RISIKO PAJANAN KONSENTRASI PM 10 DAN PM 2,5 DI KECAMATAN CIWANDAN, CILEGON JAWA BARAT TAHUN 2014
RISIKO PAJANAN KONSENTRASI PM
10 DAN PM 2,5
DI KECAMATAN CIWANDAN, CILEGON JAWA BARAT TAHUN 2014
1 2 1,2 Sumiati Bedah , Imas LatifahProdi DIII Analis Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas MH Thamrin Alamat korespondensi: Prodi DIII Analis Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas MH Thamrin Jl.Raya Pondok Gede no.23-25 Kramat Jati, Jakarta Timur
ABSTRAK Polusi udara merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, terutama di negara berkembang.
Salah satu bahan pencemar udara adalah debu yang mempunyai diameter 0,1 sampai 100 µm . Berdasarkan ukurannya, Environmental Protection Agency (EPA) 2011 mengelompokkan partikel debu menjadi 2 kategori, yaitu partikel debu < 10 µm (PM 10 ) dan partikel debu < 2,5 µm (PM 2,5 ). Polutan ini diyakini oleh para pakar lingkungan dan kesehatan masyarakat sebagai salah satu pemicu timbulnya infeksi saluran pernafasan karena dapat mengendap pada saluran pernafasan daerah bronki dan alveoli. Penelitian ini dilakukan dengan metode pendekatan studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) yang bertujuan memperkirakan risiko yang diterima suatu masyarakat akibat pajanan agen-agen pencemar di lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan dari 60 titik lokasi pengukuran konsentrasi PM 10 dan PM 2,5 udara ambien di kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon, ditemukan beberapa lokasi dengan konsentrasi partikulat yang melewati baku mutu sesuai PP 41 tahun 2009. Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan dengan memperhitungkan faktor-faktor terkait, maka diperoleh RfC sebagai intake aman untuk anak-anak yaitu untuk PM 10 sebesar 0,062 mg/kg/hari dan PM 2,5 sebesar 0,031 mg/kg/hari sedangkan RfC sebagai intake aman untuk dewasa yaitu untuk PM 10 sebesar 0,025 mg/kg/hari dan PM 2,5 sebesar 0,013 mg/kg/hari. Berdasarkan temuan penelitian ini dirasa perlu perhatian pihak terkait untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kesehatan yang dapat timbul akibat pajanan PM 10 dan PM 2,5 di kecamatan
Ciwandan khususnya lokasi yang berisiko yaitu pengelolaan risiko antara lain dapat dilakukan dengan mengupayakan modifikasi konsentrasi dan durasi pajanan yaitu upaya menurunkan konsentrasi PM dan PM pada level minimal, 10 2,5 atau dengan membatasi durasi pajanan (lama tinggal) di lokasi dengan konsentrasi pajanan yang tinggi. Juga dapat di digalakkan pembuatan taman hijau untuk mengurangi konsentrasi partikulat di udara.
Kata Kunci : PM 10 , PM 2,5 , Ciwandan, Risk Question
PENDAHULUAN
Setiap makhluk hidup membutuhkan udara untuk bernafas. Pada manusia, pernafasan adalah rangkaian proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga pemanfaatan energi dalam tubuh yaitu masuknya oksigen ke dalam tubuh dan dibuang atau dilepaskannya karbondioksida keluar tubuh.
Polusi udara merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, terutama di negara berkembang.(Chen dan Haidong, 2008). Partikel debu (Particulate Matter) merupakan senyawa campuran dari partikel padat dan cair yang dapat ditemukan di udara. Ukuran dari pertikel debu yang terdapat di udara secara langsusng dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Berdasarkan ukurannya, Environmental Protection Agency
(EPA) mengelompokkan partikel debu menjadi 2 kategori, yaitu partikel debu < 10 µm (PM ) dan partikel debu < 10 2,5 µm (PM 2,5 ) (EPA, 2011).
Salah satu bahan pencemar udara adalah debu yang mempunyai diameter 0,1 sampai 100 µm dan menjadi perhatian bersama khsususnya debu yang dihasilkan oleh pengolahan bahan padat dari industri. Partikel udara dalam wujud padat yang berdiameter kurang dari 10 µm yang biasanya disebut dengan PM 10 (particulate matter) dan kurang kurang dari 10 µm yang biasanya disebut dengan PM 10 (particulate matter) dan kurang dari 2,5 µm di dalam rumah
(PM ) diyakini oleh para pakar lingkungan dan kesehatan masyarakat sebagai pemicu timbulnya infeksi saluran 2,5 pernafasan, karena pertikel padat PM 2,5 dan PM 10 dapat mengendap pada saluran pernafasan daerah bronki dan alveoli.
Tujuan
Memberikan gambaran risiko pajanan terhadap kesehatan yang disebabkan karena pencemaran udara PM 10 dan PM 2,5 di Kecamatan Ciwandan, Cilegon Tahun 2014
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan metode pendekatan studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) yang bertujuan memperkirakan risiko yang diterima suatu masyarakat akibat pajanan agen-agen pencemar di lingkungan. Analisis risiko kesehatan lingkungan bukan studi epidemiologi yang memaparkan efek-efek kesehatan dan agen sebagai variabel independen dengan tujuan memperoleh hubungan kausalitas antarvariabel yang dipaparkan.
Populasi adalah warga yang tinggal di Kecamatan Ciwandan, Cilegon Jawa barat. Kriteria pemilihan wilayah adalah wilayah yang diperuntukkan untuk kawasan industri ,berlokasi di Kecamatan Ciwandan, Cilegon Jawa barat yaitu pada pemukiman di enam Kelurahan /Desayang terdiri dari Kelurahan/Desa Kubang Sari, Tegal Ratu, Kepuh, Randakari, Tegal Buntu, dan Sunan Bonang Sampelnya adalah informasi dari BBTKL Jakarta berupa data hasil pengukuran pencemaran udara tahun 2014 di kecamatan Ciwandan, Cilegon Jawa barat. Untuk mengitung asupan harian melalui inhalasi , digunakan rumus:
× × × × = =
×
Ket Anak-Anak Dewasa
C= konsentrasi menggunakan kadar maksimum yang konsentrasi menggunakan kadar maksimum yang diperbolehkan untuk PM 10 dan PM 2,5 dalam udara diperbolehkan untuk PM 10 dan PM 2,5 dalam udara ruang berdasarkan Permenkes No. ruang berdasarkan Permenkes No. 3 3 1077/Menkes/Per/2011 yaitu sebesar 70 µg/m atau 1077/Menkes/Per/2011 yaitu sebesar 70 µg/m atau 3 3 3 3
0,07 mg/m untuk PM 3 10 , dan 35 µg/m atau 0,035 0,07 mg/m untuk PM 3 10 , dan 35 µg/m atau 0,035 mg/m untuk PM 2,5 . mg/m untuk PM 2,5 .
R = laju inhalasi menurut umur anak balita adalah 5,4 laju inhalasi menurut analisis pajanan untuk orang 3 3 3 m /hari atau 0,23 m /jam untuk anak umur 1-<2 tahun; dewasa yang digunakan adalah 0,83 m /jam. 3 3 8,9 m /hari atau 0,37 m /jam untuk anak umur 2-<3 3 3 tahun; dan 10,1 m /hari atau 0,42 m /jam untuk anak umur 3-<5 tahun (USEPA,2011). Dalam perhitungan ini R yang digunakan adalah yang terbesar yaitu 3 0,42 m /jam.
t E = waktu pajanan yang digunakan adalah 24 jam/hari. waktu pajanan yang digunakan adalah 24
jam/hari.f E = frekuensi pajanan yang digunakan adalah 365 frekuensi pajanan yang digunakan adalah 365
hari/tahun hari/tahun
D t = durasi pajanan yang digunakan adalah selama masa durasi pajanan yang digunakan adalah selama
balita yaitu 59 bulan atau 4,917 tahun seumur hidupnya, dan biasanya 30 tahun
W b = berat badan menurut umur anak balita adalah 11,4 Kg berat badan untuk orang dewasa, untuk analisis
(anak umur 1-<2 tahun); 13,8 Kg (2-<3 tahun); dan pajanan biasanya digunakan 55 Kg 18,6 Kg (3-<5 tahun) (USEPA, 2011). Dalam perhitungan ini W yang digunakan adalah yang b paling rentan yaitu yang paling kecil sebesar 11,4 Kg.
t AVG periode waktu rata-rata yang digunakan adalah periode waktu rata-rata yang digunakan adalah
= jumlah hari selama durasi pajanan yaitu 1.795 hari. jumlah hari selama durasi pajanan yaitu (30 tahun) x
365 hari yaitu sebesar 10.950 hari. Tingkat risiko atau besaran risiko kesehatan yang diakibatkan oleh pajanan (PM 2,5 , PM 10 ), yaitu membandingkan intake dengan RfC dengan rumus
=
ANALISA DATA
Sebagian besar masyarakat lebih bnyak beraktivitas di luar rumah, sehingga potensi untuk terpajan juga lebih besar. Potensi ini semakin diperkuat karena pekerjaan masyarakat lebih banyak sebagai pedagang di sekitar rumah dan sebagai ibu rumah tangga, didominasi perempuan.
Lama pajanan harian yang diterima masyarakat adalah sekitar 24 jam dengan rata-rata 22,77 jam, sedangkan dalam satu tahun masyarakat lebih banyak terpajan selama 365 hari/tahun atau satu tahun penuh dengan rata-rata 356 hari/tahun. Pada hasil survei ini juga terlihat bahwa paling lama masyarakat yang tinggal dan telah terpajan dengan polutan adalah selama 67 tahun dengan pajanan tersingkat selama 1 tahun dan rata-rata 28,58 tahun atau 29 tahun. Berdasarkan hasil tersebut kemudian diambil nilai yang representatif untuk dijadikan sebagai elemen perhitungan intake. Nilai laju inhalasi diambil berdasarkan nilai default rata-rata orang dewasa umur 21-61 tahun.
Distribusi Frekuensi Konsentrasi Risk Agent
a). Konsentrasi PM di Udara Ambien 2,5 Konsentrasi PM 2,5 udara ambien di kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon dapat dilihat pada tabel 1. Konsentrasi tertinggi pada titik pengambilan sampel 39 di Kelurahan Kubang Sari dan konsentrasi terendah pada titik
34 Kelurahan Tegal Buntu. Terdapat empat lokasi dengan konsentrasi PM yang menunjukkan nilai melewati baku 2,5 mutu PM 2,5 2,5 yang di udara ambient sesuai PP 41 tahun 2009 yaitu sebesar 65 μg/m3. Lokasi dengan konsentrasi PM melewati baku mutu adalah titik 11, titik 38 dan titik 41 di kelurahan Tegal Ratu serta titik 39 di kelurahan Kubang Sari.
b). Konsentrasi PM 10 di Udara Ambien Konsentrasi PM udara ambien di Kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon dapat dilihat pada tabel 1. 10 Konsentrasi tertinggi pada titik pengambilan sampel 39 di Kelurahan Kubang Sari dan konsentrasi terendah pada titik
54 Kelurahan Kubang Sari. Terdapat satu lokasi dengan konsentrasi PM 10 yang menunjukkan nilai melewati baku mutu PM di udara ambient sesuai PP 4 10 1 tahun 2009 yaitu sebesar 150 μg/m3. Lokasi dengan konsentrasi PM 10 yang melewati baku mutu adalah titik 39 di kelurahan Kubang Sari dimana konsentrasi PM 10 di lokasi tersebut mencapai 157 μg/m3.
Konsentrasi PM 2,5 dan PM 10 pada tabel 5.1 adalah perkiraan konsentrasi rata-rata harian di wilayah 3 kecamatan Ciwandan, Cilegon Jawa barat. Data yang didapat dalam satuan µg/m kemudian dikonversi menjadi mg/ 3 m .
Nilai Intake dan RQ PM 10 pada anak-anak di berbagai lokasi pengukuran pada kecamatan ciwandan Kabupaten Cilegon Jawa Barat Tahun 2014 Terlihat 14 titik lokasi yang berisiko menimbulkan dampak kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh nilai RQ≥1. Lokasi yang berisiko tersebut tersebar di berbagai kelurahan dalam kecamatan Ciwandan
180 160 140 120
Pm 2,5 (µg/m3) 100 PM 10 (µg/m3)
80
60
40
20 l… l… l… l… l… l… l… l… n… n… atu atu atu atu atu atu atu atu ga ga ga ga ga ga ga ga puh puh Te Te Te Te Te Te Te Te l R l R l R l R l R l R l R l R Suna Suna
Ke Ke ga ga ga ga ga ga ga ga
Te Te Te Te Te Te Te Te
Gambar 1
Konsentrasi PM 2,5 dan PM 10 di Udara Ambien Di Kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon Tahun 2014
Konsentrasi PM 2,5 Dan PM 10 Udara Ambien Di Kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon Tahun 2014 Titik Lokasi Kelurahan PM 2,5 (µg/m3) PM 10 (µg/m3) Titik Lokasi Kelurahan PM 2,5 (µg/m3) PM 10 (µg/m3)
30
21 Kubang Sari
38
58
51 Kubang Sari
51
55
22 Kubang Sari
50
33
52 Kubang Sari
9
16
23 Kubang Sari
55
99
53 Kubang Sari
16
49
50 Kubang Sari
24 Kubang Sari
89
17 Tegal Buntu
25
81
47 Kubang Sari
23
64
18 Sunan bonang
23
48 Kubang Sari
69
17
41
19 Sunan bonang 45 101
49 Kubang Sari
17
41
20 Kubang Sari
26
55
39
48
59 Tegal Ratu
49
71
58 Randakari
40
58
29 Tegal Ratu
18
37
33
52
37
30 Tegal Ratu
27
43
60 Tegal Ratu
6
15 SD 20,27 29,75 Max 121 157 Min
6
28 Tegal Ratu
27
83
40
54 Kubang Sari
9
12
25 Kubang Sari
32
46
55 Kubang Sari
14
26 Kubang Sari
57 Kepuh
29
35
56 Kubang Sari
9
27
27 Kubang Sari
31
81
71
46 Kubang Sari
1 Tegal Ratu
6 Tegal Buntu
17
5 Tegal Ratu
25
38
35 Tegal Buntu
8
14
24
34 Tegal Buntu
39
36 Tegal Buntu
19
22
7 Tegal Buntu
14
28
37 Tegal Buntu
6
40
53
32 Tegal Buntu
12
21
31 Tegal Buntu
7
23
2 Tegal Ratu
42
84
16
17
41
3 Tegal Ratu
16
23
33 Tegal Buntu
17
48
4 Tegal Ratu
32
8 Tegal Buntu
55
30
13 Kepuh
18
44
43 Tegal Ratu
34
42
14 Randakari
18
44 Tegal Buntu
36
27
39
15 Tegal Buntu 45 135
45 Sunan bonang
29
61
16 Tegal Buntu
36
40
42 Tegal Ratu
14
58
60
38 Tegal Ratu 66 109
9 Tegal Buntu
21
43
39 Kubang Sari 121 157
10 Tegal Buntu
33
40 Tegal Ratu
44
15
25
11 Tegal Ratu 72 106
41 Tegal Ratu
83
94
12 Tegal Ratu
8
12 Average 29,17 53,48 . Nilai Intake dan RQ PM 2,5 Pada Penduduk Dewasa Di Kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon Jawa Barat Tahun 2014
Titik Lokasi Intake (I) RQ = I/RfC Risiko Titik Lokasi Intake (I) RQ = I/RfC Risiko (Asupan) PM 2.5 (Asupan) PM 2.5
1 0,004 0,329 TR 31 0,002 0,192 TR 2 0,015 1,151 Risiko 32 0,006 0,438 TR 3 0,006 0,438 TR 33 0,006 0,466 TR 4 0,006 0,466 TR 34 0,002 0,164 TR 5 0,009 0,685 TR 35 0,003 0,219 TR 6 0,008 0,658 TR 36 0,007 0,521 TR 7 0,005 0,384 TR 37 0,011 0,877 TR 8 0,005 0,384 TR 38 0,023 1,808 Risiko 9 0,007 0,575 TR 39 0,042 3,315 Risiko 10 0,011 0,904 TR 40 0,005 0,411 TR 11 0,025 1,973 Risiko 41 0,029 2,274 Risiko 12 0,003 0,219 TR 42 0,013 0,986 TR 13 0,006 0,493 TR 43 0,012 0,932 TR 14 0,006 0,493 TR 44 0,009 0,74 TR 15 0,016 1,233 Risiko 45 0,01 0,795 TR 16 0,013 0,986 TR 46 0,017 1,315 Risiko 17 0,009 0,685 TR 47 0,008 0,63 TR 18 0,008 0,63 TR 48 0,006 0,466 TR 19 0,016 1,233 Risiko 49 0,006 0,466 TR 20 0,009 0,712 TR 50 0,011 0,904 TR 21 0,013 1,041 Risiko 51 0,018 1,397 Risiko 22 0,01 0,822 TR 52 0,003 0,247 TR 23 0,019 1,507 Risiko 53 0,006 0,438 TR 24 0,014 1,068 Risiko 54 0,003 0,247 TR 25 0,011 0,877 TR 55 0,005 0,384 TR 26 0,01 0,795 TR 56 0,003 0,247 TR 27 0,011 0,849 TR 57 0,009 0,74 TR 28 0,017 1,342 Risiko 58 0,014 1,096 Risiko 29 0,006 0,493 TR 59 0,011 0,904 TR 30 0,009 0,74 TR 60 0,002 0,164 TR
Ket : TR = Tidak berisiko
Nilai Intake dan RQ PM 10 Pada Penduduk Dewasa Di Kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon Jawa Barat Tahun 2014
Risiko 45 0,021 0,836 TR 16 0,019 0,753
TR 59 0,013 0,507 TR 30 0,015 0,589
TR 58 0,020 0,795 TR 29 0,013 0,507
Risiko 57 0,018 0,712 TR 28 0,025 0,973
TR 56 0,009 0,370 TR 27 0,028 1,110
TR 55 0,014 0,548 TR 26 0,012 0,479
Risiko 54 0,004 0,164 TR 25 0,016 0,630
Risiko 53 0,019 0,753 TR 24 0,029 1,137
TR 52 0,006 0,219 TR 23 0,034 1,356
TR 51 0,019 0,753 TR 22 0,017 0,685
TR 50 0,017 0,671 TR 21 0,020 0,795
Risiko 49 0,014 0,562 TR 20 0,024 0,945
Risiko 48 0,014 0,562 TR 19 0,035 1,384
Risiko 47 0,022 0,877 TR 18 0,031 1,219
TR 46 0,025 0,973 TR 17 0,028 1,110
TR 44 0,014 0,534 TR 15 0,047 1,849
Titik Lokasi Intake (I) RQ = I/RfC Risiko Titik Lokasi Intake (I) RQ = I/RfC Risiko (Asupan) PM 10 (Asupan) PM 10
TR 43 0,015 0,575 TR 14 0,010 0,411
TR 42 0,014 0,548 TR 13 0,015 0,603
Risiko 41 0,033 1,288 Risiko 12 0,015 0,603
TR 40 0,009 0,342 TR 11 0,037 1,452
TR 39 0,055 2,151 Risiko 10 0,020 0,795
TR 38 0,038 1,493 Risiko 9 0,015 0,589
TR 37 0,018 0,726 TR 8 0,021 0,822
TR 36 0,008 0,301 TR 7 0,010 0,384
TR 35 0,005 0,192 TR 6 0,014 0,534
TR 34 0,006 0,233 TR 5 0,013 0,521
TR 33 0,017 0,658 TR 4 0,014 0,548
Risiko 32 0,014 0,562 TR 3 0,008 0,315
TR 31 0,008 0,315 TR 2 0,029 1,151
1 0,007 0,288
TR 60 0,005 0,205 TR Ket : TR = Tidak berisiko Nilai Intake dan RQ PM 2,5 Pada Anak=-Anak Di Kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon Jawa Barat Tahun 2014
Titik Lokasi Intake (I) RQ = I/RfC Risiko Titik Lokasi Intake (I) RQ = I/RfC Risiko (Asupan) PM 2.5 (Asupan) PM 2.5
50 0,042
53 0,045
1,507 Risiko
23 0,020
0,247 TR
52 0,044
0,822 TR
22 0,019
1,397 Risiko
51 0,043
1,041 Risiko
21 0,018
0,904 TR
0,712 TR
24 0,020
20 0,017
0,466 TR
49 0,042
1,233 Risiko
19 0,016
0,466 TR
48 0,041
0,630 TR
18 0,015
0,630 TR
47 0,040
0,685 TR
17 0,014
0,438 TR
1,069 Risiko
46 0,039
1,343 Risiko
Berdasarkan perhitungan nilai RQ dinilai bahwa pajanan PM 10 dan PM 2,5 pada beberapa lokasi pengukuran ada yang lebih dari 1 (RQ>1) sehingga perlu perhatian dari seluruh pihak terkait dalam pengelolaan risiko pajanan PM 10 dan PM 2,5 .
Pengelolaan risiko dilakukan dengan menentukan batas aman dari faktor pajanan yang ingin dicapai dan melakukan upaya pengelolaan melalui berbagai pendekatan yaitu pendekatan teknologi, sosial-ekonomi, maupun institusional. Untuk menghitung dan menentukan batas aman, RfC adalah konsentrasi referensi dari agen risiko tersebut.
Manajemen Risiko
0,164 TR Ket : TR = Tidak berisiko
60 0,051
0,740 TR
30 0,025
0,904 TR
59 0,050
0,493 TR
29 0,025
1,096 Risiko
58 0,049
28 0,024
54 0,046
0,740 TR
57 0,048
0,849 TR
27 0,023
0,247 TR
56 0,047
0,795 TR
26 0,022
0,384 TR
55 0,047
0,877 TR
25 0,021
0,247 TR
1,315 Risiko
0,986 TR
1 0,001
0,164 TR
0,877 TR
37 0,031
0,384 TR
7 0,006
0,521 TR
36 0,031
0,658 TR
6 0,005
0,219 TR
35 0,030
0,685 TR
5 0,004
34 0,029
0,384 TR
0,466 TR
4 0,003
0,466 TR
33 0,028
0,438 TR
3 0,003
0,438 TR
32 0,027
1,151 Risiko
2 0,002
0,192 TR
31 0,026
0,329 TR
8 0,007
38 0,032
16 0,014
42 0,036
0,795 TR
45 0,038
1,233 Risiko
15 0,013
0,740 TR
44 0,037
0,493 TR
14 0,012
0,932 TR
43 0,036
0,493 TR
13 0,011
0,986 TR
0,219 TR
1,809 Risiko
12 0,010
2,274 Risiko
41 0,035
1,973 Risiko
11 0,009
0,411 TR
40 0,034
0,904 TR
10 0,008
3,316 Risiko
39 0,033
0,575 TR
9 0,008
Pajanan inhalasi di pemukiman bisa dilakukan melalui modifikasi konsentrasi dan durasi pajanan. Pengelolaan dilakukan dengan menurunkan konsentrasi PM 10 dan PM 2,5 pada level minimal, atau dengan membatasi durasi pajanan (lama tinggal) di lokasi dengan konsentrasi pajanan yang tinggi.
TABEL 5
0,904 TR
24 0,033
0,438 TR
53 0,014
1,507 Risiko
23 0,047
0,247 TR
52 0,008
0,822 TR
22 0,025
1,397 Risiko
51 0,043
1,041 Risiko
21 0,032
50 0,028
54 0,008
0,712 TR
20 0,022
0,466 TR
49 0,014
1,233 Risiko
19 0,038
0,466 TR
48 0,014
0,630 TR
18 0,020
0,630 TR
47 0,020
0,685 TR
1,069 Risiko
0,247 TR
1,315 Risiko
29 0,015
PEMBAHASAN
12 Average 29,17 53,48
6
Min
SD 20,27 29,75 Max 121 157
Pajanan Pm 2,5 (µg/m3) PM 10 (µg/m3)
0,164 TR Ket : TR = Tidak berisiko
60 0,005
0,740 TR
30 0,023
0,904 TR
59 0,028
0,493 TR
1,096 Risiko
25 0,027
58 0,034
1,343 Risiko
28 0,042
0,740 TR
57 0,023
0,849 TR
27 0,026
0,247 TR
56 0,008
0,795 TR
26 0,025
0,384 TR
55 0,012
0,877 TR
17 0,021
46 0,041
Di Kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon Jawa Barat Tahun 2014
34 0,005
0,877 TR
37 0,027
0,384 TR
7 0,012
0,521 TR
36 0,016
0,658 TR
6 0,020
0,219 TR
35 0,007
0,685 TR
5 0,021
0,164 TR
0,466 TR
0,384 TR
4 0,014
0,466 TR
33 0,014
0,438 TR
3 0,014
0,438 TR
32 0,014
1,151 Risiko
2 0,036
0,192 TR
31 0,006
0,329 TR
1 0,010
Titik Lokasi Intake (I) RQ = I/RfC Risiko Titik Lokasi Intake (I) RQ = I/RfC Risiko (Asupan) PM 10 (Asupan) PM 10
8 0,012
38 0,056
0,986 TR
0,986 TR
16 0,031
0,795 TR
45 0,025
1,233 Risiko
15 0,038
0,740 TR
44 0,023
0,493 TR
14 0,015
0,932 TR
43 0,029
0,493 TR
13 0,015
42 0,031
1,809 Risiko
0,219 TR
12 0,007
2,274 Risiko
41 0,070
1,973 Risiko
11 0,061
0,411 TR
40 0,013
0,904 TR
10 0,028
3,316 Risiko
39 0,103
0,575 TR
9 0,018
Keberadaan perusahaan industri yang beroperasi di Kota Cilegon patut dipertanyakan karena sejumlah pabrik terutama di kawasan industri Ciwandan dinilai masih banyak yang minim kepedulian akan ramah lingkungan. Masyarakat merasa resah. Terutama terhadap polusi seperti debu pabrik yang mencemari lingkungan, meski belum berani melakukan class action (gugatan) terhadap sejumlah pabrik yang terindikasi mencemari lingkungan
Di Indonesia Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) masih belum banyak dikenal dan digunakan Australia ARKL telah menjadi proses central idea legislasi dan regulasi pengendalian dampak lingkungan. Karenanya, merupakan hal penting untuk mengenalkan metode ARKL dalam pengukuran risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan karena faktor lingkungan khususnya pencemaran udara
Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Bahaya (hazard) terdiri dari sen-yawa biologi, kimia atau fisik yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan. Se-dangkan risiko (risk) merupakan fungsi peluang terjadinya gangguan kesehatan dan kepara-han (severity) gangguan kesehatan oleh karena suatu bahaya. Risiko lingkungan merupakan risiko terhadap kesehatan manusia yang disebabkan oleh karena faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, hayati maupun sosial-ekonomi-budaya. Salah satu bahaya yang berpotensi menimbulkan dampak bagi kesehatan manusia dan ling-kungan yakni bahaya kimia yang berupa keberadaan polutan di udara.
Telah banyak penelitian yang mengemukakan tentang parameter pencemar udara lainnya yang berlokasi di daerah lain. Hal ini mengindikasikan bahwa kuali-tas udara menjadi perhatian khusus. Karena itu, penting kiranya bagi peneliti, pemerintah, mahasiswa dan para stake-holder yang berkecimpung dalam dunia kesehatan dan lingkungan untuk mengetahui beberapa model pengukuran risiko kesehatan, salah satunya adalah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).
Polusi udara pada masa lalu lebih banyak disebabkan oleh kejadian alam seperti debu dan pasir, kebakaran hutan, letusan gunung berapi, dan gas yang keluar dari dalam bumi atau yang dilepas oleh materi organik yang mem- busuk. Bentuk polusi ini masih ada sampai sekarang dan sesekali dapat menyebabkan ancaman serius. Namun, selain polutan alami ini, sekarang terdapat produk limbah yang dihasilkan oleh peradaban industrialisasi modern. Produk masyarakat modern ini mengancam mutu udara yang dihirup di seluruh dunia. Hal ini memicu dilakukann-ya upaya untuk menurunkan tingkat kon-sentrasinya dalam udara ambien. Antara tahun 1970-1999, Amerika serikat berhasil mengurangi beberapa konsentrasi polutan standar dari udara ambien, salah satunya sulfur dioksida 40% namun meningkatkan konsentrasi nitrogen oksida sebesar 17% (Mckenzie, Pinger dan Kotecki 2007).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis risiko kesehatan lingkungan PM 10 dan PM 2,5 udara ambien di kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. 10 2,5 dan PM udara ambien di kecamatan Ciwandan Kabupaten Dari 60 titik lokasi pengukuran konsentrasi PM
Cilegon, ditemukan beberapa lokasi dengan konsentrasi partikulat yang melewati baku mutu sesuai PP 41 tahun 2009.
a. 2,5 yang melewati baku mutu sesuai PP 41 tahun 2009 yaitu Terdapat tiga lokasi dengan konsentrasi PM maksimal sebesar 65 μg/m3 yaitu titik 11, titik 38 dan titik 41 di kelurahan Tegal Ratu serta titik 39 di kelurahan
Kubang Sari.
b. 10 yang melewati baku mutu sesuai PP 41 tahun 2009 yaitu Terdapat satu lokasi dengan konsentrasi PM 10 di lokasi tersebut maksimal sebesar 150 μg/m3 yaitu titik 39 di kelurahan Kubang Sari dimana konsentrasi PM mencapai 157 μg/m3 2.
Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan dengan memperhitungkan faktor-faktor terkait, maka diperoleh
RfC PM 10 dan PM 2,5 sebagai berikut a. 10 sebesar 0,062 mg/kg/hari dan PM 2,5 sebesar
RfC sebagai intake aman untuk anak-anak yaitu untuk PM 0,031 mg/kg/hari.
b. 10 sebesar 0,025 mg/kg/hari dan PM 2,5 sebesar 0,013 RfC sebagai intake aman untuk dewasa yaitu untuk PM mg/kg/hari.
3. dan PM baik pada penduduk dewasa maupun pada anak-anak menunjukkan adanya Estimasi nilai RQ PM 2,5 10 beberapa titik lokasi yang berisiko menimbulkan dampak kesehatan masyarakat.
a. 2,5 pada penduduk dewasa terdapat 14 titik lokasi yang berisiko menimbulkan dampak Estimasi nilai RQ PM kesehatan masyarakat.
b. 10 pada penduduk dewasa terdapat 12 titik lokasi yang berisiko menimbulkan dampak Estimasi nilai RQ PM kesehatan masyarakat c. 2,5 pada anak-anak terdapat 14 titik lokasi yang berisiko menimbulkan dampak
Estimasi nilai RQ PM kesehatan masyarakat.
d. pada anak-anak terdapat 14 titik lokasi yang berisiko menimbulkan dampak kesehatan 10 Estimasi nilai RQ PM masyarakat
SARAN
kesehatan yang mungkin timbul akibat pajanan PM 10 dan PM 2,5 di kecamatan Ciwandan khususnya lokasi yang berisiko yaitu pengelolaan risiko antara lain dapat dilakukan dengan :
1. Modifikasi konsentrasi dan durasi pajanan.
2. dan PM pada level minimal, atau dengan membatasi durasi pajanan (lama Menurunkan konsentrasi PM 10 2,5 tinggal) di lokasi dengan konsentrasi pajanan yang tinggi.
3. Salah satu contoh melawan pencemaran udara yaitu masyarakat diharapkan berinisiatif melakukan pembuatan taman hijau di lingkungan sekitar pemukiman untuk mengurangi konsentrasi partikulat dan mengajak perusahan sekitar untuk membantu menciptakan lingkungan nyaman nan asri
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI.2001, Aspek Fundamental Kajian dan Pengendalian Risiko Bahan Kimia. Direktorat Pengawasan
Produk dan Bahan Berbahaya, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Jakarta
Departemen Kesehatan R.I., 1996. Bahan-bahan Berbahaya dan Dampaknya terhadap Kesehatan Manusia, Jilid
III. Departemen Kesehatan R.I, 1996
EPA.1990, Exposure Factors Handbook, U.S Environmental Protection Agency EPA 600/8-89/043 International Programme on Chemical Safety (IPCS), 2000, Environmental Health Criteria 214 Human Exposure
Assesment, WHO,Geneva
International Programme on Chemical Safety (IPCS), 2004, IPCS Risk Assessment Terminology, Part 1:
IPCS/OECD Key Generic Terms used in Chemical Hazard/Risk Assessment; Part 2: IPCS Glossary of Key
Exposure Assessment Terminology , Geneva: World Health Organization and Environmental Programme on
Chemical Safety Louvar, J.F., Louvar,B.D. 1998, Health and Environmental Risk Analysis :Fundamentals with Aplication, New jersey: Prentice Hall James.R.C., Warren, D.A., Halmes, N.C., Roberts, S.M., 2000, Principle of Toxicology : Environmental and
Industrial Aplications, Second Edition, John Wiley & Sons, Inc
Kementerian Kesehatan, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan No.1077/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman
Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah, Kementerian Kesehatan RI, 2010
Kolluru, R.V., Bartell, S.M., McBean,E.A., Rovers, F.A., 1998, Statistical Procedures for Analysis of Environmental
Monitoring Data and Risk Assesment, Prentice Hall PTR
McBean,E.A., Rovers, F.A., 1998, Statistical Procedures for Analysis of Environmental Monitoring Data and Risk
Assesment, Prentice Hall PTR Peraturan Pemerintah, Pengendalian Pencemaran Udara, PP RI No. 41/1999, Jakarta, 1999.
Purnama D., 2013. Konsentrasi PM dan Gas (SO dan NO ) dalam Rumah dan Kejadian ISPA pada Anak Balita 10 2 2
di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, DKI Jakarta. Tesis, Universitas Indonesia, 2013
Rahman,A, dkk .2004, Analisis Kualitas Lingkungan, Modul KML 22420, edisi 5, Laboratorium Kesehatan Lingkungan FKM UI, Depok
Rahman, A. 2009, Prinsip-prinsip Dasar Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Modul Kuliah Kesehatan Lingkungan, FKM UI, Depok
Rahman A. 2010, Prinsip-prinsip dasar dan metode analisis risiko kesehatan
lingkungan, Bahan ajar pelatihan teknis dan manajemen amdal bagi petugas kesehatan
Soemirat S.J., 1994. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press, 1994