HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS KECAMATAN MAKASAR

  

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SUAMI

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL TRIMESTER III DI

PUSKESMAS KECAMATAN MAKASAR

  1

  2 1,2 Neli Husniawati , Fajriani Prodi S1 Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas MH.Thamrin Alamat Korespondensi :

  Jl Raya Pondok Gede No. 23-25 Kramat Jati Jakarta Timur Telp. 021 8096411 ABSTRAK

  Kehamilan merupakan suatu proses alamiah yang terjadi pada wanita usia produktif. Pada beberapa ibu hamil, kehamilan merupakan suatu stressor, sehingga banyak ibu hamil yang mengalami kecemasan selama kehamilannya. K ecemasan meningkat menjelang persalinan terutama pada trimester III. Dukungan suami sangat dibutuhkan ibu untuk memberikan rasa aman dan nyaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap tingkat kecemasan ibu hamil trimester III.

  Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross-sectional yang dilakukan pada tanggal 1 s/d 9 Agustus 2016 di Puskesmas Kecamatan Makasar. Sampel yang dipilih menggunakan teknik purposive

  

sampling yaitu sebanyak 81 responden. Data di analisis menggunakan uji statistik Chi Square pada tingkat kemaknaan

95% (α 0,05) .

  Sebagian besar ibu hamil (66,7%) yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Kecamatan Makasar mengalami kecemasan selama kehamilan trimester III. Dari empat variabel yang diteliti terdapat satu variabel yang tidak dapat membuktikan adanya hubungan, yaitu pendidikan (α = 0,581). Sedangkan variabel lain seperti usia (α = 0,000), pendapatan (α = 0,005) dan dukungan suami (α = 0,001) secara statistik dapat membuktikan adanya hubungan yang bermakna dengan tingkat kecemasan ibu hamil trimester III.

  Keluarga khususnya suami sebaiknya memberikan dukungan yang optimal kepada ibu hamil trimester III guna mencegah atau mengurangi kecemasan ibu selama kehamilannya.

  Kata Kunci: Dukungan Suami, Kecemasan, Kehamilan, Trimester III. PENDAHULUAN

  Kehamilan merupakan suatu proses alamiah yang terjadi pada wanita usia produktif. Selama masa kehamilan, seorang ibu akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Kehamilan dikelompokkan menjadi tiga trimester, yaitu trimester pertama (0-3 bulan), trimester kedua (4-6 bulan), dan trimester ketiga (7-9 bulan). (Johnson, 2014). Pada beberapa ibu hamil, kehamilan merupakan suatu stressor, sehingga banyak ibu hamil yang mengalami kecemasan selama kehamilannya. Proses kehamilan yang dialami oleh seorang wanita tidak selalu berjalan lancar karna setiap kehamilan mempunyai kemungkinan adanya penyulit yang dapat membahayakan ibu atau bayi baik berupa kesakitan maupun kematian.

  Menurut WHO (2015), Kesehatan Ibu mengacu pada kesehatan selama kehamilan, persalinan dan masa nifas. Tidak semua ibu memiliki pengalaman yang positif dan memuaskan, banyak wanita hamil yang mengalami penderitaan, kesakitan bahkan kematian. Semua wanita dapat menderita gangguan mental selama kehamilan dan pada tahun pertama setelah melahirkan. Kemiskinan, stres, kekerasan, bencana alam, dan dukungan sosial yang rendah merupakan beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko terjadinya gangguan mental tersebut.

