KAJIAN EKOSISTEM MANGROVE DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA DI KAWASAN MANDEH KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

  1 KAJIAN EKOSISTEM MANGROVE DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA

  

DI KAWASAN MANDEH KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN

PESISIR SELATAN

ARTIKEL

ARLINDAWATI

NPM: 06100 18112024

  

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Pesisir dan Kelautan (PSP2K)

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

2013

  

STUDY OF MANGROVE ECOSYSTEM AND ITS MANAGEMENT

STRATEGY IN THE MANDEH AREA OF KOTO XI DISTRICT TARUSAN OF

PESISIR SELATAN REGENCY

  1

  1

  1 Arlindawati , Eni Kamal , Jhon Nurifdinsyah

  Program Studi PSP2K, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta, armi_herfina@yahoo.com

  

ABSTRACT

This study aims to, Knowing the potential and conditions of mangrove forest contained

in the Mandeh area of Koto XI District Tarusan of Pesisir Selatan Regency, Knowing

the factors that affect the condition of mangrove forests in the Mandeh area of Koto XI

District Tarusan of Pesisir Selatan Regency, Determine what efforts to do so the

mangrove forests in in the Mandeh area of Koto XI District Tarusan of Pesisir Selatan

Regency can be maintained. The data used in this study is primary data and secondary

data. The types of primary data collected is biophysical data, covering coastal and

marine biological resources (mangrove species, species of fish, mollusk), water quality

data (temperature, salinity, pH), in the Mandeh. While secondary data include the

socio-economic data, and the potential for coastal and marine conditions, as well as

other supporting data. Biophysical methods of data collection was conducted using

exploratory and descriptive studies as well as survey, through field measurements and

laboratory analysis, while collecting social data was obtained directly at the location of

the study through interviews with respondents with sample processing technique is

purposive sampling. The results showed that the Pesisir Selatan Regency has the

potential of coastal that is the mangrove forest with an area of + 2.549,55 Ha, and from

the results of the study is identified 19 (nineteen) mangrove plant species, 6 (six) of

mangrove species and 13 (thirteen) species of not typical mangrove and obtained 25

(twenty five) species of fish with 11 (eleven) family, as well as molluscs 26 (twenty six)

types with 6 (six) families. SWOT analysis results, is obtained 6 (six) strategy needs to

be done in the mangrove ecosystem in the Mandeh area in sustainable manner, are : 1)

Addressing the lack of public understanding about the importance of mangroves and

dissemination of legislation, 2) Overcoming encroachment, illegal logging and looting,

3) There should be a socialization allotment of land, 4) To provide guidance to coastal

communities, 5) Development of tourism potential, and 6) Consolidation among

agencies involved in the determination of the rights and powers of the mangrove forest.

Based on the mangrove forest potential and conditions contained in the Mandeh area of

Koto XI District Tarusan of Pesisir Selatan Regency, in protecting and preserving the

remaining mangrove forests in the Mandeh area, need to be managed well by

socialization mangrove allotment of land and need fixing coordinative agency to

manage the forest.

  Keyword : mangrove, ecosystem, management

1.1 LatarBelakang

  3 I. PENDAHULUAN

  Indonesia merupakan suatu negara kepulauan dengan luas perairan laut lebih dari 3,1 juta Km

  2

  yang memiliki panjang garis pantai Indonesia ±95.181 Km, dan Indonesia juga memiliki potensi sumberdaya pesisir yang besar, dimana salah satu sumberdaya pesisir tersebut adalah hutan mangrove.

  Secara keseluruhan luas hutan mangrove di Indonesia hanya 2,5 juta dari total luas hutan mangrove yang ada sebelumnya yaitu mencapai 4,5 juta Ha, merupakan hutan mangrove terluas di dunia yang dimiliki oleh suatu negara. Luas hutan mangrove didunia adalah sekitar 14,70 juta Ha (Bengen

  dalam Duryatmo, 2000).

  Fungsi dan peranan ekosistem mangrove sangat unik, begitu pula dalam kaitannya dengan ekosistem perairan lepas pantai. Untuk menjaga keseimbangan wilayah pantai dan mempertahankan manfaat gandanya adalah sangat penting dalam kehidupan biota darat dan laut, untuk itu ekosistem mangrove perlu dilestarikan.

  Hutan mangrove mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan proses ekologis dan penyangga kehidupan, berupa kemampuan untuk mencegah intrusi air asin ke daratan yang dapat merusak areal-areal pertanian dan penyediaan air minum (Kusmana, 1995).

  Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu dari

  19 Kabupaten / Kota di Propinsi Sumatera Barat, dengan luas wilayah 5.749,89 Km

  2

  . Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan terletak di bagian selatan Propinsi SumateraBarat, memanjang dari Utara ke Selatan dengan panjang garis pantai 234 Km. sebelah Utara berbatasan dengan Kota Padang, sebelah Timur dengan Kabupaten Solok dan Propinsi Jambi, sebelah Selatan dengan Propinsi Bengkulu dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.

  Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2008 berjumlah 433.181 jiwa yang terdiri dari 213.462 jiwa laki- laki dan 219.719 jiwa perempuan. Wilayah administrasi pemerintahan terdiri atas 12 kecamatan dan 182 nagari. Sebagian besar penduduk Pesisir Selatan bergantung pada sektor pertanian tanaman pangan, perikanan dan perdagangan. Sementara sumber daya potensial lainnya adalah pertambangan, perkebunan dan pariwisata.

  Kabupaten Pesisir Selatan memiliki panorama alam yang cukup cantik dan mempesona. Kawasan Mandeh misalnya, sekarang kawasan wisata ini oleh pemerintah pusat masuk dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) mewakili kawasan barat Indonesia.

  Kawasan Mandeh merupakan salah satu kawasan wisata di Kabupaten Pesisir Selatan yang terletak di Kecamatan Koto XI Tarusan. Kawasan Padang yang jaraknya sekitar 56 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat tersebut. Waktu tempuh sekitar 56 menit dengan menaiki mobil. Luas kawasannya 18.000 hektar, kawasan ini memiliki keindahan yang berlebihan, sehingga kawasan ini terkenal ditingkat Nasional bahkan Internasional.

  Kawasan Mandeh memiliki potensi pesisir khususnya hutan mangrove yang dapat dikembangkan untuk ekowisata dengan rencana pengelolaan yang baik, dimana luas hutan mangrovenya pada saat sekarang ini ± 896,73 Ha (Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pesisir Selatan, 2011).

  Dari uraian diatas, terlihat sekilas kondisi hutan mangrove yang tersisa di Kabupaten Pesisir Selatan yang memerlukan pengelolaan yang baik untuk menjaga sisa mangrove yang ada. Namun untuk menjaga dan melestarikan sisa hutan mangrove yang ada diperlukan kajian strategi pengelolaan ekosistem mangrove di Kawasan Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan tersebut diperlukan data-data yang komprehensif tentang kondisi hutan mangrove di Kawasan Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten

  1.2 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian adalah menentukan upaya dan kebijakan yang dapat dilakukan agar hutan mangrove di Kawasan Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan dapat dipertahankan.

  1.3 Perumusan Masalah

  Beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan, antara lain:

  1. Bagaimana potensi dan kondisi hutan mangrove yang terdapat pada Kawasan Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

  2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kondisi hutan mangrove di Kawasan Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

  3. Upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam mempertahankanatau memper- baiki kerusakan hutan mangrove di Kawasan Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

  1.4 Kerangka Pemikiran HUTAN MANGROVE Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi hutan mangrove KONDISI HUTAN MANGROVE Fisik Kimia Kualitas Air

  Sosial, Ekonomi Masyarakat

STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE

Gambar 1.1. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian

1.5 Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian ini adalah: 1. Didapatkan gambaran tentang potensi dan kondisi hutan mangrove yang terdapat di Kawasan Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

  2. Diketahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan hutan mangrove di Kawasan Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

  3. Berdasarkan data vegetasi, kondisi perairan, fauna, dan sosial masyarakat yang didapatkan, akan ditentukan upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukam untuk pengelolaan hutan mangrove Kawasan Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

  2.1 Gambaran Umum Hutan Mangrove

  Bank Dunia (dalam Hamilton dan Snedaker, 1984) melaporkan bahwa, luas kawasan hutan mangrove di

  Indonesia adalah yang terbesar dibandingkan negara-negara lainnya yang memiliki hutan mangrove. Dikemukakan bahwa di Indonesia terdapat jenis tumbuhan hutan mangrove sebanyak 26 (dua puluh enam) jenis, dengan komposisi utamanya Rhizophora, Bruguiera,

  Avicennia, Sonneratia, Nypa dan Ceriops.

  Hutan mangrove merupakan vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon bakau yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran air dan terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Karena itu hutan mangrove banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria dan delta dan daerah pantai yang terlindung.

  Kamal, Bujang, Suardi dan Mutaharah (1998) mengatakan bahwa hutan mangrove dapat berkembang pada habitat dengan ciri-ciri ekologisnya sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA

  1. Jenis tanah berlumpur, berlempung atau berpasir dengan bahan yang berasal dari 2.

  Ungsi biologis, sebagai daerah lumpur, pasir, atau pecahan asuhan dan tempat pemijahan karang. dan spawning

  (nursery ground 2. ground) bagi ikan, udang,

  Lahannya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari kepiting, kerang dan biota sampai sampai pada daerah yang perairan lainnya, tempat hanya tergenang saat pasang persinggahan burung-burung purnama, dimana frekuensi yang berimigrasi serta tempat genangan ini akan menentukan habitat alami berbagai jenis kompetisi vegetasi hutan biota flora (anggrek) dan fauna mangrove itu sendiri. lainnya.

  3.

  3. ekonomis, sebagai Menerima pasokan air tawar Fungsi yang cukup dari darat (sungai, sumber bahan bakar (arang dan mata air atau air tanah) yang kayu bakar), bahan bangunan berfungsi untuk menurunkan (balok, atap rumah dan tikar),

  (serat sintetis), makanan, obat-

  

2.2 Fungsi dan Manfaat Hutan obatan, minuman (alkohol),

Mangrove bahan mentah kertas, bahan

  Kamal dkk, (1998) menyebutkan pembuat kapal (gading-gading) bahwa hutan mangrove suatu ekosistem dan lainnya. yang unik dan mempunyai 3 (tiga) fungsi pokok, yakni: Menurut Odum dan Johanes

  1.

  dalam Supriharyono (2000) ada

  Fungsi fisik, menjaga garis pantai agar tetap stabil, beberapa manfaat penting hutan melindungi pantai dari mangrove, diantaranya adalah: gempuran ombak dan abrasi,

  1. Kayunya dipakai sebagai kayu menjadi wilayah penyangga bakar, karena nilai kalorinya terhadap rembesan air laut yang tinggi maka kayu (intrusi) dan sebagai filter mangrove dapat dipakai sebagai pencemaran yang masuk ke laut. arang (chacoal). Selain itu beberapa jenis pohon mangrove tertentu mempunyai kualitas kayu yang baik sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk perumahan dan konstruksi kayu.

  2. Kulit kayunya merupakan sumber bahan tanin yang biasa digunakan untuk penyamak kulit dan pengawetan jala atau jaring ikan. Selain itu juga merupakan sumber lem plywood dan beberapa macam zat warna.

  3. Daunya bisa digunakan sebagai makanan hewan ternak. Berapa daun dari jenis-jenis tertentu digunakan sebagai obat ataupun hewan ternak, bahkan ada pula yang dipakai sebagai pengganti untuk teh dan tembakau.

  4. Bunga-bunganya merupakan sumber madu.

  5. Buah-buahan ada yang dapat dimakan, walaupun beberapa dari buah-buahan tersebut ada yang beracun bagi ikan.

  6. Akar-akarnya efektif untuk perangkap sedimen, memperlambat kecepatan arus dan mencegah erosi pantai.

  7. Tempat mencari makan dan berlindung bagi ikan dan hewan- hewan air lainnya (seperti kerang-kerangan) terutama pada tingkat juvenil.

  8. Hutan mangrove merupakan suatu penyangga antara komunitas daratan dan pesisir (laut).

  2.3Vegetasi Hutan Mangrove

  Bengen (2000) menyebutkan hutan mangrove meliputi pohon- pohonan dan semak yang terdiri atas 12 (dua belas) genera tumbuhan berbunga

  (Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Snadea dan Conocarpus) yang tergolong ke dalam 8 (delapan) famili.

  Selanjutnya juga dikatakan vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi dengan jumlah jenis tercata 202 (dua ratus dua) jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Namun demikian hanya terdapat kurang lebih 47 (empat puluh tujuh) jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Paling tidak didalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati hutan mangrove yang termasuk kedalam 4 (empat) famili: Rhizophoraceae

  (Rhizophora, Bruguiera, dan Ceriops),

  • Yang menempati substrat baik keras (akar dan batang pohon mangrove) maupun lunak (lumpur), terutama kepiting, kerang dan berbagai jenis invertebrata lainnya.

  Sonneratiaceae (Sonneratia), Avicenniaceae

  (Avicennia)

  dan Meliaceae (Xylocarpus).

2.4Fauna Hutan Mangrove

  Menurut Bengen (2000), komunitas fauna hutan mangrove membentuk percampuran antara 2 (dua) kelompok:

  1. Kelompok fauna daratan/teresterial yang umunya menempati bagian atas pohon mangrove, terdiri atas; insekta, ular, primata, dan burung. sifat adaptasi khusus untuk hidup di dalam hutan mangrove, karena mereka melewatkan sebagian besar hidunya di luar jangkauan air laut pada bagian pohon yang tinggi, meskipun mereka dapat mengumpulkan makanannya berupa hewan laut pada saat air surut.

  2. Kelompok fauna perairan/akuatik, terdiri atas 2 (dua) tipe, yaitu:

  2.5Nilai Ekonomi Hutan Mangrove

  Hutan mangrove mempunyai beberapa nilai ekonomi. Menurut Sumitro (1993), nilai ekonomi dan pemanfaatan langsung hutan mangrove dikaji dari produk fisik dari mangrove dan tambak tumpang sari.

  Produk fisik Nilai ekonomi dari hutan mangrove yang merupakan produk fisik, yaitu gergajian, chip (serpihan kayu) untuk pulp, kayu bakar, arang ekstrak kulit kayu.

  2. Tambak Tumpangsari (silvofishery)

  2.6 Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir

  Masyarakat pesisir memiliki kharakteristik sosial ekonomi yang berbeda dengan beberapa kelompok masyarakat industri lainnya. Fahrudin (1997), perbedaan ini dikarenakan eratnya keterkaitan terhadap kharakteristik ekonomi pesisir,

  • Yang hidup di kolom air, terutama berbagai jenis ikan dan udang.
ketersediaan sarana prasarana sosial ekonomi sedangkan Adiwibowo (1995) masyarakat pesisir dapat dipandang sebagai suatu sistem sosial yang kehidupan segenap anggota-anggotanya tergantung sebagian atau sepenuhnya pada kelimpahan sumberdaya pesisir dan lautan.

  Mengingat sumberdaya di wilayah pesisir sangat beragam, rumah tangga pedesaan di wilayah pesisir ada yang bermatapencaharian sebagai nelayan tangkap, nelayan bagan, dan sebagai petani.

  Masyarakat disekitar hutan mangrove pada umumnya adalah nelayan dan sudah banyak diketahui bahwa masyarakat nelayan tergolong masyarakat miskin. Mereka bekeja mencari nafkah dilaut dilandasi dengan harapan yang optimis, sehingga selalu bersedia mengeluarkan tenaga dan modalnya yang sedikit tanpa menyadari tangkapan marginal sudah negatif (Sumitro, 1993). Dan menurutnya lagi, apabila kehidupan nelayan dalam keadaan terjepit maka larinya kepada sumberdaya alam lainnya, yaitu mencari kayu bakar di hutan mangrove. Hutan mangrove sebenarnya diperlukan oleh mereka, tetapi karena tekanan kebutuhan hidup terpaksa mereka cenderung memusnahkannya.

  Saat jumlah penduduk masih sedikit, hal ini tidak begitu besar pengaruhnya sebagaimana lautan yang begitu luas. Akan tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk sedangkan luas kawasan mangrove terbatas pada daya dukung lingkungannya, maka pemanfaatan hutan mangrove oleh siapa saja akan menimbulkan tragedi. Hutan mangrove sebenarnya salah satu sumberdaya alam hayati yang dapat terpulihkan secara kerusakannya melebihi daya dukungnya maka hutan tersebut akan musnah.

  2.8 Keterkaitan Masyarakat dengan Hutan Mangrove

  Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di hutan dan atau di sekitar hutan mangrove merupakan masalah prinsip dalam usaha menyelamatkan hutan mangrove (Sukardjo, 1993). Masyarakat biasanya menyadari bahwa pemanfaatan yang berkesinambungan adalah demi mereka, tetapi mereka sering memanen melampaui batas. Buruknya kondisi sosial ekonomi masyarakat (nelayan) akan berakibat pada peningkatan 2.

  Komposisi jenis burung yang penebangan liar pohon-pohon mangrove terdapat di kawasan hutan baik frekuensi maupun intensitasnya. mangrove a.

  Jenis-jenis burung yang terdapat di sekitar hutan

III. METODOLOGI PENELITIAN mangrove 3.

  Komposisi jenis ikan yang

  3.1

  terdapat di kawasan hutan

   Waktu dan Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan mangrove mulai bulan April sampai dengan bulan a. ikan yang

  Jenis-jenis Mei 2012. Lokasi pengambilan data terdapat di sekitar hutan dalam penelitian ini di Kawasan mangrove Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan 4.

  Komposisi Molusca (gastropoda Kabupaten Pesisir Selatan. Kegiatan dan bivalvia) identifikasi fauna mangrove yang a. Molusca

  Jenis-jenis Biologi Universitas Andalas dan jyang terdapat di sekitar identifikasi flora mangrove di hutan mangrove Herbarium Universitas Andalas Padang.

  5. Kualitas perairan di sekitar Lokasi penelitian Kawasan Mandeh hutan mangrove, dimana stasiun Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten pengambilan sampel di Kawasan Pesisir Selatan. Mandeh Kecamatan Koto XI

  Tarusan Kabupaten Pesisir

3.2 Selatan. Parameter yang diamati Variabel

  Variabel-variabel yang diamati antara lain: untuk mendapatkan kondisi hutan a.

  Fisika, meliputi: mangrove di Kecamatan Lengayang, Suhu

  • adalah:
  • 1.

  Salinitas

  • a.

  Tersuspensi Komposisi vegetasi mangrove Padatan

  (TSS) Jenis-jenis mangrove

  Kekeruhan

b. lokasi di Kawasan Mandeh

  Kimia, meliputi: Kecamatan Koto XI Tarusan pH

  • Oksigen Kabupaten Pesisir Selatan.
  • Terlarut (DO) 2.

  Kandungan

  Struktur vegetasi mangrove yang Oksigen terdapat pada masing-masing

  • Biologi (BOD

  Kandungan

  5 ) lokasi di Kawasan Mandeh

  • Kimia (COD) Kabupaten Pesisir Selatan.

  Oksigen Kecamatan Koto XI Tarusan Kebutuhan

  • struktur vegetasi mangrove ini

  Untuk mendapatkan data tentang Amonia dan Nitrit

  Minyak

  • digunakan metode Purposive Cadmiun (Cd)
  • Plot Sampling, dengan
  • 6.

  Timbal (Pb)

  menetapkan transek penelitian Sosial Ekonomi Masyarakat

  • berdasarkan

  perbedaan Jumlah penduduk kepadatan mangrove, lokasi Tingkat pendidikan

  • Mata pencaharian penduduk
  • terkait dengan hutan pembuatan plot, untuk mangrove mengumpulkan data guna analisa komposisi vegetasi

  Dalam metode ini dilakukan Kegiatan masyarakat yang

  3.3

  dengan metode Plot Count

   Tehnik Pengambilan Data

3.3.1 Method dari Dombois dan Kerja Lapangan

  Dalam menentukan kondisi Ellenberg (1974), dimana hutan mangrove pada beberapa lokasi di ketentuan membuat plot ini Kawasan Mandeh Kecamatan Koto XI adalah: Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan

  • digunakan metode penelitian kuantitatif

  Pohon 10 x 10 m

  • dan kualitatif. Dimana untuk

  Sapling 5 x 5 m

  Seedling 1 x 1 m mengetahui kondisi hutan mangrove ini

  3. Komposisi jenis burung yang dibutuhkan data-data sebagai berikut: terdapat di kawasan hutan

  1. mangrove pada masing-masing

  Komposisi jenis mangrove yang terdapat pada masing-masing lokasi di Kawasan Mandeh

  Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.. Untuk mendapatkan data tentang jenis-jenis burung yang terdapat pada kawasan mangrove digunakan metode menurut Mackinon et.al, 1998, dimana dilakukan pengamatan secara visual dengan menggunakan teropong, burung yang teramati dimasukkan dalam suatu daftar. Setiap daftar memuat 20 jenis burung dan setiap jenis hanya dicatat satu kali pada suatu daftar tetapi dapat dicatat pada diakhiri apabila tidak ada lagi pertambahan jenis baru pada daftar pengamatan dan untuk mendapatkan jenis-jenis burung tersebut maka diidentifikasi dengan buku Mackinon et.al, 1998.

  4. Komposisi jenis ikan yang terdapat di kawasan hutan mangrove pada masing-masing lokasi di Kawasan Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Penangkapan ikan dilakukan dengan jala, contoh ikan yang didapatkan diawetkan dengan formalin 10 % selanjutnya diidentifikasi di laboratorium untuk menentukan jenisnya dengan menggunakan buku identifikasi ikan Saanin, 1982.

  5. Komposisi Gastropoda dan Bivalvia yang terdapat pada hutan mangrove di Kawasan Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

  Metode yang digunakan

  Purposive Plot Sampling , pada

  metode ini dilakukan pembuatan transek dan untuk pengumpulan pembuatan petak contoh (plot) ukuran 1 x 1 meter diletakkan secara sistematis di setiap transek. Masing-masing transek ditarik tegak lurus pantai dan bagian luar hutan (berbatasan dengan lautan) sampai dengan bagian dalam hutan (berbatasan dengan daratan). Sampel diambil pada saat surut dengan cara memungut semua gastropoda dan bivalvia yang ada di lantai hutan, akar, batang dan daun sepanjang masih dalam batas kuadrat. Gastropoda dan Bivalvia yang diperoleh dimasukkan kedalam kantong sekunder (jumlah penduduk dan sampel dan diberi label untuk tingkat pendidikan). diidentifikasi di laboratorium dengan menggunakan buku Responden akan ditetapkan identifikasi Abbott (1974). melalui tehnik pengambilan 6. sampel secara Purposive

  Kualitas perairan di sekitar hutan mangrove Sampling (Singarimbun dan Metoda yang digunakan untuk Sofyan, 1989). pengukuran kualitas perairan di sekitar hutan mangrove adalah

  3.3.2 Kerja Laboratorium Purposive Plot Sampling , Identifikasi dan pengawetan

  dimana sampel diambil pada jenis tumbuhan yang dapat dilakukan di masing-masing lokasi hutan Herbarium Universitas Andalas Padang. mangrove yang terdapat di Untuk jeni ikan, Molusca (Gastropoda Kawasan Mandeh Kecamatan dan Bivalvia) yang didapatkan Pesisir Selatan. dilakukan pengawetan di Laboratorium Stasiun pengambilan sampel di Biologi Universitas Andalas. Jenis Kawasan Mandeh Kecamatan burung yang didapatkan diidentifikasi Koto XI Tarusan Kabupaten langsung dilapangan, sedangkan untuk Pesisir Selatan. kualitas air dilakukan di Laboratorium 7.

  Jasa Analis Jurusan Kimia FMIPA Sosial Ekonomi Masyarakat Metode yang digunakan adalah Universitas Negeri Padang. metode survey, dimana metode ini untuk mengumpulkan data

  3.3.3 Analisis Data

  dengan melakukan wawancara 1.

  Data tentang kondisi vegetasi dan observasi. Data-data yang mangrove dianalisis dengan rumus akan dikumpulkan antara lain; Dombois dan Ellenberg (1974). data primer (mata pencaharian a.

  Kerapatan= penduduk dan kegiatan Jumlah individu suatu spesies Luas area sampel masyarakat yang terkait dengan hutan mangrove) dan data Kerapatan Relatif (KR) = 3.

  Analisa data untuk komposisi jenis Kerapatan suatu jenis x 100 % burung

  Kerapatan semua jenis Berdasarkan data yang didapatkan dilapangan maka dicari indeks b.

  Frekuensi= kelimpahan relatif setiap jenis

  Jumlah plot yang ditempati suatu jenis

  dengan rumus:

  Jumlah seluruh plot

  Indeks Kelimpahan Relatif : Frekuensi Relatif (FR) =

  Jumlah satu jenis tercatat Frekuensi suatu jenis x 100 %

  Total daftar Frekuensi semua jenis

  Indeks kelimpahan relatif ini dicari

  c. = Dominansi untuk tiap-tiap lokasi (Bibby, C.,

  Jumlah basal area suatu jenis M. Jones dan S. Marsden, 2000)

  Luas area sampel 4.

  Analisa data untuk menentukan kondisi kualitas air Dominansi Relatif (DR) = Dominansi suatu jenisx 100 %

  Dominansi semua jenis nilai parameter fisika dan kimia kualitas air pada masing-masing

  d. = Nilai Penting (NP) stasiun dengan baku mutu Air Laut

  KR + FR + DR Kepmen No. 51 tahun 2004, dimana air yang diperuntukkan

  2. Analisa data untuk komposisi dapat disunakan untuk Perikanan Gastropoda dan Bivalvia (Biota Laut). Kepadatan Gastropoda dan 5.

  Analisa data untuk sosial ekonomi Bivalvia di analisa dengan masyarakat menggunakan rumus Misra, 1986,

  Data hasil penelusuran informasi yaitu: baik melalui data sekunder maupun

2 A = xi/ni (individu/m )

  data primer (hasil observasi dan wawancara dengan tokoh dimana: masyarakat dan penduduk lokal) xi = jumlah individu jenis ke-i akan diolah dan dianalisis secara ni = jumlah kuadrat jenis i deskriptif kualitatif. Metode ditemukan analisis ini untuk memberi penjelasan secara deskriptif terhadap kondisi yang ditemui didaerah penelitian.

  Setelah didapatkan data-data primer diatas, maka dapat disusun suatu upaya pengelolaan hutan mangrove pada masing-masing lokasi di perairan pesisir Kawasan Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan, dengan melakukan tinjauan dan analisis lingkungan strategis internal dilakukan Analisis SWOT (Strenght,

  Weakness, Opportunities, Threats) (Rangkuti, 2002).

  Analisis internal diarahkan untuk melihat, menginventarisir, dan mengkaji faktor-faktor kelemahan dan kekuatan, sedangkan analisis ekternal diajukan untuk melihat, menginventarisir dan mengkaji faktor- faktor ancaman dan peluang bagi perencanaan pengelolaan hutan mangrove di daerah pesisir Kawasan Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

  Analisis ini dirdasarkan pada logika yang dapat memisahkan kekuatan

  (Strenght)

  dan peluang

  (Opportunities), namun secara

  bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman

3.3.4 Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove

  (Threats). Kekuatan (Strenght) adalah

  sumberdaya, keterampilan dan keunggulan lain yang dimiliki oleh hutan mangrove. Kelemahan

  (Weakness) merupakan keterbatasan

  dalam sumberdaya, keterampilan, dan kemampuan yang secara serius menghalangi dalam hutan mangrove. Peluang (Opportunities) merupakan Sedangkan ancaman (Threats) adalah situasi yang tidak menguntungkan atau perubahan yang bervariasi.

  Dalam menentukan strategi yang terbaik, dilakukan pemberian bobot yang diberikan berkisar antara 0,0 sampai 1,0. Nilai 0,0 berarti tidak penting dan nilai 1,0 berarti sangat penting. Disamping itu, diperhitungkan rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala 4 sampai dengan 1, dimana 1 (buruk)

  • – 4 (sangat baik) untuk kekuatan dan peluang, dan 1 (sangat baik)
  • – 4 (buruk) untuk kelemahan dan ancaman, kemudian
selanjutnya antara bobot dan rating Kecil. Departemen Kelautan dan Perikanan. dikalikan menghasilkan skor.

  Setelah masing-masing unsur Bengen, G. D. 2000. Pengelolaan Ekosistem Wilayah Pesisir. SWOT diperhitungkan skornya,

  Makalah ‘Aplikasi Teknologi selanjutnya unsur-unsur tersebut Kelautan Untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pesisir dihubungkan keterkaitannya dalam dan Laut’. Pelatihan Marine bentuk matrik untuk memperoleh Techno and Fisheries 2000. 7 Agustus – 1 September 2000. beberapa alternatif strategi. Matrik ini Jakarta. dapat menghasilan empat kemungkinan Bibby. C, M. Jones, dan S. Marden. strategi, yakni:

  2000. Tehnik-tehnik Ekspedisi 1. Lapangan Survei Burung. Bird

  Strategi SO yaitu memanfaatkan Life International. Indonesia seluruh kekuatan untuk merebut Programme. dan memanfaatkan peluang Dombois, D. M and Ellenberg, H. 1974. sebesar-besarnya.

  Aims and Method of 2. Vegetations Ecology. Jhon

  Strategi WO yaitu strategi yang Willey and Sons. New York London. Sydney. Toronto. memanfaatkan peluang.

  Duryatmo, S., 2000. Hutan Mangrove 3. Strategi ST yaitu strategi yang

  Indonesia. Majalah Trubus menggunakan kekuatan untuk Nomor 362 Edisi Januari 2000

  • – TH XXXI. Jakarta mengatasi ancaman.

  4. Fahrudin, A. 1997. Metode Penelitian Startegi WT yaitu strategi yang dan Analisis Data Sosial meminimalkan kelemahan untuk Ekonomi Masyarakat Pesisir.

  Makalah Penelitian menghindari ancaman. Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari, PKSPL – IPB Bogor.

DAFTAR PUSTAKA

  Hamilton, C. S and S. C. Snedaker, Abbot, T, R. 1974. American Seashells 1984. Handbook For The Marine Mollusca For The Mangrove Area Management.

  Atlantic and Pasific Coasts of Comission on Ecology, IUCN, North America. Second Switzerland. Edition, Newyork.

  Kamal, E. J. S. Bujang, Suardi ML dan Adiwibowo,

  A. 2001. Potensi Mutaharah, 1998. Fungsi dan Sumberdaya Alam Kelautan. Manfaat Hutan Bakau. Dirjen Pesisir dan Pulau-pulau Fisheries Journal Garing Vol. 7

  (1) Oktober 1998. Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta, Padang. Mackinon, J., K, Philipps, B, V, Balen.,

  1992. Panduan Lapangan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (termasuk Sabah, Serawak dan Brunei Darussalam). Penerbit Balitbang – LIPI.

  Lampiran 2. Anggaran Biaya Penelitian

  10. Biaya Tak Terduga Ls 500.000,- 5.000.000,-

  2 Kali 1.000.000,- 1.000.000,-

  9. Biaya Pelaksanaan Seminar dan Ujian

  8. Pembuatan Laporan Paket 2.000.000,- 2.000.000,-

  1.500.000,- 1.500.000,-

  7. Biaya Pengolahan Data Paket

  6. Foto Copy Paket 700.000,- 700.000,-

  5. Dokumentasi Paket 500.000,- 500.000,-

  4. Pengumpulan data Lokasi 5.000.000,- 5.000.000,-

  3. Akomodasi Penelitian Lokasi 1.500.000,- 1.500.000,-

  2. Transportasi ke lokasi Lokasi 2.000.000,- 2.000.000,-

  1. Pembuatan Proposal Paket 2.000.000,- 2.000.000,-

  Anggaran Biaya Penelitian Kajian Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Kawasan Pesisir Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2012 No Uraian Kegiatan Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

  5. Penulisan Laporan

  Misra, R. 1968. Ecological Workbook.

  4. Pengolahan Data

  3. Pengumpulan Data Sekunder

  2. Pengumpulan Data Primer

  1. Survei Awal

  Jadwal Rencana Penelitian Kajian Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Kawasan PesisirMandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2012 No Uraian Kegiatan Bulan Maret April Mei

  Lampiran 1. Jadwal Rencana Penelitian

  Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 2000.

  Supriharyono, 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis.

  Sumitro, 1993. Aspek Sosial Ekonomi Sumberdaya Hutan Bakau Indonesia. Makalah Utama Symposium Nasional Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan Mangrove, INSTIPER, Yogyakarta.

  Symposium Nasional Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan Mangrove, INSTIPER, Yogyakarta.

  Soekardjo, S. 1993. Perilaku Ekosistem Mangrove dan Usaha Konservasi di Indonesia.

  Metode Penelitian Survei. Penerbit Lembaga Penelitian, Pendidikan, Pengabdian dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).

  Oxford dan IBM Publish co., New Delhi. Saanin, 1992. Identifikasi Jenis-jenis Ikan. Singarimbun, M dan S. Effendi, 1989.

  Total 21.200.000,-