Laporan Praktikum Dasar Ilmu Tanah Apr

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR - DASAR ILMU TANAH

Disusun Oleh:
Nama
: Apriliane Briantika Louise
Nim
: A1L013055
Rombongan : 1
Asisten
: Zulfa Ulinnuha

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas

berkat-Nya akhirnya laporan praktikum dasar-dasar ilmu tanah dapat diselesaikan. Sejak
partama kali mendengar mata kuliah dasar-dasar ilmu tanah, penulis merasa sedikit kaget,
mengapa mendapat mata kuliah ini? namun, setelah melakukan praktikum dasar-dasar
ilmu tanah penulis sadar akan pentingnya tanah bagi kehidupan manusia. Apalagi jika
dilihat dari sector social ekonominya. Dari mata kuliah dan praktikum, penulis dapat
mengetahui banyak hal tentang tanah, atau setidaknya mengetahui bagaimana memilih
tanah yang baik bagi usahatani dan manfaat-manfaat lain.

Purwokerto, Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………….....
Kata Pengantar ……………………………………………………………….....
Daftar Isi ……………………………………………………………………......
BAB II. Penetapan Kadar Air Tanah ……………………….…………….….....
2.1. Pendahuluan ……………………….…………………………....
2.2. Tinjauan pustaka ………………………………........................

2.3. Metodepraktikum …………………………………………….....
2.4 Hasil dan pembahasan ……...…………………………………....
2.5 Kesimpulan dan saran …………………………………………...
2.6 Daftar pustaka …………………………………….…………......
BAB. III. Derajat Kerut Tanah ……………………………...............…….....
3.1 Pendahuluan…………………………………………...………....
3.2 Tinjauan pustaka………………………........................………..
3.3 Metode praktikum………………………………...…………......
3.4 Hasil dan pembahasan………………………………...………....
3.5 Kesimpulan dan saran…………………………………………....
3.6 Daftar pustaka ………………………………………………......
BAB IV. Pengamatan Dengan Indra
4.1 Pendahuluan……………………….............................................
4.2 Tinjauan pustaka………………………………………..............
4.1 Pendahuluan………………………………………....................
4.2 Tinjauan pustaka ..................................................................
4.3 Metode praktikum …………………………………...................
4.4 Hasil dan pembahasan ………………………………................
4.5 Kesimpulan dan saran ………………………………….............
4.6 Daftar pustaka ……………………………………….................

BAB V. Pengenalan Profil Tanah ……………………………........................
5.1Pendahuluan .......................…………………………………….
5.2 Tinjauan pustaka …...........................………………………….
5.3 Metode praktikum …...................………………………………
5.4 Hasil dan pembahasan …..............................………………….
5.5 Kesimpulan dan saran .........................…………………………
5.6 Daftar pustaka

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA II
PENETAPAN KADAR AIR TANAH

Nama
NIM
Rombongan
Asisten

Disusun Oleh:

: Apriliane Briantika Louise
: A1L013055
:1
:

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh
unik yang menutupi batuan. Tanah berfungsi sebagai media tumbuh tanaman. Selain itu,
tanah mempunyai peranan penting dalam siklus hidrologi. Kondisi tanah menentukan
jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan tanah. Jadi tidak
hanya berperan sebagai media pertumbuhan tanaman tetapi juga sebagai media pengatur
air. Analisis tanah membantu penyelidikan produktivitas dan penentuan tindakan

pengolahan tanah. Hal ini dibutuhkan karena kondisi setiap tanah berbeda-beda bergantung
pada proses pembentukannya. Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (pedogenesis) maupun kegiatan manusia (metapedogenesis).
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari air tanah. Air
diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain untuk
memenuhi transpirasi, dalam proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat serta untuk
pengangkut hasil-hasil fotosintesisnya ke seluruh jaringan tubuh. Disamping itu air
merupakan bagian penyusunan tubuh tumbuhan. Air tanah berfungsi sebagai pelarut unsur
hara dalam tanah. Air tanah dan unsur hara ini membentuk larutan tanah. Air tanah yang
berfungsi membawa unsur hara ke permukaan akar tumbuhan. Di dalam jaringan/tubuh
tumbuhan air ini juga yang berperan mengangkut unsur hara yang diserap akar keseluruh
tubuh tumbuhan.

Fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu memperoleh air
dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar tanaman. Jumlah air yang
diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang menyerap air cepat dan
meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah ke bawah.

B. Tujuan
Menetapkan kadar air contoh tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar air

maksimum tanah dengan metode gravimetri (perbandingan massa air dengan massa
padatan tanah) atau disebut berdasarkan % berat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada lajur/zona
jenuh air (zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan ,
yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian
meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.
Air tanah adalah salah satu faset dalam daur hidrologi, yakni suatu peristiwa yang selalu
berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer;
penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan,
pencurahan, pelonggokan dalam tanih atau badan air dan penguapan kembali (Hakim,
1986).
Dari daur hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air
permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk
bentuk topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta
manusia yang berada di permiukaan. Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan
berinteraksi. Setiap aksi (pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan
memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya (Agus, 2009).

Hubungan warna tanah dengan kandungan bahan organik di daerah tropika sering tidak
sejalan dengan di daerah beriklim sedang ( Amerika, Eropa). Tanah-tanah merah di
indonesia banyak yang mempunyai kandungan bahan organik lebih dari satu persen, sama
dengan kandungan bahan organik tanah hitam mollisol di daerah beriklim sedang
(Hardjowigeno, 1987).

Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilahistilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti
tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang penuh terisi
dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum terisi penuh. Jadi
yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan dengan
oven yang bersuhu 105oC hingga diperoleh berat tanah kering yang tetap.Dua fungsi yang
saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu memperoleh air dalam tanah dan
pengaliran air yang disimpan ke akar-akar tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah
sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air
yang diterima dipermukaan tanah ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor luar seperti jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun
(Wahyu, 2009).
Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air
(moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain
dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya

menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih
mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat (Hardjowigeno, 1987).
Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air
dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang
diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah. Dalam pertanian, tanah diartikan
lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil
pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme (vegetasi atau

hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula
udara dan air. Di samping percampuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam
proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horison-horison. Oleh
karena itu, dalam definisi ilmiahnya tanah (soil) adalah kumpulan dari benda alam di
permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan
mineral, bahan organik, air, dan udara (Hardjowigeno, 2007).
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya
sekitar 3 - 5 persen. Akan tetapi pengaruhya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Bahan
organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus atau humus.
Tanah yang banyak mengandung humus adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil
(Hardjowigeno, 2007).
Udara mengisi pori pori tanah. Banyaknya pori-pori di dalam tanah kurang lebih 50%

dari volume tanah, sedangkan jumlah air dan udara di dalam tanah berubah-ubah. Udara
mengisi pori-pori yang tidak terisi oleh air (Hardjowigeno, 2007). Air terdapat dalam tanah
karena ditahan/ diserap oleh masa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena
keadaan drainase yang kurang baik. Komposisi air di dalam tanah kurang lebih 25%. Air
yang diserap oleh tanaman di samping berfungsi sebagai komponen sel-selnya, juga
berfungsi sebagai media reaksi pada hampir seluruh proses metabolismenya yang apabila
telah diuapkan melalui mekanisme transpirasi, yang bersama-sama dengan penguapan dari
tanah sekitarnya (evaporasi) disebut evapotranspirasi. Kebutuhan akan air dipengaruhi oleh
jenis tanamannya (Hanafiah, 2005).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
1. Alat
-

Botol timbang

- Serbet


-

Timbangan analitis

- Kertas Saring

-

Keranjang kuningan

- Open

-

Cawan tembaga porus

- Tang Penjepit

-


Bejana seng

- Eksikator

-

Kertas label

- Bak Perendam

-

Spidol

- Pipet Ukur 2 mm

2. Bahan
-

Tanah kering angin

B. Prosedur Kerja
1. Kadar air tanah kering angin (udara)
a. Botol timbang dan penutupnya dibersihkan, diberi label, lalu ditimbang.
b. Botol timbang diisi dengan contoh tanah kering angin yang berdiameter 2mm,
kurang lebih setengahnya, di tutup, lalu di timbang kembali.
c. Dimasukan ke dalam oven dengan keadaan tutup terbuka, pengovenan
dilakukan pada suhu 105-110° C selama minimal 4 jam.
d. Setelah selesai, botol timbang ditutup kembali dengan menggunakan tang
penjepit, lalu dimasukan ke dalam eksikator selama 15 menit.
e. Botol timbang di ambil satu per satu dengan menggunakan tang penjepit untuk
di timbang dengan timbangan yang sama
Kadar Air =

(b – c)

x 100 %

(c – a)
2. Kadar Air Kapasitas Lapang (Metode Pendekatan)
a) Keranjang kuningan dibersihkan, diberi label, ditimbang
b) Keranjang kuningan yang telah ditimbang diletakan ke dalam bejana seng
c) Tanah kering angin Ø 2mm dimasukkan ke dalam keranjang kuningan setinggi
2,5 cm secara merata tanpa ditekan
d) Teteskan air sebanyak 2 mL dengan pipet ukur secara perlahan-lahan pada 3
titik tanpa bersinggungan (1 titik = 0,67mL), bejana ditutup, letakkan ditempat
yang teduh dan diamkan selama 15 menit.

e) Keranjang kuningan dikeluarkan dari bejana seng, di ayak hingga tertinggal 3
gumpalan, lalu hitung ditimbang denagn rumus
Kapasitat Lapang =