  Di seluruh dunia terdapat sekitar 10% dari wanita hamil dan 13% dari wanita yang baru saja melahirkan mengalami gangguan mental, terutama depresi. Di negara-negara berkembang ini bahkan lebih tinggi, yaitu 15,6% selama kehamilan dan 19,8% setelah kelahiran anak. Pada kasus yang berat, penderitaan ibu mungkin begitu parah sehingga mereka mungkin bunuh diri. Selain itu, para ibu yang terkena depresi tidak dapat menjalankan perannya dengan baik. Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan anak-anak dapat terkena dampak negatif juga. Gangguan mental pada ibu dapat ditangani, intervensi yang efektif dapat disampaikan bahkan oleh penyedia layanan kesehatan non-spesialis terlatih. (WHO, 2016). Ada beberapa faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya gangguan mental pada ibu hamil, salah satunya yaitu kondisi emosi ibu selama kehamilan hingga bayi lahir. Pada trimester ketiga, kecemasan menjelang persalinan ibu hamil akan muncul. Pertanyaan dan bayangan apakah dapat melahirkan secara normal, apakah akan terjadi sesuatu saat melahirkan, atau apakah bayi lahir selamat, akan semakin sering muncul dalam benak ibu hamil. Kecemasan yang dirasakan oleh wanita yang sedang hamil juga dapat berdampak pada janin yang dikandungnya. Menurut Zachariah (2009), faktor komplikasi prenatal yang paling besar adalah keadaan cemas dan jumlah dukungan sosial fungsional.

  Menurut(2015), prevalensi tertinggi Pregnancy-Specific Anxiety (PSA) terjadi selama trimester ketiga kehamilan. Didapatkan sebanyak 71% tingkat derajat kecemasan yang parah terjadi selama trimester ketiga. Oleh karna itu, diperlukan suatu pemeriksaan rutin yang terintegrasi dari PSA selama kehamilan seperti deteksi dini, pencegahan dan manajemen kecemasan pada masa kehamilan yang akan memungkinkan wanita untuk mengatasi tantangan selama masa kehamilan.

  Menurut Bethsaida (2013), faktor – faktor penyebab timbulnya kecemasan ibu hamil biasanya berhubungan dengan kondisi kesejahteraan dirinya dan bayi yang akan dilahirkan, pengalaman keguguran kembali, rasa aman dan nyaman selama kehamilan, penemuan jati dirinya, persiapan menjadi orang tua, sikap memberi dan menerima kehamilan, keuangan keluarga, support keluarga dan support tenaga medis. Menurut Atma (2015), Faktor sosial ekonomi seperti pendidikan, pekerjaan dan pendapatan merupakan faktor individu dan keluarga yang dapat mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil. Penelitian dilakukan di RB Rachmi Palembang pada 30 ibu hamil trimester

  III yang memeriksakan kehamilannya, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara pendidikan, pekerjaan dan pendapatan ibu hamil terhadap tingkat kecemasan ibu hamil trimester III.

  Kehadiran suami atau pasangan memang sangat dianjurkan untuk mendampingi ibu hamil terutama pada saat persalinan, pendekatan langsung dapat mendorong komunikasi diantara keduanya sehingga dapat mengatasi semua kekhawatiran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mukhoirotin dan Khusniyah pada tahun 2010 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara pendampingan suami terhadap penurunan tingkat kecemasan. Dengan adanya pendampingan dari suami yang maksimal maka tingkat kecemasan pun dapat berkurang. (Mukhoirotin & Khusniyah, 2010). Penelitian yang sama dilakukan oleh Wantana terhadap 246 wanita dengan kehamilan pertama di Thailand, didapatkan hasil bahwa perempuan hamil dengan dukungan suami yang tinggi cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah. (Wantana, 2007). Berdasarkan permasalahan yang ada maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian apakah ada hubungan antara karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap tingkat kecemasan ibu hamil trimester III di Puskesmas Kecamatan Makasar tahun 2016.

  METODE

  Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 s/d 26 Oktober 2016 di Puskesmas Kecamatan Makasar dengan menggunakan metode survey analitik dan pendekatan waktu cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester ke III yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Kecamatan Makasar berdasarkan data pada bulan Mei – Juni 2016 yaitu sebanyak 291 ibu hamil. Sampel dari penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive sampling yaitu sebanyak 81 ibu hamil trimester III yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Kecamatan Makasar.

  Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri tanpa bantuan pihak manapun. Sebelumnya peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu, kemudian peneliti memberitahu maksud dan tujuan pengumpulan data, serta memberi informed consent untuk meminta persetujuan dijadikan responden penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk melihat karakteristik ibu hamil, dukungan suami kepada istrinya yang sedang hamil trimester ketiga dan mengukur tingkat kecemasan ibu hamil trimester ketiga menggunakan skala baku Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) .

  Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah memberikan kuesioner dengan beberapa pilihan jawaban yang harus dijawab oleh responden dengan lengkap dan jujur sesuai dengan yang dialami oleh responden. Selama pengisian kuesioner, responden didampingi oleh peneliti, sehingga bila ada butir pernyataan yang tidak jelas dapat ditanyakan langsung pada peneliti. Sebelum kuesioner dikumpulkan, peneliti memeriksa kembali jawaban untuk setiap pernyataan agar tidak ada yang ketinggalan dan sesuai dengan petunjuk pengisian.

  HASIL Analisa Univariat

  Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 81 responden ibu hamil trimester III yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Kecamatan Makasar, sebagian besar ibu hamil mengalami kecemasan selama kehamilan trimester III (66,7%). Berdasarkan karakteristiknya didapatkan hasil bahwa sebagian besar ibu hamil berusia muda (72,8%), berpendidikan rendah (54,3%), berpendapatan rendah (61,7%) dan tidak mendapatkan dukungan dari suaminya selama kehamilan trimester III (56.8%).

  Analisa Bivariat

  Berdasarkan hasil analisa tabel diatas, hasil uji statistik antara usia dengan tingkat kecemasan ibu diperoleh nilai p = 0,000 yang mana nilai p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia dengan tingkat kecemasan ibu hamil trimester III di Puskesmas Kecamatan Makasar. Dari hasil analisis keeratan hubungan dua variabel didapatkan odds ratio dengan nilai 0,013 (0,003-0,070) yang berarti dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa ibu hamil yang memiliki usia muda berpeluang sebanyak 0,013 kali mengalami kecemasan dibandingkan dengan ibu hamil usia tua.

  Berbeda dengan tingkat pendidikan, hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,581 yang mana nilai p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan tingkat kecemasan ibu hamil trimester III di Puskesmas Kecamatan Makasar. Berdasarkan pendapatan, hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p = 0.005, dimana nilai p < 0.05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan tingkat kecemasan ibu hamil trimester III di Puskesmas Kecamatan Makasar. Analisis keeratan hubungan dua variabel didapatkan odds ratio dengan nilai 5,750 (1,752-18,868) yang berarti dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa ibu hamil dengan pendapatan rendah berpeluang sebanyak 5,750 kali mengalami kecemasan dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki pendapatan tinggi.

  Sama halnya dengan dukungan suami, hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.001, dimana nilai p < 0.05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu hamil trimester III di Puskesmas Kecamatan Makasar. Analisis odds ratio dengan nilai 5,641 (2,051-15,513) yang berarti dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa ibu hamil dengan dukungan negatif (tidak didukung oleh suami) berpeluang sebanyak 5.641 kali mengalami kecemasan dibandingkan dengan ibu hamil yang mendapatkan dukungan positif (didukung oleh suami).

  23

  23

  42.6

  14

  

51.9

1.452 0.574 3.671 0.581 Rendah

  31

  57.4

  13

  

48.1

Pendapatan Tinggi

  4

  14.8

  27

  50 5.750 1.752 18.868 0.005 Rendah

  85.2

  20

  27

  50 Dukungan Positif

  16

  29.6

  19

  

70.4

5.641 2.051 15.513 0.001 Suami Negatif

  38

  70.4

  8

  54

  66.7

  27

  

33.3

  

74.1

Pendidikan Tinggi

  3.7

  Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan, Pendapatan, Dukungan Suami dan Tingkat

  61.7 Dukungan Positif

  Kecemasan Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Kecamatan Makasar Pada Tahun 2016

  Karakteristik Kategori Frekuensi Persen (%) Usia Muda

  59

  72.8 Tua

  22

  27.2 Pendidikan Tinggi

  37

  45.7 Rendah

  44

  54.3 Pendapatan Tinggi

  31

  38.3 Rendah

  50

  35

  2

  43.2 Suami Negatif

  46

  56.8 Tingkat Cemas

  54

  66.7 Tidak Kecemasan

  27

  33.3 Cemas Total 81 100 Tabel 2.

  Hubungan Antara Usia, Pendidikan, Pendapatan dan Dukungan Suami dengan Kecemasan Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Kecamatan Makasar Pada Tahun 2016

  Cemas Tidak 95% CI Cemas OR N % n % Min Maks P Usia Muda

  52

  96.3

  7

  

25.9

0.013 0.003 0.070 0.000 Tua

29.6 Total

  PEMBAHASAN Kecemasan

  Kecemasan (Ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Kehamilan bisa menjadi sumber stressor kecemasan, terutama pada seorang ibu yang labil jiwanya (Viebeck, 2012). Reva Rubin (1980) mengatakan bahwa, selama periode kehamilan hampir sebagian besar ibu hamil sering mengalami kecemasan. Namun kecemasannya berbeda-beda tergantung pada sejauh mana ibu hamil tersebut mempersepsikan kehamilannya. (Pieter & Lubis, 2011). Kecemasan memang dapat terjadi pada siapa saja. Pada wanita yang sehat sekalipun, kehamilan juga dapat menimbulkan rasa cemas. Kondisi yang biasanya muncul yaitu rasa cemas yang berlebihan, khawatir dan takut tanpa sebab, hingga akhirnya akan berujung pada stres. Kecemasan kehamilan tidak hanya mempengaruhi kesehatan ibu hamil, tetapi juga bisa berdampak pada kejadian setelahnya seperti kelahiran prematur, persalinan lama, lahir caesar dan berat badan lahir rendah.

  Usia

  Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Berdasarkan penelitian, hasil uji statistik antara usia dengan tingkat kecemasan ibu diperoleh nilai p = 0,000 yang mana nilai p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia dengan tingkat kecemasan ibu hamil trimester III di Puskesmas Kecamatan Makasar. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Setyaningrum (2013), didapatkan p value sebesar 0,033 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu primigravida dengan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Pustu Kandangan Bawen.

  Usia memang bisa mempengaruhi psikologi seseorang, semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya Antenatal Care. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan. (Atma, 2015).

  Bagi keluarga ibu hamil dengan usia muda sebaiknya lebih sering mengingatkan ibu hamil mengenai pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan. Dengan melakukan pemeriksaan kehamilan seorang ibu bisa mengetahui kondisi dari kehamilannya. tentunya hal tersebut bisa dilakukan sebagai upaya untuk mencegah atau mengurangi kecemasan ibu hamil terkait dengan kehamilannya.

  Pendidikan

  Pendidikan bisa berpengaruh terhadap tingkat kecemasan ibu karena kurangnya informasi dari berbagai media seperti majalah, artikel, brosur dan lain sebagainya tentang kehamilan dari orang terdekat seperti keluarga, teman ataupun dari petugas kesehatan. (Mayasari, 2012). Berdasarkan penelitian, hasil uji statistik antara tingkat pendidikan dan tingkat kecemasan ibu diperoleh nilai p = 0,581 yang mana nilai p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan tingkat kecemasan ibu hamil trimester III di Puskesmas Kecamatan Makasar. Hal tersebut tidak didukung oleh penelitian yang dilakukan Wanda (2014) terhadap 60 ibu hamil trimester III, didapatkan hasil

  ρ= 0,000 lebih besar dari α = 0,05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kecemasan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuminting.

  Pendidikan belum sepenuhnya bisa dikatakan sebagai salah satu hal yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan ibu hamil. Teori mengatakan bahwa tingkat pendidikan bisa mempengaruhi seseorang dalam berpikir dan bertindak, orang dengan pendidikan yang tinggi akan lebih mudah berpikir rasional sehingga lebih mudah memecahkan masalah dan mengetahui bagaimana cara mekanisme koping yang positif. Dengan kata lain, seseorang dengan pendidikan yang tinggi tidak akan mengalami kecemasan. Namun kenyataannya, hal tersebut tidak terjadi pada semua orang, kecemasan bisa muncul pada siapa saja dan dimana saja termasuk ibu hamil, hampir semua ibu hamil pasti pernah mengalami rasa cemas, baik pada ibu hamil yang memiliki pendidikan rendah maupun ibu hamil dengan pendidikan yang tinggi. Jika dibandingkan dengan pendidikan, pengetahuan jauh lebih berpengaruh terhadap kecemasan dibandingkan dengan pendidikan. Seseorang dengan pendidikan yang tinggi belum tentu memiliki pengetahuan yang tinggi, begitupun sebaliknya.

  Oleh karena itu, ibu hamil sangat membutuhkan informasi-informasi terkait dengan kehamilan hingga proses persalinan, karna dengan adanya informasi tersebut maka pengetahuan ibu hamil akan bertambah sehingga dengan adanya pengetahuan tersebut ibu hamil bisa terhindar dari rasa cemas.

  Pendapatan

  Menurut Niven (2002) dalam Kusumawati (2010) seseorang dengan status ekonomi rendah cenderung lebih tegang dan seseorang dengan status ekonomi tinggi cenderung lebih santai. Berdasarkan pendapatan, hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p = 0.005, dimana nilai p < 0.05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan tingkat kecemasan ibu hamil trimester III di Puskesmas Kecamatan Makasar. Penelitian tersebut didukung oleh Said, Kanine & Bidjuni (2015) pada 40 ibu hamil primigravida yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Tuminting, hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan kecemasan ibu primigravida di puskesmas Tuminting dengan nilai p=0,000 <α.

  Faktor sosial ekonomi seperti pendapatan dapat mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil. Sosial ekonomi yang baik dapat menjamin kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil yang dapat mencegah terjadinya kecemasan dalam menghadapi kehamilan. Oleh karena itu, pendapatan keluarga yang cukup membuat ibu hamil siap menghadapi kehamilan karena kehamilan membutuhkan anggaran khusus seperti biaya ANC, makanan bergizi untuk ibu dan janin, pakaian hamil, biaya persalinan dan kebutuhan bayi setelah lahir.

  Dukungan Suami

  Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan suami pada ibu hamil yang merupakan bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab suami dalam kehamilan dan kehidupan istri. Tanggung jawab tersebut bisa berupa mengawasi, memelihara dan melindungi istri serta menjaga bayi yang dikandung (Lowdermilk, 2013). Berdasarkan dukungan suami, hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.001, dimana nilai p < 0.05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu hamil trimester III di Puskesmas Kecamatan Makasar.

  Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wantana terhadap 246 wanita dengan kehamilan pertama di Thailand, didapatkan hasil bahwa perempuan hamil dengan dukungan suami yang tinggi cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah. (Wantana, 2007). Dukungan dari seorang suami dapat mempengaruhi tingkat kecemasan ibu hamil. Keterlibatan para suami sejak awal kehamilan sudah pasti akan mempermudah dan meringankan ibu hamil dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada tubuh akibat hadirnya sesosok janin di dalam perut.

  Suami sangat berperan untuk mengurangi kecemasan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan sampai dengan proses persalinan. Suami juga harus bersiaga untuk mempersiapkan dana yang ekstra baik untuk saat kehamilan maupun saat persalinan tiba. Oleh karena itu, dukungan dari seorang suami kepada ibu hamil yang optimal sangat diperlukan guna mencegah dan juga mengurangi kecemasan ibu selama kehamilannya.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Sebagian besar ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Kecamatan Makasar mengalami kecemasan selama kehamilan trimester III. Dari empat variabel yang diteliti terdapat satu variabel yang tidak dapat membuktikan adanya hubungan, yaitu pendidikan (α = 0,581). Sedangkan variabel lain seperti usia (α = 0,000), pendapatan (α = 0,005) dan dukungan suami (α = 0,001) secara statistik dapat membuktikan adanya hubungan yang bermakna dengan tingkat kecemasan ibu hamil trimester

  III.

  Sebaiknya para ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, sehingga ibu hamil tersebut lebih mengetahui informasi mengenai kehamilan dan kesehatannya. Bagi keluarga responden khususnya suami, sebaiknya memberikan dukungan yang optimal kepada ibu hamil, guna mencegah atau mengurangi kecemasan ibu selama kehamilannya.

  Penelitian ini memang masih memiliki kekurangan, agar hasil penelitian lebih sempurna sebaiknya peneliti selanjutnya menambahkan karakteristik-karakteristik lain yang juga bisa mempengaruhi kecemasan ibu hamil seperti keyakinan dan pengalaman persalinan, sehingga nantinya akan diketahui hal-hal apa saja yang bisa menimbulkan kecemasan pada ibu hamil trimester III.

DAFTAR PUSTAKA

  Atma, S. F., Fatimah, N., & Manisah, N. (2015). Hubungan Pendidikan dan Umur dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester III Dalam Menghadapi Persalinan di RB Rachmi Palembang.

  Ejournal Keperawatan .

  Bethsaida, J., & Pieter, H. Z. (2013).

  Pengantar Psikologi untuk Bidan - Suatu Teori dan Terapannya . Yogyakarta: Rapha Publishing.

  Johnson, J. Y. (2014). Keperawatan Maternitas (Diana Kurnia S, Penerjemah). Yogyakarta: Rapha Publishing.

  Kurniawan, E. S., Ratep, N., & Westa, W. (2012). Faktor Penyebab Depresi Pada Ibu Hamil Selama Asuhan Antenatal Setiap Trimester. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Diperoleh pada tanggal 26 Juni 2016, dari

  Lowdermilk, D. L., Perry, S. E., & Cashion, K. (2013). Keperawatan Maternitas (Felicia Sidharta & Anesia Tania, Penerjemah). Jakarta: Salemba Medika. K. S. (2015). Prevalence of pregnancy anxiety and associated factors.

  International Journal of Africa Nursing Science . Volume 3, 1-7. Diperoleh tanggal 31 Maret 2016, dari

   Mayasari, L. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Di

  Wilayah Kerja Puskesmas Buaran Kabupaten Pekalongan. Diperoleh pada tanggal 27 Juni 2016, dari http://www.e- skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id Mukhoirotin., & Khusniyah, Z. (2010). Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap Kecemasan Ibu Pada Proses Persalinan Kala I (Fase Laten-Fase Aktif. Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang. Pieter, H. Z., & Lubis, N. M. (2011).

  Pengantar Psikologi untuk Kebidanan . Jakarta: Kencana.

  Viebeck, S. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Wantana, S. (2007). Social support and anxiety in first time pregnant Thai women in Thailand. ProQuest Dissertations Publishing.

  World Health Organization (WHO). (2015).

  Maternal Mental Health . Diperoleh tanggal 26 Juni 2016, dari World Health Organization (WHO). (2016). Risk of Maternal Mental Disorders . Diperoleh tanggal 26 Juni 2016, dari

  Kusumawati, E. (2010). Hubungan Pengetahuan Primigravida Tentang Kehamilan Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Kehamilan Trimester I Di Bps Fathonah Wn. Diperoleh pada tanggal 23 Agustus 2016, dari (http://eprints.uns.ac.id)