IMPLEMENTASI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN KASUS RUKO JALAN JENDRAL PEKANBARU ARTIKEL

IMPLEMENTASI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN KASUS RUKO JALAN JENDRAL PEKANBARU ARTIKEL MUHAMMAD RIDHWAN

  NPM. 1410018322002

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA 2016

  

IMPLEMENTASI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN KASUS RUKO JALAN

JENDRAL PEKANBARU

Muhammad Ridhwan¹, Eko Alvares Z¹, Hamdi Noer¹

  

¹Program Studi Teknik Arsitektur, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

  muhammad_ridhwan22@yahoo.com

  

ABSTRACT

Pekanbaru is one of developing city in Indonesia. As developing city, pekanbaru has

complex problem, one of them is building regulation code. Building regulation code is

one of the biggest problem in Pekanbaru. In this study, author will describe the

problem of implementation IMB from shop house case in Pekanbaru. Qualitative

description method will be use in this research. This study propose literature study

and survey, including data collection, documentation and interview. Qualitative

description will be use to discribe the problem of shop house in corridor street wich

is observed (Jendral street, Labuh Baru Timur, Payung Sekaki, Pekanbaru city). This

research describe and analyses the procedure of IMB, confirmity between procedure

of law IMB and real implementaion in Pekanbaru. IMB problem of shop house in

Jendral street is sample of shop house problem in Pekanbaru. keyword : regulation building code, shophouse dan Pekanbaru.

  

ABSTRAK

  Pekanbaru merupakan salah satu kota berkembang yang ada di Indonesia. Sebagai kota berkembang, Pekanbaru memiliki masalah perkotaan yang sangat kompleks, salah satunya ialah masalah Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Dalam tesis ini, penulis mencoba menjabarkan permasalahan IMB untuk kasus ruko yang ada di kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Tesis penelitian ini di lakukan dengan studi literatur dan survey lapangan. Survey lapangan meliputi, pengumpulan data, dokumentasi serta wawancara. Metode deskriptif kualitatif di gunakan untuk menggambarkan permasalan ruko pada objek jalan yang diamati (dalam hal ini jl. jendral, Labuh Baru Timur, Payung Sekaki). Tesis ini menggambarkan dan menganalisa proses pelaksanaan IMB, kesesuaian antara implementasi proses IMB dengan undang undang yang berlaku di Indonesia dengan realita pelaksanaan di Pekanbaru. Permasalahan ruko yang melanggar ketentuan

  IMB di jalan Jendral merupakan contoh gambaran umum tentang permasalahan IMB untuk bangunan ruko di kota Pekanbaru.

  Kata kunci : Izin Mendirikan Bangunan, Ruko dan Pekanbaru.

  PENDAHULUAN

  Pekanbaru merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan pembangunan yang sangat cepat, dalam kurun waktu 20 tahun terakhir wajah kota berubah menjadi sangat dinamis. Banyak permasalahan yang terjadi dalam proses perkembangan pembangunan di saat sekarang, mulai dari perubahan tata guna lahan, pelanggaran terhadap regulasi, maupun perubahan dari ketentuan regulasi itu sendiri.

  Pada saat ini, di kota Pekanbaru, banyak terjadi permasalahan Izin Mendirikan Bangunan (yang selanjutnya disebut

  IMB) yang perupakan salah satu elemen penting bagi pengendali pertumbuhan pembangunan. Kurangnya sosialisasi, kesadaran masyarakat, serta lemahnya elemen pengaturan, menjadi penyebab utama perkembangan kota seolah tak terkendali.

  Melalui penelitian ini diharapkan dapat menampilkan data faktual tentang peruntukan lahan (khususnya fungsi ruko), permasalahannya , serta pelaksanaan IMB sebagai elemen regulasi pengendali pembangunan di kota Pekanbaru.

