Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Penetapan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Dewasa ini, tata ruang wilayah menjadi salah satu tantangan pada
perkembangan sebuah kota. Perkembangan kota menunjukkan daerah terbangun
makin bertambah luas sebagai akibat dari jumlah penduduknya yang bertambah
besar. Perkembangan kota yang cukup cepat dibarengi dengan pertumbuhan
penduduk yang cukup cepat juga. Pertumbuhan penduduk tersebut berimbas
kepada pertumbuhan kawasan perumahan dan permukiman. Namun disisi lain,
ketersediaan ruang kota berbanding terbalik dengan jumlah penduduk dalam suatu
wilayah kota, dimana jumlah penduduk terus meningkat dan luas ruang kota yang
tersedia relatif tetap. Menurut Saratri (1998)1 pertumbuhan penduduk yang tinggi
di perkotaan menyebabkan meningkatnya masalah-masalah sosial, ekonomi dan
perkembangan

kota,


misalnya

peningkatan

pengangguran,

peningkatan

kriminalitas, peningkatan pencemaran, menjamurnya pedagang kaki lima,
penurunan kualitas permukiman, dan menyebarnya kemacetan lalu lintas.

Kecendrungan pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan yang semakin
meningkat dan cepat ini merupakan suatu hal yang wajar karena adanya anggapan
bahwa daerah perkotaan memiliki daya tarik yang kuat. Misalnya kesempatan
kerja yang lebih luas, memberikan pendapatan yang lebih tinggi, memberikan
1

Hanifah Nurhayati : “Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kebutuhan
Oksigen (Studi Kasus Kota Semarang)” Skripsi Sarjana Institut Pertanian Bogor , (Bogor; 2012)

hal. 1

1
Universitas Sumatera Utara

peluang pengembangan karir dan lain sebagainya. Daya tarik kota mendorong
tingginya perpindahan penduduk atau urbanisasi. Urbanisasi yang terus terjadi
bahkan meningkat hampir di semua wilayah lingkungan perkotaan akibat daya
tarik kegiatan pembangunan yang memikat ditambah pula dengan terjadinya
kemiskinan di pedesaan akibat semakin terbatasnya

lahan usaha ‘memaksa’

pendatang membangun permukiman seadanya, yaitu mencari ruang atau lahan–
lahan, yang menurut mereka tampaknya masih memungkinkan untuk lokasi
hunian sementara, bahkan di sekitar lokasi pembuangan sampah. 2 Berdasarkan
data dari Sensus Ekonomi (SE) 2016 dilihat dari kabupaten/kota, Kota Medan
memiliki jumlah usaha terbanyak yaitu 232,8 ribu dengan pertumbuhan 4,8 persen
dibandingkan dengan hasil SE 2006. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Medan
memiliki tingkat kemajuan dalam bidang perekonomian yang tinggi sehingga

menjadi daya tarik tersendiri.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, tahun
2016, jumlah migrasi masuk risen ke Sumatera Utara menurut kabupaten/kota,
tampak bahwa tingkat migrasi masuk ke Kota Medan sebanyak 142.069 orang
atau sebesar 7,08 persen. Hal ini menunjukkan bahwa daya tarik masyarakat luar
Kota Medan cukup tinggi. Meningkatnya jumlah penduduk akan menuntut
pembangunan perumahanmelibatkan pengembang, pemerintah, dan masyarakat.
Keterlibatan

pemerintah

berupa

pemberian

ijin

pengelolaan

kepada


investor/pengembang dan pembebasan lahan, pengembang yang melakukan
pembangunan fisiknya, dan masyarakat yang tergusur oleh pengembang karena

2

Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah ( Jakarta : PT RAJAGRAFINDO
PERSADA, 2008 ) hal. 272

2
Universitas Sumatera Utara

lahannya dikenai proyek pembangunan menjadi sebuah kombinasi problematika
yang muncul dalam hal penataan ruang kota.3

Perubahan penggunaan lahan akan menyebabkan terjadinya penurunan
kualitas lingkungan. Selain itu, perkembangan pembangunan akan mengakibatkan
pula keberadaan ruang tebuka hijau kota sebagai salah satu komponen ekosistem
kota menjadi kurang diperhatikan, walaupun keberadaan ruang terbuka hijau kota
diharapkan dapat menanggulangi masalah lingkungan di perkotaan .4


Problematika perkembangan kota ini menyebabkan kuantitas dan kualitas
ruang terbuka publik terutama Ruang Terbuka Hijau (RTH) saat ini mengalami
penurunan yang sangat signifikan dan mengakibatkan penurunan kualitas
lingkungan hidup perkotaan yang berdampak ke berbagai sendi kehidupan
perkotaan antara lain sering terjadinya banjir, peningkatan pencemaran udara, dan
menurunnya produktivitas masyarakat akibat terbatasnya ruang yang tersedia
untuk interaksi sosial.

Sejalan dengan permasalahan tata ruang yang semakin berkembang,
pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992.
Undang – undang tersebut menjadi landasan hukum bagi pemerintah, pemerintah
daerah,dan masyarakat dalam penataan ruang untuk mewujudkan

ruang yang

3

Siti Aminah :“Konflik dan Kontestasi Penataan Ruang Kota Surabaya.”MASYARAKAT: Jurnal

Sosiologi, 2015. Hal 62
4

Zoer’aini D Irwansyah,:“Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota” (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005) dalam Septi Dewi Kurnia “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kurangnya
Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Di Kota Depok” (Jakarta : Universitas
Indonesia) hal. 3

3
Universitas Sumatera Utara

aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Undang-undang ini mengamanatkan
setiap pemerintah daerah untuk membentuk peranturan Daerah tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah. Hal ini berkaitan dengan Undang-Undang No. 32 Tahun
2004 yang diperbaharui Undang Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah untuk memberikan peluang seluas-luasnya kepada daerah disertai
pemberian hak dan kewajiban untuk menyelenggarakan dan mengatur rumah
tangganya sendiri, sehingga mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
yang berdasarkan keadilan. Pasal 22 Undang Undang Nomor 23 tahun 2014
menyebutkan bahwa dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai

kewajiban melestarikan lingkungan hidup dan menyusun perencanaan tata ruang
daerah.

Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Ruang Terbuka Hijau (RTH), adalah area memanjang/jalur dan atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam. Undang-undang tersebut mengharuskan setiap kota untuk mewujudkan
RTH paling sedikit 30 % dari luas wilayah Kota meliputi 20% RTH publik dan
paling sedikit 10% RTH privat. Secara fisik, RTH dibagi menjadi dua, yakni
Ruang Terbuka Hijau Publik dan Ruang Terbuka Hijau Privat. Ruang terbuka
hijau publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah
kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.
Sedangkan Ruang terbuka hijau privat adalah RTH milik institusi tertentu atau
orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain
berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami

4
Universitas Sumatera Utara


tumbuhan. Contoh RTH publik diantaranya adalah taman-taman kota, pemakaman
umum, sempadan jalan, sempadan sungai, sempadan rel kereta dan sempadan
SUTT (tegangan tinggi). Contoh dari RTH privat adalah area hijau di kawasan
pemukiman, militer, perkantoran, pendidikan, perdagangan dan industri.RTH
memiliki beragam fungsi meliputi fungsi ekologis, fungsi sosial dan budaya,
fungsi ekonomi, dan fungsi estetika. Dalam suatu wilayah perkotaan, empat
fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan,
dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologi dan
konservasi hayati.Berikut adalah gambar konsep ruang wilayah kota berdasarkan
Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.5

RUANG WILAYAH KOTA
RUANG TERBANGUN
(60%)

RUANG
HUNIAN (40%)

RUANG TERBUKA
(60%)


NON HUNIAN
(20%)

JARINGAN
JALAN (20%)

LAINNYA
(NON HIJAU
(40%)

TAMANTAMAN KOTA
(12,5%)

RTH PUBLIK = 20%

RTH PRIVAT = 10 %

5


Ruchyat Deni Djakapermana. Pengembangan wilayah Melalui Pendekata Kesisteman.( Bogor :
IPB Press, 2010) hal. 29

5
Universitas Sumatera Utara

Saat ini kota-kota besar di Indonesia belum memenuhi amanat dari
undang-undang nomor 26 Tahun 2007 untuk memiliki Ruang terbuka hijau
sebesar 30 %. Berikut adalah data persentase Ruang terbuka hijau di beberapa
kota besar di Indonesia :

Tabel 1.1

Data peresentase ruang terbuka hijau di beberapa kota besar di Indonesia

No

Nama Kota

Persentase RTH


1

Jakarta

9,98 %

2

Bandung

12,15 %.

3

Bekasi

11,86%

4

Palembang

9%

5

Semarang

7,3%

6

Makassar

7,236%.

7

Medan

5,29

%

(Data

Terlampir)

Sumber : Diolah dari berbagai sumber

Dalam pelaksanaan pemenuhan proporsi minimal Ruang Terbuka hijau
sebesar 30%, pemerintah Kota disebabkan oleh berbagai faktor. Seperti yang

6
Universitas Sumatera Utara

diungkapkan oleh Zoeraini, penyebab dari kurang tersedianya ruang terbuka hijau
adalah sebagai berikut :6

a.Pertambahan penduduk yang sangat cepat;

b. Perencanaan pembangunan yang tidak matang dan selalu ketinggalan;

c. Persepsi para perancang dan pelaksana belum sama dan belum berkembang;

d. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan perencanaan;

e. Kebutuhan pembangunan yang sangat mendesak, dan;

f. Para perencana yang belum berwawasan lingkungan dengan tidak berpandangan
kedepan.

Terkait dengan permasalahan Dalam Penyediaan Ruang Terbuka Hijau, Kota
Semarang juga mengalami berbagai kendala dan permasalahan. Adapun kendala
dan permasalahan yang dialami adalah sebagai berikut7 :

1. Gap yang terlalu besar antara kewajiban pemenuhan ruang terbuka hijau
dengan kondisi eksisting.
2. Lahan yang terbatas di wilayah pusat kota
3. Alokasi pendanaan pemerintah yang terbatas
4. Ruang terbuka hijau belum menjadi prioritas dalam pembangunan kota
6

Zoer’aini D Irwansyah: “Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota” (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005) dalam Septi Dewi Kurnia “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kurangnya
Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Di Kota Depok” (Jakarta : Universitas
Indonesia) hal 7 dan 8

7

M. Luthfi Eko Nugroho, “Problematika Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Semarang”
UNDIP, Semarang. Jurnal yang di publikasikan , 2015. Hal. 148

7
Universitas Sumatera Utara

5. Kapasitas sumber daya manusia dan organisasi Pemerintah Kota Semarang
tidak memadai
6. Ruang terbuka hijau yang ada belum memiliki fungsi yang sesuai dengan
kaidah-kaidah pengembangan ruang terbuka hijau

Untuk memenuhi proporsi Ruang Terbuka Hijau minimal 30 % juga tidak
terlepas dari adanya pembangunan tanpa izin ( bangunan liar ) didaerah Ruang
Terbuka Hijau. Maka dari itu perlu adanya pengawasan dan penertiban terhadap
bangunan – bangunan liar yang berdiri tanpa memperoleh izin dari pihak
terkait.Di samping itu peran instansi terkait juga sangat di perlukan dalam
pelaksanaan serta pengawasan terhadap Ruang Terbuka Hijau serta penertiban
bangunan liar di ruang terbuka hijau.Sebagai contoh seperti yang dikutip melalui
jurnal “Implementasi Penertiban Bangunan Liar Di Ruang Terbuka Hijau
Kabupaten Karimun” bangunan liar yang ada di kabupaten karimun. Untuk
pengawasan ini Badan Pertamanan dan Kebersihan sebagai pengelola Ruang
Terbuka Hijau serta Dinas Pekerjaan Umum kabupaten karimun berkoordinasi
dengan Satuan Polisi Pamong Praja yang diperbantukan bertugas di lokasi yang
telah ditentukan.

Bangunan yang bermunculan tanpa kendali akan berdampak negatif
apabila dibiarkan. Tanah – tanah kosong yang merupakan aset daerah yang tidak
dijaga dan dikelola dengan baik akan disalahgunakan oleh penduduk – penduduk
pendatang

yang

mencoba

mencari

peluang.

Namun

dalam

pengimplementasiannya, Penertiban ini juga belum efektif untuk mengurangi
maraknya bangunan liar yang berdiri di Kabupaten karimun karena disebabkan

8
Universitas Sumatera Utara

oleh beberapa faktor seperti kurangnya sosialisasi dari pemerintah daerah
mengenai peraturan RTRW, Pemberian sanksi yang kurang efektif, dan masih
rendahnya kesadaran masyarakat dalam menaati peraturan daerah.

Tidak jauh berbeda dengan kota lainnya, Kota Medan juga tidak terlepas
dari permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau sebesar
30% dimana saat ini luas Ruang Terbuka Hijau Kota Medan tidak mencapai 10 %.
Identitas Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara menjadikan Kota
Medan sebagai kota dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat serta
perkembangan dalam berbagai aspek termasuk pembangunan. Berdasarkan data
BPS pada tahun 1980 jumlah penduduk Kota Medan masih berjumlah 1.378.955
jiwa. Jumlah ini terus meningkat hingga pada Tahun 2015 Jumlah Penduduk Kota
Medan berjumlah 2,210,624 dengan persentase laju pertumbuhan penduduknya
sepanjang tahun 2000-2010 sebesar 0,97 persen. Pertumbuhan penduduk yang
sangat pesat tersebut telah diikuti dengan pertambahan fasilitas perumahan tetapi
tidak diikuti dengan penambahan RTH. Berdasarkan data BPS Kota Medan
memiliki luas wilayah 26.510 Ha dengan luas terbangun sekitar 16.435 Ha atau
62% dari luas wilayah Kota Medan.

Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alami, seperti tingkat kelahiran,
kematian dan arus urbanisasi. Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh
Kota Medan yakni kemacetan lalu lintas, perusakan terhadap lingkungan, polusi,
limbah industri, fasilitas, sarana dan prasarana kota yang semakin terbatas dan
semakin langkanya lahan yang tersedia karena diperebutkan oleh sektor industri
dan perumahan.

9
Universitas Sumatera Utara

Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Medan masih dinilai
minim. Saat ini tidak mencukupi 30% dari luas wilayah Kota Medan. Pengamat
Lingkungan di Kota Medan, Jaya Arjuna, menyayangkan pemerintah kota belum
melakukan prioritas agar RTH di Kota Medan segera memenuhi kebutuhan 30%
dari luas wilayah kota sesuai dengan amanah UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang
penataan ruang. Menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kota Medan, Zulkarnain, tantangan dalam penyediaan RTH di
kawasan perkotaan Medan adalah pertumbuhan dan perkembangan kota semakin
pesat yang berakibat pada alih fungsi lahan. Dia membenarkan RTH Kota Medan
belum mencapai 30% dari luas wilayah kota. “Luas terbuka hijau di Kota Medan
masih pada upaya memenuhi kebutuhan RTH 30 persen.8
Pemerintah Kota Medan telah menetapkan Peraturan Daerah (Perda) Kota
Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
Tahun 2011-2031. Peraturan ini dibentuk sebagai respon dari Undang-undang
nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Perda ini bertujuan untuk
mengarahkan pembangunan di Medan dengan memanfaatkan ruang wilayah
secara serasi, selaras, seimbang, berdaya guna, berhasil guna, berbudaya dan
berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
berkeadilan dan memelihara ketahanan nasional.

Dalam Perda nomor 13 tahun 2011, telah ditetapkan zona kawasan lindung
yang terbagi kedalam beberapa bagian termasuk ruang terbuka hijau. Tujuan
spesifik dari perda nomo 13 tahun 2011 dalam penetapan kawasan RTH yakni

8

http://daerah.sindonews.com/read/937520/151/rth-di-medan-minim-1418627515 diakses pada
tanggal 21 Januari 2017 pukul 16.10

10
Universitas Sumatera Utara

untuk mewujudkan luas RTH sebesar 30 %. Pemerintah Kota Medan telah
menetapkan daerah yang menjadi kawasan Ruang terbuka Hijau Kota seperti
seperti yang digambar pada peta. (terlampir).

Perda ini mengatur mengenai Ruang Terbuka Hijau yang menjadi bagian
dari kawasan lindung. Kawasan RTH kota meliputi RTH kawasan wisata, RTH
hutan kota, RTH Taman Kota, RTH Tempat Pemakaman Umum, RTH Jalur Hijau
Jalan, RTH Jalur Pejalan Kaki, RTH Atap Bangunan, dan lapangan olah raga.
Namun, tidak semua kawasan ini berfungsi sebagaimana Ruang Terbuka Hijau.
Sebagai contoh jalur hijau pejalan kaki atau disebut sebagai trotoar. Trotoar yang
semula diperuntukkan untuk pejalan kaki dialihfungsikan menjadi tempat
berdirinya papan iklan, tempat parkir liar, tempat berjualan, tempat para pemilik
toko untuk meletakkan barang dagangannya, bahkan penggendara sepeda motor
juga kerap melintas di trotoar untuk menghindari kemacetan. Contohnya yakni
trotoar di sepanjang jalan dr Mansyur yang selalu dipadati oleh pedagang
sehingga kerap menimbulkan kemacetan.

Upaya penertiban yang dilakukan oleh dinas terkait yang berkoordinasi
Satuan Polisi Pamong Praja dianggap belum bisa memberikan efek jera bagi
pedagang kaki lima. Pasalnya Satuan Polisi pamong Praja sudah pernah
melakukan penertiban namun hal tersebut tidak mengurungkan niat pedagang
untuk berjualan kembali pasca penertiban. Penegakan dan penindakan Perda yang
dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja ini masih belum membuahkan
hasil.Untuk itu dalam pelaksanaannya diperlukan peran serta dan kesadaran
masyarakat. Contoh lainnya yakni kasus Centre Point Medan. Centre Point Medan

11
Universitas Sumatera Utara

yang berdiri diatas lahan PT. KAI ini masih tetap dapat berdiri dengan megah dan
beroperasi sampai sekarang. Dalam hal ini pemerintah memiliki mandat terhadap
penindakan bangunan Centre Point Medan tersebut.Namun, sampai saat ini Centre
Point masih terus beroperasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
penelitian tentang “Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Dalam Penetapan Kawasan Ruang
Terbuka Hijau Kota Medan?”
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: “Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah
Nomor : 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Dalam
Penetapan Kawasan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan?”

1.3

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menggambarkan dan menganalisis keterkaitan komunikasi dengan
implementasi Peraturan Daerah Nomor : 13 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Dalam Penetapan Kawasan Ruang
Terbuka Hijau Di Kota Medan.
2. Untuk menggambarkan dan menganalisis keterkaitan sumber-sumber
dengan implementasi Peraturan Daerah Nomor : 13 Tahun 2011 Tentang

12
Universitas Sumatera Utara

Rencana Tata Ruang Wilayah Dalam Penetapan Kawasan Ruang
Terbuka Hijau Di Kota Medan.
3. Untuk menggambarkan dan menganalisis keterkaitan struktur birokrasi
dengan implementasi Peraturan Daerah Nomor : 13 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Dalam Penetapan Kawasan Ruang
Terbuka Hijau Di Kota Medan.
4. Untuk menggambarkan dan menganalisis keterkaitan disposisi dengan
implementasi Peraturan Daerah Nomor : 13 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Dalam Penetapan Kawasan Ruang
Terbuka Hijau Di Kota Medan.

1.4

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Secara subyektif

: bermanfaat bagi peneliti untuk melatih dan

mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dan kemampuan untuk
menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan
aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara Praktis : sebagai bahan masukan bagi instansi terkait dalam
memberikan pelayanan dan pengawasan yan sesuai.
3. Secara akademis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi kepustakaan Deartemen Ilmu Administrasi Negara dan
bagi peneliti lainnya yang memiliki minat dalam mengkaji Implementasi

13
Universitas Sumatera Utara

Peraturan Daerah Kota Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Medan Tahun 2011-2031.

14
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Implementasi Kebijakan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031

2 40 170

Implementasi Kebijakan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031

0 0 15

Implementasi Kebijakan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031

0 0 1

Implementasi Kebijakan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031

0 0 58

Implementasi Kebijakan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031

0 0 5

Implementasi Kebijakan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031

0 0 6

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Penetapan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan

0 0 3

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Penetapan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan

0 0 25

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Penetapan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan

0 0 1

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Penetapan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan

0 0 10