Pedagang Kaki Lima PKL mengatasi masalah

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER
PENGANTAR ILMU EKONOMI
ANALISA JURNAL

DISUSUN OLEH:
RASYIKA TAMI
8143164088
D3 SEKRETARI B

DOSEN PENGAMPU: DARMA RIKA S., S.Pd, M.SE.

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017

BAB I
RESUME JURNAL

1.1 Judul Jurnal
PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) SEBAGAI BIBIT ENTREPRENEUR DALAM
MENGATASI PENGANGGURAN


1.2 Jurnal
Jurnal Ekonosains

1.3 Download
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/econosains/article/download/516/447/

1.4 Volume & Halaman
Vol. VIII No.2

1.5 Bulan & Tahun
Agustus 2010

1.6 Penulis
Bagyo Handoko

BAB II
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Pengangguran adalah masalah utama yang dihadapi setiap masyarakat. Maka dari itu,
warga pedesaan berbondong-bondong datang ke kota untuk mengais rezeki dengan
membuka usaha atau mencari pekerjaan. Namun banyak dari mereka yang gagal. Salah
satu dari mereka menempuh jalan lain yaitu menjadi pedagang kaki lima (PKL) dengan
modal dan keterampilan yang minim.
Kegiatan PKL ini masuk ke dalam sektor informal, keberadaan sektor informal
mampu berdampingan dengan sektor formal dan saling ketergantungan. Dalam
perkembangannya, seringkali para pedagang kaki lima ini yang harus tergusur oleh
kebijakan pemerintah manakala kota harus menciptakan kebersihan, ketertiban, dan
keamanan. Padahal, jika dibenahi dengan melakukan pembinaan maka dapat menjadi
daya tarik wisata sehingga mampu mengatasi masalah pengangguran.
Ini sangat menarik untuk dibahas karena disatu sisi melanggar kebijakan pemerintah
yaitu dapat memberikan dampak negatif terhadap tatanan kota, namun disisi lain
memberikan dampak positif yaitu sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.

2.2 Rumusan Masalah

-Keterkaitan sektor informal dan formal
-Dampak positif dan negatif dengan munculnya pedagang kaki lima

-Solusi pemberdayaan PKL agar menjadi bibit entrepreneur

2.3 Tujuan Penulisan

Di dalam tujuan penulisan kali ini yang pertama yaitu untuk memenuhi tugas UTS
yang diberikan oleh ibu Darma Rika S., S.Pd, M.SE. dalam pembelajaran mata kuliah
pengantar ilmu ekonomi, dan yang kedua adalah Menjelaskan betapa pentingnya
Pedagang Kaki Lima (PKL) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, serta tujuan
lain yaitu untuk mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.

2.4 Metode Penelitian
 Metode Pengambilan Data
Pencarian Secara Online
Dengan berkembangnya teknologi Internet maka munculah banyak data base
yang menjual berbagai informasi bisnis maupun non-bisnis. Data base ini
dikelola oleh sejumlah perusahaan jasa yang menyediakan informasi dan data
untuk kepentingan bisinis maupun non-bisnis. Tujuannya ialah untuk
memudahkan perusahaan, peneliti dan pengguna lainnya dalam mencari data.

Pencarian secara online memberikan banyak keuntungan bagi peneliti,

diantaranya ialah:
a. hemat waktu: karena kita dapat melakukan hanya dengan duduk didepan
komputer
b. ketuntasan: melalui media Internet dan portal tertentu kita dapat mengakses
secara tuntas informasi yang tersedia kapan saja tanpa dibatasi waktu
c. Kesesuaian: peneliti dapat mencari sumber-sumber data dan informasi yang
sesuai dengan mudah dan cepat
d. hemat biaya: dengan menghemat waktu dan cepat dalam memperoleh
informasi yang sesuai berarti kita banyak menghemat biaya.

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Teori Penawaran

Terdapatnya permintaan belum merupakan syarat yang cukup untuk
mewujudkan transaksi dalam pasar. Permintaan yang wujud hanya dapat dipenuhi
apabila para penjual dapat menyediakan barang-barang yang diperlukan tersebut. Ada
faktor yang sangat penting yang mempengaruhi . Oleh sebab itu teori penawaran
terutama menumukan perhatiannya kepada hubungan di antara tingkat harga dengan

jumlah barang yang ditawarkan.
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapaan
pedagang kaki lima sektor informal dari sisi penawaran. Oleh karena itu, teori
penawaran perlu diaplikasikan ke dalam analisis ini.

Faktor-faktor yang menyebabkan pergerakan dan pergeseran sepanjang kurva
penawaran adalah sebagai berikut:
a. Perubahan harga menimbulkan gerakan sepanjang kurva penawaran
b. Sedangkan perubahan factor-faktor lain diluar harga menimbulkan pergeseran
kurva tersebut.

3.2 Sektor Informal

Beberapa penelitian mengenai sektor informal, menunjukkan bahwa daya serap
tenaga kerja di sektor ini cukup signifikan. Bahkan di beberapa negara, daya serap
sektor informal justru melebihi sektor formal. Aktivitas sector informal yang
dikategorikan sebagai unit usaha kecil bisa bersifat mendukung aktivitas formal dan
apabila diberdayakan dengan baik akan bersinergi denan sector formal perkotaan untuk
saling melengkapi kebutuhan warga kota.


3.3 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu factor yang memiliki pengaruh terhadap
pendapatan PKL. Latar belakang pendidikan seseorang yang bekerja sebagai PKL akan
mempengaruhi pendapatannya.
Dapat dijelaskan bahwa pendidikan terbagi dalam dua bagian, yaitu pendidikan
formal dan pendidikan tidak formal. Pendidikan yang bersifat formal apabila
peningkatan kecakapan yang diperoleh individu tersebut di dapatkan dalam lingkungan
khusus (sekolah) dan pendidikan yang tidak formal apabila pendidikan yang di peroleh
individu tersebut melalui pengalaman pribadinya atau lingkungan sekitarnya, hal ini
cenderung lebih mengarah ke pengalaman pribadinya individu tersebut.

BAB IV
ANALISA JURNAL

Jumlah Pengangguran di Indonesia semakin besar karena adanya pemutusan
hubungan kerja (PHK) akibatnya sektor formal tidak dapat bisa diandalkan lagi oleh para
tenaga kerja, maka sektor informal menjadi tempat pelarian yang paling mudah.
Sektor informal


yang lahirnya tidak dikehendaki dalam konteks pembangunan

ekonomi, karena dianggap merupakan produk sampingan dari pembangunan sektor formal,
mempunyai sifat-sifat yang memang bertentangan dengan sektor formal.
Menjamurnya PKL adalah sebuah keterpaksaan atau jalan lain yang harus tempuh
oleh para pencari kerja karena tiadanya kesempatan kerja yang cukup pada sektor formal.
Para pelaku PKL sejatinya merupakan manusia-manusia yang beretos kerja tinggi,
mempunyai jiwa enterpreneur dan tahan terhadap rintangan hidup. Betapa tidak mereka tidak
malu-malu bekerja sepanjang hari dan sepanjang malam ditengah kota metropolis yang
gemerlap dan glamour, dengan pendapatan yang belum pasti, disisi lainjuga harus membayar
iuran secara informal pada petugas. Mengapa mereka memilih PKL sebagai tempat bekerja,
karena sifatnya yang sangat luwes modal kecil, bediri kapan saja asal ada kemauan tanpa ada
persyaratan kusus dan selalu mendekatkan diri dengan konsumen.Mengingat persyaratan
yang mudah tersebut PKL adalah merupakan alternatif para pencari kerja setelah sektor
formal tidak didapatkan sebagai tempat bekerja.
“Namun, pertumbuhan sektor informal yang cukup pesat tanpa adanya penanganan
yang baik dapat mengakibatkan ketidakteraturan tata kota.” 1
Sisi Negatif, karakteristik PKL yang menggunakan ruang untuk kepentingan umum,
terutama di pinggir jalan dan trotoar untuk melakukan aktivitasnya yang mengakibatkan tidak
berfungsinya sarana-sarana kepentingan umum. Tidak tertampungnya kegiatan PKL di ruang

perkotaan, menyebabkan pola dan struktur kota moderen dan tradisional berbaur menjadi satu
sehingga menimbulkan suatu tampilan yang kontras. Bangunan moderen nan megah
berdampingan dengan bangunan sederhana bahkan cenderung kumuh. Perlu adanya upaya
1

