Peranan Dan Kerjasama Personil Sekolah D

Resume Profesi Pendidikan
tentang

Peranan Dan Kerjasama Personil Sekolah
Dalam Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Disekolah

Oleh :
Kelompok 6 :
Sri Rahmadani (1204957)
Shinta Yunisya (1204978)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014

PERANAN DAN KERJASAMA PERSONIL SEKOLAH
DALAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DISEKOLAH
Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak
lepas dari peranan berbagai pihak di sekolah. Selain Guru Pembimbing atau Konselor
sebagai pelaksana utama, penyelenggaraan Bimbingan dan konseling di sekolah, juga

perlu melibatkan kepala sekolah, guru mata pelajaran dan wali kelas.
1. Peranan Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah
a. Peranan Kepala Sekolah
Keberhasilan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah
tidak hanya ditentukan oleh keahlian dan ketrampilan para petugas bimbingan
dan konseling itu sendiri, namun juga sangat ditentukan oleh komitmen dan
keterampilan seluruh staf sekolah, terutama dari kepala sekolah sebagai
administrator

dan

supervisor.

Sebagai

administrator,

kepala

sekolah


bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah,
khususnya program layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang
dipimpinnya. Karena posisinya yang sentral, kepala sekolah adalah orang yang
paling berpengaruh dalam pengembangan atau peningkatan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolahnya. Sebagai supervisor, kepala sekolah
bertanggung

jawab

dalam

melaksanakan

program-program

penilaian,

penelitian dan perbaikan atau peningkatan layanan bimbingan dan konseling.
Ia membantu mengembangkan kebijakan dan prosedur-prosedur bagi

pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolahnya.
Secara

lebih

terperinci,

Dinmeyer

dan

Caldwell

(dalam

Kusmintardjo, 1992) menguraikan peranan dan tanggung jawab kepala
sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, sebagai
berikut:
a)


Memberikan support administratif, memberikan dorongan dan pimpinan untuk

seluruh program bimbingan dan konseling;
b) Menentukan staf yang memadai, baik segi profesinya maupun jumlahnya
menurut keperluannya;

c) Ikut serta dalam menetapkan dan menjelaskan peranan anggota-anggota stafnya;
d) Mendelegasikan tanggung jawab kepada “guidance specialist” atau konselor
e)

dalam hal pengembangan program bimbingan dan konseling;
Memperkenalkan peranan para konselor kepada guru-guru, murid-murid, orang
tua murid, dan masyarakat melalui rapat guru, rapat sekolah, rapat orang tua

f)

murid atau dalam bulletin-buletin bimbingan dan konseling;
Berusaha membentuk dan menjalin hubungan kerja yang kooperatif dan saling
membantu antara para konselor, guru dan pihak lain yang berkepentingan dengan


g)

layanan bimbingan dan konseling;
Menyediakan fasilitas dan material yang cukup untuk pelaksanaan bimbingan

dan konseling;
h)
Memberikan

dorongan

untuk

pengembangan

lingkungan

yang

dapat


meningkatkan hubungan antar manusia untuk menggalang proses bimbingan dan
konseling yang efektif (dalam hal ini berarti kepala sekolah hendaknya menyadari
bahwa bimbingan dan konseling terjadi dalam lingkungan secara global, termasuk
hubungan antara staf dan suasana dalam kelas);
i) Memberikan penjelasan kepada semua staf tentang program bimbingan dan
j)

konseling dan penyelenggaraan “in-service education” bagi seluruh staf sekolah;
Memberikan dorongan dan semangat dalam hal pengembangan dan penggunaan
waktu belajar untuk pengalaman-pengalaman bimbingan dan konseling, baik

k)

klasikal, kelompok maupun individual;
Penanggung jawab dan pemegang disiplin di sekolah dengan memberdayakan
para konselor dalam mengembangkan tingkah laku siswa, namun bukan sebagai
penegak disiplin.
Sementara itu, Allen dan Christensen (dalam Kusmintardjo, 1992),
mengemukakan peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan

bimbingan dan konseling di sekolah sebagai berikut:
a)

Menyediakan

fasilitas

untuk

keperluan

penyelenggaraan

bimbingan dan konseling;
b) Memilih dan menentukan para konselor;
c) murid, dan orang tua murid/masyarakat terhadap program
bimbingan dan konseling;
d) Mengadakan pembagian tugas untuk keperluan bimbingan dan
konseling, misalnya para petugas untuk membina perpustakaan
bimbingan, para petugas penyelenggara testing, dan sebagainya;


e)

Menyusun rencana untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan

infomasi tentang pekerjaan/jabatan;
f)
Merencanakan waktu (jadwal)

untuk

kegiatan-kegiatan

bimbingan dan konseling;
g) Merencanakan program untuk mewawancarai murid dengan tidak
mengganggu jalannya jadwal pelajaran sehari-sehari.

Dari uraian di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa tugas kepala sekolah
dalam pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah ádalah sebagai
berikut:

a.

Staff selection. Memilih staf yang mempunyai kepribadian dan pendidikan yang
cocok untuk melaksanakan tugasnya. Termasuk disini mengadakan analisa untuk
mengetahui apakah diantara staf yang ada terdapat orang yang sanggup melakukan
tugas yang lebih spesialis.

b.

Description of staff roles. Menentukan tugas dan peranan dari anggota staf, dan
membagi tanggung jawab. Untuk menentukan tugas-tugas ini kepala sekolah dapat
meminta bantuan kepada anggota staf yang lain.

c.

Time and facilities. Mengusahakan dan mengalokasikan dana, waktu dan fasilitas
untuk kepentingan program bimbingan dan konseling di sekolahnya.

d.


Interpretation of program. Menginterpretasikan program bimbingan dan konseling
kepada murid-murid yang diberi pelayanan, kepada masyarakat yang membantu
program bimbingan dan konseling. Dalam menginterpretasikan program bimbingan
dan konseling mungkin perlu bantuan dari staf bimbingan dan konseling, tetapi
tanggung jawab terletak pada kepala sekolah sebagai administrator. (R.N. Hatch dan
B. Stefflre, dalam Kusmintardjo, 1992)

Secara garis besarnya, Prayitno (2004) memerinci peran, tugas dan tanggung
jawab kepala sekolah dalam bimbingan dan konseling, sebagai berikut :



Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di
sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan
konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan
dinamis.



Menyediakan


prasarana,

tenaga,

dan

berbagai

kemudahan

bagi

terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan
efisien.


Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan
pelaksanaan program, penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan
bimbingan dan konseling.



Mempertanggungjawabkan

pelaksanaan

pelayanan

bimbingan

dan

konseling di sekolah.


Memfasilitasi guru pembimbing/konselor untuk dapat mengembangkan
kemampuan profesionalnya, melalui berbagai kegiatan pengembangan
profesi.



Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan
kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.

b.

Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah sebagi pembantu kepala sekolah, membantu
kepala sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah dalam hal:

a.

Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada
semua personil sekolah

b. Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah sekolah terutama dalam pelaksanaan
layanan bimbungan dan konseling
c.

Melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap minimal 75 siswa, bagi wakil
kepala sekolah yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling.

2. Koordinator Bimbingan dan Konseling bertugas;
a. Mengkoordinir bimbingan dan konseling dalam :
1) Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
2)
3)
4)
5)

segenap
warga sekolah orang tua dan masyarakat.
Menyusun program kegiatan bimbingan dan konseling.
Melaksanakan program bimbingan dan konseling.
Mengadministrasikan program kegiatan bimbingan dn konseling.
Menilai hasil pelaksanaan program kegiatan bimbingan

6)

konseling.
Menganalisis hasil penilaian pelaksanaan bimbingan dan

konseling.
7) Memberikan tindak lanjut terhadap analisis penilaian bimbingan
b.

dan konseling
Mengusulkan kepada
terpenuhinya

kepala

sekolah

dan

mengusahakan

bagi

tenaga, prasarana dan sarana alat dan perlengkapan

pelayanan bimbingan dan konseling.
c.
Mempertanggungjawabkan pelaksanaan

kegiatan

bimbingan

dan

konseling kepada kepala sekolah
3.

Guru Pembimbing
Guru pembimbing sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, guru

pembimbing bertugas :
a.

Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.

b. Merancanakan program bimbingan dan konseling.
c.
d.

Melaksanakan segenap program satuan layanan bimbingan dan konseling.
Melaksanakan segenap program satuan kegiatan pendukung bimbingan
konseling.

e.

Menilai program dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan konseling.

f.

Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling.

g.

Mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan yang dilaksanakan nya.

h.

Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan
konseling secara menyeluruh kepala coordinator BK serta Kepala Sekolah.
4.

Peranan Guru Mata Pelajaran dan Guru Praktik
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah
melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti
sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna
kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di
sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai
konselor bagi siswanya. Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah satu peran
yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi
pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang
dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam
bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa
guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus
manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli,
memahami dan menghargai tanpa syarat.
Lebih jauh, Abin Syamsuddin (2003) menyebutkan bahwa guru sebagai

pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga
mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau
masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial
teaching). Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan atau masalah
siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh konselor
profesional.

Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah siswa yang
mungkin bisa dibimbing oleh guru yaitu masalah yang termasuk kategori ringan,

seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi
dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal,
berpacaran, mencuri kelas ringan. Dalam konteks organisasi layanan Bimbingan
dan Konseling, di sekolah, peran dan konstribusi guru sangat diharapkan guna
kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di
sekolah.
Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru
mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah:
a.

Membantu konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.

b. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
c.

Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada konselor.

d. Menerima siswa alih tangan dari konselor, yaitu siswa yang menuntut konselor
memerlukan pelayanan khusus, seperti pengajaran/latihan perbaikan, dan
program pengayaan.
e.

Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan gurusiswa dan hubungan
siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan
konseling.

f.

Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan

bimbingan

dan

konseling

untuk

mengikuti/menjalani

layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
g.

Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti
konferensi kasus.

h.

Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

Dalam kedudukanya sebagai personil pelaksana proes pembelajaran di
sekolah, guru memiliki posisi yang strategis. Dibandingkan dengan guru
pembimbing atau konselor, misalnya guru lebih sering berinteraksi dengan siswa
secara langsung. Guru dapat mengamati secara rutin tentang perkembangn
kepribadian siswa, kemajuan belajarnya, dan bukan tidak mungkin akanlangsung
berhadapan dengan permasalahan siswa. Oleh karena itu tidak salah jika dalam
pelayanan bimbingan dan konseling guru ditempatkan sebagai mitra kerja utama,
di smping sebagai wali kelas.
Apabila dirinci ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh seorang
guru ketika ia diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling di sekolah.
1. Guru sebagai informator
Seorang guru dalam kinerjanya dapat berperan sebagai informator terutama
berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam
memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa pada
umumnya. Melalui peranan ini guru dapat menginformasikan berbagai hal
tentang layanan bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi, dan manfaatnya bagi
siswa.
2. Guru sebagai fasilitator
Guru dapat berperan sebagai fasilitator terutama ketika dilangsungkan layanan
pembelajaran baik itu yang bersifat preventif ataupun kuratif. Dibandingkan guru
pembimbing, guru lebih memahami tentang keterampilan belajar yang perlu
dikuasai siswa pada mata pelajaran yang diajarnya. Maka pada saat siswa
mengalami kesulitan belajar, guru dapat merancang program perbaikan ( remidial
teaching ) dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan yang dialami dan
menyesuaikan dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, bagi siswa yang pandai
guru dapat memprogramkan tindak lanjut berupa kegiatan pengayaan
(enrichment).
3. Guru sebagai mediator

Dalam kedudukanya yang strategis, yakni berhadapan langsung dengan siswa,
guru dapat berperanan sebagai mediator antara siswa dengan guru pembimbing.
Hal itu tampak misalny pada saat seorang guru diminta untuk melakukan
kegiatan identifikasi siswa yang memerlukan bimbingan dan pengalihtanganan
siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing atau
konselor sekolah.
4. Guru sebagai motivator
Dalam peranan ini guru dapat berperan sebagai pemberi motivasi siswa dalam
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah skaligus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan konseling, misalnya pada
saat siswa seharusnya mengikutu pelajaran di kelas. Tanpa kerelaan guru dlam
memberi kesempatan kepada siswa menerima layanan, layanan konseling
perorangan akan sulit terlaksanan mengingat terbatasnya jam khusus bimbingan
pada sekolah – sekolah kita.
5. Guru sebagai kolabolator
Sebagai mitra seprofesi yakni sama sama sebagai tenaga pendidik di sekolah ,
guru dapat berperanan sebagai kolabolator konselor di sekolah, misalnya dalam
penyelenggaraan

berbagai

jenis

layanan

orientasi

informasi,

layanan

pembelajaran atau dalam pelaksanaan kegiatan pendukung seperti konferensi
kasus, himpunan data dan kegiatan lainya yang relevan.
Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata
pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :

Implementasi peranan guru mata pelajaran antara lain adalah sebagai
berikut:
1.

Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa

2.

Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data

3.

tentang siswa-siswa tersebut.
Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan

konseling kepada guru pembimbing/konselor
4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa
yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar
/latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan
6.

siswa-siswa

yang

menunjang

pelaksanaan

pelayanan

pembimbingan dan konseling
Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani

7.

layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti

konferensi kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
9. Ikut berpartisipasi dalam pengumpulan data dan penyampaian informasi
10. Ikut berpartisipasi dalam menolong siswa, terutama terhadap masalah yang
ada hubungannya dengan mata pelajaran yang diasuhnya dan strategi
mengajarnya.
5.

Peranan Wali Kelas
Wali kelas sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan

konseling mempuyai peranan :
a.

Membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas
yang menjadi tanggung jawab nya.

b.

Membantu guru mata pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan
bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

c.

Membantu memberikan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang
menjadi tangung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani kegiatan bimbingan dan
konseling.

d.

Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling seperti
konferensi kasus.

e.

Mengali tangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling
kepada guru pembimbing.

6. Peranan Pengawasan Bimbingan dan Konseling

Supervisi dan monitoring merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
keseluruhan kegiatan BK di sekolah. Hal ini dipahami karena perencanaan dan
pelaksanaan yang baik belum tentu dapat diwujudkan pada setiap sekolah.
Secara organisatoris pengawasan melekat dilaksanakan oleh Kepala Sekolah dan
wakilnya, namun secara fungsional pengawasan di luar dilakukan oleh Pengawas
Sekolah. Melalui kedua macam pengawasan ini diharapkan dapat mendorong dan
mengangkat guru-guru pembimbing tersebut selalu meningkatkan wawasan dan
kemampuan fungsional profesi keahliannya, khususnya dalam bidang BK.
Pengawasan sekolah dimaksud mempunyai bidang pengawasan :
a.

Bidang pengawasan TK/Raudhatul Athfal/Bustanul Athfal, SD/MI, MD/SDLB.

b. Bidang pengawasan rumpun mata pelajaran.
c.

Bidang pengawasan pendidikan luar sekolah.

d. Bidang pengawasan BK.

Prayitno (1999) menjelaskan bahwa kegiatan pengawasan BK di sekolah ialah
menyelenggarakan kepengawasan dengan tugas pokok mengadakan penilaian dan
pembinaan melalui arahan, bimbingan, contoh dan saran kepada guru
pembimbing atau guru kelas dan tanaga lain dalam BK di sekolah.
Sesuai dengan tugas guru pembimbing yaitu merencanakan program layanan BK,
melaksanakan pelayanan, mengevaluasi pelayanan, manganalisis hasil evaluasi

pelayanan dan tindak lanjut maka setiap langkah kegiatan ini merupakan materi
pokok dari pengawasan itu sendiri.
Dalam menunjang kegiatan pengawasan BK ini, menurut Prayitno (1999)
mengatakan hendaknya sebelum pengawasan ini dilakukan oleh pengawas
sekolah bidang BK je sekolah, maka guru pembimbing telah mempersiapkan halhal sebagai berikut :
a.

Laporan siswa asuh BK.

b. Laporan hasil penilaian kegiatan BK.
c.

Laporan ruangan dan perlengkapannya.

d. Laporan perlengkapan kegiatan BK.
e.

Laporan program kegiatan layanan yang meliputi rencana, pelaksanaan,
penilaian, analisis dan tindak lanjut.

f.

Laporan program kegiatan pendukung yang meliputi rencana, pelaksanaan,
pengolahan, penggunaan hasil, analisis dan tindak lanjut.

g. Laporan program layanan dan kegiatan pendukung yang dikaitkan kepada
keempat bidang bimbingan.
h. laporan kegiatan pengembangan diri guru berkenaan dengan peningkatan
wawasan dan kemampuab dalam BK.
i.

Laporan tentang peranan personil sekolah lainnya dalam kegiatan BK.

j.

laporan usul dan saran-saran untuk peningkatan kegiatan BK di sekolah.
Laporan-laporan tersebut disampaikan kepada Kepala Sekolah secara berkala dan
dibahas antara Kepala Sekolah dan guru pembimbing. Penyusunan dan
penyampaian laporan tersebut seyogyanya dikoordinasikan dengan koordinator
BK dan dapat dipergunakan untuk laporan kepada pengawasan sekolah.

7. Kerjasama Guru Mata Pelajaran Wali Kelas dan Guru Pembimbing

Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya kerjasama antara guru
dan guru pembimbing demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan
tugas pokok guru dalam proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan bimbingan, sebaliknya kegiatan bimbingan di sekolah perlu dukungan
atau bantuan dari guru.
Dukungan atau bantuan tersebut terutama dari guru mata pelajaran dan wali kelas.
Selain itu perlunya kerjasama antara guru dengan guru pembimbing dikarenakan
setiap komponen tersebut saling memiliki ketebatasan dalam membimbing dan
memberikan

pelayanan

BK.

Keterbatasan-keterbatasan

tersebut

menurut

Pratowisastro (1982) ada dua, yaitu:
a.

Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang bermacammacam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan semua tugas itu.

b. Guru sendiri sudah berat mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi ditambah
tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah.
Di dalam menangani kasus-kasus tertentu, guru pembimbing perlu menghadirkan
guru atau pihak-pihak terkait guna membicarakan pemecahan masalah yang
dihadapi siswa. Kegiatan semacam ini disebut konferensi kasus (Case
Conference). Sebaliknya bila guru menemui masalah yang di luar batas
kewenangan guru dapat mengalihtangankan masalah siswa tersebut kepada
pembimbing.

DAFTAR PUSTAKA

Kartono, Kartini.1985. Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaanya. Jakarta. Rajawali
http://belajaritusinau.blogspot.com/2012/04/peran-guru-dalam-pelayanan-bimbingan.html.
diakses pada tanggal 19 Februari 2014
Mugiarso, Heru.2011. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Unnes Press

Moh. Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung : CV. Ilmu
Moh. Surya & Rochman Natawidjaja. 1996. Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta :
Depdikbud
Prayitno, dkk. 1997. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Umum. Jakarta
: PT. Ikrar Mandiri.
Prayitno, dkk. 2002. Profesi dan Organisasi Profesi Bimbingan dan Konseling. Jakarta :
Depdiknas, Dirje depdikdasmen.
Winkel, WS .1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : PT. Gramedia
Widiasarana.