  Secara garis besar. Secara umum permasalahan pembangunan ruko di Pekanbaru dapat dikategorikan sebagai berikut:

  Permasalahan Garis Sepadan Bangunan; Perubahan Aturan dari masa lalu ke masa sekarang, mengakibatkan bangunan - bangunan lama seolah melanggar ketentuan GSB yang ada sekarang. Hal ini menjadi sebuah permasalahan rumit, karena dimasa lalu bangunan tersebut sudah dibangun sesuai dengan aturan, namun dimasa sekarang, berdasarkan ketentuan peraturan dan kebutuhan maka bangunan lama tersebut melanggar aturan yang baru.

  Permasalahan renovasi tanpa izin; Akibat semakin tinggi kebutuhan akan ruang dan tingginya nilai lahan maka sebagian masyarakat (dalam kasus ini) sebagian pemilik ruko, melakukan penambahan besaran ruko kearah lahan parkir, tanpa melakukan proses izin, tentu saja ini menimbulkan masalah. Terutama kemacetan.

  Perubahan Tampilan Bangunan oleh Reklame; Lemahnya aturan yang mengatur tentang spanduk/banner/ baligo, menyebabkan masyarakat pelaku usaha membuat papan nama/ papan iklan semaunya, dalam hal ini dikhususkan pada penempatan baligo yang merubah tampilan bangunan awal. Ini jelas menambah kesemberautan wajah kota.

MAKSUD DAN TUJUAN

  Maksud dari penelitian ini ialah menjelaskan pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan yang berlaku di Indonesia dengan implementasi pelaksanaannya di kota Pekanbaru. penelitian ini mencoba melihat kolerasi antara lemahnya ornamen pengendalian pembangunan terhadap bentukan wajah kota.

  Tujuan dari penelitian ini ialah menjelaskan permasalahan Izin Mendirikan Bangunan di kota Pekanbaru, serta permasalahan yang terjadi untuk kasus bangunan ruko jalan Jendral sebagai contoh gambaran sebahagian besar permasalahan ruko di kota Pekanbaru.

  Ruko merupakan singkatan dari Rumah Toko, bangunan jenis ini memiliki ciri bertingkat antara dua sampai lima lantai dimana lantai pertama (lantai bawah) dijadikan sebagai tempat usaha dan lantai diatasnya dijadikan sebagai tempat hunian. Bangunan jenis ini biasa ditemukan dikawasan perkotaan dan dihuni oleh masyarakat kelas menengah.

  Perizinan pada mulanya dikenal pada masa tertentu terkait pada orang yang hendak melakukan kegiatan usaha tertentu. Pada masa itu setiap orang yang hendak melakukan usaha harus memiliki izin sebelum berusaha, pada prinsipnya perizinan terkait dalam beberapa aspek, yaitu segi pungutan, segi informasi, segi ekonomi, segi kepentingan penguasa, segi pengendalian dan segi hukum. (Hj. Zuraidah,2007)

  Pengertian izin menurut devinisi yaitu perkenan atau pernyataan mengabulkan. Sedangkan istilah mengizinkan mempunyai arti memperkenankan, memperbolehkan, tidak melarang.Secara garis besar hukum perizinan adalah hukum yang mengatur hubungan masyarakat dengan Negara dalam hal adanya masyarakat yang memohon izin.

LANDASAN TEORI

  Pengertian lainnya adalah suatu penetapan Suatu penetapan yang merupakan dispensasi dari suatu larangan oleh undang-undang yang kemudian larangan tersebut diikuti dengan perincian dari pada syarat- syarat , criteria dan lainnya yang perlu dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh dispensasi dari larangan tersebut disertai denganpenetapan prosedur dan juklak (petunjuk pelaksanaan) kepada pejabat-pejabat administrasi negara yang bersangkutan. (Prajyudi Atmosoedirdjo,1982).

  Sample adalah sebagian yang

  dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga dapat diharapkan mewakili populasi (Sugiarto dkk 2003).

  Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini dapat dikategorikan sebaga metode deskriptif kualitatif, Menurut Maleong (2001:3) penelitian deskriptif kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati. Tujuan penulisan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat seta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir 1985).

