” atau “titit”
untuk nama lain dari penis, dan „tempe‟ untuk
penyebutan vagina.
Konsep yang demikian membuat anak
menjadi bingung dan tidak paham dengan apa
yang ada pada dirinya. Nama vagina dan penis
adalah nama yang umum untuk diperdengarkan
pada anak. Bahkan banyak pakar anak yang
mengatakan penggunaan istilah tersebut tidak
baik jika digunakan pada anak.
Maka dari itu dibutuhkan adanya media
yang bersinggungan langsung dengan anak,
yaitu komik dan cerita anak. Kedua media
tersebut peneliti kembangkan untuk mengetahui
efektif atau tidak penyampaian pendidikan seks
usia dini kenapa anak-anak di Indonesia.
Seperti pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Kurniastuti (2005) mengenai
pendidikan seks untuk anak melalui wayang
kagok. Media yang peneliti kembangkan
merupakan media yang berbeda, ringan, dan
merupakan bacaan anak-anak.
Pada tahun lalu Menteri Pendidikan
Indonesia M. Nuh menyatakan tidak setuju jika
pendidikan seks masuk ke mata pelajaran siswa.
diberi pembekalan, yakni pembahasan cerita dan
story telling bersama.
C. ANALISIS
"Saya terus terang menggunakan istilah
pendidikan seks itu agak tabu," kata Nuh di
Jakarta, Senin (5/5/2014).(Liputan6.com )
Namun mengingat pentingnya pendidikan seks,
peneliti berinisiatif untuk membuat bacaan anakanak yang berisi pendidikan seks untuk anakanak. Sehingga pendidikan tersebut dapat
disalurkan dan dimanfaatkan dengan baik.
B. METODE
Pada penelitian kali ini menggunakan
metode kualitatif dan kuantitatif. Kedua metode
tersebut digunakan untuk mengalisis data yang
ada dilapangan. Metode kualitatif digunakan
untuk mengolah data berupa cerita berangkai,
dan retell (menceritakan kembali) dari siswa.
Kemudian metode kuantitatif digunakan untuk
mengolah data dari kuesioner yang di ambil pra
dan pasca penelitian untuk mengukur tingkat
keefektivan media pembelajaran tersebut.
Adapun penelitian ini dimulai dengan siswa
mengisi kolom hobi. Dari hobi dan pengamatan
kebiasaan siswa selama beberapa waktu
diperoleh inspirasi atau gagasan yang dapat
dijadikan sebagai sumber cerita.
Setelah cerita dan komik berhasil disusun,
maka diberikan pada siswa. Siswa akan diminta
untuk menceritakan kembali isi cerita anak dan
komik tersebut, baik secara individu dan
berkelompok. Kemudian pada pertemuan
selanjutnya siswa diminta untuk mengisi
kuesioner. Kuesioner diberikan pada siswa
dalam waktu yang relatif agak berjauhan yakni 2
minggu usai siswa mendapat sastra anak dan
komik. Jeda waktu tersebut digunakan untuk
mengetahui pola tingkah laku siswa, apakah
terdapat perbedaan sebelum dan sesudah
mendapatkan pendidikan seks melalui kedua
media tersebut. Pertemuan selanjutnya siswa
Untuk menunjukkan keefektifan dari satra
anak dan juga komik, data di ambil sebanyak 3
kali. Pertama adalah menilai kemampuan
individu siswa menjawab pertanyaan yang
diberikan. Terdapat 9 cerita yang diberikan
kepada siswa, setiap cerita memiliki 3
pertanyaan yang harus di jawab oleh siswa.
Berikut cara penilaiannya:
Nilai individu =
Berikut adalah tabel yang telah di peroleh dari
hasil analisis data pertama
Tingkat Pemahaman Siswa
Membaca per Individu
50
0
Kelas 3
Kelas 4
Standar
Tabel 1: Grafik tingkat pemahaman siswa
terhadap komik dan dongeng.
Untuk pengambilan data berikutnya dilakukan
dengan cara siswa menceritakan kembali atau
retell cerita yang dibacanya namun dilakukan
secara berkelompok.
Kelas 4 dan di kelas 3 dibuat kelompok yang
masing-masing beranggotakan 3-4 siswa,
kemudian siswa diberikan satu cerita. Minggu
selanjutnya setiap kelompok menceritakan
kembali isi cerita. Selanjutnya dilakukan
pengamatan secara berkala, dua minggu usai
pengumpulan data terakhir, siswa kembali diberi
kuesioner yang sama. Yakni kuesioner yang
berisikan seputar sikap dan tindakan yang
bersinggungan dengan pendidikan seks.
Tingkat Pemahaman Siswa yang Dilakukan
Secara Berkelompok
150
100
50
0
100
70 90 90 90 90 90 90 85 70 65 70
Nilai Stand.
Nilai Siswa 2
SiswaSiswaSiswaSiswaSiswaSiswa
1
3
5
7
9 11
Tabel 2: grafik pemahaman pendidikan seks usia
dini melalui teknik retell berkelompok.
Kemudian peneliti juga mengambil data
pembanding
untuk
mengetahui
tingkat
keefektivan kedua media saat diterapkan
sebelum dan sesudah diadakan pendidikan seks.
Tabel 3: Perbandingan Sebelum dan sesudah
pendidikan.
D.
PENUTUP
Pendidikan seks yang dilakukan di SD N
Bulusan dengan media Komik dan sastra anak
dalam hal ini cerita anak di nilai efektif untuk
meningkatkan pemahaman siswa mengenai cara
melindungi dan menjaga tubuhnya.
E.
DAFTAR PUSTAKA
Maemunah,Emma.2010.
Kesantunan
Berbahasa Pada Cerita Pendek Anak.
Balai Bahasa Jateng: Pusat Bahasa.
Faturochman. 1990.” Pendidikan Seks,
Perlukah?,” Kedaulan Rakyat, 9 April
1990, hlm 1-2.
Helmi,
Avin
Fadilla
dan
Ira
Permatastri.”Efektivitas
Pendidikan
Seksual Dini dalam Meningkatkan
Pengetahuan Perilaku Seksual Sehat,”
Jurnal Universitas Gajah Mada.1998.
No.2, 25-35.
Jamin, Ibnu. 2008. Metode Pendidikan Seks
bagi Anak Menurut Abdullah Nashih
Ulwan (Perspektif Pendidikan Islam).
Sekripsi. Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
Kalijaga: Yogyakarta.
Rochmanuddin.”Cegah
Emon
Baru,
Sukabumi Bikin Model Pendidikan Seks
Usia Dini,”Liputan6.com, 12 Mei 2014,
09.38 WIB.
Sidik, Jafar M. “Sukabumi Buat Model
Pandidikan Seks Usia Dini,”Antara
News, 12 Mei 2014, 09.15 WIB.
Virdhani, Marieska Harya,” Pendidikan Seks
Usia Dini Penting bagi Anak,”Okezone,
9 Mei 2014, 01.34 WIB.
Wijayanti,
Danik._________
.”PentingnyaPendidikanSeksUntukAnak
UsiaDini.”
http://bandung.lan.go.id/sites/default/file
s/Pentingnya%20Pend%20seks%20bagi
%20AUD.pdf (Diunduhpada 10 Juni
2014).