Bagyo Handoko. Pedagang Kaki Lima (PKL) Sebagai Bibit Entrepreneur Dalam Mengatasi Pengangguran.
Journal Econosains Vol.VIII No.2. Tersedia Online di
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/econosains/article/download/516/447/ Diakses pada tanggal 30 April
2017

yang terpadu dari pihak terkait untuk menertibkan Pedagang Kaki Lima ini sebagai upaya
untuk mengembalikan fungsi ruang publik sesuai peruntukkannya.
Hubungan antara sektor informal dan sektor formal nampaknya sulit untuk
dipisahkan. Keduanya merupakan sektor ekonomi yang saling mengisi ketika salah satunya
tidak dapat memenuhi kebutuhan akan meluapnya tenaga kerja. Kondisi tersebut dapat
disebabkan karena secara ekonomi sektor informal memang tidak mampu lagi menampung
tenaga kerja yang ada, tetapi juga karena persoalan-persoalan sosial yang menyebabkan
bangkrutnya sektor formal. Luapan tenaga kerja tersebut pada akhirnya ditampung oleh
sektor non formal.
“Bagi mereka mengembangkan kewirausahaannya adalah lebih menarik ketimbang

menjadi pekerja di sektor kelas bawah.” 2
Strategi pembangunan yang salah menyebabkan ketimpangan struktural yang
menimbulkan dua kegiatan ekonomi tersebut. Pembenahan dalam hal ketimpangan struktural
tersebut akan dapat menghilangkan sektor informal. Pandangan yang terkahir ini nampaknya
merupakan pandangan yang tidak melihat kenyataan bahwa di negara manapun dalam
kenyataanya sektor informal tetap ada, meskipun ketimpangan struktural tidak terjadi.

2

Bagyo Handoko. Pedagang Kaki Lima (PKL) Sebagai Bibit Entrepreneur Dalam Mengatasi Pengangguran.
Journal Econosains Vol.VIII No.2. Tersedia Online di
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/econosains/article/download/516/447/ Diakses pada tanggal 30 April
2017

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Analisa data diatas menghasilkan kesimpulan; semakin tinggi tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, jumlah pendaparan, jabatan sosial/ketokohan dan motivasi warga, mereka akan
mempersepsi lebih positif keberadaan PKL baik ditinjau dari aspek ekonomi, social dan

hokum, walaupun tidak dominan. Menurut tinjauan aspek ekonomi, PKL sebaiknya
dipertahankan dan diberdayakan karena berdampak positif pada perekonomian kota. Menurut
aspek sosial, keberadaan PKL berdampak negatif terhadap keindahan kota dan memicu
peningkatan arus urbanisasi, tetapi berdampak positif terhadap penurunan angka
pengangguran. Dan ditinjau dari aspek hukum, PKL dinilai sebagai usaha yang ‘liar’, tidak
berijin usaha dan menempati lahan bukan peruntukan.
Saran penanganan; Dinas pengelola PKL harus secara konsisten melakukan penataaan,
pembinaan, penyuluhan dan pemberdayaan terprogram agar keberadaan PKL mampu
mendukung program pembangunan kota. Niscaya masa depan PKL bisa terselamatkan, dan
ini berarti PKL dapat membantu Pemkot mengurangi angka pengangguran di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Bagyo Handoko. Pedagang Kaki Lima (PKL) Sebagai Bibit Entrepreneur Dalam
Mengatasi Pengangguran. Journal Econosains Vol.VIII No.2. Tersedia Online di
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/econosains/article/download/516/447/. Diakses pada
tanggal 30 April 2017

Sadono Sukirno. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada