Pengaruh Pergerakan Lempeng terhadap Seb
TUGAS MATA KULIAH
GEOLOGI LAUT
(Pengaruh Pergerakan Lempeng terhadap Sebaran Salinitas Samudera)
Oleh :
ZUFITA KHAIRANI
26020215130069
DOSEN:
Ir.Sidhi Saputro,M.Phill
PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah
ilmiah
tentang
limbah
dan
manfaatnya
untuk
masyarakat.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga kami dapat membuat makalah ini dengan lancar. Oleh karena
itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi
dan
terlibat
dalam
pembuatan
makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat
memperbaiki
makalah
ilmiah
ini.
Kami berharap adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi
lingkungan sekitar. Amin.
Semarang, 15 Desember 2015
Zufita
Khairani
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pergerakan Lempeng
2.1.1 Batas Lempeng Divergen
2.1.2 Batas Lempeng Konvergen
2.1.3 Batas Transform
2.1.4 Kekuatan Penggerak Pergerakan Lempeng
2.1.4.1 Gaya Gesek
2.1.4.2 Gaya Gravitasi
2.1.4.3 Gaya dari Luar
2.1.5 Teori Tektonik Lempeng
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Mekanisme Gempa
3.2 Tatanan Tektonik Indonesia
3.2.1 Tektonik Lempeng
3.2.2 Lempeng dan Pergerakannya
3.2.3 Akibat Pergerakan Lempeng
3.2.4 Kegiatan Tektonik
3.2.5 Perkembangan tatanan Tektonik Indonesia
3.2.6 Lempeng Tektonik
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
i
ii
1
1
1
1
2
2
2
3
4
8
8
8
8
9
10
10
10
10
11
11
11
11
13
14
14
14
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang menjabat sebagai negara agraris. Negara agraris
merupakan negara yang perekonomiannya bergantung pada sektor pertanian. Indonesia juga
menjabat sebagai negara maritim atau negara yang memiliki luas wilayah lautan lebih besar
dari wilayah daratan. Selain keduanya, Indonesia juga menjabat sebagai negara yang
memiliki seismisitas tinggi, atau dapat diartikan bahwa Indonesia merupakan negara dengan
tingkat peristiwa gempa bumi yang tinggi. Gempa bumi dapat terjadi karena adanya
tumbukan antar dua lempeng tektonik baik itu lempeng samudera (oceanic crust) dengan
lempeng benua (continet crust) maupun tumbukan antar lempeng yang sama. Indonesia
memiliki laut yang luas dengan salinitas besar. Salinitas merupakan jumlah total garam yang
dinyatakan dalam gram yangterdapat dalam s a t u k i l o g r a m air laut, dengan catatan semua
karbonat telah teroksidasi, tara(unsur) brom dan iod dihitung sebagai tara klor dan semua zat
organik teroksidasi (Neuman and Piierson, 1966)
Untuk dapat memahami mengapa dan bagaimana salinitas samudera dapat terjadi kita
perlu paling tidak sedikit mengerti tentang konsep tektonik . Mempelajari konsep tektonik
atau istilah yang sering dipakai para geologist yaitu Teori Tektonik Lempengyang berarti
mempelajari
mekanisme
pergerakan-pergerakan
lempeng
bumi
itu
sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Kejadian alam yang ada di kehidupan makhluk hidup dapat terjadi karena adanta
pengaruh dari lingkungan. Pengaruh lingkungan tersebut merupakan gejala alam yang
berimbas kepada makhluk hidup, contoh dari gejala alam yaitu terjadinya pergerakan
lempeng yang mempengaruhi salinitas di laut lepas.
1.3 Tujuan
Menjadi sumber referensi mengenai sebaran salinitas di lautan akibat pergerakan
lempeng. Dengan adanya makalah ini pembaca akan mengetahui faktor lempeng yang
mempengaruhi sebaran salinitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pergerakan Lempeng
2.1.1 Batas Lempeng Divergen (Divergent Plate Boundary)
Perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate
boundaries) terbagi dalam 3 jenis berdasarkan arah pergerakannya , yaitu divergen,
konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun
jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak
bertemu.
Pada tipe divergen lempeng-lempeng yang bergerak saling menjauhi, sehingga
terbentu rongga diantara kedua lempeng tersebut. Akan tetapi, rongga yang terbentuk
akan segera diisi oleh batuan cair baru yang terinjeksi oleh astenosfir kemudian
memadat dan akan mendorong lantai samudera menjauhi titik pemekaran atau biasa
disebut pemekaran lantai samudera (sea floor spreading).
Ada dua macam zona yang terbentuk akibat kejadian lempeng divergen, yaitu:
a. Zona divergen antara lempeng-lempeng pada lantai dasar samudera.
Model Zona Divergen. Sumber: Handout Tektonik Lempeng, Salahuddin Husein (2012)
Tempat pertemuan dua batas lempeng dengan tipe Lempeng divergen
disebut seafloor spreading atau spreading center. Contohnya terdapat pada
pertemuan antara lempeng Amerika Utara dan lempeng Eurasia di Samuera
Antartika, sedangkan
b. Zona divergen antara dua lempeng benua.
Zona divergen antara Lempeng Eurasia-Amerika Utara, Islandia. Sumber:
http://id.wikipedia.org
Ciri-ciri morfologi zona divergen yaitu keadaan ini menyebabkan
terjadinya rekahan yang cukup besar pada daratan. Rekahan itu akan terus
meluas setiap tahunnya. Sebagai contoh yang terjadi di Afrika Timur yang
dikenal sebagai Great Rift Valley.Adanya bekas tarikan berlawanan arah
antara kedua lempeng, yang bisa ditandai dengan: celah antara kedua lempeng,
atau bisa juga dengan adanya penipisan lempeng di pertengahan kedua arah
gaya.
Pada zona ini bisa terbentuk gunungapi, dimana magma di dalam bumi
akan lebih mudah mencapai permukaan (dikarenakan lempeng yang menipis).
Dicirikan gunungapi cenderung berbentuk landai
2.1.2 Batas Lempeng Konvergen (Konvergent Plate Boundary)
Pada tipe konvergen pergerakan lempeng saling mendekati sehingga satu sama
lain akan terbentuk empeng yang menuju ke atas dan ada juga lempeng yang
menekuk menuju ke lapisan astenosfir. Lempeng yang menekuk menuju lapisan
astenosfir akan hancur karena suhu dan tekanan yang tinggi pada lapisan tersebut.
Terdapat tiga kemungkinan yang akan terjadi yaitu tumbukan antar lempeng
samudera, tumbukan antar lempeng benua, dan tumbukan antara lempeng benua
dengan lempeng samudera. Pada umumnya tumbukan antar lempeng yang sejenis
tidak akan menimbulkan zona subduksi karena rapat masa lempeng yang sama, zona
subduksi akan terbentuk jika tumbukan terjadi antara lempeng benua dengan lempeng
samudera.
A. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng samudera
Model Zona Batas Konvergen (Samudera – Samudera). Sumber: Handout Tektonik
Lempeng, Salahuddin Husein (2012)
Pada daerah konvergensi lempeng samudera-lempeng samudera, salah
satu lempeng yang beratnya lebih tinggi dari lempeng lainnya akan
tersubduksi ke arah mantel. Sehingga, pada daerah pertemuan tersebut
akan terbentuk daerah kepulauan yang terdiri dari gunung-gunung laut.
Pertemuan lempeng yang seperti ini biasanya terjadi di daerah laut dalam
dengan kedalaman lebih dari 11000 meter, contohnya adalah rangkaian
kepulauan yang dipenuhi gunung api sepanjang Mariana Trench di bagian
barat Samudera Pasifik.
Pada tipe ini akan terbentuk zona subduksi, yaitu lempeng samudera
akan menunjam kebawah sebesar 45 derajat dibawah lempeng benua. Pada
zona subduksi akan menjadi tempat terjadinya busur magmatik (magmatic
arc), bancuh (melenge), punggung dan cekungan busur depan ( fore arc
right and fore arc basin) serta busur cekungan belakang (back arc basin).
Busur Magmatik
Ialah wilayah aktivitas magma yang berkaitan dengan
penunjaman lempeng dan berbentuk busur. Terbentuk akibt
naiknya lempeng lithosfer dari tumbukan. Jika aktivitas gunung
terjadi pada lempeng samudera maka busur magmatik ini
disebut busur, tetapi jika terbentuk pada lempeng benua maka
disebut busur vulkanik kontinental.
Bancuh
Kata bancuh berarti campuran, bancuh berartikan jalur yang
terdiri dari campuran batuan atau pecahan dari batuan.
Punggung dan cekungan busur depan
Bentuk utama dari zona konvergen adalah palung dan busur
magmatik. Pada umumnya diantara palung dan busur magmatik
akan ada punggungan dan cekungan busur depan.Punggung
busur depan terbentuk karena sesar tanjaka dari hasil tabrakan
lempeng.
Busur Cekung Belakang
Busur cekung belakang berada sejajar dengan busur magmatik
. Gejala ini ditandai dengan terbentuknya cekung berbentuk
busur dan menipisnya kerak.
B. Tubukan lempeng benua dengan lempeng benua
Model Zona Batas Konvergen (Benua – Benua). Sumber: Handout Tektonik Lempeng,
Salahuddin Husein (2012)
Contoh dari peristiwa ini adalah bersatunya India dan benua Asia yang
sebelumnya pisah dan akhirnya dapat bertubrukan kemudian lempeng
samudera terlipat, tertekuk, dan terdeformasi lalu masuk dan
membentuk busur kepulauan. Sehingga terbentuklah pegunungan
Himalaya.
C. Tumbukan lempeng samudera dengan lempeng samudera
Model Zona Batas Konvergen (Benua – Samudera). Sumber: Handout Tektonik
Lempeng, Salahuddin Husein (2012)
Karena densitas lempeng samudera lebih tinggi, lempeng
samudera akan tersubduksi ke arah mantel dan menyebabkan
terbentuknya gunung-gunung api aktif di daratan benua. Adapun
terjadinya gunung-gunung aktif tersebut, adalah karena adanya
pergesekan antara lempeng samudera dengan batuan-batuan di
sekitarnya, dimana batuan akan leleh dan berubah fase menjadi cair
(magma). Hal itu terjadi karena pergerakan lempeng samudera.
Akibatnya, magma akan merambat ke permukaan melalui rekahanrekahan, sehingga terbentuklah gunung api. Daerah konvergen ini
dicirikan dengan adanya aktivitas seismik yang cukup tinggi, bahkan
kebanyakan gelombang tsunami tak jarang terjadi akibat hal tersebut.
Contoh tipe konvergensi lempeng benua—lempeng samudera terdapat
di daerah zona penyusupan di sepanjang Pantai barat Sumatera dan di
sepanjang Pantai Selatan Jawa.
Jika gunung api tumbuh sampai permukaan laut maka akan
terbentuk busur gunung api yang terletak jauh dari palungnsebagai
tempat bertumbrukannya kedua lempeng tersebut seperti kepulauan
Aleutian, jika aktivitas terjadi terus menerus maka akan membentuk
busur kepulauan seperti filipina dan jepang.
2.1.3 Batas Transform
Model Zona Batas Transform. Sumber: Handout Tektonik Lempeng, Salahuddin Husein (2012)
Tipe pertemuan antara dua lempeng tektonik yang bergerak secara
horisontal dan berlawanan arahnya. Tidak seperti pola struktur yang terbentuk
dalam zona konvergen, pada tipe zona transform tidak ada pembentukan
lapisan astenosfer baru atau terjadinya penunjaman yang dilakukan oleh salah
satu lempeng terhadap lainnya. Tipe pergerakan transform bisa terjadi, baik di
antara lempeng samudera, maupun di antara lempeng benua. Sebagai contoh
adalah pergerakan transform yang terjadi pada dua buah lempeng benua di
California,mengakibatkan terjadinya Patahan San Andreas.
2.1.4 Kekuatan penggerak pergerakan lempeng
2.1.4.1 Gaya Gesek
Tercantum dalam wikipedia yang diakses pada tanggal 11 Desember
2015, gaya gesek dibagi dua yaitu Basal drag dan Slab suction. Basal drag
adalah arus konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui
astenosfer, sehingga pergerakan didorong oleh gesekan antara astenosfer dan
litosfer. Sedangkan Slab suction adalah arus konveksi lokal memberikan
tarikan ke bawah pada lempeng di zona subduksi di palung samudera.
Penyerotan lempengan (slab suction) ini bisa terjadi dalam kondisi
geodinamik di mana tarikan basal terus bekerja pada lempeng ini pada saat ia
masuk ke dalam mantel, meskipun sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja
pada kedua sisi lempengan, atas dan bawah.
2.1.4.2 Gaya Gravitasi
Menurut Amaliah, gravitasi adalah salah satu metode eksplorasi
geofisika yang digunakan untuk mengukur variasi percepatan gravitasi bumi
akibat adanya perbedaan rapat massa antar batuan. Sedang gaya persatuan
masssa yang dialami oleh massa benda lain M akibat tarikan massa. Bumi Mb
dalam jarak r dikenal sebagai medan Gravitasi. Medan potensial gravitasi
bersifat konservatif yaitu usaha yang dilakukan dalam suatu medan gravitasi
tidak bergantung pada lintasan yang ditempuhnya tetapi hanya bergantung
pada posisi awal dan akhir (Telford, 1976).
Runtuhan gravitasi merupakan pergerakan lempeng terjadi karena
lebih tingginya lempeng di oceanic ridge. Litosfer samudera yang dingin
menjadi lebih padat daripada mantel panas yang merupakan sumbernya, maka
dengan ketebalan yang semakin meningkat lempeng ini tenggelam ke dalam
mantel untuk mengkompensasikan beratnya, menghasilkan sedikit inklinasi
lateral proporsional dengan jarak dari sumbu ini.
2.1.4.3 Gaya dari Luar
Sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika Serikat Dalam studi yang
dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari buletin Geological
Society of America Bulletin, berpendapat bahwa komponen lempeng yang
mengarah ke barat berasal dari rotasi Bumi dan gesekan pasang bulan yang
mengikutinya. Mereka berkata karena Bumi berputar ke timur di bawah bulan,
gravitasi bulan meskipun sangat kecil menarik lapisan permukaan bumi
kembali ke barat.
Pemikiran ini sendiri sebetulnya tidaklah baru. Hal ini sendiri aslinya
dikemukakan oleh bapak dari hipotesis ini sendiri, Alfred Wegener, dan
kemudian ditentang fisikawan Harold Jeffreys yang menghitung bahwa
besarnya gaya gesek pasang yang diperlukan akan dengan cepat membawa
rotasi bumi untuk berhenti sejak waktu lama.
2.1.5 Teori Tektonik Lempeng
Bumi itu dinamis, tidak statis, didalam perut bumi inti bumi cair liquid outer
core yang sangat panas terus berputar mengelilingi inti bumi. Hal ini menyebabkan
bumi memiliki dua kutub magnet. Berdasarkan cara terjadinya perpindahan panas
bumi dibagi menjadi lapisan litosfer dan lapisan astenosfer. Litosfer bersifat lebih
dingin dan kaku, serta kehilangan panasnya melalui proses konduksi. Sedangkan
astenosfer lebih panas dan secara mekanik lemah, serta astenosfer juga memindahkan
panas melalui konveksi dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian
ini sangat berbeda dengan pembagian bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan
kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel.
Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada
waktu yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip
kunci tektonik lempengan adalah bahwa litosfer terpisah menjadi lempenganlempengan tektonik yang berbeda-beda. Lempengan ini bergerak menumpang di atas
astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida.
Banyak lempeng benua dan lempeng samudera yang bergerak dengan arah dan
kecepatan tertentu. Dibawah lithosphere adalah asthenosphere dimana terdapat dapur
magma yang sangat panas dan dinamis berputar dengan siklusnya sendiri. Hal ini
yang menyebabkan lempeng di atasnya akan terus bergerak. Gerakan primernya yaitu
di tempat naiknya magma yang mendorong lapisan diatasnya untuk bergerak. Daerah
itu disebut Divergent margin (spreading center) bisa juga disebut daerah pemekaran.
Karena lempeng-lempeng bergerak, maka ada yang saling bertumbukan yang disebut
Convergent Margin. Convergent margin sendiri ada dua jenis, yaitu subduction
(penunjaman) dan collision (pengangkatan).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mekanisme Gempa
Suatu blok yang mendapatkan tekanan akan memberikan respon berupa pergerakan ke
batuan lain. Untuk batuan yang elastis seperti batu lempung, jika mendapatkan tekanan tidak
akan langsung pecah. Tegangan elastis pada batuan harus perlahan lahan terkumpul dan
terjadi terus menerus (Hidayat, 1997).
Secara sederhana terjadinya gempa dapat dijelaskan karena patah, atau karena adanya
patahan (disebut juga fault atau biasa disebut juga sesar oleh para geologist) yang terjadi pada
lempeng penyusun bumi. Batuan memang bisa berlapis dan patah, sebelum patah dia
terbengkokkan (folding) dulu. Secara umum ada tiga jenis patahan atau sesar, menurut
mekanismenya, sesar naik (thrust fault atau reverse fault), sesar mendatar atau sesar geser
(strike slip), dan sesar normal (normal fault). Jadi secara umum bisa dikatakan gempa terjadi
ketika batuan patah, baik itu patah dan naik, patah dan bergeser, maupun patah dan turun.
Subduction zone merupakan zona dimana bertemunya dua lempeng, maka disitulah
tempat yang mengalami tekanan secara terus menerus selama jutaan tahun yang lalu sampai
sekarang. Pada saat energi tekanan semakin besar dan elastisitas batuannya sudah jenuh
maka dia akan patah. Jadi gempa terjadi karena interaksi antara dua lempeng yang saling
menekan sehingga terakumulasi energi yang cukup besar, gempanya sendiri terjadi karena
kondisi batuan patah untuk melepaskan energi tekanan yang sudah tertumpuk disana selama
kurun waktu tertentu. Gempa yang terjadi di subduction zone di Indonesia bisa merupakan
gempa dangkal (shallow earthquake), menengah (intermediate earthquake), dan dalam (deep
earthquake).
3.2 Tatanan Tektonik Indonesia
3.2.1 Tektonik Lempeng
Menurut Djauhari Noor (2009), Teori tektonik lempeng pada dasarnya adalah suatu
teori yang menjelaskan mengenai sifat-sifat bumi yang mobil/dinamis yang disebabkan oleh
gaya yang berasal dari dalam bumi. Konsepdari tektonik lempeng adalah bahwasanya lapisan
kerak Bumi (litosfir) terpecah-pecah dalam 13lempeng besar dan beberapa lempeng kecil.
Adapun lempeng-lempeng tersebut terlihat padagambar 5-1 sebagai berikut:
1). Lempeng Pasifik (Pasific plate);
2). Lempeng Eurasia (Eurasian plate),
3). Lempeng India-Australia (Indian-Australian plate),
4). Lempeng Afrika ( African plate),
5). Lempeng Amerika Utara (North American plate),
6). Lempeng Amerika Selatan (South American plate),
7). Lempeng Antartika ( Antartic plate)
Dan beberapa lempeng kecil seperti :
1). Lempeng Nasca (Nasca plate),
2). Lempeng Arab(Arabian plate),
3). Lempeng Karibia (Caribian plate).
4). Lempeng Philippines (Phillippines plate),
5). Lempeng Scotia (Scotia plate),
6). Lempeng Cocos (Cocos plate)
3.2.2 Lempeng dan Pergerakannya
Lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya. Arus
konvensi tersebut merupakan sumber kekuatan utama yang menyebabkan terjadinya
pergerakan lempeng. Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak samudera yang tersusun
oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudera sangat dalam,
dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera.
Kerakbumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya aliran panas
yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerakbumi ini pecah menjadi
beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerakbumi.
3.2.3 Akibat Pergerakan Lempeng
Akibat pergerakan lempeng (divergen, konvergen, transform) permukaan
bumi menjadi tidak rata. Permukaan bumi dapat terbentuk Gunung akibat pergerakan
lempeng jenis konvergen dan akan terbentuk palung pada dasar samudera karena
pergerakan jenis ivergen.
3.2.4 Kegiatan Tektonik
Pergerakan lempeng kerak bumi yang saling bertumbukan akan membentuk
zona sudaksi dan menimbulkan gaya yang bekerja baik horizontal maupun vertikal,
yang akan membentuk pegunungan lipatan, jalur gunungapi/magmatik, persesaran
batuan, dan jalur gempabumi serta terbentuknya wilayah tektonik tertentu. Selain itu
terbentuk juga berbagai jenis cekungan pengendapan batuan sedimen seperti palung
(parit), cekungan busurmuka, cekungan antar gunung dan cekungan busur belakang.
Pada jalur gunungapi/magmatik biasanya akan terbentuk zona mineralisasi emas,
perak dan tembaga, sedangkan pada jalur penunjaman akan ditemukan mineral
kromit. Setiap wilayah tektonik memiliki ciri atau indikasi tertentu, baik batuan,
mineralisasi, struktur maupun kegempaanya.
3.2.5 Perkembangan Tatanan Tektonik Indonesia
Menurut Pasau (2011), Indonesia terletak pada batas pertemuan tiga lempeng
besar dunia yang sangat aktif yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng
Indo-Australia serta satu lempeng mikro yaitu lempeng mikro Filipina, karena itu
maka wilayah Indonesia sangat rawan terhadap bencana gempagempa tektonik.
Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman atau
subduksi. Daerah penunjaman oleh lempeng Indo-Australia memanjang di sebelah
Barat Pulau Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan
Nusa Tenggara bergerak ke utara sekitar 50-70 mm/tahun. Kemudian di sepanjang
tepian Lempeng Kepulauan dari Pulau Timor ke arah Timur dan terus memutar ke
Utara berlawanan arah jarum jam menuju wilayah perairan Maluku, Lempeng Benua
Australia menabrak dengan kecepatan sekitar 70 mm/tahun. Jadi di wilayah ini yang
terjadi bukan penunjaman lempeng lautan lagi tapi zona tumbukan lempeng benua
terhadap lempeng kepulauan.
Di utara Indonesia Timur, Lempeng Pacifik menabrak sisi utara Pulau Irian
dan pulau-pulau di utara Maluku dengan kecepatan 120 mm/tahun, dua kali lebih
cepat dari kecepatan penunjaman lempeng di bagian sisi Barat dan Selatan Indonesia.
Sementara yang lebih kompleks dan rumit adalah penunjaman pada pertemuan antara
beberapa lempeng yang terjadi dibagian utara pulau Sulawesi dan kawasan Laut
Maluku. Di kawasan ini terdapat subduksi ganda, akibat subduksi (penunjaman)
lempeng Pasifik terhadap lempeng Eurasia menimbulkan dua busur melengkung yang
arahnya berbeda, yaitu busur Halmahera dan Busur Mayu-Sangihe. Busur Mayu
sejajar dengan Halmahera, menunjam ke arah timur. Sedang Busur Halmahera
menunjam ke barat mengarah ke Filipina dan Perairan Maluku. Tekanan dahsyat
karena pergerakan dari empat lempeng besar bumi ini menyebabkan interior lempeng
bumi dari Kepulauan Indonesia terpecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil kerak
bumi yang bergerak antara satu terhadap lainnya yang dibatasi oleh patahan-patahan
aktif.
Karena itu, kepulauan Indonesia berada pada daerah yang mempunyai
aktivitas gempa bumi cukup tinggi yang mengakibatkan bencana alam akibat gempa
bumi di Indonesia makin sering terjadi. Berkaitan dengan kondisi tersebut, salah satu
upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalkan dampak bencana gempa adalah
menyiapkan semua prasarana yang dibangun di Indonesia yang tahan terhadap gempa.
Pemodelan sumber gempa merupakan salah satu upaya mitigasi dalam mengetahui
besarnya percepatan suatu gerakan tanah yang diakibatkan oleh suatu gempa bumi.
3.2.6 Lempeng Tektonik
Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu
lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang
lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga
sekarang. Aktivitas tektonik adalah aktivitas yang berasal dari pergerakan lempenglempeng yang ada pada kerak bumi ( litosphere ). Hasil dari tumbukan antar lempeng
dapat menghasilkan pegunungan ( orogenesa ), aktivitas magmatis dan aktivitas
gunug api ( volcanism). Teori tektonik lempeng adalah suatu teori yang mendasarkan
pada hipotesa ”Pemekaran Lantai Samudera” ( Sea-floor spreading ) dan hipotesa
“Pengapungan benua” (Continental drift). Hipotesa pemekaran lantai samudera
menjelaskan bahwa bagian kulit bumi yang ada di dasar samudera Atlantik tepatnya
di pematang tengah samudera ( mid-oceanic ridges ) terjadi suatu pembentukan
material
baru
(
litosphere
)
yang
berasal
dari
dalam
bumi.
Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang disokong oleh
magma di bawahnya. Disebabkan ini maka lempeng tektonik ini bebas untuk
menggesek satu sama lain.Pergerakan antara lempeng tektonik ini tidak berjalan
secara perlahan-lahan. Pergerakan inilah yang menyebabkan terjadinya gempa bumi.
Daratan dan juga dasar lautan akan secara perlahan-lahan dibawa ke arah kedudukan
baru apabila lempeng beralih. Batas lempeng ditandai oleh lingkaran gempa bumi dan
rangkaian gunung berapi. Gravitasi dianggap sebagai penyebab utama dari semua
pergerakan lempeng. Gaya gravitasi menarik lempeng yang tersubduksi karena bagian
itu memang lebih tua dan lebih berat bobotnya. Kemudian karena tertarik, ada celah
di tengah punggung samudera yang kemudian terisi material dari dalam mantel.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari makalah ini adalah pengaruh kondisi
tektonik divergen, konvergen, dan transform terhadap sebaran salinitas samudera
adalah batas antar lempeng yang saling menjauh, saling mendekat, serta saling
bergeser nantinya akan menyebabkan salinitas di samudera berbeda-beda
4.2 Saran
Adanya makalah ini masih membutuhkan saran dari pembaca agar nantinya
penulis semaksimal mungkin meminimalisir kesalahan yang ada. Serta akan lebih
baik jika sumber dari makalah berupa buku ataupun jurnal dan meminimalisir sumber
dari wikipedia.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, Rezki et al. Pemodelan Anomali Gravitasi Menggunakan Metode Inversi
2D ( Dua Dimensi) pada Area Prospek Panas Bumi Lapangan ‘A’ .Makassar : Universitas
Hassanudin
Hidayat, Nur dan Eko Widi Santoso. 1997. Gempa Bumi dan Mekanismenya vol 2 no
3.
Hugget, R. J. 2007. Fundamental of Geomorphology: Second Edition. New York:
Routledge Publisher.
Husein, Salahuddin. 2012. Tektonik Lempeng. Yogyakarta. Jurusan Teknik Geologi,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi (Program Studi Teknik Geologi).Bogor :
CV Graha Ilmu
Pasau, Guntur dan Adey Tanauma. 2011. Pemodelan Sumber Gem[a di Wilayah
Sumatra Utara sebagai Upaya Mitigasi Bencana Gempa Bumi. Manado : Universitas San
Ratulangi
Satriyo, Agung. 2010. Penentuan Anomali Perubahan Kecepatan Gelombang Primer
dengan Kecepatan Gelombang Sekunder (Vp/Vs) pada daerah Papua Barat Studi Kasus
Gempa Bumi Manukwari. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
Wikipedia. Tektonik Lempeng. http://id.wikipedia.org/wiki/tektonik-lempeng. 7
Desember 2015.
GEOLOGI LAUT
(Pengaruh Pergerakan Lempeng terhadap Sebaran Salinitas Samudera)
Oleh :
ZUFITA KHAIRANI
26020215130069
DOSEN:
Ir.Sidhi Saputro,M.Phill
PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah
ilmiah
tentang
limbah
dan
manfaatnya
untuk
masyarakat.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga kami dapat membuat makalah ini dengan lancar. Oleh karena
itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi
dan
terlibat
dalam
pembuatan
makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat
memperbaiki
makalah
ilmiah
ini.
Kami berharap adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi
lingkungan sekitar. Amin.
Semarang, 15 Desember 2015
Zufita
Khairani
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pergerakan Lempeng
2.1.1 Batas Lempeng Divergen
2.1.2 Batas Lempeng Konvergen
2.1.3 Batas Transform
2.1.4 Kekuatan Penggerak Pergerakan Lempeng
2.1.4.1 Gaya Gesek
2.1.4.2 Gaya Gravitasi
2.1.4.3 Gaya dari Luar
2.1.5 Teori Tektonik Lempeng
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Mekanisme Gempa
3.2 Tatanan Tektonik Indonesia
3.2.1 Tektonik Lempeng
3.2.2 Lempeng dan Pergerakannya
3.2.3 Akibat Pergerakan Lempeng
3.2.4 Kegiatan Tektonik
3.2.5 Perkembangan tatanan Tektonik Indonesia
3.2.6 Lempeng Tektonik
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
i
ii
1
1
1
1
2
2
2
3
4
8
8
8
8
9
10
10
10
10
11
11
11
11
13
14
14
14
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang menjabat sebagai negara agraris. Negara agraris
merupakan negara yang perekonomiannya bergantung pada sektor pertanian. Indonesia juga
menjabat sebagai negara maritim atau negara yang memiliki luas wilayah lautan lebih besar
dari wilayah daratan. Selain keduanya, Indonesia juga menjabat sebagai negara yang
memiliki seismisitas tinggi, atau dapat diartikan bahwa Indonesia merupakan negara dengan
tingkat peristiwa gempa bumi yang tinggi. Gempa bumi dapat terjadi karena adanya
tumbukan antar dua lempeng tektonik baik itu lempeng samudera (oceanic crust) dengan
lempeng benua (continet crust) maupun tumbukan antar lempeng yang sama. Indonesia
memiliki laut yang luas dengan salinitas besar. Salinitas merupakan jumlah total garam yang
dinyatakan dalam gram yangterdapat dalam s a t u k i l o g r a m air laut, dengan catatan semua
karbonat telah teroksidasi, tara(unsur) brom dan iod dihitung sebagai tara klor dan semua zat
organik teroksidasi (Neuman and Piierson, 1966)
Untuk dapat memahami mengapa dan bagaimana salinitas samudera dapat terjadi kita
perlu paling tidak sedikit mengerti tentang konsep tektonik . Mempelajari konsep tektonik
atau istilah yang sering dipakai para geologist yaitu Teori Tektonik Lempengyang berarti
mempelajari
mekanisme
pergerakan-pergerakan
lempeng
bumi
itu
sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Kejadian alam yang ada di kehidupan makhluk hidup dapat terjadi karena adanta
pengaruh dari lingkungan. Pengaruh lingkungan tersebut merupakan gejala alam yang
berimbas kepada makhluk hidup, contoh dari gejala alam yaitu terjadinya pergerakan
lempeng yang mempengaruhi salinitas di laut lepas.
1.3 Tujuan
Menjadi sumber referensi mengenai sebaran salinitas di lautan akibat pergerakan
lempeng. Dengan adanya makalah ini pembaca akan mengetahui faktor lempeng yang
mempengaruhi sebaran salinitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pergerakan Lempeng
2.1.1 Batas Lempeng Divergen (Divergent Plate Boundary)
Perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate
boundaries) terbagi dalam 3 jenis berdasarkan arah pergerakannya , yaitu divergen,
konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun
jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak
bertemu.
Pada tipe divergen lempeng-lempeng yang bergerak saling menjauhi, sehingga
terbentu rongga diantara kedua lempeng tersebut. Akan tetapi, rongga yang terbentuk
akan segera diisi oleh batuan cair baru yang terinjeksi oleh astenosfir kemudian
memadat dan akan mendorong lantai samudera menjauhi titik pemekaran atau biasa
disebut pemekaran lantai samudera (sea floor spreading).
Ada dua macam zona yang terbentuk akibat kejadian lempeng divergen, yaitu:
a. Zona divergen antara lempeng-lempeng pada lantai dasar samudera.
Model Zona Divergen. Sumber: Handout Tektonik Lempeng, Salahuddin Husein (2012)
Tempat pertemuan dua batas lempeng dengan tipe Lempeng divergen
disebut seafloor spreading atau spreading center. Contohnya terdapat pada
pertemuan antara lempeng Amerika Utara dan lempeng Eurasia di Samuera
Antartika, sedangkan
b. Zona divergen antara dua lempeng benua.
Zona divergen antara Lempeng Eurasia-Amerika Utara, Islandia. Sumber:
http://id.wikipedia.org
Ciri-ciri morfologi zona divergen yaitu keadaan ini menyebabkan
terjadinya rekahan yang cukup besar pada daratan. Rekahan itu akan terus
meluas setiap tahunnya. Sebagai contoh yang terjadi di Afrika Timur yang
dikenal sebagai Great Rift Valley.Adanya bekas tarikan berlawanan arah
antara kedua lempeng, yang bisa ditandai dengan: celah antara kedua lempeng,
atau bisa juga dengan adanya penipisan lempeng di pertengahan kedua arah
gaya.
Pada zona ini bisa terbentuk gunungapi, dimana magma di dalam bumi
akan lebih mudah mencapai permukaan (dikarenakan lempeng yang menipis).
Dicirikan gunungapi cenderung berbentuk landai
2.1.2 Batas Lempeng Konvergen (Konvergent Plate Boundary)
Pada tipe konvergen pergerakan lempeng saling mendekati sehingga satu sama
lain akan terbentuk empeng yang menuju ke atas dan ada juga lempeng yang
menekuk menuju ke lapisan astenosfir. Lempeng yang menekuk menuju lapisan
astenosfir akan hancur karena suhu dan tekanan yang tinggi pada lapisan tersebut.
Terdapat tiga kemungkinan yang akan terjadi yaitu tumbukan antar lempeng
samudera, tumbukan antar lempeng benua, dan tumbukan antara lempeng benua
dengan lempeng samudera. Pada umumnya tumbukan antar lempeng yang sejenis
tidak akan menimbulkan zona subduksi karena rapat masa lempeng yang sama, zona
subduksi akan terbentuk jika tumbukan terjadi antara lempeng benua dengan lempeng
samudera.
A. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng samudera
Model Zona Batas Konvergen (Samudera – Samudera). Sumber: Handout Tektonik
Lempeng, Salahuddin Husein (2012)
Pada daerah konvergensi lempeng samudera-lempeng samudera, salah
satu lempeng yang beratnya lebih tinggi dari lempeng lainnya akan
tersubduksi ke arah mantel. Sehingga, pada daerah pertemuan tersebut
akan terbentuk daerah kepulauan yang terdiri dari gunung-gunung laut.
Pertemuan lempeng yang seperti ini biasanya terjadi di daerah laut dalam
dengan kedalaman lebih dari 11000 meter, contohnya adalah rangkaian
kepulauan yang dipenuhi gunung api sepanjang Mariana Trench di bagian
barat Samudera Pasifik.
Pada tipe ini akan terbentuk zona subduksi, yaitu lempeng samudera
akan menunjam kebawah sebesar 45 derajat dibawah lempeng benua. Pada
zona subduksi akan menjadi tempat terjadinya busur magmatik (magmatic
arc), bancuh (melenge), punggung dan cekungan busur depan ( fore arc
right and fore arc basin) serta busur cekungan belakang (back arc basin).
Busur Magmatik
Ialah wilayah aktivitas magma yang berkaitan dengan
penunjaman lempeng dan berbentuk busur. Terbentuk akibt
naiknya lempeng lithosfer dari tumbukan. Jika aktivitas gunung
terjadi pada lempeng samudera maka busur magmatik ini
disebut busur, tetapi jika terbentuk pada lempeng benua maka
disebut busur vulkanik kontinental.
Bancuh
Kata bancuh berarti campuran, bancuh berartikan jalur yang
terdiri dari campuran batuan atau pecahan dari batuan.
Punggung dan cekungan busur depan
Bentuk utama dari zona konvergen adalah palung dan busur
magmatik. Pada umumnya diantara palung dan busur magmatik
akan ada punggungan dan cekungan busur depan.Punggung
busur depan terbentuk karena sesar tanjaka dari hasil tabrakan
lempeng.
Busur Cekung Belakang
Busur cekung belakang berada sejajar dengan busur magmatik
. Gejala ini ditandai dengan terbentuknya cekung berbentuk
busur dan menipisnya kerak.
B. Tubukan lempeng benua dengan lempeng benua
Model Zona Batas Konvergen (Benua – Benua). Sumber: Handout Tektonik Lempeng,
Salahuddin Husein (2012)
Contoh dari peristiwa ini adalah bersatunya India dan benua Asia yang
sebelumnya pisah dan akhirnya dapat bertubrukan kemudian lempeng
samudera terlipat, tertekuk, dan terdeformasi lalu masuk dan
membentuk busur kepulauan. Sehingga terbentuklah pegunungan
Himalaya.
C. Tumbukan lempeng samudera dengan lempeng samudera
Model Zona Batas Konvergen (Benua – Samudera). Sumber: Handout Tektonik
Lempeng, Salahuddin Husein (2012)
Karena densitas lempeng samudera lebih tinggi, lempeng
samudera akan tersubduksi ke arah mantel dan menyebabkan
terbentuknya gunung-gunung api aktif di daratan benua. Adapun
terjadinya gunung-gunung aktif tersebut, adalah karena adanya
pergesekan antara lempeng samudera dengan batuan-batuan di
sekitarnya, dimana batuan akan leleh dan berubah fase menjadi cair
(magma). Hal itu terjadi karena pergerakan lempeng samudera.
Akibatnya, magma akan merambat ke permukaan melalui rekahanrekahan, sehingga terbentuklah gunung api. Daerah konvergen ini
dicirikan dengan adanya aktivitas seismik yang cukup tinggi, bahkan
kebanyakan gelombang tsunami tak jarang terjadi akibat hal tersebut.
Contoh tipe konvergensi lempeng benua—lempeng samudera terdapat
di daerah zona penyusupan di sepanjang Pantai barat Sumatera dan di
sepanjang Pantai Selatan Jawa.
Jika gunung api tumbuh sampai permukaan laut maka akan
terbentuk busur gunung api yang terletak jauh dari palungnsebagai
tempat bertumbrukannya kedua lempeng tersebut seperti kepulauan
Aleutian, jika aktivitas terjadi terus menerus maka akan membentuk
busur kepulauan seperti filipina dan jepang.
2.1.3 Batas Transform
Model Zona Batas Transform. Sumber: Handout Tektonik Lempeng, Salahuddin Husein (2012)
Tipe pertemuan antara dua lempeng tektonik yang bergerak secara
horisontal dan berlawanan arahnya. Tidak seperti pola struktur yang terbentuk
dalam zona konvergen, pada tipe zona transform tidak ada pembentukan
lapisan astenosfer baru atau terjadinya penunjaman yang dilakukan oleh salah
satu lempeng terhadap lainnya. Tipe pergerakan transform bisa terjadi, baik di
antara lempeng samudera, maupun di antara lempeng benua. Sebagai contoh
adalah pergerakan transform yang terjadi pada dua buah lempeng benua di
California,mengakibatkan terjadinya Patahan San Andreas.
2.1.4 Kekuatan penggerak pergerakan lempeng
2.1.4.1 Gaya Gesek
Tercantum dalam wikipedia yang diakses pada tanggal 11 Desember
2015, gaya gesek dibagi dua yaitu Basal drag dan Slab suction. Basal drag
adalah arus konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui
astenosfer, sehingga pergerakan didorong oleh gesekan antara astenosfer dan
litosfer. Sedangkan Slab suction adalah arus konveksi lokal memberikan
tarikan ke bawah pada lempeng di zona subduksi di palung samudera.
Penyerotan lempengan (slab suction) ini bisa terjadi dalam kondisi
geodinamik di mana tarikan basal terus bekerja pada lempeng ini pada saat ia
masuk ke dalam mantel, meskipun sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja
pada kedua sisi lempengan, atas dan bawah.
2.1.4.2 Gaya Gravitasi
Menurut Amaliah, gravitasi adalah salah satu metode eksplorasi
geofisika yang digunakan untuk mengukur variasi percepatan gravitasi bumi
akibat adanya perbedaan rapat massa antar batuan. Sedang gaya persatuan
masssa yang dialami oleh massa benda lain M akibat tarikan massa. Bumi Mb
dalam jarak r dikenal sebagai medan Gravitasi. Medan potensial gravitasi
bersifat konservatif yaitu usaha yang dilakukan dalam suatu medan gravitasi
tidak bergantung pada lintasan yang ditempuhnya tetapi hanya bergantung
pada posisi awal dan akhir (Telford, 1976).
Runtuhan gravitasi merupakan pergerakan lempeng terjadi karena
lebih tingginya lempeng di oceanic ridge. Litosfer samudera yang dingin
menjadi lebih padat daripada mantel panas yang merupakan sumbernya, maka
dengan ketebalan yang semakin meningkat lempeng ini tenggelam ke dalam
mantel untuk mengkompensasikan beratnya, menghasilkan sedikit inklinasi
lateral proporsional dengan jarak dari sumbu ini.
2.1.4.3 Gaya dari Luar
Sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika Serikat Dalam studi yang
dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari buletin Geological
Society of America Bulletin, berpendapat bahwa komponen lempeng yang
mengarah ke barat berasal dari rotasi Bumi dan gesekan pasang bulan yang
mengikutinya. Mereka berkata karena Bumi berputar ke timur di bawah bulan,
gravitasi bulan meskipun sangat kecil menarik lapisan permukaan bumi
kembali ke barat.
Pemikiran ini sendiri sebetulnya tidaklah baru. Hal ini sendiri aslinya
dikemukakan oleh bapak dari hipotesis ini sendiri, Alfred Wegener, dan
kemudian ditentang fisikawan Harold Jeffreys yang menghitung bahwa
besarnya gaya gesek pasang yang diperlukan akan dengan cepat membawa
rotasi bumi untuk berhenti sejak waktu lama.
2.1.5 Teori Tektonik Lempeng
Bumi itu dinamis, tidak statis, didalam perut bumi inti bumi cair liquid outer
core yang sangat panas terus berputar mengelilingi inti bumi. Hal ini menyebabkan
bumi memiliki dua kutub magnet. Berdasarkan cara terjadinya perpindahan panas
bumi dibagi menjadi lapisan litosfer dan lapisan astenosfer. Litosfer bersifat lebih
dingin dan kaku, serta kehilangan panasnya melalui proses konduksi. Sedangkan
astenosfer lebih panas dan secara mekanik lemah, serta astenosfer juga memindahkan
panas melalui konveksi dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian
ini sangat berbeda dengan pembagian bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan
kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel.
Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada
waktu yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip
kunci tektonik lempengan adalah bahwa litosfer terpisah menjadi lempenganlempengan tektonik yang berbeda-beda. Lempengan ini bergerak menumpang di atas
astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida.
Banyak lempeng benua dan lempeng samudera yang bergerak dengan arah dan
kecepatan tertentu. Dibawah lithosphere adalah asthenosphere dimana terdapat dapur
magma yang sangat panas dan dinamis berputar dengan siklusnya sendiri. Hal ini
yang menyebabkan lempeng di atasnya akan terus bergerak. Gerakan primernya yaitu
di tempat naiknya magma yang mendorong lapisan diatasnya untuk bergerak. Daerah
itu disebut Divergent margin (spreading center) bisa juga disebut daerah pemekaran.
Karena lempeng-lempeng bergerak, maka ada yang saling bertumbukan yang disebut
Convergent Margin. Convergent margin sendiri ada dua jenis, yaitu subduction
(penunjaman) dan collision (pengangkatan).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mekanisme Gempa
Suatu blok yang mendapatkan tekanan akan memberikan respon berupa pergerakan ke
batuan lain. Untuk batuan yang elastis seperti batu lempung, jika mendapatkan tekanan tidak
akan langsung pecah. Tegangan elastis pada batuan harus perlahan lahan terkumpul dan
terjadi terus menerus (Hidayat, 1997).
Secara sederhana terjadinya gempa dapat dijelaskan karena patah, atau karena adanya
patahan (disebut juga fault atau biasa disebut juga sesar oleh para geologist) yang terjadi pada
lempeng penyusun bumi. Batuan memang bisa berlapis dan patah, sebelum patah dia
terbengkokkan (folding) dulu. Secara umum ada tiga jenis patahan atau sesar, menurut
mekanismenya, sesar naik (thrust fault atau reverse fault), sesar mendatar atau sesar geser
(strike slip), dan sesar normal (normal fault). Jadi secara umum bisa dikatakan gempa terjadi
ketika batuan patah, baik itu patah dan naik, patah dan bergeser, maupun patah dan turun.
Subduction zone merupakan zona dimana bertemunya dua lempeng, maka disitulah
tempat yang mengalami tekanan secara terus menerus selama jutaan tahun yang lalu sampai
sekarang. Pada saat energi tekanan semakin besar dan elastisitas batuannya sudah jenuh
maka dia akan patah. Jadi gempa terjadi karena interaksi antara dua lempeng yang saling
menekan sehingga terakumulasi energi yang cukup besar, gempanya sendiri terjadi karena
kondisi batuan patah untuk melepaskan energi tekanan yang sudah tertumpuk disana selama
kurun waktu tertentu. Gempa yang terjadi di subduction zone di Indonesia bisa merupakan
gempa dangkal (shallow earthquake), menengah (intermediate earthquake), dan dalam (deep
earthquake).
3.2 Tatanan Tektonik Indonesia
3.2.1 Tektonik Lempeng
Menurut Djauhari Noor (2009), Teori tektonik lempeng pada dasarnya adalah suatu
teori yang menjelaskan mengenai sifat-sifat bumi yang mobil/dinamis yang disebabkan oleh
gaya yang berasal dari dalam bumi. Konsepdari tektonik lempeng adalah bahwasanya lapisan
kerak Bumi (litosfir) terpecah-pecah dalam 13lempeng besar dan beberapa lempeng kecil.
Adapun lempeng-lempeng tersebut terlihat padagambar 5-1 sebagai berikut:
1). Lempeng Pasifik (Pasific plate);
2). Lempeng Eurasia (Eurasian plate),
3). Lempeng India-Australia (Indian-Australian plate),
4). Lempeng Afrika ( African plate),
5). Lempeng Amerika Utara (North American plate),
6). Lempeng Amerika Selatan (South American plate),
7). Lempeng Antartika ( Antartic plate)
Dan beberapa lempeng kecil seperti :
1). Lempeng Nasca (Nasca plate),
2). Lempeng Arab(Arabian plate),
3). Lempeng Karibia (Caribian plate).
4). Lempeng Philippines (Phillippines plate),
5). Lempeng Scotia (Scotia plate),
6). Lempeng Cocos (Cocos plate)
3.2.2 Lempeng dan Pergerakannya
Lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya. Arus
konvensi tersebut merupakan sumber kekuatan utama yang menyebabkan terjadinya
pergerakan lempeng. Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak samudera yang tersusun
oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudera sangat dalam,
dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera.
Kerakbumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya aliran panas
yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerakbumi ini pecah menjadi
beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerakbumi.
3.2.3 Akibat Pergerakan Lempeng
Akibat pergerakan lempeng (divergen, konvergen, transform) permukaan
bumi menjadi tidak rata. Permukaan bumi dapat terbentuk Gunung akibat pergerakan
lempeng jenis konvergen dan akan terbentuk palung pada dasar samudera karena
pergerakan jenis ivergen.
3.2.4 Kegiatan Tektonik
Pergerakan lempeng kerak bumi yang saling bertumbukan akan membentuk
zona sudaksi dan menimbulkan gaya yang bekerja baik horizontal maupun vertikal,
yang akan membentuk pegunungan lipatan, jalur gunungapi/magmatik, persesaran
batuan, dan jalur gempabumi serta terbentuknya wilayah tektonik tertentu. Selain itu
terbentuk juga berbagai jenis cekungan pengendapan batuan sedimen seperti palung
(parit), cekungan busurmuka, cekungan antar gunung dan cekungan busur belakang.
Pada jalur gunungapi/magmatik biasanya akan terbentuk zona mineralisasi emas,
perak dan tembaga, sedangkan pada jalur penunjaman akan ditemukan mineral
kromit. Setiap wilayah tektonik memiliki ciri atau indikasi tertentu, baik batuan,
mineralisasi, struktur maupun kegempaanya.
3.2.5 Perkembangan Tatanan Tektonik Indonesia
Menurut Pasau (2011), Indonesia terletak pada batas pertemuan tiga lempeng
besar dunia yang sangat aktif yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng
Indo-Australia serta satu lempeng mikro yaitu lempeng mikro Filipina, karena itu
maka wilayah Indonesia sangat rawan terhadap bencana gempagempa tektonik.
Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman atau
subduksi. Daerah penunjaman oleh lempeng Indo-Australia memanjang di sebelah
Barat Pulau Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan
Nusa Tenggara bergerak ke utara sekitar 50-70 mm/tahun. Kemudian di sepanjang
tepian Lempeng Kepulauan dari Pulau Timor ke arah Timur dan terus memutar ke
Utara berlawanan arah jarum jam menuju wilayah perairan Maluku, Lempeng Benua
Australia menabrak dengan kecepatan sekitar 70 mm/tahun. Jadi di wilayah ini yang
terjadi bukan penunjaman lempeng lautan lagi tapi zona tumbukan lempeng benua
terhadap lempeng kepulauan.
Di utara Indonesia Timur, Lempeng Pacifik menabrak sisi utara Pulau Irian
dan pulau-pulau di utara Maluku dengan kecepatan 120 mm/tahun, dua kali lebih
cepat dari kecepatan penunjaman lempeng di bagian sisi Barat dan Selatan Indonesia.
Sementara yang lebih kompleks dan rumit adalah penunjaman pada pertemuan antara
beberapa lempeng yang terjadi dibagian utara pulau Sulawesi dan kawasan Laut
Maluku. Di kawasan ini terdapat subduksi ganda, akibat subduksi (penunjaman)
lempeng Pasifik terhadap lempeng Eurasia menimbulkan dua busur melengkung yang
arahnya berbeda, yaitu busur Halmahera dan Busur Mayu-Sangihe. Busur Mayu
sejajar dengan Halmahera, menunjam ke arah timur. Sedang Busur Halmahera
menunjam ke barat mengarah ke Filipina dan Perairan Maluku. Tekanan dahsyat
karena pergerakan dari empat lempeng besar bumi ini menyebabkan interior lempeng
bumi dari Kepulauan Indonesia terpecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil kerak
bumi yang bergerak antara satu terhadap lainnya yang dibatasi oleh patahan-patahan
aktif.
Karena itu, kepulauan Indonesia berada pada daerah yang mempunyai
aktivitas gempa bumi cukup tinggi yang mengakibatkan bencana alam akibat gempa
bumi di Indonesia makin sering terjadi. Berkaitan dengan kondisi tersebut, salah satu
upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalkan dampak bencana gempa adalah
menyiapkan semua prasarana yang dibangun di Indonesia yang tahan terhadap gempa.
Pemodelan sumber gempa merupakan salah satu upaya mitigasi dalam mengetahui
besarnya percepatan suatu gerakan tanah yang diakibatkan oleh suatu gempa bumi.
3.2.6 Lempeng Tektonik
Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu
lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang
lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga
sekarang. Aktivitas tektonik adalah aktivitas yang berasal dari pergerakan lempenglempeng yang ada pada kerak bumi ( litosphere ). Hasil dari tumbukan antar lempeng
dapat menghasilkan pegunungan ( orogenesa ), aktivitas magmatis dan aktivitas
gunug api ( volcanism). Teori tektonik lempeng adalah suatu teori yang mendasarkan
pada hipotesa ”Pemekaran Lantai Samudera” ( Sea-floor spreading ) dan hipotesa
“Pengapungan benua” (Continental drift). Hipotesa pemekaran lantai samudera
menjelaskan bahwa bagian kulit bumi yang ada di dasar samudera Atlantik tepatnya
di pematang tengah samudera ( mid-oceanic ridges ) terjadi suatu pembentukan
material
baru
(
litosphere
)
yang
berasal
dari
dalam
bumi.
Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang disokong oleh
magma di bawahnya. Disebabkan ini maka lempeng tektonik ini bebas untuk
menggesek satu sama lain.Pergerakan antara lempeng tektonik ini tidak berjalan
secara perlahan-lahan. Pergerakan inilah yang menyebabkan terjadinya gempa bumi.
Daratan dan juga dasar lautan akan secara perlahan-lahan dibawa ke arah kedudukan
baru apabila lempeng beralih. Batas lempeng ditandai oleh lingkaran gempa bumi dan
rangkaian gunung berapi. Gravitasi dianggap sebagai penyebab utama dari semua
pergerakan lempeng. Gaya gravitasi menarik lempeng yang tersubduksi karena bagian
itu memang lebih tua dan lebih berat bobotnya. Kemudian karena tertarik, ada celah
di tengah punggung samudera yang kemudian terisi material dari dalam mantel.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari makalah ini adalah pengaruh kondisi
tektonik divergen, konvergen, dan transform terhadap sebaran salinitas samudera
adalah batas antar lempeng yang saling menjauh, saling mendekat, serta saling
bergeser nantinya akan menyebabkan salinitas di samudera berbeda-beda
4.2 Saran
Adanya makalah ini masih membutuhkan saran dari pembaca agar nantinya
penulis semaksimal mungkin meminimalisir kesalahan yang ada. Serta akan lebih
baik jika sumber dari makalah berupa buku ataupun jurnal dan meminimalisir sumber
dari wikipedia.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, Rezki et al. Pemodelan Anomali Gravitasi Menggunakan Metode Inversi
2D ( Dua Dimensi) pada Area Prospek Panas Bumi Lapangan ‘A’ .Makassar : Universitas
Hassanudin
Hidayat, Nur dan Eko Widi Santoso. 1997. Gempa Bumi dan Mekanismenya vol 2 no
3.
Hugget, R. J. 2007. Fundamental of Geomorphology: Second Edition. New York:
Routledge Publisher.
Husein, Salahuddin. 2012. Tektonik Lempeng. Yogyakarta. Jurusan Teknik Geologi,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi (Program Studi Teknik Geologi).Bogor :
CV Graha Ilmu
Pasau, Guntur dan Adey Tanauma. 2011. Pemodelan Sumber Gem[a di Wilayah
Sumatra Utara sebagai Upaya Mitigasi Bencana Gempa Bumi. Manado : Universitas San
Ratulangi
Satriyo, Agung. 2010. Penentuan Anomali Perubahan Kecepatan Gelombang Primer
dengan Kecepatan Gelombang Sekunder (Vp/Vs) pada daerah Papua Barat Studi Kasus
Gempa Bumi Manukwari. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
Wikipedia. Tektonik Lempeng. http://id.wikipedia.org/wiki/tektonik-lempeng. 7
Desember 2015.