Pengaruh Penerapan Total Quality Managem
PENGARUH PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN GIANT HYPERMARKET BOTANI SQUARE BOGOR
Oleh PUTRI RESTU MELISSA H24051307 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PENGARUH PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN GIANT HYPERMARKET BOTANI SQUARE BOGOR SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh PUTRI RESTU MELISSA H24051307 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ABSTRAK
Putri Restu Melissa. H24051307. Pengaruh Penerapan Total Quality Management terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Giant Hypermarket Botani Square Bogor. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis
Persaingan yang ketat akan menuntut perusahaan untuk memberikan produk yang bermutu kepada konsumen. Namun perhatian perusahaan tidak terbatas pada mutu produk yang dihasilkan, tetapi juga pada aspek proses, sumber daya manusia (SDM) dan lingkungan. Giant hypermarket merupakan perusahaan ritel di Indonesia yang menghadapi persaingan dalam bisnis ritel yang berkembang semakin pesat, salah satu cara yang dilakukan Giant hypermarket agar tetap bersaing dengan menerapkan Total Quality Management (TQM), melalui perbaikan secara terus menerus terhadap produk, tenaga kerja, proses dan lingkungannya. TQM merupakan suatu sistem untuk mencapai sasaran organisasi, salah satunya peningkatan produktivitas karyawan.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui penerapan TQM di Giant hypermarket ; (2) Menganalisis pengaruh penerapan TQM terhadap produktivitas karyawan di Giant hypermarket; (3) Menganalisis faktor-faktor yang paling dominan yang mempengaruhi keberhasilan penerapan TQM dan produktivitas kerja karyawan di Giant hypermarket.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dari hasil wawancara dan kuesioner, serta data sekunder dari studi pustaka, internet, literatur dan dokumen perusahaan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 150 orang dipilih dengan simple random sampling dan data diolah dengan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan software Linear Structural Relationship (LISREL) 8.30. Penerapan TQM di Giant hypermarket dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif terhadap unsur-unsur TQM, yaitu SDM, Standar, Sarana, Organisasi, Audit Internal dan Diklat.
Berdasarkan hasil analisis LISREL terlihat bahwa penerapan TQM di Giant hypermarket berpengaruh terhadap produktivitas karyawan sebesar 0,95. TQM diukur dari SDM, Standar, Sarana, Organiasi, Audit Internal dan Diklat. Organisasi memberikan pengaruh terbesar dalam pembentukan TQM (0,80). Produktivitas Kerja diukur dari Kemauan Kerja, Kemampuan Kerja, Hubungan Kerja dan Lingkungan Kerja. Kemampuan Kerja memiliki pengaruh paling besar terhadap produktivitas kerja (0,79).
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN PENGARUH PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN GIANT HYPERMARKET BOTANI SQUARE BOGOR SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh Putri Restu Melissa H24051307
Menyetujui, Mei 2009
Prof.Dr.Ir.H Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing.,DEA
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Ujian : Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Payakumbuh pada tanggal 22 Mei 1987. Penulis merupakan anak terakhir dari empat orang bersaudara pasangan Drs. H. Syafruddin dt Keraing dan Hj. Nurmahelis.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Bhayangkari Payakumbuh pada tahun 1993, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 11 Air Tabit Payakumbuh. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Payakumbuh dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Payakumbuh. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) dan pada tahun 2006 diterima pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama studi penulis pernah tergabung pada himpunan profesi di manajemen yaitu Center Of Management (COM@) sebagai staf Production Operation and Business (POB).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa di panjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Pengaruh Penerapan Total Quality Management terhadap produktivitas kerja karyawan Giant hypermarket Botani Square Bogor“ yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Banyak pihak yang telah memberikan saran, masukan, bimbingan, bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof.Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.
2. Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT dan Ibu Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si atas kesediaanya meluangkan waktu menjadi dosen penguji.
3. Bapak Untung Kartika yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Giant, Bapak Tajudin Noor dan Mbak Cahaya, serta seluruh karyawan Giant hypermarket Botani Square yang telah memberikan informasi serta masukan dalam penelitian.
4. Seluruh dosen Departemen Manajemen yang telah memberikan ilmu kepada penulis dan kepada seluruh staf yang telah membantu penulis dalam seminar dan sidang.
5. Kedua orang tua tercinta dan kakak-kakak yang telah memberikan perhatian dan dukungan.
6. Fuad Makayasa Putra, terima kasih atas perhatian, dukungan dan bantuannya.
7. Mbak Ami, Mas Didi Supriadi, Mas Roes dan Kak Dani Surahman yang telah sabar dalam mengajar penulis dalam mengolah data.
8. Teman-teman Manajemen 42 : ita dan ocy, teman-teman satu bimbingan (nina, nope, lonik, epe, indri, fury, adinda, yeyen, lutfan, fariz), ria, novi, 8. Teman-teman Manajemen 42 : ita dan ocy, teman-teman satu bimbingan (nina, nope, lonik, epe, indri, fury, adinda, yeyen, lutfan, fariz), ria, novi,
9. Anak-anak PTD : Tuty, Mas Abdul, Yuges, Kak Demin, Kak Deni, Kak Ari, Kak Yance, Tanjung, Victor dan Handy.
10. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2009 Penulis
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Pangsa pasar hypermarket Indonesia…………………………
2. Tiga proses umum manajemen mutu…………………………
28
3. Jumlah gerai PT. Hero Supermarket ………………………….
28
4. Jenis toko Giant………………………………………………
35
5. Jumlah karyawan Giant hypermarket Botani Square Bogor…
41
6. Peubah- peubah dalam penelitian……………………………..
43
7. Nilai estimasi muatan faktor dan R 2 ........................................
44
8. Uji kecocokka n model………………………………………..
44
9. Nilai construct reliability dan variance extracted penelitian...
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
11
1. Manfaat penerapan TQM bagi perusahaan………………………
17
2. Kerangka pemikiran penelitian…………………………………..
25
3. Gambar mode l SEM penelitian………………………………….
39
4. Karakteristik responden berdasarkan usia……………………….
39
5. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan………………..
40
6. Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja………………
41
7. Nilai estimasi struktural………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
55
1. Kuesioner penelitian ……………………………………………
61
2. Struktur organisasi Giant hypermarket …………………………
62
3. Uji validitas kuesioner ………………………………………….
64
4. Uji reliabilitas kuesioner ……………………………………….
65
5. Ouput Lisrel 8.3 0……………………………………………….
73
6. Perhitungan Construct Reliability dan Variance Extracted ……
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam era perdagangan setiap perusahaan akan menghadapi persaingan ketat dengan produsen lain dari seluruh dunia. Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing menuntut setiap produsen memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara yang lebih memuaskan daripada yang dilakukan oleh para pesaing, sehingga dalam perdagangan global ini diperlukan suatu persamaan persepsi dalam mendefinisikan suatu produk. Oleh karena itu, mutu merupakan faktor penting bagi produsen.
Namun perhatian produsen tidak terbatas pada mutu produk yang dihasilkan, tetapi juga pada aspek proses, sumber daya manusia (SDM) dan lingkungan. Sedangkan lingkungan yang dihadapi produsen semakin kompleks dan hanya produsen yang benar-benar bermutu yang dapat bersaing dalam pasar global. Persaingan di pasar Internasional hanya akan dimenangkan oleh perusahaan yang adaptif dan memiliki keunggulan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Kompleksitas persaingan global juga menyebabkan setiap produsen untuk selalu berusaha meningkatkan mutu agar memenuhi kebutuhan konsumen.
Dunia bisnis ritel modern di Indonesia berkembang demikian pesat sesuai dengan perkembangan dinamika perekonomian yang terus mengalami proses modernisasi dalam era globalisasi ini. Perkembangan bisnis ritel modern dapat dilihat dari segi omzet yang meningkat secara nyata, yaitu Rp 42 triliun pada tahun 2005, meningkat menjadi Rp 58 triliun pada tahun 2007 dan tahun 2008 mencapai Rp 67 triliun. Peningkatan omzet ini didorong semakin maraknya pembukaan gerai baru hypermarket dan minimarket ( www.indocashregister.com , 2009) .
Giant hypermarket merupakan salah satu bisnis ritel modern yang memiliki pangsa pasar kedua terbesar di Indonesia. Pada tahun 2008, pangsa pasar Giant mencapai 19,16% (Tabel 1).
Tabel 1. Pangsa pasar hypermaket Indonesia
Nama Pangsa pasar (%) Carrefour
100 Sumber : www.korantempo.com, 2008. Salah satu cara yang digunakan Giant hypermarket agar bersaing adalah
menerapkan Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu. TQM merupakan suatu pendekatan yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperbaiki mutu produk, meningkatkan produktivitas dan menekan biaya produksi. TQM mencoba meningkatkan daya saing perusahaan melalui perbaikan secara terus menerus terhadap produk, tenaga kerja, proses dan lingkungannya (Nasution, 2004).
TQM bukan merupakan tujuan akhir perusahaan atau organisasi, melainkan merupakan suatu cara unuk mencapai sasaran organisasi (Ariani, 2002). Salah satu sasaran perusahaan adalah meningkatkan produktivitas perusahaan. Penerapan TQM akan memberikan pengaruh bagi poduktivitas perusahaan, salah satunya adalah produktivitas tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan faktor yang paling menentukan tingkat produktivitas karena dua hal. Pertama, tenaga kerja merupakan bagian dari biaya yang terbesar dalam pengadaan barang atau jasa. Kedua, masukan pada sumber daya manuasia lebih mudah dihitung dibandingkan dengan masukan faktor lain seperti modal (Kussriyanto dalam Kintarti, 2005).
Penelitian dengan menganalisis pengaruh TQM terhadap produktivitas kerja pada Giant hypermarket diharapakan dapat memberikan jawaban mengenai penerapan TQM dan pengaruhnya terhadap produktivitas kerja di perusahaan, sehingga Giant hypermarket tetap bersaing di era yang kompetitif ini.
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerapan TQM di Giant hypermarket ?
2. Seberapa besar pengaruh penerapan TQM terhadap produktivitas kerja karyawan di Giant hypermarket ?
3. Faktor-faktor apakah yang paling dominan dalam mempengaruhi keberhasilan penerapan TQM dan produktivitas kerja di Giant hypermarket ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui penerapan TQM di Giant hypermarket.
2. Menganalisis pengaruh penerapan TQM terhadap produktivitas karyawan di Giant hypermarket.
3. Menganalisis faktor-faktor yang paling dominan yang mempengaruhi keberhasilan penerapan TQM dan produktivitas kerja karyawan di Giant hypermarket.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Mutu
Gaspersz (2003) mengemukakan bahwa mutu secara konvensional dapat diartikan sebagai karakteristik langsung dari suatu produk, seperti kinerja (performance), keandalan (reability), mudah dalam penggunaan (ease of use), estetika (esthetics) dan sebagainya. Secara strategik, mutu dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan.
Menurut Juran dalam Nasution (2004), mutu merupakan kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kecocokan penggunaan ini didasarkan atas lima ciri, yaitu :
1. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan.
2. Psikologis, yaitu cita rasa atau status.
3. Waktu, yaitu kehandalan.
4. Kontraktual, yaitu adanya jaminan.
5. Etika, yaitu sopan santun, ramah, atau jujur. Philips B. Crosby dalam Nasution (2004) mendefinisikan mutu sebagai “Conformance to Requirement”, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau
distandarkan. Dengan definisi ini Crosby menitikberatkan kegiatan mutu perusahaan untuk mencoba mengerti harapan dan memenuhi harapan konsumen tersebut, sehingga perlu pandangan eksternal tentang mutu agar penyusunan sasaran mutu lebih realistis dan sesuai dengan permintaan atau keinginan.
Deming dalam Nasution (2004) menyatakan, bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan.
Feigenbaum dalam Nasution (2004) berpendapat bahwa mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk bermutu apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk. Garvin Feigenbaum dalam Nasution (2004) berpendapat bahwa mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk bermutu apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk. Garvin
Dari semua definisi yang dikemukakan oleh para ahli, terdapat beberapa kesamaan, yaitu dalam unsur-unsur berikut :
a. Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b. Mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.
c. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya, apa yang dianggap merupakan mutu saat ini, mungkin dianggap kurang bermutu pada masa mendatang).
2.2. Dimensi Mutu
Menurut Garvin dalam Tjiptono dan Diana (2001), terdapat delapan dimensi mutu, yaitu :
1. Kinerja (performance), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.
3. Kehandalan (reability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu sejauhmana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.
6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi dan penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indra.
8. Mutu yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggungjawab perusahaan terhadapnya.
2.3. TQM
TQM muncul pertama kali di Amerika Serikat, tetapi kemudian diorganisasikan dan dilaksanakan di beberapa perusahaan Jepang, khususnya setelah Perang Dunia II, TQM diseminarkan sekaligus diterapkan dalam bentuk program-program pelatihan di berbagai sektor industri. Dua pakar terkemuka dalam TQM, baik di Jepang maupun Amerika Serikat adalah W. Edward Deming dan Joseph M. Juran.
Deming mengemukakan bahwa pihak manajemen harus bertanggung jawab penuh dalam penerapan sistem mutu produk secara total dalam menghasilkan produk yang baik dan tidak cacat (Prawirosentono, 2001). Empat belas poin Deming merupakan ringkasan dari keseluruhan pandangan Deming terhadap apa yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan transisi positif dari bisnis biasa hingga menjadi bisnis bermutu di tingkat dunia. Empat belas poin Deming tersebut adalah :
1. Ciptakan kondisi yang langgeng untuk memperbaiki produk dan jasa.
2. Adopsi falsafah baru. Dalam hal ini manajemen harus memahami adanya era ekonomi baru dan siap menghadapi tantangan, belajar bertanggung jawab dan mengambil alih kepemimpinan.
3. Hentikan ketergantungan pada inspeksi dalam membentuk mutu produk.
4. Hentikan praktek menghargai kontrak berdasarkan tawaran yang rendah.
5. Perbaiki secara konstan dan terus menerus sistem produksi dan jasa, untuk meningkatkan mutu dan produktivitas, yang pada gilirannya secara konstan menurunkan biaya.
6. Lembagakan on the job trainning.
7. Lembagakan kepemimpinan.
8. Hapuskan rasa takut, sehingga setiap orang dapat bekerja secara efektif.
9. Hilangkan dinding pemisah antar departemen, sehingga orang dapat bekerja sebagai suatu tim.
10. Hilangkan slogan, desakan, dan target bagi tenaga kerja. Hal-hal tersebut dapat menciptakan permusuhan.
11. Hilangkan kuota dan manajemen berdasarkan sasaran, tetapi dengan kepemimpinan.
12. Hilangkan penghalang yang dapat merusak kebebasan karyawan atas keahliannya.
13. Giatkan program pendidikan self-improvement.
14. Buatlah transformasi pekerjaan setiap orang dan siapkan setiap orang untuk mengerjakannya. Juran dalam Muhandri dan Kadarisman (2008) mengemukakan bahwa TQM diimplementasikan apabila mengikuti tiga proses manajerial, yaitu (1) perencanaan mutu, (2) pengendalian mutu dan (3) peningkatan/perbaikan m utu. Proses yang dikembangkan Juran ini dikenal dengan istilah “Trilogi Juran”. Kegiatan dari masing-masing proses tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 :
Tabel 2. Tiga proses umum manajemen mutu
Perencanaan Mutu
Peningkatan Mutu Menetapkan tujuan
Pengendalian Mutu
Menguji kebutuhan mutu
Mengevaluasi
kinerja aktual
Menetapkan Mengidentifikasi
infrastruktur pelanggan
Membandingkan
kinerja aktual
Mengidentifikasi Menentukan
proyek peningkatan kebutuhan pelanggan
bertindak menangani
mutu Membangun
perbedaan
Menetapkan tim keistimewaan produk
proyek yang merespon
Menyediakan tim Mengembangkan
dengan sumber daya, proses yang mampu
pelatihan,dan menghasilkan
motivasi untuk keistimewaan produk
mendiagnosis penyebab dan upaya
Menetapkan untuk mengatasinya pengendalian proses;
menerjemahkan Menetapkan rencana ke kegiatan
pengendalian agar operasional
tetap pada jalurnya
TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat mutu sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. TQM merupakan sistem manajemen yang TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat mutu sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. TQM merupakan sistem manajemen yang
TQM merupakan penerapan metode kuantitatif dan pengetahuan kemanusiaan untuk: (1) memperbaiki material dan jasa yang menjadi masukan organisasi, (2) memperbaiki semua proses penting dalam organisasi, dan (3) memperbaiki upaya memenuhi kebutuhan para pemakai produk dan jasa pada masa kini dan waktu yang akan datang (Harjosoedarmo, 2004).
Menurut Ibrahim dalam Arthatiani (2008), konsep dasar TQM memuat prinsip-prinsip dasar yang pada akhirnya akan menentukan berhasil atau gagalnya penerapan TQM, oleh karena itu prinsip-prinsip dasar dari TQM sangat berperan dalam pelaksanaannya. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Komitmen Manajemen Manajemen sebagai penanggungjawab dalam bidang kepemimpinan yang bertugas sebagai penunjuk dan pemberi semangat bagi perusahaan, karena keberadaannya sangat didukung dalam penerapan TQM agar dapat terlaksana dengan baik.
2. Perbaikan Mutu dan Sistem Secara Berkesinambungan Mutu sebagai hal yang penting dalam produksi harus terus dilakukan perbaikan secara terus menerus. Hal ini tidak hanya dilakukan pada akhir proses saja, tetapi juga harus dilakukan dari awal proses sehingga produk yang dihasilkan tidak memiliki cacat.
3. Perspektif Jangka Panjang Waktu yang singkat tidak hanya dapat menunjukkan keberhasilan ataupun kegagalan dari penerapan TQM, tetapi butuh waktu yang panjang.
4. Fokus Pada Pelanggan Perbaikan yang dilakukan secara terus menerus diharapkan akan dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan harapan konsumen.
5. Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan Keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan akan menanamkan rasa loyalitas karyawan terhadap perusahaan dan timbul rasa memiliki dari karyawan tersebut terhadap perusahaan. Cara untuk meningkatkan keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan tersebut adalah dengan memberikan pelatihan serta kompensasi tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi pujian dan penghargaan, agar apa yang dilakukan dihargai perusahaan.
6. Kerjasama Tim Kerjasama tim sangat dibutuhkan dalam TQM, sehingga produk X tidak hanya dilakukan oleh departemen X melainkan tanggungjawab semua departemen.
Menurut Ibrahim dalam Arthatiani (2008), unsur-unsur utama dari TQM yang sangat mempengaruhi pelaksanaan TQM adalah :
1. SDM Pihak-pihak yang berhubungan dengan dengan kegiatan perusahaan.
2. Standar Spesifikasi produk yang dihasilkan dan acuan dalam menjalankan semua kegiatan untuk menghasilkan produk sesuai yang diinginkan perusahaan.
3. Sarana Peralatan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan pengendalian mutu.
4. Pengorganisasian Pendelegasian tugas dan wewenang di dalam perusahaan.
5. Audit Internal Kegiatan pengendalian berkala untuk mengidentifikasi penyimpangan terhadap standar.
6. Diklat Kegiatan untuk menyebarkan gagasan mengenai pengendalian mutu, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam memecahkan masalah, serta untuk mengembangkan sistem pengendalian mutu.
7. Visi dan Misi Tujuan jangka panjang atau target jangka panjang yang ingin dicapai oleh
perusahaan yang membedakannya dengan perusahan lain dan menjadi prioritas bagi setiap pelaku manajemen dalam perusahaan.
2.4. Manfaat Implementasi TQM
Menerapkan TQM di perusahaan akan memberikan manfaat bagi perusahaan (Gambar 1) maupun karyawannya. Dengan menerapkan TQM, manfaat yang diperoleh perusahaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari perbaikan posisi persaingan dan dari pengurangan cacat produk yang dihasilkan. Jika produk cacat dapat diminimumkan, maka biaya mutu (produk gagal, pekerjaan ulang, pemeriksaan dan pengembalian dari konsumen) akan berkurang, dan lebih jauh lagi mengurangi total biaya produksi. Perusahaan yang menghasilkan mutu produk yang lebih baik dan mampu memberikan jaminan kepada konsumen, akan mendapatkan citra positif dari konsumen. Selanjutnya, posisi persaingan semakin baik, pemasaran semakin luas, bahkan sampai ke posisi ekspor. Harga produk dapat lebih ditingkatkan, sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi lebih besar (Muhandri dan Kadarisman, 2008).
Menurut Hardjosoedarmo (2004), penerapan TQM akan memberikan dampak yang positif bagi karyawan, yaitu :
1. Karyawan akan menjadi lebih loyal kepada organisasinya dan menganggap bahwa keberhasilan organisasi identik dengan keberhasilan pribadi.
2. Karyawan akan menunjukkan pekerjaan mutu, karena percaya akan mutu, sehingga organisasi tidak lagi terlalu bertumpu pada struktur untuk menciptakan tatalaku mutu.
3. Karyawan akan mengorganisasikan dirinya secara sukarela untuk melakukan perbaikan proses tanpa campur tangan, tekanan, ataupun dorongan manajemen.
4. Karyawan baru, terlepas dari latar belakang dan orientasinya, dengan mudah akan menyesuaikan diri pada budaya mutu yang telah terbentuk 4. Karyawan baru, terlepas dari latar belakang dan orientasinya, dengan mudah akan menyesuaikan diri pada budaya mutu yang telah terbentuk
Perbaikan mutu
Perbaikan posisi Peningkatan produk bebas cacat
persaingan
Harga lebih tinggi
Peningkatan pangsa pasar
Peningkatan
Penurunan biaya
penghasilan
produksi
Peningkatan laba perusahaan
Gambar 1. Manfaat penerapan TQM bagi perusahaan (Muhandri dan Kadarisman, 2008)
2.5. Produktivitas Kerja
Produktvitas merupakan rasio antara hasil kegiatan (output) dengan segala pengorbanan (input) dalam menghasilkan sesuatu (Nasution, 2004). Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007), input terdiri dari manajemen, tenaga kerja, biaya produksi, peralatan dan waktu. Output meliputi produksi, produk, penjualan, pendapatan, pangsa pasar dan kerusakan produk. Dalam perspektif normatif, pengertian produktivitas adalah jika hari ini karyawan lebih baik daripada kemarin dan hari esok lebih baik daripada sekarang.
Terdapat tiga macam produktivitas berdasarkan sumber input, yaitu produktivitas modal, produktivitas bahan baku dan produktivitas tenaga kerja.
Produktivitas tenaga kerja menunjukkan perbandingan antara hasil kerja seorang tenaga kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk (Ravianto, 1990). Produktivitas tenaga kerja dapat dirumuskan :
Produktivitas Jumlah hasil produksi atau penjualan =
………….(1) tenaga kerja
Satuan waktu
Menurut Ravianto (1990), produktivitas kerja seseorang pada dasarnya sangat dipengarugi oleh beberapa faktor seperti tingkat pendidikan dan pelatihan, fisik dan biologis, tingkat penghasilan, teknologi dan sarana penyerta produksi, kemampuan manajerial pimpinan dan faktor kesempatan. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh harapan karyawan dan perusahaan. Harapan karyawan difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dirinya sendiri dan keluarga. Harapan perusahaan merupakan harapan kepada karyawan yang tidak selalu searah dengan harapan karyawan sendiri. Harapan perusahaan dalam banyak hal, berbeda dengan harapan karyawan. Perpaduan antara dua macam harapan ini akan menentukan besar kecilnya nilai produktivitas.
Nasution (2004) mengemukakan bahwa individu yang produktif memiliki karakteristik berikut :
1. Secara konsisten selalu mencari gagasan-gagasan yang lebih baik dan cara penyelesaian tugas yang lebih baik lagi.
2. Selalu memberi saran-saran untuk perbaikan secara sukarela.
3. Menggunakan waktu secara efektif dan efisien.
4. Selalu melakukan perencanaan dan menyertakan jadwal waktu.
5. Bersikap positif terhadap pekerjaannya.
6. Dapat berlaku sebagai anggota kelompok yang baik sebagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik.
7. Dapat memotivasi dirinya sendiri melalui dorongan dari dalam.
8. Memahami pekerjaan orang lain yang lebih baik.
9. Bersedia mendengar ide-ide orang lain yang lebih baik.
10. Hubungan antarpribadi dengan semua tingkatan dalam organisasi berlangsung dengan baik.
11. Sangat menyadari dan memperhatikan masalah pemborosan dan biaya- biaya.
12. Mempunyai tingkat kehadiran yang baik (tidak banyak absen dalam pekerjaannya).
13. Sering melampui standar yang telah ditetapkan.
14. Selalu mempelajari sesuatu yang baru dengan cepat.
15. Tidak selalu mengeluh dalam bekerja. Menurut Simanjuntak dalam Indraswari (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
1. Mutu dan kemampuan fisik pekerja yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik pekerja yang bersangkutan.
2. Sarana pendukung kerja mencakup lingkungan kerja dan kesejahteraan tenaga kerja. Lingkungan kerja termasuk teknologi dan cara produksi, sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan kesehatan kerja, serta suasana dalam lingkungan itu sendiri. Kesejahteraan tenaga kerja tercermin dalam sistem pengupahan dan jaminan sosial, serta jaminan kelangsungan kerja.
3. Supra sarana, meliputi kebutuhan pemerintah, hubungan industrial dan kemampuan dalam mencapai sistem kerja yang optimal.
2.6. Hypermarket
Hypermarket merupakan salah satu jenis warehouse retailing, yaitu pedagang enceran yang memiliki fasilitas kombinasi gudang dan ruang pamer (display)toko. Hypermarket menyediakan berbagai jenis barang, menyimpan dan menjual produk makanan dan barang-barang seperti pakaian dan elektronik. Hypermarket menggunakan prinsip gudang untuk mengurangi biaya operasi dan memberikan harga diskon kepada konsumen. Dengan pelayanan sendiri (self-service), pengecekan secara terpusat dan penanganan material yang baik, hypermarket mampu menetapkan harga lebih rendah dibandingkan pedagang eceran lainnya sebesar 15%-20% (Lewinson and Delozier, 1989).
Lewinson and Delozier (1989) mengemukakan ada 10 jenis ritel berdasarkan karakteristiknya, yaitu :
1. Specialty Store Retailing
2. Department Store Retailing
3. Chain Store Retailing
4. Discount Store Retailing
5. Off-Price Retailing
6. Supermarket Retailing
7. Convenience Store Retailing
8. Contractual Retailing
9. Warehouse Retailing
10. Nonstore Retailing Menurut Levy dan Weitz dalam Yusrianti (2008), hypermarket merupakan jenis pedagang eceran dengan gerai besar dan menawarkan produk dengan harga rendah. Luas hypermarket mencapai 30.000 kaki atau enam kali lapangan sepak bola dan memiliki persediaan produk hingga 50.000 item.
2.7. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Indraswari (2007) dalam penelitiannya yang berjudul "Pengaruh Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PTPN VIII Gunung Mas Bogor. Penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM). Hasil Penelitian ini menjelaskan bahwa Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000 pada PTPN
VIII Gunung Mas Bogor mempengaruhi produktivitas kerja karyawan sebesar 36%. Peubah komunikasi dan koordinasi mempunyai kontribusi paling besar membentuk Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000 dan kontribusi terbesar terhadap produktivitas diberikan oleh peubah kemampuan kerja dan peubah lingkungan kerja memberikan kontribusi yang paling kecil.
Dengan menggunakan diagram Pareto dan Proses Hirarki Analitik (PHA) pada PT. Maya Food Industries di kota Pekalongan, Arthatiani (2008) mengemukakan bahwa terdapat tujuh permasalahan penting yang dihadapi oleh perusahaan dalam menerapkan TQM, yaitu job description, kinerja Dengan menggunakan diagram Pareto dan Proses Hirarki Analitik (PHA) pada PT. Maya Food Industries di kota Pekalongan, Arthatiani (2008) mengemukakan bahwa terdapat tujuh permasalahan penting yang dihadapi oleh perusahaan dalam menerapkan TQM, yaitu job description, kinerja
Nita (2006) melakukan kajian penerapan MMT di CV. Banyu Biru, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Pelaksanaan MMT di CV. Banyu Biru sudah berjalan baik, namun masih terdapat permasalahan. Permasalahan ini kemudian dianalisis dengan metode PHA dan didapatkan bahwa masalah yang dihadapi oleh perusahan adalah masalah mutu, waktu, kontinuitas, jumlah dan biaya. Untuk mengatasi permasalahannya, maka susunan prioritas alternatif perbaikan secara berturut-turut adalah team work, diklat, patok duga, sistem informasi, variasi produk, perbaikan sistem adminstrasi dan info manajemen.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Persaingan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk mempunyai keunggulan kompetitif, salah satunya dengan menerapkan TQM. Penerapan TQM memiliki manfaat baik untuk perusahaan maupun karyawannya. Salah satu tujuan dari penerapan TQM adalah peningkatan produktivitas kerja karyawan perusahan.
Penelitian ini dimulai dengan menganalisis bagaimana penerapan TQM di Giant hypermarket dengan menggunakan analisis deskriptif. Tahap berikutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor untuk mengetahui hubungan TQM dengan produktivitas kerja. Pelaksananan TQM di Giant hypermarket didasarkan pada unsur-unsur TQM yang faktor-faktornya adalah SDM, Standar, Sarana, Organisasi, Audit Internal dan Diklat (Ibrahim dalam Arthatiani, 2008). Sedangkan faktor-faktor produktivitas adalah Kemauan Kerja, Kemampuan Kerja, Lingkungan Kerja, Hubungan Kerja (Sinungan, 1995). Seluruh faktor TQM dan faktor produktivitas kerja merupakan peubah indikator.
Setelah data terkumpul, selanjutnya diolah dengan menggunakan metode SEM untuk mengidentifikasi pengaruh peubah indikator terhadap peubah laten maupun pengaruh peubah laten bebas (TQM) terhadap peubah laten terikat (produktivitas kerja). Hasil akhir yang diperoleh dapat digunakan masukan bagi pihak manajemen untuk melakukan tindakan lebih lanjut mengenai penerapan TQM dan pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan.
Giant hypermarket Botani Square Bogor
Penerapan TQM
Faktor-faktor
Faktor-faktor produktivitas TQM
Kemauan Kerja Kemampuan Kerja
SDM Lingkungan Kerja Standar
Hubungan Kerja Sarana Organisasi
Audit Internal Diklat
Structural Equation Modeling (SEM)
Pengaruh TQM Faktor-faktor dominan Faktor-faktor dominan terhadap
mempengaruhi produktivitas kerja
mempengaruhi TQM
produktivitas kerja
Masukan bagi pihak
Manajemen
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Giant hypermarket Botani Square Jl. Pajajaran Bogor, pada bulan Februari sampai Maret 2009.
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Pengumpulan Data
Penggunaan metode SEM membutuhkan jumlah contoh yang besar agar diperoleh hasil yang mempunyai kredibilitas cukup. Sampai saat ini tidak ada kesepakatan tentang jumlah minimum contoh yang dibutuhkan, namun ada beberapa pertimbangan praktis yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan ukuran contoh. Model SEM dengan jumlah peubah laten sampai lima buah dan setiap konstruk dijelaskan oleh tiga atau lebih indikator, jumlah contoh 100-150 data sudah dianggap memadai (Santoso, 2007). Dalam penelitian ini jumlah responden adalah 150 orang, dipilih dengan metode simple random sampling dari jumlah keseluruhan karyawan sebanyak 222 orang.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung, pengisian kuesioner (Lampiran 1) serta wawancara dengan pihak manajemen perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan, buku, jurnal, artikel-artikel, internet dan literatur terkait lainnya.
Pengambilan data, terutama untuk kuesioner akan dilakukan pengujian yang menentukan apakah kuesioner sebagai alat pengukur tersebut sahih atau tidak andal dengan cara berikut :
1. Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur (kuesioner) itu mengukur apa yang ingin diukur. Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi product moment Pearson, yaitu untuk menghitung korelasi antar masing-masing pertanyaan dengan skor total (Umar, 2006) dengan rumus berikut :
Dimana, r
= angka korelasi
= jumlah contoh dalam penelitian
= skor pertanyaan y = skor total responden dalam menjawab seluruh
pertanyaan
2. Uji Reliabilitas Setelah alat ukur dinyatakan sahih, maka berikutnya alat ukur tersebut diuji reliabilitasnya, yaitu suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Untuk mengukur reabilitas kuesioner digunakan teknik alpha cronbanch (Umar, 2006), dengan rumus berikut :
Dimana, r
= reliabilitas instrumen
= banyak butir pertanyaan = ragam
= jumlah ragam butir
Rumus ragam yang digunakan :
Dimana, n
= jumlah responden x = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor
butir pertanyaan)
Nilai alpha lebih besar dari 0,6 dikatakan andal dan begitu juga sebaliknya.
3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data
Analisa data pada penelitian ini menggunakan SEM atau model persamaan struktural. SEM adalah teknik analisis multivariate yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara peubah yang kompleks baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model (Ghozali dan Fuad, 2005).
SEM terdiri dari peubah laten (latent variables) dan peubah teramati (measured variables). Peubah laten merupakan peubah kunci yang menjadi perhatian dalam SEM dan merupakan konsep abstrak.
Peubah laten dibagi atas peubah eksogen (ξ 1 ) yang merupakan peubah bebas pada semua persamaan yang ada dalam SEM dan peubah endogen (ε) yang terikat paling sedikit satu persamaan dalam model. Parameter yang menunjukkan regresi peubah laten endogen pada peubah laten eksogen disimbolkan dengan γ (gamma), sedangkan
regresi peubah laten endogen terhadap peubah laten endogen lainnya disimbolkan dengan β (beta). Peubah teramati merupakan peubah yang
dapat diamati atau dapat diukur secara empiris dan sering disebut dengan indikator. Peubah teramati merupakan efek atau ukuran dari peubah laten. Pada metode survei dengan menggunakan kuesioner, setiap pertanyaan pada kuesioner mewakili sebuah peubah teramati. Muatan faktor yang menghubungkan peubah laten dengan peubah teramati disimbolkan dengan λ (lambda). Simbol diagram lintasan dari peubah teramati adalah bujur sangkar/empatpersegi panjang dan pemberian nama peubah diamati biasanya menggunkan notasi matematika ( X dan Y). Model pada SEM terdiri dari dua, yaitu model persamaan struktural yang menggambarkan hubungan antara peubah laten dan model pengukuran yang menggambarkan hubungan antara peubah laten dengan peubah teramati. (Wijianto, 2008).
Salah satu kelebihan metode SEM adalah dapat mengidentifikasi kesalahan pengukuran. Kesalahan struktural menunjukkan peubah bebas tidak dapat memprediksi peubah terikat secara sempurna, kesalahan struktural di lambangkan dengan δ (zeta). Kesalahan pengukuran mengidentifikasikan peubah teramati dari suatu peubah laten tidak dapat merefleksikan peubah laten secara sempurna, sehingga penambahan kesalahan pegukuran diperlukan agar model menjadi lengkap. Kesalahan pengukuran yang berkaitan dengan peubah teramati
X dilambangkan dengan δ (delta) dan peubah teramati Y dilambangkan dengan ε (epsilon). Semakin kecil nilai kesalahan pengukuran maka model semakin baik, dengan nilai cut off error 0,6, artinya apabila nilai error melebihi 0,6 maka peubah indikator tidak sahih sebagai manifestasi dari peubah latennya (Sitinjak dan Sugiarto, 2006).
SEM memiliki karakteristik yang berbeda dengan regresi biasa. Regresi biasa pada umumnya menspesifikasikasikan hubungan kausal antara peubah yang teramati, sedangkan pada model peubah laten SEM, hubungan kausal terjadi diantara peubah-peubah tidak teramati atau peubah-peubah laten. Secara umum, prosedurnya melalui tahap-tahap berikut :
1. Spesifikasi model Tahap ini berkaitan dengan pembentukan model awal persamaan struktural, sebelum dilakukan estimasi. Model awal diformulasikan berdasarkan suatu teori atau penelitian sebelumnya.
2. Identifikasi Tahap ini berkaitan dengan pengkajian tentang kemungkinan diperolehnya nilai yang unik untuk setiap parameter yang ada di dalam model dan kemungkinan persamaan simultan tidak ada solusinya.
3. Estimasi Tahap ini berkaitan dengan estimasi terhadap model untuk menghasilkan nilai-nilai parameter dengan menggunakan salah satu metode estimasi yang tersedia. Pemilihan metode estimasi yang 3. Estimasi Tahap ini berkaitan dengan estimasi terhadap model untuk menghasilkan nilai-nilai parameter dengan menggunakan salah satu metode estimasi yang tersedia. Pemilihan metode estimasi yang
4. Uji kecocokan Tahap ini berkaitan dengan pengujian kecocokan antara model dengan data. Beberapa kriteria kecocokan atau Goodness Of Fit (GOF) dapat digunakan untuk melaksanan langkah ini. Uji kecocokan terdiri dari :
a. Chi-square Digunakan untuk menguji seberapa dekat kecocokan antara matrik kovarian contoh dengan matrik kovarian model. Menurut Wijanto (2008), nilai yang semakin kecil semakin baik.
b. RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation) RMSEA adalah rata-rata perbedaan per derajat perbedaan yang diharapkan terjadi dalam populasi, bukan dalam contoh. McCallum dalam Wijanto (2008) menjelaskan nilai RMSEA sebagai berikut : 0,05 < RMS EA ≤ 0,08 (good fit) 0,08 < RMSEA ≤ 0,10 (marginal fit) RMSEA > 0,10 (poor fit)
c. GFI (Goodness-of-Fit Index) GFI merupakan ukuran kesesuaian model secara deskriptif.
GFI ≥ 0,90 merupakan tingkat kecocokan yang baik. (Schumacker dan Lomax dalam Kusnendi 2007)
d. AGFI (Adjusted Goodness-of-Fit Index) AGFI merupakan perluasan dari GFI yang disesuaikan dengan degree of freedom . Menurut Sharma dalam Surahman (2008), AGFI ≥ 0,8 memiliki tingkat kecocokan yang baik.
e. NFI (Normed Fit Index) NFI merupakan ukuran komparatif terhadap base line atau model null. NFI = 0,90 artinya model diindikaskan 90% lebih baik bila dibandingkan model nullnya. NFI ≥ 0,90 memiliki e. NFI (Normed Fit Index) NFI merupakan ukuran komparatif terhadap base line atau model null. NFI = 0,90 artinya model diindikaskan 90% lebih baik bila dibandingkan model nullnya. NFI ≥ 0,90 memiliki
f. NNFI (Non Normed Fit) NNFI merupakan ukuran kesesuaian model sebagai koreksi terhadap ukuran NFI. N NFI ≥ 0,90 memiliki tingkat kecocokan yang baik (Schumacker dan Lomax dalam Kusnendi 2007).
g. CFI (Comparative Fit Index) CFI merupakan ukuran kesesuaian model berbasis komparatif dengan model null. CFI mempunyai nilai dalam kisaran 0,0 sampai 1,0. CFI > 0.90 mengindikasikan model cocok dengan data.
Selain uji kecocokan di atas, dalam metode SEM terdapat uji kecocokan pengukuran yang dilakukan terhadap setiap konstruk atau model pengukuran (hubungan antara sebuah peubah laten dengan beberapa peubah yang teramati) secara terpisah melalaui evaluasi validitas dan reliabilitas dari model pengukuran.
a. Uji validitas Validitas berhubungan dengan apakah suatu peubah mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Rigdon dan Ferguson dalam Wijanto (2008), suatu peubah memiliki validitas yang baik terhadap konstruk atau peubah latennya, apabila :
1) Nilai t muatan faktornya (loading factor) lebih besar dari nilai kritis (atau ≥ 1,96 atau untuk praktisnya ≥ 2)
2) Muatan faktor standarnya (standardized loading factors) ≥ 0,70.
b. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah konsistensi suatu pengukuran. Reliabilitas tinggi menunjukkan bahwa indikator memiliki konsistensi tinggi dalam mengukur konstruk latennya. Uji reliabilitas dihitung dengan rumus (Hair et.al., dalam Wijanto, 2008) :
Construct reliability ij = i 1 )
i 1 ij )
Variance extracted =
Sebuah konstruk memiliki nilai reliabilitas yang baik apabila nilai construct reliability ≥ 0,70 dan variance extracted ≥ 0,5.
5. Respesifikasi Tahap ini berkaitan dengan respesifikasi model berdasarkan atas hasil uji kecocokan tahap sebelumnya. Analisa data digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
penerapan TQM terhadap produktivitas kerja karyawan. Analisa data juga digunakan untuk menentukan faktor dominan dari setiap unsur TQM dalam mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Analisa masing-masing peubah akan diolah dengan menggunakan software Linear Structural Relationship (LISREL) 8.30.
Peubah penerapan TQM dengan indikator berikut :
X 1 = SDM
X 2 = Standar (STD)
X 3 = Sarana (SAR)
X 4 = Organisasi (ORG)
X 5 = Audit Internal (AUD)
X 6 = Diklat (DIK) Peubah diatas dikorelasikan dengan peubah produktivitas kerja karyawan (PK), dengan indikator berikut : Y 1 = Kemauan kerja (MAU) Y 2 = Kemampuan kerja (MAM) Y 3 = Lingkungan kerja (LIN) Y 4 = Hubungan kerja (HUB)
Secara umum model SEM penelitian “Pengaruh Penerapan TQM terhadap Produktivitas Kerja Karyawan” dapat dijelaskan pada
Gambar 3. Notasi matematika dari persamaan struktural adalah : PK = γ TQM + δ
Notasi matematika dari persamaan pengukuran adalah :
X1 = λX 1 TQM + δ 1 Y1 = λY 1 PK + ε 1 X2 = λX 2 TQM + δ 2 Y2 = λY 2 PK + ε 2 X3 = λX 3 TQM + δ 3 Y3 = λY 3 PK + ε 3 X4 = λX 1 TQM + δ 4 Y4 = λY 4 PK + ε 4
X5 = λX 1 TQM + δ 5 X6 = λX 1 TQM + δ 6
δ X1
Y1
λX
δ X2
γ δ PK
δ X6
Gambar 3. Gambaran model SEM penelitian
Perumusan Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : terdapat hubungan positif antara penerapan TQM dengan
produktivitas kerja karyawan Giant hypermarket Botani Square Bogor
H2 : terdapat hubungan positif antara SDM, standar, sarana, organisasi, audit internal dan diklat terhadap penerapan TQM H3 : terdapat hubungan positif antara kemauan kerja, kemampuan kerja, lingkungan kerja, hubungan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Perusahaan
Giant hypermarket adalah salah satu unit usaha dari PT.Hero Supermarket Tbk yang merupakan perusahan ritel terkemuka di Indonesia. Pencetus berdirinya PT. Hero Supermarket adalah Bapak Mohammad Saleh Kurnia, yang mengawali usahanya pada tahun 1951 dengan membuka toko kelontong “Hero” di gang Ribal. Pada tahun 1971, Hero Mini Market pertama didirikan di Jl. Falarehan I No.23 Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Tanggal 30 Juni 1989 perusahaan Hero Supermarket berubah menjadi perusahaan terbuka dan terdaftar di bursa efek Jakarta, serta menjadi perusahaan ritel pasar swalayan pertama di Indonesia yang memperoleh kepercayaan untuk menjual sahamnya kepada masyarakat luas.
Selain Giant hypermarket, PT Hero Supermarket Tbk memiliki beberapa unit usaha lainnya, yaitu Hero Supermarket, Star Mart, Guardian, Giant Supermarket dan Mitra Toko Diskon. Hingga tahun 2008, jumlah gerai yang dimiliki oleh PT. Hero Supermarket Tbk mencapai 368 gerai (Tabel 3).
Giant sendiri didirikan oleh Teng Meng Chun (Teng Family) tahun 1944, diawali dengan toko kecil di Sentul Market, Malaysia. Mini market pertam a didirikan tahun 1971 dengan nama “TMC” (Teng Mini Market Center) di Bangsar Kuala Lumpur. Toko tersebut masih ada sampai sekarang dan terkenal dengan nama“TMC”dan pada tahun 1985 Giant pertama dibuka di Kelana Jaya. Pada bulan Februari 1988 melakukan strategi aliansi dengan Dairy Farm Hongkong, anggota Jardine Matheson Group dan menjadi Giant hypermarket.
Tabel 3. Jumlah gerai PT. Hero Supermarket Tbk sampai tahun 2008
No Jenis Toko Jumlah Gerai
1 Hero Supermarket
2 Star Mart
3 Guardian 141
4 Giant Hypermarket
5 Giant Supermarket
11 Total
6 Mitra
368 Sumber : PT. Hero Supermarket Tbk, 2008.
Giant memiliki konsep “One Stop Shopping, Lower Prices Everyday ” menyediakan barang berjumlah 35.000-50.000 item. Giant terdiri dari empat jenis toko, yaitu Hypermarket, Superstore, Small Superstore dan Supermarket. Perbedaan jenis toko tersebut terletak luas toko dan jumlah karyawannya (Tabel 4).
Tabel 4. Jenis toko Giant
Jenis Toko 2 Luas (m ) Jumlah Karyawan Hypermarket
275-360 Superstore
6.000-10.000
210-275 Small Superstore
<100 Sumber : Giant hypermarket Botani Square Bogor, 2008. Giant pertama yang didirikan di Indonesia adalah Giant Villa Melati Mas Serpong Tangerang, yang didirikan pada tahun 2002. Hingga tahun 2008, gerai Giant terus bertambah menjadi 17 gerai yang tersebar di delapan kota, yaitu : Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya dan Sidoarjo. Giant hypermarket Botani Square Bogor berdiri pada tanggal 25 Agustus
Supermarket <3.000
2006 dengan luas ± 9.995 m 2 . Giant hypermarket Bogor berada di gedung IPB International Convention Center, Botani Square Jl.
Pajajaran No. 3 Tegalega Kota Bogor.
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan