Peran Greenpeace terhadap Pencegahan Deg
Pendahuluan :
Permasalahan mengenai lingkungan hidup semakin sering muncul dalam agenda
internasional lebih dari tiga dekade terakhir. Jumlah masyarakat yang semakin meningkat,
aktivitas sosial dan ekonomi manusia yang sedang berlangsung diyakini sedang berlangsung
dengan cara yang mengancam lingkungan hidup, khususnya hutan. Dalam lima dekade
terakhir, semakin banyaknya manusia telah memperbesar jumlah penduduk dunia dibanding
dalam seluruh milenia keberadaan manusia sebelumnya. Populasi global yang sangat tinggi
dan cepat meningkat adalah salah satu efek dari upaya manusia dalam mengejar standar
kehidupan yang lebih tinggi merupakan ancaman potensial terhadap keberlangsungan
lingkungan hidup termasuk hutan dan lahan gambut.
Pembahasan mengenai isu lingkungan hidup yang ada di Indonesia akan dibahas
secara lebih spesifik tentang degradasi hutan dan lahan gambut. Pertama, penulis akan
berusaha menguraikan beberapa permasalahan yang terjadi mengenai deforestasi hutan dan
lahan gambut. Kedua, mengapa permasalahan tersebut penting untuk diperdebatkan sehingga
melahirkan sebuah argumentasi yang dapat mendukung upaya dalam pencegahan degradasi
hutan dan lahan gambut.
Di tahun 1971, suatu motivasi dan visi untuk menjadikan dunia menjadi hijau dan
damai, berawal dari sekelompok aktivis yang berlayar dari Vancouver, Cananda. Greenpeace
adalah suatu organisasi internasional yang berkampanye untuk kampaye lingkungan secara
global. Kantor pusat dari Greenpeace berada di Amsterdam, Belanda, dan telah mempunyai
2,8 Juta pendukung di seluruh dunia, Nasional dan kantor regional di 41 negara.1
Pendekatan/Kerangka Teori
Dalam Hubungan Internasional teori Liberalisme merupakan pandangan tradisional
yang secara harfiahnya berisikan asumsi-asumsi dasar mengenai sifat positif manusia;
keyakinan bahwa hubungan internasional dapat bersifat kooperatif daripada konfliktual; serta
percaya terhadap kemajuan. Dalam Hubungan Internasional menurut liberalisme juga
terdapat aktor-aktor non-pemerintah (negara) dalam bentuk Organisasi Internasional.
Berangkat dari teori inilah kemudian munculnya berbagai macam Organisasi Internasional
1 Sejarah Greenpeace, http://www.greenpeace.org/seasia/id/about/sejarah-greenpeace/
yang bergerak di berbagai bidang permasalahan yang dihadapi dunia, tak terkecuali
lingkungan hidup.2
Ada banyak organisasi internasional yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup,
seperti Greenpeace, World Wide Fund for Nature (WWF), Friends of the Earth Internasional
(FOEI), dan lain sebagainya. Namun, yang akan menjadi fokus kajian penulis kali ini akan
membahas mengenai peran Greenpeace dalam pencegahan degradasi hutan dan lahan gambut
di Indonesia.
Seberapa seriuskah permasalahan degradasi lingkungan hidup? Penilaian akan
tergantung pada perkiraan yang tidak pasti terhadap sejumlah asusmsi yang dapat
diperdebatkan tentang perkembangan masa depan. Perdebatan ini lazimnya terjadi antara dua
pihak, yaitu kaum modernis yang berasumsi bahwa kemajuan dalam pengetahuan dan
teknologi akan memungkinkan kita melindungi lingkungan hidup, sehingga lingkungan hidup
bukanlah masalah serius. Sedangkan, kaum ekoradikal berpendapat sebaliknya yang
mengatakan bahwa lingkungan hidup adalah masalah serius, diperlukannya perubahan drastis
dari gaya hidup manusia ditambah dengan pengendalian populasi untuk memajukan
pembagunan berkelanjutan.3
Di tahun 1971, Suatu motivasi dan visi untuk menjadikan dunia menjadi hijau dan
damai, berawal dari sekelompok aktivis yang berlayar dari Vancouver, Cananda. Mereka
adalah aktivis, Pendiri dari Greenpeace, Mereka percaya bahwa setiap orang dapat
melakukan perubahaan. Misi mereka untuk "menjadi saksi kerusakan" karena percobaan
nuklir yang di lakukan AS di Amchitka, Sebuah pulau kecil di lepas pantai Alaska. Amchitka
adalah tempat perlindungan terakhir 3000 berang-berang dan rumah untuk elang kepala botak
dan hewan liar lainnya. Greenpeace telah bekerjasama dengan negara-negara maju dan
negara berkembang di dunia, termasuk Indonesia.
Berangkat dari teori Thomas Hormer-Dixon yang berpendapat bahwa kelangkaan
lingkungan hidup akan menimbulkan konflik berintensitas rendah namun dapat melemahkan
pemerintahan (Homer-Dixon 1995:178). Kelangkaan lingkungan hidup dapat menyebabkan
migrasi penduduk ke kota dan kerusuhan, menurunnya produktivitas ekonomi, dan konflik
etnik.
2 Robert Jackson & Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Asumsi
Dasar Liberal
3 Kotak 8.3 Isu Lingkungan Hidup : Posisi Utama dalam Perdebatan, Pengantar Studi
Hubungan Internasional, Robert Jackson & Georg Sorensen.
Di Indonesia, hutan rawa gambut lenyap akibat pembalakan, pengeringan dan di
bakar untuk perluasan kelapa sawit. Lahan gambut ini (kadang-kadang hingga kedalaman 12
meter) menyimpan karbon yang sangat besar. Ketika mereka di keringakan dan di bakar akan
menjadi sebuah bom karbon, melepaskan hampir dua milliyar ton karbondioksida berbahaya
setiap tahun. Lahan gambut di Indonesia menyimpan hampir 60 miliar ton karbon, hampir
enam kali lipat lebih banyak dibanding emisi karbon yang dihasilkan oleh seluruh umat
manusia sepanjang tahun 2011. Berkat pengundulan hutan dan lahan gambut, Indonesia
menjadi negara pencemar polusi ketiga terbesar di dunia setelah Amerika dan Cina. Dari 85%
emisi yang dihasilkan Indonesia, emisi bersumber dari penghancuran hutan dan konversi
lahan gambut.4
Greenpeace menyerukan kepada Pemerintah Indonesia untuk segera menerapkan
Moratorium pembukaan hutan termasuk pada industri penebangan, dengan tujuan untuk
membantu mengendalikan emisi gas rumah kaca, menjaga keberlangsungan keanekaragaman
hayati hutan tropis, dan melindungi kehidupan jutaan orang dan komunitas yang bergantung
kepada hutan di seluruh Indonesia. Hal inilah yang menjadi landasan bagi Greenpeace untuk
berani beraksi menyuarakan aspirasinya dalam mengakampanyekan pentingnya melakukan
pencegahan degradasi lingkungan hidup.
Moratorium deforestasi adalah mekanisme untuk menahan kehancuran hutan,
sementara itu moratorium juga menyediakan waktu dan ruang yang dibutuhkan untuk
membangun jaringan dari area yang dilindungi dan area yang memang didedikasikan untuk
pengelolaan hutan yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.
Hutan yang digunakan dan dikelola oleh masyarakat dapat menjadi jaring pengaman
melalui proses penggunaan lahan secara partisipatif yang memastikan penghargaan kepada
hak hak masyarakat adat dan komunitas yang bergantung kepada hutan.
Moratorium Greenpeace meminta:
1. Tidak ada lahan perkebunan baru didalam peta areal hutan
2. Tidak ada perkebunan yang dilakukan di lahan gambut yang terdegradasi
3. Tidak ada perkebunan atau perluasan perkebunan setelah November 2005 pada area
bernilai konservasi tinggi yang telah mengalami deforestasi atau degradasi
4 http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/melindungi-hutan-alamterakhir/Regulasi-Perlindungan-Hutan-Gambut/
4. Tidak ada perkebunan atau perluasan perkebunan yang dilakukan pada lahan milik
masyarakat adat atau komunitas yang bergantung kepada hutan tanpa adanya
pengutamaan terhadap kebebasan mereka dan tanpa adanya persetujuan mereka.
5. Membangun rantai jaringan lengkap pasokan yang bisa dilacak dan pemisahan sistem
yang akan mengeluarkan minyak kelapa sawit dari grup yang gagal memenuhi kriteria
tersebut.5
Menurut saya, untuk menghindari iklim berada dalam titik pertaruhan, kita harus
memotong emisi dari industri dan menstop emisi yang dihasilkan dari deforestasi. Sangat
penting untuk menghentikan deforestasi secara global sehingga semua negara harus terlibat
dalam solusi tersebut. Segala upaya yang kami lakukan untuk pencegahan deforestasi hutan
dan lahan gambut ini akan terasa sia-sia apabila tidak mendapat dukungan secara penuh dari
pemerintah. Harus ada kesamaan ide dan sinergi antara pemerintah dan Greenpeace beserta
kelompok pecinta alam lainnya dalam mewujudkan komitmen untuk menyelamatkan hutan
dan lahan gambut di Indonesia yang bisa dikatakan telah berada pada level “siaga IV”.
Kesimpulan
Sebagai negara yang terkenal kaya akan keanekaragaman hayati, sungguh
memprihatinkan rasanya apabila melihat kondisi perhutanan Indonesia saat ini. Hutan berada
diambang kehancuran sebagai akibat dari pembalakan liar dan keserakahan manusia.
Greenpeace yang merupakan sebuah organisasi internasional yang turut membuka cabangnya
di Indonesia turut berkomitmen hutan dan lahan gambut Indonesia dari kehancuran.
Greenpeace
melakukan
aksinya
melalui
kampanye-kampanye
secara
damai
dan
mengeluarkan Morotarium deforestasi kepada pemerintah untuk menahan kehancuran hutan.
Daftar Pustaka
Robert Jackson & Georg Sorensen, 2005, Pengantar Studi Hubungan Internasional
Web resmi Greenpeace, www.greenpeace.org
5 Morotarium http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/melindungi-hutan-alamterakhir/moratorium/
Permasalahan mengenai lingkungan hidup semakin sering muncul dalam agenda
internasional lebih dari tiga dekade terakhir. Jumlah masyarakat yang semakin meningkat,
aktivitas sosial dan ekonomi manusia yang sedang berlangsung diyakini sedang berlangsung
dengan cara yang mengancam lingkungan hidup, khususnya hutan. Dalam lima dekade
terakhir, semakin banyaknya manusia telah memperbesar jumlah penduduk dunia dibanding
dalam seluruh milenia keberadaan manusia sebelumnya. Populasi global yang sangat tinggi
dan cepat meningkat adalah salah satu efek dari upaya manusia dalam mengejar standar
kehidupan yang lebih tinggi merupakan ancaman potensial terhadap keberlangsungan
lingkungan hidup termasuk hutan dan lahan gambut.
Pembahasan mengenai isu lingkungan hidup yang ada di Indonesia akan dibahas
secara lebih spesifik tentang degradasi hutan dan lahan gambut. Pertama, penulis akan
berusaha menguraikan beberapa permasalahan yang terjadi mengenai deforestasi hutan dan
lahan gambut. Kedua, mengapa permasalahan tersebut penting untuk diperdebatkan sehingga
melahirkan sebuah argumentasi yang dapat mendukung upaya dalam pencegahan degradasi
hutan dan lahan gambut.
Di tahun 1971, suatu motivasi dan visi untuk menjadikan dunia menjadi hijau dan
damai, berawal dari sekelompok aktivis yang berlayar dari Vancouver, Cananda. Greenpeace
adalah suatu organisasi internasional yang berkampanye untuk kampaye lingkungan secara
global. Kantor pusat dari Greenpeace berada di Amsterdam, Belanda, dan telah mempunyai
2,8 Juta pendukung di seluruh dunia, Nasional dan kantor regional di 41 negara.1
Pendekatan/Kerangka Teori
Dalam Hubungan Internasional teori Liberalisme merupakan pandangan tradisional
yang secara harfiahnya berisikan asumsi-asumsi dasar mengenai sifat positif manusia;
keyakinan bahwa hubungan internasional dapat bersifat kooperatif daripada konfliktual; serta
percaya terhadap kemajuan. Dalam Hubungan Internasional menurut liberalisme juga
terdapat aktor-aktor non-pemerintah (negara) dalam bentuk Organisasi Internasional.
Berangkat dari teori inilah kemudian munculnya berbagai macam Organisasi Internasional
1 Sejarah Greenpeace, http://www.greenpeace.org/seasia/id/about/sejarah-greenpeace/
yang bergerak di berbagai bidang permasalahan yang dihadapi dunia, tak terkecuali
lingkungan hidup.2
Ada banyak organisasi internasional yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup,
seperti Greenpeace, World Wide Fund for Nature (WWF), Friends of the Earth Internasional
(FOEI), dan lain sebagainya. Namun, yang akan menjadi fokus kajian penulis kali ini akan
membahas mengenai peran Greenpeace dalam pencegahan degradasi hutan dan lahan gambut
di Indonesia.
Seberapa seriuskah permasalahan degradasi lingkungan hidup? Penilaian akan
tergantung pada perkiraan yang tidak pasti terhadap sejumlah asusmsi yang dapat
diperdebatkan tentang perkembangan masa depan. Perdebatan ini lazimnya terjadi antara dua
pihak, yaitu kaum modernis yang berasumsi bahwa kemajuan dalam pengetahuan dan
teknologi akan memungkinkan kita melindungi lingkungan hidup, sehingga lingkungan hidup
bukanlah masalah serius. Sedangkan, kaum ekoradikal berpendapat sebaliknya yang
mengatakan bahwa lingkungan hidup adalah masalah serius, diperlukannya perubahan drastis
dari gaya hidup manusia ditambah dengan pengendalian populasi untuk memajukan
pembagunan berkelanjutan.3
Di tahun 1971, Suatu motivasi dan visi untuk menjadikan dunia menjadi hijau dan
damai, berawal dari sekelompok aktivis yang berlayar dari Vancouver, Cananda. Mereka
adalah aktivis, Pendiri dari Greenpeace, Mereka percaya bahwa setiap orang dapat
melakukan perubahaan. Misi mereka untuk "menjadi saksi kerusakan" karena percobaan
nuklir yang di lakukan AS di Amchitka, Sebuah pulau kecil di lepas pantai Alaska. Amchitka
adalah tempat perlindungan terakhir 3000 berang-berang dan rumah untuk elang kepala botak
dan hewan liar lainnya. Greenpeace telah bekerjasama dengan negara-negara maju dan
negara berkembang di dunia, termasuk Indonesia.
Berangkat dari teori Thomas Hormer-Dixon yang berpendapat bahwa kelangkaan
lingkungan hidup akan menimbulkan konflik berintensitas rendah namun dapat melemahkan
pemerintahan (Homer-Dixon 1995:178). Kelangkaan lingkungan hidup dapat menyebabkan
migrasi penduduk ke kota dan kerusuhan, menurunnya produktivitas ekonomi, dan konflik
etnik.
2 Robert Jackson & Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Asumsi
Dasar Liberal
3 Kotak 8.3 Isu Lingkungan Hidup : Posisi Utama dalam Perdebatan, Pengantar Studi
Hubungan Internasional, Robert Jackson & Georg Sorensen.
Di Indonesia, hutan rawa gambut lenyap akibat pembalakan, pengeringan dan di
bakar untuk perluasan kelapa sawit. Lahan gambut ini (kadang-kadang hingga kedalaman 12
meter) menyimpan karbon yang sangat besar. Ketika mereka di keringakan dan di bakar akan
menjadi sebuah bom karbon, melepaskan hampir dua milliyar ton karbondioksida berbahaya
setiap tahun. Lahan gambut di Indonesia menyimpan hampir 60 miliar ton karbon, hampir
enam kali lipat lebih banyak dibanding emisi karbon yang dihasilkan oleh seluruh umat
manusia sepanjang tahun 2011. Berkat pengundulan hutan dan lahan gambut, Indonesia
menjadi negara pencemar polusi ketiga terbesar di dunia setelah Amerika dan Cina. Dari 85%
emisi yang dihasilkan Indonesia, emisi bersumber dari penghancuran hutan dan konversi
lahan gambut.4
Greenpeace menyerukan kepada Pemerintah Indonesia untuk segera menerapkan
Moratorium pembukaan hutan termasuk pada industri penebangan, dengan tujuan untuk
membantu mengendalikan emisi gas rumah kaca, menjaga keberlangsungan keanekaragaman
hayati hutan tropis, dan melindungi kehidupan jutaan orang dan komunitas yang bergantung
kepada hutan di seluruh Indonesia. Hal inilah yang menjadi landasan bagi Greenpeace untuk
berani beraksi menyuarakan aspirasinya dalam mengakampanyekan pentingnya melakukan
pencegahan degradasi lingkungan hidup.
Moratorium deforestasi adalah mekanisme untuk menahan kehancuran hutan,
sementara itu moratorium juga menyediakan waktu dan ruang yang dibutuhkan untuk
membangun jaringan dari area yang dilindungi dan area yang memang didedikasikan untuk
pengelolaan hutan yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.
Hutan yang digunakan dan dikelola oleh masyarakat dapat menjadi jaring pengaman
melalui proses penggunaan lahan secara partisipatif yang memastikan penghargaan kepada
hak hak masyarakat adat dan komunitas yang bergantung kepada hutan.
Moratorium Greenpeace meminta:
1. Tidak ada lahan perkebunan baru didalam peta areal hutan
2. Tidak ada perkebunan yang dilakukan di lahan gambut yang terdegradasi
3. Tidak ada perkebunan atau perluasan perkebunan setelah November 2005 pada area
bernilai konservasi tinggi yang telah mengalami deforestasi atau degradasi
4 http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/melindungi-hutan-alamterakhir/Regulasi-Perlindungan-Hutan-Gambut/
4. Tidak ada perkebunan atau perluasan perkebunan yang dilakukan pada lahan milik
masyarakat adat atau komunitas yang bergantung kepada hutan tanpa adanya
pengutamaan terhadap kebebasan mereka dan tanpa adanya persetujuan mereka.
5. Membangun rantai jaringan lengkap pasokan yang bisa dilacak dan pemisahan sistem
yang akan mengeluarkan minyak kelapa sawit dari grup yang gagal memenuhi kriteria
tersebut.5
Menurut saya, untuk menghindari iklim berada dalam titik pertaruhan, kita harus
memotong emisi dari industri dan menstop emisi yang dihasilkan dari deforestasi. Sangat
penting untuk menghentikan deforestasi secara global sehingga semua negara harus terlibat
dalam solusi tersebut. Segala upaya yang kami lakukan untuk pencegahan deforestasi hutan
dan lahan gambut ini akan terasa sia-sia apabila tidak mendapat dukungan secara penuh dari
pemerintah. Harus ada kesamaan ide dan sinergi antara pemerintah dan Greenpeace beserta
kelompok pecinta alam lainnya dalam mewujudkan komitmen untuk menyelamatkan hutan
dan lahan gambut di Indonesia yang bisa dikatakan telah berada pada level “siaga IV”.
Kesimpulan
Sebagai negara yang terkenal kaya akan keanekaragaman hayati, sungguh
memprihatinkan rasanya apabila melihat kondisi perhutanan Indonesia saat ini. Hutan berada
diambang kehancuran sebagai akibat dari pembalakan liar dan keserakahan manusia.
Greenpeace yang merupakan sebuah organisasi internasional yang turut membuka cabangnya
di Indonesia turut berkomitmen hutan dan lahan gambut Indonesia dari kehancuran.
Greenpeace
melakukan
aksinya
melalui
kampanye-kampanye
secara
damai
dan
mengeluarkan Morotarium deforestasi kepada pemerintah untuk menahan kehancuran hutan.
Daftar Pustaka
Robert Jackson & Georg Sorensen, 2005, Pengantar Studi Hubungan Internasional
Web resmi Greenpeace, www.greenpeace.org
5 Morotarium http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/melindungi-hutan-alamterakhir/moratorium/