MAKALAH USUL PENELITIAN MAHASISWA PROGRA

MAKALAH USUL PENELITIAN
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Judul

: Pengaruh Penggunaan Ampas Kopi (Coffea sp) pada Tanaman Caisim
(Brassica juncea L.)

dan Sumbangannya pada Mata Pelajaran

Biologi di SMA.
Nama

: Anggun Rijiani

NIM

: 06091009034

Dosen Pembimbing


: 1. Dr. Rahmi Susanti. M.Si.
2. Drs. Endang Dayat. M.Si.

Pembelajaran biologi merupakan pembelajaran yang berkaitan dengan cara mencari
tahu dan memahami tentang alam secara sistematis. Pembelajaran Biologi bertujuan
mendidik siswa agar dapat berfikir secara logis, kritis, rasional dan percaya diri sehingga
mampu membentuk kepribadian yang mandiri, kreatif serta mempunyai kemampuan dan
keberanian dalam menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran
biologi hendaknya guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
sehingga mampu menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa (Marta, 2012).
Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia
nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Muslich, 2011). Salah satu materi
yang menuntut contoh nyata yaitu pada pelajaran Biologi di SMA kelas XII Semester 1 pada
KD 3.1 Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup berdasarkan hasil percobaan dan 4.1
Merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang faktor luar yang mempengaruhi proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan melaporkan secara tertulis dengan

menggunakan tatacara penulisan ilmiah yang benar. Berdasarkan observasi buku paket BSE
tentang materi pertumbuhan dan perkembangan, guru hanya menggunakan contoh percobaan
pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan terbatas pada contoh-contoh yang telah

1

ada di buku saja yaitu faktor cahaya, padahal guru juga dapat memberikan contoh dari hasil
percobaan pengaruh faktor luar yang lain seperti pupuk terhadap pertumbuhan tanaman.
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau
biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian
yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman.
Pemanfaatan pupuk organik saat ini terus meningkat seiring dengan kesadaran untuk menjaga
kesehatan tanah juga seiring dengan mahalnya harga pupuk anorganik. Selain itu kebijakan
penghapusan subsidi pupuk anorganik berakibat terhadap meningkatnya jumlah dan jenis
pupuk organik (Widowati, 2009).
Pupuk organik yang sering digunakan biasanya berasal dari

pemanfaatan sampah

rumah tangga misalnya ampas kopi. Ampas kopi mengandung 10% protein yang diperlukan

untuk perkecambahan dan pertumbuhan biji dan nisbah C/N sebesar 11/1, yang merupakan
rasio yang ideal bagi nutrisi tanaman dan tanah (Chalker, 2009).
Dari penelitian-penelitian sebelumnya, telah dikatakan bahwa ampas kopi berpotensi
sebagai pupuk. Penelitian Adikasari (2012) menyebutkan bahwa pemberian campuran ampas
teh dan ampas kopi berpengaruh nyata dalam pertambahan tinggi tanaman tomat (Solanum
lycopersicum), sedangkan pada penelitian Hildalita (2009) menunjukkan bahwa pemberian
sludge kopi dapat meningkatkan pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus cadamba).
Ampas kopi diduga berpotensi sebagai pupuk organik bagi tanaman dan belum banyak
ditemukan publikasi penelitian mengenai penggunaan ampas kopi sebagai pupuk organik
tersebut. Oleh karena itu, dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kopi
pada tanaman caisim (Brassica juncea).
Informasi hasil penelitian ini akan dijadikan masukan materi pembelajaran Biologi di
SMA kelas XII semester I pada Materi Pokok Pertumbuhan dan Perkembangan dengan
Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan
proses pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup berdasarkan hasil percobaan dan
4.1 Merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang faktor luar yang mempengaruhi
proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan melaporkan secara tertulis dengan
menggunakan tatacara penulisan ilmiah yang benar. Oleh karena itu, sebagai contoh alternatif
lain pada kompetensi dasar tersebut, peneliti menyumbangkan hasil penelitian berupa rencana
pelaksanaan pembelajaran, wacana hasil penelitian, dan LKS.


