PERBANDINGAN KELAYAKAN JALAN BETON DAN ASPAL DENGAN METODE ANALITYC HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus Jalan Raya Padang-Solok)

  Program Pasca ฀ERBANDINGAN KELAYAKAN JALAN BETON DAN AS฀AL DENGAN

  Sarjana METODE ANALITYC HIERARCHY ฀ROCESS (AH฀) (Studi Kasus Jalan Raya ฀adang-Solok)

  

1

  1

  ฀onny Muslim, Alizar Hasan dan Yusrizal Bakar

1 Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

  Email :

  ABSTRAK

฀tudi ini secara khusus mencoba menerapkan metode AHP (analytic

hierarchy process) dalam kepentingan perumusan dan pengambilan keputusan dalam bidang teknik khususnya untuk penilaian perbandingan kelayakan konstruksi jalan antara jalan aspal dan beton. ฀tudi mengambil kasus jalan raya Padang – ฀olok yang saat ini sedang aktif dibangun oleh Dinas Bina Marga Propinsi ฀umatera Barat. Diharapkan melalui studi ini dapat dibuktikan bahwa metode AHP yang banyak digunakan dalam pengambilan keputusan di bidang manajemen, cukup handal pula diterapkan dalam bidang teknik dan rekayasa, sehingga dapat membantu para pengambil kebijakan dalam proses pengambilan keputusan yang obyektif terutama di lingkungan pemerintahan.

  Kata kunci : Analityc Hierarchy Process (AHP), Expert Coise, Kelayakan ฀alan ABSTRACT

This study specifically tried applying AHP (analytic hierarchy process)

in the interests of formulation and decision-making in engineering, especially for road construction feasibility assessment comparison between asphalt and concrete roads. The study took a case of highway Padang - ฀olok which is currently being actively constructed by the Highways Agency West ฀umatra province. Hopefully, through this study can be proved that the method of AHP is widely used in decision making in the field of management, is quite reliable also be applied in the field of engineering and engineering, so it can help decision- makers in the process of decision-Observers are objective, especially in government.

  Key Word : Analityc Hierarchy Process (AHP), Expert Coise, Kelayakan ฀alan. 1. ฀ENDAHULUAN Making) dalam pemilihan konstruksi

  perkerasan jalan tidak cukup  hanya Dalam Perencanaan mempertimbangkan faktor-faktor infrastruktur konstruksi perkerasan parameter perencanaan konstruksi jalan, baik untuk pembangunan, perkerasan jalan seperti : fungsi jalan, rehabilitasi maupun peningkatan, kinerja perkerasan(pavement Pengambilan Keputusan (Decision performance), umur rencana, lalu lintas

  Program Pasca

  yang merupakan beban dari perkerasan digunakan dalam bidang pengambilan

  Sarjana

  jalan,sifat tanah dasar,kondisi keputusan dan manajemen. Dengan lingkungan, dan faktor lainnya. detail permasalahan sebagai berikut: Pembangunan dan pengemba

  a. Menilai secara kualitatif kelayakan ngan infrastruktur jalan, khususnya jalan konstruksi beton (kaku) dan dalam proses penentuan proyek jalan, aspal (lentur) berdasarkan faktor- umumnya disusun berdasarkan skala faktor performansi jalan kebutuhan dan kemendesakan (need

  b. Membandingkan secara kualitatif

  

and urgency) sebagaimana tercantum kelayakan jalan antara konstruksi

  dalam Daftar Usulan Rencana Proyek beton (kaku) dan konstruksi aspal (DURP). Akan tetapi, kenyataan (lentur) berdasarkan faktor-faktor dilapangan menunjukan bahwa banyak performansi jalan dengan sekali ketidaksesuaian antara DURP menggunakan metode AHP. dengan rencana proyek yang sudah 1.3. ฀ertanyaan ฀enelitian disetujui sebagaimana tercantum dalam

  1. Kriteria apa yang Daftar Isian Proyek (DIP). dipertimbangkan untuk menilai

  Berangkat dari alasan tersebut, kelayakan jalan aspal dan jalan perlu kiranya ada suatu pendekatan beton. ilmiah yang dapat digunakan sebagai

  2. Bagaimana prioritas pertimbangan bahan untuk memutuskan penanganan penilaian aspek kelayakan jalan proyek jalan sehingga dapat aspal dan jalan beton mengurangi unsur subyektivitas para

  1.4. Tujuan ฀enelitian

  pengambil kebijakan. Salah satu

  1. Untuk mengetahui kriteria yang metode ilmiah dimaksud adalah dipertimbangkan dalam menguji metode analytic hierarchy process kelayakan jalan aspal dan jalan (AHP), suatu metode yang sudah beton dikenal dan banyak digunakan dalam

  2. Untuk mengetahui prioritas bidang pengambilan keputusan dan pertimbangan penilaian aspek manajemen. kelayakan jalan aspal dan jalan

  1.2 ฀erumusan Masalah beton.

  Salah satu faktor yang diduga

  1.5. Manfaat ฀enelitian

  menyebabkan ketidaksesuaian antara Penyusunan Tugas Akhir ini DURP dengan rencana proyek adalah diharapkan mampu mendapatkan terlalu dominannya para pengambil manfaat sebagai berikut: kebijakan (Decision Making) dalam Dapat memberi masukan menetapkan penanganan proyek jalan kepada peneliti lanjutan tentang tanpa didasari atas pertimbangan- kelayakan jalan antara konstruksi beton pertimbangan obyektif seperti unsur dan konstruksi aspal berdasarkan kemendesakan dan kebutuhan. faktor-faktor performansi jalan dengan Akibatnya, banyak proyek yang menggunakan metode AHP. seharusnya menggunakan sistem

  1.6. Batasan Masalah

  tertentu atau dalam skala prioritas Agar lebih terarah, maka studi tertentu dapat berubah ke sistem yang ini dibatasi oleh hal-hal sebagai lain atau prioritas lain. berikut:

  Salah satu metode ilmiah

  a. Penilaian kelayakan konstruksi dimaksud adalah metode analytic jalan secara performansi jalan dan

  

hierarchy process (AHP), suatu pendapat para ahli yang dalam

  metode yang sudah dikenal dan banyak riset ini dijadikan sebagai

  Program Pasca Sarjana

  responden

  b. ฀umlah kuisioner yang disebarkan kepada para pakar yaitu sebanyak 50 responden, dengan sampel dari pihak kontraktor, konsultan dan owner.

  ฀alan, dalam konteks jaringan, dapat diartikan sebagai suatu ruas yang menghubungkan antara simpul yang satu dengan simpul yang lain. Dalam konteks sistem transportasi, jalan adalah prasarana yang difungsikan sebagai wadah dimana lalu lintas orang, barang atau kendaraan dapat bergerak dari titik asal menuju titik tujuan.

  2. TINJAUAN ฀USTAKA

1.7. Sistematika ฀enulisan

  Bab II Tinjauan Pustaka Mengandung uraian mengenai dasar-dasar teori yang berkaitan dengan jalan, fungsi dan peranannya, ukuran kualitas dan pelayanan jalan, dsb, studi-studi terdahulu yang sejenis atau mirip yang pernah dilakukan berkaitan dengan pembiayaan jalan.

  c. Bab III Metodologi Penelitian Berisi uraian tentang alur pikir penelitian, tahapan dan tata cara pelaksanaan penelitian serta metode analisis yang digunakan.

  d. Bab IV Analisa Data dan Pembahasan

  b.

  e. BAB V Kesimpulan dan Saran

  Bagian ini mengandung uraian tentang kesimpulan yang dapat diambil dari hasil-hasil analisis terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan. ฀uga disajikan saran-saran untuk aplikasi hasil penelitian di lapangan dan untuk kemungkinan studi lebih lanjut.

  Bab I Pendahuluan Mengandung uraian mengenai latar belakang penelitian, maksud dan tujuan diadakan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

  Untuk mempermudah pemba caan dan pemahaman, hasil studi akhir nantinya perlu dilakukan klasifikasi bagian-bagian laporan studi mengikuti sistematika sebagai berikut: a.

  ฀ika demikian, fungsi nyata dari jalan adalah tempat pergerakan lalu lintas. Selanjutnya, dalam skala lebih luas, fungsi dari jalan akan berbeda sesuai dengan perbedaan karakteristik lalu lintasnya. Dikenal, ada jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan. ฀alan arteri atau jalan utama adalah jalan yang menampung lalu lintas dengan sifat jauh dan cepat, kolektor menampung lalu lintas jarak menengah dan kecepatan sedang, lokal menampung lalu lintas jarak pendek dan kecepatan rendah, dan lingkungan menampung lalu lintas sesaat dan kecepatan sangat rendah.

  2.2. Jenis dan Karakteristik Konstruksi Jalan

  Konstruksi jalan aspal atau disebut juga perkerasan fleksibel (flexible pavement) merupakan perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan ikat pada lapisan permukaan dan atau lapisan pondasi atas atau ATB (asphalt treated base). Nilai modulus elastisitas untuk konstruksi aspal umunya sekitar 4.000 Mpa, Konstruksi aspal yang dikenal dan sudah umum digunakan sampai saat ini diantaranya adalah: ฀

  Perkerasan lentur konvensional (conventional flexible pavement) yang terdiri dari lapisan dasar, lapisan pondasi atas dan lapisan permukaan

  Bagian ini mengandung uraian tentang data-data hasil penelitian disertai dengan analisis dan pembahasan mengenai sifat dan kecenderungan hasil studi tersebut.

  Program Pasca Sarjana

  2. Waktu konstruksi yang lebih singkat

  a. Daya tahan Daya tahan suatu konstruksi jalan merupakan ukuran yang menunjukan suatu kemampuan jalan dalam menjaga kondisinya dari kerusakan dan keausan akibat adanya pengaruh dari faktor lua seperti cuaca, air, pergerakan tanah, perubahan lalu lintas, dsb.

  Sesuai dengan fungsi jalan sebagai prasarana pergerakan lalu lintas, maka jalan dapat dinilai dari segi kualitas kinerjanya atau performansi. Diantara hal-hal yang berkaitan dengan performansi misalnya daya tahan, nilai ekonomis, umur rencana, kenyamanan, fleksibilitas, aplikabilitas, dsb. Setiap komponen performansi turut mempengaruhi dalam kualitas pelayanan jalan terhadap lalu lintas.

  2.3. ฀erformansi Jalan

  agregat bergradasi renggang (open- graded aggregate) dan lapisan dasar dari hotmix bergradasi rapat yang dimodifikasi (modified dense graded HMA).

  aggregate), lapisan pondasi bawah dari

  Selain itu baru-baru ini juga dikenal dengan konstruksi lentur aspal dengan campuran batu khusus (contained rock asphalt mat) atau CRAM. CRAM ini belum banyak dikenal digunakan karena masih sedang dalam tahap penelitian dan pengujian di laboratorium (Huang, Y. H, 1993). Konstruksi CRAM umumnya terdiri atas lapisan permukaan dengan material hotmix bergrdasi rapat (Dense graded HMA), lapisan pondasi atas dari agregat bergradasi rapat (dense graded

  5. Tidak mudah dipengaruhi oleh kelembaban atau embun.

  3. Dengan ketebalan diatas 10 cm, umur ekonomis konstruksi dapat diperpanjang lapisan

  1. Tidak memiliki lapisan-lapisan granular yang dapa ditembus oleh air sehingga performansi konstruksi terjaga

  dengan susunan material pada tiap lapisannya berbeda kualitasnnya. Umumnya lapisan paling atas memiliki material yang berkualitas tinggi, sementara lapisan bawah memiliki kualitas mateial yang lebih rendah. Susunan lapisan pada konstruksi lentur konvensional umumnya terdiri dari lapisan penutup (seal coat), lapisan permukaan (surface

  institute (1987), lapisan aspal non konvensional memiliki keuntungan- keuntungan sebagai berikut:

  graded HMA). Menurut the asphalt

  Cara ini dikenal lebih hemat dan mudah karena tidak membutuhkan lapisan yang kompleks. Umumnya lapisan campuran aspal menggunakan campuran aspal panas dan bergradasi rapat (dense

  ฀ Lapisan lentur non konvensional merupakan konstruksi aspal dimana lapisan campuran aspal langsung diletakan diatas tanah dasar atau tanah dasar yang sudah dilakukan pemadatan (treated sub grade).

  pavement)

  ฀ Perkerasan lentur non konvensional (full-depth asphalt

  grade), dan lapisan tanah asli (natural sub grade).

  lapisan pelekat (tack coat), lapisan pengikat (binder course), lapisan utam (prime coat), lapisan pondasi atas (base course), lapisan pondasi bawah (sub base course), lapisan tanah dipadatkan (compacted sub

  course),

  b. Nilai ekonomis Nilai ekonomis menunjukan suatu perbandingan antara biaya dan manfaat. Biaya dapat mencakup biaya pengadaan atau pembangunan,

  Program Pasca Sarjana perawatan, penggantian, dsb.

  Sementara manfaat berkaitan dengan kapasitas pelayanan, jangka waktu pelayanan, dsb.

  c. Umur rencana Umur rencana adalah umur perkiraan dari masa hidup pelayanan suatu jalan selama masa penggunaan. Semakin kecil umur rencana meunjukan semakin kecil kualitas pelayanan jalan dan semakin besar umur rencana menunjukan semakin besar kualitas pelayanan jalan.

  d. Kenyamanan Kenyamanan adalah ukuran performansi yang dirasakan langsung oleh pengguna lalu lintas selama menggunakan jalan bersangkutan.

  Kenyamanan umumnya berkaitan dengan kualitas pemukaan, karena kendaraan bersentuhan langsung dengan permukaan jalan. Semakin baik dan halus/rata permukaan, umumnya akan memberikan tingkat kenyaman berkendara yang tingi.

  e. Fleksibilitas Fleksibilitas berkaitan dengan kemudahan penggantian saat tejadi kerusakan atau kemudahan melakukan perubahan konstruksi saat dibutuhkan.

  Konstruksi jalan dikatakan fleksibel jika mudah dalam memperbaikinya atau menggantinya tanpa melakukan perubahan secara mendasar konstruksi yang sudah ada. Sebaliknya jalan dikatakan kurang fleksibel jika sedikit perbaikan atau penggantian harus diikuti dengan perubahan mendasar terhadap konstruksi dasarnya.

  f. Aplikabilitas Aplikabilitas adalah mudah tidaknya penerapan konstruksi jalan pada suatu tempat. Suatu konstruksi dikatakan memiliki tingkat aplikabilitas tinggi jika konstruksi bersangkutan dapat diterapkan dengan mudah di suatu lokasi. Kemudahan ini berkaitan dengan kemudahan pelaksanaan, ketersediaan sumber daya manusia, sumber dana, dan kecocokan terhadap lingkungan sekitarnya.

  2.4. Metode ฀nalytic Hierarchy Process (AH฀)

  Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode yang

  dikembangkan oleh Prof.Thomas L.Saaty dan dipublikasikan pada tahun 1980 dapat memecahkan masalah yang komplek, dimana kriteria dan alternatif yang diambil cukup banyak. ฀uga kompleksitas ini disebabkan oleh struktur masalah yang belum jelas.

  Metode AHP adalah suatu teknik pengambilan keputusan yang memasukkan kriteria ganda baik yang bersifat nyata maupun tidak nyata, kuantitatif maupun kualitatif yang memperhitungkan juga adanya konflik ataupun perbedaan-perbedaan pendapat. Aplikasi AHP telah meluas dan tidak saja digunakan dalam bidang teknik, manajemen , dan bisnis.AHP juga mulai dikenal oleh para analis yang umumnya memberikan support bagi pemerintah dalam penentuan kebijakannya. Studi yang berkaitan dengan penerapan AHP terutama pada bidang-bidang manajemen dan pemasaran. Sementara itu, penerapan AHP dalam bidang teknik dan berhubungan dengan kelayakan jalan beton dan aspal, adalah sebagai berikut: Studi oleh Agus Apriyanto (2008) Agus Apriyanto (2008) melakukan studi dengan judul “Perbandingan Kelayakan ฀alan Beton dan Aspal dengan Metode Analityc Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus ฀alan Raya Demak – Godong) Tujuan dari studi ini adalah Membandingkan secara kualitatif kelayakan jalan konstruksi beton dan konstruksi aspal berdarkan faktor teknis dan non teknis dengan mengunakan metode AHP

  Dari studi didapatkan hasil penilaian dari analisis perbandingan

  Program Pasca Sarjana

  yang melibatkan seluruh faktor yang ditinjau diketahui bahwa jalan beton rata-rata unggul dibanding dengan jalan aspal. Hal ini ditunjukan dari hasil pembobotan untuk konstruksi beton mencapai 0,580, sementara bobot untuk aspal hanya sebesar 0,420

  2.4.1 ฀embentukan hirarki struktural

  Langkah ini bertujuan memecah suatu masalah yang kompleks disusun menjadi suatu bentuk hirarki. Suatu struktur hirarki sendiri terdiri dari elemen-lemen yang dikelompokan dalam tingkatan-tingkatan (level). Dimulai dari suatu sasaran pada tingkatan puncak, selanjutnya dibangun tingkatan yang lebih rendah yang mencakup kriteria, sub kriteria dan seterusnya sampai pada tingkatan yang paling rendah. Sasaran atau keseluruhan tujuan keputusan merupakan puncak dari tingkat hirarki. Kriteria dan sub kriteria yang menunjang sasaran berada di tingkatan tengah. Dan, alternatif atau pilihan yang hendak dipilih berada pada level paling bawah dari struktur hirarki yang ada.

  2.4.2. ฀embentukan Keputusan ฀erbandingan

  Apabila hirarki telah terbentuk, langkah selanjutnya adalah menentukan penilaian prioritas elemen- elemen pada tiap level. Untuk itu dibutuhkan suatu matriks perbandingan yang berisi tentang kondisi tiap elemen yang digambarkan dalam bentuk kuantitaif berupa angka-angka yang menunjukan skala penilaian (1 – 9). Tiap angka skala mempunyai arti tersendiri seperti yang ditunjukan dalam Tabel 2.1. Penentuan nilai bagi tiap elemen dengan menggunakan angka skala bisa sangat subyektif, tergantung pada pengambil keputusan. Karena itu, penilaian tiap elemen hendaknya dilakukan oleh para ahli atau orang yang berpengalaman terhadap masalah yang ditinjau sehingga mengurangi tingkat subyektifitasnya dan meningkatkan unsur obyektifitasnya.

  2.4.3. Sintesis prioritas dan ukuran konsistensi

  Perbandingan antar pasangan elemen membentuk suatu matriks perankingan relatif untuk tiap elemen pada tiap level dalam hirarki. ฀umlah matriks akan tergantung pada jumlah tingkatan pada hirarki. Sedangkan, ukuran matriks tergantung pada jumlah elemen pada level bersangkutan.

  Setelah semua matriks terbentuk dan semua perbandingan tiap pasangan elemen didapat, selanjutnya dapat dihitung matriks eigen (eigenvector), pembobotan, dan nilai eigen maksimum.

  Nilai eigen maksimum merupakan nilai parameter validasi yang sangat penting dalam teori AHP. Nilai ini digunakan sebagai indeks acuan (reference index) untuk memayar (screening) informasi melalui perhitungan rasio konsistensi (Consistency Ratio (CR)) dari matriks estimasi dengan tujuan untuk memvalidasi apakah matriks perbandingan telah memadai dalam memberikan penilaian secara konsisten atau belum (Saaty, 2000).

