Media Pembelajaran Bahasa Inggris HW

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting

adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Dalam makalah ini
akan membahas bagaimana perbedaan antara media pembelajaran,
media pendidikan serta media massa dalam pembelajaran Bahasa
Inggris.
Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling
menonjol yakni metode mengajar dan medis pendidikan sebagai alat
bantú mengajar. Sedangkan penilaian adalah untuk mengukur atau
menentukan taraf tercapai tidaknya tujuan pengajaran. Kedudukan
media pendidikan sebagi alat bantú mengajar ada dalam komponen
metodologi, sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh
guru.
Di sini juga akan dibahas penggunaan media pembelajaran.
Seperti yang kita ketahui media pembelajaran itu banyak macamnya.

Untuk proses belajar mengajar yang baik kita harus menggunakan
media pembelajaran yang tepat.
1.2

Rumusan masalah
1. Apa pengertian Media Pembelajaran?
2. Apa kriteria pemilihan media?
3. Apa saja metode dalam pembelajaran?
4. Apa saja macam-macam media yang digunakan dalam 4 skill
(listening, speaking, reading dan writing)?

Page | 1

1.3

Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Media Pembelajaran
2. Mengetahui kriteria pemilihan media pembelajaran
3. Mengetahui macam-macam metode dalam pembelajaran
4. Mengetahui macam-macam media yang digunakan dalam 4 skill

(listening, speaking, reading dan writing)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang
secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”.
Dalam bahasa Arab, media adalah perantara () atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Menurut Gerlach dan Ely (1971), media apabila dipahami
secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sehingga guru, buku teks
dan lingkungan sekolah marupakan media. Fleming (1987: 234)
menyatakan media berfungsi untuk mengatur hubungan yang
efektif

antara


dua

pihak

yaitu

siswa

dan

isi

pelajaran.

Hainich dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah media
sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan
penerima.
Kesimpulannya, media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima.


Page | 2

Sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
2.2

Kriteria pemilihan media pelajaran
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media
pendidikan adalah sebagai berikut:
- Relevansi pengadaan media pendidikan edukatif
- Kelayakan pengadaan media pendidikan edukatif
- Kemudahan pengadaan media pendidikan edukatif
Harus disadari bahwa setiap media memiliki kelemahan dan
kelebihan. Pengetahuan tentang keunggulan dan keterbatasan
media menjadi penting bagi guru dapat memperkecil kelemahan
atas media yang dipilih oleh guru sekaligus dapat langsung memilih
berdasarkan kriteria yang dikehendaki.
Kriteria pemilihan media pembelajaran yaitu:
• Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih

berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan baik dari
segi kognitif, afektif, dan psikomotor.
• Keterpaduan (validitas).Media harus tepat untuk mendukung isi
pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi.
• Media harus praktis, luwes dan bertahan. Jika tidak tersedia
waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak
perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu yang
lama bukanlah jaminan. Sebagai media yang terbaik. Sehingga
guru dapat memilih media yang ada, mudah diperoleh dan mudah
dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat
digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang ada di
lingkungan sekitarnya, dan mudah dibawa dan dipindahkan ke
mana-mana.
• Media harus dapat digunakan guru dengan baik dan terampil.

Page | 3

Apapun medianya, guru harus mampu menggunakan dalam proses
pembelajaran. Komputer, proyektor transparansi (OHP), proyektor
slide, dan film, dan peralatan canggih lainnya tidak akan berarti

apa-apa jika guru belum dapat menggunakannya dalam proses
belajar mengajar di kelas.
• Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf
harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya visual pada
slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan
ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang
berupa latar belakang.
• Media yang digunakan harus sesuai dengan taraf berfikir siswa.
Media yang digunakan harus dapat menunjang dan membantu
pemahaman siswa terhadap pelajaran tersebut sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2.3

Macam-macam metode dalam pembelajaran
1. Metode Langsung (Direct Method)
Direct artinya langsung. Direct method atau model langsung
yaitu suatu cara mengajikan materi pelajaran bahasa asing di mana
guru langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai
bahasa pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa anak didik

sedikit pun dalam mengajar. Jika ada suatu kata-kata yang sulit
dimengerti oleh anak didik, maka guru dapat mengartikan dengan
menggunakan alat peraga, mendemontstrasikan, menggambarkan
dan lain-lain.
Demikian

halnya

kalau

kita

perhatikan

seorang

ibu

mengajarkan basah kepada anak-anaknya langsung dengan
mengajarinya, menuntunnya mengucapkan kata per kata, kalimat

per kalimat dan anaknya menurutinya meskipun masih terihat lucu.