2

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh pemberian ampas kopi (Coffea sp) terhadap pertumbuhan tanaman
caisim (Brassica juncea L.)
1.3 Batasan Masalah
1. Ampas kopi yang digunakan merupakan hasil dari penyeduhan bubuk kopi.
2. Ampas kopi yang digunakan berasal dari warung kopi.
3. Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman caisim (Brassica
juncea L.)
4. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah daun, berat basah taruk
dan akar, berat kering taruk dan akar.
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian ampas kopi (Coffea sp) terhadap
pertumbuhan tanaman caisim (Brassica juncea L.)
1.5 Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan bagi peneliti dan masyarakat tentang budidaya tanaman
caisim (Brassica juncea) dengan menggunakan ampas kopi sebagai pupuk.
2. Dapat menambah wawasan tentang pemanfaatan sampah rumah tangga khususnya

ampas kopi.
3. Memberikan sumbangan pada pembelajaran biologi di Sekolah Menengah atas pada
Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup berdasarkan
hasil percobaan dan 4.1 Merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang faktor
luar yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan
melaporkan secara tertulis dengan menggunakan tatacara penulisan ilmiah yang benar
dalam bentuk Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa.
1.6 Hipotesis
H0: Pemberian ampas kopi dengan takaran tertentu tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan tanaman caisim.
H1: Pemberian ampas kopi dengan takaran tertentu berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan tanaman caisim.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Caisim (Brassica juncea L.)
Tanaman caisim (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang
digemari oleh masyarakat Indonesia (Fatma, 2009). Tangkai daunnya panjang, langsing, dan
3


berwarna putih kehijauan, daunnya lebar memanjang, tipis, dan berwarna hijau. Rasanya
yang renyah dan segar dengan sedikit sekali rasa pahit, membuat sawi ini banyak diminati.
Selain enak ditumis dan dioseng, caisim banyak dibutuhkan oleh pedagang mi bakso, mie
ayam atau restoran masakan cina (Haryanto, dkk., 2007) gambar tanaman caisim (Brassica
juncea L.) disajikan pada Gambar 2.
Tanaman ini juga mengandung pro vitamin A dan asam askorbat yang tinggi.
Tanaman ini dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin,
sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah sampai dataran tinggi, tetapi pertumbuhan dan
produksi sawi yang ditanam di dataran tinggi lebih baik. Biasanya dibudidayakan di daerah
ketinggian 100 – 500 m dpl, dengan kondisi tanah gembur, banyak mengandung humus,
subur dan drainase baik (Edi dan Julistia, 2010).
Menurut Tjitrosoepomo, (2004) klasifikasi tanaman caisim adalah sebagai berikut :
Divisi

: Spermatophyta

ubdivisi

: Angiospermae


Class

: Dicotyledonae

Ordo

: Rhoeadales (Brassicales)

Famili

: Cruciferae (Brasscaceae)

Genus

: Brassica

Spesies

: Brassica juncea L.
Menurut data yang tertera dalam daftar komposisi makanan yang diterbitkan oleh


Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, komposisi zat-zat makanan yang terkandung
dalam setiap 100 g berat basah sawi adalah seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan zat gizi dalam 100 g sawi
No

Zat Gizi

Sawi

1.

Protein (g)

2,3

2.

Lemak (g)


0,3

3.

Karbohidrat (g)

4,0

4.

Ca (mg)

220,0

5.

P (mg)

38,0


6.

Fe (mg)

2,9

7.

Vitamin A (mg)

1.940,0

8.

Vitamin B (mg)

0,09
4

9.


Vitamin C (mg)

102,0

(Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1979) dikutip Haryanto, dkk., (2007))

2.1.1 Syarat Tumbuh
Sawi caisim bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman sawi dapat tumbuh
di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan di dataran
tinggi maupun dataran rendah. Meskipun begitu, tanaman sawi dapat tumbuh baik dengan
iklim yang kering pada suhu 15-20 0C dan ketinggian 5 – 1200 m dpl.
Adapun syarat-syarat penting bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak
mengandung humus, drainasenya baik, dan pH tanahnya antara 6-7. Waktu tanam yang baik
ialah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian, tanaman ini dapat pula ditanam
pada musim kemarau asalkan tersedia cukup air (Sunarjono, 2013).
2.2 Kopi (Coffea sp)
Menurut Najiyati dan Danarti (2006), kopi adalah spesies tanaman tahunan berbentuk
pohon. Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling sering
dibudidayakan hanya kopi Arabika, Robusta, dan Liberika. Secara lengkap, klasifikasi botani
kopi adalah sebagai berikut:
Divisi

: Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae
Kelas

: Dicotyledonae

Bangsa

: Rubiales

Suku

: Rubiaceae

Marga

: Coffea

Jenis

: Coffea sp.

