HITUNG JUMLAH KOLONI JAMUR DAN IDENTIFIKASI JAMUR PADA SPUTUM PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DARI RUMAH SAKIT X DAN Y DI JAKARTA

  Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016

HITUNG JUMLAH KOLONI JAMUR DAN IDENTIFIKASI JAMUR PADA

SPUTUM PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DARI RUMAH SAKIT X DAN Y

DI JAKARTA

  keseluruhan kejadian penyakit tuberkulosis, sedangkan 20% selebihnya merupakan tuberkulosis ekstrapulmonar (Djojodibroto, 2007 : 151). diantisipasi berdasarkan masih tingginya kekerapan TB paru yang dengan obat anti tuberkulosa dapat disembuhkan namun meninggalkan lesi sisa seperti kavitas, bronkiektasis, destroyed lung, dan sebagainya (Sukamto, 2004 : 5).

  Cryptococcus neoformans , dan

  55 Aspergillus niger, 182 Cryptococcus neoformans, dan 163 Histoplasma capsulatum. Sedangkan infeksi mikotik dalam 50 sampel sputum penderita gejala TB paru ditemukan 8 Aspergillus fumigatus, 5 Aspergillus niger, 6

  Infeksi mikotik dari 200 sampel sputum positif penderita TB paru ditemukan 160 Aspergillus fumigatus,

  Penelitian konfirmasi TB di sepuluh laboratorium kabupaten Washim, Maharashtra, India, sampel yang digunakan untuk analisis jamur adalah sampel sputum penderita TB kronis dan penderita bergejala (non TB). Hasilnya penderita tuberkulosis paru yaitu 500 penderita dan 203 diantaranya menderita infeksi mikotik. Persentase infeksi mikotik pada penderita TB paru adalah 46% (Bansod dan Rai, 2008 : 74).

  Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB Basil Tahan Asam (BTA) positif sekitar 110 per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2007 : 4), masih tingginya kekerapan tuberkulosis paru di Indonesia merupakan salah satu penyebab tingginya infeksi jamur paru di Indonesia.Penelitian yang dilakukan di Unit Pelayanan Fungsional (UPF) Paru RS Persahabatan Jakarta dengan melakukan pemeriksaan jamur paru dari berbagai cara pengambilan spesimen terhadap penderita penyakit paru yang dicurigai terinfeksi jamur paru didapatkan 82,1% positif jamur. Kebanyakan yang positif adalah penderita TB paru (67,8%) baik TB yang masih aktif maupun sudah tidak aktif lagi (Sukamto, 2004 : 15).

  bahwa sepertiga dari penduduk dunia (lebih dari 2 miliar orang) terinfeksi TB. Setiap tahun, delapan juta orang menderita TB dan 95% dari mereka berada di negara berkembang, India, Cina dan Indonesia mencapai setengah dari kasus (Narain, Pontali, dan Tripathy, 2002 : 3).

  World Health Organization (WHO) memperkirakan

  tuberculosis. Tuberkulosis paru mencakup 80% dari

  Lenggo Geni 1

, Zuraida

2 ,Vivi Violita 3 1 Prodi D III Analis Kesehatan Universitas MH Thamrin Alamat Korespondensi Prodi D III Analis Kesehatan Universitas MH Thamrin Jl.Raya Pondok Gede no.23-25 Kramat Jati, Jakarta Timur

  Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi Mycobacterium

  PENDAHULUAN

  Kata Kunci : TB Paru, Koloni Jamur

  Hasil pemeriksaan dari 84 sampel sputum penderita TB paru (BTA +) didapatkan sebanyak 79 sampel (94%) positif tumbuh jamur pada biakan. Hasil hitung jumlah koloni jamur terbanyak yang ditemukan yaitu jamur khamir dengan jumlah koloni <100 koloni/ml sebanyak 52 sampel (69,3%), sedangkan jumlah koloni jamur kapang dengan jumah koloni <2 koloni/ml sebanyak 19 sampel (48,7%). Adapun hasil identifikasi jamur yang terdapat pada sampel yaitu Non Candida albicans sebesar 37 (29,3%), Candida albicans sebesar 39 (30,9%), Aspergillus fumigatus sebesar 19 (15,2%), Aspergillus flavus sebesar 18 (14,2%), Aspergillus niger sebesar 9 (7,2%) dan Rhizopus sp sebesar 4 (3,2%).

  Sampel yang digunakan yaitu sputum penderita TB paru (BTA +) dengan jumlah seluruh sampel ada 84 sampel. Kemudian dilakukan pemeriksaan langsung dan biakan dengan media Sabouraud Dextrose Agar (SDA +), untuk melihat jumlah koloni jamur dan spesies jamur yang terdapat dalam sampel.

  Infeksi jamur pada penderita TB paru merupakan infeksi sekunder yang disebabkan karena terdapatnya kelainan atau kerusakan jaringan paru pada penderita TB paru berupa kavitas, bronkiektasis, destroyed lung dan sebagainya. Selain itu, pemakaian antibiotik secara luas juga akan menekan flora normal sehingga pertumbuhan jamur oportunistik tidak terhambat. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui keberadaan jamur pada sampel sputum penderita TB paru. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah mengetahui prosentase jamur, jumlah koloni jamur dan jenis jamur yang terdapat pada sampel sputum penderita TB paru.

  

ABSTRAK

  4 Histoplasma capsulatum (Bansod dan Rai, 2008 : 78). Di Indonesia data angka kejadian penyakit jamur paru belum ada hanya beberapa laporan mengenai infeksi jamur paru telah dilaporkan. Namun demikian adanya kecenderungan peningkatan kekerapan penyakit jamur paru akibat berbagai situasi di Indonesia harus

  Jamur terdapat dimana-mana dan pajanan terhadap saluran nafas sulit dihindarkan sehingga paru merupakan salah satu target infeksi oleh jamur. Kelompok jamur oportunistik hanya menginfeksi pejamu dengan gangguan pada sistem imun atau terdapat faktor predisposisi. Pada keadaan normal spora jamur oportunistik sulit menginvasi mukosa saluran nafas. Pada pasien dengan

  Penyebab mikosis dalam ialah jamur patogen atau jamur saprofit yang menjadi patogen karena adanya faktor predisposisi atau terdapat gangguan sistem imun (pasien dalam keadaan immunocompromissed ) (Sjarifuddin dan Susilo dalam Gandahusada, Ilahude, dan Pribadi, 1998 : 296).

  Edward Ringel (2012 : 314) juga menyebutkan bahwa mukormikosis juga termasuk infeksi jamur yang disebabkan jamur oportunistik.

  2. Jamur oportunistik Organisme oportunistik artinya dalam keadaan normal sifatnya non pathogen tetapi dapat berubah menjadi patogen bila keadaan tubuh melemah, dimana mekanisme pertahanan tubuh terganggu. Menurut Sukamto (2004:2), infeksi jamur paru yang disebabkan jamur oportunistik adalah kandidiasis dan aspergilosis.

  Prevalensi infeksi jamur patogen sistemik ini lebih rendah dibandingkan infeksi jamur oportunistik. Menurut Sukamto (2004 : 2), beberapa jamur patogen yang dapat menginfeksi paru adalah Histoplasmosis, Koksidioidomikosis, Parakoksidioidomikosis, Blastomikosis, dan Kriptokokosis.

  1. Jamur patogen sistemik Jamur ini dapat menginvasi dan berkembang pada jaringan host normal tanpa adanya predisposisi.

  Jamur Penyebab Mikosis Paru

  3. Luka setempat yang disebabkan oleh kekurangan vitamin, iradiasi, atau faktor lain yang memungkinkan masuknya jamur ke jaringan sebelah dalam.

  2. Penggunaan obat-obatan baru seperti antibiotik dan hormon, yang menyebabkan perubahan metabolisme tubuh atau mengganggu hubungan normal di antara organisme pada atau dalam tubuh.

  1. Adanya penyakit kronis yang melemahkan seperti kanker, diabetes, leukemia, dan TBC.

  Menurut Pelczar dan Chan (2009:674), faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi lebih rentan terhadap infeksi jamur sistemik ialah :

  Mikosis sistemik atau mikosis dalam merupakan penyakit yang terutama disebabkan oleh jamur seringkali parah atau mematikan, organisme penyebabnya menyerang jaringan di bawah kulit atau paru-paru, dari situ lalu dapat menyebar ke organ-organ lain dalam tubuh, kemudian menetap dan menimbulkan penyakit (Pelczar dan Chan, 2009 : 674).

  immunocompromissed , spora yang terinhalasi dan

  Mikosis Sistemik

  Tingginya penularan dan infeksi TB paru berkaitan dengan beberapa faktor determinan, diantaranya faktor lingkungan (tempat tinggal dan pekerjaan), karakteristik individu (umur, jenis kelamin, status gizi), perilaku (kebiasaan merokok, pengetahuan, pendidikan), dan adanya riwayat penyakit Diabetes Melitus (DM) dan penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) (Misnadiarly dan Sunarno, 2009 : 57 dan 62).

  Diagnosis sementara tuberkulosis dapat dilakukan dengan mengamati adanya batang tahan asam pada olesan dahak, cairan pleura, air seni, atau fluida tulang belakang. Namun diagnosis yang pasti bergantung kepada terisolasinya dan teridentifikasinya basilus yang bersangkutan dari penderita. Ini dapat dilakukan dengan menginokulasikan bahan sampel pada media biakan yang sesuai (Pelczar dan Chan, 2009 : 661).

  4. Mengi (Wheezing) lokal Kadang-kadang terdengar mengi (wheeze) setempat pada pasien. Ini disebabkan bronkitis TB atau akibat tekanan kelenjar getah bening pada bronkus.

  3. Sesak napas Disebabkan oleh penyakit yang luas pada paru atau oleh pengumpulan cairan di rongga pleura sebagai komplikasi tuberkulosis paru.

  2. Sakit dada Kadang-kadang hanya berupa nyeri yang ringan, kadang-kadang lebih sakit sewaktu menarik napas dalam.

  1. Dahak Dahak yang mungkin disertai lendir, nanah atau mengandung darah.

  Adapun Tujuan Penelitian untuk Mengetahui keberadaan jamur pada sampel sputum penderita tuberkulosis paru.

  Gejala umum infeksi jamur paru sama dengan infeksi mikroba lainnya, antara lain batuk-batuk, batuk darah, banyak dahak, sesak, demam, nyeri dada dan bisa juga tanpa gejala. Pada penderita TB paru dengan defek anatomi paru disertai pemberian obat anti tuberkulosa dalam waktu lama akan menekan flora normal sehingga pertumbuhan jamur oportunistik tidak terhambat (Sukamto, 2004 : 1 dan 7). Infeksi jamur paru sering menyertai penyakit lain dan tidak ada gejala yang khas sehingga infeksi jamur sering tidak terdiagnosa dan keberadaan jamur dalam paru pun tidak diketahui, untuk itu pemeriksaan laboratorium sangat penting dengan mengidentifikasi adanya jamur pada sampel sputum dan hitung jumlah koloni jamur untuk melihat apakah jamur hanya merupakan flora normal ataukah penyebab terjadinya infeksi pada paru.

  berkolonisasi akan menginvasi jaringan paru dan berkembang sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan paru dan menimbulkan gejala klinis (http://www.klikparu. com/2013/02/ jamur-paru.html).

TINJAUAN TEORITIS

  a. Pembuatan media Sabouraud Dextrose Agar (SDA (+))

  f. Api bunsen

  Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data primer, dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Mendapatkan sampel sputum penderita TB paru dengan hasil BTA +/positif dari Rumah Sakit X dan Y di Jakarta dalam kurun waktu 14 hari kerja. 2) Setelah sampel sputum didapatkan, kemudian diperiksa secara langsung dengan KOH 10% dan dibiakkan dalam media SDA (+).

  3) Koloni jamur yang tumbuh dihitung dan diidentifikasi.

  4) Hasil pemeriksaan mikroskopis dan biakan ditabulasi dan dihitung prosentasenya.

  Instrumen Penelitian

  1. Alat-alat :

  a. Cawan petri

  b. Kaca objek

  c. Kaca penutup

  d. Ose jarum

  e. Batang pengaduk Pipet tetes

  g. Korek api

  :Derajat kepercayaan 95% (1,96) P : Prevalensi (67,8%) Q : 1-P d : Presisi (10%)

  h. Kompor listrik i. Labu Erlenmeyer j. Kapas k. Mikroskop l. Autoclave m. Inkubator

  2. Bahan :

  a. Alkohol 70%

  b. KOH 10%

  c. Akuades steril

  d. Putih telur ayam

  e. NaCl 0,9%

  f. Lactophenol cotton blue (LPCB)

  g. Medium Sabouraud Dextrose Agar (SDA (+))

  h. Sputum BTA +/positif

  3. Persiapan alat dan bahan

  Teknik Pengumpulan Data

  Z α 2

  Keberadaan Jamur pada Penderita TB Paru

  2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Mei sampai 20 Juni 2015.

  Infeksi jamur paru dapat sebagai infeksi primer maupun sekunder. Timbulnya infeksi sekunder pada paru disebabkan terdapatnya kelainan atau kerusakan jaringan paru seperti pada penderita TB paru berupa kavitas, bronkiektasis, destroyed lung, dan sebagainya (Sukamto, 2004:1). Selain itu, pemakaian antibiotik dalam pengobatan TB paru di satu sisi bermanfaat dalam terapi namun juga menimbulkan pertumbuhan jamur saprofit dalam tubuh manusia. Faktor predisposisi yang lain adalah dengan pemakaian kortikosteroid lama, TB paru dengan lesi kavitas, meningkatnya angka harapan hidup, penggunaan obat imunosupresif dan sitostatika serta meningkatnya jumlah pasien HIV/AIDS

  Diagnosis Laboratorium

  Pemeriksaan laboratorium untuk diagnostik jamur paru dapat pula dilakukan dengan pemeriksaan spesimen dahak. Dahak dikeluarkan oleh penderita setelah sebelumnya berkumur-kumur dengan air bersih berkali- kali untuk menyingkirkan kontaminan Candida yang hidup komensal di mulut dan rongga pipi. Tanpa pengawet dahak dikirim secepatnya untuk pemeriksaan. Dengan pemeriksaan langsung di bawah mikroskop biasanya dapat dikenali dan nampak spora, hifa dan blastospora. Pengenalan akan lebih mudah dan jelas bila dilakukan penetesan sediaan dengan KOH 20%, ataupun dibuat sediaan apus dengan pewarnaan Giemsa (Sukamto, 2004).

  Mengisolasi jamur dapat dilakukan dengan membuat biakan pada medium agar Sabouraud Dekstrosa dengan ditambahkan antibiotik untuk menekan pertumbuhan kuman (Susilo, 1998 : 317). Menurut Sukamto (2004 : 12), secara umum diagnosis jamur paru ditegakkan melalui :

  1. Kecurigaan yang tinggi terhadap kemungkinan infeksi jamur di paru.

  2. Pemeriksaan diagnostik yang lazim terhadap penyakit paru : a. Foto toraks Postero Anterior (PA) dan lateral,

  Computerised Tomography (CT) Scan toraks

  b. Sputum: mikroskopis jamur dan kultur

  c. Bronkoskopi: sekret bronkus, bilasan bronkus 3. Pemeriksaan kultur darah dan pemeriksaan serologi.

  METODE Tempat dan Waktu Penelitian

  1. Penelitian dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit X dan laboratorium Mikrobiologi Prodi Analis Kesehatan MH. Thamrin.

  Populasi dan Sampel

  = 84 Keterangan : N : Besar sampel

  1. Populasi dalam penelitian ini adalah sputum BTA dari Rumah Sakit X dan Y di Jakarta.

  2. Sampel untuk penelitian ini adalah sputum BTA

  3. Berdasarkan buku Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan (Dahlan, 2009 : 39), cara perhitungan besar sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

  = ∝

  2

  × ×

  2

  = 1,96

  2

  × 0,678 × 0,322 0,10

  2

  • /positif dari Rumah Sakit X dan Y di Jakarta sebanyak 84 sampel.

  Menurut Mulyati dalam Buku Penuntun Praktikum Mikologi, media yang digunakan untuk mengisolasi jamur pada sputum adalah medium Sabouraud Dextrose

  a) Disiapkan kaca objek yang bersih kemudian diberi 1 tetes larutan Lactophenol cotton blue (LPCB).

  2) Diambil koloni jamur kapang dengan ose jarum yang telah dipanaskan kemudian diletakkan di atas kaca objek. 3) Ditambahkan 1 tetes alkohol 70% kemudian koloni diuraikan menggunakan ose jarum sampai penghancuran setipis mungkin. Kemudian ditambahkan 1 tetes larutan LPCB dan ditutup dengan kaca penutup. 4) Diperiksa sediaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10 dan 10x40.

  1) Koloni kapang yang tumbuh pada media SDA (+) kemudian diperiksa dengan cara langsung menggunakan larutan LPCB untuk memberikan warna dan dengan penambahan alkohol 70% untuk menghilangkan gelembung udara. Pemeriksaan langsung

  d. Identifikasi koloni jamur kapang

  f) Diperiksa sediaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10 dan 10x40.

  e) Diambil larutan media dengan pipet atau ose dan diletakkan di atas kaca objek kemudian ditutup dengan kaca penutup.

  d) Dikeluarkan media tersebut dari inkubator.

  c) Diambil sedikit koloni Candida dengan ose jarum yang sudah dipanaskan di api bunsen kemudian dimasukkan ke dalam media cair dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 2-3 jam.

  b) Dikeluarkan media dari inkubator dan siap digunakan.

  a) Diisi tabung dengan putih telur sebanyak 1-2 ml, dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 37 o C selama 15-30 menit.

  2) Tes Germ tube

  d) Diperiksa sediaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10 untuk mencari lokasi jamur dan dengan pembesaran 10x40 untuk mengidentifikasi sporulasi yang terbentuk.

  c) Dibuat suspensi jamur sampai koloni hancur kemudian ditutup dengan kaca penutup.

  b) Kemudian diambil sedikit koloni jamur dengan ose dan diletakkan pada kaca objek yang telah berisi LPCB.

  1) Pemeriksaan langsung

  Agar

  Koloni khamir yang tumbuh pada media SDA (+) kemudian diperiksa dengan cara langsung menggunakan larutan LPCB untuk memberikan warna dan dilakukan identifikasi Candida sp dengan teknik tes Germ tube.

  c. Identifikasi koloni jamur khamir

  4) Diamati pertumbuhan jamur setiap hari dan dihitung koloni jamur yang tumbuh disetiap cawan petri. 5) Diperiksa koloni jamur yang tumbuh secara makroskopis dan mikroskopis.

  1) Dimasukkan 2 ml sputum ke dalam tabung dan ditambahkan 4 ml NaCl 0,9%, dihomogenkan. 2) Dipipet 0,1 ml bahan pemeriksaan yang sudah diencerkan tadi ke dalam media SDA (+), diratakan pada permukaan media. 3) Diinkubasi pada suhu kamar selama 2-7 hari.

  b. Biakan/kultur

  1) Diambil spesimen sputum secukupnya dengan ose yang telah dipanaskan dan diletakkan di atas kaca objek. 2) Ditambahkan 1 tetes KOH 10% dan ditutup dengan kaca penutup. 3) Diperiksa sediaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x40 untuk melihat adanya elemen jamur.

  a. Pemeriksaan langsung

  4. Cara mengisolasi jamur dari sampel sputum penderita TB paru

  blue, dicampur hingga merata.

  c. Pembuatan Lactophenol cotton blue (LPCB) Menurut Mulyati (2010 : 45) dalam buku Penuntun Praktikum Mikologi, pembuatan Lactophenol cotton blue (LPCB) adalah sebagai berikut : Kristal fenol : 20 gram, dilarutkan dalam penangas Asam laktat : 20 ml Gliserol : 40 ml Akuades : 20 ml Bubuk cotton blue : 0,05 gram Semua bahan dicampurkan di atas uap air panas dengan hati-hati, kemudian ditambahkan 0,05 gram bubuk cotton

  Ditimbang 10 gram kristal kalium hidroksida dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 500 ml, kemudian ditambahkan 100 ml aquadest, dicampur hingga merata.

  b. Pembuatan KOH 10% 1) Kristal Kalium Hidroksida : 10 gram 2) Akuades : 100 ml

  Bubuk SDA ditimbang sebanyak 62 gram, dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 1 liter dan dilarutkan dengan 1 liter aquadest. Larutan kemudian didihkan, setelah itu ke dalam labu ditambahkan 500 mg antibiotik kloramfenikol dan diaduk hingga merata. Kemudian media yang sudah jadi ditutup dengan kapas dan disterilkan dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121 o C dengan tekanan 1 atmosfer (atm). Medium SDA (+) yang sudah disterilkan dimasukkan ke dalam cawan petri bersih dan steril sebanyak 15 ml lalu ditutup dan dibiarkan sampai membeku sehingga terbentuk media agar plate.

  (SDA) dengan antibiotik kloramfenikol (SDA (+)) dengan komposisi sebagai berikut : 1) Desktrosa atau glukosa: 40 gram 2) Pepton : 10 gram 3) Agar : 12 gram 4) Akuades : 1000 ml 5) Kloramfenikol : 500 mg

  e. Pemeriksaan dengan Slide Culture Pemeriksaan dibuat apabila morfologi pada biakan

  Sabouraud Dextrose Agar (SDA) kurang jelas atau

  c) Aspergillus flavus memiliki sporulasi kepala konidia khas berbentuk bulat dan berwarna hijau kekuningan hingga hijau tua kekuningan. Konidia bulat hingga semi bulat berwarna hijau pucat dan berduri.

  % 100 (%)     n x

  Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisa dengan prosentase kumulatif dari jumlah sampel yang diperiksa. Perhitungan dilakukan dengan membandingkan antara jumlah yang positif jamur dengan banyaknya sampel yang diperiksa. Prosentase tersebut secara singkat dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut : Keterangan : ∑ x = Jumlah sampel yang positif ∑n = Jumlah seluruh sampel

  Teknik Analisa Data

  bercabang, sporangium berukuran kecil, dan kolumela berbentuk runcing.

  cottony. Mempunyai sporangiofor yang tidak

  Koloni Absidia sp berwarna putih dengan permukaan

  6). Absidia sp

  Susunan tubuh Mucor sp mirip dengan Rhizopus sp, sporangiofor panjang bercabang, tidak teratur, kolumela masuk ke dalam sporangium, dan tidak memiliki rhizoid.

  Koloni Mucor sp berwarna putih dengan permukaan cottony dan dapat menutupi seluruh ruang biakan.

  5). Mucor sp

  Koloni Rhizopus sp berwarna putih abu-abu dengan permukaan cottony. Rhizopus sp mempunyai sporangiofor yang tidak bercabang, ujung sporangiofor menggelembung membentuk sporangium, sporangium muda berisi protoplasma, sporangium matang berisi sporangiospora, bagian ujung konidiofor dibatasi oleh kolumela, dan terdapat rhizoid (akar semu).

  4). Rhizopus sp

  b) Aspergillus niger memiliki sporulasi konidia atas berwarna hitam kecoklatan, konidiofor halus, tidak berwarna atau agak berwarna cokelat kekuningan. Konidia kasar menunjukkan lembaran atau pita berwarna hitam kecokelatan.

  meragukan sehingga sulit dalam menentukan jamurnya. Biakan ini dapat dipakai untuk membuat sporulasi yang baik sehingga jelas morfologinya. Cara membuat Slide Culture yaitu :

  a) Aspergillus fumigatus memiliki sporulasi konidia atas berbentuk kolumnar (memanjang), berwarna hijau sampai hijau kotor. Vesikel berbentuk kepala, konidiofor berdinding halus dan umumnya berwarna hijau. Konidia bulat hingga semi bulat, berwarna hijau dan berdinding kasar hingga berduri.

  Sedangkan sporulasi dari masing-masing spesies sebagai berikut :

  Koloni Aspergillus sp berwarna hitam atau kehijauan dengan permukaan koloni velvety sampai powdery. Jamur ini mempunyai konidiofor (hifa khusus pembentuk spora) yang diujungnya membesar (vesikel), dan di atasnya terdapat sterigma berbentuk fialid tersusun seperti kepala penari Bali atau kipas. Pada ujungnya sterigma ditemukan 1-2 lapis konidia serta terdapat sel kaki.

  tropicalis Germ tube (-) : spesies Candida lainnya 3) Aspergillus sp

  h) Diperiksa sediaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10 dan dengan pembesaran 10x40 untuk melihat susunan morfologinya. Pembacaan hasil Pembacaan hasil pemeriksaan biakan jamur secara makroskopis dan mikroskopis pada koloni khamir dan kapang : 1) Candida sp Koloni ragi mempunyai permukaan koloni halus, menimbul, licin. Sedangkan koloni seperti ragi mempunyai permukaan koloni berlipat-lipat atau berserabut di bagian tepi koloni. Secara mikroskopis ditemukan sel ragi (tunggal) atau blastospora (sel ragi bertunas) dan atau tanpa hifa semu. 2) Tes Germ tube berdasarkan pembentukan kecambah Germ tube (+) : C. albicans, C. dubliniensis, dan C.

  g) Untuk kaca objek yang mengandung lempeng agar diangkat dari cawan petri steril dan dibuang lempeng agarnya. Kaca objek yang telah mengandung miselium kemudian diberi 1 tetes alkohol 70% untuk menghilangkan gelembung udara, sebelum alkohol menguap tambahkan 1-2 tetes larutan lactophenol cotton blue, kemudian ditutup dengan kaca penutup dengan hati-hati.

  f) Diambil miselium yang menempel pada kaca penutup menggunakan pinset, kemudian diletakkan di atas kaca objek yang telah ditetesi alkohol 70% dan larutan lactophenol cotton blue. Sediaan siap untuk diperiksa di bawah mikroskop.

  lactophenol cotton blue.

  e) Didiamkan pada suhu kamar, setelah biakan berumur 7-14 hari dibuat sediaan langsung dengan

  d) Ditutup biakan tersebut dengan kaca penutup steril dan bagian dasar dituangi akuades steril.

  c) Diambil koloni dengan jarum inokulasi (jarum telah dibakar dan didinginkan) lalu ditanam di keempat sisi potongan kecil Sabouraud Dexstrose Agar (SDA) tadi.

  b) Di atas kaca objek tersebut diletakkan Sabouraud Dexstrose Agar (SDA) berukuran 5 x 3 x 2 mm.

  a) Disiapkan ruang biakan steril : diisi cawan petri dengan 2 buah kaca objek dan kaca objek yang teratas diletakkan menyilang.

  Nilai Terhadap 84 sampel sputum penderita TB paru tersebut

  HASIL

  Berdasarkan pemeriksaan hitung jumlah koloni jamur terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan langsung dan dan identifikasi jamur pada sputum penderita TB paru biakan pada medium agar plate SDA (+)dengan hasil dari Rumah Sakit X dan Y di Jakarta didapatkan 84 pemeriksaannya dapat dilihat pada tabel 2. sampel sputum penderita TB paru dengan BTA +/positif.

  

Tabel 2

Hasil Pemeriksaan Langsung Dan Kultur Jamur Pada Medium SDA (+)

Dari Sampel Sputum Penderita TB Paru Dari Rumah Sakit X Dan Y Di Jakarta

  

Derajat Kepositifan BTA

Jenis Pemeriksaan Scanty +1 (%) +2 (%) +3 (%) <10 (%) Langsung

  

Negatif (%) 3 (21,4%) 5 (11,6%) 2 (10,5%) 1 (12,5%) 11 (13,1%)

Positif (%) 11 (78,6%) 38 (88,4%) 17 (89,5%) 7 (87,5%) 73 (86,9%)

Jumlah (%) 14 (100%) 43 (100%) 19 (100%) 8 (100%) 84 (100%)

Biakan

  

Negatif (%) 2 (14,3%) 2 (4,7%) 0 (0%) 1 (12,5%) 5 (6%)

Positif (%) 12 (85,7%) 41 (95.3%) 19 (100%) 7 (87,5%) 79 (94%)

14 Jumlah (%) 43 (100%) 19 (100%) 8 (100%) 84 (100%) (100%)

  Sumber : Data Primer, 2013

  Berdasarkan data tabel 2, dari 84 sampel sputum Penelitian juga dilanjutkan terhadap 79 sampel yang penderita TB paru yang diperiksa secara langsung positif jamur pada biakan tersebut dengan mengamati dengan KOH 10% didapatkan 73 sampel (86,9%) positif jenis jamur yang tumbuh dan dihitung jumlah koloni ditemukannya elemen jamur dan secara biakan dalam jamur. Adapun hasil hitung jumlah koloni jamur dapat medium agar plate SDA (+) didapatkan 79 sampel (94%) dilihat pada tabel 3. yang positif jamur.

  

Tabel 3

Hasil Hitung Jumlah Koloni Jamur Pada Medium SDA (+)

Dari Sampel Sputum Penderita TB Paru (BTA +) Dari Rumah Sakit X Dan Y Di Jakarta

  Jumlah Derajat kepositifan BTA Jumlah (%) Jenis Jamur koloni Scanty <10 +1 (%) +2 (%) +3 (%) a) (CFU/ml) (%)

Khamir <100 6 (50%) 28 (71,8%) 15 (83,3%) 3 (50%) 52 (69,3%)

101-200 3 (25%) 6 (15,4%) 1 (5,6%) 3 (50%) 13 (17,3%)

  201-300 0 (0%) 1 (2,6%) 2 (11,1%) 0 (0%) 3 (4%) 301-400 1 (8,3%) 1 (2,6%) 0 (0%) 0 (0%) 2 (2,7%) 401-500 1 (8,3%) 2 (5,1%) 0 (0%) 0 (0%) 3 (4%) >500 1 (8,3%) 1 (2,6%) 0 (0%) 0 (0%) 2 (2,7%) b) Jumlah (%) 12 (100%) 39 (100%) 18 (100%) 6 (100%) 75 (100%)

  

Kapang <2 2 (100%) 9 (56,2%) 6 (40%) 2 (33,3%) 19 (48,7%)

2-4 0 (0%) 6 (37,5%) 8 (53,3%) 4 (66,7%) 18 (46,2%) >4 0 (0%) 1 (6,3%) 1 (6,7%) 0 (0%) 2 (5,1%)

  Jumlah (%) 2 (100%) 16 (100%) 15 (100%) 6 (100%) 39 (100%) Sumber : Data Primer

  Keterangan : banyak ditemukan yaitu dengan jumlah koloni jamur <2 a) Non Candida albicans dan Candida albicans CFU/ml sebesar 19 sampel (48,7%).

  b) Aspergillus fumigatus, Aspergillus flavus, Aspergillus Identifikasi spesies jamur terhadap jamur yang tumbuh

  

niger, Rhizopus sp pada biakan juga dilakukan berdasarkan pemeriksaan

  Berdasarkan data tabel 3, dari hasil hitung jumlah makroskopis dengan mengamati warna dan permukaan koloni jamur khamir dan kapang didapatkan jumlah koloni, serta pemeriksaan mikroskopis untuk melihat koloni jamur khamir yang paling banyak ditemukan yaitu sporulasi yang terbentuk dengan menggunakan larutan dengan jumlah koloni jamur <100 Colony Forming Unit LPCB. Hasil identifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel per mililiter (CFU/ml) sebesar 52 sampel (69,3%), 4 dibawah ini. sedangkan jumlah koloni jamur kapang yang paling

  

Tabel 4

Hasil Identifikasi Spesies Jamur Dari Sampel Sputum Penderita TB Paru (BTA +) Dari Rumah Sakit X Dan Y Di Jakarta Spesies jamur Derajat Kepositifan BTA Total Jumlah (%) Scanty <10 (%) +1 (%) +2 (%) +3 (%)

  Candida albicans dan Candida albicans) yang paling

  kandidiasis paru biasanya tampak lebih sakit, mengeluh demam dengan pernapasan dan nadi yang cepat, batuk, hemaptoe, sesak dan nyeri dada (Sukamto, 2004 : 8).

  albicans dalam dahak penderita. Pasien yang menderita

  sekitar 50% penderita TB paru bisa dijumpai Candida

  albicans dan tertekan atau menjalani pembedahan. Pada

  kemungkinan hanya sebagai flora normal, sedangkan selebihnya yaitu 23 sampel sputum (30,7%) yang mengandung koloni jamur khamir (Non Candida

  albicans dan Candida albicans ) <100 CFU/ml

  bermakna jika jumlah koloni jamur >100 CFU/ml untuk sputum, itu artinya 52 sampel sputum (69,3%) yang mengandung koloni jamur khamir (Non Candida

  Surgical Education (2004 : 2) kultur jamur Candida sp

  banyak diisolasi dari sampel sputum penderita TB paru adalah dengan jumlah koloni jamur <100 CFU/ml sebesar 52 sampel (69,3%). Menurut Department of

  Hasil hitung jumlah koloni jamur khamir (Non

  Non Candida albicans 11 (78,6%) 24 (38,7%) 2 (5,4%) 0 (0%) 37 (29,3%)

  Pemeriksaan hitung jumlah koloni jamur khamir dan kapang juga dilakukan untuk melihat apakah keberadaan jamur pada penderita TB paru sebagai flora normal atau penyebab infeksi jamur paru. Namun belum pernah ada penelitian mengenai jumlah koloni jamur pada sputum penderita TB paru, jadi belum ada batasan untuk mendiagnosa lebih lanjut.

  Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan 84 sampel sputum penderita TB paru dengan derajat kepositifan BTA yang beragam. Setelah dilakukan pemeriksaan biakan terhadap sampel, kebanyakan sampel yang positif yaitu sampel dengan kuman TB (+1) dari 43 sampel ada 41 (95,3%) yang positif. Sampel dengan kuman TB (scanty <10), (+2), dan (+3) juga ditemukan jamur tetapi tidak sebanyak pada sampel BTA +1, hal ini dikarenakan jumlah sampel yang didapatkan dari Rumah Sakit X dan Y kebanyakan sampel sputum penderita TB paru dengan BTA +1. Bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di Unit Pelayanan Fungsional (UPF) Paru RS Persahabatan Jakarta mendapatkan 67,8% positif jamur pada penderita TB paru (Sukamto, 2004 : 15). Tingginya prosentase jamur positif pada penderita TB paru dalam penelitian ini kemungkinan karena belum berhasilnya pengobatan terhadap infeksi jamur pada paru.

  Positif adanya jamur pada sampel kemungkinan juga sebagai akibat meningkatnya penderita TB paru yang dengan pemakaian obat antibiotik spektrum luas, penggunaan obat steroid, serta penggunaan obat sitostatik maupun radioterapi, disamping penderita TB paru yang merupakan pasien immunocompromissed (Djojodibroto, 2007 : 144 dan 145), pada keadaan tersebut mekanisme pertahanan tubuh yang dalam keadaan normal mampu mengontrol pertumbuhan dan patogenitas jamur, tetapi dalam hal seperti ini jamur yang tadinya bersifat saprofit menjadi patogen dan terjadi suatu infeksi oportunistik (Sukamto, 2004 : 3).

  Hasil pemeriksaan langsung dan biakan dari 84 sampel sputum penderita TB paru dari Rumah Sakit X dan Y di Jakarta didapatkan hasil pemeriksaan langsung positif ditemukan elemen jamur sebanyak 73 sampel (86,9%), sedangkan hasil biakan yang positif ditemukan koloni jamur sebanyak 79 sampel (94%). Tingginya hasil pemeriksaan biakan jamur pada medium agar plate SDA (+) ini dikarenakan pemeriksaan biakan lebih sensitif dibandingkan pemeriksaan mikroskopik sediaan langsung (Kumala, 2006 : 30).

  PEMBAHASAN

  (30,9%), sedangkan dari genus Aspergillus sp yang paling banyak ditemukan yaitu Aspergillus fumigatus sebesar 19 sampel (15,2%), diikuti oleh ordo Mucorales yang hanya ditemukan jamur Rhizopus sp sebesar 4 sampel (3,2%).

  Candida sp yaitu Candida albicans sebesar 39 sampel

  Sumber : Data Primer Berdasarkan data tabel 4, hasil identifikasi dari 79 sampel yang positif jamur secara biakan diketahui prosentase jenis jamur yang paling banyak ditemukan dari genus

  Rhizopus sp 0 (0%) 1 (1,6%) 1 (2,7%) 2 (15,4%) 4 (3,2%) Jumlah (%) 14 (100%) 62 (100%) 37 (100%) 13 (100%) 126 (100%)

  Candida albicans 1 (7,1%) 16 (25,8%) 16 (43,2%) 6 (46,1%) 39 (30,9%)

Aspergillus fumigatus 1 (7,1%) 9 (14,5%) 7 (18,9%) 2 (15,4%) 19 (15,2%)

Aspergillus flavus 1 (7,1%) 7 (11,3%) 9 (24,3%) 1 (7,7%) 18 (14,2%)

Aspergillus niger 0 (0%) 5 (8,1%) 2 (5,4%) 2 (15,4%) 9 (7,2%)

  Berdasarkan sampel yang paling banyak mengandung jamur Aspergillus sp yaitu dari sampel sputum BTA +1 sebesar 21 (23,9%) dan spesies yang paling banyak ditemukan yaitu Aspergillus fumigatus

  Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016

  sebesar 19 (15,2%). Selain karena sampel yang paling banyak diperoleh, hal ini mungkin juga dikarenakan penderita TB paru dengan BTA +1 mengalami kasus kambuh yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.

DAFTAR PUSTAKA

  disease

  Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Vol 37, Jakarta, 2009.

  Djojodibroto,D., Respiratory Medicine, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2007. Gandahusada,S., Ilahude,H.D., dan Pribadi,W.,

  Buku Parasitologi Kedokteran, Edisi 3, FKUI, Jakarta, 1998.

  Kumala,W., Mikosis Sistemik dan Mikosis

  Oportunistik , Buku Mikologi Dasar Kedokteran, Penerbit Universitas Trisakti, 2006.

  Misnadiarly., dan Sunarno., Tuberkulosis Paru dan

  Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Angka Kejadiannya di Indonesia tahun 2007 , Puslitbang

  Mulyati., Pemeriksaan Bahan Klinik lain, Buku Penuntun Praktikum Mikologi, Jakarta 2012. Narain,J.P., Pontali,M., dan Tripathy,S.,

  Depkes RI, Buku Pedoman Nasional Penanggulan

  Epidemiology and Control Strategies , The Indian Journal

  of Tuberkulosis, Vol

  49 No.1, India, 2002 17 Maret 2013). Pelczar, dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mikrobiologi , Jilid 2, Penerbit UI Press, Jakarta, 2009. Prabata, dkk., Makalah Diskusi Kasus Mikosis Paru, FKUI Rumah Sakit Persahabatan, 2012. Simatupang,M.M., Makalah Candida albicans,

  Departemen Mikrobiologi FK USU, Sumatera, 2009 Sukamto., Pemeriksaan Jamur Bilasan pada

  Penderita Bekas Tuberkulosis Paru , Hasil Penelitian

  Universitas Sumatera, 2004 13 Maret 2013). 8/072013

  16/02/2013 16/02/2013 16/02/2013

  Tuberkulosis , Edisi 2, Jakarta, 2007.

  Medical Center, 2004 4 Juli 2013).

  pada penderita dengan kelainan menahun seperti tuberkulosis. Penyakit ini disebabkan oleh jamur

  Aspergillus flavus sebesar 18 (14,2%), Aspergillus niger

  Aspergillus , terutama spesies Aspergillus fumigatus.

  Jamur ini banyak berhamburan di udara sehingga gampang dihirup melalui saluran napas. Spora jamur yang terhirup, kemudian mengadakan kolonisasi di permukaan mukosa. Jamur dapat menembus jaringan hanya bila ada gangguan sistem imun, baik lokal atau sistemik (Prabata, dkk, 2012 : 4).

  KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil pemeriksaan hitung jumlah koloni jamur dan identifikasi jamur yang telah dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit X dan laboratorium Mikrobiologi Universitas MH. Thamrin, Jakarta terhadap 84 sampel sputum penderita tuberkulosis paru (BTA +) dapat diambil kesimpulannnya sebagai berikut :

  a. Hasil pemeriksaan langsung dan biakan dari sampel sputum penderita TB paru (BTA +) didapatkan 79 (94%) sampel positif mengandung jamur.

  b. Jumlah koloni yang dihitung dari 79 biakan jamur didapatkan jumlah koloni paling banyak dari jamur khamir dengan jumlah koloni <100 CFU/ml sebesar 52 (69,3%), sedangkan jumlah koloni dari jamur kapang dengan jumlah koloni <2 CFU/ml sebesar 19 (48,7%) a. Prosentase jenis jamur yang ditemukan dari 79 sampel positif jamur pada biakan yaitu Non Candida albicans sebesar 37 (29,3%), Candida albicans sebesar 39 (30,9%), Aspergillus fumigatus sebesar 19 (15,2%),

  sebesar 9 (7,2%) dan Rhizopus sp sebesar 4 (3,2%). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut apakah jamur tersebut penyebab infeksi paru atau hanya sebagai kontaminan.

  Kavitas tuberkulosis yang sudah diobati dengan baik dan sudah ‘sembuh’ kadang-kadang tinggal terbuka dan dapat terinfeksi dengan jamur Aspergillus fumigatus. Pada sinar rontgen dapat dilihat semacam bola terdiri atas fungus yang berada dalam kavitas, keadaan ini kadang-kadang menyebabkan hemoptisis yang berat bahkan fatal (Crofton, Horne, dan Miller, 2002 : 110). Aspergilosis paru biasanya adalah suatu secondary

  b. Perlu diperhatikan juga prosedur pengambilan sampel serta kualitas dan kuantitas sampel sputum, karena banyaknya jamur sebagai flora normal yang terdapat dalam saluran napas atas dan kemungkinan telah terkontaminasi dengan jamur yang berasal dari luar.

  Bansod,S., Rai,M., Emerging of Mycotic Infection in

  Patients Infected with Mycobacterium tuberculosis ,

  World Journal of Medical Sciences, India, 2008 17 Maret 2013).

  Crofton,J., Horne,N., dan Miller,H., Tuberkulosis Klinis , Penerbit Widya Medika, Edisi 2, Jakarta, 2002. Dahlan,M.S., Besar Sampel dan Cara Pengambilan

  Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan , Edisi 2, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, 2009.

  Department of Surgical Education, Management of

  Candida Infectios in Surgical Patients , Orlando Regional