  Nilai rasio konsistensi (CR) sendiri dihitung dengan urutan sebagai berikut: 1) Vektor eigen dan nilai eigen maksimum dihitung pada tiap matriks pada tiap level hirarki

  2) Selanjutnya dihitung indeks konsistensi untuk tiap matriks pada tiap level hirarki dengan menggunakan rumus: CI = (e maks

  • – n) / (n – 1) 3) Nilai rasio konsistensi (CR) selanjutnya dihitung dengan rumus: CR = CI/RI, dimana RI merupakan indeks konsistensi acak yang didapat dari simulasi dan nilainya tergantung pada orde matriks. Untuk matriks dengan ukuran kecil, Tabel

  Pada implementasi menggunakan expert choice, sering disebut dengan proses assessment. Proses ini dimulai dengan membandingkan secara berpasangan yang dimulai dari semua kriteria yang telah ditentukan. Dilanjutkan sub kriteria terhadap sub kriteria yang lainnya, dan terakhir membandingkan antara alternatife yang satu dengan alternatif yang lain sesuai dengan tingkat prioritas yang diinginkan.

  Dalam menentukan langkah- langkah penyusunan penelitian maka disusun metode penelitian yang disusun secara terencana dan sistematis untuk mendapatkan solusi dari pertanyaan penelitian. Langkah-langkah yang

  Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab 1, maka pada bab III ini akan diuraikan tahapan- tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.

  3. METODOLOGI ฀ENELITIAN

  2.7 Studi Terdahulu

  didapatkan berhubungan dengan kelayakan jalan beton dan aspal.

  (sympton). Gejala utama yang

  Pada tahap ini dapat dijelaskan masalah utama yang berhubungan dengan topik permasalahan yang akan dibahas. Tahap awal yang dilakukan untuk mengenali masalah yang timbul adalah dengan menggali semua fakta

  2.6. Identifikasi Variabel ฀enelitian Awal

  komparatif berpasangan. Setiap faktor baik berupa obyektif/kriteria, sub obyektif dan alternatif keputusan ditentukan bobotnya dengan mengadakan pembandingan sepasang- sepasang. Maksudnya adalah elemen- elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria yang ditentukan.

  Program Pasca Sarjana

  comparison, yaitu penilaian secara

  Tahap kedua adalah pairwise

  Pada tahap pertama pembuatan AHP merupakan implementasi prinsip dekomposisi, pengambil keputusan berusaha memecah (to compose) permasalahan ke dalam elemen-elemen dan menyusun elemen-elemen tersebut ke dalam suatu struktur hirarkis yang menunjukkan hubungan antara sasaran (goal), tujuan/kriteria (objectives), sub tujuan/sub kriteria serta alternatif- alternatif keputusan.

  Process/AHP).

  yang digunakan untuk mengambil keputusan dalam menentukan sebuah keputusan. Menurut Retnoningsih (2012), expert choic emenawarkan beberapa fasilitas mulai dari input data- data kriteria, dan beberapa alternatif pilihan, sampai dengan penentuan tujuan. EC mudah dioperasionalkan dengan interface yang sederhana. Kemampuan lain yang disediakan adalah mampu melakukan analisis secara kuantitatif dan kualitatif sehingga hasilnya rasional. Didukung dengan gambar grafik dua dimensi membuat EC semakin menarik. EC didasarkan pada metode/ proses hirarki analitik (Analytic Hierarchi

  Expert Choice (EC)Profesional 11. Expert Choiceadalah salah satu alat

  Alat bantu yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

  2.2 menampilkan nilai RI untuk berbagai ukuran matriks dari orde 1 sampai 10.

2.5 Expert Choice (EC)

  Program Pasca Sarjana

  3.4.2 ฀enyebaran Kuisioner

  3.4.3 ฀engumpulan Kuisioner dan Tabulasi Data

  Malhotra (1993) memberikan panduan ukuran sampel yang diambil dapat ditentukan dengan cara mengalikan jumlah variabel dengan 5, atau 5x jumlah variabel. Dengan demikian jika jumlah variabel yang diamati berjumlah 20, maka sampel minimalnya adalah 5 x 20 = 100. Dengan berpedoman kepada Malhotra, maka penulis mengambil jumlah responden (pakar) minimal yang digunakan adalah 50 responden, karena jumlah variabel yang dimiliki ada 6.

  3.4.2.2 ฀enentuan ฀opulasi dan Sampel

  Sedangkan sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (Sugiyono,2011).

  Menurut Sugiyono pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011).

  3.4.2.1 ฀engertian ฀opulasi dan Sampel

  Pada tahapan penyebaran kuisioner ini, ditujukan kepada pakar yang telah berpengalaman dan mempunyai pengetahuan dalam pekerjaan konstruksi ฀alan aspal dan konstruksi jalan beton tersebut. Disini jumlah kuisioner yang disebarkan kepada para pakar yaitu sebanyak 50 responden, dengan sampel dari pihak kontraktor, konsultan dan owner

  Studi literatur merupakan langkah awal dalam melakukan sebuah penelitian, untuk mencari referensi teori yang relefan dengan permasalahan yang ditemukan. Referensi tersebut didapatkan dari buku, jurnal yang terkait dengan laporan penelitian dan situs internet yang ada.

  sistematis, terintegrasi dan terarah untuk mempermudah analisis dan dapat memberikan hasil dan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian yang meliputi : pendekatan penelitian, pengumpulan data, instrument penelitian dan instrument pengolahan data.

  3.4 ฀elaksanaan ฀enelitian

  expert choice.

  merupakan suatu cara untuk mempercepat pengambilan keputusan dalam suatu susunan hirarki. Untuk itu digunakan alat bantu yang dinamakan

  Analytical Hierarcy Process (AHP),

  Pada tahapan pengolahan data ini, metode yang digunakan adalah

  3.3 ฀engolahan Data

  Adapun jenis data yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini yaitu bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang berasal dari kuisioner yang diberikan kepada responden, dan data sekunder didapatkan dari studi pustaka yang terdiri dari buku, tesis, jurnal, situs di internet, dll.

  3.2 ฀engumpulan Data

  Setelah dilakukan penyebaran kuisioner kepada para pakar, kemudian dilakukan pengumpulan kuisioner kembali. Dan tahapan selanjutnya dilakukan proses tabulasi data untuk memudahkan dalam pengolahan data, serta menyeleksi kuisioner yang layak digunakan dalam peneltian berikutnya,

  Program Pasca

  2. Konsultan

  15

  dikarenakan tidak semua kuisoner yang

  Sarjana

  layak digunakan dalam penelitian

  3. Owner

  20

  seperti kuisoner yang tidak terjawab

  Total

  50 atau adanya jawaban ganda.

3.4.4 Input Data dan Analisis Data

  Sumber: Data Primer

  Data yang telah terkumpul dan dinyatakan layak untuk diolah,

  Sedangkan karakteristik deskripsi

  selanjutnya dilakukan penginputan data dari pakar berdasarkan pengalaman dan

  pendidikannya, dapat dilihat pada grafik

  dengan menggunakan alat bantu

  berikut:

  software yang dinamakan Expert

  Choice. Penggunaan Expert Choice

  didasarkan kepada beberapa alasan yaitu (Fibriayanti, 2010):

  1. Memberi keputusan yang lebih cepat, karena pemanfaatan waktu dalam proses pengolahan data lebih efektif.

  2. Karena mempunyai tingkat

  ketelitian dalam pengolahan data yang baik sehingga k eputusan akhir

Gambar 4.1 Karakteristik Pakar

  dapat dibenarkan, dengan melihat berdasarkan Pendidikan kevalidtan data inconsistesinya <10%.

  4. HASIL DAN ฀EMBAHASAN

Gambar 4.2 Karakteristik Pakar

  Pada bab ini akan dibahas

  berdasarkan Pengalaman

  mengenai data yang telah dikumpulkan melalui metode penyebaran kuisioner.

  Berdasarkan penggambaran dari Data ini berupa identifikasi Jalan Aspal grafik diatas, untuk pendidikan para dan Jalan Beton dari persepsi pakar yang telah menjawab kuisioner parakontraktor yang telah yang penulis berikan lebih banyak berpengalaman mengerjakan proyek setingkat strata 1 (S1) yaitu sebesar yang ada di Sumatera Barat

  52%, dan untuk pakar yang memiliki Pengumpulan data pada pengalaman paling banyak dalam penelitian ini didapatkan dari pengisian kuisioner ini adalah yang penyebaran kuisioner penelitian pada mempunyai pengalaman >10 tahun 50 responden yang telah ditetapkan. yaitu sebesar 62%. Kuisioner tersebut dibuat untuk

  4.1.1 ฀enentuan kriteria kelayakan

  memperoleh data primer yang disusun

  yang memiliki pengaruh

  berdasarkan variabel- variabel yang

  signifikan pada masing-

  sudah ada, berdasarkan kebutuhan

  masing jenis perkerasan

  yang relevan dengan maksud dan Pada tahapan pengolahan data tujuan penelitian kepada responden. ini, dilakukan dengan menggunakan

  ฀umlah Kuesioner yang Telah Disebarkan

  alat bantu dari AHP, yaitu expert

  choice dan membandingkan hasil No. ฀akar Jumlah

  tersebut dengan pengolahan manual

1. Kontraktor

  15 menggunakan excel.

  Program Pasca Sarjana

  4 ]=1,8124/ 0,2110= 8,59

  b. Mencari vektor [X

  1 ] = nilai [X 1 ] /

  nilai bobot [X

  1 ]= 2,0047 / 0,2369 = 8,46

  [X

  2 ]=฀1,8599/฀0,2165=฀8,59

  [X

  3 ]= 1,7989/ 0,2086= 8,62

  [X

  [X

  1 ]=

  5 ]=1,7109/ 0,1985= 8,62

  [X

  6 ]=1,5875/ 0,1832= 8,66

  c. Mencari eigen value maksimum (λmaks)

  d. Mencari indeks konsistensi (CI)

  e. Mencari indeks random (RI)

  f. Mencari rasio konsistensi (CR) Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan nilai CR sebesar 0,060 atau

  6.60% untuk jalan aspal, dan nilai CR sebesar 0,072 atau 7,2% untuk jalan beton. Karena nilai CR lebih kecil dari 0.1 atau 10%, maka bisa disimpulkan bahwa data yang diambil konsisten dan dapat dipertanggung jawabkan. Langkah perhitungan di atas dilakukan untuk setiap probabilitas jalan aspal dan jalan beton. Dari analisis dengan menggunakan metode Analythical

  Hierarchy Process (AHP) di dapat

  (1,00*0,2369)+(1,15*0,2165)+(1,0 2*0,2086)+(1,01*0,2110)+(1,15*0 ,1985) +( 1,15 *0,1832) = 2,0047

  Misal baris pertama [X

  Untuk analisis risiko dengan metode AHP ini, responden dari para pakar diambil lima puluh orang yang berpengalaman dalam mengerjakan sebuah pekerjaan dan mempunyai pengetahuan dalam pekerjaan jalan aspal dan jalan beton.

  Nilai bobot kriteria (X

  Langkah berikutnya adalah normalisasi matriks pada tabel di atas dengan mengubahnya ke bilangan desimal. Membagi setiap nilai awal dengan hasil penjumlahan nilai tiap kolom Nilai bobot masing – masing kriteria:

  a. Menjumlahkan nilai dari masing- masing baris. Misal:

  1. Untuk ฀alan Aspal ∑ X

  1 = (0,14 + 0,1512 +

  0,1306+0,1292+ 0,1396+ 0,1185) = 1,4215

  2. Untuk ฀alan Beton ∑ X

  1 = (0,1456+ 0,1534+ 0,1412+

  0,1446+ 0,1945+ 0,1185) = 1,3858

  b. Membagi hasil penjumlahan nilai masing-masing baris dengan banyaknya kriteria. Misal:

  1 ) = 1,4215 =

  perbandingan antarkriteria × nilai bobot.

  0,2369 Pembobotan dilakukan untuk masing-masing probabilitas hingga didapat bobot probabilitas untuk 6 kriteria tersebut adalah:

Tabel 4.6 Probabilitas ฀alan Aspal

  Kriteria Bobot

  x1 0,2297 x2 0,186 x3 0,1604 x4 0,1475 x5 0,1455 x6 0,1309

  Sumber: Penelitian

Tabel 4.7 Probabilitas ฀alan Beton

  Kriteria Bobot x1 0,4636 x2 0,1197 x3 0,1492 x4 0,0948 x5 0,0858 x6 0,0869

  Sumber: Penelitian

  Perhitungan uji konsistensi dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Mencari nilai [X

  1 ] = matriks awal

  ranking dari persepsi pakar adalah

  Program Pasca Sarjana

  expert choice, didapatkan nilai bobot

  5.2 Saran

  2. Urutan skala prioritas yang didapatkan dari analisis adalah yang mempunyai nilai bobot terbesar. Pada jalan beton didapatkan hasil yaitu daya tahan 0,469 atau sebesar 46,9%, sedangkan pada jalan aspal didapatkan hasil nilai ekonomis dengan nilai bobot sebesar 0,220 atau 22,%.

  signifikan terhadap jenis perkerasan jalan raya Padang- Solok adalah faktor daya tahan 11,6%, nilai ekonomis 22%, kenyamanan 18,3%, umur rencana 17,9%, aplikabilitas14,4% dan fleksibilitas 15,9%.

  choice, mempunyai pengaruh

  1. Hasil analisis metode AHP dengan menggunakan software expert

  Berdasarkan Pengolahan data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

  5.1. Kesimpulan

  5. KESIM฀ULAN DAN SARAN

  ฀alan Beton dengan Expert Choice Sumber: Expert Choice

Gambar 4.5 Grafik Pengolahan Kuisioner

  Aspal dengan Expert Choice Sumber: Expert Choice

Gambar 4.4 Grafik Pengolahan ฀alan

  expert choice, sebagai berikut:

  terbesar untuk jalan aspal yaitu 0,181 atau 18,1% dengan nilai ekonomis untuk jalan beton didapatkan nilai bobot terbesar yaitu 0,185 atau 18,5% dengan kriteria daya tahan Hasil pengolahan data tersebut dapat dilihat dari grafik pengolahan data dengan

  Setelah didapatkan hasil dari kriteria yang harus dipertimbangkan oleh pihak kontraktor, maka tahapan selanjutnya adalah menentukan nilai skala prioritas dari kriteria tersebut. Dari hasil pengolahan data dengan

  a. ฀alan Aspal No Kriteria Bobot

  4.1.2 Penentuan skala prioritas pada masing- masing jenis perkerasan yang digunakan

  6 Aplikabilitas 0,090

  5 Fleksibilitas 0,086

  4 Kenyamanan 0,088

  3 Umur Rencana 0,158

  2 Nilai Ekonomis 0,109

  1 Daya Tahan 0,469

  b). ฀alan Beton No Kriteria Bobot

  6 Aplikabilitas 0,144

  5 Fleksibilitas 0,159

  4 Kenyamanan 0,183

  3 Umur Rencana 0,179

  2 Nilai Ekonomis 0,220

  1 Daya Tahan 0,116

  1. Disarankan kepada pengambil kebijakan agar berhati- hati dalam memilih jenis pekerjaan yang akan dijalani, memperhatikan dengan cermat gambar pelaksanaan dan kondisi lapangan, serta petunjuk

  Program Pasca Sarjana

  teknis tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan

  2. Untuk penelitian lebih lanjut diharapkan dapat dilakukan pada kawasan yang lebih luas seperti tingkat Provinsi Sumatera Barat, karena penelitian ini baru hanya dilakukan setingkat Kota Padang dan Kabupaten Solok.

  Decision Making and Priority Theory , 2nd Edition, Pittsburgh, PA:RWS Publication.

  Studi Kelayakan ฀alan Konstruksi Beton di Perumahan Bukit Tamalanrea, Makasar, Makalah ฀eminar , Fakultas Teknik ฀urusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makasar. Saaty, T. L., (1990). Fundamentals of

  Rahim, I. R. dan Tri Harianto, (2002).

DAFTAR ฀USTAKA

  Huang, Y. H., (1993). Pavement Analysis and Design , Prentice Hall, Englewood Cliff, New ฀ersey, USA.

  Forman, E. H., (2007). Decision Objectives, Http://mdm.gwu.edu/Forman/DBO.pdf

  International Journal of Operations and Production Management, 14 (6), pp 55 – 39.

  Materials, Manufacturing, Engineering and Management, University of Nottingham, USA.

  Atthirawong, W. and B. Mac Carthy, (2005). An Application of the Analytica Hierarchy Process to International Decision- Making, Schools of Mechanic,

  Aly M. A., (2004). Tekhnologi Perkerasan Jalan Beton ฀emen 2004 , Yayasan Pengembang Tekhnologi dan Manajemen, ฀akarta Barat, ฀akarta.

  Teknomo, K., et. Al., (2005).

  Penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process dalam Menganalisa Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Pemilihan Moda ke Kampus, Tesis Magister, Fakultas Teknik

  ฀urusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

  Partovi, F. Y., (1994). Determining What to Bencmark: An Analytical Hierarchy Process Approach,

Dokumen yang terkait

PERAN JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM PEMBERIAN BANTUAN HUKUM TEHADAP PEMERINTAH DALAM RANGKA PENGUATAN FUNGSI KEJAKSAAN DI BIDANG TATA USAHA NEGARA DAN KEPERDATAAN DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL

0 0 15

OPTIMALISASI TUGAS DAN WEWENANG ANTARA KEPOLISIAN DAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DALAM PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI ARTIKEL

0 0 17

PROSES PEMBUKTIAN JUMLAH KERUGIAN NEGARA AKIBAT TINDAK PIDANA KORUPSI( Studi Kasus Pada Pengadilan Tipikor Di Pengadilan Negeri Padang)

0 0 13

1 PRAKTEK PERTANGGUNGJAWABAN KEJAHATAN PERUSAHAAN (CORPORATE CRIME LIABILITY) DALAM KASUS BONGKAR MUAT BARANG DARI DAN KE ATAS KAPAL DI PELABUHAN ARTIKEL

0 0 21

KAJIAN EKOSISTEM MANGROVE DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA DI KAWASAN MANDEH KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

1 2 18

EVALUASI KEBUTUHAN FASILITAS PELABUHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PELAYANAN PERBEKALAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI KABUPATEN GORONTALO UTARA ARTIKEL

0 0 16

EKOLOGI DAN VEGETASI EKOSISTEM MANGROVE DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA DI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT (Studi Kasus : Pulau Panjang dan Pulau Tamiang) ARTIKEL

0 0 10

KAJIAN KONDISI TERUMBU KARANG DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA DI PULAU PANJANG, AIR BANGIS, KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL

0 0 11

STUDI MANAJEMEN RISIKO KETERLAMBATAN WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN (Studi Kasus Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera V) Syatriawan1 , Zaidir2 , Yusrizal Bakar3

0 1 14

ANALISIS PENGARUH FAKTOR RISIKO TERHADAP CAPAIAN KINERJA BIAYA PROYEK BANGUNAN AIR (Studi Kasus Pada Proyek Bangunan Air Kantor Balai Wilayah Sungai Sumatera V) Desrinur1 , Zaidir2 , Yusrizal Bakar3

0 1 12