2

x 100 % + Ka

b – (a+2)
3. Kadar Air Maksimum Tanah
a. Cawan tembaga porus dan petridis dibersihkan dan diberi label secukupnya
b. Pada dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi air dengan
menggunakan botol semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan serbet (lap),
dimasukkan kedalam petridis kemudiaan di timbang ( a = gram)
c. Cawan tembaga poros dikeluarkan dari petridis, isi dengan contoh tanah halus (
Ø 0,5 mm) kurang lebih ⅓ nya, cawan diketuk-ketuk perlahan sampai
permukaan tanahnya rata, Contoh tanah halus ditambahkan ⅓-nya dengan jalan
yang sama sampai cawan tembaga porus penuh dengan tanah. Kelebihan tanah
diatas cawan diratakan dengan colet
d. Cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu batu
dibawahnya agar air bebas masuk ke dalam cawan tembaga porus. Perendaman
dilakukan selama 12-16 jam
e. Setelah waktu perendaman selesai, cawan tembaga porus diambil dari bak
perendam. Permukaan tanah yang mengembang diratakan dengan colet,
dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan kedalam cawan petridis yang
digunakan pada waktu penimbangan pertama, lalu ditimbang (= b gram)

f. Cawan tembaga porus dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suhu
105-110°C
g. Setelah waktu pengovenan selesai, cawan diangkat dengan tang penjepit dan
dimasukkan kedalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu diambil dengan
tang penjepit kemudian ditimbang beratnya (= c gr)
h. Tanah yang ada di dalam cawan tembaga porus dibuang, cawan tembaga porus
dibersihkan denan kuas, dialasi dengan petridis yang sama lalu ditimbang
beratnya (= d gram)
Kadar Air Maksimum=

(b – c) – (c – d) x 100%
(c – d)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Jenis tanah
Tabel 1

: ENTISOL
: Tanah Kering Udara

Ulangan

Botol Timbang
Kosong (a gram)

(a) + contoh tanah
(b gram)

(b) setelah di
oven (c gram)

Kadar air Tanah
kering udara
(%)

Ka 1

22, 76

29, 93

28, 90

16, 77 %

Ka 2

22, 80

29, 49

29, 03

7, 38 %

Ka 3

22, 47

30, 08

29, 69

5, 4 %

Rata – rata
❖ Ka 1 = 29, 93 – 28, 90

x 100 %

28, 90 – 22, 76

9, 85 %
=

1,03 x 100 %
6,14

= 16, 77 %
❖ Ka 2 = 29, 49 – 29,03

x 100 %

29, 03 – 22, 80

= 0, 46 x 100%
6, 23
= 7, 38 %

❖ Ka 3 = 30, 08 – 29,69 x 100%
29, 69 – 22, 47

= 0, 39 x 100 %
7, 22
= 5, 4%

-

Rata – rata = Ka 1 + Ka 2 + Ka 3

= 16, 77 + 7, 38 + 5, 4

3

3
= 9, 85 %

Tabel 2

: Kapasitas Lapang

Ulanga
n

Keranjang Kuning
Kosong (a gram)

(a) + Gumpalan Tanah
Basah (b gram)

Kadar Kapasitas
Lapang (%)

KL - 1

70, 34

79, 98

36, 02 %

KL – 2

78, 61

90, 94

29, 21 %

Rata – rata

32, 615 %

❖ Kapasitas Lapang 1 =

2

x 100 % + 9, 85 %

79, 98 – ( 70, 34 + 2)
= 26, 17 % + 9, 85 %
❖ Kapasitas Lapang 2 =

= 36, 02%

2

x 100 % + 9, 85

90, 94 – ( 78, 61 + 2)
= 19, 36 % + 9, 85 %
= 29, 21 %
-

Rata – Rata

= 36,02 + 29, 21
2
= 32, 615 %

Tabel 3
Ulangan

KAM - 1

: Kadar Air Maksimum
Cawan + Kertas
(a) + Tanah
Saring Jenuh +
Basah Jenuh Air
Petridish (a g)
(b g)

92, 93

158, 74

(b) setelah
dioven 24 jam
(c g)

Petridish + Cawan +
Kertas Saring setelah
dioven (d g)

128, 68

91, 32

KAM -2

91, 92

166, 64

129, 79

Rata - rata

❖ KAM 1=

92, 44
86, 785 %

( b – a) – ( c – d ) x 100 %
(c–d)
= ( 158, 74 – 92, 93 ) – ( 128, 68 – 91, 32) x 100 %
( 128, 68 – 91, 32)

=

65, 81 – 37, 36 x 100 %
37, 36

= 76, 15 %
❖ KAM 2 = ( 165, 64 – 91, 90 ) – ( 129, 29 – 92, 44 )
( 129, 79 – 92, 44)
= 73, 74 – 37, 35 x 100 %
37, 35
=

36, 39

x 100 %

37, 35
= 97, 42 %
-

Rata – rata = 76, 15 + 97, 42 _
2

= 86, 785 %

B. Pembahasan
Penetapan kadar air tanah dapat dilakukan dengan cara menentukan kadar air tanah
kering angin (udara) dan menentukan kadar air kapasitas lapang. Dalam menentukan kadar
air tanah kering, pengovenan sangat berfungsi sekali. Pengovenan digunakan untuk
mengurangi massa air dalam suatu tanah. Eksikator juga sangat perlu dalam menentukan
kadar air tanah berguna untuk mendinginkan suatu tanah setelah dilakukan pengovenan
selama lebih dari 4 jam. Pengovenan dilakukan pada suhu 105-110 oC agar mendapatkan
hasil pengovenan yang baik (Hardjowigeno, 1987).
Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan gravitasi,
maka air tanah dibedakan menjadi :
1. Air Higroskopis
Air higroskopis adalah adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat
digunakan tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara tanah
dengan air. Air hidroskopik merupakan selimut air pada permukaan butir-butir tanah
(Hardjowigeno, 2007).
2. Air Kapiler
Air kapiler adalah bagian air tanah yang ditahan oleh tanah, yang terletak diantara
kapasitas lapang dan koefisien higroskopis. Air kapiler ini mengisi pori-pori tanah.
Air kapiler dapat berasal dari hasil infiltrasi air dari permukaan tanah kemudian
meresap ke dalam tanah dan tertahan diatara butir tanah karena pengaruhgayakapiler
tanah atau bisa juga berasal dari air dalam tanah (dari zona jenuh) yang naik ke atas

melalui pori-pori tanah akibat pengaruhgayakapiler tanah.

Besarnya air kapiler

dalam tanah akan sangat tergantung pada sifat fisik tanah (Hasan, 2011).
Air kapiler dibedakan menjadi:
a. Kapasitas lapang, yaitu air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air gravitasi
turun semua. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air atau setelah
hujan lebat tanah dibiarkan selama 48 jamsehingga air gravitasi sudah turun
semua. Pada kondisi kapsitas lapang, tanah tanah mengandung air yang
optimum bagi tanaman,karena pori makro berisi udara sedangkan pori mikro
seluruhnya berisi air. Kandungan air pada kapasitas lapang ditahan dengan
tegangan 1/3 atm atau pada pF 2,54.
b. Titik layu permanen, yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan menyebabkan
tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman mulai layu dan jika hal
ini dibiarkan maka tanaman akan mati. Pada titik layu permanen, air ditahan
pada tegangan 15 atm atau pada pF 4,2. Titik layu permanen disebut juga
sebagai koefisien layu tanaman.
3.

Air Gravitasi
Air gravitasi adalah bagian dari air tanah yang tidak dapat ditahan oleh tanah dan
mengalir secara bebas karena pengaruh gaya gravitasi.Jumlah air yang ditahan oleh
tanah setelah air gravitasi habis disebut air kapasitas lapang, dengan besarnya
tekanan sekitar 1/3 atmosfer (Hasan, 2011).

Kadar air kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang
menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik
gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar-akar
tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering. Dalam penetapan
kadar air kapasitas lapang, prinsip kerja yang dilakukan dengan menggunakan metode
pendekatan. Jenis tanah yang digunakan dalam penetapan kadar air kapasitas lapang adalah
tanah andisol, ultisol, inseptisol, vertisol, entisol. Jenis tanah tersebut memiliki kadar air,
sifat kimia dan sifat fisik yang berbeda. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi
air atau setelah hujan lebat, tanah dibiarkan selama 48 jam, sehingga air gravitasi turun
semua. Pada kondisi kapasitas lapang, tanah mengandung air yang optimum bagi tanaman,
karena pori makro berisi udara, sedangkan poli mikro berisi seluruhnya air. Kandungan air
pada kapasitas lapang ditahan dengan tegangan 1/3 atm atau pada pF 2,54 (Hakim, 1986).
Kadar air maksimum suatu jenis tanah ditentukan oleh daya hisap matriks atau
partikel tanah, kedalaman tanah dan pelapisan tanah (Hakim, 1986). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar air tanah antara lain :
a. Banyaknya curah hujan atau air irigasi
b. Kemampuan tanah menahan air
c. Besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan vegetasi)
d. Tingginya muka air tanah
e. Kadar bahan organik tanah
f. Kenyawa kimiawi atau kandungan garam-garam
g. Kedalaman solum tanah atau lapisan tanah

(Hardjowigeno, 2007).

Berdasarkan data yang kami peroleh pada percobaan Tanah Kering Udara pada tanah
Entisol mempunyai kadar air tanah kering udara berturut-turut pada ulangan I, II, dan III
adalah 16, 77 % , 7, 38 % dan 5, 4 % dengan rata-rata 9, 85 %. Tanah entisol terjadi pada
bahan aluvium yang muda. Kemungkinan ekuivalensinya adalah tanah aluvial, regosol,
dan tanah glei humus rendah. Tanah ini umumnya mempunyai tebal solum tanah tidak
lebih dari 25 cm. Tanah ini berwarna kelabu, coklat atau coklat kekuning-kuningan sampai
keputih-putihan. Strukturnya adalah lepas atau butir tunggal, sedang teksturnya pasir
sampai lempung berdebu, konsistensinya lepas atau teguh dan keras atau pejal bila
memadat (Mulyani, 2001).
Kandungan unsur haranya banyak bergantung dari bahan induk tadi, tetapi biasanya
miskin akan hidrogen. Entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam atau bumi tidak
dengan horison, kecuali mungkin lapis bajak. Beberapa Entisol, mempunyai horison
plaggen, agrik atau horizon E (albik); beberapa mempunyai batuan beku yang keras dekat
permukaan Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum membentuk horison
pedogenik yang nyata. Tanah-tanah ini dicirikan oleh kenampakan yang kurang muda dan
tanpa horison genetik alamiah, atau juga mereka hanya mempunyai horison-horison
permulaan (Suryadi, 2001).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Tinggi rendahnya kapasitas lapang tergantung pada jenis tanah dan ruang pori-pori
total pada setiap jenis tanah berbeda. Penetapan kadar air kapasitas lapang dipengaruhi
oleh kapasitas tempat tersebut, massa air di dalam suatu tanah dan kelembapan. Tinggi
rendahnya kadar air maksimum tergantung juga pada jenis tanah, sebab tanah juga
mempunyai tekstur yang berbeda pula tergantung jenis tanah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, 1987. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta.
Hardjowigeno. S., 2007. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.
. Diakses tanggal 27 Maret 2014.
Haryanto, 2011. Tanah-Tanah Utama Dunia. Lephas. Makassar.
Herlambang, 1996. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Mulyani, 2001. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Munir, Moch, 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. PT Dunia Pustaka Jaya :
Suryadi, 2001. Dasar Ilmu Tanah. Tim Dosen Malang.
Wahyu, 2009). Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.

Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA III
DERAJAT KERUT TANAH

Disusun Oleh:
Nama

: Apriliane Briantika Louise

Nim

: A1L013055

Rombongan

:1

Asisten

: Zulfa Ulinnuha

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah dalam pertanian mempunyai peranan sebagai media tumbuh tanaman dalam hal
tempat akar memenuhi cadangan makanan, cadangan nutrisi (hara) baik yang berupa ionion organik maupun anorganik. Selanjutnya melalui daun dirubah menjadi persenyawaan
organik sepeti karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan
manusia dan hewan. Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan
kesuburan tanah baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik
adalah bahan pemantap agregat tanah. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK)
berasal dari bahan organik.
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi
kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah
berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka derajat
kerut tanah makin kecil. Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan
anorganik, bahan organik, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari
golongan fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat. Tanah yang mengandung pasir sifatnya
sukar diolah sedangkan semakin berat tanahnya (liat tinggi) semakin besar derajat
kerutnya. Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah untuk
mengetahui kandungan bahan organik dalam tanah tersebut.

B. Tujuan
Mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan membandingkan
besarnya derajat kerut antar jenis tanah yang diamati.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam
horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air, dan udara yang
merupakan media untuk tumbuhnya tanaman. Secara fisik tanah mineral merupakan
campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara dan air. Masing - masing fraksi
mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda beda. Bahan anorganik secara garis besar dibagi
atas golongan fraksi tanah yaitu :
1. Dominasi fraksi pasir (0, 05mm – 2, 00mm), bersifat tidak plastis dan tidak liat, daya
menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih
banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasiran relatif baik.
Fraksi pasir menyebabkan terbentuknya sedikit pori-pori makro (dari 5.700 partikel
per g tanah terbentuk sekitar 1.400 pori makro), sehingga luas permukaan yang
disentuh bahan menjadi sangat sempit (hanya 4 cm 2 per g tanah), sehingga daya
pegangnya terhadap air sangat rendah. Kondisi ini menyebabkan air dan udara
mudah masuk keluar tanah, hanya sedikit air yang tertahan. Pada kondisi lapangan,
sebagian besar ruang pori terisi oleh udara , sehingga pori-pori makro disebut juga
popri aerasi atau dari segi kemudahannya dilalui air disebut juga sebagai pori
drainase.
2. Dominasi fraksi liat ( 0, 002 mm – 0.05) sebenarnya merupakan pasir mikro dan
sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi
yang cukup baik. Fraksi ini menyebabkan terbentuknya banyak pori-pori mikro (dari

90.250,853 juta

partikel

/g tanah terbentuk sekitar 22.500 juta pori mikro ) sehingga luas

permukaan sentuhnya menjadi sangat luas (8 juta cm2/g tanah, hampir 200.000 kali
liat, sehingga daya pegang tehadap air sangat kuat). Kondisi ini menyebabkan air
yang masuk ke pori-pori segera terperangkap dan udara sulit masuk. Pada kondisi
lapangan, sebagian besar ruang pori terisi air, sehingga pori-pori mikro ini disebut
juga pori kapiler.
3. Dominasi fraksi debu (< 0, 002 m) berbentuk mika atau lempeng, bila dibasahi amat
lengket dan sangat plastis, sifat mengembang dan mengerut yang besar. Bila kering
menciut dan banyak menyerap energi panas, bila dibasahi terjadi pengembangan
volume dan terjadi pelepasan panas yang disebut sebagai panas pembasahan (heat of
wetting). Fraksi ini akan menyebabkan terbentuknya pori-pori meso dalam jumlah
sedang (dari 5,776 juta partikel per g tanah terbentuk sekitar 1.250 pori meso)
sehingga luas situs sentuhnya menjadi cukup luas (454 cm 2 per gtanah), mengasilkan
daya pegang terhadap air yang cukup kuat. Hal ini menyebabkan air dan udara cukup
mudah masuk keluar tanah, sebagian air akan tertahan, di lapangan , sebagian besar
ruang pori terisi oleh udara dan air dalam jumlah yang seimbang, sehiungga pori-pori
meso termasuk juga pori drainase, sehingga cukup permeable (Hanafiah, 2005).
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi
kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.Selain itu bahan organik tanah, bahan
organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah
maka derajat kerut tanah makin kecil. Tanah yang mengandung pasir sifatnya sukar diolah
sedangkan semakin berat tanahnya (liat tinggi) semakin besar derajat kerutnya.

Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah untuk mengetahui
kandungan bahan organik dalam tanah tersebut (Foth, 1988).
Fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda. Tanah yang banyak
mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah untuk diolah, mudah untuk
merembeskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Adapun faktor- faktor yang
mempengaruhi derajat kerut pada tanah adalah Berat ringannya tanah akan menentukan
derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.
Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan
organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil (Hardjowigeno, 2010).
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, organik, udara,
dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri atas golongan fraksi tanah yaitu pasir,
debu, dan liat. Masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda.
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut pada tanah adalah Berat ringannya
tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar
derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin
tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil
(Poerwowidodo, 1991).
Entisol adalah tanah yang belum berkembang dan banyak dijumpai pada tanah dengan
bahan induk yang sangat beragam, baik dari jenis, sifat maupun asalnya. Beberapa contoh
entisol antara lain berupa tanah yang berkembang dari bahan alluvial muda berlapis-lapis
tipis, tanah yang berkembang di atas batuan beku dengan solum dangkal atau tanah yang
bekembang pada kondisi yang sangat basah atau sangat kering (Munir, 1995).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
1. Alat
-

Botol semprot

-

Air

-

Cawan porselin

-

Colet

-

Cawan dakhil

-

Jangka sorong

-

Serbet / lap pembersih

2. Bahan
● tanah halus (< 0, 5 mm)
B. Prosedur Kerja
1. Tanah halus diambil secukupnya, dimasukkan ke dalam cawan porselin,
ditambah air dengan menggunakan botol semprot, lalu diaduk secara merata
dengan colet sampai pasta tanah menjadi homogen.
2. Pasta tanah yang sudah homogen tadi dimasukkan ke dalam cawan dakhil
yang telah diketahui diameternya dengan menggunakan jangka sorong
(diameter awal).

3. Cawan dakhil yang telah berisi pasta tanah tersebut dijemur dibawah terik
matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2
jam sekali sampai diameternya konstan (diameter akhir).
Perhitungan :
Derajat kerut = diameter awal – diameter akhir x 100 %
Diameter awal

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
No

1

2

3

4

5

Jenis Tanah

Entisol

Vertisol

Andisol

Inseptisol

Ultisol

Pengamatan ke :
1

2

3

4

5

Ø1

3, 34

3, 19

3, 0

3, 0

Ø2

3, 21

3, 16

3, 15

3, 15

X

3, 275

Ø1

3, 65

3, 6

2, 95

2, 85

2, 85

Ø2

3, 85

3,25

2, 95

2, 75

2, 75

X

3, 75

Ø1

3, 8

3, 75

3, 75

Ø2

3,95

3, 55

3, 55

X

3, 875

Ø1

3, 15

2, 84

2,21

Ø2

3, 26

2, 28

2,28

X

4, 78

Ø1

3, 35

3, 19

3, 05

2, 91

2, 91

Ø2

3, 35

3, 15

2, 94

2, 91

2, 91

X

3, 35

3, 17

2, 99

2, 91

2, 91

3, 075

4,225

5,525

3, 35

❖ Derajat Kerut = Diameter awal – diameter akhir x 100 %
Diameter awal
➢ Entisol

= 3, 275 – 3, 075 x 100 %

= 6, 10 %

3, 275
➢ Vertisol

= 3, 75 – 4, 225 x 100 %

= 12, 6 %

3, 75
➢ Andisol

= 3, 875 – 5, 525 x 100 %

= 5, 806 %

3, 875
➢ Inseptisol

= 4, 78 – 3, 35 x 100 %
4, 78

= 29, 95 %

➢ Ultisol

= 3, 35 – 2, 91 x 100 %

= 13, 13 %

3, 35
B. Pembahasan
Entisol adalah tidak adanya perkembangan profil yang nyata. Entisol memiliki
kejenuhan basa bervariasi dari asam, netral sampai alkalin, kapasitas tukar kation < 20,
tekstur kasar berkadar bahan organik dan N lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang
bertekstur halus, hal ini disebabkan oleh karena kadar air yang rendah dan kemungkinan
oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah dari
sisa bahan organik dari pada tanah yang lebih halus. Meskipun tanah ini kaya akan unsur
hara kecuali N akan tetapi unsur ini belum mengalami pelapukan. Untuk mempercepat
pelapukan diperlukan pemupukan bahan organik (Soepardi, 1983).
Percobaan derajat kerut tanah pada acara 3 ini adalah tanah Entisol, pengamatan
dilakukan pada 2 wadah yaitu cawan I dan cawan II yang berisi tanah Entisol yang
sebelumnya telah diolesi vaseline agar saat penjemuran tanah yang mengkerut tidak
menempel pada cawan. Dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari, dan diamati setiap
2 jam sekali. Dilakukan pengukuran sebanyak 2 kali. Pada pengukuran pertama, cawan I
dan cawan II mempunyai diameter 3,34 dan 3, 19 cm. Pada pengukuran kedua, tanah pada
cawan I berdiameter 3,21 cm dan cawan II berdiameter 3,16 cm. Disini terlihat berdasar
percobaan Entisol memiliki derajat kerut 6, 10 %. Entisol hanya ditemukan di daerahdaerah dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 8˚C.

Entisol memiliki kejenuhan basa

bervariasi dari asam, netral sampai alkalin, kapasitas tukar kation < 20 (Hardjowigeno,
2010).
Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan entisol adalah sebagai berikut:
a. Iklim yang sangat kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia berjalan sangat

lambat
b. Erosi yang kuat dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak dari

yang dibentuk melalui proses pembentukan tanah. Banyak terdapat dilereng-lereng
curam
c. Pengendapan terus menerus menyebabkan pembentukan horizon lebih lambat dari

pengendapan. Terdapat misalnya di daerah dataran banjir disekitar sungai, delta,
lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi, bukit pasir pantai
d. Immobilisasi plasma tanah menjadi bahan-bahan inert, misalnya flokulasi bahan-bahan

oleh karbonat, silika dan lain-lain (Hardjowigeno, 2010).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari pengamatan dan pembahasan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa suatu
tanah semakin tinggi kandungan liatnya, maka semakin besar derajat kerut tanah, dan tanah
Entisol merupakan tanah yang agak kasar, membentuk gulungan dan mengandung sedikit
liat. Selain itu, bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan
bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Foth, Henry. 1988. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. UNILA : Lampung.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan
Pertanian Bogor. Bogor.

Institut

Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Soepardi, 1983. Pergerakan Unsur Hara Nitrogen Dalam Tanah. Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Unversitas Sumatera Utara.

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA IV
PENGAMATAN TANAH DENGAN INDERA

Nama
Nim
Rombongan
Asisten

Disusun Oleh:
: Apriliane Briantika Louise
: A1L013055
:1
: Zulfa Ulinnuha

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh alam ini dapat berdifferensiasi membentuk horizon-horizon mineral maupun
organik yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifatnya dengan bahan induk yang
terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik maupun
kehidupan biologinya. Tanah merupakan medium alam untuk untuk pertumbuhan tanaman.
Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya.
Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman melalui daun dirubah menjadi
persenyawaan organic seperti karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain yang amat berguna
bagi kehidupan manusia dan hewan.
Dengan bertambah majunya peradaban manusia yang sejalan dengan perkembangan
pertanian dan disertai perkembangan penduduk yang begitu pesat, memaksa manusia mulai
menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk pertanian sebagai mata
pencaharian pokok pada waktu itu.

Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang

sangat penting ada konsep sebagai media alami bagi pertimbuhan tanaman. Bila kota-kota
besar berkembang tanah menjadi penting sebagai bahan rekayasa guna mendukung jalanjalan dan bangunan-bangunan. Pada saat ini tanah lebih banyak lagi mendukung fungsi
rekayasa, termasuk untuk menimbun bahan-bahan bangunan. Konsep tanah sebagai bahan
rekayasa dikaitkan dengan tanah sebagai selimut batuan yang telah mengalami pelapukan
atau regolith.

Dalam tanah terdiri dari empet komponen utama ialah bahan mineral, bahan organik,
udara dan air tanah. Jenis tanah ada bermacam-macam, berbeda-beda menurut keadaan
alamnya yang bertujuan untuk melengkapi pengetahuan, sehingga sifat-sifat dan hubungan
hal-hal tersebut di atas mungkin lebih mudah diingat dan dimengerti untuk tujuan tertentu.
Tujuan akhir klasifikasi adalah kepuasan maksimum dari keinginan manusia yang
tergantung pada penggunaan tanah, untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan
pengetahuan dalam mengetahui sifat fisik tanah seperti warna tanah, tekstur tanah, struktur
tanah, konsistensi tanah.

B. Tujuan
Menetapkan warna dasar beberapa jenis tanah dengan menggunakan buku Munsell
Soil Color Chart, menetapkan tekstur tanah ,menetapkan struktur tanah, menetapkan
konsistensi berbagai jenis tanah dalam keadaan basah, lembab, dan kering.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai
dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras dan
penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus
akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsure-unsur hara tanaman, semuanya erat
hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi meliputi warna tanah, tekstur tanah,
konsistensi dan struktur tanah.
1.

Warna Tanah
Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab
perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh perbedaan kandungan bahan
organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah semakin gelap. Warna
tanah ditentukan dengan menggunakan warna-warna dalam buku Munsell Soil Color
Chart ( Hardjowigeno, 2010).
Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan
jumlahnya, (2) kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan tingkat
hidratasi. Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat
menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan beragam
warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah menjadi
merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah
makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik tanah

maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi
atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap
(kelam). Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan dengan kedudukan terhadap
permukaan air tanah, yang ternyata mengarah ke warna reduksi (gleisasi) yaitu warna
kelabu biru hingga kelabu hijau (Madjid, 2009).
Warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna warna baku yang terdapat dalam
buku Munsell soil Color Chart. Dalam warna baku ini warna disusun oleh tiga variabel
yaitu :
● Hue : adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya.
Dalam buku Munsell Soil Color Chart, hue dibedakan menjadi 5R, 7,5R, 10R,
2,5YR, 5YR, 7,5YR, 10YR, 2,5Y, 5Y, yaitu mulai dari spektrum dominan paling
merah (5R) sampai spektrum dominan paling kuning (5Y). Disamping itu sering
ditambahkan pula hue untuk warna-warna tanah tereduksi (gley) yaitu 5G, 5GY,
5BG, dan N (netral) (Hardjowigeno, 2010).
● Value : menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai engan banyaknya sinar yang
dipantulkan. Value dibedakan dari 0 sampai 8, di mana makin tinggi value
menunjukkan warna makin terang (Hardjowigeno, 2010).
● Chroma : menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Chroma juga
dibagi dari 0 sampai 8, di mana makin tinggi Chroma menunjukkan kemurnian
spektrum atau kekuatan warna spektrum makin meningkat (Hardjowigeno, 2010).

2.

Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang
dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand), debu
(silt), dan liat (clay). Ada 3 macam tekstur tanah utama, yaitu pasir, lempung dan liat.
Tanah dikatakan pasir jikan kandungan pasirnya > 70%, sedangkan tanah liat jika
kandungan liatnya > 35%.Jika kedua syarat tersebut tidak terpenuhi, maka tanah
dimasukkan kedalam kelompok lempung ) (Hanafiah, 2005).
Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat dalam
suatu nassa tanah. Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran. Bagian tanah
yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar (kerikil sampai batu). Pasir
merupakan fraksi berukuran 2 mm – 50 чm, debu mempunyai fraksi 50 – 2 чm dan liat
mempunyai fraksi berukurankurang dari 2 чm. Tekstur tanah menunjukkan kasar
halusnya tanah (Hanafiah, 2005).
Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah

dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur yaitu:
● Kasar

: - Pasir
- Pasir berlempung

● Agak kasar

: - Lempung berpasir
- Lempung berpasir halus

● Sedang

: - Lempung berpasir sangat halus

- Lempung
- Lempung berdebu
- Debu
● Agak halus

: - Lempung liat
- Lempung liat berpasir
- Lempung liat berdebu

Tanah yang bertekstur halus, sering bersifat berat diolah karena sangat liat dan lekat
sewaktu basah, dan kering sewaktu kering, sedangkan tanah yang mengandung pasir dan
bersifat kasar mudsah di olah karena gembur. Kelas tekstur tanah terdiri dari pasir (sand),
lempung (loam), dan liat (clay). Tanah berpasir adalah yang memiliki kandungan pasir
lebih dari 70 %, sedangkan tanah yang disebut iat memiliki kandungan liat sekurangkurangnya 35 %. Dan tanah liat berat fraksi liatnya lebih dari 70%. Untuk tanah lempeng
umumnya terletak diantara sifat-sifat tanah pasir dan liat. Penentuan kelas dilakukan
dengan dua cara yaitu :
a.

Cara lapangan yaitu yang umumnya dilakukan untuk menentukan nama
kelas tanah dengan naluri. Untuk dapat mengira-ngira sifat liatnya lebih
tepat jika tanah dibasahi.

b.

Cara laboratorium adalah suatu cara yang lebih teliti fundamental
diciptakan oleh Departemen Amerika Serikat untuk memberi tekstur tanah

berdasarkan analisa mekanik. Cara penentuan ini ditunjukan dengan
diagram nama tekstur tanah (Buckman, 1982).
3. Struktur Tanah

Merupakan kenampakan susunan partikel-partikel primer tanah (pasir, debu, dan liat
individual) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan partikel-partikel primer yang
disebut ped yang membentuk agregat. Struktur tanah berfungsi untuk memodifikasi
pengaruh tekstur terhadap kondisi drainase atau aerasi tanah, karena agregat tanah
akan menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan antar partikel primer.
Oleh karena itu, tanah yang mempunyai struktur baik akan mempunyai kondisi
drainase dan aerasi yang baik pula, sehingga lebih memudahkan sistem perakaran
tanaman untuk berpenetrasi dan menyerap hara dan air, sehingga pertumbuhan dan
produksi menjadi lebih baik (Hanafiah, 2005).
Struktur menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer (pasir,
debu, dan liat) sampai pada partikel-partikel sekunder atau ped disebut juga agregrat.
Unit ini dipisahkan dari unit gabungan atau karena kelemahan permukaannya. Struktur
suatu horizon yang berbeda satu profil taing tanah, merupakan satu ciri penting tanah,
seperti warna, tekstur, dan komposisi kimia (Saifudin, 1986).
4.

Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau adhesi
butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah
terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut misalnya
pencangkulan, pembajakan dan sebagainya. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi

baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena
tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah, dan kering maka penyifatan
konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut. Dalam keadaan
lembab, tanah dibedakan ke dalam konsistensi gembur (mudah diolah) sampai teguh
(agak sulit dicangkul). Dalam keadaan kering, tanah dibedakan dalam konsistensi
lunak sampai keras. Dalam keadaan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis
sampai tidak plastis atau kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat
(Hardjowigeno, 2010).
Konsistensi tanah menunjukkkan kekuatan daya kohesi atau daya adhesi butir-butir
tanah dengan benda lain. hal ini ditunjukkan oleh daya tahan terhadap gaya yang akan
mengubah bentuk seperti pencangkulan, pembajakan dan sebagainya. Tanah-tanah
yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat
pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah,
atau kering (Hardjowigeno, 2010).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat
➢ cawan porselin
➢ botol semprot
➢ colet/spatel
➢ buku Munsell Soil Color Chart.
2. Bahan
➢ contoh tanah halus (