Jurnal Vol. 5 No. 1.pdf (1)

SUSUNAN DEWAN REDAKSI JURNAL ILMIAH SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STITEKNAS) JAMBI

Diterbitkan oleh:

Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Stiteknas Jambi

Pelindung:

Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jambi

Penasehat:

Pembantu Ketua I Pembantu Ketua II

Ketua Jurusan Teknik Mesin Ketua Jurusan Teknik Industri

Penanggung Jawab:

Ir. Generousdi, M.T (Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat)

Pimpinan Redaksi

Zainal Abadi, S.Pd., M.Eng

Sekretaris Redaksi:

Adriyan, S.T.,M.T

Anggota Redaksi:

Marfizal, M.T Novrianti,M.Si Qory Handayani, M.Si Sufiyanto,M.T Heriyanto, S.E

Mitra Bestari (sebagai penelaah ahli substansi artikel):

Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc., Ph.D (Universitas Jambi) Ir. Generoudi, M.T (STITEKNAS Jambi) Ristanto, S.Pd., M.Hum (Kantor Pusat Bahasa dan Kementerian Pendidikan Nasional Jambi)

Alamat Redakasi/Penerbit:

Lembaga Penelitian dan Pengembangan pada Masyarakat Sekolah Tinggi Teknologi Jambi.

jl. Pattimura No. 100 kel. Rawasari Kec. Kota Baru Kota Jambi Telp. 0741-62626 fax. 0741-62626 Website : http://www.stiteknas-jambi.ac.id Email : info@stiteknas-jambi.ac.id

JURNAL ILMIAH SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL JAMBI

Volume 5 No. 1, Maret 2015

DAFTAR ISI

Penulis Utama

Judul

Halaman

Marfizal, Randy Membandingkan Nilai Konduktivitas Termal 1-11 Dwi Putra, dan Bahan Tembaga Dengan Kuningan Menggunakan

Johanes

Alat Uji Konduktivitas Termal

Pengaruh Jarak Mata Pisau Mesin Cacah 12-21 Afrianto, Afrizal Terhadap Hasil Pencacah Pelepah Sawit Untuk

M.Ficky

dan hendri

Pakan Ternak Sapi

Hermawan

Diana Candra D Analisa Kualitas Terhadap Penerapan Kartu 22-42 dan Najuantah Observasi Keselamatan Kerja Di Jabung Field – Pcjl

Perancangan Mesin Pencacah Pelepah Kelapa 43-50 Afrianto, Afrizal Sawit Untuk Dijadikan Pakan Ternak Sapi

M.Ficky

dan Ngadiyo Generousdi,

Pengaruh Kecepatan Putaran Pully Mesin Cacah 51-63 Afrizal dan Eri Pelepah Sawit, Terhadap Hasil Pencacahan

Kuswanto

Sebagai Pakan Ternak Sapi

Marfizal dan

Membandingkan Konduktivitas Termal 64-74

Welly Yordan

Bahan Baja AISI C1080 dan Tembaga menggunakan Alat Uji Konduktivitas Termal

Zainal Abadi,

Perancangan Alat Pengerol Pipa 75-89

Afrizal dan M. Ridwan Zainal Abadi,

Analisa Perbandingan Kecepatan Putaran 90-98

Sprocket Dengan Jumlah Mata Gear 13 Z, 14 Z, Umar Saputra Dan 15 Z, Terhadap Mesin Pengerol Pipa

Afrizal dan

MEMBANDINGKAN NILAI KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN TEMBAGA DENGAN KUNINGAN MENGGUNAKAN ALAT UJI KONDUKTIVITAS TERMAL

Marfizal, Johanes dan Randy Dwi Putra

Jurusan Teknik Mesin STITEKNAS Jambi Jln.Kapten BakarudinNo.45 Sipin Ujung jambi Telp.(0741)669501 Email:randydwiputra27@yahoo.com

Abstrak

Salah satu karakteristik material adalah konduktivitas termal, yaitu sifat bahan yang menunjukan jumlah panas yang mengalir melintasi satu satuan luas jika gradien temperaturnya satu. Konduktivitas termal juga dapat menunjukkan seberapa cepat kalor

mengalir dalam bahan tertentu. Nilai konduktivitas termal bahan tembaga temperatur 80 0 C

0 0 didapatkan nilai 393,02 W/m. 0 C, temperatur 90 C didapatkan nilai 405,18 W/m. C,

0 0 temperatur 100 0 C didapatkan nilai 408,87 W/m. C, temperatur 110 C didapatkan nilai 411,31

0 0 W/m. 0 C, dan temperatur 120 C didapatkan nilai 416,62 W/m.

C. Berbeda dengan bahan kuningan dari temperatur 80°C didapatkan nilai 104,52 W/m. 0 C, temperatur 90°C didapatkan

0 nilai 113,58 W/m. 0 C, temperatur 100°C didapatkan nilai 119,32 W/m.

C, temperatur 110°C

0 didapatkan nilai 124,26 W/m. 0 C, temperatur 120°C didapatkan nilai 130,08 W/m.

C. Tujuan dari rancang bangun alat uji konduktivitas termal pada penelitian ini adalah untuk mengukur konduktivitas panas logam Tembaga dengan kuningan. Alat ini baik digunakan untuk mengetahui nilai konduktivitas suatu material.

Kata Kunci : Konduktivitas , Kuningan ,Tembaga

PENDAHULUAN

Perpindahan panas sangat penting di bidang rekayasa teknik dan aspek-aspek kehidupan. Sebagai contoh, tubuh selalu mengeluarkan panas ke lingkungan dan kenyamanan tubuh kita terkait dengan proses pembuangan panas didalam tubuh.

Mengingat pentingnya perpindahan panas ini didalam rekayasa teknik maka dilakukan penelitian Perbandingan Konduktivitas Logam untuk mengetahui studi perpindahan panas konduksi [2]. Pengetahuan akan suatu sifat bahan/material sangat diperlukan sekali karena merupakan suatu titik awal kemampuan bahan/material tersebut untuk menentukan karakteristik bahan/material yang akan digunakan. Hal ini erat hubungannya untuk mendapatkan keakuratan data yang lebih tinggi dalam mengetahui karakteristik bahan/material dengan menggunakan berbagai peralatan baru.

Perpindahan kalor ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedahan suhu diantara benda atau material. Ilmu perpindahan kalor tidak hanya mencoba menjelaskan bagaimana energi kalor itu berpindah dari suatu benda kebenda lain tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada kondisi-kondisi tersebut. Hal ini disebabkan karena pada waktu proses perpindahan itu berlangsung sistem tidak berada dalam keadaan seimbang. Ilmu perpindahan kalor melengkapi hukum pertama dan kedua Perpindahan kalor ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedahan suhu diantara benda atau material. Ilmu perpindahan kalor tidak hanya mencoba menjelaskan bagaimana energi kalor itu berpindah dari suatu benda kebenda lain tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada kondisi-kondisi tersebut. Hal ini disebabkan karena pada waktu proses perpindahan itu berlangsung sistem tidak berada dalam keadaan seimbang. Ilmu perpindahan kalor melengkapi hukum pertama dan kedua

DASAR TEORI

Definisi Kuningan

Kuningan adalah logam yang merupakan campuran dari tembaga dan seng. Tembaga merupakan komponen utama dari kuningan, dan kuningan biasanya diklasifikasikan sebagai paduan tembaga. Warna kuningan bervariasi dari coklat kemerahan gelap hingga ke cahaya kuning keperakan tergantung pada jumlah kadar seng. Seng lebih banyak mempengaruhi warna kuningan tersebut. Kuningan lebih kuat dan lebih keras daripada tembaga, tetapi tidak sekuat atau sekeras seperti baja. Kuningan sangat mudah untuk di bentuk ke dalam berbagai bentuk, sebuah konduktor panas yang baik, dan umumnya tahan terhadap korosi dari air garam. Karena sifat-sifat tersebut, kuningan kebanyakan digunakan untuk membuat pipa, tabung, sekrup, radiator, alat musik, aplikasi kapal laut, dan casing cartridge untuk senjata api.[8]

Definisi Tembaga

Warna coklat kemerah-merahan sifat dapat di tempa, liat baik untuk penghantar listrik dan kokoh. Tembaga digunakan untuk membuat suku cadang bagian listrik, radio penerangan dan alat dekorasi [4].

Diperoleh dari biji besi yang mengandung besi, timah hitam, seng dan sedikit mengandung perak dan emas. Sifat-sifat tembaga antara lain sifat mekanik baik, tahan korosi, daya hantar listrik dan panas lebih baik, mampu dikerjakan mesin, mudah disambung dengan solder maupun dilas, BD 8,9 dan titik cair 1,083° C, serta dapat digosok dan temperature tempa lebih rendah dibanding bahan-bahan dari logam ferro. Pada pengerjaan panas suhu yang diperlukan antara 800°C-900°C, seperti untuk rolling extension dan forging/tempa.[10]

Pengertian Konduktivitas Termal

Konduktifitas termal adalah suatu besaran intensif bahan yang menunjukan kemampuannya untuk menghantarkan panas maupun itu terhadap zat cair maupun zat padat,Panas yang di transfer dari satu titik ke titik lain melalui salah satu dari tiga metoda yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.Untuk meramalkan konduktivitas termal zat cair dan padat, ada teori-teori yang dapat digunakan dalam beberapa situasi tertentu tetapi pada umumnya, dalam hal zat cair dan zat padat terdapat banyak masalah yang masih memerlukan penjelasan

Perpindahan panas konduksi (hantaran) adalah perpindahan energi yangterjadi pada bagian yang bersuhu tinggi ke bagian yang bersuhu rendah didalam medium padat. Energi berpindah secara konduksi (conduction) atau hantaran dan bahwa laju perpindahan panas berbanding dengan gradien suhu normal.[5]

Gambar 1. Pengujian perpindahan panas

Konduktivitas termal adalah alat untuk mengukur nilai perpindahan panas suatu bahan.Pada dasarnya pengukuran konduktivitas dapat diketahui dengan menggunakan rumus yaitu

Dimana: Q = Laju aliran kalor (J)

2 K = Konduktivitas termal (W/m o · C)

A = Luas penampang (m 2 )

T = Temperatur ( o C) ∆𝑇 0 = Perbedaan temperatur bahan

standar ( o C) ∆𝑇 o

𝑋 = Temperatur bahan uji ( C) ∆𝐿 0 = Perbedaan jarak bahan Standar (m) ∆𝐿 𝑋 = Perbedaan jarak bahan uji (m) q 1 =q 2 =q 3

Diketahui : q 1 =q 3 = Laju perpindahan kalor bahan standar (q 0 ) q 2 = Laju perpindahan kalor bahan spesimen (q x ) Dari persamaan di atas didapat:

∆𝑇 0 = -K x. A ∆𝑇

dimana A 0 =A x

-k 0 =k x

∆𝐿 0 ∆𝐿 𝑥 ∆T 0

∆L 0

Untuk mencari temperatur rata-rata bahan standar: ∆T 1.2 +∆T 2.3 +∆T 7.8 +∆T ∆T 8.9

(T 1 −T 2 )+(T 2 −T 3 )+(T 7 −T 8 )+(T 8 −T 9 ∆T ) R =

Untuk mencari temperatur alat uji ( ∆T X ) bahan spesimen:

Untuk menentukan nilai konduktivitas termal (K x ) bahan :

K x = R .LX ∆T R . L .K R X Gambar alat uji konduktivitas termal bahan terlihat pada gambar berikut.

∆T

Gambar 2. Pengukuran Konduktivitas Termal Bahan

Bagian-bagian gambar alat uji konduktivitas termal bahan, berdasarkan gambar diatas adalah sebagai berikut :

5) Pompa aquarium

6) Bak penampung

7) Spesimen kuningan

8) Tembaga

9) Alas Teflon

10) Solder 100w

11) kabel termometer

12) Saklar

13) Terminal listrik

14) Lampu

Prosedur penelitian meliputi hal-hal sebagai berikut :  Pastikan semua kondisi peralatan dalam keadaan baik. Dari solder, spesimen, saklar, thermometer digital.

 Masukan spesimen uji diantara kedua tembaga dan disatukan menggunakan baut lalu dikencangkan.  Masukan kabel thermometer digital kedalam lubang yang sudah dibuat pada tembaga dan spesimen uji.  Sambungkan salah satu kabel thermometer digital pada ujung solder.

 Hidupkan pompa dan biarkan bersirkulasi secara terus-menerus.  Hidupkan elemen pemanas (solder).  Jika suhu yang sudah ditentukan/dicapai matikan solder.  Masukan data yang telah didapat dari tiap-tiap thermometer digital kedalam tabel

formulir pengujian.  Sebelum melekukan pengujian pada spesimen berikutnya biarkan alat tersebut dingin secara perlahan.  Lakukan pengujian berikutnya dari no 2 sampai 8. Untuk spesimen uji (spesimen 2

sampai 5).  Kemudian data yang sudah didapat pada tabel formulir pengujian dianalisa untuk mengetahui nilai konduktivitas termal yang didapat.

Pada pengujian konduktivitas termal mengunakan alat konduktivitas termal bahan ada beberapa hal yang perlu diperhitungkandiantaranya :

a) Temperatur rata-rata ∆T R bahan standar: ∆T 1.2 +∆T 2.3 +∆T 7.8 +∆T ∆T 8.9

(T 1 −T 2 )+(T 2 −T 3 )+(T 7 −T 8 )+(T 8 −T 9 ∆T )

b) Temperatur alat uji ( ∆T X ) bahan

Spesimen: ∆𝑇 4.5 +∆𝑇 ∆T 5.6

∆T X =

c) Nilai konduktivitas termal (K x ) bahan :

Dari hasil pengujian yang telah di lakukan terhadap spesimen uji Kuningan dengan Tembaga untuk mengetahui nilai konduktifitas termal dengan suhu bervariasi yaitu pada suhu

C , maka didapat data yang telah di rata-ratakan sebagai berikut :

ooo

80 o C, 90 C, 100 C, 110 C, 120

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pada Spesimen Kuningan

Tabel 2. Hasil Pengamatan Tembaga

Tabel 3. Hasil perhitungan Kuningan

Tabel 4. Hasil perhitungan Tembaga

Setelah di dapat data rata-rata spesimen tembaga pada tiap-tiap suhu maka data tersebut di olah untuk mengetahui nilai konduktivitas specimen Kuningan menggunakan alat uji konduktivitas termal bahan , berikut hasil pengujian konduktivitas termal pada suhu yang berbeda :

Hasil data perhitungan Kuningan

 Temperatur 80 0 C Temperatur Rata-rata ( ΔT R ) bahan standar

= 1.39 °C Temperatur alat uji ( ∆T X ) bahan specimen = 2.56 °C konduktivitas Termal (K x ) bahan = 104.52 w/m. °C

 Temperatur 90 0 C Temperatur Rata-rata ( ΔT R ) bahan standar

= 1.605 °C Temperatur alat uji ( ∆T X ) bahan specimen = 2.72 °C konduktivitas Termal (K x ) bahan = 113.58 w/m. °C

 Temperatur 100 0 C Temperatur Rata-rata ( ΔT R ) bahan standar

= 1.655 °C Temperatur alat uji ( ∆T X ) bahan specimen = 2.67 °C konduktivitas Termal (K x ) bahan = 119.32 w/m. °C

 Temperatur 110 0 C Temperatur Rata-rata ( ΔT R ) bahan standar

= 1.885 °C Temperatur alat uji ( ∆T X ) bahan specimen = 2.92 °C konduktivitas Termal (K x ) bahan = 124.26 w/m. °C

 Temperatur 120 0 C Temperatur Rata-rata ( ΔT R ) bahan standar

= 2.23 °C Temperatur alat uji ( ∆T X ) bahan specimen = 3.3 °C konduktivitas Termal (K x ) bahan = 130.08 w/m. °C

 Hasil data perhitungan Tembaga  Temperatur 80 0 C

Temperatur rata- rata (ΔT R ) bahan standar

= 2,54 0 C

Temperatur Alat Uji ( 0 ∆T X ) Bahan Spesimen = 1,2 C

Nilai Konduktivitas Thermal (K 0

x ) Bahan

= 393,02 W/m. C

 Temperatur 90 0 C Temperatur rata- 0 rata (ΔT

R ) bahan standar

= 2,61 C

Temperatur Alat Uji ( 0 ∆T

X ) Bahan Spesimen

= 1,24 C

Nilai Konduktivitas Thermal (K 0 x ) Bahan = 405,18 W/m. C

 Temperatur 100 0 C Temperatur rata-

rata (ΔT 0

R ) bahan standar

= 2,74 C

Temperatur Alat Uji ( ∆T X ) Bahan Spesimen

= 1,29 0 C

Nilai Konduktivitas Thermal (K 0

x ) Bahan

= 408,87 W/m. C

 Temperatur 110 0 C Temperatur rata- 0 rata (ΔT

R ) bahan standar

= 2,97 C

Temperatur Alat Uji ( 0 ∆T X ) Bahan Spesimen = 1,39 C

Nilai Konduktivitas Thermal (K 0 ) Bahan = 411,31 W/m. C

 Temperatur 120 0 C Temperatur rata- 0 rata (ΔT

R ) bahan standar

= 3,38 C

Temperatur Alat Uji ( 0 ∆T

X ) Bahan Spesimen

= 1,4 C

Nilai Konduktivitas Thermal (K 0

x ) Bahan

= 416,62 W/m. C

Pada pembahasan ini akan dijelaskan hubungan dari hasil perhitungan pengujian yang telah dilakukan,Temperatur rata- rata (ΔT R ) bahan standar, Temperatur Alat Uji ( ∆T X ) Bahan

Spesimen danNilai Konduktivitas Thermal (K x ) Bahan yaitu dengan cara melihat pada grafik hubungan nilai nilai tersebut.

 Grafik Konduktivitas Termal Kuningan Pada analisa pengukuran alat uji konduktivitas termal dengan spesimen kuningan.

Adapun pembahasan analisa grafik kuningan yang meliputi temperatur pengujian, temperatur rata- rata bahan standar (∆Tr), temperatur bahan uji (∆Tx), dan nilai konduktivitas termal bahan kuningan (Kx) dapat dilihat digrafik dibahwa ini :

Gambar 3. Perbandingan temperatur pengujian dengan temperat ur ∆Tr dan nilai konduktivitas

∆Tx

Gambar 4. Perbandingan temperatur pengujian dengan temperatur ∆Tr dan nilai konduktivitas

Kx

Gambar 5. Perbandingan temperatur pengujian dengan temperatur ∆Tx dan temperatur Kx

Dari hasil pengujian bahan kuningan didapatkan perhitungan dan kemudian perhitungan dimasukan kedalam grafik sehingga hasil data-data perhitungan nampak dengan jelas dan mudah untuk dibaca.

 Grafik Konduktivitas Termal Tembaga Pada analisa pengukuran Alat uji konduktivitas termal dengan spesimen tembaga.

Adapun pembahasan analisa grafik tembaga yang meliputi temperatur pengujian, temperatur rata-rata bahan standar ( ∆Tr), temperatur bahan uji (∆Tx), dan nilai konduktivitas termal tembaga (Kx) yang dapat dilihat digrafik dibahwa ini :

Gambar 6. Perbandingan temperatur pengujian dengan temperatu re ∆Tr dan nilai konduktivitas ∆Tx

Gambar 7. Perbandingan temperatur pengujian dengan t emperature ∆Tr dan temperatur Kx

Gambar 8. P erbandingan temperatur pengujian dengan temperature ∆Tx dan nilai konduktivitas Kx

Dari hasil pengujian baja Tembaga didapatkan perhitungan dan kemudian perhitungan dimasukan kedalam grafik sehingga hasil data-data perhitungan nampak dengan jelas dan mudah untuk membacanya.

 Grafik Hasil Konduktivitas Kuningan Dengan Tembaga

Pada analisa pengukuran alat uji konduktivitas termal dengan spesimen baja dan tembaga mendapatkan nilai konduktivitas termal dari tersebut dapat dilihat dengan menggunakan grafik yang ada dibawah ini :

Gambar 9. Hasil Konduktivitas Termal Kuningan dengan Tembaga

Perbedaan yang ditunjukkan pada hasil nilai konduktivitas termal dari spesimen baja dan tembaga dapat disimpulkan bahwa tembaga mempunyai nilai konduktivitas termal yang tinggi sesuai dengan penambahan temperatur sedangkan Kuningan nilai konduktivitas termal mengalami sedikit kenaikan seiring penambaan temperatur.

KESIMPULAN

Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari pengujian alat konduktivitas termal menggunakan bahan Kuningan dan tembaga yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya :

 Dari grafik konduktivitas termal dapat dilihat bahwa nilai konduktivitas termal kuningan naik seiring kenaikan temperatur dan begitu pula dengan tembaga nilai konduktivitas termalnya naik seiring kenaikan temperatur.

 Pada temperatur 100˚C nilai konduktivitas kuningan 119,32 W/m.°c. Nilai rata-rata ini berada sedikit diluar kisaran nilai konduktivitas termal referensi kuningan yaitu 128

W/m.°c, kemungkinan komposisi yang tidak sama dengan referensi.  Nilai konduktivitas Tembaga pada temperatur 100˚C yaitu 408,87 W/m.°c, lebih tinggi

dibandingkan nilai konduktivitas kuningan pada temperat ur 100˚C yaitu 119,32 W/m.°c.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arif Mulianto. “Perbandingan Konduktifitas Tembaga,Baja Dan Alumunium”: Teknik Mesin, Universitas Mataram. [2] Afdhal Kurniawan Mainil .2012. ”Kaji Eksperimental Alat Uji Konduktivitas Termal Bahan”: Teknik Mesin, Universitas Bengkulu. [3] Bamabang Yunianto.2008. “Pengujian Konduktivitas Termal Material Padat Silinder Untuk Kondisi Steady Satu Dimensi Menggunakan Akuisisi Data”: Teknik Mesin, Universitas Diponegoro.

[4] Dedi Yanto. “Analisis Pengaruh Perlakuan Panas Quenching Terhadap Konduktivitas Termal Baja Aisi 315”., Angkatan 2005., Teknik Mesin. Stiteknas Jambi. [5] J.P.Holman. 1997. Perpindahan Kalor.,6 nd Jilid 2., Jakarta: Erlangga. [6] nd Mark W.Zemansky Dan Richard H.Dittman.1986. Kalor Dan Termodinamika., 6

Bandung : Institut Teknologi Bandung. [7] Penuntun Laboratorium Fenomena Dasar Mesin. 2003. Padang : Universitas Bung Hatta. [8] Untung Nugroho., “Pengaruh Struktur Mikro Dan Kandungan Karbon Pada Kekerasan Coran Kuningan”., Angkatan 2010., Teknik Mesin. Universitas Guna Darma.

[9] www/http://bukankopipaste.blogspot.com [10] www/http://purwaningsiheka44.blogspot.com/2012/11/tembaga.html Diakses tanggal 28

Mar 2015 jam 8.20

PENGARUH JARAK MATA PISAU MESIN CACAH TERHADAP HASIL PENCACAH PELEPAH SAWIT UNTUK PAKAN TERNAK SAPI

M.Ficky Afrianto, Afrizal, Hendri Hermawan

Jurusan Teknik Mesin STITEKNAS Jambi Jln.Kapten BakarudinNo.45 Sipin Ujung jambi Telp.(0741)669501 Email:hendri.hermawan55@yahoo.co.id

Abstrak

Melalui proses pencacahan/pemotongan, dan untuk menghasilkan cacahan yang baik, untuk itu di rancang suatu pisau pencacah. Pisau yang di buat merupakan alat yang di gunakan untuk mencacah pelepah sawit yang biasanya para petani tidak memanfaatkan pelepah tersebut.Mesin ini di rancang agar para petani tahu atau mengerti bahwa pelepah sawit dapat di manfaatkan sebagai makanan ternak terutama sapi dan mempermudah para peternak sapi bahkan pelepah yang di olah atau di cacah juga bisa di buat pupuk kembali untuk tanaman sawit dan di permentasikan untuk di jadikan biogas.Pisau ini di buat dengan menggunakan tiga variasi dengan jarak 3cm,5cm, dan 6cm. Dimana dari tiga variasi tersebut hasil cacahan pisau dengan jarak 3cm lebih baik di bandingkan dengan jarak mata pisau yang 5cm dan 6cm namun dari hasil jarak mata pisau yang 3cm tidak bisa untuk di jadikan pakan ternak karena terlalu halus ternak tersebut kurang lahap memakan hasil cacahan yang 3cm dan ternak lebih lahap dengan hasil cacahan yang 5cm karna tidak terlalu kasar atau pun halus.Dari percobaan 1 menit, pelepah sawit yang di hasilkan mata pisau dengan jarak 3cm adalah 4,8 kg/menit, 8 % sedangkan jarak mata pisau yang 5cm yaitu 5,2 kg/menit 8,66 % dan mata pisau yang 6cm yaitu 5,6 kg/menit 9,33 % sehingga dapat di simpulkan bahwa mata pisau dengan jarak 3cm dan dengan mesin diesel 7,5Hp dengan daya putaran motor 2600rpm lebih efesien di bandingkan mata pisau dengan jarak 5cm dan 6cm karena lebih halus dan efesien.

Kata Kunci : Pisau,Kapasitas,Efesiensi

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Pelepah yang harus dipangkas setiap tahunnya mencapai 8,6 ton per hektar kebun, dan saat ini sebagian besar belum dimanfaatkan. Salah satu pemanfaatan yang potensial adalah menjadikannya sebagai sumber pakan ternak sapi pedaging [9].

Pelepah kelapa sawit banyak terdapat dalam ladang kelapa sawit sebagai bahan buangan semasa aktiviti-aktiviti pencatasan pelepah atau semasa penuaian buah sawit. banyak pelepah kelapa sawit diperoleh dari ladang-ladang sawit di seluruh daerah. Penggunaan Pelepah kelapa sawit memberi kebaikan kepada persekitaran ladang, di samping dapat menyumbang ke arah pembangunan aktibiti-aktibiti ekonomi. Ia memberi potensi yang amat baik bagi meningkatkan pertumbuhan industri penternakan daerah [8].

Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa [7].

DASAR TEORI

Definisi Baja

Baja adalah bahan dasar vital untuk industri. Semua segmen kehidupan, mulai dari peralatan dapur, transportasi, generator pembangkit listrik, sampai kerangka, gedung, dan jembatan menggunakan baja.

Logam yang biasa dipergunakan untuk berbagai keperluan pada umunya adalah logam paduan, Baja merupakan logam paduan antara logam atau unsur besi dengan unsure karbun. Berdasarkan kandungan karbonnya, paduan tersebut dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu, baja dan besi cor. Fasa-fasa yang stabil yang terbentuk pada kondisi kesetimbangan dapat ditunjukkan dengan diagram kesetimbangan fasa besi-besi karbida atau besi-karbon [4].

1. Baja karbon rendah Baja karbon rendah (low carbon steel)mengandung karbon antara 0,025% – 0,25% C.

setiap satu ton baja karbon rendah mengandung 10 – 30 kg karbon. Baja karbon ini dalam perdagangan dibuat dalam plat baja, baja strip dan baja batangan atau profil. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung dalam baja,maka baja karbon rendah dapat digunakan atau dijadikan baja-baja sebagai berikut:

a) Baja karbon rendah ( low carbon steel ) yang mengandung 0,04 % - 0,10% C untuk dijadikan baja – baja plat atau strip.

b) Baja karbon rendah yang mengandung 0,05% C digunakan untuk keperluan badan-badan kendaraan.

c) Baja karbon rendah yang mengandung 0,15% - 0,20% C digunakan untuk konstruksi jembatan, bangunan, membuat baut atau dijadikan baja konstruksi.

d)

2. Baja Karbon Menengah Baja karbon menengah (medium carbon steel) mengandung karbon antara 0,25% - 0,55%

C dan setiap satu ton baja karbon mengandung karbon antara 30 – 60 kg. baja karbon menengah ini banyak digunakan untuk keperluan alat-alat perkakas bagian mesin. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung dalam baja maka baja karbon ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk keperluan industri.

3. Baja Karbon Tinggi (high carbon steel) Baja karbon tinggi (high carbon steel) mengandung kadar karbon antara 0,56% -1,7% C

dan setiap satu ton baja karbon tinggi mengandung karbon antara 70 –130kg. Baja ini mempunyai kekuatan paling tinggi dan banyak digunakan untuk material tools. Salah satu aplikasi dari baja ini adalah dalam pembuatan kawat baja dan kabel baja. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung didalam baja maka baja karbon ini banyak digunakan dalam pembuatan pegas, alat-alat perkakas seperti Palu, gergaji atau alat potong. selain itu baja jenis ini banyak digunakan untuk keperluan industry lain seperti pembuatan kikir, pisau cukur, mata gergaji dan lain sebagainya[4].