Pada umumnya tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua tahun. Bila bunga
sudah dewasa, terjadi penyerbukan dengan pembukaan kelopak dan mahkota yang akan
berkembang menjadi buah. Kulit buah yang berwarna hijau akan menguning dan menjadi
merah tua seiring dengan pertumbuhannya. Waktu yang diperlukan dari bunga menjadi buah
matang sekitar 6-11 bulan, tergantung jenis dan lingkungan. Kopi Arabika membutuhkan
waktu 6-8 bulan, sedangkan kopi Robusta 8-11 bulan. Bunga umumnya mekar awal musim
kemarau dan buah siap dipetik di akhir musim kemarau. Di awal musim hujan, cabang primer
akan memanjang dan membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan bunga pada awal
5

musim kemarau mendatang (Najiyati dan Danarti, 2006). Jika dibandingkan dengan kopi
Arabika, pohon kopi Robusta lebih rendah dengan ketinggian sekitar 1,98 hingga 4,88 meter
saat tumbuh liar di kawasan hutan. Pada saat dibudidayakan melalui pemangkasan, tingginya
sekitar 1,98 hingga 2,44 meter (Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991).
Buah kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri dari tiga lapisan yaitu
lapisan kulit luar (exocarp), daging buah (mesocarp), dan kulit tanduk (endocarp) yang tipis,
tetapi keras. Kulit luar terdiri dari satu lapisan tipis. Kulit buah yang masih muda berwarna
hijau tua yang kemudian berangsur-angsur menjadi hijau kuning, kuning, dan akhirnya
menjadi merah, merah hitam jika buah tersebut sudah masak sekali. Daging buah yang sudah
masak akan berlendir dan rasanya agak manis. Biji terdiri dari kulit biji dan lembaga (Ciptadi
dan Nasution, 1985 dikutip Najiyati dan Danarti, 2006). Kulit biji atau endocarp yang keras
biasa disebut kulit tanduk. Lembaga (endosperma) merupakan bagian yang dimanfaatkan
untuk membuat minuman kopi sehingga ahirnya akan di dapatkan ampas kopi.
Ampas kopi mempunyai banyak manfaat, terutama bagi tumbuhan yaitu dapat
menambah asupan Nitrogen, Fosfor dan Kalium (NPK) yang dibutuhkan oleh tanaman
sehingga dapat menyuburkan tanah. Ampas kopi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik
karena mengandung mineral, karbohidrat, membantu terlepasnya nitrogen sebagai nutrisi
tanaman, dan ampas kopi bersifat asam sehingga menurunkan pH tanah (Yunus, 2010 dikutip
Adikasari, 2012).
Ampas kopi mengandung 10% protein yang diperlukan untuk perkecambahan dan
pertumbuhan biji dan nisbah C/N sebesar 11/1, yang merupakan rasio yang ideal bagi nutrisi
tanaman dan tanah. Karena kopi diekstrak dengan menggunakan air, banyak komponen
hidropobik, termasuk minyak, lemak, trigliserida dan asam lemak yang tersisa di ampas kopi,
begitu pula dengan karbohidrat yang tidak terlarut seperti selulosa dan sejumlah gula yang
tidak dapat dicerna. Lignin, fenol dan minyak esensial penghasil aroma juga tersisa dari
proses penyeduhan. Kandungan kimia tersebut memiliki efek antimikroba dan antioksidan
(Chalker, 2009). Setelah proses penyeduhan, pH ampas kopi dapat mendekati netral, yakni
6,9 (Monte, 2010).
Karena memiliki aktivitas antimikroba, ampas kopi juga dapat digunakan sebagai
media tumbuh jamur yang sangat bervariasi dan spesies-spesifik. Demikian pula, efek ampas
kopi terhadap pertumbuhan tanaman tidak dapat diperkirakan (Chalker, 2009).
2.3 Unsur Hara
6

Tanah merupakan sumber hara yang berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Menurut Parnata (2004) dikutip Anggreani (2010), unsur hara yang dibutuhkan
tanaman beraneka ragam. Sedikitnya ada 60 jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dari
sekian banyak unsur hara tersebut, sebanyak 16 unsur atau senyawa diantaranya merupakan
unsur hara esensial yag mutlak dibutuhkan tanaman untuk mendukung pertumbuhannya. Dari
16 unsur hara, 3 diantaranya tidak terlalu bermasalah karena ketersediaanya di alam
melimpah. Ketiga unsur tersebut adalah karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
Unsur yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah yang relatif besar disebut makronutrien.
Terdapat sembilan makronutrien, yang meliputi enam unsur penyusun utama senyawa
organik, yaitu karbon (C), oksigen (O), hidrogen (H), nitrogen (N), sulfur (S), dan fosfor (P).
Tiga makronutrien lainnya adalah kalium (K), kalsium (Ca), dan

magnesium (Mg)

(Campbel, dkk., 2003).
Unsur yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah yang sangat sedikit disebut
mikronutrien. Kedelapan mikronutrien tersebut adalah besi (Fe), klorida (Cl), tembaga (Cu),
mangan (Mn), seng (Zn), molibdenum (Mb), boron (Br), dan nikel (Ni) (Campbel, dkk.,
2003).
Tanaman tanggap terhadap suplai unsur hara yang kurang dengan memperlihatkan suatu
gejala defisiensi. Gejala-gejala tersebut meliputi pertumbuhan akar, batang, atau daun yang
tertekan serta terjadinya klorosis ataupun nekrosis pada sejumlah organ (Zulkarnain, 2010).
2.4 Pemupukan
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia, atau
biologi tanah sehingga menjadi lebih baik lagi bagi pertumbuhan tanaman. Misalnya,
pemberian bahan kapur dengan maksud untuk meningkatkan pH tanah yang asam, pemberian
legin bersama benih tanaman kacang-kacangan, dan pemberian pembenah tanah (soil
conditioner) untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Demikian pula, pemberian urea dalam
tanah yang miskin akan meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut. Semua usaha tersebut
dinamakan pemupukan (Rosmarkam dan Widya, 2002).
2.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman
Pertumbuhan di definisikan sebagai peningkatan ukuran tanaman sebagai akibat adanya
pembelahan dan pembesaran sel, termasuk sintesis berbagai bahan seluler dan organisasi
organel-organel subseluler. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang tidak dapat balik
(irreversibel), dan laju pertumbuhan dapat dihitung dengan menghitung peningkatan berat
7

segar, berat kering, volume, panjang, tinggi, atau luas area. Oleh karena ukurannya
bertambah, maka bentuk tanamanpun berubah-ubah sebagaimana ditentukan oleh faktorfaktor genetiknya (Salisbury, 1995)
Istilah perkembangan mengacu pada total perubahan pertumbuhan yang bertahap da
progresif baik secara kualitatif maupun kuantitatif, yang meliputi transformasi dari suatu
zigot menjadi tanaman dewasa yang reproduktif. Fenomena ini dicirikan oleh perubahan
ukuran dan berat, munculnya struktur dan fungsi baru serta hilangnya struktur dan fungsi
yang lama. Perkembangan dapat dipandang sebagai fenomena yang terdiri atas tiga proses,
yang biasanya terjadi secara bersamaan, yakni pertumbuhan, diferensiasi seluler, dan
morfogenesis (Salisbury, 1995).
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2014 sampai dengan selesai di Kebun Botani
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag ukuran 35 × 12 cm (3 kg),
penggaris, oven, termometer, soil tester, neraca digital, dan cangkul. Bahan yang digunakan
yaitu ampas kopi, pupuk kandang, benih caisim varietas Prety, dan tanah.
3.3 Metode Penelitian
Untuk memperoleh data percobaan digunakan metode eksperimen. Rancangan
percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan. Berdasarkan uji pendahuluan, takaran ampas
kopi yang digunakan adalah sebagai berikut:
No.
1
2
3
4
5
6

Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
P5

Ampas Kopi (gr)
0
20
40
60
80
100

3.4 Cara Kerja
a.

Persemaian/Pembibitan
Media semai dibuat dari campuran pupuk kandang kotoran ayam dan tanah.

Sebelum benih ditanam, benih direndam dalam air hangat (± 50 0C) selama 1 jam. Biji caisim
8

kemudian di sebar merata pada media semai. Selama penyemaian dilakukan penyiraman
setiap pagi.
b. Penanaman
Bibit berumur 2-3 minggu setelah semai atau telah berdaun 3-4 helai dipilih yang
memiliki pertumbuhan yang hampir seragam, kemudian dipindahkan ke dalam polybag yang
telah diisi dengan tanah.
c.

Pemberian ampas kopi
Ampas kopi diberikan setelah tanaman dipindah ke dalam polybag dengan cara

ditaburkan disekitar tanaman caisim sesuai perlakuan. Pemberian ampas kopi dilakukan
setiap satu minggu sekali.
d. Pemeliharaan
Dalam pemeliharaan tanaman berupa penyiraman yang dilakukan setiap hari.
Penyulaman dilakukan bila ada tanaman yang mati.
e.

Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada ± 40 hari setelah tanaman dipindahkan ke polibag yaitu

dengan mencabut seluruh tanaman beserta akarnya.
3.5 Parameter yang Diamati
1.

Jumlah daun (helai)
Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian dengan menghitung jumlah daun yang
telah mekar.

1.

Berat basah taruk dan akar (gram)
Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian. Penimbangan berat basah taruk
dilakukan dengan cara menimbang seluruh bagian tanaman sampai pangkal akar.
Penimbangan berat basah akar dilakukan setelah tanaman dipotong pada pangkal
akar dan kemudian dibersihkan dari sisa tanah yang menempel.

2.

Berat kering taruk dan akar (gram)
Berat kering taruk didapat setelah tanaman dipotong pada pangkal akar
kemudian bagian atas (taruk) dimasukkan kedalam oven pada suhu 70° C lalu
ditimbang sampai didapatkan berat konstan.
Berat kering akar didapat setelah tanaman dipotong pada pangkal akar kemudian
dimasukkan oven pada suhu 70° C lalu ditimbang sampai didapatkan berat konstan.

9

3.6 Analisis Data
Data yang didapatkan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam
(ansira). Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan untuk racangan acak lengkap dilakukan
menurut uji F, seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap
Sumber

Derajat Bebas

Jumlah

Kuadrat
Tengah
Jka/vp
Jkg/vg

Keragaman
Perlakuan

a – 1 = vp

Kuadrat
Jka

Galat
Total

(ra-1) – (a-1) = vg
ra – 1

JKg
JKT

F Hitung

F Tabel
5%

1%

KTa/KTg

Sumber: Hanafiah, 2010

Keterangan: a = jumlah perlakuan

p = perlakuan

r = jumlah ulangan

v = derajat bebas

JK= jumlah kuadrat

g = galat

KT= kuadrat tengah
Uji nyata sidik ragam dihitung dengan membandingkan F hitung denga F tabel. Apabila F
hitung lebih besar dari F tabel pada taraf 5% dan 1% maka perlakuan dikatakan berbeda
sangat nyata, sedangkan jika F hitung lebih besar pada taraf 5% tetapi lebih kecil pada taraf
1% berarti perlakuan dikatakan berbeda nyata, dan jika F hitung lebih kecil pada taraf 5%
maka perlakuan dikatakan berbeda tidak nyata.
Jika hasil uji F menunjukkan pengaruh nyata (taraf uji 5%) atau menunjukkan pengaruh
sangat nyata (taraf 1%), maka dilanjutkan dengan uji beda pengaruh penrlakuan dengan
Koefisien Keragaman (KK).

Keterangan:
y = rata-rata seluruh data percobaan

Uji BJND (Beda Jarak Nyata Duncan) dilakukan pada parameter tinggi tanaman dan berat
kering taruk karena memiliki KK> 10%. Kecuali untuk parameter berat kering akar dan ratio
taruk akar tidak dilakukan uji lanjut karena F Hitung < F tabel (Hanafiah, 2010).
Daftar Pustaka
Adikasari, Ria. 2012. ’Pemanfaatan Ampas Teh dan Ampas Kopi sebagai Penambah Nutrisi
pada Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) dengan Media Hidroponik’.
Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah.
10

Anggraeni, Reni. 2010. ’Pengaruh Pemberian Ampas Teh terhadap Pertumbuhan Tanaman
Sawi (Brasica juncca L.) dan Sumbangannya pada Pembelajaran Bioogi di Sekolah
Menengah Atas’. Skripsi. Palembang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sriwijaya.
Baird, Angela. 2011. Stunted Pepper Plants & Coffee Grounds.
http://www.ehow.com/info_8656797_stunted-pepper-plants-coffee-grounds.html.
Diakses tanggal 24 Januari 2013.
Barden. J, Halfacre. G, Parrish. D. 2005. Plant Science. New York: McGraw-Hill Book
Company.
Campbell, Neil A, dkk. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Chalker, Linda. 2009. Coffee Grounds-Will They Perk Up The Plants?.
http://www.puyallup.wsu.edu/~linda%20chalker-scott/horticultural
%20myths_files/Myths/Coffee%20grounds.pdf. Diakses tanggal 18 Desember 2012.
Edi, Syafri dan Julistia Bobihoe. 2010. ‘Budidaya Tanaman Sayuran’. Jambi : Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi.
Fatma, Dora Nurshanti. 2009. ‘Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Sawi Caisim (Brassica Juncea L.)’. Agronobis, Vol 1 (1) : 89-98.
Hanafiah, Kemas Ali. 2010. Rancangan Percobaan. Palembang: Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya.
Haryanto, Eko, Tina Suhartini, E. Rahayu, dan Hendro S. 2003. ‘Sawi dan Selada’.
http://books.google.co.id/books?id=4iyG6pWqd5sC&pg=PA9&dq=sawi+caisim+
(Brassica+juncea)&hl=id&sa=X&ei=xgpgUaaKEorMrQeLmYGICg&ved=0CFUQ6A
EwCA#v=onepage&q&f=false. Diakses tanggal 5 April 2013.
Hildalita. 2009. ’Penggunaan Sludge Pabrik Kopi dalam Produksi Semai Jabon
(Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Kasno. 2009. Pupuk Anorganik dan Pengelolaannya.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp09037.pdf. Diakses tanggal 12
Maret 2013.
Keen, Rhonda. 2010. Gardening With Organic Coffee Ground. http://ezinearticles.com/?
Gardening-With-Organic-Coffee-Grounds&id=5361134. Diakses tanggal 17 Desember
2012.
Monte.
2010.
Coffee
Grounds
and
Composting.
http://faq.gardenweb.com/faq/lists/soil/2002015354019975.html. Diakses tanggal 28
Februari 2013.

11

Marta, Febrian Andi. 2012. Analisis Literasi Sains Siswa SMP dalam Pembelajaran IPA
Terpadu pada Tema Efek Rumah Kaca. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Muslich, Mansur. 2011. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta:
Penerbit Bumi Aksara.
Najiyati, Sri dan Danarti. 2006. Kopi: Budidaya dan Penanganan Pasca Panen. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Retnandari, N.D dan Tjokrowinoto, Moeljarto. 1991. Kopi: Kajian Sosial Ekonomi.
Yogyakarta: Aditya Meida.
Rosmarkam. A, Widya. N. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kanidius.
Salisbury, F.B and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung: Penerbit ITB.
Susanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanidius.
Supardi, Agus. 2011. ‘Aplikasi Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Padat Kambing
terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea) sebagai Pengembangan Materi
Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan’. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Surakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Jogjakarta: Gajah
Mada University Press
Widowati, Ladiyani. 2009. ‘Peranan Pupuk Organik terhadap Efisiensi Pemupukan dan
Tingkat Kebutuhannya untuk Tanaman Sayuran pada Tanah Inseptisols Ciherang,
Bogor’. J. Tanah Trop., Vol. 14, (No. 3) Juli 2009.
Yordan, Yusuf. 2009. ‘Penggunaan Pupuk Daun dan Retardan Paclobutrazol terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum) dalam Polybag’.
Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

12