Page | 4

Misalnya ibunya mengajar “Ayah” maka anak tersebut menyebut
“Aah” dan seterusnya. Namun lama kelamaan si anak mengenali
kata-kata

itu

dan

akhirnya

ia

mengerti

pula


maksudnya

Ciri-ciri metode ini adalah :
Materi pelajaran pertama-tama diberikan kata demi kata, kemudian
struktur kalimat. Gramatika diajarkan hanya bersifat sambil lalu,
dan siswa tidak dituntut menghafal rumus-rumus gramatika, tapi
yang utam adalah siswa mampu mengucapkan bahasa secara baik
Dalam proses pengajaran senantiasa menggunakan alat bantu
(alat peraga) baik berupa alat peraga langsung, tidak langsung
(bnda tiruan) maupun peragaan melalui simbol-simbol atau
gerakan-gerakan tertentu.Setelah masuk kelas, siswa atau anak
didik benar-benar dikondisikan untuk menerima dan bercakapcakap dalam bahasa asing, dan dilarang menggunakan bahasa
lain.
2. Metode Berlitz (Berlitz Method)
Metode Berlitz (Berlitz Metode) adakah metode langsung (Direct
Method) yang selalu digunakan di sekolah-sekolah Berlitz sebagai
metode utama. Semua sekolah-sekolah Berlitz menggunakan
metode langsung (direct Method) ini dalam pengajaran bahasabahasa asing di sekolahnya dan bnyak lagi sekolah-sekolah lain di
Amerika dan Eropa yang secara rutin menerapkan metode ini.
3. Metode Alami (Natural Method)

Metode alami (Natural Method) disebut demikian karena dalam
proses belajar, siswa dibawa ke alam seperti halnya pelajaran
bahasa ibu sendiri. Ciri Metode Natural ini antara lain : Urutan
pelajaran mula-mula diberikan melalui menyimak/mendengarkan
(listening) baru kemudian percakapan (speaking), membaca
(reading) menulis atau (writing) terahir baru gramatika Pelajaran
disajikan mula-mula memperkenalkan kata-kata yang sederhana
yang telah diketahui oleh anak didik, kemudian memperkenalkan

Page | 5

benda-benda mulai dari benda-benda yang ada di dalam kelas,
dirumah dan luar kelas, bahkan mengenal luar negeri atau negaranegara asing terutama Timur Tengah. Alat peraga dan kamus yang
dapat digunakan sewaktu-waktu sangat diperlukan, misalnya untuk
menjelaskan dan mengartikan kata-kata sulit dalam bahasa asing,
dan memperbanyak perbendaharaan kata-kata atau memperkaya
Vocabulary sebagai syarat utama menguasai bahasa asing.
4. Metode Percakapan (Conversation Method)
Yaitu mengajarkan bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa
Arab atau bahasa-bahasa lainnya yang cara langsung mengajak

murid-murid bercakap-cakap/berbicara di dalam bahasa asing yang
sedang diajarkan ini. Tentunya dimulai dengan kata-kata atau
kalimat-kalimat atau ungkapan-ungkapan yang biasa berlaku pada
kegiatan-kegiatan sehari-hari, seperti : Good Morning, How are
you? What are you doing? Can you speak English? Dan
sebagainya; atau kalimat-kalimat, percakapan di dalam kelas di
sekitar sekolah, dirumah di kantor dan sebagainya; semakin lama
semakin meluas dan beragam.
5. Metode Phonetic (Mendengar dan Mengucapkan)
Metode ini mengutamakan ear training dan speak training yaitu
cara menyajikan pelajaran bahasa asing melalui latihan-latihan
mendengarkan

kemudian

diikuti

dengan

latihan-latihan

mengucapkan kata-kata dan kalimat dalam bahasa asing yang
sedang dipelajari. Langkah-langkah pelaksanaan metode ini yang
dapat dilakukan : Guru membacakan bacaan-bacaan bahasa asing
di depan kelas, atau membuka/menghidupkan acara bacaan
berupa

radio

kaset/video,

siswa

mendengarkan

dan

memperhatikan baik-baik acara bacaan ini dengan cermat, serius
(tidak ada yang main-main saat pembacaan itu), siswa harus

Page | 6

memperhatikan betul langgam dan intonasi, serta gerak-gerik
bentuk mimik tertentu dalam bacaan
6. Metode Practice – Theory
Metode ini sesuai dengan namanya, lebih menekankan pada
kemampuan praktis dari teori. Perbandingan dapat berupa 7 unit
materi praktis dan 3 unit materi yang bersifat teoritis. Belajar
bahasa asing lebih dulu dan mengutamakan praktek, lalu diiringi
dengan teori (tata bahasa).
7. Metode Membaca (Reading Method)
Metode membaca (Reading Method) yaitu menyajikan materi
pelajaran dengan cara lebih dulu mengutamakan membaca, yakni
guru mula-mula membacakan topik-topik bacaan, kemudian diikuti
oleh siswa anak didik. Tapi kadang-kadang guru dapat menunjuk
langsung anak didik untuk membacakan pelajaran tertentu lebih
dulu, dan tentu siswa lain memperhatikan dan mengikutinya.
Teknik metode membaca (Reading Method) ini dapat dilakukan
dengan cara guru langsung membacakan materi pelajaran dan
siswa disuruh memperhatikan/ mendengarkan bacaan-bacaan
gurunya dengan baik, setelah itu guru menunjuk salah satu di
antara siswa untuk membacakannya, dengan jalan berganti-ganti
(bergiliran).
8. Metode Bicara Lisan (Oral Method)
Metode ini adalah hampir sama dengan metode phonetic dan
reform method, tetapi pada orak method adalah menitikberatkan
pada latihan-latihan lisan atau penuturan-penutuan dengan mulut.
Melatih untuk bisa lancar berbicara (fluently), keserasian dan
spontanitas
Melatih lisan/mulut agar pengucapan bahasa asing itu bisa tepat
bunyi, tidak kedengaran janggal. Latihan-latihan Sistem bunyi
melalui bibir, melatih tepatnya keluarnya huruf-huruf kerongkongan,
huruf-huruf di ujung atau di pangkal lidah dan sebagainya

Page | 7

Latihan-latihan menyusun kata-kata membuat kalimat sendiri dan
sebagainya, semua dilakukan dengan mengaktifkan bicara lisan,
oral, speaking Target yang hendak dicapai melalui metode ini ialah
keammpuan dan kelancaran berbahasa lisan atau berbicara lisan
atau berkomunikasi langsung sebagai fungsi utama bahasa. Prinsip
metode ini ialah : Teach the language, don’t teach only about the
language.
9. Metode Praktek Pola-pola Kalimat (Pattern-Practice Method)
Penerapan terpenting metode ini ialah dengan melatih murid-murid
secara praktek langsung mengucapkan pola-pola kalimat yang
sudah tersusun baik betul, atau mengerjakan sebagaimana yang
dimaksud oleh pola kalimat tersebut. Jenis (Permainan)
Games
Pembelajaran bahasa Inggris atau Games untuk mengajar agar
proses belajar lebih menyenangkan. Berikut ini adalah kumpulan
game atau permainan pembelajaran yang bisa di berikan oleh
guru dalam pembelajaran bahasa Inggris agar anak lebih fun dan
belajar jadi lebih interaktif.
1. Action Game
Anak-anak menirukan gerakan yang disebutkan dalam cerita.
Misalnya untuk cerita The Very Hungry Caterpillar (lihat
lampiran untuk teks lengkap dan saksikan dalam seminar
bentuk fisik bukunya) karangan Eric Carle (bisa di-download
dari website pribadi Eric Carle), kita bisa mereviu kembali
siklus metamorfosis kupu-kupu dengan melakukan hal berikut
ini:
Telur: suruh anak-anak memegang lutut mereka dan jongkok
serta melingkarkan tubuh mereka seakan-akan mereka adalah
telur.
Ulat:

Page | 8

bergerak-geraklah

dan

menggeliut

seperti

ulat.

Kepompong: merangkak menuju sleeping bag (atau kalau tidak
ada bisa diganti dengan sarung) dilengkapi dengan berbagai
macam kain berwarna-warni. Kupu-kupu: anak-anak muncul
dari dalam sarung tersebut dengan mengibas-ngibaskan kainkain berwarna-warni tersebut seakan-akan mereka adalah
kupu-kupu yang baru saja menetas dari kepompong.
2. What’s missing?
Permainan ini dapat digunakan untuk menghapalkan
kosakata yang baru saja dipelajari/disebutkan dalam cerita
namun tidak dengan „menghapal tradisional‟. Caranya adalah
dengan menggunakan gambar yang ditempelkan pada papan
tulis. Jumlah gambarnya bisa disesuaikan dengan jumlah
siswa tapi sebaiknya batasi sampai dengan 10 gambar.
Mintalah anak-anak untuk melihat gambar-gambar tersebut
dan berusaha mengingatnya kemudian minta mereka menutup
mata sementara itu ambillah beberapa gambar di papan.
Kemudian minta mereka untuk membuka mata kembali dan
menyebutkan apa yang hilang. Tanyakan “What‟s missing?”
pada salah satu anakkemudian ajukan pertanyaan lanjutan
dengan “Is he or she right?” Apabila jumlah siswa dalam kelas
banyak maka mereka bisa dibagi dalam dua kelompok dan
lakukan prosedur seperti di atas secara bergantian oleh tim-tim
tersebut. Setiap kali seorang anak dari sebuah tim menjawab
dengan benar maka tim tersebut mendapat poin.

3. Simon says
Gambar-gambar yang tadi dibuat untuk permainan di
atas (2) bisa dipakai pula untuk permainan ini. Caranya:

Page | 9

“Simon says show me a plum!” “Simon says put the plum
down‟” “Simon says put the oranges in the basket”
4. Hide and Seek
Seorang anak diminta untuk meninggalkan kelas
sementara yang lainnya menyembunyikan sebuah barang.
Kemudian anak tersebut diminta kembali dan menerka di mana
barang tersebut disembunyikan. Contoh: “Is it under the table?”
Kegiatan ini bisa digunakan untuk melatih penggunaan
preposition dan kata benda (noun).
5. Miming
Seorang anak dapat memperagakan seekor binatang,
pekerjaan, atau apa saja yang dia pilih, teman-teman lain
harus menerka apa yang sedang mereka peragakan tersebut.
Contoh: “Is it …..?” “Are you a ….?
6. Bingo
Siapkan

gambar

dan

gantungkan

pada

papan.

Kemudian siapkan grid (tabel berisi 9 kotak/3X3). Mintalah
anak-anak untuk memilih beberapa gambar yang digantung
pada papan tadi dalam kotak yang sudah disiapkan tadi. Satu
kotak satu gambar berbeda. Setelah siap, tunjuk salah satu
gambar di papan sercara acak dan katakanlah “This is a….”.
mintalah anak-anak untuk melihat tabel mereka dan jika
mereka memiliki gambar tersebut maka mereka harus
mengatakan “I‟ve got a…” kemudian menutup kotak tersebut
dengan kertas/dadu/dll. Anak yang berhasil menutup seluruh
kotaknya adalah pemenang permainan Bingo ini.

Page | 10

7. Whisper race
Anak-anak dibagi ke dalam beberapa tim. Salah satu
anak dari setiap tim diberi daftar kata-kata yang harus mereka
hapalkan

kemudian

whisper

(berbisik)

pada

teman

di

belakangnya kata-kata tersebut. Kemudian anak berikutnya
harus melakukan hal yang sama sampai pada anak terakhir
dalam tim. Kemudian anak yang terakhir tadi harus melihat
daftar aslinya dan membandingkan apa saja yang hilang atau
berubah.
8. Market game
Seorang

anak

memulai

permainan

ini

dengan

mengatakan “I went to market and bought a pie.” Anak
berikutnya harus melanjutkan dengan menambahkan satu
benda lagi pada kalimat tersebut. “I went to market and bought
a pie and chocolate cake.” Lakukan hal serupa untuk anak
berikutnya. Kesimpulan Kegiatan yang menyenangkan melalui
games merupakan keniscayaan dalam pengajaran bahasa
Inggris untuk anak, namun perlu diperhatikan jangan sampai
kita terjebak dalam kondisi “yang penting anak senang dan
rame”.

Selalu

pemerolehan

perhatikan

bahasa

kegiatan-kegiatan

yang

tersebut,

proses
bisa
salah

pembelajaran

dikembangkan
satunya

dan

melalui

dengan

cara

membuat lesson plan yang direncanakan secara matang
dengan memperhatikan latar belakang dan kondisi siswa.

Page | 11

2.4

Macam-macam media yang digunakan dalam 4 skill (listening,

speaking, reading dan writing)
1. Listening

Teknik Mengajar Listening di Kelas
Written By: Cianly Harmer (1983) menyatakan bahwa
listening (mendengarkan) sebagai suatu keterampilan berbeda
dengan writing. Dalam listening, pendengar tidak dapat melihat apa
yang dia dengarkan, tetapi hanya bisa mendengarkannya.
Kemampuan

Mendengarkan

merupakan

salah

satu

ketrampilan dalam pelajaran bahasa Inggris yang harus dikuasai
siswa bersama 3 ketrampilan lainnya yaitu membaca, menulis, dan
mendengar. Dari pengalaman dan diskusi dengan beberapa siswa,
banyak yang merasa kesulitan untuk bisa mencapai kompetensi
yang diharapkan dalam ketrampilan ini. Seringkali, guru dalam
prakteknya kurang mampu untuk mengajarkan listening yang
mudah dimengerti oleh siswa. Hal ini mengakibatkan banyak siswa
yang gagal dalam ujian listening dan harus mengulang.
Oleh karena itu, seorang guru yang merupakan fasilitator
hendaknya memiliki keahlian untuk mampu membuat siswa merasa
mudah dalam mempelajari listening. Ada beberapa teknik yang
dapat dilakukan oleh guru ketika mengajarkan listening di dalam
kelas, diantaranya:
a. Filling Gap
Teknik ini bisa dilakukan dengan cara mengosongi beberapa
kata dalam paragraf atau dialog. Mintalah siswa mendengarkan
teks lisan melalui guru atau rekaman dan mengisi kata-kata yang
kosong tersebut.
Page | 12

b. Guessing Picture
Teknik ini bisa dilakukan dengan menebak gambar sesuai
teks lisan yang dibacakan atau didengarkan.
c. Finding Mistakes
Teknik ini dilakukan dengan cara meminta mendengarkan
teks lisan dan menggaris bawahi kata-kata yang tidak sesuai
dengan teks lisan tersebut.
d. Choosing Menu
Teknik ini dilakukan dengan meminta siswa untuk memilih
menu yang sesuai dengan teks lisan.
e. Rearranging Sentences/Paragraph
Teknik ini dilakukan dengan memberikan kalimat atau
paragraf rumpang kepada siswa. Siswa diminta mendengarkan
teks lisan dan menyusun kalimat/paragraf tersebut menjadi benar.

f. Matching
Teknik ini dilakukan dengan memecah percakapan menjadi
dua bagian. Bagian pertama berisi setengah kalimat dan bagian
kedua

setengah

kalimatnya.

Kemudian

siswa

diminta

mendengarkan teks percakapan lalu menjodohkan bagian pertama
dan kedua sesuai teks percakapan tersebut.

Page | 13

2. Speaking
9 Teknik Mengajar Speaking (Technique for Teaching
Speaking)
Kalau melihat model pembelajaran Speaking, selama ini
masih mengandalkan model menghapalkan dialog kemudian maju
ke depan kelas untuk mempraktekannya. Kegiatan ini dilakukan
biasanya karena guru ingin agar kegiatan belajar mengajar cepat
selesai tanpa repot-repot, atau tidak tahu apa yang harus dilakukan
dalam mengajar Speaking. Anggapan sementara, pembelajaran
Speaking itu rumit dan butuh keberanian siswa untuk memproduksi
ucapan. Inilah yang sering ditakutkan para guru. Mereka mengira
Speaking itu butuh waktu lama dan sulit bagi siswa untuk
mengadaptasinya. Okelah, mari kita telaah 9 teknik mengajar
Speaking berikut ini. Dengan teknik-teknik ini anggapan bahwa
Speaking bagi siswa itu sulit, bisa dihilangkan.
1. ASK AND ANSWER.
Siswa diminta melakukan tanya jawab. Prosesnya, mintalah
siswa mencatat beberapa pertanyaan interview kalau perlu
dihapalkan. Kemudian bebaskan siswa bertanya kepada teman di
kelasnya. Sesuaikan pertanyaan dengan tema. Misal tema
Personal Identitiy, Shopping List, Map dan lain-lain. Untuk
mengecek apakah siswa melakukan tugas tersebut, mintalah
mereka membuat catatan yang harus dilaporkan kepada guru
setelah proses pembelajaran berakhir. Guru hanya memonitor
siswa dan memberikan waktu untuk siswa melakukan tanya jawab.

Page | 14

2. DESCRIBE AND DRAW.
Siswa dibuat berpasangan. Siswa A mempunyai gambar
yang tak diketahui oleh siswa B, begitu pula sebaliknya. Siswa A
menerangkan gambar yang ia punyai dan siswa B menggambar
sesuai keterangan siswa A. Setelah siswa A selesai, ganti siswa B
menerangkan

gambarnya.

Mintalah

mereka

membandingkan

gambarnya dan memberi nilai sesuai selera mereka.
3. DISCUSSION.
Tentukan

sebuah

topik

dan

mintalah

siswa

secara

berkelompok mendiskusikan topik sesuai gambar. Tehnik ini cocok
diterapkan bagi intermediate dan advance learners.
4. GUESSING.
Guru atau beberapa murid mempunyai sebuah informasi
yang harus ditebak oleh siswa atau kelompok lain dengan
menanyakan dalam Bahasa Inggris.
5. REMEMBERRING
Siswa menutup mata dan mengingat gambar misalnya
benda di dalam kelas atau letak tempat-tempat. Tehnik ini efektif
untuk mengasah daya ingat dan meminimalisir lupa terhadap
kosakata.
6. MIMING.
Seorang siswa mempraktekkan mimik tertentu semisal
perasaan, melakukan suatu kegiatan, dan lainnya. Sementara
siswa yang lain menebak.

Page | 15

7. ORDERING.
Siswa diminta mengurutkan sesuatu dengan menanyakan
dimana letaknya sampai menemukan tempat yang sesuai.
8. COMPLETING A FORM/QUESTIONNAIRE.
Siswa bertanya jawab, atau menyediakan informasi tertentu
untuk menyempurnakan sebuah formulir atau kuis. Tehnik ini efektif
diterapkan pada pelajaran berhubungan dengan identitas, semisal
formulir lowongan kerja, pengisian paspor dan lainnya.
9. ROLE PLAY.
Tehnik ini cocok untuk pembelajar yang telah mencapai level
intermediate dan di atasnya. Siswa mempraktekkan sebuah situasi
semisal di kantor polisi, pengadilan, drama, dan lain-lain. Siswa
hanya diminta menggunakan ungkapan-ungkapan yang pernah
dipelajari atau menggunakan bantuan kartu. Guru bertindak
memberi arahan dan memonitoring kegiatan.
3. Reading
Cara Mengajar Reading dengan Teknik Jigsaw
Jigsaw adalah sebuah teknik pembelajaran yang pertama kali
dikenal tahun 1971. Teknik ini bermanfaat untuk melatih
kemampuan mendengar, berbicara, membaca dan menulis.
Mengapa demikian? Karena teknik ini berisi kegiatan dimana
siswa diminta mendengar dan menulis apa yang teman ucapkan,
juga berbicara untuk menyampaikan materi yang telah ia baca.
Langkah mengajar dengan teknik jigsaw secara umum sebagai
berikut:

Page | 16

1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari 4 orang.
2. Berilah kelompok 1 teks bacaan. Minta ketua kelompok
membagi tugas: 1 orang membaca 1 paragraf.
3. Berilah waktu 10 menit agar siswa memahami bacaan dalam
paragraf yang mereka dapat.
4. Setelah selesai, mintalah siswa menceritakan isi paragraf
kepada teman 1 kelompok. Siswa yang lain mendengar dan
mencatat apa yang teman mereka sampaikan.
5. Jika waktu menyampaikan dan mencatat sudah selesai,
mintalah ketua kelompok membaca hasilnya dan disampaikan
kepada seluruh siswa di kelas.
Langkah mengajar di atas cocok jika diberikan kepada pelajar
yang sudah dalam level tinggi. Dalam pelajaran bahasa Inggris
untuk pemula dan menengah, cara tersebut terlalu sulit. Untuk
mengatasi kesulitan tersebut kita perlu melakukan adaptasi dan
modifikasi. Salah satu contoh modifikasi adalah dengan
menghilangkan beberapa kata dalam teks bacaan. Simak
langkah-langkah mengajar dengan teknik jigsaw untuk skills
reading berikut ini:
1. Persiapkan 4 teks bacaan yang isinya sama, namun berbeda
kata yang dihilangkan. Perhatikan contoh:
Teks
1__________________________________________________
_________
SMP Nusa Indah has a ________ building at the back. It is
______, but it has a lot of books, magazines and __________.
Some of the books are new and some others are old. Most of the
books are in Indonesian. Only a few of them are in English and in
Javanese. There are two librarians working in the library. They

Page | 17

are Mr. Suparno and Mrs. Yani. Everyday there ara a lot of
students coming to the library. They usually go there when they
have no classes or during the breaks. many of them read the
magazines or the newspaper in the reading room. Some of them
borrow books to read at home.
Teks
2__________________________________________________
_________
SMP Nusa Indah has a library building at the back. It is small, but
it has a lot of books, magazines and newspaper. Some of the
books are ____ and some others are _____. Most of the books
are in Indonesian. Only a few of them are in ___________ and in
Javanese. There are two librarians working in the library. They
are Mr. Suparno and Mrs. Yani. Everyday there ara a lot of
students coming to the library. They usually go there when they
have no classes or during the breaks. many of them read the
magazines or the newspaper in the reading room. Some of them
borrow books to read at home.
Teks
3__________________________________________________
_________
SMP Nusa Indah has a library building at the back. It is small, but
it has a lot of books, magazines and newspaper. Some of the
books are new and some others are old. Most of the books are in
Indonesian. Only a few of them are in English and in Javanese.
There are two librarians working in the library. They are Mr.
Suparno and Mrs. Yani. Everyday there ara a lot of _________
coming to the library. They usually go ______ when they have no
classes or during the ________. many of them read the

Page | 18

magazines or the newspaper in the reading room. Some of them
borrow books to read at home.
Teks
4__________________________________________________
_________
SMP Nusa Indah has a library building at the back. It is small, but
it has a lot of books, magazines and newspaper. Some of the
books are new and some others are old. Most of the books are in
Indonesian. Only a few of them are in English and in Javanese.
There are two librarians working in the library. They are Mr.
Suparno and Mrs. Yani. Everyday there ara a lot of students
coming to the library. They usually go there when they have no
classes or during the breaks. many of them read the ________
or the newspaper in the _______ room. Some of them borrow
books to read at ________.
2. Buatlah siswa berkelompok. Setiap kelompok 4 orang.
3. Berilah siswa dalam satu kelompok satu teks bacaan yang
sudah dipersiapkan (lihat no 1).
4. Berilah waktu masing-masing siswa dalam kelompok untuk
membaca secara bergantian. Mintalah siswa yang tidak
mendapat giliran membaca, untuk menyimak dan menulis kata
yang dikosongkan sesuai yang mereka dengar.
5. Setelah anggota kelompok mendapat giliran membaca, tunjuk
1 orang yang percaya diri untuk membacakan hasilnya di depan
kelas.
Collaborative Strategic Reading, Teknik Diskusi Untuk
Meningkatkan Reading Comprehension

Page | 19

Collaborative

strategic

reading

merupakan

sebuah

strategi atau teknik mengajar untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam reading comprehension. Basisnya adalah diskusi.
Jadi, siswa akan dibagi ke dalam kelompok beranggotakan lima
orang, kemudian setiap siswa mempunyai peran yang berbeda
di dalam diskusi tersebut.
Langkah-langkah Diskusi
Langkah 1: Previewing
Siswa

berdikusi

untuk

menentukan

topik

serta

pokok

pembahasan dengan membaca paragraf pertama, membaca
judul, mengidentifikasi kalimat dan kata kunci, dan melihat
gambar yang tertera di teks tersebut. Mereka kemudian samasama menyimpulkan apa yang akan dipelajari di sebuah teks
reading, kemudian memprediksikan apa saja yang akan
dijelaskan oleh teks tersebut.
Langkah 2: Click and Clunk
Siswa bersama dengan kelompoknya melanjutkan membaca
teks ke sesi atau paragraf selanjutnya. Setelah itu, masingmasing mencari clunks atau difficult words. Setelah ditemukan
paling tidak lima kata pada masing-masing anggota, maka
mereka cari arti dari kata tersebut. Tidak menggunakan kamus,
namun menggunakan fix-up strategies yaitu 1) membaca
kembali

kalimat

yang

terdaat

clunk

kemudian

mencoba

menganalisa makna dari clunk tersebut. 2) membaca kalimat
sebelum dan sesudah clunk untuk menemukan clue atau
petunjuk yang bisa mendatangkan arti bagi clunk tersebut. 3)
Melihat prefix dan suffix di clunk jika ada. 4) memisahkan clunk

Page | 20

dari suffix dan prefix untuk mendapatkan arti dari clunk yang
sebenarnya
Langkah 3: Getting the gist
Ini sama dengan mencari main idea atau ide pokok dari suatu
teks. Caranya bisa dengan berdiskusi untuk menentukan ide-ide
penting dari setiap paragraf terlebih dahulu, kemudian baru
menganalisa kombinasi ide terbaik dalam teks tersebut. Ide
pokok yang dihasilkan dari getting the gist ini merupakan ide
ditulis dengan hanya 10 kata atau bahkan kurang.
Langkah 4: Wrapping up
Siswa

kembali

berdiskusi

untuk

menentukan

pertanyaan-

pertanyaan yang terkait dengan teks yang telah mereka pelajari.
Juga, mereka harus mengetahui jawaban yang ada sehingga
tidak hanya asal membuat pertanyaan. Apa tujuan dari wrapping
up, ini merupakan cara untuk menguji apakah mereka paham
dengan ide-ide atau informasi detail pada teks.
Di wrapping up, juga didakan review mengenai hal-hal apa saja
yang telah mereka pelajari hari ini. Review dipimpin oleh guru.

4. Writing
Menulis

merupakan

salah

satu

dari

ketrampilan

berbahasa yang empat: Ketrampilan mendengar, ketrampilan
berbicara, ketrampilan membaca, dan ketrampilan menulis.
Ketrampilan menulis adalah peenerpan bagi ketrampilanketramplian

Page | 21

lainnya.

Dengan

ketrampilan

menulis

ilmu

pengetahuan tercatat, budaya tersebar, dan ilmu pengetahuan
bisa berpindah dari generasi ke generasi yang lain. Menulis
adalah ukuran keberhasilan pembelajaran bahasa setelah
ketrampilan-ketrampilan yang lain, karena tidak hanya terbatas
pada penulisan indah beberapa kata atau kalimat melainkan
termasuk proses kreatifitas pemikiran yang terstruktur.
Contoh Cara Mengajar Procedure Text Writing Skills Cara
mengajar Text Procedure untuk melatih kemampuan menulis
(writing skills).
Langkah mengajarnya adalah sebagai berikut:
1. Warmer untuk membuat siswa tertarik mengikuti pelajaran.
Misalnya quiz tebak nama makanan dengan guru menyebut
inisialnya. Siswa menebak nama makanan tersebut. Bisa
juga menyusun puzzle makanan.
2. Tunjukkan gambar makanan dan siswa mengidentifikasi
nama makanan tersebut. Kemudian mengidentifikasi bahanbahan pembuatnya. Setelah itu mengidentifikasi langkah
membuatnya. Semua kegiatan dilakukan berkelompok.
3. Memperhatikan video cara membuat makanan. Cari via
youtube dengan kata kunci "cara membuat makanan"
misalnya, "Cara Membuat Omelet"
4. Siswa mengidentifikasi bahan-bahan dan cara membuat
makanan tersebut.
5. Minta perwakilan kelompok untuk memperagakan cara
tukang masak dalam video menjelaskan cara membuat
makanan tersebut.

Page | 22

6. Mengidentifikasi kalimat perintah: Verb 1 + Objek. Tunjukkan
pada siswa kalimat perintah yang digunakan dalam video.
Misalnya: Beat the eggs.
7. Siswa memilih satu buah makanan yang familiar bagi
mereka. Lalu mintalah kelompok membuat sebuah resep
makanan seperti yang mereka lihat melalui video.

Page | 23

BAB III
PENUTUP
3.1

KESIMPULAN
1. Media merupakan suatu perantara (alat) untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Penggunaan media yang tepat dapat
menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran.
2. Adapun kriteria pemilihan media pembelajaran harus sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai, media dipilih berdasarkan
tujuan instruksional yang telah ditetapkan baik dari segi kognitif,
afektif, dan psikomotor, keterpaduan (validitas).Media harus
tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,
prinsip atau generalisasi, Media harus praktis, luwes dan
bertahan.
3. Seperti yang kita ketahui media pembelajaran itu banyak
macamnya. Untuk proses belajar mengajar yang baik kita harus
menggunakan media pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu
guru harus dapat memilih media yang sesuai dengan bahan
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
dengan baik dan lancar.

3.2

Saran
Semodern apapun media yang ada di zaman sekarang, guru
harus pandai-pandai memilih media yang akan digunakan
dalam proses pengajaran agar dapat mencapai tujuan yang
hendak dicapai dan tidak menyimpang dengan aturan yang ada.

Page | 24

Daftar Pustaka
http://www.sekolahoke.com/2012/08/cara-mengajar

procedure-

text-writing.html
A’la, Miftahul. 2010. Quantum Teaching. Jakarta: Diva Press.
Anwar, Chairil. 1993. Deru Campur Debu: Jakarta: Dian Rakyat.
Chaer, Abdul.2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.
Jakarta: RinekaCipta
Depdiknas.2005. Bahasa dan Sastra Indonesia: Materi Pelatihan
Terintegrasi. Jakarta:Depdiknas
Hikmat, Ade dan Nani Solihati. 2013. Bahasa Indonesia. Jakarta:
Grasindo
Luxemburgh,Jan Van, et.all. 1986. Pengantar Ilmu Sastra.
Diterjemahkan Dick Hartoko Jakarta: Gramedia.
Pradopo, Rachmat Joko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Rusman, Dr. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Grafindo.
Semi, Atar.1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Teew, AT. 1989. Sastra dan Ilmu Sastra. Pengantar Teori Sastra.
Jakarta: Pustaka Jaya.
Yassin, H.B. 1985. Tifa Penyair dan Daerahnya. Jakarta: Gunung
Agung.

Page | 25