METODOLOGI

Gambar Alat Pengujian

Keterangan 1. Cover/ Tabung

2. Poros 3. Pulley 4. V- Belt 5. Lobang Keluaran 6. Mesin Pengerak 7. Rangka

Komponen Mata Pisau

Proses pencacahan pelepah sawit ini terlebih dahulu di lakukan persiapan bahan. Pada rumah pencacah terdapat tiga mata pisau. Poros berfungsi sebagai tempat melekatnya mata pisau untuk mencacah bahan.

Mata pisau ini searah dengan putaran motor listrik. Pada penelitian ini jarak 3cm,5cm dan 6cm Perlakuan berbagai sudut kemiringan mata pisau pada mesin pencacah pelepah sawit mekanis memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kapasitas olah,kapasitas hasil,serta persentase kerusakan bahan. Rumus perhitungan mata pisau yaitu:

1. Efisiensi Mata Pisau (%) Ƹ= Hasil Pencacahan (kg)

x100%..................[3]

waktu (second)

Rumus 3.1 Efesiensi

2. Kapasitas Q (Kg/menit)

Rumus 3.2 Kapasitas

3. Kecepatan potong 𝑉=

Dimana: V = kecepatan potong (m/menit) π = konstanta seharga (3,14)...............[3]

d = diameter n = kecepatan putar poros utama (rpm) Rumus 3.3 Kecepatan Potong

4. Perhitungan Torsi (N.mm)

Rumus : T = 9,74.10

Dimana:T = momenpuntir(N.mm).........[3] P d = daya rencana (HP) n 1 = putaran motor penggerak (rpm) Rumus 3.4 Perhitungan Torsi

Gambar Desain Mata Pisau

Mata pisau berfungsi untuk mencacah bahan organik menjadi potongan-potongan kecil. Pencacahan yang baik harus menggunakan mata pisau yang tajam. Hal ini dapat mempercepat pemotongan bahan dan membutuhkan tenaga yang lebih kecil. Disain rangkaian pisau yang spiral memungkinkan mesin pencacah pelepah basah dan kering sekaligus.

Untuk pemilihan mata pisau kita tentukan sendiri, mata pisau yang dipakai mengunakan mata pisau baja yang biasanya dipakai mesin sugu kayu. Utuk pemasangan mata pisau dipasang secara zig- zak, dengan satu lingkaran empat pisau.

Pemilihan material dan bentuk mata pisau pada mesin pencacah pelepah sawit harus benar- benar diperhatikan, karena pisau pencacah tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencacahan pelepah sawit.

Mata pisau direncanakan dibuat dari plat baja yang memiliki ketebalan 0,4cm dengan panjang 21cm dan lebar 2,5 cm. untuk mata pisau kita membuat sendiri sesuai dengan kebutuhan dan keguanaan, disamping itu kita bias memilih bahan yang sesuai, jadi tidak harus mata pisau yang sudah ada. Setelah itu plat baja dibentuk menjadi mata pisau sesuai yang diinginkan [5]

Pembuatan Mata Pisau

Di dalam pengerjaan mata pisau ini terdapat beberapa tahapan-tahapan yang harus di laksanakan yaitu:

1) Pemilihan bahan untuk mata pisau harus memiliki tingkat kekerasan yang baik.[5]

2) Lakukan perlakuan panas pada mata pisau dengan Quenching (system pendinginan produk baja secara cepat dengan cara penyemprotan air pada penclupan serta peredam produk

yang masih panas kedalam air atau oli)

3) Potong mata pisau sesuai dengan ukuran dengan panjang 21cm, lebar 2,5cm, tebal 0,4cm.

4) Kemudian sambungkan mata pisau dengan poros pisau menggunakan media las listrik.

5) Gerinda sisa-sisa dari pengelasan.

6) Kemudian asah mata pisau dengan menggunakan gerinda atau batu asah (ungkal) agar ketajaman dari mata pisau lebih baik.

PEMBAHASAN

Tabel 1 Pengaruh Jarak Mata Pisau Terhadap Kapasitas (Kg/Menit)

Tabel 2 Pengaruh Jarak Mata Pisau Terhadap Kapasitas (Kg/Jam)

Tabel 4.3 Efesiensi Berdasarkan Jarak Mata Pisau (%)

Efisiensi MataPisau (%)

 Jarak mata pisau 3cm Ƹ= Hasil Pencacahan (kg)

x100%..................[3]

waktu (second)

Ƹ= 4,8(kg) x100%

60(second)

 Jarak mata pisau 5cm Ƹ= Hasil Pencacahan(kg)

x100%..................[3]

waktu (second)

Ƹ= 5,2(kg) x100%

60(second)

Ƹ=8,66 %  Jarak mata pisau 6cm

Ƹ= Hasil Pencacahan (kg)

x100%.................[3]

waktu (second)

Ƹ= 5,6(kg) x100%

60(second)

Kapasitas (Q)

 Pisau dengan Jarak 3 cm

Q=Hasil cacahan(kg/jam) ..........[3]

Q = 288 ( kg/jam).

Q = 4,8 kg/menit

 Pisau dengan jarak 5 cm

Q=Hasil cacahan(kg/jam) ..........[3]

Q = 312 ( kg/jam).

Q = 5,2 kg/menit

 Pisau dengan jarak 6 cm

Q=Hasil cacahan(kg/jam) 1𝑗𝑎𝑚 ..........[3]

Q = 336 ( kg/jam).

Q = 5,6 kg/menit

Kecepatan potong (V)

𝑉= π.d.n

Dimana:

V = kecepatan potong (m/menit) π = konstanta seharga (3,14)...........[3]

d = diameter poros (cm) n = kecepatan putar poros utama (rpm)

penyelesaian : 𝑉=

3,14x.3,8x2600

V = 31,0232 m/menit

Perhitungan Torsi (N.mm)

Rumus : T = 9,74.10

Dimana : T= momen puntir(N.mm)........................[3]

P d = daya rencana (HP) n 1 = putaran motor penggerak (rpm)

penyelesaian : T = 9,74.10

T =2809,62 N.mm

 Grafik Perbandingan Hasil Pencacahan

Dari grafik di atas dapat di simpulkan bahwa menggunakan mata pisau dengan jarak 3cm mendapatkan hasil sebesar 13,9 kg dan jarak mata pisau 5cm mendapatkan hasil sebesar 15,1 kg dan jarak mata pisau 6cm mendapatkan hasil 16,3 kg. Jadi kesimpulan dari grafik di atas bahwa semakin menggunakan mata pisau yang mempunyai jarak yang kecil hasilnya semakin menurun karena jarak mata pisau tersebut terlalu kecil jaraknya sehingga prosesnya semakin lambat dan sebaliknya semakin besar jarak mata pisau semakin cepat pula hasil pencacahan tersebut.

 Grafik Perbandingan Efesiensi Mata Pisau

Dari grafik di atas dapat di simpulkan bahwa mata pisau dengan jarak 3cm mendapatkan hasil efesiensi sebesar 8 % ,dan mata pisau dengan jarak 5cm mendapatkan hasil efesiensi sebesar 8,66 % ,dan mata pisau dengan jarak 6 cm mendapatkan hasil efesiensi sebesar 9,33 %.

Jadi kesimpulan dari grafik di atas adalah semakin besar hasil efesiensi mata pisau tersebut semakin keras pula mata pisau tersebut bekerja. karena jarak mata pisau sangat mempengaruai proses pencacahan.dan semakin jauh jarak mata pisau semakin ringan pula proses pencacahan.

 Grafik Hasil Rata-rata Kapasitas Produksi (Kg/Jam)

Dari grafik di atas dapat di simpulkan bahwa menggunakan mata pisau yang berjarak 3cm mendapatkan hasil sebanyak 280 kg/ jam dan mata pisau dengan jarak 5cm mendapatkan hasil sebanyak 300 kg/ jam dan mata pisau dengan jarak 6cm mendapatkan hasil sebesar 324 kg/ jam jadi dari grafik di atas dapat di simpuklakan bahwa semakin kecil jarak mata pisau semakin sedikit hasil produksinya dan sebaliknya semakin besar jarak mata pisau semakin pula besar produksinya.

Hasil Perhitungan Data Analisa

Pada analisa jarak mata pisau mesin pencacah pelepah sawit untuk di jadikan pakan ternak ada beberapa hal utama yang harus di perhatikan terlebih dahulu beberapa hasil perhitungan yang sesuai dengan perencanaan seperti perihtungan pisau,dimana dalam analisa pisau yang di gunakan di uji serta di bandingkan dengan jarak mata pisau yang lain guna mendapatkan hasil pencacahan pelepah sawit yang optimal dan hasil yang diinginkan. Penjelasan mata pisau dapat dilihat pada hasil peritungan di bawah ini :

 Hasil perhitungan pertama dengan ukuran jarak mata pisau 3cm

a. Panjang mata pisau = 21 cm

b. Lebar mata pisau = 2,5 cm

c. Tebal mata pisau

= 0,4 cm

d. Jarak mata pisau = 3cm

e. Kapasitas produksi = 280 kg/jam

f. Efesiensi mata pisau

g. Panajang hasil cacahan= 0,3cm

 Hasil perhitungan kedua dengan ukuran jarak mata pisau 5cm

a. Panjang mata pisau = 21 cm

b. Lebar mata pisau = 2,5 cm

c. Tebal mata pisau = 0,4 cm

d. Jarak mata pisau = 5cm

e. Kapasitas produksi = 300 kg/jam

f. Efesiensi mata pisau

g. Panjang hasil cacahan = 0,6cm

 Hasil perhitungan ketiga dengan ukuran jarak mata pisau 6cm

a. Panjang mata pisau = 21 cm

b. Lebar mata pisau = 2,5 cm

c. Tebal mata pisau = 0,4 cm

d. Jarak mata pisau = 6cm

e. Kapasitas produksi = 324 kg/jam

f. Efesiensi mata pisau

g. Panjang hasil cacahan = 1cm

 kecepatan mata pisau, efesiensi dan hasil pencacahan

1. Kecepatan mata pisau sangat berpengaruh terhadap hasil potong karena hasil potong tersebut dimanfaatkan kembali untuk di jadikan pakan ternak jika kecepatan mengalami

penurunan maka hasil yang di dapat tidak sempurna. susunan mata pisau yang di gunakan berbantuk segitiga karena lebih efesien dan mendapatkan hasil yang memuaskan dan proses pencacahannya lebih kuat dan kencang di bandingkan dengan persegi dan persegi panjang, jika menggunakan persegi maka hasil cacahannya kurang bagus karena akan mengalami pelilitan pada poros, susunan mata pisau ini lebih bagus di gunakan pada proses pencacahan rumput gajah,dan jika menggunakan persegi panjang maka hasil pencacahannya kurang teratur atau rapi.

2. Efesiensi mata pisau hasil pencacahan sangat berpengaruh pada saat proses pemotongan karena dapat mengetahui hasil potong, efesien mata pisau ini menjelaskan, bekerjanya mata pisau saat proses pemotongan, bahwa proses pemotongan mata pisau yang berjarak

3cm mendapatkan hasil 8 % hasil ini menujukan bahwa mata pisau jarak 3cm bekerja extra keras.Dapat simpulkan bahwa semakin kecil persenya semakin sulit pemotonganya karena jarak sangat berpengaruh terhadap hasil potong. Jadi kesimpulan adalah semakin besar hasil efesiensi mata pisau tersebut semakin keras pula mata pisau tersebut bekerja.karena jarak mata pisau sangat mempengaruai proses pencacahan.dan semakin jauh jarak mata pisau semnkin ringan pula proses pencacahan,seperti mata pisau 5cm dan 6cm.

3. Dari hasil proses pencacahan pelapah sawit mata pisau dengan jarak 5cm mendapatkan hasil 5,2kg,seharusnya mendapatkan lebih dari 5,2kg dimana sisa pemotongan

tersebut,Tetinggal di dalam kover pada saat proses pencacahan dan berserakan ketika proses pemotongan sehingga hasilnya kurang sesuai dari yang di rencanakan, Jadi kesimpulannya bahwa semakin menggunakan mata pisau yang mempunyai jarak yang kecil hasilnya semakin menurun karena jarak mata pisau tersebut terlalu kecil jaraknya sehingga prosesnya semakin lambat dan sebaliknya semakin besar jarak mata pisau semakin cepat pula hasil pencacahan tersebut,sehingga hasil mata pisau yang 5cm dan 6cm hasilnya semakin sedikit karena jaraknya terlalu jauh atau berongga. Dari hasil produksi kg/jam bahwa menggunakan mata pisau yang berjarak 3cm mendapatkan hasil sebanyak 280 kg/ jam dan mata pisau dengan jarak 5cm mendapatkan hasil sebanyak 300 kg/ jam tersebut,Tetinggal di dalam kover pada saat proses pencacahan dan berserakan ketika proses pemotongan sehingga hasilnya kurang sesuai dari yang di rencanakan, Jadi kesimpulannya bahwa semakin menggunakan mata pisau yang mempunyai jarak yang kecil hasilnya semakin menurun karena jarak mata pisau tersebut terlalu kecil jaraknya sehingga prosesnya semakin lambat dan sebaliknya semakin besar jarak mata pisau semakin cepat pula hasil pencacahan tersebut,sehingga hasil mata pisau yang 5cm dan 6cm hasilnya semakin sedikit karena jaraknya terlalu jauh atau berongga. Dari hasil produksi kg/jam bahwa menggunakan mata pisau yang berjarak 3cm mendapatkan hasil sebanyak 280 kg/ jam dan mata pisau dengan jarak 5cm mendapatkan hasil sebanyak 300 kg/ jam

 Komponen

1. Pemilihan jarak mata pisau yang bagus pemotongannya yaitu 3cm tetapi ternak lebih lahap makan dengan hasil jarak mata pisau yang 5cm, karena jarak mata pisau yang berjarak

3cm hasilnya lebih halus sehingga ternak kurang lahap memakannya dan yang mata pisau berjarak 5cm hasilnya tidak terlalu halus dan agak kasar sehingga ternak lebih suka dan lahap memakannya. Sehingga dapat di simpulkan semakin kasar hasilnya ternak semakin lahap.

2. Material mata pisau yang di gunakan adalah material baja karbon tinggi karena mengandung kadar karbon antara 0,56% - 1,7% C dan setiap satu ton baja karbon tinggi

mengandung karbon antara 70-130 kg, karena baja lebih teruji kekuatannya di bandingkan material yang lainnya, Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung didalam baja maka baja karbon ini banyak digunakan dalam pembuatan pegas, alat-alat perkakas seperti Palu, gergaji atau alat potong. selain itu baja jenis ini banyak digunakan untuk keperluan industry lain seperti pembuatan kikir, pisau cukur, mata gergaji dan lain sebagainya dibandingkan dengan almunium pasti akan bengkok karena pelepah sawit sangat keras dan ulet,dan jika memaki besi pasti akan mudah tumpul dan tidak tahan lama meskipun besi juga bisa di gunakan.

3. Diameter poros yang di dapat adalah 3,8cm sehingga poros yang di rencanakan aman karena dari perhitungan yang di dapat tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan

geser yang di izinkan dengan menggunakan selongsong agar dapat di bongkar dan di pasang mata pisau yang berbeda-beda yaitu 5cm dan 6cm

KESIMPULAN

Dari hasil analisa jarak mata pisau mesin pencacah pelepah sawit untuk di jadikan pakan ternak hasilnya sebagai berikut :

1. Jarak mata pisau yang efektif adalah mata pisau yang berjarak 5cm karena mendapatkan hasil cacahan yang sesuai.sehingga ternak lebih lahap memakannya dari pada mata pisau

yang berjarak 3cm dan 6 cm.

2. Material mata pisau yang di yang di gunakan adalah baja karbon tinggi (high carbon steel) karena mengandung kadar karbon antara 0,56% -1,7% C dan setiap satu ton baja karbon tinggi mengandung karbon antara 70 – 130 kg sehingga baja teruji kekuatan dan

keuletannya.

3. Susunan matapisau yang tepat adalah susunan yang berbantuk segitiga karena lebih efesien dan mendapatkan hasil yang memuaskan dan proses pencacahannya lebih kuat dan

kencang di bandingkan dengan persegi dan persegi panjang.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Daryanto,2013. Teknik Las, Alvabeta.Bandung [2]. Shigley.J.E,1994. Perancangan Teknik Mesin.Erlangga.Bandung [3]. Sato.G.T.dan Hartanto.S.N.2008.Menggambar Mesin.PT.Pratnya Paramita.Jakarta [4]. Ir.Gunawan.R.2008.Tabel Profil Kontruksi Baja.Kanisius Yogjakarta.

[5]. Sularso dan Suga.K,2002.Dasar Perencanaan Dan Pemeliharaan Elemen Mesin.Pradnya Paramita.Jakrta [6]. Utomo.M, 2011.Pelepah Sawit Sebagai Makanan Ternakan. Jawa Barat [7]. Surya,2000.Pelepah Daun Sawit Untuk Pakan Ternak Sapi. Indonesia [8]. Stiteknas Jambi,2014. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.Sekolah Tinggi Teknologi

Nasional.Jambi [9]. Sinaga. F.A, Dkk.2014. Rancang Bangun Mesin Pencacah Pelepah Kelapa Sawit Untuk Pakan Ternak Sapi Kapasitas 500kg/Jam. Politeknik Negeri Medan. [10]. Afriyanto.M. 2012. Perancangan Mesin Pencacah Rumput Pakan Ternak. Universitas Negeri Yogyakarta. [11]. Purwono.H. Dkk. 2013. Modifikasi Mesin Pencacah Jerami. Universitas Diponegoro. Semarang. [12]. Hidayat.M, Dkk. Mesin Pencacah Hijauan Ternak. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. [13]. Armanto. E, Dkk. Rancang Bangun Mesin Pencacah Jerami Dengan Kapasitas 25 Kg/ Jam.Poli Teknik Negeri Semarang. [14]. Yamin.M, Dkk. 2008. Perancangan mesin pencacah sampah type crusher. Universitas Gunadarma. [15]. Napitupulu.R, dkk. Rancang bangun mesin pencacah sampah plastik. Politeknik negeri bangka Belitung [16]. Arif.S.2014. Rancang Bangun Mesin Pencacah Rumput Gajah. Universitas Hasanuddin. [17]. Sa’diyah.H, Dkk. 2015. Aplikasi Mesin Pencacah Dan Fermentasi Jerami Dalam

Produksi Kompos Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Universitas Jember. [18]. Lutfi.M, Dkk. 2010. Rancang Bangun Perajang Ubi Kayu Pisau Horizontal. Universitas Brawijaya [19]. Bulan.R, Dkk. Perancangan Mesin Pencacah Dan Pengempa Pelepah Kelapa Sawit. [20]. Andasuryani. 2009. Membangun Mesin Pencacah Rumput GajahUntuk Peningkatan

Efektivitas Konsumsi Pakan Ternak Sapi.Universitas Andalas. [21]. Gunawan.I. 2009. Perencanaan Mesin Dan Analisa Statik Rangka Mesin Pencacah Rumput Gajah. Universitas Gunadarma. Jakarta [22]. Febriani.R. Evaluasi Teknis dan Ekonomis Mesin Pencacah Pelepah Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Kompos. Rancangan BBP MEKTAN

ANALISA KUALITAS TERHADAP PENERAPAN KARTU OBSERVASI KESELAMATAN KERJA DI JABUNG FIELD – PCJL

Diana Chandra Dewi dan Putra Najuantah

Staf Dosen tetap Prodi Teknik Industri Stiteknas Jambi

ABSTRAK

Jabung Safety Observation and Communication (JSO and C) card adalah program observasi keselamatan kerja di lapangan Jabung (Jabung Field) - PCJL. Program ini menuntut peran aktif seluruh karyawan untuk salingmengobservasi guna menghilangkan tindakan-tindakan tidak aman (unsafe action)antar pekerja, sejalan dengan statistik yang menunjukkan bahwa kecelakaan kerja 85% disebabkan oleh tindakan yang tidak aman (unsafe action) yang dilakukan oleh manusia (Heinrich, 1950) dan penelitian Dupont Group menyatakan bahwa kontribusi tindakan tidak aman manusia terhadap kecelakaan kerja adalah 96%. Intinya, bila unsur manusianya berperilaku baik maka semua fungsi-fungsi keselamatan akan berjalan sesuai koridornya, tetapi sebaliknya bila berperilaku buruk walaupun perusahaan menggunakan standard teknis yang tinggi tidak akan berguna menciptakan lingkungan kerja yang aman dari resiko kecelakaan kerja. Ternyata dalam pelaksanaannya, ditemukan adanya penyimpangan dimana fokus observasi tidak terhadap tindakan-tindakan atau perilaku yang tidak aman yang mana tentunya berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai berupa penghilangan unsafe action yang merupakan dasar penyebab kecelakaan kerja.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat kualitas/mutu terhadap pelaksanaan program kartu JSO and C menggunakan metoda statistical process control yang direpresentasikan lewat grafik peta kendali – P dan untuk mengetahui besaran penyimpangan yang terjadi. Tahapan penelitian terdiri atas: pengambilan sampel, pemeriksaan sampel, penghitungan sampel cacat, uji kecukupan data, perhitungan statistical process control, peta kendali – P, analisa peta kendali-P dan hasil penelitian.

Kata kunci: JSO and C, observasi, tindakan tidak aman, mutu, statistical process control

PENDAHULUAN Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Jamsostek bahwa selama tahun 2012 setiap hari ada 9 pekerja peserta jamsostek yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja, yang mana meningkat lima puluh persen dibanding tahun sebelumnya yang mencatat hanya 6 orang meninggal akibat kecelakaan kerja. Selain itu Jamsostek mencatat total 103.000 kasus kecelakaan kerja pada tahun yang sama. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan negara Eropa hanya sebanyak

Keselamatan kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan, karena dampak kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian-kerugian yang tidak hanyamerugikan karyawan, tetapi juga memiliki dampak terhadap perusahaan baik itu secara langsung maupun tidak langsung serta kerugian ekonomis lainnya.

Jabung Safety Observation and Communication (JSO and C) card adalah program observasi keselamatan kerja yang digagas oleh manajemen PCJL dimana teknis penerapan serta rancangannya disesuaikan dengan karakteristik dan metode kerja operasi perusahaan khusus untuk lapangan Jabung (Jabung Field). Perusahaan menyadari besarnya potensi bahaya yang dapat timbul dari segala aktifitas yang dilakukan mulai dari hulu ke hilir, yang bilamana tidak mendapat perhatian khusus akan menyebabkan kecelakaan kerja yang bisa merenggut korban jiwa (fatality). Tentunya yang menjadi target program ini adalah unsur manusia yang merupakan operator atau pelaksana semua aktifitas perusahaan. Sejalan dengan statistik yang menunjukkan bahwa kecelakaan kerja 85% disebabkan oleh tindakan yang tidak aman (unsafe action) yang dilakukan oleh manusia (Heinrich, 1950), bahkan dalam penelitian Dupont Group di peroleh data bahwa kontribusi tindakan tidak aman manusia terhadap kecelakaan kerja adalah 96%. Bila unsur manusianya berperilaku baik maka semua fungsi-fungsi keselamatan akan berjalan sesuai koridornya, tetapi sebaliknya bila berperilaku buruk walaupun perusahaan menggunakan standard teknis yang tinggi tidak akan berguna menciptakan lingkungan kerja yang aman dari resiko kecelakaan kerja.

Secara tidak langsung melalui program JSO and C mengedukasi pekerja untuk selalu menjiwai nilai-nilai K3 sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari lingkup pekerjaan yang dilakukan serta membiasakan pekerja untuk melakukan identifikasi bahaya pekerjaan sebagai salah satu langkah pencegahan kecelakaan kerja. Program observasi JSO and C ini berdasarkan perilaku individu guna mencapai tingkatan tertinggi keselamatan kerja dimana para pekerja mampu untuk mengambil tindakan yang diperlukan guna merubah perilaku individu lainnya berkaitan dengan keselamatan kerja, selain itu juga mengembangkan keahlian dalam mengamati dan berkomunikasi sehingga bisa mengambil langkah positif untuk memastikan tempat kerja yang lebih aman guna meningkatkan kinerja keselamatan dan komunikasi yang lebih baik di tempat kerja.

Secara sederhana, mekanisme pelaksanaan program ini dengan mewajibkan setiap pekerja untuk mengamati tindakan-tindakan pekerja lainnya dalam beraktifitas dan mencatat temuan yang didapati ke dalam kartu observasi JSO and C setelah sebelumnya mengkomunikasikan temuan tersebut dengan pekerja bersangkutan.Baik itu temuan yang telah memenuhi aturan K3 maupun yang tidak memenuhi aturan K3 (tindakan tidak aman). Setiap bulannya kartu ini akan dikumpulkan, diinventarisasi dan dilaporkan ke Departemen HSSE untuk pemeriksaan dan pencatatan semua temuan untuk selanjutnya dilaporkan kepada Manajemen. Program observasi ini memfokuskan pada pengamatan dan komunikasi terhadap pekerja mengenai perilaku yang aman dan bukan terhadap mesin, perlengkapan, peralatan, fasilitas dan akomodasi atau yang tercakup ke

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi/ taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja (Dewi, 2006).

Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja dibuat berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya. Program keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain (Ramli, 2010).

Menurut Soehatman Ramli(2010), pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Induksi K3 Induksi K3 yaitu pelatihan yang diberikan sebelum seseorang mulai bekerjaatau memasuki tempat kerja. Pelatihan ini ditujukan untuk pekerja baru, pindahan, mutasi, kontraktor dan tamu yang berada di tempat kerja.

2. Pelatihan Khusus K3 Pelatihan ini berkaitan dengan tugas dan pekerjaan masing-masing pekerja. Misalnya pekerja di lingkungan pabrik kimia harus diberi pelatihan mengenai bahan-bahan kimia dan pengendaliannya.

3. Pelatihan K3 Umum Pelatihan K3 umum merupakan program pelatihan yang bersifat umum dan diberikan kepada semua pekerja mulai level terbawah sampai manejemenpuncak. Pelatihan ini umumnya bersifat awareness yaitu untuk menanamkan budaya atau kultur K3 di kalangan pekerja. Misalnya pelatihan mengenai dasar K3 dan petunjuk keselamatan seperti keadaan darurat dan pemadam kebakaran

Program Kartu Keselamatan Jabung Safety Observation & Communication (JSO and C)

Program JSO and C adalah salah satu program perusahaan PCJL diantara beragam program K3 lainnya yang didesain manajemen PCJL sebagai salah satu sarana untuk melatih para pekerjanya melakukan observasi berdasarkan perilaku individu lainnya guna mencapai tingkatan tertinggi keselamatan kerja. Pijakan program ini berlandaskan:

1. Teori domino Heinrich dalam bukunya The accident Prevention mengungkapkan bahwa: “ 88% of all accidents are caused by unsafe acts of people, 10% by unsafe actions and 2% by “acts of God”

Dokumen yang terkait

UJI EFEKTIVITAS BENZALKONIUM KLORIDA KONSENTRASI 0,001% DENGAN pH 5 (Terhadap Aktivitas Bakteri Staphylococcus aureus)

10 193 21

Pola Mikroba Penyebab Diare pada Balita (1 bulan - 5 tahun) dan Perbedaan Tingkat Kesembuhan Di RSU.Dr.Saiful Anwar Malang (Periode Januari - Desember 2007)

0 76 21

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENGHAPUSAN ATAS MEREK DAGANG "SINKO" DARI DAFTAR UMUM MEREK OLEH DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (Studi Putusan Pengadilan Niaga No. 03/Merek/2001/PN.Jkt.Pst)

0 23 75

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN PERKAWINAN AKIBAT ADANYA HUBUNGAN NASAB (Studi Putusan No. 1136/Pdt.G/2006/PA.Lmj) STUDY JURIDICAL TO MARRIAGE ANNUALMENT CONSEQUENCE OF EXISTENCE LINEAGE (Study of Decision No. 1136/Pdt.G/2006/PA.Lmj)

1 45 18

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di 5 Posyandu Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan Karawang Tahun 2013

9 81 153

The Effectiveness of Computer-Assisted Language Learning in Teaching Past Tense to the Tenth Grade Students of SMAN 5 Tangerang Selatan

4 116 138

TGS 5 PENGAWASAN RAMALAN PENJUALAN

0 33 4

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY DI KELAS VB SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

7 63 30