Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di Unit Produksi Industri Migas PT. X Aceh

(1)

PENGARUH POTENSI BAHAYA TERHADAP RISIKO KECELAKAAN

KERJA DI UNIT PRODUKSI INDUSTRI MIGAS

PT. X ACEH

TESIS

Oleh

ADE IRMA SURYANI

097032127/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF POTENTIAL HAZARD ON THE RISK OF

OCCUPATIONAL ACCIDENT IN THE PRODUCTION UNIT OF

GAS AND OIL INDUSTRY AT PT. X ACEH

THESIS

By

ADE IRMA SURYANI

097032127/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM

FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGARUH POTENSI BAHAYA TERHADAP RISIKO KECELAKAAN

KERJA DI UNIT PRODUKSI INDUSTRI MIGAS

PT. X ACEH

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Kerja

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ADE IRMA SURYANI

097032127/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(4)

Judul Tesis

: PENGARUH POTENSI BAHAYA TERHADAP

RISIKO KECELAKAAN KERJA DI UNIT

PRODUKSI INDUSTRI MIGAS PT. X ACEH

Nama

: Ade Irma Suryani

Nomor Induk Mahasiswa : 097032127

Program Studi

: S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi

: Kesehatan Kerja

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri) (

Ketua

Anggota

Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah di uji

Pada tanggal : 22 Maret 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri

Anggota

: 1. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes

2. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH POTENSI BAHAYA TERHADAP RISIKO KECELAKAAN

KERJA DI UNIT PRODUKSI INDUSTRI MIGAS

PT. X ACEH

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2012

(Ade Irma Suryani)


(7)

ABSTRAK

Penelitian tentang pengaruh potensi bahaya terhadap risiko kecelakaan kerja

di unit produksi industri migas PT.X Aceh bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan

probabilitas potensi bahaya terhadap risiko kecelakaan kerja pada setiap aktivitas

tenaga kerja, peralatan/mesin, material kimia dan metoda kerja di unit produksi

industri migas PT. X Aceh. Penelitian ini bersifat explanatory study dengan

rancangan

cross sectional. Seluruh tenaga kerja pada unit produksi merupakan

populasi pada penelitian ini yaitu 140 tenaga kerja. Sampel berjumlah 57 tenaga kerja

dipilih secara

stratified random sampling berdasarkan unit kerja, yaitu 19 tenaga

kerja pada unit LNG Process, 18 tenaga kerja pada unit utility, 10 tenaga kerja pada

unit

storage and loading dan 10 tenaga kerja pada unit NSO (North Sumatera

Offshore). Pengamatan dan wawancara dilakukan untuk melihat pengaruh potensi

bahaya dan risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja, peralatan/mesin, material kimia

dan metoda kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada unit LNG Process material kimia

(p= 0,009) memiliki pengaruh terhadap risiko kecelakaan kerja dengan probabilitas

risiko kecelakaan kerja tinggi sebesar 78% dan probabilitas risiko kecelakaan kerja

rendah sebesar 10%. Pada unit utility, diketahui peralatan/mesin (p= 0,008) memiliki

pengaruh terhadap risiko kecelakaan kerja dengan probabilitas risiko kecelakaan kerja

tinggi sebesar 92% dan probabilitas risiko kecelakaan kerja rendah sebesar 17%.

Tidak terdapat pengaruh variabel tenaga kerja dam metoda kerja di unit produksi

industri migas PT. X Aceh.

Disarankan perusahaan hendaknya melakukan kontrol dan evaluasi kembali

pada parameter pengukuran material kimia guna mengurangi bahaya terpaparnya

material kimia disekitar lingkungan industri migas PT. X Aceh dan menghindari

dampaknya terhadap kesehatan kerja. Serta perlunya melakukan kontrol dan evaluasi

kembali terhadap pemeliharaan peralatan/mesin yang terdapat di PT. X untuk

mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja.


(8)

ABSTRACT

The Purpose of

Study the influence of hazardous potential to the risk of

workplace accident in the production units of oil and gas industry PT. X Aceh is to

know the influence and probability of hazardous potential to the activities of the

employees, the equipment / machinery, the chemical material and the method of work

to the risk of workplace accidents in the production units of oil and gas industry PT.

X Aceh. The type of this research is explanatory study with cross sectional design.

The population is 140 all of employees who works in the production unit. The sample

of research is 57 employees was taken by stratified random sampling based on the

work of unit, for LNG Process unit is 19 employees, utility unit is 18 employees,

storage and loading unit is 10 employees, and NSO (North Sumatera Offshore) is 10

employees. The data was collected through interviews and observation in the

workplace of production units to found the influence of hazardous potential and the

risk of workplace accidents for the employees, equipment / machinery, chemical

material and the method of work.

The result showed that the chemical material (p=0,009) in the LNG Process

unit has an influence on the risk of workplace accidents with probability of the high

risk of workplace accident 78% and probability of the low risk of workplace

accident10%. On the utility unit, is known that equipment / machinery (p=0,008) has

an influence on the risk of workplace accidents with probability of the high risk of

workplace accident 92% and probability of the low risk of workplace accident17%.

But, there is no influence on the risk workplace accidents to the employees and the

method of work in the production units of oil and gas industry PT. X Aceh.

It is recommended that the Companies should be control and re-evaluation of

the parametric chemical materials measurement in the production units of oil and gas

industry PT. X Aceh to reduce the chemical materials which exposed to the

environment in the production units of oil and gas industry PT. X Aceh and to avoid

the health of work effect. Also need to control and re-evaluation equipment/

machinery maintenance in the PT. X to decrease the risk of workplace an accident

Key Words: Oil and Gas Industry, Potential Hazard, Risk Workplace Accident


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

yang berjudul “Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di

Unit Produksi Industri Migas PT. X Aceh”. Tesis ini merupakan salah satu

persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis inging menyampaikan

ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada :

1.

Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H.,

M.Sc (CTM)., Sp.A, (K).

2.

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs.

Surya Utama, M.S. atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program

Studi S2 Ilmu kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja.

3.

Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si dan Sekretaris Program Studi Dr. Ir.

Evawany Aritonang, M.Si.

4.

Ketua komisi pembimbing Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri dan Eka Lestari

Mahyuni, S.K.M., M.Kes selaku anggota komisi pembimbing yang telah


(10)

banyak meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan kritik, masukan

serta motivasi yang sangat berarti kepada penulis dengan penuh kesabaran dan

keikhlasan sehingga tesis ini selesai.

5.

Tim Penguji Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes dan Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S

yang telah banyak memberikan bimbingan, kritik serta saran yang sangat

membantu untuk kesempurnaan tesis ini.

6.

R&L Superintendent Bapak Abdy B yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melakukan penelitian di PT. X Aceh.

7.

Seluruh staf Training Center PT. X yang telah banyak membantu penulis

selama berada di lokasi penelitian.

8.

Bapak Ibnu Abbas selaku Chemist di Laboratorium PT. X yang telah banyak

membantu menyelesaikan kesulitan – kesulitan penulis saat berada di lokasi

penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas

apresiasi dan bantuan selama ini kepada penulis.

9.

Seluruh pihak dan karyawan yang terkait di PT. X yang tidak bisa disebutkan

satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis

ini.

10.

Para dosen , staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi

S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

11.

Teman – teman dari Poltek Migas Lhokseumawe atas bantuan yang diberikan

kepada penulis selama dilokasi penelitian.


(11)

12.

Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis tujukan kepada Ayahanda Safari

Abu Yusuf, Ibunda Wardiah Djafar Badal, adik – adik Ismanoe, Nuril Huda,

Harbul Fizar serta seluruh keluarga yang telah banyak memberikan dukungan

moril, do’a serta motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan.

13.

Teristimewa kepada dr. Apriza Prahatama atas motivasi dan semangat yang

diberikan hingga penulis menyelesaikan pendidikan.

14.

Teman – teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

masyarakat, khususnya Minat Studi Kesehatan Kerja Universitas Sumatera

Utara atas bantuan dan dorongannya dalam penyusunan tesis ini.

Akhirnya penulis sangat menyadari keterbatasan tesis ini, oleh karena itu

kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaannya,

dengan harapan semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2012

Penulis,


(12)

RIWAYAT HIDUP

Nama penulis Ade Irma Suryani, lahir di Batuphat Timur, Lhokseumawe pada

tanggal 30 September 1985, jenis kelamin perempuan, beragama Islam, anak

pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Safari Abu Yusuf dan Wardiah Djafar

Badal. Saat ini penulis bertempat tinggal di Kota Lintang Atas Kuala Simpang Aceh

Tamiang.

Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri Paloh di

Lhokseumawe pada tahun 1997. Menamatkan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Negeri 8 Lhokseumawe pada tahun 2000. Melanjutkan Sekolah Menengah Atas

(SMA) di SMA Taman Siswa LNG Arun Lhokseumawe tahun 2001 dan pada tahun

2003 penulis menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 2

Kejuruan Muda Kuala Simpang Aceh Tamiang. Pada tahun 2008 penulis

menamatkan pendidikan S1 Kimia pada Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya

Palembang.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...

i

ABSTRACT ...

ii

KATA PENGANTAR ...

iii

RIWAYAT HIDUP ...

vi

DAFTAR ISI ...

vii

DAFTAR TABEL ...

x

DAFTAR GAMBAR ...

xii

DAFTAR LAMPIRAN ...

xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ...

1

1.1. Latar Belakang ...

1

1.2. Permasalahan ...

7

1.3. Tujuan Penelitian ...

7

1.4. Hipotesis ...

7

1.5. Manfaat Penelitian ...

8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...

9

2.1. Industri Migas (Minyak dan Gas Bumi) ...

9

2.1.1. Minyak dan Gas Bumi ...

9

2.1.2. Proses Pengolahan di Industri Migas

(Minyak dan Gas Bumi) ...

9

2.1.3. Beberapa Ragam Model Keselamatan Kerja Migas ...

11

2.2. Potensi Bahaya (Potential Hazard) ...

13

2.2.1. Sumber Bahaya yang Berasal dari Lingkungan Kerja ...

17

2.2.2. Sumber Bahaya yang Berasal

dari Pekerja (unsafe action) ...

21

2.2.3. Sumber Bahaya dari Bahan Kimia dan Peralatan ...

22

2.3. Kecelakaan Kerja ...

23

2.3.1. Klasifikasi Kecelakaan Kerja ...

25

2.3.2. Penyebab Kecelakaan Kerja ...

27

2.4. Prinsip Pencegahan Kecelakaan ...

29

2.4.1. Analisa Risiko Kecelakaan Kerja ...

30

2.5. Landasan Teori ...

31


(14)

BAB 3. METODE PENELITIAN ...

34

3.1. Jenis Penelitian ...

34

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...

34

3.2.1. Lokasi Penelitian ...

34

3.2.2. Waktu Penelitian ...

34

3.3. Populasi dan Sampel ...

35

3.3.1. Populasi ...

35

3.3.2. Sampel ...

35

3.4. Metode Pengumpulan Data. ...

36

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ...

37

3.5.1. Variabel Independen (Variabel Bebas) ...

37

3.5.2. Variabel Dependen (Variabel Terikat) ...

38

3.6. Metode Pengukuran ...

38

3.6.1. Pengukuran Variabel Independen (Bebas) ...

38

3.6.2. Pengukuran Variabel Dependen (Terikat) ...

39

3.7. Metode Analisis Data ...

40

3.7.1. Univariat ...

40

3.7.2. Bivariat ...

40

3.7.3. Multivariat ...

41

BAB 4. HASIL PENELITIAN ...

42

4.1. Deskripsi Industri Migas PT. X Aceh ...

42

4.2. Proses Kerja di Unit Produksi Industri Migas PT. X Aceh ...

44

4.3. Karakteristik Tenaga Kerja di Unit Produksi Industri

Migas PT. X Aceh ...

47

4.4. Potensi Bahaya di Unit Produksi Industri

Migas PT. X Aceh ...

49

4.4.1. Unit LNG Process ...

49

4.4.2. Unit Utility ...

50

4.4.3. Unit Storage and Loading ...

50

4.4.4. Unit NSO (North Sumatera Offshore) ...

51

4.5. Risiko Kecelakaan Kerja di Unit

Produksi Industri Migas PT. X Aceh ...

52

4.5.1. Unit LNG Process ...

52

4.5.2. Unit Utility ...

53

4.5.3. Unit Storage and Loading ...

54

4.5.4. Unit NSO (North Sumatera Offshore) ...

55

4.6. Hubungan Potensi Bahaya dengan Risiko

Kecelakaan Kerja di Unit Produksi Industri Migas

PT. X Aceh ...

56


(15)

4.6.2. Unit Utility ...

57

4.6.3. Unit Storage and Loading ...

58

4.6.4. Unit NSO (North Sumatera Offshore) ...

59

4.7. Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan Kerja

di Unit Produksi Industri Migas PT. X Aceh ...

60

4.7.1. Unit LNG Process ...

61

4.7.2. Unit Utility ...

62

4.7.3. Unit Storage and Loading ...

63

4.7.4. Unit NSO (North Sumatera Offshore) ...

64

4.8. Probabilitas Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan

Kerja di Unit Produksi Industri Migas PT. X Aceh ...

65

BAB 5. PEMBAHASAN ...

67

5.1.

Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan Kerja

Berdasarkan Tenaga Kerja di unit Produksi Industri Migas

PT. X Aceh ...

67

5.2.

Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan Kerja

Berdasarkan Peralatan/mesin di unit Produksi Industri Migas

PT. X Aceh ...

68

5.3.

Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan Kerja

Berdasarkan Material Kimia di unit Produksi Industri Migas

PT. X Aceh ...

72

5.4.

Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan Kerja

Berdasarkan Metoda Kerja di unit Produksi Industri Migas

PT. X Aceh ...

74

5.5. Probabilitas Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan

Kerja di Unit Produksi Industri Migas PT. X Aceh ...

75

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ...

78

6.1. Kesimpulan ...

78

6.2. Saran ...

79

DAFTAR PUSTAKA ...

80


(16)

DAFTAR TABEL

No.

Judul

Halaman

1.1. Data Kecelakaan Kerja PT. X ... 6

2.1. Daftar Bahaya Potensial ... 15

3.1. Jumlah Sampel Berdasarkan Stratified Random Sampling ... 36

3.2. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 39

3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 40

4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Tenaga Kerja di Unit Industri

Migas PT. X Aceh ... 48

4.2. Distribusi Frekuensi Potensi Bahaya di Unit LNG process

Industri

Migas PT. X Aceh ... 49

4.3. Distribusi Frekuensi Potensi Bahaya di Unit Utility

Industri Migas

PT. X Aceh... 50

4.4. Distribusi Frekuensi Potensi Bahaya di Unit Storage and Loading

Industri Migas PT. X Aceh ... 51

4.5. Distribusi Frekuensi Potensi Bahaya di Unit NSO (North Sumatera

Offshore) Industri Migas PT. X Aceh ... 52

4.6. Distribusi Frekuensi Risiko Kecelakaan Kerja di Unit LNG Process

Industri Migas PT. X Aceh ... 53

4.7.

Distribusi Frekuensi Risiko Kecelakaan Kerja di Unit Utility

Industri Migas PT. X Aceh ... 54

4.8. Distribusi Frekuensi Risiko Kecelakaan Kerja di Unit

Storage and

Loading Industri Migas PT. X Aceh ... 55

4.9. Distribusi Frekuensi Risiko Kecelakaan Kerja di Unit NSO (North

Sumatera Offshore) Industri Migas PT. X Aceh ... 56


(17)

4.10. Distribusi Hubungan Potensi Bahaya dengan Risiko Kecelakaan Kerja

di Unit LNG Process Industri Migas PT. X Aceh ... 57

4.11. Distribusi Hubungan Potensi Bahaya dengan Risiko Kecelakaan Kerja

di Unit Utility Industri Migas PT. X Aceh ... 58

4.12. Distribusi Hubungan Potensi Bahaya dengan Risiko Kecelakaan Kerja

di Unit Storage and Loading Industri Migas PT. X Aceh ... 59

4.13. Distribusi Hubungan Potensi Bahaya dengan Risiko Kecelakaan Kerja

di Unit NSO (North Sumatera Offshore) Industri Migas PT. X Aceh .... 60

4.14. Distribusi Uji Bivariat Pada Unit

LNG Process Untuk Identifikasi

Variabel yang Akan Masuk Dalam Model dengan nilai p<0,25 ... 61

4.15. Distribusi Uji Multivariat Variabel Potensi Bahaya dengan Risiko

Kecelakaan Kerja di Unit LNG Process Industri Migas PT. X Aceh ... 62

4.16. Distribusi Uji Bivariat Pada Unit Utility Untuk Identifikasi Variabel

yang Akan Masuk Dalam Model dengan nilai p<0,25 ... 62

4.17. Distribusi Uji Multivariat Variabel Potensi Bahaya dengan Risiko

Kecelakaan Kerja di Unit Utility Industri Migas PT. X Aceh ... 63

4.18. Distribusi Uji Bivariat Pada Unit

Storage and Loading Untuk

Identifikasi Variabel yang Akan Masuk Dalam Model dengan nilai

p<0,25 ... 63

4.19. Distribusi Uji Multivariat Variabel Potensi Bahaya dengan Risiko

Kecelakaan Kerja di Unit Storage and Loading Industri Migas PT. X

Aceh ... 64

4.20. Distribusi Uji Bivariat Pada Unit

NSO (North Sumatera Offshore

Untuk Identifikasi Variabel yang Akan Masuk Dalam Model dengan

nilai p<0,25 ... 64

4.21. Distribusi Uji Multivariat Variabel Potensi Bahaya dengan Risiko

Kecelakaan Kerja di Unit NSO (North Sumatera Offshore)

Industri

Migas PT. X Aceh ... 65


(18)

DAFTAR GAMBAR

No.

Judul

Halaman

2.1. Diagram Alir Proses Kilang Minyak ... 11

2.2. Kerangka Konsep ...

32


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Judul

Halaman

1. Kuesioner Penelitian ...

83

2. Kuesioner/Observasi Potensi Bahaya dan Risiko Kecelakaan di

Industri Migas PT. X Aceh ...

84

3. Hasil Kuesioner/Observasi Potensi Bahaya dan Risiko Kecelakaan di

Unit Produksi PT. X Aceh ...

89

4. Hasil Uji Probabilitas Variabel Material Kimia pada Unit LNG

Process dan Variabel Peralatan/Mesin pada Unit Utility di Industri Migas

PT. X Aceh ...

96

5. Data Penelitian Variabel Potensi Bahaya ...

97

6. Data Penelitian Variabel Risiko Kecelakaan Kerja ...

101


(20)

ABSTRAK

Penelitian tentang pengaruh potensi bahaya terhadap risiko kecelakaan kerja

di unit produksi industri migas PT.X Aceh bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan

probabilitas potensi bahaya terhadap risiko kecelakaan kerja pada setiap aktivitas

tenaga kerja, peralatan/mesin, material kimia dan metoda kerja di unit produksi

industri migas PT. X Aceh. Penelitian ini bersifat explanatory study dengan

rancangan

cross sectional. Seluruh tenaga kerja pada unit produksi merupakan

populasi pada penelitian ini yaitu 140 tenaga kerja. Sampel berjumlah 57 tenaga kerja

dipilih secara

stratified random sampling berdasarkan unit kerja, yaitu 19 tenaga

kerja pada unit LNG Process, 18 tenaga kerja pada unit utility, 10 tenaga kerja pada

unit

storage and loading dan 10 tenaga kerja pada unit NSO (North Sumatera

Offshore). Pengamatan dan wawancara dilakukan untuk melihat pengaruh potensi

bahaya dan risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja, peralatan/mesin, material kimia

dan metoda kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada unit LNG Process material kimia

(p= 0,009) memiliki pengaruh terhadap risiko kecelakaan kerja dengan probabilitas

risiko kecelakaan kerja tinggi sebesar 78% dan probabilitas risiko kecelakaan kerja

rendah sebesar 10%. Pada unit utility, diketahui peralatan/mesin (p= 0,008) memiliki

pengaruh terhadap risiko kecelakaan kerja dengan probabilitas risiko kecelakaan kerja

tinggi sebesar 92% dan probabilitas risiko kecelakaan kerja rendah sebesar 17%.

Tidak terdapat pengaruh variabel tenaga kerja dam metoda kerja di unit produksi

industri migas PT. X Aceh.

Disarankan perusahaan hendaknya melakukan kontrol dan evaluasi kembali

pada parameter pengukuran material kimia guna mengurangi bahaya terpaparnya

material kimia disekitar lingkungan industri migas PT. X Aceh dan menghindari

dampaknya terhadap kesehatan kerja. Serta perlunya melakukan kontrol dan evaluasi

kembali terhadap pemeliharaan peralatan/mesin yang terdapat di PT. X untuk

mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja.


(21)

ABSTRACT

The Purpose of

Study the influence of hazardous potential to the risk of

workplace accident in the production units of oil and gas industry PT. X Aceh is to

know the influence and probability of hazardous potential to the activities of the

employees, the equipment / machinery, the chemical material and the method of work

to the risk of workplace accidents in the production units of oil and gas industry PT.

X Aceh. The type of this research is explanatory study with cross sectional design.

The population is 140 all of employees who works in the production unit. The sample

of research is 57 employees was taken by stratified random sampling based on the

work of unit, for LNG Process unit is 19 employees, utility unit is 18 employees,

storage and loading unit is 10 employees, and NSO (North Sumatera Offshore) is 10

employees. The data was collected through interviews and observation in the

workplace of production units to found the influence of hazardous potential and the

risk of workplace accidents for the employees, equipment / machinery, chemical

material and the method of work.

The result showed that the chemical material (p=0,009) in the LNG Process

unit has an influence on the risk of workplace accidents with probability of the high

risk of workplace accident 78% and probability of the low risk of workplace

accident10%. On the utility unit, is known that equipment / machinery (p=0,008) has

an influence on the risk of workplace accidents with probability of the high risk of

workplace accident 92% and probability of the low risk of workplace accident17%.

But, there is no influence on the risk workplace accidents to the employees and the

method of work in the production units of oil and gas industry PT. X Aceh.

It is recommended that the Companies should be control and re-evaluation of

the parametric chemical materials measurement in the production units of oil and gas

industry PT. X Aceh to reduce the chemical materials which exposed to the

environment in the production units of oil and gas industry PT. X Aceh and to avoid

the health of work effect. Also need to control and re-evaluation equipment/

machinery maintenance in the PT. X to decrease the risk of workplace an accident

Key Words: Oil and Gas Industry, Potential Hazard, Risk Workplace Accident


(22)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tenaga kerja merupakan tulang punggung suksesnya pembangunan bangsa

dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

keselamatan dan kesehatannya dalam bekerja. Oleh sebab itu, setiap industri

seyogyanya pasti telah memberikan himbauan dan pengarahan bagi para pekerja agar

dapat menjalankan pekerjaannya dengan prosedur yang telah ditetapkan. Akan tetapi,

hanya sedikit yang memahami potensi bahaya yang terdapat di lingkungan kerja

sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap keselamatan pekerja itu sendiri. Selain

itu, walaupun keselamatan dan kesehatan kerja telah diperkenalkan, namun dalam

pelaksanaannya tetap kurang memuaskan. Harus diakui, kecelakaan kerja yang masih

tinggi sebenarnya tak lepas dari proses industrialisasi yang berteknologi tinggi,

pemakaian bahan dan peralatan yang makin kompleks. Sementara hal tersebut tidak

diikuti oleh peningkatan kemampuan dan keterampilan para pekerjanya sehingga

dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya perlindungan

yang ditujukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya, agar tenaga

kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan

sehat. Potensi – potensi yang dapat menimbulkan bahaya dapat berasal dari mesin,

lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja dan proses produksi. Keselamatan dan


(23)

kesehatan kerja (K3) juga merupakan suatu disiplin dengan ruang lingkup yang luas.

Dalam pengertian yang luas, K3 mengarah kepada pengendalian hazard

dan risiko

untuk meminimalkan terjadinya injury ataupun

accident, promosi dan pemeliharaan

derajat tertinggi dari fisik, mental dan kesejahteraan sosial pada pekerja di semua

tempat kerja, pencegahan pada pekerja terhadap efek buruk kesehatan yang

disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan terhadap para pekerja dalam

lingkungan kerja dari risiko yang berakibat kepada kesehatan yang buruk dan

adaptasi pekerjaan terhadap manusia (Anugrah, 2009).

Selama tahun 2010 di Indonesia, berdasarkan laporan dari daerah, terjadi

kasus kecelakaan kerja sebanyak 98.711 kasus. Sedangkan berdasarkan data semester

I Tahun 2011 jumlah kecelakaan kerja adalah 48.511 kasus. Ditinjau dari sumber

kecelakaan, penyebab terbesar adalah mesin, pesawat angkut dan perkakas kerja

tangan. Sementara berdasarkan tipe kecelakaan, yang terbanyak adalah terbentur,

bersinggungan dengan benda tajam yang mengakibatkan tergores, terpotong, tertusuk

dan sebagainya dan terpukul akibat terjatuh (Kemennakertrans, 2012).

International Labour Organization (ILO) memperkirakan sebanyak 337 juta

kecelakaan kerja terjadi setiap tahunnya di berbagai negara yang mengakibatkan

sekitar 2,3 juta orang pekerja kehilangan nyawa. Data PT Jaminan Sosial Tenaga

Kerja (Jamsostek) sampai akhir 2010 mencatat sekitar 0,7% pekerja Indonesia

mengalami kecelakaan kerja dari sebanyak 8,9 juta pekerja yang terdaftar di lembaga

ini atau mengakibatkan kerugian nasional mencapai Rp50 triliun (Bisnis, 2011).


(24)

Di Provinsi Aceh jumlah kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2003

sampai dengan 2007 mencapai 1.302 pekerja, diantaranya cacat 160 orang dan

meninggal 254 orang (Disnaker NAD, 2010).

Pada industri besar di sektor pertambangan memiliki risiko tinggi, misalnya di

pertambangan minyak dan gas bumi. Banyaknya kecelakaan yang terjadi di

pertambangan, seperti kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan, dan lainnya

menyebabkan industri migas memiliki potensi bahaya yang tinggi terhadap kejadian

kecelakaan kerja. Di Indonesia, khususnya di sektor minyak dan gas bumi setiap

pekerja disyaratkan untuk melakukan kajian resiko sebelum suatu kegiatan atau

fasilitas perminyakan di bangun dan dioperasikan, seperti melakukan identifikasi

bahaya yang ada disetiap aktivitas kerja, dan kemudian melakukan analisa dan

evaluasi (Ramli, 2010).

Sementara itu, kasus ledakan yang terjadi di sebuah sumur gas di kawasan

Chongqing, sebelah barat daya Cina

yang dipicu oleh kesalahan dalam menaksir

jumlah gas di dalam sumur dan tidak terkendalinya

blowout

dari dalam sumur gas,

dan pekerja gagal menyalakan gas

blowout

tersebut sehingga terakumulasi dan

menimbulkan ledakan hebat. Ledakan yang disusul kebakaran tersebut

mengakibatkan 243 orang tewas, dua diantaranya adalah karyawan perusahaan

pengeboran tersebut dan sisanya penduduk sekitar, 396 orang mengalami luka parah

dan harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit, 9.000 orang harus

menjalani perawatan medis, serta lebih dari 60.000 warga sekitar lokasi harus

diungsikan ke tempat yang lebih aman. Kecelakan ini merupakan yang terburuk yang


(25)

pernah terjadi di Cina, yang nyata-nyata diakibatkan oleh buruknya faktor

keselamatan kerja (Migas, 2004).

Sebesar dan sekecil apapun potensi bahaya yang terjadi adalah tergantung

pada kondisi keselamatan kerja, seperti kondisi mesin, peralatan, lingkungan kerja,

dan bahan berbahaya lainnya. Oleh sebab itu, selain melakukan pengawasan terhadap

pekerja, perlu juga adanya identifikasi dan evaluasi terhadap potensi bahaya di tempat

kerja, dengan melakukan pengawasan terhadap mesin – mesin, peralatan kerja dan

bahan berbahaya lainnya (Hakim, 2001).

PT. X merupakan perusahaan industri yang bergerak di bidang pengolahan

gas. PT. X memiliki kilang LNG (Liquified Natural Gas) sebanyak enam train. Train

merupakan suatu plant/pabrik yang digunakan untuk mengolah gas mentah menjadi

LNG (gas alam cair). Pada proses produksinya, PT. X terdiri dari 4 bagian/unit

yakni,

LNG

Process,Utility, Storage and Loading

dan

NSO

(North Sumatera

Offshore). Masing – masing unit, setiap pekerja mengontrol jalannya proses produksi

dengan menggunakan monitor

control dan bekerja langsung di lokasi pabrik,

berhadapan dengan alat atau material yang digunakan dalam proses produksi. Oleh

karena itu, pada unit produksi industri migas PT. X Aceh diketahui memiliki potensi

bahaya yang berisiko mengakibatkan kecelakaan kerja. Baik di unit LNG

Process,Utility, Storage and Loading maupun

NSO (North Sumatera Offshore), pada

proses pengolahannya melibatkan interaksi antara tenaga kerja, peralatan, material

kimia dan metoda kerja. Seluruh kegiatan operasi pengolahan gas pada masing –

masing unit di unit produksi industri migas PT X Aceh melibatkan alat – alat berat


(26)

dan mesin – mesin yang berpotensi menghasilkan kebisingan dan getaran yang tinggi

serta alat – alat listrik yang bertegangan tinggi dan bahan – bahan kimia yang dapat

berpotensi menimbulkan ledakan dan pencemaran lingkungan. Bahaya – bahaya

tersebut dapat berisiko mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. Misalkan pada

unit

LNG process terdapat bahaya pada proses pemisahan gas dengan pengotor

(impurities) sampai dihasilkan produk LNG (gas alam cair), bahaya – bahaya tersebut

seperti terpapar DEA (Dietil Amin) dan karbonat jika pipa – pipa/pompa mengalami

kebocoran, dan terpapar bising dari turbin. Pada unit utility terdapat bahaya seperti

radiasi pada generator listrik (power generation plant), paparan gas di flare system

serta

nitrogen plant. Pada unit

storage and loading bahaya berupa paparan yang

timbul akibat dari kebocoran pipa dan tangki pada pemuatan LNG (gas alam cair) dan

kondensat. Sedangkan pada unit NSO (North Sumatera Offshore), bahaya berupa

paparan sulfur dan gas serta bahaya panas yang terdapat pada reaktor H

2

Tingkat keparahan (severity) kecelakaan kerja terbagi menjadi beberapa

kategori, yaitu tidak signifikan (first aid),

minor,

moderate (sedang), besar dan

bencana besar. Moderate yaitu kecelakaan yang mengalami cedera sedang,

memerlukan bantuan medis dan memiliki kerugian besar, seperti luka terkoyak, patah

tulang ringan, sakit/radang kulit dan cacat minor permanen. Minor, yaitu kecelakaan

yang mengalami cedera ringan dan kerugian kecil, seperti luka pada permukaan

tubuh, tergores, terpotong/tersayat kecil, bising, sakit kepala/pusing dan memar.

Sedangkan

first aid, yaitu kecelakaan yang tidak mengalami cedera dan kerugian

kecil, seperti iritasi mata, ketidaknyamanan, pegal – pegal dan lelah (Suardi, 2005).


(27)

Dari survei pendahuluan yang telah dilakukan, PT. X diketahui memiliki data

kecelakaan kerja dengan kategori moderate, minor dan first aid, sebagai berikut:

Tabel 1.1. Data Kecelakaan Kerja PT. X Aceh

Kategori Kecelakaan

Tahun

2008

2009

2010

Moderate

-

1

-

Minor

1

1

2

First aid

4

5

9

Jumlah

5

7

11

Sumber: PT. X Aceh

PT. X merupakan industri migas yang dalam pelaksaaannya telah melakukan

penerapan program keselamatan kerja. Namun, dari data yang diperoleh, PT. X

memiliki kecelakaan kerja sebanyak 23 kasus dari tahun 2008 sampai dengan 2010

dengan kategori moderate, minor, dan first aid.

Berdasarkan uraian data kecelakaan tersebut, peneliti ingin melihat adanya

pengaruh potensi bahaya yang memiliki risiko kecelakaan kerja di unit produksi PT.

X Aceh. Hal ini, mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul :

“Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di Unit Produksi

Industri Migas PT. X Aceh”.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, PT. X memiliki potensi bahaya

yang memiliki risiko terjadinya kecelakaan kerja. Maka permasalahan yang dapat

dirumuskan adalah sejauh mana pengaruh potensi bahaya terhadap risiko kecelakaan

kerja di unit produksi yang terdapat di industri migas PT. X.


(28)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1.

Mengetahui pengaruh potensi bahaya yang meliputi faktor tenaga kerja,

peralatan/mesin, material kimia, dan metoda kerja yang terdapat pada unit

LNG

Process,Utility, Storage and Loading dan

NSO

(North Sumatera

Offshore) terhadap risko kecelakaan kerja di industri migas PT. X Aceh.

2.

Mengetahui kemungkinan (probabilitas) risiko kecelakaan kerja dari setiap

aktivitas kerja pada tenaga kerja, peralatan/mesin, material kimia dan metoda

kerja yang dilakukan pada unit LNG Process,Utility, Storage and Loading dan

NSO (North Sumatera Offshore) di industri migas PT. X Aceh.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh antara potensi bahaya terhadap risiko kecelakaan kerja di unit

produksi industri migas PT. X Aceh.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Perusahaan

Perusahaan memperoleh informasi mengenai potensi bahaya dan probabilitas

(kemungkinan) risiko kecelakaan kerja yang terdapat pada setiap aktivitas

tenaga kerja, peralatan/mesin, material kimia dan metoda kerja di masing –

masing unit produksi industri migas PT. X Aceh sehingga dapat


(29)

mengendalikan potensi bahaya yang dapat berisiko menimbulkan kecelakaan

kerja.

1.5.2. Bagi Tenaga Kerja

Tenaga kerja memperoleh masukan mengenai bahaya yang terdapat pada setiap

aktivitas pekerjaan agar dapat meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan

keselamatan kerja dalam melakukan pekerjaan.

1.5.3. Bagi Penulis

Mengembangkan cara berpikir dalam mengatasi permasalahan keselamatan dan

kesehatan kerja khususnya tentang pengaruh potensi bahaya terhadap risiko

kecelakaan kerja di unit produksi industri migas PT. X Aceh.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Industri Migas (Minyak dan Gas bumi)

2.1.1. Minyak dan Gas bumi

Minyak dan gas bumi merupakan bahan yang paling penting didunia dewasa

ini sebagai sumber energi. Minyak dan gas bumi merupakan sumber penggerak

berbagai mesin motor, mesin diesel, mesin jet untuk pesawat terbang, serta mesin –

mesin lain untuk penggerak industri.

Sifat cair dari minyak bumi menyebabkan cairan dari proses pemisahan

minyak bumi menjadi mudah di simpan dalam berbagai macam bentuk. Seperti

ditempatkan kedalam tanki kilang minyak dan mengalirkannya melalui pipa – pipa

untuk kemudian digunakan.

Gas bumi memiliki sifat gas yang juga mempunyai keunggulan daripada zat

padat, dan sebetulnya juga terhadap zat cair karena dapat dimampatkan, sehingga

volumenya dapat di perkecil. Selain itu, gas sangat mudah mengalir dan kebocoran

sulit diketahui, sehingga memerlukan teknologi lebih tinggi dalam penyimpanannya

(Koesoemadinata, 1990).

2.1.2. Proses Pengolahan di Industri Migas (Minyak dan Gas Bumi)

Menurut Hardjono (2007), sifat – sifat minyak mentah sangat bervariasi dan

jenis produk yang dapat dihasilkan juga dan sangat banyak, maka istilah kilang

tidaklah memberikan gambaran yang jelas mengenai operasi – operasi apa saja yang


(31)

dilakukan oleh suatu kilang. Suatu operasi yang tentu dijumpai dalam semua kilang

adalah destilasi yang memisahkan minyak bumi ke dalam fraksi – fraksinya

berdasarkan titik didihnya. Operasi lainnya dapat sedikit atau banyak jumlahnya,

dapat sederhana atau kompleks, tergantung kepada produk – produk yang akan di

buat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tidak ada dua buah kilang minyak yang

mempunyai skema proses pengolahan yang sama. Dalam kenyataannya kilang

minyak terdiri dari unit – unit atau pabrik manufaktur yang berbeda, karena unit –

unit tersebut mengolah bahan minyak yang berbeda dan menghasilkan produk –

produk yang berbeda pula. Makin kompleks kilang minyak atau makin beragam unit

yang ada didalam kilang maka kilang akan semakin fleksibel, karena produk yang

tidak dapat dipasarkan dapat diubah kedalam produk yang dapat dipasarkan. Adanya

produk yang tidak dapat dipasarkan akan menyebabkan tangki produk pada suatu saat

akan penuh, sehingga operasi kilang terpaksa harus dihentikan.

Perlu dikemukakan disini, bahwa tidak ada skema proses pengolahan yang

berlaku umum untuk semua kilang minyak karena tidak ada kilang minyak yang

mempunyai skema proses pengolahan yang sama. Bagaimana minyak mentah di ubah

menjadi berbagai macam produk dapat ditunjukkan dengan diagram alir pada gambar

2.1 berikut (Hardjono, 2007).


(32)

Gambar 2.1. Diagram alir proses kilang minyak

2.1.3. Beberapa Ragam Model Keselamatan Kerja Migas

Lapangan kerja migas secara umum terbagi dua, yakni kegiatan offshore dan

kegiatan onshore.

Jenis keselamatan kerja migas offshore atau kegiatan pertambangan migas diatas laut,

adalah:


(33)

1.

Keselamatan kerja transportasi laut.

2.

Keselamatan kerja discharge (pembongkaran) material diatas laut.

3.

Keselamatan kerja lifthing (pengangkatan) material.

4.

Keselamatan kerja di atas ketinggian (working at height).

5.

Keselamatan kerja di area terbatas (confine space).

6.

Keselamatan kerja perform welding (pengelasan).

7.

Keselamatan kerja penyelamatan di laut.

8.

Keelamatan kerja pendaratan chopper

(helicopter) di atas pad (titik

pendaratan).

9.

Keselamatan kerja pengapalan material di atas laut.

10.

Keselamatan kerja antisipasi kebakaran di laut.

Kemudian keselamatan kerja migas

onshore atau kegiatan pertambangan di darat,

sebagai berikut:

1.

Keselamatan kerja blasting (peledakan sumber minyak).

2.

Keselamatan kerja drilling (pengeboran).

3.

Keselamatan kerja discharge material di darat.

4.

Keselamatan kerja pengoperasian forklift.

5.

Keselamatan kerja pengoperasian crane truck/boom truck.

6.

Keselamatan kerja pencegahan atau penanganan kebakaran.

7.

Keselamatan kerja di ketinggian/scaffolding.

8.

Keselamatan kerja area terbatas.

9.

Keselamatan kerja di lifting material.


(34)

10.

Keselamatan kerja mechanical.

11.

Keselamatan kerja di kantor (Ahira, 2011).

2.2. Potensi Bahaya (Potential Hazard)

ILO (1986) dalam Anugrah (2009), mendefinisikan potensi bahaya atau

bahaya kerja (work hazard) adalah suatu sumber potensi kerugian atau suatu situasi

yang berhubungan dengan pekerja, pekerjaan dan lingkungan kerja yang berpotensi

menyebabkan gangguan/kerugian.

Potensi bahaya merupakan segala hal atau sesuatu yang mempunyai

kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan maupun

manusia. Di tempat kerja, potensi bahaya sebagai sumber risiko khususnya terhadap

keselamatan dan kesehatan di perusahaan akan selalu dijumpai, antara lain berupa:

a. Faktor fisik

: kebisingan, cahaya, radiasi, vibrasi, suhu

b. Faktor kimia

: solven, gas, asap, uap, debu

c. Faktor biologik

: tumbuhan, hewan, bakteri, virus

d. Aspek ergonomik : desain, sikap kerja,

e. Stresor

: tekanan produksi/beban kerja, monoton, kejemuan

f. Listrik dan sumber energi lainnya, mesin, peralatan kerja, tata rumah

tangga (house keeping), kebakaran, peledakan, kebocoran

g. Pelaksana/manusia : perilaku, kondisi fisik, interaksi (Budiono, 2008).

Bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara unsur -

unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses, atau metoda kerja. Dalam


(35)

proses produksi tersebut terjadi kontak antara manusia dengan mesin, material,

lingkungan kerja yang di akomodir oleh proses atau prosedur kerja. Karena itu,

sumber bahaya dapat berasal dari unsur – unsur produksi tersebut, yaitu manusia,

peralatan, material, proses serta sistem dan prosedur (Ramli, 2010).

Industri yang bergerak dalam bidang minyak dan gas bumi memiliki risiko

tinggi, yaitu pada kegiatan pengelolaan dan pengeboran. Selain itu, pada kegiatan

pengolahan dan distribusi juga memiliki risiko yang hampir sama dengan sektor hulu.

Risiko ini meliputi aspek finansial, kecelakaan, kebakaran, ledakan maupun penyakit

akibat kerja dan dampak lingkungan.

Secara umum bahaya yang timbul pada kilang minyak, meliputi:

a. Jenis pekerjaan, berhubungan dengan bahaya mekanik dan bahan kimia

b.Crude oil, berhubungan dengan bahaya uap gas, cairan yang mudah

meledak, keracunan sulfur

c. Cuaca, misalnya petir (Signage, 2010).

Ada beberapa panduan daftar bahaya potensial yang dapat dilihat pada tabel 2.1

berikut.


(36)

Tabel 2.1. Daftar Bahaya Potensial

No Uraian

Bahaya Potensial

1

Lingkungan kerja

1. Udara kotor

2. Temperatur ekstrim

a. Kontak dengan benda panas atau dingin

b. Terkena Lingkungan panas atau dingin

3. Tekanan mental

a. Gertakan/gangguan

b. Kekerasan

c. Kerja shift

2

Energi

1. Kebisingan

a. Bising tiba - tiba

b. Bising dalam waktu lama

3

Zat Kimia

1. Kontak dengan zat kimia

2. Kebakaran dan ledakan

3. Debu dan gas

4. Asap, uap dan kabut

4

Pekerjaan manual

Ergonomis (desain tempat kerja tidak baik)

(Suardi, 2005)

Menurut Syukri sahab (1997) dalam Hayati (2009), umumnya sumber bahaya

yang ada di tempat kerja atau didalam proses produksi berasal dari:

a.

Manusia

Pada suatu tempat kerja, hanya sejumlah kecil tenaga kerja mengalami

persentase kecelakaan yang tinggi. Tenaga kerja tersebut di pandang cenderung

menderita kecelakaan. Statistik kecelakaan menunjukkan bahwa 10-25% tenaga kerja

terlibat dalam 55-85% dari seluruh kecelakaan.

b.

Mesin dan peralatan

Mesin dan peralatan sering juga menimbulkan potensi bahaya maka seluruh

peralatan harus di desain, di pelihara dan digunakan dengan baik. Pengendalian


(37)

potensi bahaya dapat dipengaruhi oleh bentuk peralatan, ukuran, berat ringannya

peralatan, kenyamanan operator dan kekuatan yang diperlukan untuk menggunakan

atau mengoperasikan peralatan kerja dan mesin – mesin.

c.

Metode Kerja atau Cara Kerja

Cara kerja yang salah dapat membahayakan pekerja itu sendiri maupun orang

lain di sekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain:

1.

Cara mengangkat dan mengangkut

2.

Cara kerja yang mengakibatkan kecelakaan dan cedera terutama yang sering

terjadi adalah pada tulang punggung.

3.

Memakai Alat Pelindung Diri yang tidak semestinya dan cara pemakaiannya

salah.

d.

Lingkungan Kerja

Bahaya dari Lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya

yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.

Bahaya tersebut antara lain berdasarkan:

1.

Faktor Lingkungan Fisik

Bahaya yang bersifat fisik seperti suhu yang panas, terlalu dingin, terpapar

bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, dan adanya paparan

radiasi.

2.

Faktor Lingkungan Kimia

Bahaya yang bersifat kimia berasal dari bahan – bahan yang digunakan

maupun bahan yang dihasilkan selama proses produksi. Bahan ini terpapar di


(38)

lingkungan kerja karena cara kerja yang salah, kerusakan atau kebocoran dari

peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses.

3.

Faktor Lingkungan Biologi

Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun

dari binatang lainnya yang ada di tempat kerja.

4.

Faktor Ergonomi

Gangguan yang disebabkan oleh beban kerja yang terlalu berat, peralatan

yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja atau tidak sesuai dengan

anthropometri tubuh tenaga kerja.

5.

Faktor Psikologi

Gangguan jiwa yang dapat terjadi karena keadaan lingkungan sosial tempat

kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada karyawan,

seperti berhubungan dengan atasan dan bawahan yang tidak harmonis.

2.2.1. Sumber Bahaya yang Berasal dari Lingkungan Kerja

Sumber bahaya yang berasal dari lingkungan kerja dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti faktor fisik, kimia, biologi, dan psikologi terhadap pekerja.

Beberapa sumber bahaya di lingkungan dan pengaruhnya terhadap pekerja, sebagai

berikut :

1. Suhu Kerja

Iklim (cuaca) atau suhu kerja mempengaruhi daya kerja. Produktivitas,

efisiensi dan efektivitas kerja sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim (cuaca) kerja.

Iklim kerja yang termonetral

(suhu netral), jadi tidak dingin sehingga tidak


(39)

menyebabkan tenaga kerja kedinginan atau tidak panas sehingga tenaga kerja tidak

gerah kepanasan biasanya kondusif tidak hanya untuk melaksanakan pekerjaan tetapi

juga untuk memperoleh hasil kerja yang baik. Pada kisaran suhu termonetral untuk

bekerja, terdapat suhu nyaman atau mendukung untuk bekerja. Untuk menentukan

suhu netral atau nyaman untuk bekerja perlu dilakukan angket.

Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah antara 24-26

o

C. Suhu yang lebih

dingin katakan 20

o

C (suhu paling cocok bagi penduduk sub tropis) mengurangi

efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas

terutama berakibat menurunkan prestasi kerja berfikir. Penurunan kemampuan

berfikir demikian sangat luar biasa terjadi sesudah suhu udara melampaui 32

o

C. suhu

panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan memperlambat

waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu

koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan emosi untuk dirangsang.

Orang Indonesia pada umumya beraklimatisasi iklim tropis, yang suhunya berkisar

28-32

o

Pekerja didalam lingkungan panas, seperti di sekitar boiler, oven, tungku atau

bekerja diluar ruangan seperti dibawah terik matahari dapat mengalami tekanan

panas. Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk

memelihara keseimbangan panas. Reaksi fisiologis tubuh (Heat Strain) oleh karena

C dengan kelembaban sekitar 85-95% bahkan mungkin lebih. Aklimatisasi

terhadap suatu iklim (cuaca) berarti penyesuaian yang terjadi pada seseorang terhadap

suatu iklim (cuaca) tertentu sehingga menjadi terbiasa terhadap cuaca tersebut dan

kondisi fisik, faal, psikis tidak mengalami efek buruk dari iklim (Suma’mur, 2009).


(40)

peningkatan temperatur udara di luar comfort zone adalah seperti, vasodilatasi, denyut

jantung meningkat, temperatur kulit meningkat dan suhu inti tubuh pada awalnya

turun kemudian meningkat dan lain – lain. Selanjutnya apabiila pemaparan tekanan

panas terus berlanjut, maka risiko terjadi gangguan kesehatan juga akan meningkat.

Gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat

mengakibatkan :

a.

Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan, sering

melakukan istirahat curian, dan lain – lain.

b.

Dehidrasi, yaitu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan

baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan

kesehatan.

c.

Heat cramps, yaitu kejang – kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat

keluarnya keringat yang menyebabkan kehilangan garam natrium dari tubuh

yang kemungkinan besar karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam

natrium.

d.

Heat Syncope atau Fainting,

disebabkan karena aliran darah ke otak tidak

cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan kulit atau

perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.

e.

Heat Exhaustion, keadaan ini tejadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak

cairan dan atau kehilangan garam. Gejalanya mulut kering, sangat haus,

lemah, dan sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak dialami oleh pekerja

yang belum terbiasa terhadap suhu udara yang panas (Tarwaka, 2004).


(41)

3.

Kebisingan

Kebisingan menurut Kepmennaker adalah semua suara yang tidak

dikehendaki yang bersumber dari alat – alat proses produksi dan atau alat – alat kerja

yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Nilai Ambang

Batas (NAB) kebisingan ditempat kerja berdasarkan Kepmennaker Nomor PER.

13/MEN/X/2011, besarnya rata – rata adalah 85 dB untuk waktu kerja terus menerus

tidak lebih dari 8 jam per hari atau 40 jam seminggu.

Tarwaka (2004), pengaruh kebisingan Intensitas tinggi (berada diatas NAB),

yaitu mengalami gangguan kesehatan, seperti : meningkatkan tekanan darah dan

denyut jantung, risiko serangan jantung meningkat, gangguan pencernaan. Sedangkan

pengaruh kebisingan intensitas rendah (dibawah NAB), yaitu:

a.

Stress menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur.

b.

Gangguan reaksi psikomotorik.

c.

Kehilangan konsentrasi.

d.

Gangguan komunikasi antara lawan bicara.

e.

Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada

kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja

2.2.2. Sumber Bahaya yang Berasal dari Pekerja (unsafe action)

Faktor manusia di tempat kerja mengacu pada setiap masalah yang

memengaruhi pendekatan individu ke pekerjaan dan kemampuan untuk

melaksanakan pekerjaannya. Pengaruh tersebut ada di setiap kegiatan harian pekerja,


(42)

baik di rumah, di tempat kerja, dalam perkumpulan sosial, maupun dalam kegiatan –

kegiatan diwaktu luang. Faktor manusia merupakan salah satu bagian dari ilmu

perilaku. Faktor – faktor manusia secara umum mencakup :

a.

Sikap pekerja terhadap pekerjaannya

b.

Hubungan antara pekerja dengan kelompok kerjanya

c.

Interaksi antara pekerja dengan pekerjaannya atau lingkungan

pekerjaannya

d.

Kemampuan kerja dan kekeliruan (human error)

e.

Perilaku setiap individu

f.

Cakupan pelatihan dan instruksi yang disediakan

g.

Desain kondisi pabrik dan perlengkapan

h.

Aturan – aturan dan sistem kerja yang tidak dapat diterima

Adapun, faktor negatif yang dapat mengakibatkan potensi bahaya pada industri

adalah:

a.

Minimnya pelatihan dan tugas – tugas

b.

Bersikap menentang terhadap aturan – aturan dan pengamanan

c.

Mengabaikan atau melewati pengamanan dan mengambil jalan pintas

untuk meningkatkan pendapatan

d.

Salah memahami prosedur pekerjaan yang akan dilakukan


(43)

f.

Desain dan tata letak pabrik dan perlengkapan yang buruk sehingga tidak

memperhitungkan keterbatasan manusia, baik secara fisikmaupun mental

(ergonomis)

Menghilangkan faktor negatif dan membangun faktor positif akan

memberikan sumbangan yang besar terhadap lingkungan kerja yang lebih aman dan

selamat (Ridley, 2008).

2.2.3. Sumber Bahaya dari Bahan Kimia dan Peralatan

Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahan – bahan yang pada

suatu kondisi tertentu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan pada setiap tingkat

pekerjaan yang dilakukan seperti penyimpanan, pengangkutan, pengguanaan,

pembuatan, dan pembuangan (Budiono, 2008).

Pada penggunaan bahan – bahan kimia, terdapat sejumlah tindakan yang

dilakukan untuk menghilangkan bahaya sehingga mencegah pekerja dari risiko

kecelakaan. Jika bahayanya tidak dapat dihilangkan, tindakan pengendalian harus

diimplementasikan untuk meminimalkan risiko dari bahan – bahan kimia yang

dihadapi pekerja. Dalam menangani zat – zat kimia, baik selama tahap pemasokan,

pemakaian atau pembuangan , haruslah mengikuti setiap prosedur untuk keselamatan

pekerja (Ridley, 2008).

Menurut Suma’mur (2009), peralatan dan mesin pada suatu industri dapat

menimbulkan bahaya seperti bising dan getaran. Bahaya – bahaya tersebut selain

tidak diinginkan oleh manusia, ternyata juga dapat menyebabkan efek buruk terhadap

kesehatan dan mengganggu pelaksanaan pekerjaan.


(44)

Keselamatan penggunaan permesinan dapat ditinjau dari bahaya – bahaya

yang ditimbulkan oleh perlengkapan tertentu. Jika setiap bahaya – bahaya tersebut

dapat diidentifikasi, tindakan harus diambil untuk menghilangkan atau

meminimalkan risiko yang dihadapi oleh pekerja. Jika bahaya – bahaya tersebut tidak

dapat dihilangkan, suatu penilaian risiko perlu dilakukan untuk menentukan tingkat

pencegahan apa saja yang harus diambil. Pemeliharaan permesinan adalah suatu jenis

pekerjaan yang lebih berbahaya dan memerlukan perhatian khusus untuk menilai

risikonya, serta mempersiapkan pelaksanaan kerja yang aman (Ridley, 2008).

2.3. Kecelakaan Kerja

Keadaan hampir celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan insiden

(incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah “near – miss” atau “near –

accident”, adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan

keadaan yang sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia,

merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Risiko adalah manifestasi atau

perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang mengakibatkan kemungkinan

kerugian menjadi lebih besar. Tergantung dari cara pengelolaannya, tingkat risiko

mungkin berbeda dari yang paling ringan atau rendah sampai ke tahap yang paling

berat atau tinggi. Melalui analisis dan evaluasi semua potensi bahaya da risiko,

diupayakan tindakan minimalisasi atau pengendalian agar tidak terjadi bencana atau

kerugian lainnya (Budiono, 2008).


(45)

Ramli (2010), risiko K3 (Keselamatan dan kesehatan kerja) adalah risiko yang

berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dalam aktivitas bisnis yang

menyangkut aspek manusia, peralatan, material, dan lingkungan kerja. Umumnya

risiko K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) dikonotasikan sebagai hal negatif

(negative impact) antara lain :

1.

Kecelakaan terhadap manusia dan asset perusahaan

2.

Kebakaran dan peledakan

3.

Penyakit akibat kerja

4.

Kerusakan sarana produksi

5.

Gangguan operasi.

Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok dalam

rangka melaksanakan kerja dilingkungan industri atau perusahaan. Kecelakaan kerja

biasanya timbul sebagai gabungan dari beberapa faktor, seperti faktor peralatan,

lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri. Dalam suatu pabrik, terkadang ada mesin

yang kurang baik, seperti tidak dilengkapi alat pengamanan yang cukup, maka

kondisi seperti ini dapat menjadi sumber risiko (Siahaan, 2009).

2.3.1.

Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Klasifikasi kecelakaan kerja menurut ILO (1962), yaitu :

1.

Klasifikasi menurut jenis kecelakaan

a.

Terjatuh

b.

Tertimpa benda jatuh


(46)

d.

Terjepit oleh benda

e.

Gerakan – gerakan melebihi kemampuan

f.

Pengaruh suhu tinggi

g.

Terkena arus listrik

h.

Kontak dengan bahan – bahan berbahaya atau radiasi

i.

Jenis – jenis lain termasuk kecelakaan yang belum masuk klasifikasi tersebut.

2.

Klasifikasi menurut penyebab

a.

Mesin

Pembangkit tenaga terkecuali motor – motor listrik, mesin penyalur, mesin –

mesin unttuk mengerjakan logam, mesin – mesin pengolah kayu, mesin –

mesin pertanian, mesin – mesin pertambangan, mesin – mesin lain yang tidak

termasuk klasifikasi tersebut.

b.

Alat angkat dan angkut

Mesin pengangkat dan peralatannya, alat angkut diatas rel, alat angkut yang

beroda kecuali kereta api, alat angkut udara dan air, alat – alat angkut lainnya.

c.

Peralatan lain

Bejana bertekanan, dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,

instalasi listrik termasuk motor listrik kecuali alat – alat listrik (tangan), alat –

alat kerja dan perlengkapannya kecuali alat – alat listrik, tangga, peralatan lain

yang belum termasuk klasifikasi tersebut.


(47)

Bahan peledak, debu, gas, cairan, zat – zat kimia lainnya, benda – benda

melayang, bahan – bahan yang belum termasuk golongan tersebut.

e.

Lingkungan

Diluar bangunan, didalam bangunan, dibawah tanah.

f.

Penyebab – penyebab yang belum termasuk dalam golongan – golongan

tersebut.

3.

Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan

Patah tulang, renggang otot/urat, memar dan luka dalam lainnya, amputasi, gegar

dan remuk, luka bakar, luka di permukaan, keracunan akut, mati lemas, pengaruh

arus listrik dan radiasi, akibat cuaca dan lain – lain.

4.

Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh

Kepala, leher, badan, anggota gerak atas, anggota gerak bawah, banyak tempat,

kelainan umum, dan lain – lain (Notoadmodjo, 2003).

2.3.2. Penyebab Kecelakaan Kerja

Secara umum, penyebab kecelakaan kerja bersumber dari penyebab dasar,

penyebab tidak langsung, dan penyebab langsung. Penyebab dasar adalah kebijakan

yang tidak memperhatikan aspek – aspek keselamatan kerja. Penyebab tidak langsung

bersumber dari kondisi – kondisi dan perilaku yang tidak aman. Penyebab langsung

bersumber pada sebuah interaksi yang memicu kecelakaan terjadi (Hadiguna, 2009).


(48)

Faktor – faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, baik dari aspek

penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja, dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya:

1.

Faktor fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembapan, cepat rambat

udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan, dan lain – lain.

2.

Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda –

benda padat.

3.

Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun tumbuh – tumbuhan.

4.

Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja.

5.

Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan diantara pekerja atau

dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya (Suardi, 2005).

Beberapa perilaku dan kondisi yang tidak aman sebagai penyebab tidak

langsung kecelakaan kerja yang sering ditemukan dalam aktivitas pertambangan

menurut H. W. Heinrich, yaitu:

A. Perilaku tidak aman (unsafe action)

1.

Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang tidak layak.

2.

Mengoperasikan peralatan tanpa perintah.

3.

Menggunakan peralatan yang tidak layak.

4.

Menggunakan peralatan yang telah rusak atau cacat.

5.

Gagal memperingatkan pekerja dan peralatan.

6.

Tidak menggunakan alat pelindung diri.


(49)

8.

Bermain – main, bersenda gurau.

9.

Konsumsi alkohol.

10.

Konsumsi obat – obatan.

B. Kondisi tidak aman (unsafe conditions)

1.

Kurang pengawasan.

2.

Tidak tersedianya peralatan.

3.

Kurangnya sistem peringatan.

4.

Bahaya kebakaran dan peledakan.

5.

Kurangnya housekeeping

6.

Bahaya kondisi diudara (gas, kabut, debu, uap).

7.

Bising (excessive noise).

8.

Kurang penerangan.

9.

Kurang ventilasi.

10.

Terpapar radiasi (Heinrich, 1980).

2.4. Prinsip Pencegahan Kecelakaan

Tindakan pencegahan kecelakaan bertujuan untuk mengurangi peluang

terjadinya kecelakaan hingga seminimal mungkin. Beberapa pencegahan kecelakaan

dapat dilakukan seperti berikut :

a. Mengidentifikasi potensi bahaya

b. Menghilangkan bahaya


(50)

c. Mengurangi bahaya hingga seminimal mungkin jika penghilangan bahaya

tidak dapat dilakukan

d. Melakukan penilaian risiko

e. Mengendalikan risiko (Ridley, 2008).

Dalam melakukan penelitian, prioritas yang harus kita lakukan adalah

memulai dari tindakan yang terbesar. Jika tidak dapat dilakukan maka kita

menurunkan tingkat pengendaliannya ke tingkat yang lebih rendah atau lebih mudah.

Tahapan – tahapan disajikan berdasarkan pertimbangan biaya. Semakin tinggi tingkat

kendali yang dipilih semakin tinggi pula biaya yang dibutuhkan. Tetapi, tingkat risiko

yang berkurang semakin besar pula (Suardi, 2005).

Ramli (2010), khusus untuk risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

ada beberapa cara yang digunakan untuk mengidentifikasi bahaya, yaitu:

1.

Hazops (Hazards and Operability Study) adalah teknik identifikasi bahaya

dengan sistem yang sangat terstruktur dan sistematis sehingga dapat

mengahsilkan kajian yang komprehensif. Namun, kelemahan Hazops adalah

karena memerlukan waktu yang panjang, perlu tim ahli, dan sering

membosankan.

2.

Job Safety Analysis (JSA) yaitu salah satu teknik analisa yang sangat populer dan

banyak digunakan di lingkungan kerja. Teknik ini bermanfaat untuk

mengidentifikasi dan menganalisa bahaya dalam suatu pekerjaan seperti

mengganti bola lampu, memasang AC, melepas saringan, mengganti ban serep

dan lainnya.


(51)

3.

Analisa pohon kegagalan (Fault Tree Analysis) yaitu metoda analisa yang bersifat

deduktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak (top event) yang mungkin

terjadi dalam suatu proses, misalnya kebakaran atau ledakan.

2.4.1. Analisa Risiko Kecelakaan Kerja

Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisa risiko. Baik

secara kualitatif, semi kuantitatif maupun kuantitatif. Probabilitas merupakan

kemungkinan terjadinya suatu peristiwa termasuk kekerapan/frekuenskinya. Dalam

hal ini, probabilitas merupakan teknik analisa risiko kuantitatif yang dicerminkan dari

kemungkinan yang ditimbulkannya.

Analisa risiko kuantitatif menggunakan perhitungan probabilitas kejadian atau

konsekuensinya dengan data numerik dimana besarnya risiko tidak berupa peringkat

seperti pada metoda semikuantitatif. Hasil perhitungan secara kuantitatif akan

memberikan gambaran tentang risiko suatu kegiatan atau bahaya (Ramli, 2010).

2.5. Landasan Teori

Potensi bahaya ditempat kerja merupakan sumber risiko terhadap keselamatan

dan kesehatan kerja yang sering dijumpai pada mesin/peralatan kerja, bahan kimia

(gas, asap, uap, cairan, logam berat), sikap/cara kerja, dan pelaksana/manusia

(perilaku, kondisi fisik, interaksi). Melalui analisis dan evaluasi semua potensi

bahaya dan risiko, diupayakan tindakan minimalisasi atau pengendalian agar tidak

terjadi bencana atau kerugian lainnya (Budiono, 2008).


(52)

Menurut Ramli (2010), bahaya di tempat kerja terjadi ketika ada interaksi

antara unsur – unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses dan metoda

kerja. Siahaan (2009), kecelakaan kerja biasanya timbul sebagai gabungan dari

beberapa faktor, seperti faktor peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri.

Risiko K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) dikonotasikan sebagai hal

negatif

(negative impact) antara lain kecelakaan terhadap manusia dan asset

perusahaan, kebakaran dan peledakan, penyakit akibat kerja, kerusakan sarana

produksi dan gangguan operasi (Ramli, 2010)

Teori Wigglesworth (1972), mengemukakan bahwa dengan hanya melihat

adanya kesalahan (error), bahan berbahaya (hazards) maka kemungkinan akan terjadi

kecelakaan (accident) dan cedera (injury) dapat diprediksi (Budiono, 2008).

Berdasarkan teori Domino yang dikemukakan oleh Heinrich, faktor yang

menyebabkan terjadinya kecelakaan ditempat kerja yaitu: 1) Social Environment,

yaitu kondisi yang membuat seseorang harus mengambil atau menerima risiko. 2)

Undesirable Human Traits, yaitu kemarahan, kecerobohan, kelelahan, salah

pengertian, tidak sengaja. 3) Unsafe Acts or Conditions (mechanical or physical or

chemical hazard), yaitu perencanaan buruk, perilaku pekerja yang tidak aman dalam

bekerja, peralatan tidak aman, lingkungan berbahaya. 4) The Accidents, yaitu

kecelakaan terjadi ketika kejadian – kejadian diatas bersamaan menyebabkan sesuatu

berjalan salah. 5) The Injury, yaitu luka – luka (cedera) terjadi ketika mengalami

kerusakan (Siahaan, 2009).


(53)

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan pada teori yang telah dikemukakan diatas, penulis membentuk

kerangka konsep penelitian untuk melihat adanya pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen seperti yang terlihat pada gambar berikut.

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.2. Diagram Kerangka Konsep Penelitian

Kecelakaan kerja memiliki kaitan dengan sumber bahaya yang berada di

lingkungan kerja dan timbul dalam setiap aktivitas kerja yang menyangkut aspek

manusia, peralatan, material dan lingkungan kerja yang di akomodir oleh proses atau

prosedur kerja (Ramli, 2010). Dalam hal ini, lingkungan kerja diasumsikan telah

mewakili setiap aspek potensi bahaya dalam proses produksi seperti tenaga kerja,

peralatan/mesin, material dan metoda kerja. Faktor lingkungan fisik dapat berasal dari

peralatan/mesin, sedangkan faktor lingkungan kimia berasal dari material kimia

seperti gas H

2

S, debu sulfur, cairan sulfinol, cairan

LNG, cairan karbonat, cairan

DEA (Dietil Amin), dan cairan kondensat (yang mengandung senyawa heksana).

Beberapa bahaya yang bersumber dari faktor lingkungan lain seperti psikologi dan

ergonomi berasal dari tenaga kerja dan metoda kerja. Misalkan pada unit LNG

process terdapat bahaya pada proses pemisahan gas dengan pengotor (impurities)

Potensi bahaya dalam proses produksi

a. Tenaga Kerja b. Peralatan/mesin c. Material Kimia d. Metoda Kerja

Risiko

Kecelakaan kerja


(54)

sampai dihasilkan produk LNG (gas alam cair), bahaya – bahaya tersebut seperti

terpapar DEA dan karbonat jika pipa – pipa/pompa mengalami kebocoran, dan

terpapar bising dari turbin. Pada unit utility terdapat bahaya seperti radiasi pada

generator listrik (power generation plant), paparan gas di flare system serta

nitrogen

plant Pada

storage and loading bahaya berupa paparan yang timbul akibat dari

kebocoran pipa dan tangki pada pemuatan

LNG (gas alam cair) dan kondensat.

Sedangkan pada unit NSO (North Sumatera Offshore), bahaya berupa paparan sulfur

dan gas serta bahaya panas yang terdapat pada reaktor H

2

S.


(55)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan survei analitik yang diarahkan untuk

menjelaskan suatu keadaan atau situasi yang disebut explanatory study. Rancangan

penelitian ini dilakukan dengan cross sectional, yaitu untuk mempelajari dinamika

korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan cara

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time

approach) (Notoadmodjo, 2010).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di unit produksi PT. X yang bergerak dibidang industri

migas di Lhokseumawe Aceh.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai dengan Januari 2012, di

unit produksi industri migas PT. X Lhokseumawe Aceh.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1.Populasi

Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja yang

bekerja pada bagian produksi yang berjumlah 140 tenaga kerja.


(56)

3.3.2. Sampel

Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan berdasarkan unit kerja

secara

(Stratified Random Sampling). Namun, sebelum menghitung proporsi

pengambilan sampel per unit kerja, besar sampel terlebih dahulu dilakukan dengan

menggunakan rumus Lameshow dalam Murti (2010), sebagai berikut:

n =

pq

Z

N

d

pq

Z

N

.

)

1

(

.

.

2 / 1 2 2 2 / 1 2 α α − −

+

n =

5

,

0

.

5

,

0

.

)

96

,

1

(

139

.

01

,

0

5

,

0

.

5

,

0

.

)

96

.

1

(

140

2 2

+

n = 57,205

Keterangan:

N = besar populasi

n = besar sample yang akan diteliti

Z

1-α /2

p = proporsi (0,5)

= tingkat kemaknaan (Z= 1,96,

α

= 0.05)

q = 1- p (1- 0,5 = 0,5)

d = presisi absolute = 0,1

Pengambilan sampel dilakukan secara acak proporsional stratifikasi (Stratified

Random Sampling) yakni mengambil sampel berdasarkan unit kerja sebagai berikut:


(1)

kemungkinan hanya 10 % risiko material kimia terhadap kecelakaan kerja di unit LNG Process industri migas PT. X Aceh.

Hal ini dapat dikaitkan dengan kondisi di lokasi penelitian bahwa unit LNG proses merupakan unit yang menghasilkan produk LNG (gas alam cair) dengan beberapa tahap proses. Sehingga, setiap tenaga kerja pada unit ini harus melakukan kontrol setiap waktu agar tidak terjadi permasalahan – permasalahan yang dapat membahayakan tenaga kerja dan lingkungan perusahaan. Setiap tenaga kerja bertanggung jawab dalam memonitor setiap kondisi peralatan. Dalam hal ini, peralatan MHE (Main heat Exchanger) merupakan peralatan yang harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan peralatan tersebut merupakan peralatan yang berfungsi dalam proses pencairan LNG hingga suhu -162 o

Pengaruh peralatan/mesin terhadap risiko kecelakaan kerja di unit utility diprediksi berkisar 88,9% (Overall Percentage) dengan p value sebesar 0,008 dan Exp (B) sebesar 55,000. Hasil uji probabilitas diperoleh bahwa pada peralatan/mesin C. Oleh sebab itu, tenaga kerja sering memonitor peralatan tersebut untuk memastikan agar tidak terjadi kebocoran pada tubing dan pipa – pipa yang digunakan untuk proses pencairan gas sehingga paparan gas dapat diprediksi memiliki risiko terhadap kecelakaan kerja oleh setiap pekerja yang bertugas memonitor proses pencairan gas disekitar lingkungan unit LNG process. Diperkirakan probabilitas (kemungkinan) 78% material kimia memiliki pengaruh terhadap risiko kecelakaan kerja dengan tingkat bahaya tinggi dan 10% material kimia memiliki pengaruh terhadap kecelakaan kerja dengan tingkat bahaya rendah.


(2)

yang berpotensi bahaya tinggi (nilai 1) memiliki risiko sebesar 91.6675 (92%) terhadap kecelakaan kerja dan potensi bahaya rendah (nilai 0) memiliki risiko sebesar 16.6727 (17 %) terhadap kecelakaan kerja di unit utility industri migas PT. X Aceh.

Dapat diperkirakan bahwa probabilitas (kemungkinan) peralatan/mesin pada unit utility yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi 92% sebagian besar pada turbin untuk menggerakkan generator listrik yang berisiko menimbulkan bising dan getaran, kompresor gas bahan bakar (fuel gas) yang berisiko menimbulkan kebocoran gas dan ledakan, generator listrik yang berisiko menimbulkan radiasi dan kontak listrik. Sedangkan pada peralatan/mesin boiler, pompa air yang digunakan untuk pemadam kebakaran, dryer dan Heat Recovery System Generation(HRSG) diperkirakan 17 % memiliki risiko kecelakaan kerja rendah karena dari observasi diketahui bahwa sangat jarang tenaga kerja yang bekerja pada area tersebut sehingga kemungkinan risiko kecelakaan pada setiap tenaga kerja juga kecil.


(3)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian mengenai pengaruh potensi bahaya terhadap risiko kecelakaan kerja di unit produksi industri migas PT. X Aceh adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh variabel material kimia pada unit LNG Process industri migas PT. X Aceh diprediksi sebesar 84,2% memiliki pengaruh terhadap risiko kecelakaan kerja dengan probabilitas risiko kecelakaan kerja tinggi 78% dan probabilitas risiko kecelakaan kerja rendah 10%.

2. Pengaruh variabel peralatan/mesin pada unit utility industri migas PT. X Aceh diprediksi sebesar 88,9% memilikipengaruh terhadap risiko kecelakaan kerja dengan probabilitas risiko kecelakaan kerja tinggi 92% dan probabilitas risiko kecelakaan kerja rendah 17%.

3. Tidak ada pengaruh variabel tenaga kerja dan metoda kerja di unit produksi industri migas PT. X Aceh.

6.2. Saran

1. Perusahaan hendaknya melakukan kontrol dan evaluasi kembali pada parameter pengukuran material kimia guna mengurangi bahaya terpaparnya material kimia disekitar lingkungan industri migas PT. X Aceh dan menghindari dampaknya terhadap kesehatan kerja.


(4)

2. Perlunya melakukan kontrol dan evaluasi kembali terhadap pemeliharaan peralatan/mesin yang terdapat di PT. X untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adhar, R., Produksi Lancar Kecelakaan Ditekan. 6 Mei 2010;

Ahira, A., Ragam Keselamatan Kerja Migas. 02 Maret 2011;

Anugerah, D., Tinjauan Persepsi. 10 Juli 2011; http://www.danger-theory.com/ Bisnis Indonesia. 15 Februari 2012;

Budiono, S, A, M., Jusuf, RMS., Pusparini, A., 2008. Bunga Rampai Hiperkes & KK, Cetakan Ketiga, Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.

Disnaker NAD, Jumlah Kecelakaan Kerja dan Akibatnya Menurut Lapangan Usaha NAD. 4 Mei 2010; http://www.aceh-eye.org/

Hadiguna, R., A., 2009. Manajemen Pabrik, Cetakan Pertama, Jakarta: Bumi Aksara. Hakim, A., 2001. Analisa Potensi Bahaya pada Karyawan Produksi Industri Kayu X,

USU.

Hardjono, A., 2007. Teknologi Minyak Bumi, Cetakan kedua, Yogyakarta: UGM Press.

Hasan, A., 1985. Gas and Oil Separation and Process, PT. TRIEC. Hastono, P, S., 2004. Analisis Data, FKM UI, Depok.

Hayati, Afnu, N. Analisa Efektivitas Pelaksanaan Safety Pro-Active Activity PT. Astra Daihatsu Motor Assembly Plant Jakarta Utara. 10 Juli 2010; Heinrich H. W., 1980. Industrial Accident Prevention, Fifth Edition, New York:

McGraw-Hill Company.

Kemennakertrans, Pengawasan Ketenagakerjaan di Indonesia. 15 februari 2012;


(6)

Koesoemadinata, R, P., 1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi, Jilid satu, Edisi Kedua, Bandung: ITB.

Murti, B., 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan, Yogyakarta: UGM Press.

Notoadmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip – prinsip Dasar, Cetakan Kedua, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

________, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan Pertama, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ramli, S., 2010. Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management, Jakarta: Dian Rakyat.

Ridley, J., 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Edisi ketiga, Jakarta: Erlangga. Riyadina, W., Kecelakaan Kerja dan Cedera yang dialami oleh Pekerja Industri di

kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. 5 januari 2011;

Siahaan, H., 2009. Manajemen Resiko Pada Perusahaan dan Birokrasi, Cetakan Kedua, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Signage16, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Kilang Minyak. 4 mei 2010; http://repository.ui.ac.id/

Sugiyono, 2003. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian, Cetakan Ketiga, Bandung: Alfabeta.

Suma’mur, 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES), CV Sagung Seto.

Suardi, R., 2005. Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PPM.

Tarwaka dkk., 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kerja dan Produktivitas, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, UNIBA Press.

Tim Migas Indonesia, 2004. Kecelakaan Kerja di Industri Migas Sampai Kapan Berakhir?.27Desember2011;http://migasindonesia.net/index.php?option=com _docman&task=doc_view&gid=1446