  Dalam hal ini Nazir mengibaratkan metode deskriptif sebagai sebuah studi kasus.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian

  Penelitian dilakukan pada area WP 2 kota Pekanbaru, tepatnya di Jl. Jendral, kelurahan Labuh Baru Timur. Pemilihan lokasi diambil karena berdasarkan perubahan drastis yang terjadi pada koridor ini dalam 20 tahun terakhir, daerah yang tadinya rawa, berubah menjadi kawasan pertokoan. banyaknya kasus pelanggaran tentang pelaksanaan IMB ruko di jalan ini, juga menjadi alasan pemilihan koridor sebagai objek penelitian. Jenis–jenis pelanggaran yang terjadi di. jalan ini dapat dijadikan contoh gambaran tentang bagaimana keadaan pelaksanaan IMB untuk kasus ruko secara umum dikota Pekanbaru.

METODE PENELITIAN

  Peta lokasi Ruko yang Menjadi Objek Penelitian

  Gambar diatas menjelaskan posisi ruko yang menjadi objek penelitian di jalan Jendral, Labuh Baru, Pekanbaru. Penentuan objek ruko yang dipilih sebagai objek penelitian ialah ruko-ruko yang melanggar ketentuan izin mendirikan bangunan, dari beberapa jenis pelanggaran. Pelanggaran untuk bangunan ruko pada jalan ini, meliputi pelanggaran pada proses perubahan desain saat pelaksanaan (perbedaan Gambar IMB dengan Pelaksanaan), Penambahan besaran bangunan yang tidak dilaporkan, pelanggaran garis sempadan bangunan, serta pelanggaran perubahan bentuk fasade bangunan paska hunian.

  ANALISA Ketidakrataan/ Ketidaksamaan GSB

  Ketidaksamaan GSB pada banguanan ruko menurut hasil pengamatan peneliti terjadi akibat beberapa hal diantaranya;

  Ketidakperdulian/ketidakpaham an masyarakat yang ingin bangunan rukonya lebih luas atau justru ingin bangunan rukonya memiliki parkir yang lebih dari GSB yang ditentukan pemerintah.

  Perbedaan aturan lama dengan Aturan baru. Dalam hal ini sekolah SD yang telah ada sejak 20 tahunan yang lalu memiliki GSB yang berbeda dengan Aturan baru yang di tetapkan pemerintah ( GSB Jl. Jendral 12 meter). Untuk kasus ini juga sebenarnya tidak melanggar peraturan GSB, namun Perbedaan aturan perencanaan mengakibatkan tampilan kota menjadi tidak teratur.

  Permasalahan Garis Sempadan Bangunan Sudut

  Untuk bangunan sudut (bangunan yang berada/ diapit oleh di dua jalan) terdapat masalah ketidaksamaan GSB, hal ini di karenakan perencanaan hanya membuat satu sisi muka bangunan ( menghadap kearah jalan yang lebih besar/ jalan utama) sehingga sisi samping bangunan (ruko)berada pada jalan yang lebih kecil. Hal ini diperparah dengan tidak terdapatnya aturan khusus untuk perencanaan bangunan sudut, sehingga masyarakat menggunaan Garis sempadan Samping sebagai acuan perencanaan untuk rata-rata perencanaan ruko bangunan sudut.

  Idealnya dari sisi arsitektur bangunan sudut harus memberikan tanggapan desain tentang dua jalan yang mengapitnya, namun pada proses perencanan ruko yang ada hanya bentukan/ tampilan kearah sisi jalan terbesar (jalan Utama).

  Permasalahan ini seharusnya juga di atur dalam perundang- undangan. Karena jika hanya menggunakan aturan yang ada, maka kasus kesemberautan kota Pekanbaru oleh bangunan ruko tidak dapat dihindari.

  Perubahan Bentuk Dari Gambar IMB

  Dari dua gambar di atas (gambar 12 dan 13) terlihat jelas bahwa terjadi perubahan antara gambar yang telah disahkan dengan proses pelaksanaan dilapangan, dalam gambar terdapat atap sedangkan pelaksanaan bangunan tidak diberi atap. Perubahan ini tidak dilaporkan oleh pemilik/ pelaksana/ kontraktor, dan tidak di cek oleh pihak pengawas/ pemerintah dalam hal ini dinas tata kota.

  Seharusnya, menurut undang- undang setiap perubahan desain pada pelaksanaan bangunan, harus dilaporkan (oleh pemilik) kepada pemerintah, untuk dikaji ulang kelayakannya, untuk kemudian dibuatkan kembali Izin Mendirikan bangunannya.

  Penambahan Bangunan (Tanpa Izin)

  Berdasarkan hasil pengamatan maupun wawancara, perubahan/ penambahan seperti ini biasa dilakukan oleh pemilik/ penyewa bangunan ruko, dibuat tanpa melibatkan seorang perancang (arsitek). Hubungan kerja yang berlaku dalam kasus seperti ini hanya antara pemilik/ penyewa dengan tukang las (pekerja lapangan) dan tentu saja tidak mengurus proses perizinannya.

  Proses penambahan luasan ini tentu saja menjadi masalah, karena penggurangan area parkir ruko untuk memperluas ruang usaha, sama artinya dengan mengurangi jumlah parkir untuk pengunjung ruko tersebut. Yang pada akhirnya, pengunjung akan parkir dipinggir jalan, dan menambah beban kemacetan.

  Pembuatan Pagar Pembatas Pada Area Ruko

  Dalam kasus ini, menurut undang-undang bangunan pagar masuk kategori bangunan bukan gedung yang ketika hendak dibangun tetap harus memiliki izin mendirikan bangunan dari pemerintah setempat, dalam hal ini Dinas Tata kota.

  Jika dilihat dari segi penggunaan lahan, area parkir memang masih tetap pada fungsi awalnya sebagai area parkir, namun pembuatan pagar pada area depan ruko tentu menyalahi aturan. Terutama untuk bangunan bukan gedung, Gambaran Proses Pelaksanaan IMB sebagaimana diamanatkan oleh kota Pekanbaru undang-undang.

  Menurut hasil penelitian

  

Perubahan Fasade bangunan Penulis, pelaksanaan IMB di kota

  Pekanbaru bila dibandingkan dengan pelaksanaan IMB yang diatur dalam peraturan Menteri tentang pedoman pelaksanaan teknis bangunan gedung, masih memiliki banyak permasalahan, untuk kelengkapan dokumen ( dokumen administratif dan dokumen

  Perubahan fasade bangunan teknis), pemeriksaaan lebih detail biasa terjadi paska bangunan ruko dilakukan pada persyaratan dokumen dihuni oleh pemilik/ penyewa ruko, administratif berupa; agar toko atau tempat usahanya mudah dikenali. Dalam undang- a) Data Pemohon, dalam hal ini undang maupun peraturan daerah, berupa nama, alamat, no KTP, perubahan fasade bangunan ini no NPWP, no telp, dll. seharusnya dilaporkan dan dibuatkan

  b) Data Tanah, dalam hal ini Hak izinnya oleh pemerintah daerah, atas status Tanah, Pajak tanah, namun pada prakternya perubahan Lokasi tanah, batas-batas persil fasade bangunan tidak melalui proses tanah, dll. izin.

  Untuk gambaran proses Aturan yang mengatur tentang pelaksanaan IMB di kota Pekanbaru perubahan bentuk tampilan bangunan dijelaskan dalam bagan dibawah ini; yang di amanatkan oleh Undang- Undang, maupun Perda Pekanbaru,hanya berupa izin mendirikan bangunan tentang renovasi, sedangkan ketentuan/ aturan yang secara khusus mengatur permasalahan bentukan desain tampilan arsitektur memang tidak ada. Permasalahan yang sering ditemukan dari sisi owner/ pemohon, biasanya perihal ;

  a. Data penyedia jasa konstruksi tidak diisi sesuai dengan kenyataan, gambar dibuat oleh drafter dan arsitek pemengang izin hanya menandatangani. Hal ini biasa dilakukan untuk mengurangi biaya penyedia jasa arsitek.

  b. Antara gambar yang di sahkan dan pelaksanaan dilapangan berbeda. Bagi sebagian masyarakat pengurusan IMB tidak lebih hanya sebatas formalitas, orientasi pelaksanaannya lebih kearah waktu yang sesingkat- singkatnya dan biaya yang sekecil-kecilnya.

  Sedangkan Permasalahan yang sering ditemukan dari sisi Pemerintah Daerah ialah kurang serius dalam hal melakukan pemeriksaan, baik pemeriksaan dokumen untuk pengesahan, maupun pemeriksaan untuk proses kesesuaian peruntukan lahan.

  Bagan Gambaran Proses

  Dalam bagan diatas dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan proses penerbitan

  IMB di kota Pekanbaru terhadap proses penerbitan IMB yang diatur dalam undang-undang, masih terdapat beberapa kelemahan terutama pada; a. Keterangan Rencana

  Kabupaten/ Kota; Terdapat kelemahan pelaksanaan penetapan fungsi yang telah tercantum di dalam RTRW dan RDTK kota Pekanbaru terhadap pelaksanaan dilapangan. Dalam beberapa kasus, ruko dibangun diarea yang bukan fungsi usaha dalam peta RTRW dan RDTK kota Pekanbaru.

  b. Proses penyusunan dan dokumen rencana teknis bangunan oleh pemohon, berdasarkan hasil wawancara dalam pelaksanaan proses ini, pada beberapa kasus didapatkan pernyataan yang menyatakan bahwa gambar teknis bisa dibuat oleh siapa saja (drafter), penandatangan/ pengesahan dilakukan oleh pemengang SIPB tanpa pemeriksaan yang semestinya.

  c. Proses pemeriksaaan oleh Pemerintah Daerah.

  Berdasarkan hasil survey dan wawancara, pemeriksaan gambar teknis tidak dilakukan secara maksimal, selama gambar, sudah ditandatangani oleh pemegang SIPB yang tercatat di Dinas Tata Kota.

  Teknis Pelaksanaan Penyelengaraan Bangunan Gedung Di Pekanbaru

  Penjelasan yang didasarkan atas hasil penelitian penulis tentang perbandingan proses penyelenggaraan bangunan gedung terkait penerbitan Izin Mendirikan Bangunan dikota Pekanbaru, dengan bagan proses penyelenggaraan bangunan gedung yang diatur dalam Permen PU no. 24 tahun 2007 tentang pedoman teknis Izin mendirikan Bangunan, dapat dilihat pada bagan diawah ini;

  Pada bangan Proses teknis penyelenggaraan bangunan diatas terdapat dua alur proses pelaksanaan, yaitu alur utama yang merupakan alur proses terpenting dalam penyelenggaraan bangunan gedung, dan alur penunjang, yang merupakan alur pelengkap dalam proses penyelenggaraan alur utama. dijelaskan bahwa; Alur Utama

  1. Perencanaan; Untuk mendapatkan

  IMB bangunan, Perencanaan bangunan gedung harus sesuai dengan RTBL dan atau RTRW kota (Untuk bangunan khusus harus dilengkapi AMDAL dan Persetujuan Instansi Lain).

  2. Pelaksanaan; Setelah IMB dikeluarkan baru bisa dilakukan proses pelaksanaan/ pembangunan proses pelaksanaan harus difungsikan oleh Tim Ahli sesuai dengan yang tertera Bangunan Gedung. dalam gambar teknis IMB yang Berdasarkan hasil penelitian telah di sahkan. penulis dalam beberapa kasus Menurut hasil penelitian penulis, sertifikat layak fungsi tidak untuk kasus ruko di jalan dilaksanakan sebagaimana Jendral, Labuh Baru Timur, mestinya secara maksimal. terdapat kasus dimana

  KESIMPULAN

  pelaksanaan ruko berbeda

  Pelaksanaan IMB di Pekanbaru

  dengan gambar IMB yang telah disahkan.

  Dari hasil penelitian yang

  3. Pemanfaatan; dilakukan di kawasan WP

  2 Setelah itu pelaksanaan Pekanbaru, tepatnya Jl. Jendral, selesai dilakukan, harus Labuh Baru Timur, Payung Sekaki, mendapatkan Sertifikat Laik Pekanbaru, berbagai permasalahan

  Fungsi (SLF), baru kemudian ruko terjadi akibat ketidakfahaman dan bangunan dapat dipergunakan. ketidakperdulian masyarakat terhadap

  Berdasarkan hasil penelitian peraturan, serta belum maksimalnya penulis, dokumen sertifikat proses penerbitan, pengawasan izin layak fungsi, pada beberapa mendirikan bangunan di kota kasus tidak diurus Pekanbaru. penerbitannya.

  Alur Penunjang

  Permasalahan Ruko di Pekanbaru

  Sertifikat Layak Fungsi; Secara garis besar kasus

  Dalam berjalannya proses pelangaran IMB terjadi akibat hal, pemanfatan bangunan gedung , antara lain ; bangunan harus mendapatkan

  1. Dalam hal Perencanaan (oleh kajian teknis, untuk memberikan Arsitek) keputusan perpanjangan a. Dalam beberapa kasus, gambar

  Sertifikat Laik Fungsi (SLF), rancangan dibuat oleh drafter, atau justru pembongkaran bila dan pemegang SIBP dalam bangunan dirasa tidak laik hal ini arsitek menandatangani tanpa melakukan pemeriksaan yang baik.

  b. Pemahaman/ Keperdulian Arsitek untuk ikut andil dalam menjaga penataan performa kawasan dianggap masih sangat kurang.

  c. Kelengkapan gambar tambahan yang diminta dalam pengurusan IMB di Pekanbaru ialah; gambar dan perletakan sumur resapan. Namun pada kenyataannya hal ini haya terjadi diatas kertas, karena pada proses pelaksanaan tidak dibuat, dan pemeriksaan sangat jarang dilakukan

  2. Dalam hal Pelaksanaan (oleh Kontraktor/ Owner)

  a. Pelaksanaan sistem antisipasi kebakaran (pipa air saluran pencegahan kebakaran pada bangunan ruko) sama sekali tidak dilakukan.

  b. Berdasarkan hasil penamatan peneliti, jika terjadi perubahan sewaktu proses pelaksanaan, perubahan tidak dilaporkan apalagi di urus izinnya.

  3. Dalam Hal Pengawasan (oleh

  a. Pengawasan yang menjadi tanggung jawab pemerintah Kota, dirasa belum dilaksanakan secara maksimal untuk kategori bangunan ruko di jalan Jendral Labuh Baru Timur, Pekanbaru.

  b. Jika dalam proses pengawasan terdapat temuan pelanggaran, temuan tidak ditindak secara tegas (hanya berupa pemberian denda). Pernyataan ini berdasar informasi dari pelaku bidang konstruksi .

  4. Paska Hunian (oleh Penyewa/ Pemilik)

  a. Dalam beberapa kasus, setelah dihuni, pemilik baru yang mengganti bentuk fasade ruko sesuai kebutuhan/ keinginannya, tidak melaporkan/ mengurus izin bangunan untuk perubahan/ renovasi. Pelaksanaan izin perubahan bentuk bangunan (renovasi fasade) yang mengcover hal ini tidak diawasi/ jalankan secara maksimal oleh Dinas Tata Kota Pekanbaru.

  b. Pemilik merasa berhak penuh atas lahan parkir sehingga pemilik yang menambah pembangunan ruko di kota Pekanbaru besaran ruko kearah depan pada umumnya dan jl. Jendral pada (mengambil lahan parkir), khususnya. proses penambahan ini juga

  Dampak Permasalahan IMB

  tidak dilaporkan/ diurus izinnya Dampak dari belum

  (berdasarkan pengamatan peneliti, proses penambahan maksimalnya proses pelaksanaan IMB ini hanya melibatkan owner seperti yang dijelaskan oleh pembahasan diatas, untuk kasus ruko dan tukang besi/las, sebagai dijalan Jendral, Labuh Baru Timur, pelaksana).

  Pekanbaru antara lain; Selain lemahnya Penegakan

  • perarutan yang berlaku tentang Izin Terjadinya Kesemberautan Mendirikan bangunan permasalahan Garis Sempadan untuk kasus ruko juga terjadi akibat tidak detailnya ruko

  Perubahan Gambar IMB yang Perda yang mengatur permasalahan; telah dikeluarkan dengan pelaksanaan dilapangan.

  • peraturan/ perundangan maupun

  a. Peraturan perundang-undangan

  • Penambahan luas bangunan tidak menjelaskan tentang tanpa izin.

  aturan detail teknis tampilan

  • Pembuatan pagar (bangunan arsitektur kawasan.

  bukan gedung) tanpa izin.

  b. Tidak adanya aturan yang khusus mengatur tentang GSB Berdasarkan penjabaran bangunan dikawasan sudut. tersebut, koridor jalan Jendral, Labuh

  c. GSB hanya berbicara perihal Baru Timur, memiliki bentukan ruang jarak minimum bangunan yang sangat dinamis serta tampilan terhadap jalan, dan Hal ini yang beragam. tidak cukup untuk mengcover kesemberautan pembangunan.

  Hal-hal yang disebutkan diatas

  SARAN

  merupakan faktor-faktor semberautnya

  IAI sebagai lembaga yang wajah kota oleh proses perkembangan seharusnya aktif dalam memberikan penyuluhan baik terhadap calon anggota/ anggotanya (arsitek), instansi pemerintah, maupun kepada masyarakat, tentang arti pentingnya membangun kota demi kepentingan bersama. Karena arsitek merupakan profesi yang seharusnya paling bertanggung jawab tentang rusaknya wajah kota.

  Dinas Tata kota sebaiknya memperbaiki kelemahan kelemahan dalam proporsi tugasnya sebagai badan yang mengeluarkan izin dan pengawasan terhadap perkembangan kota. Penyuluhan bagi masyarakat untuk tidak mendahulukan kepentingan pribadi terhadap kepentingan umum (dalam hal ini proses pembangunan yang melanggar peraturan).

  Dua lembanga yang disebutkan diatas merupakan lembaga yang memiliki peran paling penting dalam mengawal perkembangan kota kearah yang lebih baik. Masyarakat dalam hal ini (pemilik/ penyewa) harus disadarkan tentang arti pentingnya mematuhi aturan IMB yang telah ditetapkan.

  Sa’ ban Azhar L.M, 2012, Implementasi Izin Mendirikan Bangunan Dikota Baubau Perspektif Good Governance,Jurnal Gevernance and public policy Irawan Hengki dan Tua, Harapan, 2015 Pelaksanaan Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Pekanbaru Terhadap bangunan yang tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan di Kecamatan Tampan , Fisipol UNRI Satrio Mukti, 2013, Penerbitan IMB Yang Melanggar Tata Ruang (Kajian Tentang Implementasi Perda RTRW Kota Malang Terhadap Penerbitan

  IMB yang Melanggar Tata Ruang), Universitas Brawijaya Malang Utami Normavita, 2011, Pelayanan Permohonan

  IMB di Kabupaten Sleman, UIN SUSQA Kalijaga Maleong J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, -Cet.1, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001

  Peraturan Perundangan

  Perda Pekanbaru no.14 tahun 2000 tentang IZIN BANGUNAN DALAM DAERAH KOTA PEKANBARU

DAFTAR PUSTAKA

  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010

  Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung